You are on page 1of 14

KUIS

PEMBAHASAN JURNAL TEKNIK PASCA PANEN

TEKNIK PASCA PANEN I


(PTB 1412)

DISUSUN OLEH;

ADITIA NUGRAHA 16732002


BAYU DAMAR SETO 16732009
DARMAWAN ADI SAPUTRA 16732013
MANNA KHOIRULLAH MALIK 16732027
REZA FAHREZI 15723031

POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG


BANDAR LAMPUNG
2017
ISSN 1858-2419
Vol. 7 No. 1

Agustus 2011

JURNAL TEKNOLOGI PERTANIAN


UNIVERSITAS MULAWARMAN

Penelitian
Studi Variasi Konsentrasi Ekstrak Rosela (Hibiscus sabdariffa L.) dan Karagenan
terhadap Mutu Minuman Jeli Rosela (Study of Concentration Variation of Roselle
Extract (Hibiscus sabdariffa L.) and Carrageenan on Quality of Roselle Jelly Beverage)
Yuliani, Marwati, Muhammad Wahyu Rega Fahriansyah

Pengaruh Sistim Penggilingan Padi terhadap Kualitas Giling di Sentra Produksi Beras
Lahan Pasang Surut (Effect of Rice Milling on Milled Quality at the Center of Rice
Production in Tidal Swampland) Sudirman Umar

Insidensi Staphylococcus aureus Enterotoksin pada Susu Pasteurisasi yang Dijual di


Wilayah Bogor (The Incidence of Staphylococcus aureus Enterotoxin in Pasteurized
Milk which was Sold in Bogor Area) Ari Wibowo

Substitusi Tepung Gari dalam Pembuatan Roti (Gari Flour Substitution in The Bread
Making) Sulistyo Prabowo

Efek Polisakarida Non Pati terhadap Karakteristik Gelatinisasi Tepung Sukun (Effect of
Non-starch Polysaccharides on Gelatinization Properties of Breadfruit Flour)
Sukmiyati Agustin

Karakterisasi Ex Situ Ayam Lokal Khas Dayak bagi Pengembangan Plasma Nutfah
Ternak Unggas Nasional (Ex Situ Characterization of Dayak Local Chicken for
National Poultry Germplasm Development) Suhardi

Bekerjasama dengan
Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia (PATPI) Kalimantan Timur
JTP
JURNAL TEKNOLOGI PERTANIAN
PENERBIT
Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Mulawarman
Jl.Tanah Grogot Kampus Gunung Kelua
Samarinda

PELINDUNG
Gusti Hafiziansyah

PENANGGUNG JAWAB
Bernatal Saragih

KETUA EDITOR
Krishna Purnawan Candra (THP-UNMUL Samarinda)

EDITOR
Bernatal Saragih (THP-UNMUL Samarinda)
Dahrulsyah (TPG-IPB Bogor)
Dodik Briawan (GMK-IPB Bogor)
Khaswar Syamsu (TIN-IPB Bogor)
Meika Syahbana Roesli (TIN-IPB Bogor)
V. Prihananto (THP-Unsoed Purwokerto)

EDITOR PELAKSANA
Sulistyo Prabowo
Hadi Suprapto
Miftakhur Rohmah

ALAMAT REDAKSI
Jurusan Teknologi Hasil Pertanian
Fakultas Pertanian
Universitas Mulawarman
Jalan Tanah Grogot Kampus Gunung Kelua
Samarinda 75119
Telp 0541-749159
e-mail: JTP_unmul@yahoo.com
JURNAL TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
Volume 7 Nomor 1

Penelitian Halaman

Studi Variasi Konsentrasi Ekstrak Rosela (Hibiscus sabdariffa L.) and


Karagenan terhadap Mutu Minuman Jeli Rosela. (Study of Concentration
Variation of Roselle Extract (Hibiscus sabdariffa L.) and Carrageenan on
Quality of Roselle Jelly Beverage) Yuliani, Marwati, Muhammad Wahyu
Rega Fahriansyah .............................................................................................. 1-8

Pengaruh Sistim Penggilingan Padi terhadap Kualitas Giling di Sentra


Produksi Beras Lahan Pasang Surut (Effect of Rice Milling on Milled Quality
at the Center of Rice Production in Tidal Swampland) Sudirman Umar ......... 9-17

Insidensi Staphylococcus aureus Enterotoksin pada Susu Pasteurisasi yang


Dijual di Wilayah Bogor (The Incidence of Staphylococcus aureus
Enterotoxin in Pasteurized Milk which was Sold in Bogor Area) Ari Wibowo . 18-22

Substitusi Tepung Gari dalam Pembuatan Roti (Gari Flour Substitution in The
Bread Making) Sulistyo Prabowo ...................................................................... 23-27

Efek Polisakarida Non Pati terhadap Karakteristik Gelatinisasi Tepung Sukun


(Effect of Non-starch Polysaccharides on Gelatinization Properties of
Breadfruit Flour) Sukmiyati Agustin ................................................................ 28-35

Karakterisasi Ex Situ Ayam Lokal Khas Dayak bagi Pengembangan Plasma


Nutfah Ternak Unggas Nasional (Ex Situ Characterization of Dayak Local
Chicken for National Poultry Germplasm Development) Suhardi .................... 36-41

Bekerjasama dengan
Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia (PATPI) Kalimantan Timur
Sudirman Umar Pengaruh Sistem Penggilingan Padi terhadap Kualitas Giling di Sentra Produksi Beras

PENGARUH SISTIM PENGGILINGAN PADI TERHADAP


KUALITAS GILING DI SENTRA PRODUKSI BERAS LAHAN
PASANG SURUT

Effect of Rice Milling on Milled Quality at the Center of Rice Production in Tidal
Swampland

Sudirman Umar

Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa, Jalan Kebun Karet, Loktabat Utara,
Kotak Pos 31 Banjarbaru 70712, email : sudirman.pbr@gmail.com

Receive 15 March 2011, accepted 12 June 2011

ABSTRACT
In obtaining the quality of rice that is more clean colors and bright, high degree of
grind and polish are preferred. Milling rice is a processing from unhulled rice into rice with
13-14 % water content. Rice milling process can be separated between the processing of
unhulled rice into rice without shell and the polishing/bleaching process i.e. rice without
shell into bright rice. Milling quality experiment has been conducted in October 2009 until
January 2010 at the central areas of rice production on some of the milling companies that
located in Barito Kuala (Mandastana, Rantau Badauh and Barambai district). The purpose
of this research is to study and evaluate the effect of rice milling system on the quality of
milled rice in tidal swampland. The results showed that the head rice and broken rice is >
80 % and < 15 % respectively and 2.30 % for brewer. Semi-continually milled machines
produced more higher milled rice than discontinuous machine, but semi-continually milled
machines produced broken rice as 2.80 % that more higher than discontinuous machine.
Key words : quality of milled, milling systems, rice, tidal swamp

PENDAHULUAN besar daripada total produksi gabah nasional.


