You are on page 1of 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam saluran pernafasan manusia bagian atas, dimulai dari nasal menuju
saluran-saluran hingga ke trakea. Dalam proses terjadinya respirasi ini, melibatkan
banyak rongga atau saluran yang berhubungan antara satu dengan yang lainnya
hingga batas dari alat pernafasan atas.
Seiring kemajuan zaman, ilmu kesehatan juga mengalami kemajuan dalam
segi pengobatan.Hal tersebut juga diiringi oleh semakin banyaknya jenis-jenis
penyakit yang muncul baik itu disebabkan oleh virus, bakteri, jamur ataupun gen
(keturunan). Jadi banyak juga penyakit-penyakit yang hingga saat ini belum
ditemukan cara pengobatannya.
Untuk saat ini, banyak penyakit yang muncul terutama penyakit yang
berkaitan dengan respirasi manusia.Hal ini disebabkan karena banyaknya pengaruh
negative dari lingkungan dalam keseharian kita menjalankan aktifitas.Bagaimana
tidak, polusi udara contohnya.Polusi udara yang mencemarkan udara bersih semakin
meningkat hingga sulit untuk kta menemui udara yang benar-benar bersih untuk kita
hirup.Kepadatan penduduk juga menjadi salah satu faktor yang aling dominan dimana
sanagt berpengaruh dalam menciptakan polusi udara dilingkungan. Polusi udara
banyak jenisna seperti asap kendaraan, debu-debu yang ditimbulkan akibat
pembangnan, asap rokok, asap pabrik, dll. Itu hanyalah sebagian kecil dari apa yang
kita ketahui disekitar kita dan masih banyak lagi yang kita tidak ketahui dalam
pencemarah udara.
Kesehatan kita menjadi taruhan saat bahaya polusi udara ini
mengancam.Banyak sekali jenis penyakit respirasi yang dapat ditimbulkan dari polusi
udara ini.Diantaranya penyakit yang dapat ditimbulkan ialah sesak nafas hingga dapat
menjadi penyakit yang kronis.Salah satu pembedahan yang dilakukan untuk
menangani ketidak mampuan dalam mengatur jalannya respirasi ialah trakeostomi.
Trakeostomi adalah suatu prosedur meliputi pembuatan lubang permanen atau
sementara melalui tindakan bedah ke dalam trakea pada cincin trakea kedua, ketiga,
atau keempat dan pemasangan selang indwelling untuk memungkinkan ventilasi dan
pembuangan sekresi. Indikasi trakeostomi meliputi edema trakea karena trauma atau
respons alergi, obstruksi jalan nafas mekanis, ketidakmampuan untuk membersihkan
sekresi trakeabronkial, pencegahan aspirasi pada klien tak sadar yang memerlukan
ventilasi mekanis jangka panjang, apnea tidur, perdarahan jalan nafas atas, fraktur
laring atau trakeal, dan luka bakar jalan nafas (Black, 1993).
Perawat sebagai care provider pasien dituntut mampu memahami trakeostomi
secara keseluruhan. Dimulai dari anatomi dan fisiologi trakea, definisi trakeostomi,
tata cara penatalaksanaan prosedur trakeostomi, dan asuhan keperawatan pada
prosedur trakeostomi.
Tindakan pembedahan ini memiliki reputasi yang cukup panjang. Buku suci
agama Hindu Rig Veda yang ditulis antara tahun 2000 dan 1000 SM menjelaskan
suatu tindakan yang dapat menyatukan kembali pipa udara apabila tulang rawan leher
dipotong. Namun para ahli sejarah menganggap Asclepiades yang lahir sekitar 124
SM merupakan orang pertama yang melakukan operasi ini.Trosseau dan Bretonneau
mempopulerkan operasi ini di Perancis.Mereka melakukannya untuk menangani
kasus difteria (infeksi akut yang disebabkan Corymebacterium Diphteriae di mana
gejala klinik eksotoksin yang dihasilkan oleh bakteri ini. Salah satu gejala adalah
obstruksi pernafasan : sesak, retraksi dinding thoraks, sianosis dengan penanganan
pemberian oksigen atau pun trakeostomi).dengan angka keberhasilan 25 persen (pada
saat itu angka tersebut merupakan angka penyembuhan yang cukup tinggi).
Pada tahun 1932 dengan usulan Wilson bahwa koreksi jalan nafas dapat
dilakukan pada kasus – kasus paralisis pernafasan yang sulit, khususnya
poliomielitis.Galloway juga ikut berperan dalam mengarahkan pemikiran pada era
ini, dengan melakukan trakeostomi untuk indikasi seperti cedera kepala, cedera dada
yang berat, intoksikasi barbiturat dan kontrol jalan nafas paska bedah. Saat ini tengah
dikembangkan teknik trakeostomi perkutaneus yang mana secara umum adalah suatu
prosedur elektif, teknik ini tidak sesuai untuk situasi emergensi.

B. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana trend dan issue mengenai trakeostomi.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi dan fisiologi trakea ?
2. Apa definisi dari trakeostomi?
3. Apa saja indikasi dan kontra indiasi trakeostomi?
4. Bagaimana trend dan issue mengenai trakeostomi?
5. Apa sajakomplikasi trakeostomi?
6. Bagaimana prosedur perawatan trakeostomi?

.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Anatomi dan Fisiologi Trakea


Trakea merupakan tabung berongga yang disokong oleh cincin kartilago.
Trakea berawal dari kartilago krikoid yang berbentuk cincin stempel dan meluas ke
anterior pada esofagus, turun ke dalam thoraks di mana ia membelah menjadi dua
bronkus utama pada karina. Pembuluh darah besar pada leher berjalan sejajar dengan
trakea di sebelah lateral dan terbungkus dalam selubung karotis. Kelenjar tiroid
terletak di atas trakea di sebelah depan dan lateral. Ismuth melintas trakea di sebelah
anterior, biasanya setinggi cincin trakea kedua hingga kelima. Saraf laringeus rekuren
terletak pada sulkus trakeoesofagus.
Permukaan trakea dilapisi oleh epitel respirasi.Terdapat kelenjar serosa pada
lamina propria dantulang rawan hialin berbentuk C (tapal kuda),yang mana ujung
bebasnya berada di bagian posterior trakea.Cairan mukosa yang dihasilkan oleh sel
goblet dan sel kelenjar membentuk lapisan yang memungkinkan pergerakan silia
untuk mendorong partikel asing.Sedangkan tulang rawan hialin berfungsi untuk
menjaga lumen trakea tetap terbuka.Pada ujung terbuka (ujung bebas) tulang rawan
hialin yang berbentuk tapal kuda tersebut terdapat ligamentum fibroelastis dan berkas
otot polos yang memungkinkan pengaturan lumen dan mencegah distensi berlebihan.

B. Definisi Trakeostomi
Trakeostomi adalah tindakan membuat stoma atau lubang agar udara dapat
masuk ke paru-paru dengan memintas jalan nafas bagian atas (Adams, 1997).
Trakeostomi adalah suatu tindakan dengan membuka dinding depan/anterior trakea
untuk mempertahankan jalan nafas agar udara dapat masuk ke paru-paru dan
memintas jalan nafas bagian atas (Hadikawarta, Rusmarjono, Soepardi, 2004).
Trakeostomi merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mengatasi pasien
dengan ventilasi yang tidak adekuat dan obstruksi jalan pernafasan bagian atas. Insisi
yang dilakukan pada trakea disebut dengan trakeotomi sedangkan tindakan yang
membuat stoma selanjutnya diikuti dengan pemasangan kanul trakea agar udara dapat
masuk ke dalam paru-paru dengan menggunakan jalan pintas jalan nafas bagianatas
disebut dengan trakeostomi (Robert, 1997).
Istilah trakeostomi dan trakeostomi dengan maksud membuat hubungan
antara leher bagian anterior dengan lumen trakea, sering saling tertukar. Definisi yang
tepat untuk trakeotomi ialah membuat insisi pada trakea, sedang trakeostomi ialah
membuat stoma pada trakea.
Dapat disimpulkan, trakeostomi adalah tindakan operasi membuat jalan udara
melalui leher dengan membuat stoma atau lubang di dinding depan/ anterior trakea
cincin kartilago trakea ketiga dan keempat, dilanjutkan dengan membuat stoma,
diikuti pemasangan kanul.Bertujuan mempertahankan jalan nafas agar udara dapat
masuk ke paru-paru dan memintas jalan nafas bagian atas saat pasien mengalami
ventilasi yang tidak adekuat dangangguan lalulintas udara pernapasan karena
obstruksi jalan nafas bagian atas.

