You are on page 1of 53

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Illeus Obstruktif

Pengaruh globalisasi di segala bidang, perkembangan teknologi, dan

industri telah banyak menbawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup

masyarakat serta situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi

makan, berkurangnya aktivitas fisik, dan meningkatnya pencemaran atau polusi

lingkungan. Perubahan tersebut telah memberi pengaruh pada transisi

epidemiologi yaitu beban ganda penyakit dengan meningkatnya beberapa

penyakit menular dan penyakit tidak menular atau degeneratif. Salah satu jenis

penyakit tidak menular adalah penyakit pada saluran pencernaan.1

World Health Organization (WHO) tahun 1998, memperkirakan penyakit

pada saluran pencernaan akan tergolong 10 besar penyakit penyebab kematian di

dunia pada tahun 2020 mendatang (Goodman, 1998). Diantara negara SEAMIC

(Southeast Asian Medical Information Center) tahun 2002, Indonesia menempati

urutan ke-2 negara yang memiliki angka insiden rate akibat penyakit saluran

pencernaan, dengan rincian: di Jepang tercatat 30 per 100.000 penduduk, di

Indonesia tercatat 25 per 100.000 penduduk, di Filipina 24 per 100.000

penduduk, di Vietnam tercatat 22 per 100.000 penduduk, di Malaysia tercatat 21

per 100.000 penduduk, di Singapura tercatat 8 per 100.000 penduduk dan di

Brunei Darussalam tercatat 5 per 100.000 penduduk.2

1
Salah satu penyakit pencernaan yang merupakan kasus darurat yaitu ileus.

Setiap tahunnya 1 dari 1.000 penduduk dari segala usia didiagnosa ileus (Ansari,

2007). Berdasarkan data salah satu rumah sakit umum di Australia pada tahun

2001-2002, sekitar 6,5 per 10.000 penduduk di Australia diopname di rumah

sakit karena ileus paralitik dan ileus obstruktif (Mukherjee, 2008). Hasil

penelitian Markogiannakis, dkk (2001-2002), insiden rate penderita penyakit

ileus obstruktif yang dirawat inap sebesar 60% di Rumah Sakit Hippokratian,

Athena di Yunani dengan rata-rata pasien berumur antara sekitar 16 - 98 tahun

dengan rasio perbandingan laki-laki lebih sedikit daripada perempuan (2:3). Di

Indonesia 7.024 kasus obstruktif tanpa hernia yang dirawat inap pada tahun

2004. Ileus obstruktif menduduki peringkat ke-6 dari sepuluh penyakit penyebab

kematian tertinggi pada kelompok umur 1-4 tahun dengan proporsi 3,34%

(sebanyak 3 kasus dari 88 kasus).3

Ileus obstruktif atau disebut juga ileus mekanis adalah keadaan dimana isi

lumen saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena adanya

sumbatan atau hambatan mekanis yang disebabkan kelainan dalam lumen usus,

dinding usus atau luar usus yang menekan atau kelainan vaskularisasi pada suatu

segmen usus yang menyebabkan nekrosis segmen usus tersebut. Ileus terjadi

akibat hipomotilitas traktus gastrointestinal akibat obstruksi mekanis pada usus.

Ileus obstruktif merupakan kegawatan di bidang bedah digestif yang sering

dilaporkan. Kejadian ileus obstruktif termasuk 20% dari kasus nyeri akut

abdomen yang tidak tergolong appendisitis akut. Walaupun penyebab ileus

2
obstruktif ada bermacam-macam, penyebab yang paling sering adalah karena

adhesi yang terjadi pasca operasi regio abdomen.4

Pada penderita ileus obstruktif akan merasakan nyeri yang hebat dibagian

perutnya. Gejala lainnya yaitu muntah, obstipasi, distensi usus, dan tidak adanya

flatus. Apabila ileus obstruktif tidak segera ditangani maka akan

menyebebabkan dehidrasi sampai ke syok hipovolemik hingga strangulasi.

Terapi ileus obstruktif biasanya melibatkan intervensi bedah. Penentuan waktu

kritis tergantung atas jenis dan lama proses ileus obstruktif. Operasi dilakukan

secepat yang layak dilakukan dengan memperhatikan keadaan umum pasien.5

Untuk menegakkan diagnosis ileus obstruktif harus dilakukan anamnesis

dan pemeriksaan fisik yang benar. Namun, untuk mengetahui proses patologik

dari ileus obstruktif perlu dilakukan beberapa pemeriksaan radiologis agar

diagnostik pasti dapat ditegakkan. Sehingga terapi untuk ileus obstruktif lebih

efektif dan efisien.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Usus

Usus halus merupakan tabung kompleks, berlipat-lipat yang membentang

dari pilorus sampai katup ileosekal. Pada orang hidup panjang usus halus sekitar

12 kaki (22 kaki pada kadaver akibat relaksasi). Usus ini mengisi bagian tengah

dan bawah rongga abdomen. Ujung proksimalnya bergaris tengah sekitar 3,8 cm,

tetapi semakin ke bawah lambat laun garis tengahnya berkurang sampai menjadi

sekitar 2,5 cm.5

Gambar 1. Sistem saluran pencernaan.

4
1. Struktur usus halus

Struktur usus halus terdiri dari bagian-bagian berikut ini:

a. Duodenum

Bentuknya melengkung seperti kuku kuda. Pada lengkungan ini terdapat

pankreas. Pada bagian kanan duodenum merupakan tempat bermuaranya

saluran empedu (duktus koledokus) dan saluran pankreas (duktus

pankreatikus), tempat ini dinamakan papilla vateri. Dinding duodenum

mempunyai lapisan mukosa yang banyak mengandung kelenjar brunner

untuk memproduksi getah intestinum (Syaifuddin., 2009). Panjang

duodenum sekitar 25 cm, mulai dari pilorus sampai jejunum. (Sylvia, 2005)

b. Jejunum

Panjangnya 2-3 meter dan berkelok-kelok, terletak di sebelah kiri atas

intestinum minor. Dengan perantaraan lipatan peritoneum yang berbentuk

kipas (mesentrium) memungkinkan keluar masuknya arteri dan vena

mesentrika superior, pembuluh limfe, dan saraf ke ruang antara lapisan

peritoneum. Penampang jejunum lebih lebar, dindingnya lebih tebal, dan

banyak mengandung pembuluh darah.

c. Ileum

Ujung batas antara ileum dan jejunum tidak jelas, panjangnya ±4-5 m.

Ileum merupakan usus halus yang terletak di sebelah kanan bawah

berhubungan dengan sekum dengan perantaraan lubang orifisium ileosekalis

5
yang diperkuat sfingter dan katup valvula ceicalis (valvula bauchini) yang

berfungsi mencegah cairan dalam kolon agar tidak masuk lagi ke dalam

ileum.6

2. Struktur usus besar

Usus besar merupakan tabung muscular berongga dengan panjang sekitar 5

kaki (sekitar 1,5 m) yang terbentang dari sekum sampai kanalisani. Diameter

usus besar sudah pasti lebih besar daripada usus kecil. Rata-rata sekitar 2,5 inci

(sekitar 6,5 cm), tetapi makin dekat anus diameternya semakin kecil.5 Lapisan-

lapisan usus besar dari dalam ke luar adalah selaput lendir, lapisan otot yang

memanjang, dan jaringan ikat. Ukurannya lebih besar daripada usus halus,

mukosanya lebih halus daripada usus halus dan tidak memiliki vili. Serabut otot

longitudinal dalam muskulus ekterna membentuk tiga pita, taenia coli yang

menarik kolon menjadi kantong-kantong besar yang disebut dengan haustra.

