Professional Documents
Culture Documents
02 Juni 2013
Abstract: Tuberculosis (TB) still as a big health problem in the world and Indonesia. Local
clinic of Busalangga, northwest Rote subdistric, Rote Ndao region still have high tuberculosis
case with total case at 2011 are attain 48 person with total death are attain 3 person
(Busalangga local clinic, 2011). The medicine threatment of tuberculosis disease have long
period and routine system that is 6-8 month. For Tuberculosis patient there is one important
thing that must be attention and do, which is the discipline way to take medicine until the
declared to recover. The aim of this research is to find out the factors which are related to the
discipline to take medicine by Tuberculosis patient in Busalangga local clinic, subdistrict of
Northwest Rote, Rote Ndao region at 2011. The kind of this research is analitic survey with
structure design of cross sectional study. This research is implemented in Busalangga local
clinic area, subdistrict of Northwest Rote, Rote Ndao region in October 2011-March 2012. The
population are all Tuberculosis patient in Busalangga local clinic area 2011 which are serve
the medicine threatment, which are 32 person and the sample is took by using total sampling
method, so that the total sample are 32 person. The data is analized by using chi square test
and signicant value is 0,05. The result of this research show that there is relation between
level of knowledge with the discipline to take medicine (p=0,009) where p<0,05, the education
with discipline to take medicine (p=0,008) where p<0,05, the role of supervisor in taking the
medicine with the discipline to take the medicine (p=0,001) where p<0,05 and there in not
relation between attitude with the discipline to take medicine (p=0,170) where p>0,05.
Conclusion is relation between level of knowledge with discipline to take medicine, the
education with discipline to take medicine, the role of supervisor in taking the medicine with
the discipline to take the medicine and there in not relation between attitude with the discipline
to take medicine.
158
MKM Vol. 07 No. 02 Juni 2013
menjadi 3.369 kasus, tetapi pada tahun 2010 Populasi dan Sampel
terjadi peningkatan kasus TB paru menjadi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
3.755 kasus dan data yang diperoleh pada pasien penderita penyakit TB di wilayah kerja
tahun 2011 dari bulan Januari-Maret jumlah Puskesmas Busalangga Kabupaten Rote
kasus TB paru di NTT adalah 977 kasus tahun 2011, yaitu sebesar 32 orang yang
(Dinkes Propinsi NTT, 2011). masih sementara menjalani pengobatan.
Di Kabupaten Rote dalam 3 (tiga) tahun Cara pengambilan Sampel dalam penelitian
terakhir terjadi peningkatan kasus TB. Tahun ini dilakukan dengan menggunakan teknik
2009 ada 139 kasus, tahun 2010 ada 147 total sampling, yang mana peneliti
kasus dan pada tahun 2011 ada 165 kasus mengambil seluruh objek yang akan diteliti di
(Dinkes Kabupaten Rote Ndao, 2011). Salah wilayah kerja Puskesmas Busalangga
satu puskesmas yang tinggi jumlah pasien Kabupaten Rote Ndao, sebesar 32 orang.
TB di Kabupaten Rote adalah puskesmas
Busalangga. Pada tahun 2009 tercatat ada Pengumpulan Data
33 kasus, tahun 2010 ada 42 kasus dan Data primer dikumpulkan menggunakan
tahun 2011 ada 48 kasus diwilayah kerja kuesioner. Sedangkan data sekunder
Puskesmas Busalangga. Kematian penderita diperoleh dari instansi terkait, seperti: Dinas
TB pada tahun 2011 di Puskesmas Kesehatan Kabupaten Rote Ndao dan dari
Busalangga mencapai 3 orang (Profil Puskesmas Busalangga.
Kesehatan Puskesmas Busalangga, 2011).
Analisa Data
Pengobatan penyakit TB memerlukan jangka Data dianalisis dengan analisis univariat,
waktu yang lama dan rutin yaitu 6-8 bulan. yang bertujuan untuk menjelaskan atau
Bagi penderita TB ada satu hal penting yang mendeskripsikan karakteristik setiap variabel
harus di perhatikan dan dilakukan, yaitu penelitian. Analisis bivariat dengan
Kepatuhan minum obat sampai dinyatakan menggunakan uji Chi-square, dengan uji
sembuh. Fisher sebagai alternatif apabila hasil tidak
memenuhi syarat kelayakan uji Chi-square.
Dari latar belakang masalah yang ada, Kemudian untuk uji hipotesis dilakukan
penulis merasa perlu untuk melakukan dengan uji statistik Chi-square (X²).
penelitian tentang Faktor-Faktor yang Hipotesis Ho diuji dengan tingkat kemaknaan
Berhubungan dengan Kepatuhan Minum (signifikansi) = 0,05.
