You are on page 1of 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sehat merupakan suatu keadaan dan proses dalam upaya menjadikan
dirinya terintegrasi secara keseluruhan, fisik, mental dan sosial (Nursalam,
2003). WHO mendefinisikan kesehatan sebagai suatu keadaan kesejahteraan
fisik, mental dan sosial yang lengkap dan semata-mata bukan hanya bebas dari
penyakit dan kelemahan (Smeltzer And Bare, 2001).

Menurut Kusnanto (2004) Keperawatan adalah suatu profesi yang


mengabdi kepada manusia dan kemanusiaan, mendahulukan kepentingan
kesehatan masyarakat diatas kepentingan sendiri. Suatu bentuk pelayanan/
asuhan yang bersifat humanistik, menggunakan pendekatan holistik,
dilaksanakan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan berpegang pada standar
pelayanan /asuhan keperawatan serta menggunakan kode keperawatan sebagai
tuntutan utama dalam melaksanakan pelayanan /asuhan keperawatan.

Asuhan Keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan praktek


keperawatan yang langsung diberikan kepada klien/ pasien pada berbagai
tatanan pelayanan kesehatan dengan menggunakan metodologi proses
keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan,dilandasi etik dan etika
keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan
(Kusnanto, 2004).

Salah satu ruang lingkup asuhan keperawatan yang diterapkan perawat


adalah asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem pencernaan
hepatitis Alkoholik.

Hepatitis merupakan peradangan hati yang disebabkan oleh infeksi atau


toksin termasuk alkohol dan dijumpai pada kanker hati (Corwin,
2000).Insiden hepatitis virus yang terus meningkat semakin menjadi masalah
kesehatan masyarakat. Penyakit ini mudah ditularkan, memiliki morbiditas
yang tinggi. keberadaan kasus-kasus subklinis, ketidak berhasilan untuk
mengenali kasus-kasus yang ringan dan kesalahan diagnosis diperkirakan
turut menjadi penyebab pelaporan yang kurang dari keadaan sebenarnya
(Smeltzer And Bare, 2001).

Data dunia menyebutkan pada tahun 2008 ada sekitar 350 juta orang
penderita hepatitis dan di Indonesia diperkirakan 11 juta jiwa dan setiap
tahunnya mengalami peningkatan yang signifikan.( www.majalah-
farmacia.com diakses 25 february 2009 )

1
Menurut data dari rekam medik RSU Bethesda GMIM Tomohon tentang
jumlah penderita yang dirawat inap dengan hepatitis dalam kurun waktu
3 tahun terakhir yaitu pada tahun 2006 jumlah penderita hepatitis adalah 11
orang, tahun 2007 berjumlah 15 orang dan pada tahun 2008 dari bulan januari
sampai september 2008 berjumlah 30 orang, tidak ada yang meninggal.

Karena jumlah penderita hepatitis setiap tahunnya mengalami peningkatan


sehingga penulis tertarik untuk menerapkan ”Asuhan Keperawatan Pada Klien
Dengan Gangguan Sistem Pencernaan Hepatitis Alkoholik”

1.2 Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum

Mampu menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan


sistem pencernaan hepatitis Alkoholik dengan menggunakan metode
proses keperawatan.

2. Tujuan khusus

a. Dapat melakukan pengkajian pada klien dengan gangguan sistem


pencernaan hepatitis Alkoholik.

b. Dapat menegakkan diagnosa keperawatan pada klien dengan


gangguan sistem pencernaan hepatitis Alkoholik.

c. Dapat menyusun rencana keperawatan pada klien dengan gangguan


sistem pencernaan hepatitis Alkoholik.

d. Dapat melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan


gangguan sistem pencernaan hepatitis Alkoholik.

e. Dapat melaksanakan evaluasi keperawatan pada klien dengan


gangguan sistem pencernaan hepatitis Alkoholik.

f. Dapat mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien dengan


gangguan sistem pencernaan hepatitis Alkoholik.

2
1.3 Metode Penulisan

1. Studi kepustakaan

Menggunakan buku-buku, diktat yang berhubungan dengan penyakit


hepatitis Alkoholik.

2. Studi dokumentasi

Dengan membaca, mempelajari dan menganalisa perkembangan status


kesehatan klien

3. Studi kasus

Mengambil kasus dan menerapkan Asuhan keperawatan pada klien


dengan gangguan sistem pencernaan Hepatitis Alkoholik.

