You are on page 1of 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sector pada kesehatan saat ini sedang di hadapkan pada beban ganda,

yaitu penyakit menular dan tidak menular, penyakit menular masih

merupakan masalah kesehatan masyarakat karena masih banyak kasus

yang belum terselesaikan. Bahkan beberapa penyakit menular yang semula

dapat dikendalikan muncul kembali dengan penyebaran tidak mengenal

batas-batas daerah maupun batasan antar negara seperti tuberkulosis,

kusta, hepatitis dan AIDS. bahkan telah terjadi juga peningkatan kasus

penyakit yang tidak menular atau yang biasa disingkat dengan (PTM),

diketahui sebagai penyakit kronis yang sifatnya adalah menahun, yang

diketahui tidak di tularkan melalui orang ke orang. (Depkes RI, 2008)

Penyakit yang tidak menular merupakan penyakit yang sangat berbahaya

jika tidak segera dapat di tangani dengan baik, penyakit yang tidak

menular ini banyak disebabkan oleh beberapa factor seperti keturunan,

kurangnya aktivitas fisik, olah raga, pola hidup yang tidak sehat dan

obesitas (Damayanti, 2012). Obesitas merupakan masalah serius yang

berkembang di kesehatan dunia, Obesitas atau kelebihan berat badan

merupakan salah satu bentuk malnutrisi dan kelainan metabolisme sebagai

akibat penimbunan dari lemak tubuh yang berlebihan yang pada umumnya

di timbun pada jaringan subkutan sekitar organ tubuh penyebab lain dari

obesitas adalah nyeri pada persendian dikarenakan terdapat penumpukan


lemak yang ada didalam tubuh yang banyak mengandung purin ( Aru W

sudoyo, 2008)

selain itu memperburuk osteoarthritis terutama di daerah pinggul, lutut

dan pergelangan kaki , obesitas terjadi akibat penumpukan lemak yang

sangat tinggi didalam tubuh sehingga membuat berat badan berada di luar

batas ideal atau 20% dari normalnya tubuh. Sejumlah komplikasi dapat

timbul akibat obesitas bahkan beberapa di antaranya membahayakan

seperti hipertensi, diabetes mellitus, jantung, stroke dan asam urat. (Aru W

sudoyo, 2008) Asam urat atau yang biasa di kenal sebagai penyakit gout

di temukan dan tersebar di seluruh dunia. Asam urat merupakan kelompok

penyakit heterogen sebagai akibat dari deposisi Kristal monosodium. pada

jaringan atau akibat supersaturas asam urat didalam cairan ekstra seluler.

Seseorang dikatakan mengalami gangguan asam urat bila kadar asam urat

dalam darah melebihi batas normal. Terjadinya Asam urat ditandai dengan

pembengkakan pada sendi-sendi lutut dan jari-jari yang disertai rasa nyeri.

Kadar asam urat yang ada di dalam tubuh sangat berhubungan erat dengan

makanan yang di konsumsi, seperti faktor makanan yang banyak

mengandung purin. Pencegahan bagi obesitas dengan asam urat dapat

dilakukan berbagai cara, rajin memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan,

rutin untuk mengontrol kadar asam urat dan dapat memberikan

penyuluhan untuk menambah pengetahuan tentang penyakit asam urat

kepada masyarakat penerapan pola hidup yang sehat biasa dilakukan

dengan mempertahankan berat badan dalam rentang normal, dianjurkan


untuk mengkonsumsi lemak tak jenuh dan menurangi lemak jenuh di

dalam tubuh. Obesitas merupakan ciri dari populasi penderita asam urat,

tetapi tidak semua penderita asam urat berbadan gemuk memang kurus

pun tidak menutup kemungkinan untuk terserang asam urat, obesitas

berperan dalam terjadinya asam urat karena pada orang yang obesitas

kadar asam urat didalam darahnya meningkat disebabkan orang terkena

obesitas cendrung mengkonsumsi makanan yang kaya akan lemak dan

makanan yang banyak mengandung purin. (Kuskushendrahe, 2009)

Berdasarkan data asam urat di dunia, tercatat sebanyak 47,150 jiwa

orang menderita asam urat. Prevalensi asam urat pada populasi amerika

serikat diperkirakan 13,6/100.000 orang. Di Indonesia asam urat

menduduki urutan kedua terbanyak dari penyakit osteoarthritis Sedangkan

prevalensi asam urat di Indonesia sendiri diperkirakan 1,6-13,6/100.000

orang. (ariani, sunardi & fitriana, 2014).