Kapasitas kumulatif penggilingan yang ada di
Penggilingan padi merupakan proses
Indonesia adalah 109,5 juta ton beras/th
pengolahan gabah menjadi beras dengan
(Warris, 2004). Dengan demikian banyak
batas kadar air 13-14 %. Umumnya proses
alat/mesin penggilingan yang berukuran
penggilingan padi dapat dipisahkan antara
menengah kebawah kurang lancar peng-
pengolahan gabah menjadi beras pecah kulit
operasiannya. Hasil survai pada daerah-
(BPK) dan proses penyosohan yakni
daerah sentra produksi padi di wilayah
pengolahan beras pecah kulit menjadi beras
pasang surut Kalimantan Selatan, bahwa
sosoh. Pemisahan proses ini menggunakan
perusahaan penggilingan yang banyak ber-
alat yang terpisah juga yakni husker
operasi adalah penggilingan padi menengah
(pemecah kulit) dan whitener
(PPM) yang kapasitas kerjanya < 1-2 ton
(pemutih=penyosoh). Berdasarkan penggu-
beras per jam, sedangkan penggilingan padi
naan alat pada penggilingan secara umum,
kecil (PPK=RMU) kurang berkembang,
penggilingan padi cenderung untuk mening-
kecuali hanya untuk konsumsi setempat
katkan mutu, terutama pada penggilingan
dalam jumlah kecil. Sebaran PPM di wilayah
yang berskala kecil. Penggilingan padi dapat
pasang surut pada setiap radius dua kilometer
dikatagorikan antara lain penggilingan skala
terdapat satu penggilingan padi bila berada di
besar (kapasitas 2-4 ton beras /jam), skala
sekitar sentra produksi padi.
menengah (kapasitas 1-2 ton beras/jam) dan
Untuk mendapatkan nilai gizi yang
skala kecil (kapasitas < 1 ton beras/jam)
lebih tinggi, nilai derajat sosoh harus lebih
(Wimbley, 1983).
rendah dari 80 %. Namun karena
Menurut Rachmat et al. (2004),
pengetahuan konsumen akan mutu beras
kapasitas kumulatif penggilingan padi baik
yakni warna lebih bersih dan tingkat
tipe stasioner maupun Rice Milling Unit
kecermelangan yang tinggi maka derajat
(RMU) yang ada di Indonesia jauh lebih

9
Jurnal Teknologi Pertanian,7(1):9-17 ISSN1858-2419

sosoh lebih diutamakan. Berdasarkan Alat


preferensi tersebut pengusaha penggilingan Alat utama yang digunakan adalah
padi berusaha menyosoh padinya dengan cara mesin giling ukuran menengah (PPM)
memberi tekanan berlebihan terhadap butir dengan sistim tidak kontinyu dan semi
beras saat penyosohan sehingga beras banyak kontinyu, stop watch, timbangan besar dan
yang patah dan pecah. Proses penyosohan neraca analitik, moisture tester, ayakan
beras giling lebih banyak terjadi secara fisik diameter 2 mm, karung dan plastik.
dibanding cara kimia (Katsuragi, 1995). Hal Rancangan percobaan yang digunakan
ini terkait pula dengan daya simpan dan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL)
kepekaan terhadap serangan hama, semakin dengan 3 ulangan.
rendah derajat sosoh, beras semakin peka Parameter yang diamati adalah kadar
terhadap hama dan juga daya simpan beras air gabah, mutu fisik beras giling terdiri dari
semakin rendah. Disamping itu ada beras kepala (% BK), beras patah (% BP),
persyaratan mutu lainnya yaitu butir menir (%) serta Rendemen Giling (%),
mengapur (chalky rice) 3 %, butir kuning kapasitas giling (kg jam-1) dan ukuran biji.
(yellow kernel) 2%, butir rusak (damage rice) Konfigurasi dari mesin giling adalah
1 % dan butir merah (red kernel) 3 %. (1) Sistim penggilingan tidak kontinyu
Hasil penelitian Umar (2003), (Discontinue rice milling system) milik 3
penekanan terhadap butir beras dalam hal pengusaha. Sistim discontinue ini, aliran
putaran mesin sosoh yang sangat tinggi pada bahan dari satu unit ke unit proses berikutnya
permukaan beras dipengaruhi oleh besarnya dilakukan secara manual dengan tenaga
putaran silinder sehingga butir beras akan manusia; (2) Sistim penggilingan semi
mengalami kepatahan. Dengan kecepatan kontinyu (Semi continue rice milling
linier optimum dari mesin penyosoh (734 system), dimana aliran bahan sebagian
rpm) dapat meningkatkan mutu beras yang dilakukan secara manual (mengangkut gabah
diukur dari rendemen giling (74,68 %), beras kering giling ke mesin husker 1) dan
kepala (87,48 %) dan beras patah (8,90 %) selanjutnya dilakukan secara mekanis selalui
pada batas kadar air ± 13 %. elevator (aliran beras pecah kulit ke
Adapun tujuan dari penelitian ini penyosoh 1). Sedangkan dari husker 1 ke
untuk mempelajari dan mengevaluasi husker 2 dilakukan secara gravitasi, juga dari
pengaruh sistim penggilingan padi terhadap penyosoh 1 ke penyosoh 2.
kualitas giling di lahan pasang surut. Unjuk kerja sistim penggilingan
BAHAN DAN METODA diteliti dan dicatat pada saat proses
penggilingan berlangsung. GKG setiap
Penelitian dilaksanakan mulai bulan varietas digiling sebanyak 500 kg kemudian
Oktober 2009 sampai Januari 2010. Proses diambil sampel. Prosedur pengambilan
pemberasan dilakukan pada perusahaan sample sebanyak 1.000 g setiap interval 10
penggilingan padi komersil di tiga kecamatan menit sebanyak 3 ulangan secara acak.
yakni kecamatan Mandastana, Rantau Selanjutnya beras yang dihasilkan diamati
Badauh dan Barambai, Kabupaten Barito mutu gilingnya di laboratorium Pasca Panen
Kuala Kalimantan Selatan yang merupakan Balittra Banjarbaru. Untuk mendapatkan
sentra produksi beras di daerah pasang surut. rendemen giling sampel yang dianalisa
Bahan meliputi GKG, sekam, beras pecah kulit
Bahan penelitian berupa gabah kering (BPK), dedak dan beras giling (BG). Analisis
giling (GKG) varietas lokal : Siam Mutiara, mutu fisik (beras kepala, beras pecah, menir
Siam Unus dan Karang Dukuh dengan kadar dan kotoran) dilakukan dengan cara pilih
air antara 13-14%, dan beras giling hasil tangan (hand picking) mengikuti metoda
giling merupakan contoh beras untuk analisis mutu BPK dan BG dari SNI 01-
dianalisis mutu fisiknya dan ketiga varietas 6128-1999 (Badan Standarisasi Nasional,
lokal tersebut adalah beras yang berukuran 1999). Analisis mutu beras dilakukan
panjang. terhadap 100 g contoh (contoh kerja) yang
diambil secara acak. Dari contoh kerja
dilakukan pemisahan beras kepala (terdiri