1.4 Manfaat Penulisan

1. Bagi institusi rumah sakit

Sebagai masukan dalam pengembangan pelayanan keperawatan di rumah


sakit umum Bethesda GMIM Tomohon

2. Bagi Institusi Keperawatan Bethesda Tomohon

Sebagai masukan dalam mempersiapkan tenaga keperawatan yang


profesional serta meningkatkan ilmu pengetahuan dalam perawatan pada
umumnya dan keperawatan pada khususnya hepatitis Alkoholik.

3. Bagi penulis

Dapat menambah wawasan pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam


menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan hepatitis Alkoholik.

1.5 Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan meliputi latar belakang, tujuan penulisan, metode


penulisan, manfaat penulisan, sistematika penulisan. Bab II Tinjauan teoritis
Konsep dasar : pengertian ,etiologi, anatomi dan fisiologi, patofisiologi dan
penyimpangan KDM, gambaran klinis, diagnostik test, komplikasi,
penatalaksanaan, prognosis b.Asuhan keperawatan. Bab III Tinjauan kasus

3
meliputi hasil kegiatan penerapan asuhan keperawatan pada klien dengan
hepatitis Alkoholik dengan menggunakan metode proses keperawatan. Bab IV
Pembahasan meliputi tahap pengkajian keperawatan, tahap diagnosa keperawatan,
tahap perencanaan keperawatan, tahap implementasi keperawatan, tahap evaluasi
keperawatan.Bab V Penutup meliputi kesimpulan dan saran.Daftar pustaka dan
lampiran – lampiran.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar

4
2.1.1 Definisi
a. Virus Hepatitis adalah virus yang dapat menyebabkan infeksi virus
pada organ hati (Sastrawinata, 2008)
b. Virus Hepatitis merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai
nekrosis dan inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan
kumpulan perubahan klinis, biokimia serta seluler yang khas
(Smeltzer And Bare,2001)
c. Hepatitis adalah iflamasi pada hati yang dapat terjadi karena invasi
bakteri, cedera oleh agen fisik atau kimia (non-viral) atau infeksi
virus (Doenges, 1999)
2.1.2 Etiologi
Penyebab hepatitis menurut Baradero Mary adalah:
a. Infeksi virus
-Hepatitis A Viral (HAV)
Hepatitis A adalah suatu penyakit yang diakibatkan masuknya
virus hepatitis A ke dalam tubuh terutama menyerang hati.Infeksi
hepatitis A yang kemudian ditandai dengan adanya antibodi anti
HAV yang secara universal erat hubungannya dengan standar
kesehatan / sanitasi daerah yang bersangkutan.
( Sastrawinata,2008).
Cara penularan melalui feces, makanan dan minuman yang
terkontaminasi ; tidak ditularkan melalui alat – alat makanan dan
ciuman. Masa inkubasi 15-50 hari, rata –rata 28-30 hari.sekresi yang
mengandung organisme yaitu feces.
Infektivitas tertinggi yaitu 2 minggu sebelum timbulnya jaudience.
Pemeriksaan diagnostik yaitu adanya imunoglobulin terhadap virus
hepatitis A dalam serum. Kelompok resiko tinggi yaitu karyawan
pada tempat penitipan anak –anak yang masih menggunakan popok,

karyawan pada rumah jompo, orang yang mengadakan perjalanan ke

negara – negara berkembang ( Baradero Mary, 2008)

-Hepatitis B Viral (HBV)

Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV) yang


ditularkan melalui kulit atau selaput lendir, lewat jarum dan kontak seksual,
penggunaan barang – barang pribadi secara bergantian, transfuse darah yang
mengandung HBsAG ( hepatitis B surface antigen) dengan masa inkubasi 45-160
hari ( rata – rata 60-120 ).Sekresi yang mengandung organisme yaitu tinggi dalam
darah dan cairan serosa, air liur, urine, feces, semen, dan cairan pleural.

Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan adanya HBsAG,


kelompok resiko tinggi yaitu pengguna obat – obat terlarang ( suntikan),
homoseksual yang aktif, orang – orang serumah dengan carier HBV, petugas
kesehatan yang berhubungan dengan darah ( Baradero Mary, 2008).
-Hepatitis C Viral (HCV)

5
Hepatitis C disebut juga hepatitis non-A dan non-B. Penyakit ini
disebabkan oleh virus hepatitis C ( HCV) yang ditularkan
melalui kulit lewat suntikan dengan jarum yang terkontaminasi (
obat – obatan terlarang ) dan tranfusi darah. Dengan masa
inkubasi 14-150 hari ( rata – rata 50 hari).
Sekresi yang mengandung organisme yaitu darah. Pemeriksaan
diagnostik yang dilakukan yaitu antibodi terhadap hepatitis virus
C ( anti HCV ) dan dengan kelompok resiko tinggi yaitu orang –
orang yang sering menerima transfuse darah ( Baradero Mary,
2008 ).
-Hepatitis D Viral (HDV)
Penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis D ( HDV ) yang
ditularkan melalui kulit atau selaput lendir lewat jarum dan kontak seksual, kontak
personal alat – alat yang digunakan secara bergantian dirumah, transfusi darah
yang mengandung organisme. HBsAG dengan masa inkubasi 45-160 hari ( rata –
rata 60-120 hari). Sekresi yang mengandung organisme tinggi dalam darah dan
cairan serosa , air liur, urine, feces, semen, cairan pleural.Pemeriksaan diagnostik
yang dapat dilakukan yaitu pemeriksaan HBsAG. Kelompok resiko tinggi yaitu
pengguna obat – obatan terlarang, homoseksual yang aktif, orang – orang yang
tinggal serumah dengan carier HDV, petugas kesehatan yang berhubungan dengan
darah ( Baradero Mary,2008 ).
-Hepatitis E Viral (HEV)
Virus hepatitis E berbeda dengan virus hepatitis lain karena
penularannya secara enteric dan dalam bentuk epidemic di negara berkembang,
dimana penyaluran air kadang – kadang tercemar oleh tinja hewan yang terinfeksi
( Sastrawinata, 2008 ).
Masa inkubasi rata – rata 40 hari, dilaporkan adanya transmisi maternal neonatal.
Distribusi luas, dalam bentuk epidemic dan endemic ( penularan melalui air ).
HEV RNA terdapat di serum dan tinja.
-Hepatitis F Viral ( HFV )
Disebarkan lewat feces.
-Hepatitis G Viral (HGV)
Penyakit ini disebabkan oleh virus yang ditularkan melalui kontak
darah.
b.Obat- obatan tertentu
c.Alkohol
d.Toksin industri
e. Racun tanaman
2.1.3 Anatomi dan fisiologi
Hepar adalah kelenjar yang paling besar dalam tubuh manusia
dengan berat 1500 gram atau 1,5 kg. Bagian superior dari hepar
cembung dan terletak dibawah kubah kanan diagfragma. Bagian inferior
hepar cekung dan dibawahnya terdapat ginjal kanan, gaster, pankreas
dan usus.
Hepar dibagi menjadi dua lobus yaitu lobus kiri dan kanan.
Ligamen falsiform membagi lobus kanan menjadi segmen anterior dan
posterior serta membagi lobus kiri menjadi segmen medial dan lateral.