Obat oleh Penderita Tuberkulosis (TB) di
Wilayah Kerja Puskesmas Busalangga HASIL
Kecamatan Rote Barat Laut Kabupaten Rote Hubungan antara Tingkat Pengetahuan
Ndao Tahun 2011. dengan Kepatuhan Minum Obat
159
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Minum Obat oleh Penderita Tuberkulosis (TB)
160
MKM Vol. 07 No. 02 Juni 2013
161
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Minum Obat oleh Penderita Tuberkulosis (TB)
yang dalam kehidupan sehari-hari responden yang tidak patuh dalam minum
merupakan suatu reaksi yang bersifat obat TB.
emosional terhadap stimulus sosial
(Notoatmodjo, 2003). Hasil penelitian diketahui bahwa untuk untuk
pemeriksaan dahak dan pengambil obat
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa diketahui bahwa 70 % (22 responden)
responden terbanyak memiliki sikap negatif responden tidak rutin melakukannya. Ada
terhadap penyakit TB yaitu sebanyak 17 beberapa faktor yang membuat penderita
orang (53,12%) dan sisanya 15 responden tidak datang mengambil obat dan melakukan
(46,87%) memiliki sikap yang positif terhadap pemeriksaan ulang dahak di puskesmas,
penyakit TB. Hasil analisis statistik dengan yaitu: (1). Jarak rumah dan puskesmas yang
menggunakan uji chi square diperoleh nilai cukup jauh. Hasil penelitian diketahui bahwa
p= 0,170 (p > 0,05), maka H0 diterima dan H1 ada 70 % yang letak rumahnya cukup jauh
ditolak. Artinya tidak ada hubungan antara dengan Puskesmas sehingga membuat
sikap dengan perilaku kepatuhan minum penderita tidak rutin untuk mengambil obat
obat penderita TB. Besarnya nilai hubungan jika sudah 1 (satu) bulan pengobatan. (2).
dari variabel sikap adalah 0,294. Hasil sarana transportasi yang masih sangat
penelititan ini tidak sesuai dengan hasil minim. Hasil penelitian di ketahui bahwa
penelitian Heriyono tahun 2004, yang sarana transportasi untuk mendukung pasien
menyatakan bahwa salah satu faktor yang mencapai sarana pelayanan kesehatan, yaitu
berhubungan dengan kepatuhan penderita Puskesmas Busalangga sangat jarang.
tuberkulosis paru adalah sikap. Terbukti dari minimnya mobil angkutan umum
yang beroperasi di Kabupaten Rote Ndao.
Menurut Azwar tahun 2005, salah satu faktor Hasil pengamatan diketahui bahwa belum
yang mempengaruhi Sikap adalah Pengaruh adanya pertamina yang dibangun di
orang lain yang dianggap penting dan faktor Kabupaten Rote Ndao untuk mengisi bahan
emosional. Hasil penelitian menunjukkan bakar kendaraan bermotor. Hal ini
bahwa masih kurangnya dukungan dari berdampak pada minimnya kendaraan umum
keluarga sebagai PMO kepada responden, yang beroperasi seperti angkutan kota
sehingga membuat responden tidak patuh maupun ojek. Walaupun ada penjual bensin
dalam minum obat, tidak rutin untuk eceran tetapi harganya cukup mahal yaitu
mengambil obat jika sudah 1 (satu) bulan 6.000-7.000 per botol. (3). Biaya transportasi
pengobatan dan tidak rutin untuk melakukan yang cukup mahal. Berdasarkan hasil
pemeriksaan dahak, walaupun sebenarnya penelitian diketahui bahwa 70% penderita ke
keinginan mereka untuk sembuh sangatlah puskesmas menggunakan ojek yang bayaran
besar. PMO belum melakukan tugas dan cukup mahal (15.000-25.000 rupiah) untuk
tanggungjawabnya dengan baik sehingga sekali jalan, sehingga membuat penderita
berdampak pada minimnya pengetahuan tidak rutin untuk pergi mengambil obat jika
responden akan penyakit TB serta masih sudah 1 (satu) bulan pengobatan, serta tidak
kurangnya usaha yang dilakukan untuk rutin untuk melakukan pemeriksaan ulang
menjadi sembuh. Menurut H. Becker dan dahak, walaupun mereka sebenarnya
Lois A. Maiman (1995) yang dikutip oleh mempunyai keinginan yang besar untuk
Sudarma (2008), perilaku Kesehatan sembuh.