10
Sudirman Umar Pengaruh Sistem Penggilingan Padi terhadap Kualitas Giling di Sentra Produksi Beras

dari beras utuh dan beras patah yang pertumbuhan. Adapun kondisi tanaman saat
berukuran >60% dari beras utuhnya), beras di lapang yang kurang baik menyebabkan
pecah ( beras patah yang berukuran <60% gabah kurang bernas sehingga terjadi butir
dari beras utuhnya). Untuk mengukur menir hancur saat giling.
menggunakan ayakan berdiameter 2,0 mm. Secara umum, mutu fisik dan warna
Beras kepala adalah butir beras giling yang beras giling yang dihasilkan dari mesin giling
mempunyai panjang atau lebih dari ¾ discontinue di lahan pasang surut cukup baik.
panjang rata-rata butir utuh yang tidak rusak, Mutu yang cukup baik ini adalah proses kerja
sedangkan beras patah memiliki ukuran alat yakni adanya putaran dua rol yang
butiran 2/10 - 6/10 bagian beras utuh, menir berlawanan arah dengan kecepatan berbeda.
memiliki ukuran < 2/10 bagian beras utuh Jarak (clearance) antara dua rol pemecah
atau melewati lobang ayakan 2,0 mm kulit yang relatif seimbang dengan besarnya
(Waries, 2006). butir gabah sekitar 1,0-1,5 mm sehingga rol
pemecah tidak terlalu menekan permukaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
gabah. Selanjutnya saat beras pecah kulit
Unjuk kerja mesin penggilingan padi berada dalam ruang penyosoh terjadi tekanan
Umumnya sentra produksi beras dan deraan pada permukaan beras namun
pasang surut di Kabupaten Barito Kuala tidak terlalu besar dengan putaran rpm
didominasi oleh mesin giling discontinue. sedang. Apabila putaran terlalu besar lama
Penggilingan tipe discontinue yang ada di akan berpengaruh terhadap hasil beras.
tingkat desa di lahan pasang surut pada Apabila tekanan dan deraan rol pemecah dan
umumnya double pass rice mills dengan silinder penyosoh serta putaran yang tinggi
kapasitas kerja antara 1,0 – 2,0 ton jam-1 maka akan banyak menghasilkan butir pecah
output dengan rendemen < 60 % dan beras dan juga menir. Tingginya beras patah karena
kepala sekitar 80 %. Kinerja mesin dari pada ruang penyosoh terdapat gaya tekan
beberapa mesin giling menunjukkan bahwa yang besar terhadap permukaan beras sejalan
rendemen giling dari padi varietas lokal yang dengan tingginya putaran silinder penyosoh.
telah diproses bervariasi dan relatif rendah. Gaya tekan yang terdapat dalam ruang
Salah satu penyebab rendemen beras rendah penyosoh sebesar 200 gf cm-2 (Satake, 1991).
adalah kadar air saat penggilingan. Kadar air Menurut Umar (2003), pada kecepatan putar
gabah yang lebih tinggi dari 14 % saat penyosoh diatas 734 rpm terjadi penurunan
dilakukan penggilingan akan banyak rendemen sebesar 8,68 % (var. Martapura)
menghasilkan beras hancur yang akan dan 7,25 % (var. Cisokan). Turunnya
meningkatkan butir menir. Mutu fisik dan rendemen giling karena pada saat beras pecah
warna beras giling secara umum kulit masuk ke ruang penyosoh terjadi
menunjukkan bahwa semakin tinggi kadar air pengikisan pada permukaan beras pecah kulit
gabah menghasilkan menir yang semakin yang menimbulkan panas sehingga
tinggi (Rachmat et al., 2008). Menurut mengakibatkan tingginya butir menir, dengan
Nugraha et al. (1998), nilai rendemen giling demikian rendemen semakin kecil.
dipengaruhi oleh beberapa faktor terhadap
mutu gabah, meliputi: varietas, teknik Hasil pengamatan terhadap hasil
budidaya, cekaman lingkungan. Selain itu penyosohan beras 3 varietas lokal
dalam proses konversi gabah menjadi beras menunjukkan beras dengan warna yang
yakni teknik dan alat/mesin penggilingan bersih dan cemerlang atau tidak terlihat
serta dalam hal kualitas beras terutama adanya butir mengapur. Tidak terdapatnya
derajat sosoh yang diinginkan, karena butir mengapur pada 3 varietas beras lokal
semakin tinggi derajat sosoh, rendemen akan karena rata-rata mempunyai kadar amilosa
semakin rendah. > 23 %. Kondisi beras bersih dan mengkilap
Kinerja mesin giling ini menunjukkan seperti ini amat disukai oleh masyarakat
hasil yang masih belum sempurna dimana Kalimantan Selatan umumnya. Namun
beras giling yang dihasilkan sebagai demikian keadaan seperti inilah yang
gambaran dari kondisi lapang yang kurang menyebabkan tingginya butir patah karena
mendukung saat tanaman masih dalam tingginya penekanan terhadap permukaan