6
Dari hepar, ligamen falsiform melintasi diafragma sampai ke dinding
abdomen anterior. Permukaan hepar diliputi oleh peritoneum viseralis.
Saluran-saluran hepar terdiri dari:
a. Arteria hepatikum adalah salah satu cabang dari arteria seliaka dan
aorta. Arteria ini menyuplai darah ke hepar.
b. Vena porta hepatika membawa darah vena dari seluruh traktus
gastrointestinal ke hepar. Darah ini mengandung zat-zat makanan
yang telah diserap oleh vili usus halus.
c. Vena hepatika membawa darah vena dari hepar ke vena inferior
d. Saluran-saluran bilier juga disebut kanakuli empedu, dibentuk oleh
kapiler-kapiler empedu yang menyatu dan menyalurkan empedu
yang dihasilkan oleh sel-sel hepar.
Setiap lobus dari hepar dibagi dalam struktur-struktur yang disebut
lobulus. Pada setiap segi dari lobulus terdapat cabang-cabang vena
porta, arteria hepatika dan kanakuli empedu. Diantara deretan sel-sel
hepar terdapat sinusoid yang membawa darah dari cabang-cabang vena
porta dan arteria hepatika ke vena hepatika. Pada dinding sinusoid
terdapat sel-sel fagosit hepatika ke vena hepatika. Pada dinding sinusoid
terdapat sel-sel fagosit yang disebut sel kupffer. Sel-sel kupffer ini
menelan eritrosit dan leukosit yang mati, mikroorganisme dan benda
asing yang masuk ke dalam hepar.
Sel-sel hepar menghasilkan empedu yang kemudian dialirkan lewat
kanakuli.Kanakuli bergabung menjadi saluran yang besar yaitu duktus
hepatikus kiri dan kanan. Duktus hepatikus kiri dan kanan bergabung
menjadi duktus hepatikus komunis. Duktus hepatikus komunis
bergabung menjadi duktus sistikus. Melalui duktus sistikus ini, empedu
masuk ke dalam vesika felea.
Hepar menerima dua macam darah yaitu darah yang kaya dengan
oksigen melalui arteria hepatika dan darah yang mengandung lebih
banyak karbon dioksida melalui vena porta. Darah dalam vena porta
juga mengandung zat-zat makanan yang telah diabsorpsi vili dari usus
halus. Zat-zat makanan yang tidak diperlukan tubuh disimpan oleh hepar
dan dikeluarkan jika diperlukan.
Hepar adalah tempat penyimpanan utama glukosa, vitamin-
vitamin, dan mineral dari tubuh. Hepar menyimpan glukosa dalam
bentuk glikogen dengan bantuan enzim-enzim glikogen yang dapat
diubah menjadi glukosa ketika tubuh memerlukannya. Hepar juga
menyimpan vitamin-vitamin yang larut dalam lemak seperti A,D,E,K
serta mineral-mineral seperti zat besi. Hepar juga menyimpan lemak
dan asam amino yang dapat diubah menjadi glukosa jika tubuh
memerlukannya.
Salah satu fungsi utama hepar sebagai alat pencernaan adalah
menyekresi empedu. Emepedu masuk ke duodenum serta membantu
dalam pencernaan dan absorbsi lemak ( Baradero Mary, 2008 ).
2.1.4 Patofisiologi
Inflamasi yang menyebar pada hepar disebabkan oleh infeksi virus
dan oleh karena reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan

7
kimia. Seiring dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola
normal pada hepar terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal
pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel sel
hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang
dari tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar
baru yang sehat, oleh karenanya sebagian besar klien yang mengalami
hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal.
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan
peningkatan suhu badan dan perenggangan kapsula hati yang memicu
timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut kuadran kanan atas. Hal ini
dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri ulu hati.
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati walaupun jumlah
bilirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap
normal, tetapi karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu
intrahepatic, maka terjadi kerusakan pengangkutan bilirubin tersebut di
dalam hati. Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal konjugasi
hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan ekskresi) dan
regurgitasi pada duktuli.
Bilirubin belum mengalami konjugasi (bilirubin indirect), maupun
bilirubin yang sudah mengalami konjugasi (bilirubin direct). Jadi ikterus
yang timbul disini terutama disebabkan karena kesukaran dalam
pengangkutan, konjugasi dan ekskresi bilirubin. Tinja mengandung
sedikit sterkobilin oleh karena itu tampak pucat (abolis). Karena
bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat diekskresi ke
dalam kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih
berwarna gelap. Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai
peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang akan
menimbulkan gatal-gatal pada ikterus ( www.ilmu keperawatan.com ).
PENYIMPANGAN KDM