seseorang terdiri atas unsur-unsur yang
salah satu diantaranya adalah suatu “kunci” Analisis Hubungan Tingkat Pendidikan
untuk melakukan tindakan kesehatan yang dengan Kepatuhan Minum Obat pada
tepat, baik dari sumber internal (misalnya Penderita TB
gejala penyakit) maupun eskternal (misalnya
interaksi personal, komunikasi massa). Dari Pendidikan adalah suatu usaha untuk
hasil penelitian diketahui bahwa masih mengembangkan kepribadian dan
kurangnya interaksi personal yang dilakukan kemampuan di dalam dan di luar sekolah
oleh responden dengan PMO untuk saling dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan
mendukung sehingga masih banyak mempengaruhi proses belajar, makin tinggi
162
MKM Vol. 07 No. 02 Juni 2013
pendidikan seseorang maka makin mudah Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa
orang tersebut untuk menerima informasi. responden terbanyak memiliki PMO yang
Seseorang yang berpendidikan tinggi akan tidak berperan sebanyak 23 orang (71,87%)
cenderung untuk mendapatkan informasi, dan berperan sebanyak 9 orang (28,12%).
baik dari orang lain maupun dari media Hasil analisis statistik dengan menggunakan
massa. Semakin banyak informasi yang uji chi square diperoleh nilai p= 0,001 (p <
masuk semakin banyak pula pengetahuan 0,05), maka H0 ditolak dan H1 diterima.
yang didapat tentang kesehatan Artinya ada hubungan antara peran PMO
(Notoatmodjo, 2003). dengan perilaku kepatuhan minum obat.
Besarnya nilai hubungan dari variabel peran
Berdasarkan hasil penelitian diketahui 25 PMO adalah 0,533. Hasil penelitian ini sesuai
responden (78,12%) memiliki tingkat dengan hasil penelitian Heriyono tahun 2004,
pendidikan rendah, 5 responden (15,62%) yang menyatakan bahwa salah satu faktor
memiliki tingkat pendidikan sedang dan ada yang berhubungan dengan kepatuhan
2 responden (6,25%) yang memiliki tingkat penderita tuberkulosis paru adalah dukungan
pendidikan tinggi. Hasil analisis statistik Pengawas Minum Obat (PMO).
dengan menggunakan uji chi square
diperoleh nilai p= 0,008 (p < 0,05), maka H 0 Hasil penelitian diketahui bahwa : PMO tidak
ditolak dan H1 diterima. Artinya ada hubungan mendapat pelatihan khusus atau training
antara tingkat pendidikan dengan perilaku untuk menjadi PMO, sehingga PMO tidak
kepatuhan minum obat. Besarnya nilai mengerti dan tidak mengetahui tugasnya
hubungan dari variabel pendidikan adalah yang sebenarnya. Tidak ada PMO yang
0,471. Penelitian ini sesuai dengan hasil memegang maupun membuat jadwal untuk
penelitian Heriyono pada tahun 2004, yang mengontrol waktu pengobatan dari penderita
menyatakan bahwa salah satu faktor yang TB, serta tugas PMO untuk melakukan
berhubungan dengan kepatuhan penderita penyuluhan kepada pasien tidak pernah
tuberkulosis paru adalah pendidikan. dilakukan. PMO semuanya berasal dari
keluarga penderita yang ditunjuk oleh
Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pengelola program TB di Puskesmas
pendidikan dimana diharapkan seseorang Busalangga. PMO hanya mengetahui
dengan pendidikan tinggi, maka orang tugasnya untuk memastikan penderita
tersebut akan semakin luas pula minum obat, itupun tidak dilaksanakan
pengetahuannya. Namun perlu ditekankan dengan sebaik-baiknya. Terbukti dari masih
bahwa seorang yang berpendidikan rendah banyaknya penderita yang tidak patuh dalam
tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah minum obat.
pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak
diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi Hasil penelitian Mukhsin tahun 2008
juga dapat diperoleh pada pendidikan non menunjukkan bahwa, ada perbedaan
formal (Anonim, 2010). bermakna secara statistik antara keteraturan
minum obat pada penderita TB paru yang
ada PMO dibandingkan dengan yang tidak
ada PMO. Penderita yang mempunyai PMO
Analisis Hubungan Peran PMO dengan lebih besar untuk menjadi teratur dalam
Kepatuhan Minum Obat pada Penderita minum OAT dibandingkan dengan penderita
TB yang tidak mempunyai PMO.
