You are on page 1of 50

BAB V

KONSEP PERANCANGAN

A. Acuan Dasar

Perencanaan Pusat Pameran Produk Usaha Jasa Konstruksi Di kendari


merupakan salah satu upaya dan usaha untuk merancang dan membangun
suatu wadah yang dapat menampung para pelaku usaha jasa konstruksi dalam
melakukan kegiatan promosi mengenai produk- produk yang mereka
hasilkan, agar kegiatan promosi lebih terarah dan tepat sasaran. Hal ini
diharapkan dapat menjadi salah satu cara dalam mengembangkan industri
Usaha jasa konstruksi yang ada di Sulawesi Tenggara khususnya di Kendari..

B. Konsep Perancangan Makro

1. Konsep Pemilihan Lokasi.

Melalui pendekatan aspek penentuan lokasi pada Bab IV, pemilihan


lokasi didasarkan pada:
a. Lokasi sesuai dengan arahan perkembangan zona kota Kendari dan secara
prinsipil lokasi yang dapat dijadikan sebagai tempat Perencanaan Pusat
Pameran Produk Usaha Jasa Konstruksi di Kendari itu terletak di Kawasan
Perdagangan dan Jasa
b. Keberadaan bangunan sebagai perdagangan dan jasa diharapkan sedapat
mungkin saling mendukung dengan fungsi-fungsi lingkungan sekitar.
c. Lokasi ditunjang oleh ketersediaan infrastruktur Kota seperti jalan,
transportasi dan jaringan utilitas Kota Kendari.
d. Luas lahan yang cukup untuk menampung fungsi bangunan.

Berdasarkan kriteria di atas, maka lokasi yang dapat digunakan sebagai


lokasi Perencanaan Pusat Pameran Produk Usaha Jasa Konstruksi adalah
Kecamatan Kadia dan Kecamatan Mandonga.

129
1) Alternatif 1, Kecamatan Kadia.

Gambar V.1.Lokasi Alternatif 1 Kecamatan Kadia.


(Sumber: Dinas Tata Kota, Kota Kendari).

Berdasarkan analisa kelayakan suatu


) daerah yang dapat dijadikan lokasi
maka keadaan pada Kecamatan Kadia dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Peruntukan lahan pada daerah ini adalah sebagai pusat Perdagangan dan
Jasa serta pusat olah raga.
b) Lokasi mudah dijangkau karena berada didekat pusat kota dan beberapa
kegiatan masyarakat Kota Kendari.
c) Lokasi bangunan yang sebagian besar adalah perumahan, pertokoan dan
lahan kosong yang didominasi oleh vegetasi pepohonan.

130
2) Alternatif 2, Kecamatan Mandonga.

Gambar V.2.Lokasi Alternatif 2 Kecamatan Mandonga.


(Sumber: Dinas Tata Kota, Kota Kendari).

Berdasarkan analisa kelayakan suatu daerah yang dapat dijadikan lokasi


)
maka keadaan pada Kecamatan Mandonga dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Peruntukan lahan pada daerah ini adalah sebagai sebagai pusat
Pemerintahan, Kota Kendari, Perdagangan dan Jasa serta disekitar teluk
sebagai pariwisata dan hiburan kota Kendari.
b) Sebagian besar jalan dilalui kendaraan umum, sehingga mudah
dijangkau
c) Lokasi bangunan yang sebagian besar adalah perkantoran, pertokoan,
perumahan dan lahan kosong didominasi oleh vegetasi pepohonan.

Berdasarkan analisa kelayakan alternatif lokasi di atas maka yang dapat


dijadikan lokasi perencanaan Pusat Pameran Produk Usaha Jasa Konstruksi
di Kendari adalah Alternatif 2,yaitu “Kecamatan Mandonga”.

131
Gambar V.3.Alternatif Terpilih “Kecamatan Mandonga”.
(Sumber: Dinas Tata Kota, Kota Kendari).

Arahan fungsi untuk Kecamatan Mandonga


) ini adalah Kantor Pemerintahan
Kota Kendari,perdagangan dan jasa, ,hiburan, pariwisata dan perumahan
(penunjang). Adapun gambaran mengenai letak Kecamatan Mandonga ini, yaitu:
1) Batas utara : Kabupaten Konawe (luar kota Kendari).
2) Batas selatan : KecamatanKadia dan Kecamatan Kambu.
3) Batas barat : Kecamatan Puuwatu.
4) Batas timur : Kecamatan Kendari Barat dan Teluk Kendari.

Wilayah Kecamatan Mandonga ini terletak di jantung Kota Kendari.Posisi


atau letak Kecamatan Mandonga ini sangat strategis karena terletak di jalur pusat
komersial perkotaan. Hal ini yang menyebabkan wilayah ini tidak pernah lepas
dari suasana keramaian. Maka dari itu dengan melihat potensi yang ada di
kawasan ini di harapkan mejadi lokasi yang strategis untuk pembangunan Pusat
Pameran Produk Usaha Jasa Konstruksi di kendari nantinya.

Sirkulasi transportasi di wilayah ini juga aksesnya sangat lancar karena jalan
yang ada menghubungkan beberapa Kecamatan, yaitu Kecamatan Puuwatu,
Kecamatan Kendari Barat, Kecamatan Kadia dan Kecamatan Kambu.

132
2. Konsep Pemilihan Site/Tapak.

Dalam pemilihan site/tapak yang sesuai untuk Perencanaan Pusat


pameran produk usaha jasa konstruksi, harus memanfaatkan potensi tapak
semaksimal mungkin dengan memperhatikan:
a. Sesuai peruntukan lahan dengan menyesuaikan tapak pada lingkungan
sekitarnya.
b. Letak site yang strategis, dekat dari jalan raya utama.
c. Tersedianya kelengkapan infrastruktur kota.
d. Karakteristik tapak juga perlu diperhatikan, seperti ukuran, bentuk,
kemiringan/kedataran, akses dan view tapak, lokasi dari bangunan lain
disekitarnya, vegetasi, lintasan matahari, arah dan kecepatan angin,
interval temperatur dan kelembaban udara serta curah hujan.

Berdasarkan kriteria tersebut di atas maka dapat dijelaskan mengenai


alternatif penentuan tapak sebagai berikut:

1) Alternatif Tapak 1.

133
Gambar V.4.Alternatif Tapak I di Jl. Saranani
(Sumber : Google maps)

Alternatif tapak I berada di Kecamatan Mandonga tepatnya di Jalan


Saranani. Dengan kriteria tapak sebagai berikut:
a) Tapak/site memiliki luas tanah yaitu ± 1,2 H.
b) Tapak/site dapat menampung Kegiatan pameran konstruksi.
c) Tersediaanya jaringan utilitas kota berupa telpon, listrik,air,dan drainase.
d) Pandangan yang baik dari 3 arah sekaligus karena terletak pada
pertemuan 2 jalan kolektor sekunder dan jalan lokal yaitu JL.Saranani
dan JL. Made Sabara, dan JL.tebaununggu II.
e) Letaknya strategis karena berseblahan dengan Kawasan Tugu Religi,
Sulawesi Tenggara dimana sering diadakan nya ivent-ivent nasional
f) Topografi site yang datar

134
2) Alternatif Tapak 2.