Data yang ada di Indonesia mengenai asam urat menunjukan bahwa

terdapat 11,9%. Dan ada di Indonesia menunjukan bahwa terjadinya asam

urat tertinggi adalah di Bali (19,3%) diikuti Aceh (18,3%) Jawa barat

(17,5%) dan Papua (15,4%). Sedangkan prevalensi penyakit asam urat di

provinsi Lampung, berdasarkan diagnosis atau gejala tertinggi di Lampung

Timur (24,9) dan terendah di Metro (3,1) menurut karakteristiknya

peunyakit asam urat lebih banyak menyerang manula (lebih dari 50%)

perempuan (20,2%) pendidikan rendah (lebih dari 50%) kelompok


petani/nelayan/buruh (23,1%) tinggal di desa pedesaan (19,5) (Riskesdas,

2013).

Berdasarkan data yang di publikasikan pada tahun 2012 awal oleh

SEANUTS yang dilakukan di 4 negara Indonesia, Malaysia, Thailand dan

Vietnam obesitas adalah masalah yang mulai muncul di Negara

berkembang analisis yang dilakukan di beberapa Negara berkembang

menunjukan 43 juta mengalami obesitas dengan 35 juta diantaranya

berasal dari Negara berkembang hal ini di dukung oleh riset kesehatan

dasar, presentase di Indonesia sendiri adalah 18,8% dengan presentase

gemuk 10% dan obesitas 8,8% meningkat dari tahun 2012 yang di

temukan yaitu 9,2% dan Sumatra barat termasuk dalam 10 besar provinsi

yang mengalami obesitas tertinggi menempati urutan ke 10 yang yang

tertinggi pertama yaitu DKI Jakarta 26,6%, disusul dengan Sumatra barat

sebesar 7,7%, kota padang 7,6% dn termasuk dalam 10 daerah yang

mengalami obesitas tertinggi dengan menempati urutan ke 8.

Berdasarkan penelitian Pipit Choirum Fitriayah pada tahun 2011

berdasarkan data karakteristik responden pada kelompok umur didapatkan

bahwa 63% adalah usia 41-45 tahun. Tingkat pengeluaran energy tubuh

sangat peka terhadap pengendalian berat badan. Pengeluaran energy

tergantung dari dua factor: tingkat aktivitas dan olah raga secara umum

dan angka metabolisme basal atau tingkat energy yang dibutuhkan untuk

mempertahankan fungsi minimal tubuh. Pada tabel 4.2 menunjukan bahwa

hampir setengah kadar asam urat nya tinggi yiatu 25 responden (44,6%)
dan dari data responden berdasarkan usia hampir setengah yang berusia

30-40 tahun yaitu 21 orang 37% penyakit asam urat umumnya terjadi pada

usia pertengahan, terutama terjadi pada usia 30-40 tahun tetapi gejala biasa

lebih awal bila terdapat factor herediter. Seluruh responden memiliki rata

rata kadar asam urat yang tinggi yaitu >7 mg/dl pada pria dan >6 pada

wanita. Berdasarkan hasil pengujian dengan uji koefesien menunjukan

bahwa antara obesitas dengan kadar asam urat darah di dusun

pilanggadung kecamatan tikung kabupaten lamongan mempunyai

hubungan yang signifikan, selain itu di perkuat dengan korelasi nilai

sebesar 0,000 (p<0,05) dengan arah korelasi yang positif artinya semakin

tinggi nilai obesitas maka akan semakin tinggi kadar asam urat di dalam

tubuh

Berdasarakan penelitian Fitria Nuraini pada tahun 2011 berdasarkan

data yang diperoleh dari dinas kesehatan kabupaten jember pada tahun

2011 menunjukan prevalensi asam urat sebesar 0,1% yaitu 2.859 per

populasi pada 49 puskesmas (dinkes jember 2013 dalam pratiwi).

Tingginya prevalensi asam urat pada usia pertengahan yang sering terjadi

pada usia 40 sampai 50 tahun yang kebanyakan masih harus bekerja untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari, jenis penelitian yang digunakan adalah

korelasional dengan pendekatan cross sectional variable yang diukur yaitu

indek masa tubuh pada dewasa pertengahan, berdasarkan sample

didapatkan kadar asam urat yang paling tinggi 9.0 mg/dl dan kadar asam

urat paling rendah 2.0 dari mg/dl dengan jumlah keseluruhan 30 responden
(45,5%). Di susul dengan over weight 28 responden (42,4%) dengan kadar

asam urat tertinggi 14.3 mg/dl sebanyak dan kadar asam ueat paling

rendah 3.2 berdasarkan uji statistic menggunakan metode spearman Rho (α

= 0,05) diperoleh hasil ρ value =0,000 < 0,05. Dengn demikian bermakna

bahwa adanya hubungan antara indeks masa tubuh dengan kadar asam

urat.