Infeksi virus Toksin Obat-obatan tertentu

Peningkatan suhu Inflamasi


badan & yang
perenggangan kapsula menyebar ke
hati hepar

Perasaan tidak Gangguan


nyaman pada perut suplai darah
kuadran kanan atas pada sel-sel
hepar

8
Merangsang Nekrosis dan
hipotalamus kerusakan sel-
sel hepar

Mual & muntah Kerusakan


pengangkutan
bilirubin

Resiko tinggi
kekurangan
volume cairan

Perubahan nutrisi Ikterus Perubahan status


kurang dari kebutuhan kesehatan
tubuh

Kekurangan energi Harga diri Kurang terpajan


untuk beraktifitas rendah informasi

Kelemahan

Kurang pengetahuan

Bedrest

Resiko tinggi
kerusakan integitas
kulit

2.1.5 Gambaran klinis


a. Penyakit kuning
b. Kelelahan (fatique)
c. Nyeri lambung

9
d. Kehilangan nafsu makan
e. Mual-mual (nausea)
f. Diare
g. Demam (fever)
h. Muntah-muntah (vomiting)
i. Sakit kepala
j. Flu
k. Tinja berwarna tanah liat
l. Air kecing berwarna gelap
m. Pembengkakan pada hepar
2.1.6 Pemeriksaan penunjang
a. Test fungsi hati meliputi:
1) Enzim dalam hepar
2) Transaminase dan enzim cholestatik
3) Bilirubin
b. Pemeriksaan protein hepar
c. Pemeriksaan laboratorium yaitu Alphafetoprotein ( AFP )
d. Ultrasonografi (USG)
e. Computed tomography scan (CT Scan)
f. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
2.1.7 Komplikasi
Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang di sebabkan
oleh akumulasi amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut
ensefalopati hepatic. Kerusakan jaringan parenkim hati yang meluas
akan menyebabkan sirosis hepatic,penyakit ini lebih banyak di temui
pada alkoholik.
2.1.8 Penatalaksanaan
a. Hepatitis A
Lamanya penyembuhan kadang – kadang memerlukan waktu 4-6
bulan sampai faal hati menjadi normal. Oleh karena itu bila
dilakukan analisa, manfaat biaya tentu saja akan lebih ekonomis
kalau dilakukan suatu usaha pencegahan yaitu :
1). Pencegahan secara umum
- Hygiene perorangan
- Lingkungan dan sanitasi yang baik dalam hal pemakaian air
bersih, pembuangan tinja pada tempatnya dan pembuatan sumur
yang memenuhi standar.
- Mencegah kontaminasi makanan, memasak dengan baik bahan
makanan dan minuman.
2). Pencegahan secara khusus
Imunisasi pasif
- Pencegahan segera setelah kontak yaitu untuk keluarga yang
terdekat dan tinggal serumah.
- Pencegahan sebelum kontak yaitu terhadap mereka yang
akan bepergian ke daerah endemis.
Pemberian dengan menggunakan H-Ig ( Human normal
imunoglobulin ) dosis yang di anjurkan adalah 0,02 ml/kg BB,

10
diberikan dalam kurun waktu tidak lebih dari 1 minggu setelah
kontak.
Imunisasi Aktif
Pada saat ini di dunia telah tersedia vaksin hepatitis A yaitu
Havrix ( SB) ,VAQTA ( MSD), AVAXIM (I-M)
b. Hepatitis B
Selain perbaikan hygiene secara umum, upaya pencegahan infeksi
virus hepatitis B saat ini terdiri dari vaksinasi, terutama
diperuntukkan pada individu beresiko tinggi, dan upaya penapisan
darah, produk darah dan materi donor.Vaksinasi hepatitis B terpadu
dengan program vaksinasi terhadap penyakit lain mungkin
merupakan cara paling efektif untuk mencegah infeksi VHB.
c. Hepatitis C
Pencegahan : Vaksin terhadap virus hepatitis C yang efektif belum
ditemukan. Oleh karena itu tindakan hygiene pribadi, penyaringan
terhadap darah dan produk darah lain serta donor organ sangat
penting.
Pengobatan : Sampai saat ini interferon alfa dan beta serta
kombinasi dengan Ribafirin menunjukkan efektifitas dalam
pengobatan hepatitis C walaupun keberhasilan pengobatan dengan
interferon ini bervariasi antar beberapa penelitian.
d. Hepatitis D
Pada umumnya pencegahan hepatitis D sama dengan pencegahan
pada hepatitis B.
e. Hepatitis G
Pengobatan : Pengobatan dengan interferon digunakan untuk infeksi
HGV/HGBV-C khususnya pada penderita dengan infeksi ganda
( VHC dan HGV/HGBV-C ). Meskipun HGV/HGBV-C agaknya
sensitif terhadap interferon hampir semua kasus mengalami
kekambuhan setelah pengobatan interferon dihentikan.
f. Hepatitis karena Obat – obatan
Pencegahan : Menggunakan obat sesuai dengan resep dokter.
g. Hepatitis karena Alkohol
Pencegahan : Menghindari penyebab yaitu alkohol