PMO (Pengawas Minum Obat) adalah Menurut hasil penelitian Heriyono tahun
seseorang yang dekat dengan pasien TB dan 2004, salah satu faktor yang berhubungan
dengan sukarela mau terlibat dalam dengan kepatuhan penderita tuberkulosis
pengobatan pasien TB hingga dinyatakan paru adalah dukungan PMO. Pengawasan
sembuh oleh tenaga kesehatan. perlu dilakukan secara rutin oleh PMO agar
pasien dapat patuh minum obat dan bisa
sembuh dari penyakitnya. Pengawasan
163
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Minum Obat oleh Penderita Tuberkulosis (TB)
adalah tindakan untuk memperhatikan dan Busalangga karena kerja sama dengan
melihat bagaimana suatu peraturan yang Dinkes dalam penyediaan obat TB.
berlaku tersebut dijalankan atau tidak. Pada
kepatuhan minum obat, pengawasan dapat Meningkatkan kepatuhan minum obat perlu
dilakukan oleh petugas kesehatan atau dilakukan pemberian motivasi yang terus
keluarga dari pasien yang menderita sakit. menerus kepada pasien baik oleh petugas
Pengawasan tersebut dapat berupa kesehatan maupun pengawas menelan obat
peringatan atau anjuran untuk selalu dirumah agar pasien dapat minum obat
mematuhi waktu dan dosis yang telah secara teratur (Muarif, 2005).
dianjurkan untuk meminum obat tersebut Penanggulangan masalah TB di Indonesia,
(Joniyansah, 2008). Tujuan pengobatan pada strategi DOTS yang direkomendasikan oleh
penderita tuberkulosis bukanlah sekedar WHO merupakan pendekatan yang paling
memberikan obat saja, akan tetapi tepat untuk saat ini, dan harus dilakukan
pengawasan serta memberikan pengetahuan secara sungguh-sungguh dimana salah satu
tentang penyakit TB perlu di lakukan oleh komponen dari strategi DOTS tersebut
PMO. Hendaknya petugas kesehatan adalah pengobatan dengan panduan OAT
memberikan penyuluhan kepada penderita jangka pendek dengan pengawasan
dan keluarganya serta memberikan pelatihan langsung oleh PMO (Muchid, 2005).
bagi PMO agar penderita mengetahui
resiko-resiko jika tidak patuh minum obat SIMPULAN DAN SARAN
sehingga dapat meningkatkan kepatuhan SIMPULAN
untuk berobat secara tuntas (Joniyansah, Berdasarkan hasil penelitian dapat
2008). disimpulkan bahwa ada hubungan antara
tingkat pengetahuan dengan kepatuhan
Apabila pengobatan terputus tidak sampai minum obat pada penderita TB, tidak ada
enam bulan, penderita sewaktu-waktu akan hubungan antara sikap dengan kepatuhan
kambuh kembali penyakitnya dan kuman minum obat pada penderita TB, ada
tuberkulosis menjadi resisten sehingga hubungan antara tingkat pendidikan dengan
membutuhkan biaya besar untuk kepatuhan minum obat pada penderita TB,
pengobatannya (Hiswani, 2002). Pengelola Ada hubungan antara peran PMO dengan
program TB di puskesmas Busalangga lebih kepatuhan minum obat pada penderita TB
berperan bila dibandingkan dengan PMO.
Hal ini di sebabkan karena, Pengelola SARAN
Program TB di Puskesmas Busalangga Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Rote Ndao
menggunakan sistem “Jemput Bola” dimana dan Puskesmas Busalangga agar perlu
langsung mengantarkan obat ke rumah melakukan kerja sama dengan Pemerintah
pasien jika pasien tidak datang mengambil untuk melakukan pelatihan atau sosialisasi
obat ke puskesmas jika sudah 1 (satu) bulan kepada PMO, bagi masyarakat agar perlu
pengobatan serta memberikan dukungan melakukan pencegahan terhadap penularan
dan pengertian kepada penderita agar patuh penyakit TB, dan bagi peneliti lain agar
dalam minum obat. Walaupun Pengelola TB mengkaji lebih dalam mengenai peran PMO
sudah pergi mengantarkan obat ke rumah dan dukungan keluarga dengan perilaku
Penderita ternyata masih ada penderita yang kepatuhan minum obat pada penderita TB.
tidak patuh minum obat. Selanjutnya, Selain itu, bisa juga mengkaji dari faktor
melakukan penjaringan untuk mengetahui sosio-demografi dan sosio-ekonomi
Penderita TB di wilayah kerja Puskesmas penderita dengan perilaku kepatuhan minum
Busalangga. Penjaringan dilakukan 3 (tiga) obat.
bulan sekali. Jika didapati ada yang
menunjukkan gejala penyakit TB maka akan DAFTAR PUSTAKA
langsung dilakukan pemeriksaan dahak dan Azwar, S. 2005. Sikap Manusia: Teori dan
jika terbukti maka akan diberikan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka
pengobatan. Selain itu, Persediaan obat TB Pelajar
yang tidak pernah abis di Puskesmas
164
MKM Vol. 07 No. 02 Juni 2013
165