Gambar V.5.Alternatif Tapak II di Jl. Taman Surapati


(Sumber : Google maps)

Alternatif tapak II berada di Kecamatan Mandonga tepatnya di Jalan


Taman Suarapati. Dengan kriteria tapak, sebagai berikut:

a) Tapak/site memiliki luas tanah 1, Ha


b) Tapak berada di area pusat kegiatan pemerintahan
c) Tersediaanya jaringan utilitas kota berupa telpon, listrik, dan air.
d) Topografi site datar, namun berada lebih rendah dari bangunan lainnya.

135
3) Tapak terpilih.
Berdasarkan penjabaran mengenai kriteria penentuan tapak/site
maka tapak yang akan digunakan sebagai lokasi perencanaan
Perencanaan Pusat Pameran Produk Usaha Jasa Konstruksi di
Kendari adalah Alternatif I yaitu Kecamatan Mandonga, dengan
lokasi tapak/site berada pada Jalan Saranani.

3. Konsep Pengolahan Site/Tapak.

a. Eksisting Condition.

Gambar V.6.Eksisting Condition Tapak/Site.


(Sumber : Sketsa penulis)

Tapak berada di Jalan Saranani, Kecamatan Mandonga Kendari, dengan


rincian sebagai berikut:
1) Luas tapak ± 1,2 Ha
2) Kondisi tanah rata.
3) Batas-batas Tapak/Site, yaitu:
a) Sebelah Utara : Jl. Made Sabara
b) Sebelah Timur : Lorong, Perumahan Warga.
c) Sebelah Selatan : Jl. Tebaununggu, Tugu Persatuan.
d) Sebelah Barat : Jln. Saranani

136
b. Orientasi Tapak terhadap Lintasan Matahari
Suhu udara yang menigkat
pada Jam 09.00- 15.00

Gambar V.7.Orientasi Bangunan Terhadap Lintasan Matahari.


(Sumber : Sketsa penulis)

Penanaman Vegetasi sebagai Penggunaan Overstage


pada Bngunan untuk
peredam panas pada Site
menghindari Sinar Matahari
Langsung pada Bangunan.

Gambar V.8.Tanggapan Terhadap Lintasan Matahari


(Sumber : Sketsa penulis)

137
c. Noise/Kebisingan.
Kebisingan Cukup tinggi dari
sisi selatan, utara dan barat,
disebabkan site berada dekat
jalan yang sangat padat akan
kendaraan roda Dua Maupun
roda empat.

Gambar V.9. Noise/Kebisingan Sekitar Tapak.


(Sumber : Sketsa penulis)

Jarak bangunan diupayakan


tidak Terlalu dekat dengan
jalan untuk mengurangi efek
kebisingan dalam bangunan

Penggunaan pagar & tanaman


sebagai peredam kebisingan
Kendaraan yang berasal dari
jalan raya.

Gambar V.10.Tanggapan Noise/Kebisingan Sekitar Tapak.


(Sumber : Sketsa penulis)

138
d. Pencapaian ke Site/Tapak.
Pencapaian ke tapak dapat
Pencapaian ke tapak dapat melalui melalui Jl. Made Sabara,
Jl. Saranani berhadapan langsung merupakan jalan 2 arah,
dengan tapak, merupakan jalan 2 terpisah dengan lebar ±10 m.
arah, dengan lebar ±6 m.

Pencapaian ke tapak dapat


melalui lorong kecil yang
dapat diakses melalui JL.
Made Sabara atau Jl.
Tebaununggu dengan lebar
jalan ±2 m.

Pencapaian ke tapak dapat Pencapaian ke tapak dapat


melalui Jl. Tebaununggu, melalui Jl. Tebaununggu,
yang merupakan akses dari
yang merupakan akses dari
jalan raya umum dengan alun-alun Eks.MTQ dengan
lebar jalan ±8 m. lebar jalan ±8 m.

Gambar V.11. Eksisting Pencapaian ke Site.


(Sumber : Sketsa penulis)
Pencapaian ke tapak kurang
baik bila melalui Jl. Made
Sabara karena jalur 2 arah
Pencapaian ke tapak sangat yang memiliki pembatas ini
baik bila melalui Jl. menyebabkan akses kendaraan
Saranani karena jalanan kurang baik, hanya bisa
mudah di akses ,. Hanya melalui 1 arah.
saja lebar jalan Agak
sempit .

Pencapaian ke tapak juga baik


bila melalui Jl. Tebaununggu
karena jalanan cukup lebar dan Pencapaian kurang baik
akses kendaraan mudah. melalui gang kecil karena lebar
jalan tidak sesuai peruntukkan
kendaraan.

Gambar V.12 Tanggapan Pencapaian ke Site.


(Sumber : Sketsa penulis)

139
e. Sirkulasi pada Site/Tapak

Pencapaian ke tapak secara


umum direncanakan melalui
Jl. Tebaununggu dan Jl.
Saranani

Gambar V.13 Sirkulasi pada Site.


(Sumber : Sketsa penulis)

Sirkulasi pada tapak dibuat


terpisah antara Main Entrance
dan Side Entrance untuk
menghindari kemacetan.

Jl. Saranani dijadikan Main Jl. Tebaununggu dijadikan


Entrance karena ukuran jalan Side Entrance karena
yang lebih panjang dan populasi ukuran jalan yang lebih
kendaraan yang lewat tidak lebar
terlalu padat

Gambar V.14. Tanggapan Sirkulasi pada Site.


(Sumber : Sketsa penulis)

140
f. Penzoningan

Jl. Saranani akan


dijadikan Main Entrance.

Jl. Tebaununggu akan


dijadikan Side Entrance.

Gambar V.15. Eksisting Penzoningan pada Site.


(Sumber : Sketsa penulis)

Zona Service diposisikan


Zona Publik
Zona Semi Publik di area pingir kiri, kanan
Zona Privat dan belakang agar mudah
Zona Service di akses oleh pengguna
bangunan .

Zona Publik dan semi Zona Privat diposisikan di


public diposisikan area area tengah belakang
depan untuk memudahkan untuk lebih menjaga
pencapaian para privasi pengelola
pengunjung bangunan dari kebisingan

Gambar V.16. Tanggapan Penzoningan pada Site.


(Sumber : Sketsa penulis)

141
g. View Tapak.

View cukup baik,


View sangat baik,
mengarah ke jalan
mengarah ke jalan
Made Sabara.
Saranani, sebagai jalur
sirkulasi utama.

View sangat baik,


mengarah ke Jl.
Tebaununggu karena
berhadapan langsung Tugu View kurang baik,
Persatuan mengarah ke
perumahan warga.

Gambar V.17. Eksisting View ke dalam dan ke luar Tapak.


(Sumber : Sketsa penulis)

Membuka pandangan untuk


Digunakan sebagai main memperlihatkan elemen ruang
entrance ke tapak dan luar berupa vegetasi, sebagai
Membuka pandangan untuk penambah estetika dalam tapak.
memperlihatkan elemen ruang
luar sebagai penambah estetika
dalam tapak.

Digunakan sebagai side entrance


dan Membuka pandangan untuk
memperlihatkan elemen ruang penggunaan pagar
luar sebagai penambah estetika beton tinggi untuk
dalam tapak menutup pandangan
view yang kurang baik.

Gambar V.18.Tanggapan View ke dalam dan ke luar Tapak.


(Sumber : Sketsa penulis)

142
h. Jaringan Utilitas.

Pada dasarnya karena tapak


berada di pusat kota, maka
Jaringan Listrik jaringan utilitas yang ada
Jaringan Telepon telah memadai
Jaringan PDAM

Gambar V.19.Eksisting Jaringan Utilitas Sekitar Tapak.