Dari hasil studi penelitian, ditemukan data bahwa adanya 5 dari 8

orang yang melakukan pengobatan di Puskesmas Sumanda mulai pada

tanggal 1 Januari – 16 November 2017 dengan keluhan asam urat nyeri

sendi dan linu-linu, dari hasil pemeriksaan kadar asam urat yang dilakukan

peneliti pada warga yang positif asam urat bahwa adanya peningkatan

kadar asam urat darah 5->7 mg/dl dan setelah peneliti mewawancarai 5

orang yang postif mempunyai asam urat dan berat badan berlebih

mengatakan bahwa tidak memiliki pantangan saat mengkonsumsi

makanan, sebagian orang tidak mengetahui tentang factor penyebab

makanan yang dapat membuat tinggi purin di dalam tubuh meningkat.

Seperti melinjo, jeroan, daging merah atau makanan yang banyak

mengandung lemak, karena lemak dapat memicu terjadinya obesitas, dari

sebagian besar warga setelah peneliti mewawancarai mayoritas

pekerjaanya petani/berkebun, dan ibu rumah tangga, namun yang positif

terdapat ±115 orang dengan berbagai macam usia mulai dari umur 35-75

tahun. Laki-laki 47 orang dan wanita 68 orang. Berdsarkan studi

pendahuluan, peneliti melakukan wawancara dan pengukuran berat badan


dari yang menderita asam urat ada 8 orang terdapat 5 orang yang positif

dan memiliki berat badan berlebih atau obesitas, studi pendahuluan yang

dilakukan peniliti didapatkan banyak warga yang mengeluhkan pegal serta

linu-linu di daerah sendi dan kaki serta sulit untuk melakukan ibadah

sholat seperti saat sujud untuk posisi berdiri. dan sebagian orang yang

melakukan pengobatan di Puskesmas Sumanda untuk di anjurkan diet

makanan yang sehat dan mengkonsumsi makanan dengan rendah purin

atau makanan yang banyak mengandung lemak karena zat purin yang

menyebabkan kaki bengkak asam urat dalam tubuh biasanya akan dialami

jika mengkonsumsi banyak makanan yang mengandung lemak,

berdasarkan latar belakang diatas penelti tertarik untuk meneliti tentang

“hubungan obesitas dengan peningkatan kadar asam urat di puskesmas

sumanda pada tahun 2017”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti merumuskan masalah pada

penelitian ini adalah sebagai berikut “adakah hubungan obesitas dengan

peningkatan kadar asam urat di puskesmas sumanda pada tahun 2017”?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mengetahui apakah terdapat hubungan obesitas dengan peningkatan

kadar asam urat di puskesmas sumanda pada tahun 2017


2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui distribusi frekuensi karakteristik responden peningkatan

kadar asam urat di puskesmas sumanda pada tahun 2017

b. Mengetahui distribusi frekuensi responden obesitas di pusksemas

sumada pada tahun 2017

c. Mengetahui distribusi frekuensi responden asam urat di puskesmas

sumanda pada tahun 2017

d. Mengetahui hubungan obesitas dengan peningkatan kadar asam urat

di pueksemas sumanda pada tahun 2017

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi institusi pendidikan

Peneltian ini di harapkan dapat menjadi sumber referensi yang dapat

digunakan untuk penelitian lebih lanjut khususnya mengenai upaya

pencehagan penyakit asam urat

2. Bagi Peskesmas

Diharapkan dapat jadi masukan dalam perencanaan untuk membuat

program-program untuk para warga dalam pengembangan pelayanan

kesehatan pada masyarakat

3. Manfaat bagi peneliti

sebagai salah satu bentuk apresiasi penulis dalam mengaplikasikan

ilmu yang selama ini telah di proleh di bangku perkuliahan


E. Ruang lingkup penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan obesitas

dengan peningkatan kadar asam urat di puskesmas sumanda pada tahun

2017 waktu peneltian ini dilakukan dengan pendekatan cross sectional,

data yang dikumpulkan merupakan data primer yang di peroleh dengan

cara mengajukan pertanyaan tertutup melalui kuisoner yang akan di jawab

oleh responden

You might also like