C. Etiologi (Indikasi dan Kontra Indikasi)


1. Manifestasi Klinis yang mengindikasikan terjadinya trakeostomi
a. Terjadinya obstruksi jalan nafas atas secretpada bronkus yang tidak dapat
dikeluarkan secara fisiologis,missal nya pada pasien dalam keadaan koma.
b. Untuk memasang alat bantu pernafasan (respirator).apabila terdapat benda asing di
subglotis.penyakit inflamasi yang menyumbat jalan nafas ( missal angina
Ludwig).neoplastik atau traumatic yang timbul melalui mekanisme serupa
c. Mengurangi ruang rugi disaluran nafas atas seperti rongga mulut,sekitar lidah dan
faring.hal ini sangat berguna pada pasien dengan kerusakan paru-paru,yang kapasitas
vital nya berkurang.
2. Indikasi
a. Obstruksi mekanis saluran nafas atas.
Pasien yang mengalami obstruksi dan atau pun penyumbatan jalan nafas dan
mengalami kegagalan dalam pemakaian intubasi endotrakeal. Antara lain akibat :

No. Penyebab Contoh

1. Kongenital/bawaan - Stenosis (penyempitan) subglotis atau trakea atas.


- Anomali trakeoesofagus.
- Haemangioma (adalah kumpulan pembuluh darah
kecil yang membentuk benjolan di bawah
kulit). Haemangiomas pada, dagu rahang atau
leher anak kadang-kadang dapat mempengaruhi
jalan napas nya, menyebabkan kesulitan
bernapas. Tanda pertama dari hal ini adalah
stridor, ketika anak membuat suara serak dengan
napas masing-masing. Jika hemangioma tumbuh,
dapat menyumbat jalan napas. Pada beberapa
anak, laser pengobatan hemangioma jalan napas
selama microlaryngobronchoscopy a (MLB)
meningkatkan masalah pernapasan, tetapi
kadang-kadang seorang anak mungkin perlu
memiliki trakeostomi (pembukaan ke batang
tenggorokan buatan) untuk meningkatkan
pernapasan mereka.

2. Infeksi - Epiglotitis akut


-Laryngotracheobronchitis

- Angina Ludwig (radang berat disertai supurasi di


daerah bawah mulut)
3. Keganasan Tumor laring, faring, lidah, atau trakea atas
tingkat lanjut dengan stridor.

4. Trauma  Di maksilofasial.
 Luka tembak, tusuk di leher.
 Menghirup asap.

5. Kelumpuhan pita  Postoperasi komplikasi tiroidektomi


suara  Operasi esophagus
 Operasi jantung, cerebral bulbar.

6. Benda asing . - Terhirup objek yang bersarang di saluran nafas


atas menyebabkan stridor.
- Adanya benda asing di subglotis. Stoma berguna
untuk mengambil benda asing dari subglotik,
apabila tidak mempunyai fasilitas untuk
bronkoskopi.

b. Perlindungan Trakeobronkial Tree dari Aspirasi.