(Sumber : Sketsa penulis)

Sumber tenaga listrik berasal Semua sumber utilitas


dari PLN. Di kombinasikan bangunan, dipusatkan pada
dengan Generator pribadi. area belakang bangunan, agar
tidak mengganggu sistem
sirkulasi bangunan

Jaringan Listrik
Jaringan Telepon
Jaringan PDAM

Sistem Komunikasi
berupa telepon, berasal
dari PT. TELKOM

Sumber air bersih berasal


dari PDAM. Di
kombinasikan dengan sumur
dalam.

Gambar V.20.Tanggapan Jaringan Utilitas.


(Sumber : Sketsa penulis)

143
4. Konsep Tata Ruang Luar

Perencanaan Pusat pameran produk jasa konstruksi ini juga harus


memperhatikan tata ruang luar agar menciptakan keteraturan fungsi bangunan
dengan kawasan ruang luarnya.

a. Vegetasi dan Lansekap

Konsep vegetasi dan lansekap dikaji dari aspek arsitektural dan aspek
fungsional dari tanaman itu sendiri. Aspek arsitektural mengarahkan tanaman
sebagai pengarah sirkulasi, pembentuk ruang-ruang luar. Sedangkan dari aspek
fungsional perancangan dan perencanaan vegetasi sebagai pembentuk iklim
mikro, pengurang polusi dan filter kebisingan, debu, dan bau.

1) Soft Material
Jenis soft material yang digunakan, yaitu:
a) Pohon Palm difungsikan sebagai pengarah alur pergerakan atau sirkulasi.
Baik itu sirkulasi kendaraan maupun sirkulasi manusia
b) Pohon mahoni difungsikan sebagai filter dari debu sehingga diletakkan
di bagian terluar kawasan dan sebagai peneduh kendaraan di area parkir
c) Rumput jepang di gunakan sebagai groundcover atau penutup tanah.

2) Hard Material
Jenis hard material yang digunakan, yaitu:
a) Paving Blok digunakan sebagai pedestrian dan sirkulasi pejalan kaki
masuk dan keluar tapak.
b) Aspal digunakan pada jalur kendaraan roda dua dan roda empat.
c) Lampu difungsikan sebagai pencahayaan ruang luar menggunakan
lampu mercuri, diletakkan sebagai pencahayaan vegetasi, area parkir
pedestrian dan sculpture.
d) Kursi Taman.

144
5. Konsep Sistem Sirkulasi

Meminimalkan percabangan pola sirkulasi dan jalan merupakan sebuah


konsep yang coba diterapkan pada perencanaan pusat pameran ini.
Dimaksudkan dengan minimalnya percabangan sirkulasi dan jalan maka akan
meminimalkan pula kebingungan pengunjung setiap menikmati dan menuju
fasilitas yang ada dalam bangunan.

a. Sirkulasi Pada Tapak

1) Sirkulasi Pejalan Kaki Dan Penyandang Cacat


a) Memberikan sebuah pedestrian pada pejalan kaki untuk dapat
memberikan keamanan dan kenyamanan dari bahaya sirkulasi kendaraan.
Dibuat terpisah dengan sirkulasi kendaraan.Khusus untuk sirkulasi
pejalan kaki yang Cross dengan sirkulasi kendaraan, digunakan Zebra
Cross. Penggunaan halte (Shelter) khusus pejalan kaki yang
mengguankan angkutan umum sebagai tempat pemberhentian/
persinggahan.

Gambar V.21. Halte (Shelter).


(Sumber: KEPMEN PU 468 1998).

b) Untuk penyandang cacat diberikan jalur pemandu dengan symbol dan


arah serta menyediakan ramp untuk mengatasi perbedaan tinggi jalan.

145
2) Sirkulasi Kendaraan.
a) Pemisahan main entrance dan side entrance sehingga tidak terjadi
crossing dan arus keluar masuk pun menjadi lancar.
b) Pemisahan sirkulasi kendaraan pengunjung dan kendaraan service baik
itu system keluar masuk / entrance maupun jalur jalan kendaraan.

3) Fasilitas Parkir.
Pola sirkulasi parkir yang digunakan adalah pola parkir menyebar
dengan pertimbangan:
a) Orientasi pemakai tidak hilang, memudahkan pemilik kendaraan
meninggalkan dan kembali ke kendaraan.
b) Terjadi pemisahan antara fasilitas parkir pengunjung dan fasilitas
pengelolah/servis.

Bentuk tempat parkir yang digunakan pada area parkir motor dan mobil
khusus pengelola adalah Bentuk parkir tegak lurus (perpendicular). Untuk
area parkir pengunjung, bentuk parkir yang digunakan adalah parkir sudut
450, untuk memudahkan sirkulasi keluar-masuknya kendaraan pada arean
parkir.

Gambar V.22. Parkir Tegak Lurus (Perpandicular).


(Sumber: Rustam Hakim dan Hadi Utomo, 2003).

Gambar V.23. Parkir sudut 450.


(Sumber:: Rustam Hakim dan Hadi Utomo, 2003).

146
b. Sirkulasi Dalam Bangunan.

1) Sirkulasi Ruang Pamer.


Sistem sirkulasi Ruang Pamer, yang digunakan adalah Sirkulasi
Spira.

Gambar V.24.Sistem Sirkulasi Spiral.


Sumber: Franchis D.K. Ching (2000)

Sirkulasi Spiral ini dipilih dengan pertimbangan pengguna akan


dibawa pada jalan tunggal menerus, yang berasal dari titik pusat,
mengelilingi pusat dengan jarak yang berubah, sehingga alur
jalannya akan memudahkan karena berurutan.

6. Konsep Bentuk Dasar dan Penampilan Bangunan.


a) Bentuk Dasar Bangunan
Pemilihan bentuk dasar pusat pameran produk usaha jasa konstruksi di
pertimbangkan atas dasar, sebagai berikut :
1) Fungsi dari bangunan serta kebutuhan dari masing-masing kegiatan yang di
tampung.
2) Sesuai dengan Kondisi dan bentuk tapak.
3) Optimalisasi pemanfaatan luasan lantai pada bangunan
4) Fleksibilitas penataan elemen ruang dalam
5) Kesesuaian bentuk dengan fungsi bangunan serta kegiatan yang akan
diwadahi.
Sesuai dengan permasalahan pada BAB I yaitu “Bagaimana
menciptakan Tampilan Bangunan Pusat Pameran Produk Usaha Jasa
Konstruksi yang mencirikan fungsi Bangunan tersebut?”, maka perancang

147
mengambil prinsip Form Follow Function dalam bahasa Indonesia adalah
bentuk Yang mengikuti Fungsi. Sehingga bentukan yang yang tercipta
dalam sebuah desain perancangan adalah bentukan-bentukan yang tercipta
dari fungsi utama ataupun fungsi-fungsi lain yang ada didalamnya.

Bangunan pusat pameran produk usaha jasa konstruksi merupakan


bangunan informal yang membutuhkan ruang-ruang yang dapat
memberikan kesan informal, santai, dinamis, terpusat, berputar, serta
bergerak agar fungsi ruang yang tercipta sesuai dengan kegiatan dan
aktifitas yang ada dalamnya. Untuk dapat menciptakan kesan tersebut,
penulis mengunakan kombinasi bentuk dasar persegi dan lingkaran yang di
transformasikan dengan cara merubah satu atau lebih dimensi-dimensinya
tapi tetap mempertahankan identitasnya.