Dibagian bawah terdapat katup ileosekal yaitu katup antara usus halus dan usus

besar. Katup ini tertutup dan akan terbuka untuk merespon gelombang peristaltik

sehingga memungkinkan kimus mengalir 15 ml masuk dan total aliran sebanyak

500 ml/hari.6

6
Bagian-bagian usus besar terdiri dari :

a. Sekum adalah kantong tertutup yang menggantung di bawah area katup

ileosekal apendiks. Pada sekum terdapat katup ileosekal dan apendiks yang

melekat pada ujung sekum. Apendiks vermiform, suatu tabung buntu yang

sempit yang berisi jaringan limfoit, menonjol dari ujung sekum.7

b. Kolon adalah bagian usus besar dari sekum sampai rektum. Kolon

memilikitiga divisi:

 Kolon ascenden : merentang dari sekum sampai ke tepi bawah hati di

sebelah kanan dan membalik secara horizontal pada fleksura hepatika.

 Kolon transversum: merentang menyilang abdomen di bawah hati dan

lambung sampai ke tepi lateral ginjal kiri, tempatnya memutar ke bawah

fleksura splenik.

 Kolon desenden : merentang ke bawah pada sisi kiri abdomen dan

menjadi kolon sigmoid berbentuk S yang bermuara di rektum.5.6

c. Rektum adalah bagian saluran pencernaan selanjutnya dengan panjang 12-

13 cm. Rektum berakhir pada saluran anal dan membuka ke eksterior di

anus .6

7
2.1.1 Vaskularisasi

Pada usus halus, arteri mesentericus superior dicabangkan dari aorta tepat di

bawah arteri seliaka. Arteri ini mendarahi seluruh usus halus kecuali duodenum

yang sebagian atas duodenum adalah arteri pancreotico duodenalis superior,

suatu cabang arteri gastroduoodenalis. Sedangkan separoh bawah duodenum

diperdarahi oleh arteri pancreoticoduodenalis inferior, suatu cabangarteri

mesenterica superior. Pembuluh-pembuluh darah yang memperdarahi jejenum

dan ileum ini beranastomosis satu sama lain untuk membentuk serangkaian

arkade. Bagian ileum yang terbawah juga diperdarahi oleh arteri ileocolica.

Darah dikembalikan lewat vena messentericus superior yang menyatu dengan

vena lienalis membentuk vena porta.

Pada usus besar, arteri mesenterika superior memperdarahi belahan bagian

kanan (sekum, kolon ascendens, dan dua pertiga proksimal kolon transversum)

: (1) ileokolika, (2) kolika dekstra, (3) kolika media, dan arteria mesenterika

inferior memperdarahi bagian kiri (sepertiga distal kolon transversum, kolon

descendens dan sigmoid, dan bagian proksimal rektum) : (1) kolika sinistra, (2)

sigmoidalis, (3) rektalis superior.6

8
2.1.2 Pembuluh Limfe

Pembuluh limfe duodenum mengikuti arteri dan mengalirkan cairan limfe

ke atas melalui nodi lymphatici pancreoticoduodenalis ke nodi lymphatici

gastroduodenalis dan kemudian ke nodi lymphatici coeliacus: dan ke bawah,

melalui nodi lymphatici pancreoticoduodenalis ke nodi lyphatici mesentericus

superior sekitar pangkal arteri mesenterica superior.

Pembuluh limfe jejenum dan ileum berjalan melalui banyak nodi

lymphatici mesentericus dan akhirnya mencapai nodi lymphatici mesentericus

suprior, yang terletak sekitar pangkal arteri mesentericus superior. Pembuluh

limfe sekum berjalan melewati banyak nodi lymphatici mesentericus dan

akhirnya mencapai nodi lymphatici mesentericus superior.

Pembuluh limfe untuk kolon mengalirkan cairan limfe ke kelenjar limfe

yang terletak di sepanjang perjalanan arteri vena kolika. Untuk kolon ascendens

dan dua pertiga dari kolon transversum cairan limfenya akan masuk ke nodi

limphatici mesentericus superior, sedangkan yang berasal dari sepertiga distal

kolon transversum dan kolon descendens akan masuk ke nodi limphatici

mesentericus inferior.6

2.1.3 Persarafan Usus

Saraf-saraf duodenum berasal dari saraf simpatis dan parasimpatis (vagus)

dari pleksus mesentericus superior dan pleksus coeliacus. Sedangkan saraf untuk

jejenum dan ileum berasal dari saraf simpatis dan parasimpatis (nervus vagus)

dari pleksus mesentericus superior. Rangsangan parasimpatis merangasang

aktivitas sekresi dan pergerakan, sedangkan rangsangan simpatis menghambat

9
pergerakan usus. Serabut-serabut sensorik sistem simpatis menghantarkan nyeri,

sedangkan serabut-serabut parasimpatis mengatur refleks usus. Suplai saraf

intrinsik, yang menimbulkan fungsi motorik, berjalan melalui pleksus Auerbach

yang terletak dalam lapisan muskularis, dan pleksus Meissner di lapisan

submukosa.8

Persarafan usus besar dilakukan oleh sistem saraf otonom dengan

perkecualian sfingter eksterna yang berada dibawah kontrol voluntar. Sekum,

appendiks dan kolon ascendens dipersarafi oleh serabut saraf simpatis dan

parasimpatis nervus vagus dari pleksus saraf mesentericus superior. Pada kolon

transversum dipersarafi oleh saraf simpatis nervus vagus dan saraf parasimpatis

nervus pelvikus. Serabut simpatis berjalan dari pleksus mesentericus superior

dan inferior. Serabut-serabut nervus vagus hanya mempersarafi dua pertiga

proksimal kolon transversum; sepertiga distal dipersarafi oleh saraf parasimpatis

nervus pelvikus. Sedangkan pada kolon descendens dipersarafi serabut-serabut

simpatis dari pleksus saraf mesentericus inferior dan saraf parasimpatis nervus

pelvikus. Perangsangan simpatis menyebabkan penghambatan sekresi dan

kontraksi, serta perangsangan sfingter rektum, sedangkan perangsangan

parasimpatis mempunyai efek berlawanan.6

2.1.4 Kontrol saraf terhadap fungsi gastrointestinal

Sistem gastrointestinal memiliki sistem persarafan sendiri yang disebut

sistem saraf enterik. Sistem ini seluruhnya terletak di dinding usus, mulai dari

esophagus dan memanjang sampai ke anus. Jumlah neuron pada sistem enterik

ini sekitar 100 juta, hampir sama dengan jumlah keseluruhan pada medulla

10
spinalis; hal ini menunjukkan pentingnya sistem enterik untuk mengatur fungsi

gastrointestinal.

Sistem enterik terutamaterdiri atas dua pleksus, satu pleksus bagian luar

yang terletak diantara lapisan otot longitudinal dan sirkular, disebut pleksus

Mienterikus atau pleksus auerbach, dan pleksus bagian dalam, disebut pleksus

submukosa atau pleksus Meissner, yang terletak di dalam submukosa. Pleksus

Mienterikus terutama mengatur pergerakan gastrointestinal dan pleksus

submukosa terutama mengatur sekresi gastrointestinal dan aliran darah lokal.

Kedua pleksus tersebut berhubungan dengan serat-serat simpatis dan

parasimpatis. Walaupun sistem saraf enterik dapat berfungsi dengan sendirinya,

tidak bergantung pada saraf-saraf ekstrinsik ini, perangsangan oleh sistem

parasimpatis dan simpatis dapat mengaktifakan atau menghambat fungsi

gastrointestinal lebih lanjut.

Ujung-ujung saraf simpatis yang berasal dari epithelium gastrointestinal

atau dinding usus dan kemudian mengirimkan serat-serat afferent ke kedua

sistem enterik juga ke ganglia prevertebral dari sistem saraf simpatis, beberapa

berjalan melalui saraf simpatis ke medulla spinalis dan yang lainnya berjalan

melalui saraf vagus ke batang otak. Saraf-saraf sensoris ini mengadakan refleks-

refleks local di dalam usus itu sendiri dan refleks-refleks lain yang disiarkan

kembali ke usus baik dari ganglia prevertebral maupun dari daerah basal sistem

saraf pusat.8

11
2.1.5. Pengaturan otonom traktus gastrointestinal

Persarafan parasimpatis.Persarafan parasimpatis ke usus dibagi atas divisi

cranial dan divisi sacral. Kecuali untuk beberapa serat parasimpatis di regio

mulut dan faring dari saluran pencernaan, parasimpatis divisi cranial hampir

seluruhnya berasal dari saraf vagus. Saraf ini member inervasi yang luas pada

esophagus, lambung pankreas dan sedikit ke usus sampai separuh pertama

bagian usus besar. Parasimpatis sacral berasal dari segmen sacral medulla

spinalis kedua, ketiga dan keempat dari medulla spinalis serta berjalan melalui

saraf pelvis ke separuh bagian distal usus besar. Area sigmoid, rectum dan anus

dari usus besar diperkirakan mendapat persarafan parasimpatis yang lebih baik

daripada bagian usus yang lain.