11
Jurnal Teknologi Pertanian,7(1):9-17 ISSN1858-2419

butir beras untuk menjadikan beras yang dengan dinding sekrin maupun tekanan yang
putih bersih melalui pemolesan. Masyarakat terjadi diantara beras sehingga beras patah.
memang mempunyai preferensi mengingin- Setiawati et al. (1996), adanya gesekan
kan beras yang ramping dan mengkilap serta antara butir bpk dengan dinding sekrin yang
agak pera (kurang pulen) atau beras dengan mengakibatkan suhu beras meningkat
kadar amilosa yang tidak terlalu tinggi (> 23 sehingga beras menjadi lebih kering dan
%). Thahir (1993), menyebutkan bahwa mudah patah.
mutu beras giling hasil penyosohan sangat
Kapasitas giling
mempengaruhi minat konsumen. Biasanya
Hasil analisis statistik menunjukkan
konsumen cenderung memiliki beras dengan
bahwa kapasitas giling yang dihasilkan dari
butir kepala yang tinggi, kenampakan putih,
mesin giling terhadap 3 varietas padi lokal
bersih dan cemerlang. Permintaan pasar
tidak berbeda nyata, demikian juga dengan
terhadap beras giling bermutu tinggi, bebas
sistim penggilingan antara discontinue
dari debu dan cemerlang serta tidak
dengan semi continue. Namun perhitungan
mengandung butir patah.
kapasitas giling dari jam operasi yang
menggunakan full labour (tenaga kerja
Hasil pengamatan terhadap kinerja
manusia) untuk setiap jam kerjanya mesin
mesin giling semi continue di wilayah
discontinue lebih kecil dibanding dengan tipe
Penggalaman dan Sungai Tabuk (perusahaan
semi continue.
penggilingan padi besar) dengan kapasitas >
Kapasitas kerja yang dihasilkan mesin
2 ton output, rendemen dan beras kepala
giling discontinue dengan 3 varietas padi
yang dihasilkan tidak berbeda nyata dengan
lokal Kalimantan Selatan antara 760-1.025
tipe discontinue, hal ini diduga karena
kondisi gabah yang digiling saat itu berasal kg jam-1. Perbedaan kapasitas hasil ini
kondisi lapang MT 2010/2011 yang kurang karena ketiga varietas lokal mempunyai
baik. Pada pengujian lebih lanjut terhadap bentuk dan ketebalan kulit sekam yang
mutu giling ternyata beras kepala dan hasil berbeda. Tebal tipisnya kulit sekam dari
giling mesin semi-continue masih sedikit varietas padi lokal tersebut terlihat dari
lebih rendah dibanding mesin tipe perbedaan jumlah (tumpukan) sekam yang
discontinue. dihasilkan setelah dilakukan penggilingan
pertama. Selain itu juga diduga karena
Pada mesin giling tipe discontinue,
perbedaan kecepatan putar antara mesin
BPK yang keluar dari husker pertama, dapat
pemecah kulit dan mesin penyosoh. Menurut
menunggu untuk dimasukkan kembali ke
Umar (2003), kapasitas giling juga
hopper husker kedua oleh tenaga kerja
dipengaruhi oleh kadar air bahan dan jumlah
manusia, sehingga beras yang digiling pada
pemasukan beras pecah kulit (BPK) kedalam
mesin giling discontinue menghasilkan butir
hopper. Pengulangan memasukkan bpk pada
patah yang lebih sedikit.
mesin penyosoh hingga tiga kali mengha-
Rendahnya mutu giling pada mesin silkan kapasitas yang lebih rendah dibanding
semi continue disebabkan karena proses dengan yang memasukkan bpk hanya dua
penggilingan setelah gabah dihasilkan dari kali. Hasil pengujian Zahrotul et al. (2008),
mesin pemecah (husker) pertama, berjalan bahwa dengan dua kali ulangan dan pada
terus menerus sehingga gabah yang digiling
kondisi putaran poros utama rata-rata 949
pada kondisi yang lebih panas (tidak ada
rpm, kapasitas penggilingan yang dihasilkan
waktu sela) maka beras yang digiling
mendapat deraan yang cukup besar dan rata-rata 1.432,14 kg jam-1 dan kapasitas
berkesinambungan. Dari hasil pengukuran giling alat ini cukup memadai untuk
terhadap beras yang keluar dari mesin gabungan kelompok tani.
penyosoh, suhu beras yang dihasilkan sekitar Kadar Air
50oC. Salah satu sebab kepatahan butir gabah Mutu gabah saat digiling terutama
karena suhu gabah saat disosoh relatif tinggi. ditentukan oleh kadar air gabah. Pada kadar
Adanya suhu beras yang tinggi (50oC) terjadi air yang tinggi, gabah relatif lunak sehingga
karena selama proses penyosohan beras, memerlukan energi yang lebih banyak untuk
tidak bisa dihindari adanya benturan beras menghasilkan BPK serta saat penyosohan