2.1.9 Prognosis
Penderita hepatitis A jarang berlanjut menjadi nekrosis hati yang
akut atau hepatitis fulminan dan berakhir dengan sirosis hati atau
kematian. Angka mortalitas hepatitis A 0,5 %. Status karier tidak
terdapat dan juga tidak ditemukan hepatitis kronis yang berkaitan
dengan hepatitis A. Mortalitas hepatitis B pernah dilaporkan sampai
setinggi 10 %. 10 % penderita hepatitis B lainnya akan berkembang
menjadi status karier atau menjadi hepatitis kronis. Hepatitis B tetap
menjadi penyebab utama sirosis dan kanker hepatoseluler diseluruh
dunia.Perjalanan klinis hepatitis C yang akut serupa dengan hepatitis B,
gejala hepatitis C biasanya ringan. Meskipun demikian, status karier
yang kronis sering terjadi dan terdapat peningkatan resiko untuk

11
menderita penyakit hati yang kronis sesudah hepatitis C, termasuk
sirosis dan kanker hati. Gejala hepatitis D serupa dengan gejala hepatitis
B, kecuali pasiennya lebih cenderung untuk menderita hepatitis
fulminan dan berlanjut menjadi hepatitis aktif yang kronis serta sirosis
hati. Angka mortalitas pada hepatitis D yaitu 20 % ( Smeltzer and Bare,
2001)
Jenis NANB dengan masa inkubasi, gejala klinis, dan
epidemiologi mirip seperti hepatitis A. pada tahun 1954 telah di
perdagangkan antigen/anatibodi HEV. HEV Merupakan bentuk hepatitis
C yang ditemukan di india, Asia, Afrika, dan amerika tengah
menyerupai hepatitis A dalam penularannya secara enterik. Virus
hepatitis G pernah menginfeksi seorang ahli bedah pada tahun 1964,
hasil laboratorium menunjukkan GBV-C (mirip VHC pada tahun 1995)
(Batticaca, 2009).
Pada hepatitis yang diakibatkan oleh alkohol jika tidak segera
ditangani dapat menyebabakan sirosis hepatis

2.2 Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan praktek


keperawatan yang langsung diberikan kepada klien pada berbagai tatanan
pelayanan kesehatan dengan menggunakan metodologi proses keperawatan,
berpedoman pada standar keperawatan, dilandasi etik dan etika keperawatan,
dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan. ( Kusnanto,
2004) Langkah-langkah proses keperawatan:
1. Pengkajian keperawatan
2. Diagnosa keperawatan
3. Perencanaan keperawatan
4. Implementasi keperawatan
5. Evaluasi keperawatan
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian adalah pegumpulan data yang sistematis untuk
menentukan status kesehatan klien dan untuk mengidentifikasi semua
masalah kesehatan yang aktual atau potensial (Smeltzer And Bare, 2001)

Data dasar pengkajian pada pasien dengan hepatitis menurut Batticaca


Fransisca yaitu :
a. riwayat keluarga
riwayat keluarga yang harus di kaji meliputi ikterus, anemia,
splenektomi dan hiperbilirubinemia
b. riwayat pola hidup
riwayat pola hidup yang harus di kaji meliputi faktor lingkungan,
bepergian ke daerah endemis, mengkonsumsi alkohol dalam waktu
yang lama, kontak dengan pederita hepatitis (kontak seksual),
mendapat transfusi darah, adanya tato, urine berwarna gelap, faces
pucat, penderita umumnya merasa tidak sehat.
c. pemeriksaan fisik
mata : Adanya ikterus pada sklera

12
kelenjar parotis : Terjadi pembesaran
abdomen : Adanya asites, pengerasan hati, hati teraba
lunak
kulit : Adanya ekimosis
2.2.2 Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut NANDA adalah klinis tentang
respons individu, kelaurga atau komunitas terhadap masalah
kesehatan/proses kehidupan yang aktual dan potensial. Diagnosa
keperawatan memberikan dasar pemilihan intervensi keperawatan untuk
mencapai hasil yang menajadi tanggung gugat perawat (Doenges, 1999)
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada klien dengan
gangguan sistem pencernaan hepatitis menurut Mary Baradero dan
Doenges adalah :
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia,
mual/muntah
2. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d asupan kurang
mual dan muntah, diare
3. Harga diri rendah b/d ikterus
4. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b/d tirah baring
5. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan b/d
kurang terpajan informasi.
2.2.3 Perencanaan keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah penentuan tujuan dan rencana
perawatan yang disusun untuk membantu klien mengatasi masalah yang
sudah di diagnosa (Smeltzer And Bare, 2001).
Dalam penentuan tujuan terdapat hasil yang diperkirakan dapat
dicapai klien hasil yang diperkirakan :
1. Spesifik
2. Dapat diukur
3. Dapat dicapai
4. Dapat di pertanggung jawabkan
5. Mempunyai tujuan
Perencanaan keperawatan untuk klien dengan gangguan sistem
pencernaan hepatitis yang disusun berdasarkan diagnosa keperawatan
yang muncul