Persarafan simpatis.Serat-serat simpatis yang berjalan ke traktus

gastrointestinal berasal dari medulla spinalis antara segmen T-5 dan L-2.

Sebagian besar preganglionik yang mempersarafi usus, sesudah meninggalkan

medulla , memasuki rantai simpatis dan berjalan melalui rantai ke ganglia yang

letaknya jauh, seperti ganglion seliakus dan berbagai ganglion mesenterikus.

Ujung-ujung saraf simpatis mensekresikan norepineprin.9

Pada umunya, perangsangan sistem saraf simpatis menghambat aktivitas

dalam traktus gastrointestinal, menimbulkan banyak efek yang berlawanan

dengan yang ditimbulkan oleh sistem parasimpatis.6

12
2.1.6 Refleks-refleks gastrointestinal

1) Refleks-refleks yang seluruhnya terjadi di dalam sistem saraf enterik.

Refleks-refleks tersebut mengatur sekresi gastrointestinal, peristaltic,

kontraksi campuran, efek penghambatan local dan sebagainya.

2) Refleks-refleks dari usus ke ganglia simpatis prevertebral dan kemudian

kembali ke traktus gastrointestinal. Refleks ini mengirim sinyal untuk

jarak yang jauh dalam traktus gastrointestinal, seperti sinyal dari lambung

untuk menyebabkan pengosongan kolon (refleks gastrokolik), sinyal dari

kolon dan usus halus untuk menghambat motilitas lambung dan sekresi

lambung (refleks enterogastrik) dan refleks dari kolon untuk menghambat

pengosongan isi ileum ke dalam kolon (refleks kolonoileal).

3) Refleks-refleks dari usus ke medulla spinalis atau batang otak dan

kemudian kembali ke traktus gastrointestinal. Meliputi refleks mengatur

aktifitas motorik dan sekresi lambung, refleks nyeri yang menimbulkan

hambatan umum pada seluruh traktus gastrointestinal dan refleks

defekasi.10

13
2.2. Fisiologi Usus

Usus halus mempunyai dua fungsi utama : pencernaan dan absorpsi bahan-

bahan nutrisi dan air. Proses pencernaan dimulai dalam mulut dan lambung oleh

kerja ptialin, asam klorida, dan pepsin terhadap makanan masuk. Proses

dilanjutkan di dalam duodenum terutama oleh kerja enzim-enzim pankreas yang

menghidrolisis karbohidrat, lemak, dan protein menjadi zat-zat yang lebih

sederhana. Adanya bikarbonat dalam sekret pankreas membantu menetralkan

asam dan memberikan pH optimal untuk kerja enzim-enzim. Sekresi empedu

dari hati membantu proses pencernaan dengan mengemulsikan lemak sehingga

memberikan permukaan lebih luas bagi kerja lipase pankreas. 5

Proses pencernaan disempurnakan oleh sejumnlah enzim dalam getah usus

(sukus enterikus). Banyak di antara enzim-enzim ini terdapat pada brush border

vili dan mencernakan zat-zat makanan sambil diabsorpsi.Isi usus digerakkan

oleh peristalsis yang terdiri atas dua jenis gerakan, yaitu segmental dan

peristaltik yang diatur oleh sistem saraf autonom dan hormon. Pergerakan

segmental usus halus mencampur zat-zat yang dimakan dengan sekret pankreas,

hepatobiliar, dan sekresi usus, dan pergerakan peristaltik mendorong isi dari

salah satu ujung ke ujung lain dengan kecepatan yang sesuai untuk absorpsi

optimal dan suplai kontinu isi lambung.5

Dalam proses motilitas terjadi dua gerakan yaitu:

1) Gerakan propulsif yaitu gerakan mendorong atau memajukan isi saluran

pencernaan sehingga berpindah tempat ke segmen berikutnya, dimana

gerakan ini pada setiap segmen akan berbeda tingkat kecepatannya sesuai

14
dengan fungsi dari regio saluran pencernaan, contohnya gerakan propulsif

yang mendorong makanan melalui esofagus berlangsung cepat tapi

sebaliknya di usus halus tempat utama berlangsungnya pencernaan dan

penyerapan makanan bergerak sangat lambat.

2) Gerakan mencampur, gerakan ini mempunyai 2 fungsi yaitu mencampur

makanan dengan getah pencernaan dan mempermudah penyerapan pada

usus.8

Absorpsi adalah pemindahan hasil-hasil akhir pencernaan karbohidrat,

lemak dan protein (gula sederhana, asam-asam lemak dan asa-asam amino)

melalui dinding usus ke sirkulasi darah dan limfe untuk digunakan oleh sesl-sel

tubuh. Selain itu air, elektrolit dan vitamin juga diabsorpsi. Absoprpsi berbagai

zat berlangsung dengan mekanisme transpor aktif dan pasif yang sebagian

kurang dimengerti.

Lemak dalam bentuk trigliserida dihidrodrolisa oleh enzim lipase pankreas ;

hasilnya bergabung dengan garam empedu membentuk misel. Misel kemudian

memasuki membran sel secara pasif dengan difusif, kemudian mengalami

disagregasi, melepaskan garam empedu yang kembali ke dalam lumen usus dan

asam lemak serta monogliserida ke dalam sel. Sel kemudian membentuk

kembali trigliserida dan digabungkan dengan kolesterol, fosfolipid, dan

apoprotein untuk membentuk kilomikron, yang keluar dari sel dan memasuki

lakteal. Asam lemak kecil dapat memasuki kapiler dan secara langsung menuju

ke vena porta. Garam empedu diabsorpsi ke dalam sirkulasi enterohepatik dalam

ileum distalis. Dari kumpulan 5 gram garam empedu yang memasuki kantung

15
empedu, sekitar 0,5 gram hilang setiap hari; kumpulan ini bersirkulasi ulang 6

kali dalam 24 jam. 11

Protein oleh asam lambung di denaturasi, pepsin memulai proses proteolisis.

Enzim protease pankreas (tripsinogen yang diaktifkan oleh enterokinase menjadi

tripsin, dan endopeptidase, eksopeptidase) melanjutkan proses pencernaan

protein, menghasilkan asam amino dan 2 sampai 6 residu peptida. Transport

aktif membawa dipeptida dan tripeptida ke dalam sel untuk diabsorpsi.11

Karbohidrat, metabolisme awalnya dimulai dengan menghidrolisis pati

menjadi maltosa (atau isomaltosa), yang merupakan disakarida. Kemudian

disakarida ini, bersama dengan disakarida utama lain, laktosa dan sukrosa,

dihidrolisis menjadi monosakarida glukosa, galaktosa, dan fruktosa. Enzim

laktase, sukrase, maltase, dan isimaltase untuk pemecahan disakarida terletak di

dalam mikrovili ’brush border’ sel epitel. Disakarida ini dicerna menjadi

monosakarida sewaktu berkontak dengan mikrovili ini atau sewaktu mereka

berdifusi ke dalam mikrovili. Produk pencernaan, monosakarida, glukosa,

galaktosa, dan fruktosa, kemudian segera disbsorpsi ke dalam darah porta. 11

Air dan elektrolit, cairan empedu, cairan lambung, saliva, dan cairan

duodenum menyokong sekitar 8-10 L/hari cairan tubuh, kebanyakan diabsorpsi.

Air secara osmotik dan secara hidrostatik diabsorpsi atau melalui difusi pasif.