Output dari bentuk dasar ini akan menjadi acuan penulis dalam
membuat perencanaan dan perancangan denah bangunan pusat pameran
produk usaha jasa konstruksi di kendari.

148
Gambar V.25. Transformasi rencana bentuk dasar bangunan.
Sumber : Sketsa & Analisa Penulis

b) Tampilan Bangunan
Tampilan bangunan merupakan pengembangan dari bentuk dasar yang
terbentuk dari fungsi-fungsi yang ada di dalam nya,sesuai dengan prinsip
form follow function, kemudian di kembangkan menjadi sekumpulan massa
atau ruang-ruang yang terbentuk dari bentuk dasar tersebut, dimana masing-
masing karakter ruang mencerminkan fungsi yan ada di dalam nya dengan
tetap menjaga kesan yang ingin di capai, yaitu tetap menunjukan kesan
menarik,rekreatif dan fleksibel, sehingga dapat memberikan ciri sebagai
gedung pameran Konstruksi .

Gambar V.26. Konsep Tampilan Bangunan


Sumber : Sketsa & Analisa Penulis

149
C. Konsep Perancangan Mikro.

1. Konsep Kebutuhan Ruang.

a. Deskripsi Pelaku Kegiatan.

1) Pengunjung
Pengunjung merupakan pihak yang datang berkunjung ke Pusat Pameran
Produk Usaha Jasa Konstruksi dengan tujuan untuk melihat produk-produk
perusahaan jasa konstruksi yang ada di Kendari,serta mencari informasi
tentang perusahaan-perusahaan tersebut.

2) Pengelola
a) Ketua/Kepala,
merupakan pimpinan yang memiliki wewenang dan tanggung jawab
mengelola jalannya kegiatan pada Pusat Pameran Produk Usaha Jasa
Konstruksi. Aktivitas utama Ketua adalah berkantor, memantau kinerja
bawahannya dan menerima tamu yang memiliki kepentingan terhadap
bangunan tersebut.
b) Wakil Ketua
merupakan pihak pekerja dibawah kendali Ketua yang mempunyai
tugas memantau jalannya kegiatan, memberi informasi kepada
pengunjung dan menyelesaikan permasalahan yang bersifat keluhan
yang berasal dari customer
c) Sekertaris
merupakan pihak pekerja dibawah kendali Wakil Ketua yang
mempunyai tugas menyelesaikan permasalahan Administrasi.
d) Kepala Bagian Program
merupakan pihak pekerja dibawah kendali Wakil Ketua yang
mempunyai tugas menyelesaikan permasalahan perencanaan,
penyuluhan,pelayanan,dan bina usaha.

150
e) Kepala Bagian Keuangan
merupakan pihak pekerja dibawah kendali Wakil Ketua yang
mempunyai tugas menyelesaikan permasalahan Anggaran atau
keuangan.
f) Kepala Bagian Teknik
merupakan pihak pekerja dibawah kendali Wakil Ketua yang
mempunyai tugas menyelesaikan permasalahan teknis, perencanaan,
pengawasan,kelengkapan dan dalam bangunan.
g) Kepala Bagian Keamanan
merupakan pihak yang bertugas dan bertanggung jawab terhadap
keamanan bangunan Pusat Pameran Produk Usaha Jasa Konstruksi baik
di dalam maupun di luar bangunan.

Gambar V.27. Struktur organisasi pengelola pusat pameran produk usaha


jasa konstruksi Di kendari
Sumber : Analisa Penulis

3) Penyewa Jasa (Pemilik Usaha)


Penyewa Jasa (Pemilik Usaha), merupakan pihak yang mempunyai
perusahaan dan ingin memamerkan produk jasanya dengan maksud
memperkenalkan produk atau jasanya kepada masyarakat luas.

151
b. Kebutuhan Ruang

1) Fasilitas Utama.

a) Hall/lobby
b) Ruang Informasi
c) Ruang Tunggu
d) Ruang Penitipan Barang
e) Area Pameran
f) Panggung
g) Ruang Seminar
h) Ruang Kontrol Keamanan
2) Fasilitas Pengelola.
a) Ruang Ketua/Pimpinan
b) Ruang Wakil Ketua
c) Ruang Sekertaris
1) Staf Penerima Peserta
2) Staf HUMAS
3) Staf Personalia
4) Staf Administrasi
5) Staf Transportasi
d) Ruang Kepala Bagian Program
1) Staf Perencana Pameran
2) Staf Penyuluhan
3) Staf Pelayanan
4) Staf Bina Usaha
e) Ruang Kepala Bagian Keuangan
1) Staf Bagian Anggaran
2) Bagian Kasir
3) Bagian Pembukuan
4) Bagian Logistik
f) Kepala Bagian Teknik
1) Staf Perencana Dan Pengawasan

152
2) Staf Pelaksana
3) Staf Bagian mekanikal Dan Elektrikal
4) Staf Bagian Kebersihan
5) Staf Bagian Gudang
g) Kepala Bagian Keamanan
1) Staf Bagian Umum
2) Bagian Operasi
3) Bagian Penertiban
h) Ruang Rapat/Meeting
i) Toilet Pengelola

3) Fasilitas Servis.
a) Loker & Ruang Istrahat Karyawan
b) Mushollah.
c) Ruang Wudhu
d) Ruang Keamanan
e) Toilet Pengunjung
f) Gudang Perlengkapan
g) Gudang Penyimpanan
h) Ruang Pompa & Tangki Air
i) Tempat Sampah
4) Fasilitas Mekanikal Elektrikal.
a) Gardu Listrik
b) Ruang Panel Listrik
c) Ruang AHU.
d) Ruang Genset..
e) Ruang Travo.
f) Ruang Kontrol Lighting
g) Ruang Operator CCTV

5) Fasilitas Parkir.
a) Area Parkir Motor Pengelola.
b) Area Parkir Mobil Pengelola.

153
c) Area Parkir Motor Pengunjung.
d) Area Parkir Mobil Pengunjung.
e) Area Parkir Mobil Barang
2. Konsep Besaran Ruang

a. Kapasitas Pemakai.

1) Fasilitas Utama (Area Pamer untuk Penyewa Jasa atau Badan Usaha)
Untuk menentukan luasan ruang pameran,di ambil 5℅ dari Jumlah
Perusahan Konstruksi yang ada di kendari dan terdaftar di LPJKD Provinsi
Sulawesi Tenggara. Dimana 5% diambil dari Jumlah sub-bidang yang ada
di sektor konstruksi yaitu : Bidang Arsitektur, sipil ,mekanikal, elektrikal,
dan tata lingkungan. Jadi, setiap pameran yang akan diselenggarakan akan
memiliki Tema dari salah satu bidang di sektor konstruksi tersebut,
Sehingga Badan usaha yang ikut serta dalam kegitan pameran
menyesuaikan dengan tema pameran yang akan di selenggarakan pada
pusat pameran konstruksi tersebut.
Dengan analisa diatas,maka perhitungan untuk jumlah dan kapasitas badan
usaha yang dapat ditampung dalam pusat pameran konstruksi ini adalah
sebagai berikut:
Jumlah Perusahaan : 824 Badan Usaha x 5℅ = 40 Badan usaha
dengan kebutuhan luas ruang nya :
Untuk stand pameran terkecil mempunyai luasan bersih ± 9 M2 / stand
sedangkan untuk stand pameran yang terbesar mempunyai luasan bersih ±
20 M2 / stand (Fred Lawson, Conference,convention,& Exhibition
Facilities, Hal.77 ). Maka untuk mendapatkan ruang yang maksimal di
ambil luas pameran terbesar yaitu , ± 20 M2 / stand . Sedangkan untuk
perbandingan area pameran dan sirkulasinya = 50℅ : 50℅ (Haryantho,
Bagian Perencanaan gedung pameran Pekan Raya Jakarta).
Dari uraian diatas maka kebutuhan luas area pameran yang di butuhkan
pada pusat pameran konstruksi adalah:
 40 x 20 M2 = 800 M2 + sirkulasi ( 800 M2 ) = 1600 M2 .