Dalam kondisi kronis di mana adanya ketidakmampuan laring atau faring
dapat memungkinkan aspirasi dan menghirup air liur atau isi lambung, trakeostomi
harus dilakukan. Kondisi itu di alami karena :

No. Penyebab Contoh

1. Penyakit neurologis - Polyneuritis (terganggunya transmisi syaraf atau


jaringan syaraf yang kekurangan energi, misalnya
Guillainâ € "Barre yaitu penyakit yang
menyerang radiks saraf yang bersifat akut dan
menyebabkan kelumpuhan yang gejalanya
dimulai dari tungkai bawah dan meluas ke atas
sampai tubuh dan otot-otot wajah).
- Tetanus.
Adanya penyumbatan di rongga faring dan laring
karena difteri, laryngitis, atau tetanus (kejang
otot) sering ditanggulangi dengan Trakeostomi.
- Bulbar poliomyelitis
- Multiple sclerosis
- Myasthenia gravis
Menyebabkan kelumpuhan vocal bilateral dengan
kegagalan pernafasan akut.
Hilangnya refleks laring dan ketidakmampuan
untuk menelan dapat mengakibatkan resiko tinggi
terjadinya aspirasi.

2. Koma - Cedera kepala


- Overdosis
- Keracunan
- Stroke
- Tumor otak
Dalam situasi di mana nilai GCS kurang dari
8,pasien beresiko aspirasi karena refleks
pelindung hilang.

3. Trauma  Patah tulang wajah yang parah.


Dapat mengakibatkan aspirasi darah dari saluran
nafas atas.

c. Gagal nafas

No. Penyebab Contoh

1. Kerusakan paru. Menyebabkan kapasitas vitalnya berkurang dan


trakeostomi mengurangi ruang rugi (dead air space)
di saluran nafas atas seperti rongga mulut, sekitar
lidah dan faring.

2. Penyakit paru - Eksaserbasi bronkitis kronis


- Emfisema
- Asma berat.
- Pneumonia berat.

3. Penyakit  - Multiple sclerosis.


neurologis. Kasus yang parah seperti Multiple Sclerosis (MS)
menyebabkan masalah seperti disfagia (kesulitan
menelan), batuk, dan gagal nafas.

4. Luka dada Dapat menyebabkan pneumotoraks yang berakibat


gagal nafas.

d. Retensi sekresi bronchial


No. Penyebab Contoh

1. Penyakit paru  Infeksi saluran pernafasan akut

3. Kontra Indikasi
a. Antisipasi adanya penyumbatan karena karsinoma (sejenis kanker).
b. Infeksi pada tempat pemasangan.
c. Gangguan pembekuan darah yang tidak terkontrol, contoh ; Hemofili.
D. Trend dan Issue Perawatan Trakeostomi
Dewasa ini banyak pasien yang mengeluhkan kesulitan bernafas dan
mengalami penyumbatan saluran pernafasan yang mengakibatkan pernafasan
otomatis tidak dapat berfungsi secara normal. Hal ini tentu saja berimbas pada cara
pengobatan yang dapat membantu pasien agar bisa bernafas secara normal kembali.
Untuk itu maka perlu dilakukan trakeostomi pada pasien-pasien tertentu.
Trakeostomi adalah suatu tindakan dengan membuka dinding depan/anterior
trakea untuk mempertahankan jalan nafas agar udara dapat masuk ke paru-paru dan
memintas jalan nafas bagian atas.Trakeostomi adalah prosedur dimana dibuat lubang
kedalam trakea.(Smeltzer & Bare, 2002).Trakeostomi adalah insisi operasi dimana
memasukkan selang ke dalam trakea agar klien dapat bernafas dengan lebih mudah
dan mengeluarkan sekretnya.( Putriardhita, C, 2008).

Ketika selang indwelling dimasukkan kedalam trakea, maka istilah


trakeostomi digunakan.Trakeostomi dapat menetap atau permanent. Trakeostomi
dilakukan untuk memintas suatu obstuksi jalan nafas atas, untuk membuang sekresi
trakeobronkial, untuk memungkinkan penggunaan ventilasi mekanis jangka panjang,
untuk mencegah aspirasi sekresi oral atau lambung pada pasien tidak sadar atau
paralise (dengan menutup trakea dari esophagus), dan untuk mengganti selang
endotrakea, ada banyak proses penyakit dan kondisi kedaruratan yang membuat
trakeostomi diperlukan.