Natrium dan khlorida diabsorpsi dengan pemasangan zat telarut organik atau

secara transport aktif. Bikarbonat diabsorpsi secara pertukaran natrium/hidrogen.

Kalsium diabsorpsi melalui transport aktif dalam duodenum dan jejenum,

16
dipercepat oleh hormon parathormon (PTH) dan vitamin D. Kalium diabsorpsi

secara difusi pasif. 11

Usus besar mempunyai berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan

proses akhir isi usus. Fungsi usus besar yang paling penting adalah

mengabsorpsi air dan elektrolit, yang sudah hampir lengkap pada kolon bagian

kanan. Kolon sigmoid berfungsi sebagai reservoir yang menampung massa feses

yang sudah dehidrasi sampai defekasi berlangsung. 5

Kolon mengabsorpsi air, natrium, khlorida, dan asam lemak rantai pendek

serta mengeluarkan kalium dan bikarbonat. Hal tersebut membantu menjaga

keseimbangan air dan elektrolit dan mencegah dehidrasi. Menerima 900-1500

ml/hari, semua, kecuali 100-200 ml diabsorpsi, paling banyak di proksimal.

Kapasitas sekitar 5 liter/hari.

Gerakan retrograd dari kolon memperlambat transit materi dari kolon kanan,

meningkatkan absorpsi. Kontraksi segmental merupakan pola yang paling

umum, mengisolasi segmen pendek dari kolon, kontraksi ini menurun oleh

antikolinergik, meningkat oleh makanan, kolinergik. Gerakan massa merupakan

pola yang kurang umum, pendorong antegrad melibatkan segmen panjang 0,5-

1,0 cm/detik, 20-30 detik panjang, tekanan 100-200 mmHg, tiga sampai empat

kali sehari, terjadi dengan defekasi.

Sepertiga berat feses kering adalah bakteri; 10¹¹-10¹²/gram. Anaerob >

aerob. Bakteroides paling umum, Escherichia coli berikutnya. Sumber penting

vitamin K. Gas kolon berasal dari udara yang ditelan, difusi dari darah, produksi

intralumen. Nitrogen, oksigen, karbon dioksida, hidrogen, metan. Bakteri

17
membentuk hidrogen dan metan dari protein dan karbohidrat yang tidak

tercerna. Normalnya 600 ml/hari.11

2.3. Histologi

Dinding usus halus dibagi kedalam empat lapisan:

1) Tunica Serosa. Tunica serosa atau lapisan peritoneum, tak lengkap di atas

duodenum, hampir lengkap di dalMam usus halus mesenterica,

kekecualian pada sebagian kecil, tempat lembaran visera dan mesenterica

peritoneum bersatu pada tepi usus.

2) Tunica Muscularis.Dua selubung otot polos tak bergaris membentuk

tunica muscularis usus halus. Ia paling tebal di dalam duodenum dan

berkurang tebalnya ke arah distal. Lapisan luarnya stratum longitudinale

dan lapisan dalamnya stratum circulare. Yang terakhir membentuk massa

dinding usus. Plexus myentericus saraf (Auerbach) dan saluran limfe

terletak diantara kedualapisan otot.

3) Tela Submucosa.Tela submucosa terdiri dari jaringan ikat longgar yang

terletak diantara tunica muskularis dan lapisan tipis lamina muskularis

mukosa, yang terletak di bawah mukosa. Dalam ruangan ini berjalan

jalinan pembuluh darah halus dan pembuluh limfe. Di samping itu, di sini

ditemukan neuroplexus meissner.

4) Tunica Mucosa.Tunica mucosa usus halus, kecuali pars superior

duodenum, tersusun dalam lipatan sirkular tumpang tindih yang

berinterdigitasi secara transversa. Masing-masing lipatan ini ditutup

dengan tonjolan, villi..

18
Usus halus ditandai oleh adanya tiga struktur yang sangat menambah luas

permukaan dan membantu fungsi absorpsi yang merupakan fungsi utamanya:

1) Lapisan mukosa dan submukosa membentuk lipatan-lipatan sirkular yang

dinamakan valvula koniventes (lipatan kerckringi) yang menonjol ke

dalam lumen sekitar 3 ampai 10 mm. Lipatan-lipatan ini nyata pada

duodenum dan jejenum dan menghilang dekat pertengahan ileum. Adanya

lipatan-lipatan ini menyerupai bulu pada radiogram.

2) Vili merupakan tonjolan-tonjolan seperti jari-jari dari mukosa yang

jumlahnya sekitar 4 atau 5 juta dan terdapat di sepanjang usus halus. Villi

panjangnya 0,5 sampai 1 mm (dapat dilihat dengan mata telanjang) dan

menyebabkan gambaran mukosa menyerupai beludru.

3) Mikrovili merupakan tonjolan menyerupai jari-jari dengan panjang sekitar

1 μ pada permukaan luar setiap villus. Mikrovilli terlihat dengan

mikroskop elektron dan tampak sebagai brush border pada mikroskop

cahaya.6

Bila lapisan permukaan usus halus ini rata, maka luas permukaannya

hanyalah sekitar 2.00 cm². Valvula koniventes, vili dan mikrovili bersama-sama

menambah luas permukaan absorpsi sampai 2 juta cm², yaitu menigkat seribu

kali lipat.

Usus besar memiliki empat lapisan morfologik seperti juga bagian usus

lainnya. Akan tetapi, ada beberapa gambaran yang khas pada usus besar saja.

Lapisan otot longitudinal usus besar tidak sempurna, tetapi terkumpul dalam tiga

pita yang dinamakan taenia koli. Taenia bersatu pada sigmoid distal, dengan

19
demikian rektum mempunyai satu lapisan otot longitudinal yang lengkap.

Panjang taenia lebih pendek daripada usus, hal ini menyebabkan usus tertarik

dan berkerut membentuk kantong-kantong kecil peritoneum yang berisi lemak

dan melekat di sepanjang taenia. Lapisan mukosa usus besar jauh lebih tebal

daripada lapisan mukosa usus halus dan tidak mengandung villi atau rugae.

Kriptus lieberkūn (kelenjar intestinal) terletak lebih dalam dan mempunyai lebih

banyak sel goblet daripada usus halus.11

2.4. Gambaran Normal dari Radiografi Polos Abdomen

Udara akan terlihat hitam karena meneruskan sinar X yang dipancarkan

dan menyebabkan kehitaman pada film sedangkan tulang dengan elemen

kalsium yang dominan akan menyerap seluruh sinar yang dipancarkan

sehingga pada film akan tampak putih. Di antara udara dengan tulang misalnya

jaringan lunak akan menyerap sebagian besar sinar X yang dipancarkan

sehingga menyebabkan keabu-abuan yang cerah bergantung dari ketebalan

jaringan yang dilalui sinar X.11

Udara akan terlihat relatif banyak mengisi lumen lambung dan usus besar

sedangkan dalam jumlah sedikit akan mengisi sebagian dari usus kecil. Sedikit

udara dan cairan juga mengisi lumen usus halus dan air fluid level yang

minimal bukan merupakan gambaran patologis. Air fluid level juga dapat

dijumpai pada lumen usus besar, dan tiga sampai lima fluid levels dengan

panjang kurang dari 2,5 cm masih dalam batas normal serta sering dijumpai di

daerah kuadran kanan bawah. Dua air fluid level atau lebih dengan diameter

20
lebih dari 2,5 cm panjang atau caliber merupakan kondisi abnormal dan sealu

dihubungkan dengan adanya ileus baik obstruktif maupun paralitik.11

Banyaknya udara mengisi lumen usus baik usus halus dan besar

tergantung banyaknya udara yang tertelan seperti pada keadaan banyak bicara,

tertawa, merokok dan lain sebagainya. Pada keadaan tertentu misalnya asma

atau pneumonia akan terjadi peningkatan jumlah udara dalam lumen usus halus

dan usus besar secara dramatic sehingga untuk pasien bayi dan anak kecil

dengan keluhan perut kembung sebaiknya juga difoto kedua paru sekaligus

karena sangat besar kemungkinan penyebab kembungnya berasal dari

pneumonia di paru. Beberapa penyebab lain yang mempunyai gambaran mirip

dengan ileus antara lain pleuritis, pulmonary infarc, myocardial infarc,

kebocoran atau diseksi aorta torakalis, payah jantung, perikarditis dan

pneumotoraks.11

Selain komponen traktus gastrointestinal, juga dapat terlihat kontur kedua

ginjal dan muskulus psoas bilateral. Adanya bayangan yang menghalangi

kontur dari ginjal atau m. psoas dapat menunjukkan keadaan patologis di

daerah retroperitoneal. Foto radiografi polos abdomen biasa dikerjakan dalam

posisi pasien terlentang (supine). Apabila keadaan pasien memungkinkan akan

lebih baik lagi bila ditambah posisi berdiri. Untuk kasus tertentu dilakukan foto

