You are on page 1of 3

Keutamaan Malam Seribu Bulan

Al-Ustadz Qomar Su’aidi

Lailatul Qodr adalah malam yang dimuliakan ‫ا‬. ‫ ا‬menamainya dengan


Lailatul Qodr, menurut sebagian pendapat, karena pada malam itu ‫ا‬
mentakdirkan ajal, rizki, dan apa yang terjadi selama satu tahun, dari aturan-aturan
‫ا‬.
Hal ini sebagaimana ‫ ا‬firmankan:

∩⊆∪ AΟŠÅ3ym @øΒr& ‘≅ä. ä−tøム$pκŽÏù

Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah. (Surat Ad-
Dukhon ayat 4).
Di dalam ayat tersebut, ‫ ا‬menamai Lailatul Qodr karena sebab tersebut.
Menurut pendapat lain, disebut Lailatul Qodr karena malam tersebut memiliki
kedudukan yang tinggi di sisi ‫ا‬. ‫ ا‬menyebutnya sebagai malam yang berkah,
sebagaimana firmanNya:

∩⊂∪ zƒÍ‘É‹ΖãΒ $¨Ζä. $‾ΡÎ) 4 >πx.t≈t6•Β 7's#ø‹s9 ’Îû çµ≈oΨø9t“Ρr& !$‾ΡÎ)

Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi


dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. (Surat Ad-Dukhon ayat
3).
‫ ا‬juga memuliakan malam ini dalam firmanNya:
∩⊂∪ 9öκy− É#ø9r& ôÏiΒ ×Žöy{ Í‘ô‰s)ø9$# ä's#ø‹s9 ∩⊄∪ Í‘ô‰s)ø9$# ä's#ø‹s9 $tΒ y71u‘÷Šr& !$tΒuρ

Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu
lebih baik dari seribu bulan. (Surat Al-Qodr ayat 2-3).
Maksudnya, amalan di malam yang barakah ini menyamai pahala amal
seribu bulan yang tidak ada Lailatul Qodr padanya. Seribu bulan sama dengan 83
tahun lebih. Ini menunjukkan keutamaan malam yang besar ini. Oleh karenanya
Nabi Shollallohu ‘alaihi wa Sallam berusaha mencari Lailatul Qodr.

1
Beliau bersabda, “Barangsiapa yang melakukan sholat pada Lailatul Qodr
karena keimanan dan mengharapkan pahala, maka dia akan diampuni dosanya
yang telah lampau maupun yang akan datang.”
‫ ا‬juga mengabarkan bahwa pada malam itu malaikat Jibril dan ruh turun.
Ini menunjukkan betapa besar dan pentingnya malam ini karena turunnya malaikat
tidak terjadi kecuali untuk perkara yang besar.
Kemudian ‫ ا‬mensifati malam itu dengan firmanNya:

∩∈∪ ̍ôfxø9$# Æìn=ôÜtΒ 4®Lym }‘Ïδ íΟ≈n=y™

Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar. (Surat Al-Qodr ayat
5).
‫ ا‬mensifati malam tersebut dengan malam keselamatan. Ini menunjukkan
kemuliaan, kebaikan, dan keberkahannya. Orang yang terhalangi dari kebaikan
malam itu berarti terhalangi dari kebaikan yang sangat banyak. Inilah keutamaan-
keutamaan yang besar pada malam barakoh ini.
Akan tetapi, ‫ا‬ menyembunyikannya di bulan Romadhon agar seorang
muslim bersungguh-sungguh mencarinya. Sehingga amalnya semakin banyak dan
dengan itu ia menggabungkan antara banyaknya amal di seluruh malam-malam
Romadhon dan bertepatan dengan Lailatul Qodr dengan segala keutamaan,
kemuliaan dan pahalanya. Sehingga dengan itu ia mengumpulkan antara dua
kebaikan. Ini merupakan karunia ‫ ا‬atas hamba-hambaNya.
Ringkasnya, bahwa Lailatul Qodr adalah malam yang besar (agung) dan
berkah. Juga merupakan nikmat dari ‫ ا‬yang mendatangi seorang muslim di bulan
Romadhon. Maka jika dia diberi taufik untuk memanfaatkannya dalam kebaikan, ia
akan mendapatkan pahala yang besar dan kebaikan yang banyak yang sangat dia
butuhkan.

2
Kapan Lailatul Qodr Itu?
Terdapat riwayat dari Nabi Shollallohu ‘alaihi wa Sallam bahwa Lailatul Qodr
terjadi pada malam 21, malam 23, malam 25, malam 27, atau malam 29 dan akhir
malam bulan Romadhon.
Al-Imam Asy-Syafi’i berkata, “Ini menurut saya, wallohu a’lam, karena
Rosululloh menjawab sesuai dengan pertanyaannya. Dan pendapat yang paling
kuat bahwa itu terjadi pada malam-malam yang ganjil dari sepuluh hari terakhir
bulan Romadhon, berdasarkan sabda Nabi Shollallohu ‘alaihi wa Sallam, dari
‘A`isyah bahwa Nabi beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Romadhon, dan
beliau mengatakan, ‘Carilah Lailatul Qodr pada malam ganjil dari sepuluh hari
terakhir bulan Romadhon.’” (Diriwayatkan oleh Al-Bukhori dan Muslim).

Tanda-Tanda Malam Lailatul Qodr


Rosululloh bersabda, “Pagi hari dari Lailatul Qodr, matahari terbit tanpa sinar
seperti bejana dari tembaga sampai tinggi.” (Diriwayatkan oleh Muslim).
Rosululloh bersabda, “Lailatul Qodr adalah malam yang tenang, cerah, tidak
panas dan tidak dingin, matahari terbit di pagi harinya lemah dan berwarna merah.”
(Diriwayatkan oleh Ath-Thoyalisi, Ibnu Khuzaimah, dan Al-Bazzar dari jalur Ibnu
‘Abbas)

Wallohu a’lam bish-showab

You might also like