154
2) Pengunjung Pameran
Untuk Menentukan Banyaknya Pengunjung pada suatu penyelenggaraan
suatu pameran, tidaklah dapat ditentukan berdasarkan data kwantitas
pengunjung dari Pameran-pameran yang telah dilaksanakan, karena hal
tersebut disebabkan oleh :
a) Data kwantitas jumlah Pengunjung yang hadir pada suatu Pameran yang
pernah di adakan di Kota Kendari Tidak di data dengan benar.
(Berdasarkan Pengamatan Pameran Tahunan dalam rangka Ulang Tahun
kota Kendari ke-185 di area Eks MTQ Kota Kendari, hanya sebagian
kecil pengunjung yg mempunyai kesadaran untuk mengisi daftar
pengunjung pada setiap Stand pameran. Sehingga sulit untuk
menganalisa secara pasti jumlah pengunjung yang datang).
b) Banyak Sedikitnya pengunjung tergantung dar tema , judul, dan materi
yang di pamerkan. ( Hasil pengamatan dari beberapa jenis pameran yang
di adakan di kota kendari, misalnya pameran budaya, pameran instansi
pemerintah, pameran pendidikan, dan lain-lain.)
Kesimpulan :
Untuk menentukan jumlah kwantitas pengunjung pada gedung
pameran yang direncanakan ini diambil dengan cara membandingkan
kebutuhan luasan ruang untuk sirkulasi pada area pameran dengan
persyaratan : kebutuhan ruang gerak perorang = ± 1,5 M2 (Fred
Lawson, Conference,convention,& Exhibition Facilities, Hal.79 ).
 Banyaknya Pengunjung : 50℅ x 1200 M2
1,5
: 400 orang
3) Kapasitas Parkir
Karena sampai saat ini bangunan pameran belum ada data otentik mengenai
standar kebutuhan parkir, Maka untuk menghitung kebutuhan parkir adalah
sebagai berikut, :
a) Untuk area kendaraan pribadi pengunjung bertitik tolak kepada :
Jumlah Pengunjung = 400 Orang
Maka perhitungannya adalah sebagai berikut :

155
Perencanaan :
 Untuk kendaran mobil pengunjung, dengan dasar pertimbangan
bahwa setiap mobil berkapasitas 2 0rang, maka di ambil 60% dari
jumlah pengunjung dan peserta, dengan pertimbangan 60%
pengunjung pameran konstruksi ialah dari kalangan menengah ke
atas 40% sisanya Masyarakat menengah , sehinga :
50% X 400 = 200 Mobil
 Untuk kendaraan motor pengunjung, bahwa setiap motor
berkapasitas 1 Orang, maka di ambil 40% dari jumlah pengunjung
dan sehingga :
40% X 400 : = 160 motor
b) Untuk area Parkir Peserta Pameran bertitik tolak kepada :
Jumlah Peserta /badan Usaha = 40 Badan Usaha
Jumlah penjaga stand, yang setiap stand dijaga oleh 2 orang maka
40 x 2 = 80 Orang
 Untuk kendaraan mobil Peserta dengan dasar pertimbangan Tiap
Badan Usaha memiliki Mobil masing-masing. Jadi, kebutuhan parkir
untuk peserta adalah sebanyak peserta pada setiap pelaksanaan
pameran konstruksi yaitu harus dapat menampung 40 unit Mobil

c) Untuk area Parkir Pengelola bertitik tolak kepada


a) Jumlah pengelola berdasarkan struktur organisai.
b) Dasar pertimbangan bahwa pimpinan, wakil pimpinan,sekertaris ,
dan masing-masing kepala bagian memakai 1 mobil. Dan setiap
Staf dari kepala bagian memakai 1 motor.
Sehingga jumlah Pengelola yang berkendara :
Perencanaan :
Untuk kendaran mobil dengan asumsi setiap mobil di pakai 1
orang Atasan sehingga : 7 Orang Atasan = 7 mobil
16 Staf Bagian = 16 Motor
d) Untuk area Mobil barang

156
Untuk parkir mobil barang dapat diparkir di area parkir pengunjung di
karenakan pada saat persiapan pengunjung tidak di perbolehan masuk
ke dalam area gedung pameran sampai kegiatan pameran di
laksanakan.
b) Besaran Ruang.

Tabel V.1. Analisa Besaran Pameran Poduk Usaha Jasa Konstruksi

Kelompok Jenis Ruang Standar Sumber Kapasitas Sirkulasi Luas


Ruang Ruang (Orang) (%) (m2)
(m2)/Org
1 2 3 4 5 6 7
Ruang R.Hall/ Lobby 1,5 m2/Org NAD 50 50% 112.5 m2
Utama Ruang Informasi 4 m2/Org NAD 1 20% 4,8 m2
Ruang Tunggu 0,9 m2 Org NAD 5 30% 5,85 m2
Ruang Penitipan Barang 4 m2 /Org NAD 1 30% 5,2 m2
Ruang Pamer 15 m2/Stand CCE 40 Stand 100% 1800 m2
Panggung 40 m2 CCE 1 30% 52 m2
Ruang Seminar 0.6 m2/ Org CCE 100 30% 78 m2
Ruang Kontrol Keamanan 4 m2 /Org CCE 1 30% 5,2 m2
Total 1811,5 m2
2
Ruang Ruang Pimpinan 25 m / Org NAD 1 30% 32,5 m2
Pengelola Ruang Wakil Pimpinan 20 m2/ Org NAD 1 30% 26 m2
Ruang Sekertaris 20 m2/ Org NAD 1 30% 26 m2
-R.Staf Penerima 4 m2/ Org NAD 1 30% 5,2 m2
-R.Staf HUMAS 4 m2/ Org NAD 1 30% 5,2 m2
-R.Staf Personalia 4 m2/ Org NAD 1 30% 5,2 m2
-R.Staf Administrasi 4 m2/ Org NAD 1 30% 5,2 m2
-R.Staf Transportasi 4 m2/ Org NAD 1 30% 5,2 m2
Ruang KABAG.program 20 m2/ Org NAD 1 30% 26 m2
-R.Staf Perenc.Pameran 4 m2/ Org NAD 1 30% 5,2 m2
-R.Staf Penyuluhan 4 m2/ Org NAD 1 30% 5,2 m2
-R.Staf Pelayanan 4 m2/ Org NAD 1 30% 5,2 m2
-R.Staf Bina Usaha 4 m2/ Org NAD 1 30% 5,2 m2
Ruang KABAG.Keuangan 20 m2/ Org NAD 1 30% 26 m2
-R.Staf Bag Anggaran 4 m2/ Org NAD 1 30% 5,2 m2
-R.Staf Bag. Kasir 4 m2/ Org NAD 1 30% 5,2 m2
-R.Staf Pembukuan 4 m2/ Org NAD 1 30% 5,2 m2
-R.Staf Logistik 4 m2/ Org NAD 1 30% 5,2 m2
Ruang KABAG Teknik 20 m2/ Org NAD 1 30% 26 m2
-R.Staf Perenc.&pengawasan 4 m2/ Org NAD 1 30% 5,2 m2
-R.Staf Pelaksana 4 m2/ Org NAD 1 30% 5,2 m2
-R.Staf Kebersihan 4 m2/ Org NAD 1 30% 5,2 m2
-R.Staf Gudang 4 m2/ Org NAD 1 30% 5,2 m2
Ruang Kabag Keamanan 20 m2/ Org NAD 1 30% 26 m2
-R.Staf Bagian umum 4 m2/ Org NAD 1 30% 5,2 m2
-R.Staf Bagian Operasi 4 m2/ Org NAD 1 30% 5,2 m2
-R.Staf Penertiban 4 m2/ Org NAD 1 30% 5,2 m2
Ruang Rapat/ Meeting 1,6 m2/ Org CCE 7(Atasan) 30% 14,5 m2
Toilet Pengelola 2 m2/ Org NAD 4 30% 10,4 m2
Total 317, 46m2