radiografi polos tiga posisi yaitu posisi supine, tegak dan miring ke kiri (left

lateral decubitus). Biasanya posisi demikian dimintakan untuk memastikan

adanya udara bebas yang berpindah-pindah bila difoto dalam posisi berbeda.12

21
G a m b a r 2 : F o t o P o l o s A b d o m e n N o r m a l

2.5 Illeus Obstruksi

2.5.1 Definisi

Obstruksi usus (mekanik) adalah keadaan dimana isi lumen saluran cerna

tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena ada sumbatan/hambatan yang

disebabkan kelainan dalam lumen usus, dinding usus atau luar usus yang

menekan, atau kelainan vaskularisasi pada suatu segmen usus yang

menyebabkan nekrose segmen usus tersebut.5

22
Tipe obstruksi usus terdiri dari :

1. Mekanis (Ileus Obstruktif)

Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oleh

peristaltik. Ileus obstruktif ini dapat akut seperti pada hernia stragulata atau

kronis akibat karsinoma yang melingkari. Misalnya intususepsi, tumor polipoid

dan neoplasma stenosis, obstruksi batu empedu, striktura, perlengketan, hernia

dan abses.

2. Neurogonik/fungsional (Ileus Paralitik)

Obstruksi yang terjadi karena suplai saraf otonom mengalami paralisis dan

peristaltik usus terhenti sehingga tidak mampu mendorong isi usus. Contohnya

amiloidosis, distropi otot, gangguan endokrin seperti diabetes mellitus, atau

gangguan neurologis seperti penyakit Parkinson.13

2.5.2 Klasifikasi Ileus Obstruktif

1. Menurut sifat sumbatannya

a) Obstruksi biasa (simple obstruction) yaitu penyumbatan mekanis di

dalam lumen usus tanpa gangguan pembuluh darah, antara lain karena

atresia usus dan neoplasma

b) Obstruksi strangulasi yaitu penyumbatan di dalam lumen usus disertai

oklusi pembuluh darah seperti hernia strangulasi, intususepsi, adhesi,

dan volvulus.5,6

2. Menurut letak sumbatannya

a) Obstruksi tinggi, bila mengenai usus halus

b) Obstruksi rendah, bila mengenai usus besar.5,7

23
3. Menurut etiologinya

a) Lesi ekstrinsik (ekstraluminal) yaitu yang disebabkan oleh adhesi

(postoperative), hernia (inguinal, femoral, umbilical), neoplasma

(karsinoma), dan abses intraabdominal.

b) Lesi intrinsik yaitu di dalam dinding usus, biasanya terjadi karena

kelainan kongenital (malrotasi), inflamasi (Chron’s disease,

diverticulitis), neoplasma, traumatik, dan intususepsi.

c) Obstruksi menutup (intaluminal) yaitu penyebabnya dapat berada di

dalam usus, misalnya benda asing, batu empedu.5

2.5.3 Faktor Risiko

Obstruksi usus yang sering ditemukan, tergantung pada umur pasien (Tabel

1). Pada bayi/neonatus obstruksi usus disebabkan atresia ani, atresia pada usus

halus , dan penyakit Hirschsprung. Obstruksi pada anak-anak sering disebabkan

oleh intususepsi, penyakit Hirschsprung dan hernia strangulasi inguinalis

kongenital. Pada orang dewasa, obstruksi usus sering disebabkan tumor di dalam

usus, perlengketan dinding usus, hernia strangulasi pada kanalis inguinalis,

femoralis ataupun umbilikalis dan penyakit Crohn. Obstruksi pada pasien umur

lanjut sering disebabkan karsinoma usus besar, divertikel, hernia strangulasi,

tinja membatu, perlengketan dinding usus dan volvulus.5

24
2.5.4 Patofisiologi

Lumen usus yang tersumbat secara progresif akan teregang oleh cairan dan

gas (70% dari gas yang ditelan) akibat peningkatan tekanan intralumen, yang

menurunkan pengaliran air dan natrium dari lumen ke darah. Oleh karena sekitar

8 liter cairan diekskresikan ke dalam saluran cerna setiap hari, tidak adanya

absorpsi dapat mengakibatkan penimbunan intralumen dengan cepat. Muntah

dan penyedotan usus setelah pengobatan dimulai merupakan sumber kehilangan

utama cairan dan elektrolit. Pengaruh atas kehilangan ini adalah penciutan ruang

cairan ekstrasel yang mengakibatkan syok—hipotensi, pengurangan curah

jantung, penurunan perfusi jaringan dan asidosis metabolik. Peregangan usus

yang terus menerus mengakibatkan penurunan absorpsi cairan dan peningkatan

sekresi cairan ke dalam usus. Efek lokal peregangan usus adalah iskemia akibat

distensi dan peningkatan permeabilitas akibat nekrosis, disertai absorpsi toksin-

toksin bakteri ke dalam rongga peritoneum dan sirkulasi sistemik untuk

menyebabkan bakteriemia.5

Segera setelah timbulnya ileus obstruktif pada ileus obstruktif sederhana,

distensi timbul tepat di proksimal dan menyebabkan muntah refleks. Setelah

mereda, peristaltik melawan obstruksi dalam usaha mendorong isi usus

melewatinya yang menyebabkan nyeri episodik kram dengan masa relatif tanpa

nyeri di antara episode. Gelombang peristaltik lebih sering timbul setiap 3

sampai 5 menit di dalam jejunum dan setiap 10 menit di didalam ileum.

Aktivitas peristaltik mendorong udara dan cairan melalui gelung usus, yang

menyebabkan gambaran auskultasi khas terdengar dalam ileus obstruktif.

25
Dengan berlanjutnya obstruksi, maka aktivitas peristaltik menjadi lebih jarang

dan akhirnya tidak ada.5

Jika ileus obstruktif kontinu dan tidak diterapi, maka kemudian timbul

muntah dan mulainya tergantung atas tingkat obstruksi. Ileus obstruktif usus

halus menyebabkan muntahnya lebih dini dengan distensi usus relatif sedikit,

disertai kehilangan air, natrium, klorida dan kalium, kehilangan asam lambung

dengan konsentrasi ion hidrogennya yang tinggi menyebabkan alkalosis

metabolik. Berbeda pada ileus obstruktif usus besar, muntah bisa muncul lebih

lambat (jika ada). Bila timbul, biasanya kehilangan isotonik dengan plasma.

Kehilangan cairan ekstrasel tersebut menyebabkan penurunan volume

intravascular, hemokonsentrasi dan oliguria atau anuria. Jika terapi tidak

diberikan dalam perjalanan klinik, maka dapat timbul azotemia, penurunan curah

jantung, hipotensi dan syok.4,5

Pada ileus obstruktif strangulata yang melibatkan terancamnya sirkulasi

pada usus mencakup volvulus, pita lekat, hernia dan distensi. Disamping cairan

dan gas yang mendistensi lumen dalam ileus obstruksi sederhana, dengan

strangulasi ada juga gerakan darah dan plasma ke dalam lumen dan dinding

usus. Plasma bisa juga dieksudasi dari sisi serosa dinding usus ke dalam cavitas

peritonealis. Mukosa usus yang normalnya bertindak sebagai sawar

(penghambat) bagi penyerapan bakteri dan produk toksiknya, merupakan bagian

dinding usus yang paling sensitif terhadap perubahan dalam aliran darah.