12
Sudirman Umar Pengaruh Sistem Penggilingan Padi terhadap Kualitas Giling di Sentra Produksi Beras

beras patah tinggi. Sebaliknya kadar air dipengaruhi oleh kualitas gabah dan alat
gabah yang terlalu rendah menyebabkan penggilingan.
banyaknya gabah yang retak, sehingga Hasil analisis sample ketiga varietas
meningkatkan jumlah beras patah saat masing-masing 3 kali pengambilan contoh
penggilingan. Dengan demikian tinggi pada penggilingan discontinue menunjukkan
rendahnya kadar air dalam gabah saat adanya perubahan mutu yang fluktuatif
digiling akan mempengaruhi mutu beras antara gabah kering giling (GKG) dengan
yang dihasilkan. Hasil pengukuran ternyata beras. Mutu gkg dari hasil panen dengan
kadar air gabah yang siap digiling antara kondisi pertanaman yang baik dan dipanen
12,98-13,43 %. Siam Unus mempunyai sesuai kondisi lingkungan rata-rata baik.
kadar air terendah, karena kulit sekam palin Beras yang dihasilkan dari perputaran rol
tipis, sehingga saat pengeringan pengeluaran mesin pemecah yang seimbang dan tidak
uap air gabah paling cepat. terlalu tinggi akan menghasilkan mutu yang
Menurut Wijaya (2009), prosentase lebih baik, demikian juga dengan putaran
butir utuh, butir kepala dan butir patah secara silinder mesin penyosoh. Selain itu
bersama-sama dipengaruhi oleh perbedaan kelengkapan dan kondisi lingkungan yang
kadar air gabah saat digiling. Kadar air gabah baik akan memberi peluang untuk
yang lebih rendah atau lebih tinggi dari 13,2 menghasilkan beras yang bermutu baik.
% akan menurunkan hasil beras kepala.
Mutu fisik beras giling
Secara umum dari hasil pengamatan
Data pengamatan mutu fisik beras
mutu fisik ternyata semakin tinggi kadar air
giling dari 8 unit penggilingan padi yang ada
gabah saat penggilingan, semakin tinggi
di sentra produksi padi di lahan pasang surut
menir yang dihasilkan. Dari pengamatan
menunjukkan bahwa pengolahan langsung
kasat mata menunjukkan bahwa semakin
beras pecah kulit (BPK) untuk menjadi beras
tinggi kadar air gabah, warna beras
dilakukan penyosohan sebanyak 3 kali
cenderung semakin kelabu.
sehingga kandungan butir gabah yang ada
Mutu gabah pada BPK relatif rendah yakni < 1,0 %.
Pada proses penggilingan selain kadar Prosentase butir gabah dalam bpk masih
air gabah, yang juga merupakan hal penting tergolong rendah, karena berdasarkan
dalam menghasilkan mutu beras yang baik persyaratan mutu BPK maksimum 2 % untuk
adalah mutu gabah itu sendiri, karena bila kualitas IV (SNI-01-6128-1999) (Badan
mutu gabah rendah, selain dapat menurunkan Standardisasi Nasional, 1999).
mutu beras dan rendemen beras giling, juga
dapat mempercepat proses kerusakan rol Table 1. Standard of rice milling quality
pemecah kulit serta ausnya silinder penyosoh based on SNI No. 01-6128-1999 (Ba-
semakin cepat. dan Standardisasi Nasional, 1999)
Hasil pengamatan terhadap gabah hasil Grade
Components
panen yang akan diproses ke penggilingan I II III IV V
dari ternyata kurang bernas, hal ini berkaitan Moisture 14,0 14,0 14,0 14,0 15,0
dengan fase perkembangan tanaman di content (max)
lapangan yang mengalami kekurangan air. %
Selain itu karena saat proses pengisian Head rice (min) 100 95 84 73 60
temperatur udara cukup tinggi yakni %
banyaknya sinar matahari, sehingga Unbroken rice 60 50 40 35 35
pengisian tidak berjalan normal dan proses (min) %
pengepakan cepat terjadi. Karena kondisi Broken rice 0 5 15 25 35
seperti itu maka gabah hasil panen yang (max.) %
digiling di beberapa lokasi menghasilkan Brewer rice 0 0 1 2 5
beras giling dengan kualitas yang relative (max.) %
rendah. Selain itu menurut Mudjisihono
Foreign matter 0 0 0,02 0,05 0,2
(1998), bahwa besarnya beras pecah kulit
(max.) %

13
Jurnal Teknologi Pertanian,7(1):9-17 ISSN1858-2419

Hasil penelitian menunjukkan bahwa batu amril terhadap kedua ujung butir beras
beras kepala (BK) dari beras pecah kulit relatif lebih mudah daripada sisi dorsal,
yang dihasilkan pada penggilingan discon- ventral dan lateral.
tinue lebih tinggi dibanding penggilingan Hasil rata-rata dari dimensi bpk, dimensi
semi continue namun tidak beda nyata, panjang dan tebal varietas Siam Mutiara
sedangkan beras patah ada pengecualian. menurun sekitar 3,0 % setiap penyo-sohan
Selain itu tingginya beras patah juga sedangkan rata-rata penurunan dimensi lebar
dipengaruhi oleh perlakuan gabah di hanya 2,5 %. Pada varietas Siam Unus rata-rata
lapangan sebelum digiling serta ketrampilan penurunan dimensi panjang pada tiap
operator dalam melakukan penggilingan. penyosohan 2,8 % dan pada dimensi lebar
Pada penggilingan padi di wilayah pasang hanya 2,3 %. Pada varietas Karang Dukuh 3,3
surut yang menggunakan padi lokal, proses % terhadap dimensi panjang, 2,8 % terhadap
penyosohan pada bpk lebih diutamakan lebar dan 2,7 % terhadap tebal. Bila selama
sehingga proses penyosohan dilakukan proses penggilingan diameter butir dikurangi,
sampai tiga kali. Umumnya pemilik gabah kerusakan beras meningkat (Matthews and
(petani/konsumen) tidak mengutamakan Spadaro 1976).
tingginya rendemen giling tetapi perfor-
mance beras yang bersih, putih dan meng- Beras Kepala
kilap. Hasil survai pasar oleh Umar dan Noor Hasil penelitian menunjukkan bahwa
(2002) bahwa rata-rata keberadaan beras di penggilingan dari hasil gabah kering dengan
tingkat pasar adalah penampakan beras putih, kadar air ± 13-14 % menghasilkan beras
bersih dan mengkilap sehingga harga jual giling yang tidak berbeda antar varietas
akan tinggi. Hal ini didukung oleh Thahir maupun sistim penggilingan dilihat dari
(1993), permintaan pasar terhadap mutu kualitas giling seperti beras kepala 82-85 %
beras giling yang bersih dan cemerlang, tidak dan beras patah 13-16,50 % serta menir 3,20-
mengandung beras pecah semakin mening- 3,60 %. Semakin tinggi prosentase beras
kat. kepala maka kualitas beras dinilai lebih
tinggi.
Ukuran dan bentuk biji Adapun mutu gabah kering giling dari
Hasil dari peningkatan penyosohan masing-masing varietas yang diproses pada
beras menunjukkan penyusutan dimensi penggilingan dengan dua sistim penggilingan
panjang relatif lebih besar daripada lebar dan menghasilkan beras dengan kondisi mutu
tebal. Hal ini diduga akibat putaran silinder seperti pada Tabel 2.
Table 2. Influence of the mill type on rice quality of 3 local paddy varieties in tidal swamp-land,
Barito Kuala, 2009