157
Ruang R.Istrahat Karyawan 1,5 m2/org NAD 20 30% 39 m2
Servis Mushollah 0,85 m2/org NAD 20 0% 17 m2
R.Wudhu 0,9 m2 / Org NAD 2 30% 2,34 m2
R.Keamanan 4 m2/ Org CCE 2 30% 10,4m2
Toilet Pengunjung Pria 2 m2/ Org NAD 4 30% 10,4 m2
Toilet Pengunjung Wanita 2 m2/ Org NAD 4 30% 10,4 m2
Gudang Perlengkapan 28 m2 CCE 1 30% 36,4 m2
Gudang Penyimpanan 28 m2 CCE 1 30% 36,4 m2
Tempat Sampah 4 m2 CCE 1 30% 5,2 m2
Total 148,04 m2
Ruang Ruang Gardu Listrik 12 m2 CCE 1 30% 15,6 m2
Mekanikal Ruang Genset 6 m2 CCE 1 30% 7,8 m2
Elektrikal Ruang AHU + R. Pompa 6 m2 CCE 1 30% 7,8m2
R.Kontrol Panel kontrol ME 6 m2 CCE 1 30% 7,8 m2
R.Kontrol Cahaya 6 m2 CCE 1 30% 7,8 m2
Ruang Opt. CCTV 6 m2 CCE 1 30% 7,8 m2
Total 54,6 m2

Area Parkir Motor Pengelola 1,08 m2/ uni NAD 16 Unit 100% 34,56 m2
Mobil Pengelola 15 m2/ unit NAD 7 Unit 100% 210 m2
Motor Pengunjung 1, 8 m2/unit NAD 160 Unit 100% 576 m2
Mobil Pengunjung 15 m2/ unit NAD 200 unit 100% 6000 m2
Mobil Tamu 15 m2/ unit NAD 5 unit 100% 150 m2
Mobil Barang 17,5/ unit NAD 8 unit 100% 280 m2
Total 7250,5 m2

Sumber : Analisis Penulis

Tabel V.2. Rekapitulasi Besaran ruang gedung Pameran Poduk Usaha Jasa Konstruksi

No Fungsi Ruang Luasan (m2)


1 Ruang Utama 1.811,55 m2
2 Ruang Pengelola 317, 46 m2
3 Ruang Servis 148 ,04 m2

4 Ruang Mekanikal Elektrikal 54 ,6 m2


Total 2.331 ,65 m2
Sumber : Analisis Penulis

158
c) Luas Lahan.

Luas lahan yang dibutuhkan dengan rasio perbandingan bangunan


dengan halaman adalah: Total Luas Ruang = 2.331,65 m2

BC : OS = 40 : 60
60
OS = /40 X total luas ruang
60
OS = /40 X 2331,65 m2
= 3.497,475 m2

Luas lahan yang tidak terbangun = 3.497,475 m2


Luas Site = BC + OS + Luas Lahan Parkir
= 2.331,65 + 3.497,47 + 7.250,5
= 13.079,69 m2
Jadi, luas lahan yang diperlukan adalah 13.079,69 m2

3. Organisasi dan Pola Hubungan Ruang Mikro.

a. Organisasi Ruang.

Gambar V.28. Organisasi Ruang & Alur Aktivitas .


Sumber : Analisis Penulis
159
b. Aktivitas pelaku .

1) Aktivitas pengunjung

Datang

Parkir

Pameran Lobby Pameran

Fasilitas
Penunjang

Parkir - Pulang
Gambar V.29. Alur Aktivitas .Pengunjung
Sumber : Analisis Penulis

2) Aktivitas Penyewa jasa

Datang

Parkir

Ruang Pamer

Parkir - Pulang

Gambar V.30. Alur Aktivitas .Peserta pameran


Sumber : Analisis Penulis

160
3) Aktivitas Pengelola ( Ketua /pimpinan)

Datang

Parkir

Ruang Kerja Lobby Kontrol

Istirahat

Parkir - Pulang
Gambar V.30. Alur Aktivitas .Pimpinan
Sumber : Analisis Penulis

4) Aktivitas pengelola (wakil ketua)

Datang

Parkir

Ruang Kerja Lobby Kontrol

Istirahat

Parkir - Pulang
Gambar V.31. Alur Aktivitas .wakil pimpinan
Sumber : Analisis Penulis

161
5) Aktivitas pengelola ( Sekertaris)

Datang

Parkir

Ruang Kerja Lobby kontrol

Istirahat

Parkir - Pulang

Gambar V.32. Alur Aktivitas .sekertaris


Sumber : Analisis Penulis

6) Aktivitas pengelola (kepala Bagian)

Datang

Parkir

Ruang Kerja Lobby kontrol

Istirahat

Parkir - Pulang

Gambar V.33. Alur Aktivitas .Kepala Bagian


Sumber : Analisis Penulis

162
7) Aktivitas staff Kepala Bagian

Datang

Parkir

Lobby Ruang Kerja

Bekerja

Istirahat

Parkir - Pulang

Gambar V.34. Alur Aktivitas .Staff Kepala Bagian


Sumber : Analisis Penulis

8) Aktivitas Pekerja / karyawan khusus

Datang

Parkir

Ruang Kerja /
Lokasi Kerja

Parkir - Pulang
Gambar V.35. Alur Aktivitas .Karyawan Khusus
Sumber : Analisis Penulis

163
c. Hubungan Ruang.

1) Kelompok ruang Pameran.

Gambar V.36. Hubungan Ruang Pameran.


Sumber : Analisis Penulis

2) Kelompok Ruang Pengelola.

Gambar V.37. Hubungan Ruang Pengelola.


Sumber : Analisis Penulis

164
3) Kelompok Ruang Servis.

Gambar V.38. Hubungan Ruang Servis.


Sumber : Analisis Penulis

4) Ruang Mekanikal Elektrikal.

Gambar V.39. Hubungan Ruang Mekanikal Elektrikal.


Sumber : Analisis Penulis

5) Area Parkir.

Gambar V.40. Hubungan Ruang Fasilitas Parkir.


Sumber : Analisis Penulis

165
4. Konsep Sistem sirkulasi Dalam Bangunan

a. Sirkulasi Dalam ruang Pamer

Sistem sirkulasi yang akan di terapkan dalam bangunan pameran ini yaitu
system sirkulasi Melingkar dengan pengaturan secara linear, agar
memudahkan pengamat keseluruhan dari benda pamer dan memudahkan
pengamatan keseluruhan dari produk dan tidak membingungkan.