Tindakan trakeostomi akan menurunkan jumlah udara residu anatomis paru


hingga 50 persennya. Sebagai hasilnya, pasien hanya memerlukan sedikit tenaga yang
dibutuhkan untuk bernafas dan meningkatkan ventilasi alveolar.Tetapi hal ini juga
sangat tergantung pada ukuran dan jenis pipa trakeostomi.Menurut Sakura 21 (2009),
trakeostomi dibagi atas 2 (dua) macam, yaitu berdasarkan letak trakeostomi dan
waktu dilakukan tindakan. Berdasarkan letak trakeostomi terdiri atas letak rendah dan
letak tinggi dan batas letak ini adalah cincin trakea ketiga. Sedangkan berdasarkan
waktu dilakukan tindakan maka trakeostomi dibagi dalam:

1. Trakeostomi darurat (dalam waktu yang segera dan persiapan sarana sangat kurang)
2. Trakeostomi berencana (persiapan sarana cukup) dan dapat dilakukan secara baik.

Menurut Masdanang (2008), kegunaan dilakukannya tindakan trakeostomi antara lain


adalah:
1. Mengurangi jumlah ruang hampa dalam traktus trakheobronkial 70 sampai 100 ml.
Penurunan ruang hampa dapat berubah ubah dari 10% sampai 50% tergantung pada
ruang hampa fisiologik tiap individu.

2. Mengurangi tahanan aliran udara pernafasan yang selanjutnya mengurangi kekuatan


yang diperlukan untuk memindahkan udara sehingga mengakibatkan peningkatan
regangan total dan ventilasi alveolus yang lebih efektif. Asal lubang trakheostomi
cukup besar (paling sedikit pipa 7).

3. Proteksi terhadap aspirasi.

4. Memungkinkan pasien menelan tanpa reflek apnea, yang sangat penting pada
pasien dengan gangguan pernafasan.

5. Memungkinkan jalan masuk langsung ke trachea untuk pembersihan.

6. Memungkinkan pemberian obat-obatan dan humidifikasi ke traktus.


7. Mengurangi kekuatan batuk sehingga mencegah pemindahan secret ke perifer oleh
tekanan negatif intra toraks yang tinggi pada fase inspirasi batuk yang normal.

Ada beberapa jenis tindakan trakeostomi yaitu Surgical tracheostomy (Tipe


ini dapat sementara dan permanen dan dilakukan di dalam ruang operasi. Insisi dibuat
diantara cincin trakea kedua dan ketiga sepanjang 4-5 cm), Percutaneous
Tracheostomy (Tipe ini hanya bersifat sementara dan dilakukan pada unit gawat
darurat.Dilakukan pembuatan lubang diantara cincing trakea satu dan dua atau dua
dan tiga. Karena lubang yang dibuat lebih kecil, maka penyembuhan lukanya akan
lebih cepat dan tidak meninggalkan scar. Selain itu, kejadian timbulnya infeksi juga
jauh lebih kecil),Mini tracheostomy (Dilakukan insisi pada pertengahan membran
krikotiroid dan trakeostomi mini ini dimasukan menggunakan kawat dan dilator).

E. Komplikasi Trakeostomi
Menurut Ilham (2010), komplikasi yang terjadi pada tindakan trakeostomi dibagi
atas:
1. Komplikasi dini
a. Perdarahan
b. Pneumothoraks terutama pada anak-anak
c. Aspirasi
d. Henti jantung sebagai rangsangan hipoksia terhadap respirasi
e. Paralisis saraf rekuren
F. Prosedur Perawatan Trakeostomi
1. Peralatan
Menurut Roni7iftitah (2010), Alat yang perlu dipersiapkan untuk melakukan
trakeostomi adalah :
a. Kateter penghisap
b. Sarung tangan steril
c. Ukuran kateter yang cocok, steril serta bersih dan terdesinfeksi

d. Tali pengikat

e. Kassa steril

f. Swab

g. Hidrogen Peroksida

h. Normal salin

i. Kanul trakea

j. Sikat

k. Mangkuk Steril

l. Mantel pelindung

m. Bib trakeostomi

n. Pelindung mata

o. Gunting

p. Perlak dan handuk

G. ProsedurPerawatan Pasca Trakeostomi


Menurut Ilham (2010), segera setelah trakeostomi dilakukan:
1. Rontgen dada untuk menilai posisi tube dan melihat timbul atau tidaknya
komplikasi