a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia


mual/muntah
Tujuan : Masukan nutrisi adekuat

Intervensi keperawatan

1. Konsultasi pada ahli diet, dukungan tim nutrisi untuk


memberikan diet sesuai kebutuhan klien.

Rasional : Berguna dalam membuat program diet untuk


memenuhi kebutuhan klien.

13
2. Awasi pemasukan diet/jumlah kalori (diet rendah lemak)

Rasional : Membantu memenuhi kebutuhan nutrisi klien

3. Berikan perawatan mulut sebelum makan

Rasional : Menghilangkan rasa tidak enak dan untuk


meningkatkan nafsu makan

4. Anjurkan makan pada posisi duduk tegak

Rasional : Menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat


meningkatkan masukan

b. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d asupan yang


kurang, mual dan muntah, diare
Tujuan : Kekurangan volume cairan tidak terjadi
Intervensi keperawatan
1. Awasi masukan dan haluaran.
Rasional : Perubahan motilitas usus dan mual/muntah
sangat mempengaruhi masukan dan kebutuhan
cairan sedangkan diare dapat menimbulkan
dehidrasi

2. Kaji tanda vital


Rasional : Sebagai tindakan untuk mendeteksi adanya
gangguan dalam sistem tubuh
3. Awasi nilai laboratorium contoh Hb, Ht, Na, K, Cl, Ca dan F.
Rasional : Mengawasi keseimbangan cairan dan elektrolit
6. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian cairan secara IV.
Rasional : Memberikan cairan yang sesuai dengan
kebutuhan klien
c. Harga diri rendah b/d ikterus
Tujuan : Meningkatkan kepercayaan diri.
Intervensi Keperawatan
1. Kontrak dengan pasien mengenai waktu untuk mendengar
Rasional : Penyediaan waktu meningkatkan hubungan
saling percaya, kesempatan untuk
mengekspresikan perasaan memungkinkan
pasien untuk merasa lebih mengontrol situasi
2. Kaji efek penyakit pada faktor ekonomi pasien/orang terdekat
Rasional : Masalah finansial dapat terjadi karena
kehilangan peran fungsi pasien pada
keluarga/penyembuhan lama
3. Motivasi klien untuk sembuh
Rasional : Periode penyembuhan mungkin lama (> 6 bulan)
sehingga memungkinkan terjadinya stres. Oleh

14
karena itu klien membutuhkan dorongan dan
motivasi.
d. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b/d tirah baring
Tujuan : Kerusakan integritas kulit tidak terjadi
Intervensi keperawatan
1. Mobilisasi klien miring kiri dan kanan
Rasional : Mencegah tekanan berlebihan pada daerah yang
menonjol
2. Anjurkan menggunakan buku-buku jari untuk menggaruk bila
tidak terkontrol
Rasional : Menurunkan potensial cedera kulit
e. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan b/d
kurang terpajan informasi
Tujuan : Memahami kondisi tubuh dan pengobatan yang
dibutuhkan.
Intervensi keperawatan
1. Kaji tingkat pemahaman penyakit dan pengobatan klien
Rasional : Mengetahui sejauh mana pemahaman klie
tentang penyakit yang dideritanya dan proses
pengobatan yang harus dijalani.
2. Berikan informasi tentang pencegahan dan penularan penyakit
Rasional : Membantu klien dan keluarga dalam mencegah
infeksi sekunder
3. Berikan informasi tentang bahaya minum obat yang dijual
bebas.
Rasional : Klien mengetahui bahaya minum obat yang
dijual bebas
2.2.4 Implementasi keperawatan
Implementasi adalah aktualisasi dari rencana perawatan melalui
intervensi keperawatan (Smeltzer And Bare, 2001).
2.2.5 Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah penentuan dari respon klien tehadap intervensi
keperawatan dan sejauh mana tujuan sudah dicapai
(Smeltzer And Bare, 2001).