Moisture Head Rice (%) Broken Rice (%) Brewer (%)


Paddy content
varieties of rough Discontinue Semi Discontinue Semi Discontinue Semi
rice (%) continue continue continue
Siam 13.43 81.67 a 81.06 a 14.20 p 16.04 p 3.95 y 3.75 y
Mutiara
Siam Unus 12.98 85.69 a 82.88 a 13.23 p 16.62 pq 3.62 y 3.34 y
Karang 13.08 87.51 a 84.67 a 13.06 p 16.98 pq 3.23 y 2.75 y
Dukuh
Mean 84.93 82.87 13.50 16.55 3.60 3.28
Data in a colomn followed by same letter shows no significant difference at  of 5% by DMRT
Kualitas beras giling sangat dipenga- 63,59 %, beras kepala 82,54 %, butir patah
ruhi oleh kualitas gabah dan penggilingan 14,29 % dan menir 3,16 % adalah mutu beras
yang digunakan (Budiharti et al., 2006). yang baik (Gatot, 1983).
Gabah yang digiling pada kadar air 13,2-14,0 Berdasarkan beberapa data yang
% menghasilkan rendemen beras giling diamati, diketahui bahwa mutu beras giling

14
Sudirman Umar Pengaruh Sistem Penggilingan Padi terhadap Kualitas Giling di Sentra Produksi Beras

dari gabah 3 varietas lokal yang digiling continue yakni 16,55 % dibanding dengan
relatif rendah, karena tingginya prosentase discontinue 13,50 % atau 2,95 % lebih tinggi.
butir patah dan menir. Secara umum dari Umumnya petani lahan pasang surut
beberapa hasil penelitian menunjukkan menggunakan padi varietas lokal dimana
bahwa mutu giling beras varietas lokal lebih sarana produksi yang diberikan relatif sedikit
rendah dari varietas unggul. Hasil penelitian (100 kg Urea ha-1 + 50 kg SP36). Rendahnya
Susanty (2006) tentang identifikasi kualitas sarana produksi yang diberikan mengakibat-
beras lokal di Kalimantan Selatan menunjuk- kan tidak terbentuknya anakan lambat,
kan bahwa mutu beras lokal yang beredar di dengan demikian umur panen dapat merata.
pasaran paling tinggi hanya mencapai mutu Pemupukan yang tinggi akan berpengaruh
IV, disebabkan karena butir menir yang terhadap tumbuhnya anakan lambat dan
tinggi. bervariasinya umur panen dan bila tanaman
padi yang dipanen menggunakan alat panen
Butir patah arit maka masih terdapat sejumlah butir hijau
Kadar air gabah optimum untuk proses yang dapat menurunkan mutu giling atau
penggilingan adalah 14% dan jika terlalu menurunkan mutu beras. Hasil penelitian
kering atau terlalu basah maka akan meng- Umar et al. (1988) menyatakan bahwa
akibatkan banyaknya beras patah. Selain perlakuan pemupukan dengan dosis lebih
dipengaruhi oleh kualitas gabah, beras patah
kecil 45 kg N ha-1 (100 kg Urea), butir hijau
juga disebabkan oleh kondisi penggilingan
dan beras pecah yang dihasilkan lebih kecil.
seperti lamanya proses pengilingan dan
penyosohan. Rendemen giling
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Produk utama dari proses penggilingan
butir patah pada tingkat penyosohan beras adalah beras giling dan sebagai hasil
giling ketiga varietas tidak menunjukkan sampingnya adalah dedak dan menir
beda nyata, namun pada varietas Karang sedangkan sekam sebagai limbah dari proses
Dukuh antara sistim penggilingan semi penggilingan. Rasio penggilingan tidak
continue berbeda. Bila tingkat penyosohan mencerminkan unjuk kerja penggilingan,
semakin tinggi diperoleh prosentase butir oleh karena itu hasil beras giling harus
patah yang lebih tinggi. Hal ini diduga bahwa dikonversi yaitu rasio butir hampa dan benda
terjadinya butir patah yang lebih tinggi, asing terhadap gabah bersih. Rendemen
sebagian besar disebabkan oleh perlakuan giling dapat diperoleh dari perbandingan
sebelum gabah digiling atau karena perla- antara bobot beras giling yang dihasilkan
kuan pra panen dan pascapanen seperti umur dengan bobot gabah contoh awal dikalikan
panen, cara panen, cara pengeringan maupun seratus persen (Suismono et al., 2003).
cara penggilingan untuk mendapatkan beras Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pecah kulit yang siap disosoh (dipolish). rendemen giling antara 3 varietas tidak
Selain itu Munarso (1995) mengatakan berbeda nyata demikian juga dengan sistim
bahwa bila menginginkan beras yang putih penggilingan. Pada Tabel 3 terlihat bahwa
dan bersih akan menyebabkan peningkatan rendemen tertinggi pada beras Karang Dukuh
derajat sosoh dengan membuang jumlah dan sistim semi continue menghasilkan
bekatul yang banyak sehingga beras patah rendemen beras giling 2,34 % lebih tinggi
akan tinggi. Varietas dengan crack resistance dibanding sistim discontinue.
tinggi dapat mengurangi rendemen giling Dari perlakuan tipe mesin giling pada
karena berasnya hancur. Pada pengamatan 3 lokasi, rendemen beras giling rata-rata
ini, rata-rata gabah yang diperoleh di tingkat yang diperoleh antara 57-60%. Hasil ini
petani hasil panen musim hujan mutu bahan seharusnya masih dapat ditingkatkan, ren-
baku gabah yang digiling tidak diberi dahnya rendemen karena kondisi tanaman
perlakuan khusus, tetapi berdasarkan saat masih di lapang pada MT 2009/2010
perlakuan yang diberikan oleh pemilik gabah. relatif kurang baik. Menurut Dede (2009),
Dari hasil giling secara keseluruhan ternyata berdasarkan analisis deskriptif dari hasil
menunjukkan bahwa beras patah lebih survai terhadap 89 perusahaan penggilingan
banyak terjadi pada penggilingan semi padi di 6 provinsi lumbung beras menunjuk-

15
Jurnal Teknologi Pertanian,7(1):9-17 ISSN1858-2419

Table 3. Influence of the mill type on milling recovery and milling ratio of 3 local paddy varieties
in tidal swampland, Barito Kuala, 2009.