Dengan strangulasi yang memanjang maka timbul iskemik dan sawar rusak.

26
Bakteri (bersama dengan endotoksin dan eksotoksin) bisa masuk melalui dinding

usus ke dalam cavitas peritonealis.4,5

Disamping itu, kehilangan darah dan plasma maupun air ke dalam lumen

usus cepat menimbulkan syok. Jika kejadian ini tidak dinilai dini, maka dapat

menyebabkan kematian.4

Ileus obstruktif gelung tertutup timbul bila jalan masuk dan jalan keluar

suatu gelung usus tersumbat. Jenis ileus obstruktif ini lebih bahaya dibandingkan

ileus obstruksi yang lainnya, karena ia berlanjut ke strangulasi dengan cepat

sebelum terbukti tanda klinis dan gejala ileus obstruktif. Penyebab ileus

obstruktif gelung tertutup mencakup pita lekat melintasi suatu gelung usus,

volvulus atau distensi sederhana. Pada keadaan terakhir ini, sekresi ke dalam

gelung tertutup dapat menyebabkan peningkatan cepat tekanan intalumen, yang

menyebabkan obstruksi aliran keluar ke vena.5,6

Ileus obstruktif kolon biasanya kurang akut (kecuali bagi volvulus)

dibandingkan ileus obstruksi usus halus. Karena kolon bukan organ pensekresi

cairan dan hanya menerima sekitar 500 ml cairan tiap hari melalui valva

ileocaecalis, maka tidak timbul penumpukan cairan yang cepat. Sehingga

dehidrasi cepat bukan suatu bagian sindroma yang berhubungan dengan

ileusobstruksi kolon. Bahaya paling mendesak karena obstruksi itu karena

distensi. Jika valva ileocaecalis inkompeten maka kolon terdistensi dapat

didekompresi ke dalam usus halus. Tetapi jika valva ini kompeten, maka kolon

terobstruksi membentuk gelung tertutup dan distensi kontinu menyebabkan

ruptura pada tempat berdiameter terlebar, biasanya di sekum. Hal didasarkan

27
atas hukum Laplace, yang mendefinisikan tegangan di dalam dinding organ

tubular pada tekanan tertentu apapun berhubungan langsung dengan diameter

tabung itu. Sehingga karena diameter kolon melebar di dalam sekum, maka area

ini yang biasanya pecah pertama.5,6

Skema 1 : Patofisiologi Ileus Obstruktif. 5

28
2.5.5 Manifestasi Klinis

 Obstruksi sederhana

Obstruksi usus halus merupakan obstruksi saluran cerna tinggi, artinya

disertai dengan pengeluaran banyak cairan dan elektrolit baik di dalam lumen

usus bagian oral dari obstruksi, maupun oleh muntah. Gejala penyumbatan usus

meliputi nyeri kram pada perut disertai kembung. Pada obstruksi usus halus

proksimal akan timbul gejala muntah yang banyak, yang jarang menjadi muntah

fekal walaupun obstruksi berlangsung lama. Nyeri bisa berat dan menetap. Nyeri

abdomen sering dirasakan sebagai perasaan tidak enak di perut bagian atas.

Semakin distal sumbatan, maka muntah yang dihasilkan semakin fekulen. Tanda

vital normal pada tahap awal, namun akan berlanjut dengan dehidrasi akibat

kehilangan cairan dan elektrolit. Suhu tubuh bisa normal sampai demam.

Distensi abdomen dapat minimal atau tidak ada pada obstruksi proksimal dan

semakin jelas pada sumbatan di daerah distal. Bising usus yang meningkat dan

metallic sound dapat didengar sesuai dengan timbulnya nyeri pada obstruksi di

daerah distal.

 Obstruksi disertai proses strangulasi

Gejalanya seperti obstruksi sederhana tetapi lebih nyata dan disertai dengan

nyeri hebat. Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya skar bekas operasi atau

hernia. Bila dijumpai tanda-tanda strangulasi berupa nyeri iskemik dimana nyeri

yang sangat hebat, menetap dan tidak menyurut, maka dilakukan tindakan

operasi segera untuk mencegah terjadinya nekrosis usus.5

29
2.5.6 Diagnosis

1) Anamnesis

Pada anamnesis obstruksi tinggi sering dapat ditemukan penyebab misalnya

berupa adhesi dalam perut karena pernah dioperasi atau terdapat hernia. Gejala

umum berupa syok,oliguri dan gangguan elektrolit. Selanjutnya ditemukan

meteorismus dan kelebihan cairan diusus, hiperperistaltis berkala berupa kolik

yang disertai mual dan muntah. Kolik tersebut terlihat pada inspeksi perut

sebagai gerakan usus atau kejang usus dan pada auskultasi sewaktu serangan

kolik, hiperperistaltis kedengaran jelas sebagai bunyi nada tinggi. Penderita

tampak gelisah dan menggeliat sewaktu kolik dan setelah satu dua kali defekasi

tidak ada lagi flatus atau defekasi. Pemeriksaan dengan meraba dinding perut

bertujuan untuk mencari adanya nyeri tumpul dan pembengkakan atau massa

yang abnormal. Gejala permulaan pada obstruksi kolon adalah perubahan

kebiasaan buang air besar terutama berupa obstipasi dan kembung yang kadang

disertai kolik pada perut bagian bawah.2,14

2) Pemeriksaan fisik

Pada inspeksi diperhatikan pembesaran perut yang tidak pada tempatnya

misalnya pembesaran setempat karena peristaltis yang hebat sehingga terlihat

gelombang usus ataupun kontur usus pada dinding perut. Biasanya distensi

terjadi pada sekum dan kolon bagian proksimal karena bagian ini mudah

membesar.2,11

30
Dengan stetoskop, diperiksa suara normal dari usus yang berfungsi (bising

usus). Pada penyakit ini, bising usus mungkin terdengar sangat keras dan

bernada tinggi, atau tidak terdengar sama sekali.1,11

3) Pemeriksaan penunjang

a) Laboratorium

Nilai laboratorium pada awalnya normal, kemudian akan terjadi

hemokonsentrasi. Pada urinalisa, berat jenis dapat meningkat dan ketonuria yang

menunjukkan adanya dehidrasi dan asidosis metabolik. Leukosit normal atau

sedikit meningkat , jika sudah tinggi kemungkinan sudah terjadi peritonitis.

Kimia darah sering adanya gangguan elektrolit.2,14

b) Pemeriksaan Radiologis

 Foto Polos Abdomen

Ileus merupakan penyakit abdomen akut yang dapat muncul secara

mendadak yang memerlukan tindakan sesegera mungkin. Maka dari itu

pemeriksaan abdomen harus dilakukan secara segera tanpa perlu persiapan. Pada

kasus abdomen akut diperlukan pemeriksaan 3 posisi, yaitu :

- Posisi terlentang (supine): sinar dari arah vertical, dengan proyeksi antero-

posterior (AP)

- Duduk atau setengah duduk atau berdiri (erect), bila memungkinkan,

dengan sinar horizontal proyeksi AP

31
- Tiduran miring ke kiri ( left lateral decubitus ), dengan arah horizontal,

proyeksi AP.12

Sebaiknya pemotretan dibuat dengan memakai kaset film yang dapat

mencakup seluruh abdomen beserta dindingnya. Perlu dipersiapkan ukuran kaset

dan film ukuran 35x 45cm.12

Hal – hal yang dapat dinilai pada foto – foto di atas ialah:

1. Posisi terlentang (supine)

Gambaran yang diperoleh yaitu pelebaran usus di proksimal daerah

obstruksi, penebalan dinding usus, gambaran seperti duri ikan (Herring Bone

Appearance). Gambaran ini didapat dari pengumpulan gas dalam lumen usus

yang melebar.