15
DAFTAR PUSTAKA

Baradero, M, dkk. 2008. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Hati.


Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Corwin. 2000. Buku Saku Patofisiologi .Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Doenges dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medical Bedah.

Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Engram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Keperawatan Medikal


Bedah Volume 3. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Kusnanto, 2004. Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional.


Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Misnadiarly. 2007. Penyakit hati (liver).Jakarta:Penerbit Pustaka Obor Populer.

16
Nursalam 2001. Dokumentasi Dan Proses Keperawatan. Jakarta :Penerbit
Salemba Medika.

Ramaiah Savitri 2008. All You Wonted To Know About Hepatitis Jakarta:Penerbit
PT Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia.

Smeltzer And Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Edisi 1
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Smeltzer And Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Edisi 2
Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Soemohardjo, Soewignjo. 2008. Hepatitis Virus B Edisi 2 .Jakarta:Penerbit Buku


Kedokteran EGC.

Sastrowinata S.S 2008. Virologi Manusia jilid 1. Bandung:P.T Alumni

LAMPIRAN I

FORMAT PENGKAJIAN

1. Biodata

a. Biodata klien

17
Nama :

Umur :

Jenis kelamin :

Agama :

Suku bangsa :

Status pernikahan :

Pekerjaan :

NO RM :

Tanggal MRS :

Tanggal Pengkajian :

Diagnosa medis :

b. Penanggung jawab

Nama :

Umur :

Jenis kelamin :

Pekerjaan :

Hubungan dengan klien :

2. Riwayat kesehatan

a. Keluhan utama

b. Riwayat kesehatan sekarang

c. Riwayat kesehatan dahulu

d. Riwayat kesehatan keluarga

e. Riwayat spiritual

f. Riwayat psikososial

18
3. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum klien

b. Tanda -Tanda Vital

c. Pemeriksaan head to toe

Kepala :

Mata :

Hidung :

Telinga :

Mulut :

Leher :

Dada & Thoraks :

Abdomen :

Ektremitas Atas :

Ektremitas Bawah :

Genetalia :

Anus :

Kulit :

4. Aktivitas sehari-hari

a. Nutrisi

b. Cairan

c. Eliminasi

d. Istirahat dan tidur

e. Personal hygiene

f Ketergantungan

19
Alkohol :

Merokok :

Obat-obatan :

g. Aktivitas

5. Pemeriksaan Penunjang

6. Diagnosa medik

7. Teraphy medik

Lampiran II

Analisa Data

No Data Penyebab Masalah

20
21
LAMPIRAN IV

FORMAT CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi

31
LAMPIRAN VI

RENCANA ANGGARAN

I. Pembuatan Proposal

1. Persiapan Pembuatan Proposal

- Penulisan Proposal Rp. 200.000,-

- Pengetikan Proposal Rp. 300.000,-

- Penggandaan Proposal Rp. 150.000,-

- Cover Proposal Rp. 50.000,-

2. Pelaksanaan Seminar Proposal

- Administrasi Seminar Proposal Rp. 500.000,-

- Perbaikan Proposal Rp. 300.000,-

- Transport Konsultasi Rp. 50.000,-

II. Karya Tulis Ilmiah

1. Penulisan KTI (Penelitian) Rp. 200.000,-

2. Pengetikan KTI Rp. 400.000,-

3. Penggandaan KTI Rp. 200.000,-

4. Seminar KTI Rp. 1.500.000,-

5. Konsumsi Rp. 50.000,-

6. Perbaikan KTI Rp. 200.000,-

7. Cover KTI Rp. 150.000,-

8. Transport Konsultasi Rp. 50.000,- +

Jumlah Rp. 4.300.000,-

33
LAMPIRAN V

JADWAL KEGIATAN

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September


Jenis
No
kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pengajuan √
judul

2 Pembuatan √ √ √
proposal

3 Seminar √
proposal

4 Studi kasus

5 Penyusunan
KTI

6 Seminar
KTI

7 Perbaikan
KTI

32
LAMPIRAN III

FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN

NAMA :

UMUR : RUANGAN :

Perencanaan Keperawatan
Diagnosa Implementasi Evaluasi
Tanggal Tujuan/Kriteria
Keperawatan Intervensi Rasionalisasi Keperawatan Keperawatan
Hasil

30
31

You might also like