Gambar V.41..Lay Out Ruang pamer


(Sumber : Lawson Fred 1981).

5. Konsep Sistem Struktur.


Sumber : Analisis Penulis
a. Modul .
Modul struktur yang digunakan pada gedung pameran ini adalah dengan
mengambil ruang-ruang yang dominan yaitu ruang pengelola di tambah
dengan 4 Orang staf yaitu 46,8 maka modul horizontal yang digunakan
adalah 7,2 x 7,2. Dengan pola grid yang akan diterapkan pada jarak antar
kolom bangunan . Sedangkan pada ruang pamer direncanakan menggunakan
ruang bebas kolom sehingga upstruktur nya menggunakan system struktur
bentang lebar.

166
b. Sub Struktur
Sistem Sub Struktur (struktur bawah) pada gedung pameran ini di
gunakan 2 jenis sitem struktur, pondasi dalam yaitu Pondasi Tiang
Pancang dan pondasi dangkal yaitu Pondasi Garis.

Gambar V.42. Pondasi Tiang Pancang.


(Sumber: Jimmy S. Juwana,2005).

Gambar V.43.Pondasi Garis


(Sumber: Jimmy S. Juwana,2005).

c. Super Struktur.

Sistem super struktur yang di gunakan pada bangunan pameran ini adalah
sistem rigid frame atau sistem rangka kaku dengan material beton bertulang.

Gambar V.44.Sistem rangka kaku


(Sumber: Jimmy S. Juwana,2005).

167
1) Dinding.
Super struktur berupa konstruksi dinding yang digunakan pada
bangunan Pameran ini antara lain sebagai berikut:
a) Dinding Bata dengan Plesteran.
Dinding bata, digunakan sebagai dinding utama bangunan
serta sebagian ruang dalam bangunan, seperti lavatori, ruang
pengolola dll.

Gambar V.40.Dinding Bata dengan Plesteran.


2) Penutup Lantai.(Sumber: Jimmy S. Juwana,2005).
Penutup lantai yang digunakan pada bangunan Pameran ini
adalah Karpet untuk ruang pamer dan tegel keramik untuk ruangan-
ruangan khusus pengelola .

Gambar V.41.Tegel Keramik.

d. Upper Struktur.
Sistem Upper Struktur yang akan di terapkan Pada pusat pameran ini
yaitu system struktur rangka batang yang di kombinasikan dengan system
plat datar, yang akan menyesuaikan dengan bentuk penutup bangunan.

168
Gambar V.42. Struktur Rangka Batang
(Sumber: Jimmy S. Juwana,2005).

Gambar V.43.Struktur Pelat Datar.


(Sumber: Jimmy S. Juwana,2005).
1) Atap

Untuk bahan penutup bangunan akan di pakai Atap galvalum dengan


model atau jenis lengkung sesuai dengan bentuk Struktur atas pada
bangunan.

Gambar V.44 .Atap galvalum Lengkung.


(Sumber: Jimmy S. Juwana,2005).

e. Dilatasi.
Dilatasi atau sistem struktur pemisah yang di gunakan pada bangunan
pameran ini adalah sistim dilatasi dengan dua kolom.

169
Gambar V.45 .Delatasi dua kolom
(Sumber: Jimmy S. Juwana,2005).

6. Konsep Sistem Pengkondisian Ruang.

a. Sistem Pencahayaan.
1) Pencahayaan Alami.
Pencahayaan alami di manfaatkan semaksimal mungkin ke dalam
ruangan melalui bukaan jendela dan penggunaan bahan kaca pada dinding.
Akan tetapi pencahayaan alami juga dapat memberikan nilai negatif
berupa efek silau oleh sinar matahari. Untuk menghindari efek tersebut,
dapat diatasi dengan cara:
a) Penggunaan overstage untuk menghindari penyinaran matahari secara
langsung
b) Penggunaan tanaman sebagai filter panas dan cahaya matahari.

2) Pencahayaan Buatan.
Standar pencahayaan ruang pamer adalah 500 Lux. (SNI 03-6575-
2001). Untuk mendapatkan pencahayaan yang sesuai dengan standar,
maka harus dihitung jumlah titik lampu dan daya lampu yang digunakan.
Jenis lampu yang di gunakan adalah Lampu Fluoresent (neon).
Pemilihan lampu neon ini didasarkan pada banyaknya lampu jenis ini yang
tersedia di pasaran. Lampu ini dirancang dengan bentuk yang lebih kecil
dan memiliki bentuk bulat atau segi empat. Produk di pasaran tersedia
dengan gir pengontrol yang sudah terpasang (GFG) atau terpisah (CFN).
Lampu Neon Standar ini digunkan dengan sistem downlight pada
plafondan boardlight (Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri di Asia).

170
Gambar V.46.Lampu Fluoresent / neon
(Sumber:Parmonangan Manurung, 2009).

Jenis lampu yang digunakan adalah Lampu Neon Standar, dengan


merek Philips ”Essential 23 W”. Dengan spesifikasi lampu sebagai
berikut:

Gambar V.47.Lampu Philips Essential 23 W.


a) Type (Sumber: Based on Philips
: Lighting Catalogue 2008 - 2009).
Essential.
b) Lamp Wattage : 23 Watt.
c) Luminous Efficacy : 62 Lm/W.
d) Suhu Warna : Hangat, menengah.
e) Umur Lampu : 7 - 10.000 jam.

Hampir seluruh ruangan dalam bangunan pameran ini


menggunakanGeneralLighting, yaitu downlight dengan beberapa titik di
plafon.

Downlight
Gambar V.48. Contoh penggunaan Downlight.
(Sumber: goole image).
171
b. Sistem Penghawaan.
Penghawaan buatan menggunakan air condition dengan 2 sistem, yaitu:
1) AC Central/Central Station System.
Sistem AC ini digunakan pada ruang yang memiliki tingkat
pengkondisian ruang yang sama, seperti padaruang
karyawan/pengelola, hall/lobby, ruang pamer, dan sebagainya.
2) AC Unitary System.
Kapasitasnya yang secukupnya, pengoperasiannya yang relatif
mudah dan dapat diatur langsung oleh pemakai ruang, seperti ruang
Pimpinan, ruang meeting/rapat dan sebagainya.

c. Sistem Tata Suara (Akustik).


Pengendaliannya dengan mempertimbangkan:
1) Pengelompokan ruang berdasarkan sifat masing-masing kegiatan.
2) Pada ruang tertentu yang dapat menimbulkan suara gaduh dan
berpengaruh pada ruang yang lain, maka digunakan material absorbsi
(bersifat menyerap suara).
3) Pada ruang yang membutuhkan tingkat kebisingan relatif rendah
dilakukan pengaturan jarak dari sumber gaduh dan menggunakan
material absorbsi.

Ruangan-ruangan yang sangat membutuhkan tingkat kebisingan yang


rendah adalah ruang manager, ruang pamer, dan ruang meeting. Ruangan-
ruangan ini didesain dengan menggunakan perangkat akustik, seperti:

1) Dinding, dilapisi bahan-bahan yang memiliki daya serap bunyi yang


tinggi, seperti: glass wool, panel kayu yang berlubang dan mineral wool.
2) Plafon, menggunakan bahan-bahan yang memiliki daya serap bunyi
yang tinggi, seperti: kalsi board, panel kayu yang dipasang tidak rata.