2. Antibiotik untuk menurunkan risiko timbulnya infeksi

3. Mengajari pihak keluarga dan penderita sendiri cara merawat pipa trakeostomi

Menurut Roni7iftitah (2010), langkah-langkah tindakan perawatan trakeostomi


adalah
a. Kaji pernapasan klien, termasuk kebutuhan klien akan pengisapan dan pembersihan
trakeostomi
b. Cuci tangan

c. Letakkan alat-alat di atas meja

d. Tinggikan tempat tidur sampai ketinggian yang nyaman untuk bekerja

e. Bantu klien untuk mengambil posisi semi fowler atau terlentang

f. Jika diperlukan, hubungkan selang pengisap ke aparatus penghisap. Letakkan ujung


selang di tempat yang mudah di jangkau dan hidupkan penghisap

g. Letakkan handuk melintang di dada klien

h. Buka set atau peralatan penghisap. Buka juga bungkus alat-alat yang diperlukan
untuk pembersihan trakheostomi

1) Letakkan perlak paling bawah dan atur peralatan penghisap


2) Atur mangkuk steril kedua dekat. Jangan sentuh bagian dalam mangkuk
3) Tuangkan 50 ml hidrogen peroksida ke mangkuk kedua. Jangan sampai menetes ke
perlak.
4) Buka sikat steril dan letakkan di sebelah mangkuk yang berisi hidrogen peroksida
5) Buka ketiga bungkus kasa 10 x 10 cm. pertahankan sterilitas kasa. Tuangkan
hidrogen peroksida di atas kasa pertama dan normal salin di kasa kedua. Biarkan kasa
ketiga tetap kering.
6) Buka swab berujung kapas. Tuangkan hidrogen peroksida pada satu paket swab dan
normal salin pada paket swab lainnya.
7) Jika menggunakan kanul dalam sekali pakai, buka bungkusnya sehingga kanul
dapat dengan mudah diambil. Pertahankan sterilsasi kanula dalam.
8) Tetapkan panjang tali pengikat trakheostomi yang diperlukan dengan
menggandakan lingkar leher dan menambah 5 cm dan gunting tali pada panjang
tersebut.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Trakeostomi adalah tindakan operasi membuat jalan udara melalui leher
dengan membuat stoma atau lubang di dinding depan/ anterior trakea cincin kartilago
trakea ketiga dan keempat, dilanjutkan dengan membuat stoma, diikuti pemasangan
kanul.Bertujuan mempertahankan jalan nafas agar udara dapat masuk ke paru-paru
dan memintas jalan nafas bagian atas saat pasien mengalami ventilasi yang tidak
adekuat dangangguan lalulintas udara pernapasan karena obstruksi jalan nafas bagian
atas.
Menurut lama penggunaannya, trakeosomi dibagi menjadi penggunaan
permanen dan penggunaan sementara, sedangkan menurut letak insisinya,
trakeostomi dibedakan letak yang tinggi dan letak yang rendah dan batas letak ini
adalah cincin trakea ke tiga.Jika dibagi menurut waktu dilakukannya tindakan, maka
trakeostomi dibagi kepada trakeostomi darurat dengan persiapan sarana sangat kurang
dan trakeostomi elektif (persiapan sarana cukup) yang dapat dilakukan secara baik
(Soetjipto, Mangunkusomu, 2001).
B. Saran
Mahasiswa yang mempelajari makalah ini memahami trakeostomi secara
keseluruhan dan mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien trakeostomi
dengan cermat.Apabila ada kesalahan mohon disampaikan.

DAFTAR PUSTAKA

Nurseslab, (2011).Tracheostomy nursing care & management.nurseslabs.diakses 27


september 2014 pukul 19.42, dari web site http://nurseslabs.com/nursing-
procedures/tracheostomy-nursing-care-management/

Claudia Russell.,&Basil Matta. (2004). Tracheostomy, A Multiprofesional


Handbook. London San Fransisco:GMM.
Reeves, Charlene J. Dkk. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Salemba Medika.
Jakarta

You might also like