Gambar 3. Distensi usus proksimal dari obstruksi12

32
Gambar4.Herring bone appearance 8

33
2. Posisi duduk atau setengah duduk atau tegak ( Erect)

Gambaran radiologis didapatkan adanya air fluid level dan step ladder

appearance.

Gambar5.Air fluid level / step-ledder appearance12

3. Posisi tiduran miring ke kiri ( left lateral dekubitus)

Gambaran radiologis digunakan untuk melihat air fluid level dan

kemungkinan perforasi usus. Dari air fluid level dapat diduga gangguan pasase

usus. Bila air fluid level pendek berarti ada ileus letak tinggi, sedangkan jika

panjang-panjang kemungkinan gangguan di kolon. Gambaran yang diperoleh

adalah adanya udara bebas infra diafragma dan air fluid level.12

Pada foto polos abdomen, 60-70% dapat dilihat adanya pelebaran usus dan

hanya 40% dapat ditemukan adanya air fluid level. Walaupun pemeriksaan

radiologi hanya sebagai pelengkap saja, pemeriksaan sering diperlukan pada

34
obstruksi ileus yang sulit atau untuk dapat memperkirakan keadaan obstruksinya

pada masa pra-bedah.12

- Ileus obstruktif letak tinggi

Gambar 6. Ileus obstruktif letak tinggi.9

Pada foto abdomen 3 posisi ileus obstruktif letak tinggi tampak dilatasi usus

di proksimal sumbatan (sumbatan paling distal di iliocecal junction) dan kolaps

usus dibagian distal sumbatan. Penebalan dinding usus halus yang terdilatasi

memberikan gambaran herring bone appearance, karena dua dinding usus halus

yang menebal dan menempel membentuk gambaran vertebra (dari ikan), dan

muskulus yang sirkular menyerupai kostanya. Tampak gambaran air fluid level

yang pendek-pendek yang berbentuk seperti tangga disebut juga step ladder

35
appearance karena cairan transudasi berada dalam usus halus yang mengalami

distensi.12

- Ileus obstruktif letak rendah

Gambar 7. Ileus obstruktif letak rendah12

Pada ileus obstruktif letak rendah tampak dilatasi usus di proksimal

sumbatan (sumbatan di kolon) dan kolaps usus di bagian distal sumbatan.

Penebalan dinding usus halus yang mengalami dilatasi memberikan gambaran

herring bone appearance, karena dua dinding usus halus yang menebal dan

menempel membentuk gambaran vertebra dan muskulus yang sirkuler

menyerupai kosta dan gambaran penebalan usus besar yang juga distensi tampak

pada tepi abdomen. Tampak gambaran air fluid level yang pendek-pendek yang

berbentuk seperti tangga disebut juga step ladder appearance karena cairan

36
transudasi berada dalam usus halus yang terdistensi dan air fluid level yang

panjang-panjang di kolon.12

Gambaran khas lainnya pada foto polos abdomen:

Gambar8.Coffee bean shape12 Gambar9.String of pearls sign12

Coffee bean shape merupakan gambaran khas volvulus dari usus (sigmoid)

dan juga merupakan keadaan gawat bedah karena menyebabkan nekrosis usus

dan perforasi.12

Temuan spesifik untuk obstruksi usus halus ialah dilatasi usus halus

(diameter > 3 cm ), adanya air-fluid level pada posisi foto abdomen tegak, dan

kurangnya gambaran udara di kolon. Sensitifitas foto abdomen untuk

mendeteksi adanya obstruksi usus halus mencapai 70-80% namun

spesifisitasnya rendah. Pada foto abdomen dapat ditemukan beberapa gambaran,

antara lain:

37
1) Distensi usus bagian proksimal obstruksi

2) Kolaps pada usus bagian distal obstruksi

3) Posisi tegak atau dekubitus: Air-fluid levels

4) Posisi supine dapat ditemukan :

5) distensi usus

- step-ladder sign

- String of pearls sign, gambaran beberapa kantung gas kecil yang berderet

6) Coffee-bean sign, gambaran gelung usus yang distensi dan terisi udara dan

gelung usus yang berbentuk U yang dibedakan dari dinding usus yang

oedem.

7) Pseudotumor Sign, gelung usus terisi oleh cairan.15

Ileus paralitik dan obstruksi kolon dapat memberikan gambaran serupa

dengan obstruksi usus halus. Temuan negatif palsu dapat ditemukan pada

pemeriksaan radiologis ketika letak obstruksi berada di proksimal usus halus dan

ketika lumen usus dipenuhi oleh cairan saja dengan tidak ada udara. Dengan

demikian menghalangi tampaknya air-fluid level atau distensi usus. Keadaan

selanjutnya berhubungan dengan obstruksi gelung tertutup. Meskipun terdapat

kekurangan tersebut, foto abdomen tetap merupakan pemeriksaan yang penting

pada pasien dengan obstruksi usus halus karena kegunaannya yang luas namun

memakan biaya yang sedikit.12,16

38
Temuan Radiologis Osbtruksi Mekanik Ileus

Air-fluid Level Present proximal to Prominent throughout

obstruction

Gas in small intestine Large bowel shape Gas present diffusely;

loops; stepladder pattern moveable

gas ini colon Absent or diminished Increase throughout

Thickened bowel wall Present if chronic or Present with

strangulation inflammation

Intraabdominal fluid Rare Often present

Diapraghm Slightly elevated; normal Elevated; decrease

motion motion

Gastrointestinal Rapid progression to Slow progression to

contrast media point of obstruction colon

Tabel 2.1 : Perbedaan Radiologi obstruksi intestinal dan ileus12

39
Gambar 10. Dilatasi usus. 16

Gambar 11. Multipel air fluid level dan “string of pearls” sign.16

40
Gambar 12. Herring bone appearance. 16

Gambar 13. Coffee bean appearance 12

41
Gambar 14. Step ledder sign.12

 Enteroclysis

Enteroclysis berfungsi untuk mendeteksi adanya obstruksi dan juga

untuk membedakan obstruksi parsial dan total. Cara ini berguna jika pada foto

polos abdomen memperlihatkan gambaran normal namun dengan klinis

menunjukkan adanya obstruksi atau jika penemuan foto polos abdomen tidak

spesifik. Pada pemeriksaan ini juga dapat membedakan adhesi oleh karena

metastase, tumor rekuren dan kerusakan akibat radiasi. Enteroclysis memberikan

nilai prediksi negative yang tinggi dan dapat dilakukan dengan dua kontras.

Barium merupakan kontras yang sering digunakan. Barium sangat berguna dan

aman untuk mendiagnosa obstruksi dimana tidak terjadi iskemia usus maupun

42
perforasi. Namun, penggunaan barium berhubungan dengan terjadinya

peritonitis dan penggunaannya harus dihindari bila dicurigai terjadi perforasi.16

Gambar 15. Intususepsi (coiled-spring appearance). 17

 Barium Enema

Barium enema adalah sebuah pemeriksaan radiologi dengan

menggunakan kontras positif. Kontras positif yang biasanya digunakan dalam

pemeriksaan radiologi alat cerna adalah barium sulfat (BaSO4). Bahan ini

adalah suatu garam berwarna putih, berat dan tidak mudah larut dalam air.

Garam tersebut diaduk dengan air dalam perbandingan tertentu sehingga

menjadi suspensi. Suspensi tersebut diminum oleh pasien pada pemeriksaan

esophagus, lambung dan usus halus atau dimasukkan lewat kliasma pada

pemeriksaan kolon (lazim disebut enema).16

43
Sinar rontgen tidak dapat menembus barium sulfat tersebut, sehingga

menimbulkan bayangan dalam foto rontgen. Setelah pasien meminum suspensi

barium dan air, dengan fluroskopi diikuti kontrasnya sampai masuk ke dalam

lambung, kemudian dibuat foto – foto dalam posisi yang di perlukan.