Paddy Weight Rice Milling (g) Milling ratio (%) Milling recovery (%)
of rough
varieties Semi Semi Semi
rice (g) Discontinue Discontinue Discontinue
continue continue continue
Siam 500 348.37 a 348.90 a 69.67 p 69.68 p 57.43 y 58.56 y
Mutiara
Siam Unus 500 333.42 a 367.63 a 66.68 p 73.53 p 55.57 y 59.57 y
Karang 500 364.28 a 360.48 a 72.78 p 72.09 p 59.73 y 61.63 y
Dukuh
Mean 348.69 359.00 69.74 71.77 57.58 59.92
Data in a colomn followed by same letter shows no significant difference at  of 5% by DMRT

kan bahwa susunan mesin penggilingan padi Budiharti, Uning, Haryono dan R Juliana
(konfigurasi) berpengaruh terhadap rende-men (2006). Perbaikan konfigurasi mesin
beras giling dan kualitas beras giling. pada penggilingan padi kecil untuk
Rendemen beras giling yang dihasilkan oleh meningkatkan rendemen giling.
penggilingan padi kecil (PPK) dengan
Dede Nurmansyah (2009) Meningkatkan
konfigurasi sederhana yaitu Husker-Polisher
rendemen kualitas beras giling melalui
(H-P) rata-rata 55,71 % dengan beras kepala
revitalisasi sistim penggilingan padi
74,25 % dan beras patah 14,99 %. Sedangkan
rakyat. http://perpadian.or.id/ [Diakses
penggilingan padi skala menengah (PPM)
pada tanggal 23-04-2011]
dengan konfigurasi Cleaner-Husker-
Separator-Polisher (C-H-S-P) menghasilkan Gatot SH (1983) Mempelajari pengaruh suhu
rendemen, kualitas beras (beras kepala dan pengeringan dan kadar air gabah pada
beras patah) masing-masing 59,69 %, 75,73 proses pemberasan terhadap rendemen
% dan 12,52 %. beras giling, beras kepala, beras patah
dan menir. IPB, Fakultas Teknologi
KESIMPULAN Pertanian Bogor.
Penggilingan beras untuk wilayah
Katsuragi Y (1995) Rice milling machine.
pasang surut dengan mesin giling sistim
Rice Post Harvest Technology. The
semi-continue dan discontinue menghasilkan
Food Agency, Ministry of Agriculture,
mutu beras giling cukup baik, dilihat dari
Forestry and Fisheries. Japan pp. 351-
prosentase rendemen giling yang dihasilkan
362
>57%. Dengan mesin giling sistim
discontinue mutu beras giling yang Matthews J dan Spadaro JJ (1976). Rice
dihasilkan relative lebih baik dengan hasil breakage during combine harvesting.
kandungan BK, dan BPK masing-masing Rice Journal 78(7): 59-63.
84,92%, dan 13,50% dan kualitas beras
Mudjisihono (1994) Prosedur analisa untuk
varietas Karang Dukuh yang dihasilkan
mutu gabah dan beras. Balai Penelitian
memenuhi syarat mutu III berdasarkan SNI
Tanaman Pangan Sukamandi, Jawa
No. 01-6128-1999, namun rata-rata hasil
Barat.
beras giling kedua sistim penggilingan
termasuk dalam mutu IV. Munarso, S.J. (1995). Karakteristik dedak
padi sebagai bahan pangan Dalam
DAFTAR PUSTAKA Prosiding Konas Peragi/X/KP/G/1995.
Badan Standardisasi Nasional (1999). Jakarta 4-5 Oktober 1995.
Standar Mutu Beras Giling SNI 6128-
Rachmat, R., Handaka, Harsono, U. Budiarti,
1999. Badan Standardisasi Nasional, C. Sriyanto, Sudaryono, S. Lubis dan
Jakarta.
S. Nugraha. (2004). Perkembangan
penggilingan padi tipe mobil di Jawa