3) Lantai, menggunakan bahan untuk lantai dengan sifat yang cukup


menyerap bunyi, seperti karpet dan lantai kayu/parquet.

172
7. Konsep Sistem Utilitas / Perlengkapan Bangunan.

a. Sistem Pengadaan Air Bersih.


Bangunan Pusat Pameran ini direncanakan dengan sistem pengadaan air
besrih berasal dari 2 sumber, yaitu dari PDAM dan sumur dalam (deep weel).
Hal ini dimaksudkan jika salah satu sumber air bersih tidak berjalan dengan
lancar, sehingga masih memiliki satu cadangan sumber air bersih. Skema
distribusi air bersih dapat dilihat sebagai berikut:

Reservoir Atas WC

Pompa Wastafel

PDAM Meteran/Pompa Reservoir Bawah Splinker

Sumur Hydrant
Pompa/Filter Bangunan
Dalam

Hydrant

Gambar V.49. Skema Distribusi Air Bersih.


Sumber : Analisis Penulis

b. Sistem Pembuangan Air Kotor.


Pembuangan air kotor terbagi menjadi dua yaitu disposal padat dan
disposal cair. Disposal padat langsung disalurkan ke septiktank dan
diteruskan ke bak peresapan, sedang hasil dari buangan disposal cair
diteruskan ke bak kontrol dan diteruskan ke got besar yang selanjutnya
diteruskan ke riol kota. Pembuangan air hujan dialirkan ke got besar yang
kemudian di teruskan ke riol kota. Skema distribusi air kotor dapat dilihat
sebagai berikut:

173
WC
Bak Kontrol
Wastafel
Septicktank

Got Besar
Bak Peresapan

Air Hujan Riol Kota

Gambar V.50. Skema Pembuangan Air Kotor.


Sumber : Analisis Penulis

c. Sistem Pembuangan Persampahan.


Pengumpulan dan pembuangan sampah dapat dilakukan dengan cara:
1) Penyediaan tempat sampah atau keranjang sampah pada tempat-tempat
umum yang mudah diangkut dan dibersihkan. Kemudian sampah
diangkut dengan lori sampai ke bak penampungan sampah induk.
2) Selanjutnya dari tempat penampungan sampah induk diangkut ke luar
bangunan dengan mobil kendaraan ke Tempat Pembuangan Akhir.

Skema pembuangan sampah dapat dilihat sebagai berikut:

Unit-unit Waste
Ruang Shaft
Bak Penampungan
TPA
Sementara
Tong Cleaning
Sampah Service

Gambar V.51.Skema Pembuangan Sampah.


Sumber : Analisis Penulis

d. Sistem Elektrikal/Instalasi Listrik.


Jaringan listrik utama yang digunakan adalah dari PLN namun
disambungkan dengan generator cadangan dalam keadaan darurat jika daya
yang dibutuhkan kurang. Dalam pengoperasiannya digunakan Automatic
Transfer Switch(ATS) yang berfungsi secara otomatis mengalirkan arus yang
tersimpan pada generator pada saat listrik yang berasal dari PLN padam
dengan delay sekitar 10 detik.

174
PLN Gardu/Trafo Meteran

Genset ATS

Panel Utama Panel


Distribusi

Panel Panel Panel


Cabang Cabang Cabang

Gambar V.52.Skema Instalasi Listrik.


Sumber : Analisis Penulis

e. Sistem Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran.


1) Sistem Pencegahan Pasif.
Alat bantu evakuasi merupakan sarana penunjang dalam upaya
penyelamatan pelaku kegiatan, sehingga mempermudah evakuasi serta
meningkatkan keamanan terhadap bahaya kebakaran. Sarana penunjang
tersebut terdiri dari:
a) Pengendali Asap
(1) Jendela, pintu, dinding/partisi dan lain-lain dapat dibuka
sebanding dengan 10% luas lantai.
(2) Saluran ventilasi udara yang merupakan sistem pengendalian
asap otomatis.
(3) Sistem penyedotan asap melalui saluran kipas udara di atas
bangunan.

2) Sistem Pencegahan Aktif


a) Alat Peringatan Dini (Detektor).
Alat ini untuk mendeteksi asap yang ditimbulkan oleh
kebakaran, dimana akan bekerja secara otomatis apabila ada asap
yang terdeteksi dengan toleransi tertentu.

b) Hidran Dan Selang Kebakaran.


Yaitu sebuah kotak yang berisi selang dengan jarak maksimal 35
m satu dengan yang lainnya, dengan panjang selang 30 m dan jarak
semprotan air 5 m.

175
c) Sprinkler.
Alat ini dapat bekerja secara otomatis bila suhu ruangan
mencapai titik tertentu. Luas area yang dilayani 25 m2. Jarak antara
splinkler 9 m. media pemadaman dapat berupa air, gas atau busa
khusus. Splinkler dipasang pada jarak tertentu dan dihubungkan
dengan jaringan pipa air bertekanan tinggi (minimum 0,5 kg/cm2).

Gambar V.56.Sprinkler.
(Sumber: Jimmy S. Juwana, 2005).

d) Fire Alarm System.


Alat untuk mendeteksi sedini mungkin adanya bahaya kebakaran
secara otomatis yaitu terdiri dari head detector dan fire detector.
Dapat melayani area pelayanan seluas 90 m2/lantai.

Gambar V.53 .Fire Alarm System.


(Sumber: Jimmy S. Juwana, 2005).

176
Berikut ini adalah skema penanggulangan bahaya kebakaran:

Api Heat
Detector
System System Sprinkler
Alarm Start
Asap Smoke
Detector
Alat Tabung
Pemadam pemadam
Kebakaran
Manual
Hydrant

Gambar V.54.Skema Pencegahan dan


/ Penanggulangan Bahaya Kebakaran.
Sumber : Analisis Penulis

f. Sistem Komunikasi.
1) Jaringan Komunikasi Internal.
a) Komunikasi antar pengelola intern menggunakan jaringan intercom.
b) Komunikasi antar pengelola dan pengunjung ataupun antar
pengunjung, dalam bentuk pengumuman dan panggilan melalui
loudspeaker/pengeras suara.

g. Sistem Penangkal Petir.


Sistem penangkal petir yang digunakan pada bangunan Pusat Pameran
konstruksi ini adalah Sistem Prevecton, yaitu sistem penangkal petir dengan
areal perlindungan yang berbentuk paraboloid. Penggunaan radioaktif pada
terminal udara prevecton yang terpasang pada antena yang mengandung zat
radioaktif yang berfungsi mengisolasi udara dalam medan yang berbentuk
setengah bola.

Gambar V.55.Penangkal Petir Sistem Prevectron.


(Sumber: Jimmy S. Juwana, 2005).

177
h. Sistem Transportasi Dalam Bangunan.
Untuk sistem sirkulasi vertikal terdapat satu pelayanan yaitu manusia.
Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam pemilihan sirkulasi vertikal
adalah:
1) Kapasitas pelayanan.
2) Ketinggian bangunan.
3) Kecepatan pelayanan.
4) Kenyamanan.

i. Sistem Keamanan.
Perencanaan pengamanan terhadap pencurian antara lain:
1) System CCTV (Central Circuit Television).
System CCTV (central Circuit television), untuk memonitor segala
penjuru areal yang diperkirakan dapat menjadi tempat terjadinya
kriminalitas, seperti pencurian dan sebagainya.
2) Satuan pengamanan (Satpam) yang bertugas selama pelaksanaan
pameran di adakan.

178

You might also like