16
Sudirman Umar Pengaruh Sistem Penggilingan Padi terhadap Kualitas Giling di Sentra Produksi Beras

Timur. Prosiding Seminar Tentang Umar S (2003) Pengaruh kecepatan linier


Kebijakan Perberasan dan Inovasi mesin penyosoh terhadap mutu beras
Teknologi Padi. Hal. 879-887. di daerah pasang surut. HABITAT
Puslitbangtan. Badan Litbang Deptan, 14(2): 68-75.
Bogor 15-16 Desember 2004.
Warris A (2004) Kondisi dan permasalahan
Rachmat R, Sudaryono, Thahir R (2006) pengolahan padi di Indonesia.
Pengaruh beberapa komponen Lokakarya Nasional Upaya Pening-
teknologi proses pada penggilingan katan Nilai Tambah Pengolahan Padi.
padi terhadap mutu fisik beras. Jurnal BULOG-IPB. 20-21 Juli 2004. Jakarta.
Enjiniring Pertanian (4)2: 65-72.
Waries (2006) Teknologi Penggilingan Padi.
Satake (1991) Modern rice milling PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
technology. University of Tokyo. Press
Wijaya (2009) Pengaruh kadar air terhadap
Tokyo.
mutu fisik beras giling. http://faperta-
Suismono A, Setyono S, Dewi Indrasari, usnwagati.com/. [Diakses pada tanggal
Wibowo P, Irsal Las (2003) Evaluasi 23-04-2011]
mutu beras berbagai varietas padi di
Wimbley JE (1983) Paddy Post Harvest
Indonesia. Balai Penelitian Tanaman
Industry in Development Countries.
Padi, Sukamandi Jawa Barat.
IRRR Los Banos, Philippines.
Susanty (2006) Identifikasi kualitas beras
Zahrotul HA, Bintoro N, Susanti DY (2008)
lokal di Kalimantan Selatan. Skripsi
Unjuk kerja penggilingan padi tipe
Fakultas Pertanian Universitas
single pass. Prosiding Seminar
Lambung Mangkurat, Banjarbaru.
Nasional Teknik Pertanian 2008.
Thahir R (1993) Teknologi penggilingan Fakultas Teknologi Pertanian UGM,
padi. Makalah Temu Lapang Usaha Yogyakarta, 18-19 November 2008.
Penggilingan Padi Pada Rapat Teknis
Tim Evaluasi Harga Produksi Gabah.
Dirjen Tanaman Pangan, Jakarta.
Umar S, Noor H Dj, Herawati I (1988)
Pengaruh pemupukan terhadap mutu
beras padi pasang surut. Prosiding
Seminar Penelitian Pasca Panen
Pertanian. p. 91-96. Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian, Deptan
Bogor, 1-2 Februari 1988.

17
PEDOMAN PENULISAN
Jurnal Teknologi Pertanian
Universitas Mulawarman
Pengiriman memberikan penghargaan kepada beberapa
Jurnal Teknologi Pertanian Universitas institusi atau orang yang membantu dalam
Mulawarman menerima naskah berupa artikel pelaksanaan penelitian dan atau penulisan
hasil penelitian dan ulas balik (review) yang laporan.
belum pernah dipublikasikan pada majalah/jurnal Daftar Pustaka. Daftar Pustaka ditulis
lain. Penulis diminta mengirimkan tiga eksemplar memakai sistem nama tahun dan disusun secara
naskah asli beserta softcopy dalam disket yang abjad. Beberapa contoh penulisan sumber acuan:
ditulis dengan program Microsoft Word. Naskah
dan disket dikirimkan kepada: Jurnal
Editor Jurnal Teknologi Pertanian Wang SS, Chiang WC, Zhao BL, Zheng X, Kim
d. a. Jurusan Teknologi Hasil Pertanian IH (1991) Experimental analysis and
Fakultas Pertanian computer simulation of starch-water
Universitas Mulawarman interaction. J Food Sci 56: 121-129.
Jalan Tanah Grogot Buku
Samarinda 75119 Charley H, Weaver C (1998) Food a Scientific
Format Approach. Prentice-Hall Inc USA
Umum. Naskah diketik dua spasi pada kertas
A4 dengan tepi atas dan kiri 3 centimeter, kanan Bab dalam Buku
dan bawah 2 centimeter menggunakan huruf Gordon J, Davis E (1998) Water migration and
Times New Roman 12 point, maksimum 12 food storage stability. Dalam: Food
halaman. Setiap halaman diberi nomor secara Storage Stability. Taub I, Singh R. (eds.),
berururtan. Ulas balik ditulis sebagai naskah CRC Press LLC.
sinambung tanpa subjudul Bahan dan Metode, Abstrak
Hasil dan Pembahasan. Selanjutnya susunan Rusmana I, Hadioetomo RS (1991) Bacillus
naskah dibuat sebagai berikut : thuringiensis Berl. dari peternakan ulat
Judul. Pada halaman judul tuliskan judul, sutra dan toksisitasnya. Abstrak Pertemuan
nama setiap penulis, nama dan alamat institusi Ilmiah Tahunan Perhimpunan
masing-masing penulis, dan catatan kaki yang Mikrobiologi Indonesia. Bogor 2-3 Des
berisi nama, alamat, nomor telepon dan faks serta 1991. p. A-26.
alamat E-mail jika ada dari corresponding author.
Jika naskah ditulis dalam bahasa Indonesia Prosiding
tuliskan judul dalam bahasa Indonesia diikuti Prabowo S, Zuheid N, Haryadi (2002) Aroma
judul dalam bahasa Inggris. nasi: Perubahan setelah disimpan dalam
Abstrak. Abstrak ditulis dalam bahasa wadah dengan suhu terkendali. Dalam:
Inggris dengan judul "ABSTRACT" maksimum Prosiding Seminar Nasional PATPI.
250 kata. Kata kunci dengan judul "Key word" Malang 30-31 Juli 2002. p. A48.
ditulis dalam bahasa Inggris di bawah abstrak. Skripsi/Tesis/Disertasi
Pendahuluan. Berisi latar belakang dan Meliana B (1985) Pengaruh rasio udang dan
tujuan. tapioka terhadap sifat-sifat kerupuk udang.
Bahan dan Metode. Berisi informasi teknis Skripsi Fakultas Teknologi Pertanian
sehingga percobaan dapat diulangi dengan teknik UGM Yogyakarta.
yang dikemukakan. Metode diuraikan secara
lengkap jika metode yang digunakan adalah Informasi dari Internet
metode baru. Hansen L (1999) Non-target effects of Bt corn
Hasil. Berisi hanya hasil-hasil penelitian baik pollen on the Monarch butterfly (Lepidop-
yang disajikan dalam bentuk tubuh tulisan, tabel, tera: Danaidae). http://www.ent. iastate.
maupun gambar. Foto dicetak hitam-putih pada edu/entsoc/ncb99/prog/abs/D81.html [21
kertas licin berukuran setengah kartu pos. Agu 1999].
Pembahasan. Berisi interpretasi dari hasil Bagi yang naskahnya dimuat, penulis
penelitian yang diperoleh dan dikaitkan dengan dikenakan biaya Rp 150.000,00 (seratus lima
hasil-hasil penelitian yang pernah dilaporkan puluh ribu rupiah).
(publikasi). Hal lain yang belum termasuk dalam petunjuk
Ucapan Terima Kasih. Digunakan untuk penulisan ini dapat ditanyakan langsung kepada
menyebut-kan sumber dana penelitian dan untuk REDAKSI JTP.

You might also like