Pemeriksaan radiologi dengan Barium Enema mempunyai suatu peran

terbatas pada pasien dengan obstruksi usus halus. Pengujian Enema Barium

terutama sekali bermanfaat jika suatu obstruksi letak rendah yang tidak dapat

pada pemeriksaan foto polos abdomen.16

Gambar 16. Barium enema pada ileus obstruktif. 16

 CT-Scan Abdomen

CT (Computed Tomograhy) merupakan metode body imaging dimana

sinar X yang sangat tipis mengitari pasien. Detektor kecil akan mengatur

jumlah sinar x yang diteruskan kepada pasien untuk menyinari targetnya.

44
Komputer akan segera menganalisa data dan mengumpulkan dalam bentuk

potongan cross sectional.Pemeriksaan ini dikerjakan jika secara klinis dan foto

polos abdomen dicurigai adanya strangulasi. CT–Scan akan mempertunjukkan

secara lebih teliti adanya kelainan-kelainan dinding usus, mesenterikus, dan

peritoneum. CT–Scan harus dilakukan dengan memasukkan zat kontras

kedalam pembuluh darah. Pada pemeriksaan ini dapat diketahui derajat dan

lokasi dari obstruksi.16

Keterbatasan CT scan ini terletak pada tingkat sensitivitasnya yang

rendah (<50%) untuk mendeteksi grade ringan atau obstruksi usus halus

parsial. Zona transisi yang tipis akan sulit untuk diidentifikasi.16

Gambar 17. CT Scan Ileus Obstruktif akibat tumor mesenterium. 17

45
Gambar 18. CT Scan Ileus Obstruksi Akibat Intususepsi : tampak

distensi usus halus yang tidak diikuti dengan distensi kolon.17

Gambar 19. CT Scan ileus obstruktif 17

46
 MRI

Keakuratan MRI hampir sama dengan CT-scan dalam mendeteksi adanya

obstruksi. MRI juga efektif untuk menentukan lokasi dan etiologi dari

obstruksi. Namun, MRI memiliki keterbatasan antara lain kurang terjangkau

dalam hal transport pasien dan kurang dapat menggambarkan massa dan

inflamasi.18

Gambar 20. Kehamilan dengan ileus obstruktif 18

 USG

Ultrasonografi dapat menberikan gambaran dan penyebab dari obstruksi

dengan melihat pergerakan dari usus halus. Pada pasien dengan ilues obtruksi,

USG dapat dengan jelas memperlihatkan usus yang distensi. USG dapat

dengan akurat menunjukkan lokasi dari usus yang distensi. Tidak seperti teknik

radiologi yang lain, USG dapat memperlihatkan peristaltic, hal ini dapat

membantu membedakan obstruksi mekanik dari ileus paralitik. Pemeriksaan

USG lebih murah dan mudah jika dibandingkan dengan CT-scan, dan

spesifitasnya dilaporkan mencapai 100%.23

47
Gambar 21. USG Abdomen tumor dinding epigastrium18

Gambar 22. USG Longitudinal dari abdomen bagian bawah


19
menunjukkan distensi multiple dari usus halus akibat invaginasi

48
2.5.7 Diagnosa banding

Diagnosis banding dari ileus obstruktif, yaitu:

1. Ileus paralitik

2. Appensicitis akut

3. Kolesistitis, koleliathiasis, dan kolik bilier

4. Konstipasi

5. Dysmenorhoe, endometriosis dan torsio ovarium

6. Gastroenteritis akut dan inflammatory bowel disease

7. Pankreatitis akut. 16

2.5.8 Penatalaksanaan

Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang

mengalami obstruksi untuk mencegah perforasi. Tindakan operasi biasanya

selalu diperlukan. Menghilangkan penyebab obstruksi adalah tujuan kedua.

Kadang-kadang suatu penyumbatan sembuh dengansendirinya tanpa

pengobatan, terutama jika disebabkan oleh perlengketan. Penderita

penyumbatan usus harus di rawat di rumah sakit.2

1. Persiapan

Pipa lambung harus dipasang untuk mengurangi muntah, mencegah

aspirasi dan mengurangi distensi abdomen (dekompresi). Pasien dipuasakan,

kemudian dilakukan juga resusitasi cairan dan elektrolit untuk perbaikan

keadaan umum. Setelah keadaanoptimum tercapai barulah dilakukan

laparatomi. Pada obstruksi parsial atau karsinomatosis abdomen dengan

pemantauan dan konservatif.

49
2. Operasi

Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-organ

vital berfungsi secara memuaskan. Tetapi yang paling sering dilakukan adalah

pembedahan sesegera mungkin. Tindakan bedah dilakukan bila : -Strangulasi -

Obstruksi lengkap -Hernia inkarserata -Tidak ada perbaikan dengan

pengobatan konservatif (dengan pemasangan NGT, infus,oksigen dan kateter.

3. Pasca Bedah

Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan dan

elektrolit. Kita harus mencegah terjadinya gagal ginjal dan harus memberikan

kalori yang cukup.Perlu diingat bahwa pasca bedah usus pasien masih dalam

keadaan paralitik.2

2.4.9 Prognosis

Mortalitas ileus obstruktif ini dipengaruhi banyak faktor seperti umur,

etiologi, tempatdan lamanya obstruksi. Jika umur penderita sangat muda

ataupun tua maka toleransinya terhadap penyakit maupun tindakan operatif

yang dilakukan sangat rendah sehingga meningkatkan mortalitas. Pada

obstruksi kolon mortalitasnya lebih tinggi dibandingkan obstruksi usus halus.2

50
BAB III

KESIMPULAN

3.1 KesimpulanIlleus obstruktif

1. Ileus obstruktif adalah keadaan dimana isi lumen saluran cerna tidak bisa

disalurkan ke distal akarena adanya sumbatan mekanis.

2. Pemeriksaan penunjang yang menjadi gold standard dalam ileus obstruktif

adalah foto polos abdomen 3 posisi.

3. Temuan khas pada obstruksi usus di antaranya adalah:

- Distensi usus pada proksimal bagian yang mengalami obstruksi

- Gambaran herring bone appearance

- Gambaran air fluid levels (batas air-udara) atau step ladder

- String of pearls sign (gambaran untaian kantong gas kecil berturut-

turut)

51
DAFTAR PUSTAKA

1. Kemenkes RI. 2012. Penyakit tidak menular.


Melaluihttp://www.scielo.br/scielo.php?script=sci_pdf&pid (Diakses
pada 4 juni 2018)
2. WHO. 2008. Global Burden of Disease in 2002 WHO Global
Infobase.Melalui http://www.wpro.who.int (Diakses pada4 juni 2018)
3. Depkes R.I.2004. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta
4. Medscape. 2013. Ileus . Melalui http://emedicine.medscape.com/article
(Diakses pada 4 juni 2018)
5. Sylvia, A., dan Wilson, L. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit.Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
6. Snell, Richard S. 2004. Clinical Anatomy for Medical Students, Fifth
edition, New York
7. Ethel, S. 2003. Anatomi dan Fisiogi Manusia untuk Pemula. Penerbit
Buku Kedokteran EGC: Jakarta.

8. Scheppach W. Abdominal Compartment Syndrome. Best Practice &


Research Clinical Gastroenterology. 2012; 23:25-33.

9. Price & Wilson, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.


Jakarta: EGC 2006
10. William F. Ganong . Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC. Ed 22.
Jakarta. 2008
11. Guyton, A. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Penerbit Buku
Kedokteran EGC: Jakarta.
12. Sudarmo, Pulunggono dan Ade Indrawan Irdam. Pemeriksaan
Radiografi Polos Abdomen pada Kasus Gawat Darurat. Majalah
Kedokteran Indonesia. 2008; 58:12.
13. Markogiannakis H, Messaris E, Dardamanis D, Pararas N, Tzertzemelis
D, Giannopoulos P,et al. 2007. Acute mechanical bowel

52
obstruction:clinical presentation, etiology, management and outcome.
World Journal of gastroenterology. January 2017 21;13(3):432-437.
Available from:URL:http://www.wjgnet.com
14. Dinkes Sumatera Utara. 2007. Profil Kesehatan Sumatera Utara.
Medan.

15. Ullah S, Khan M, Mumtaz N, Naseer A. 2009. Intestinal Obstruction : A


Spectrum of causes. JPMI 2009 Volume 23 No 2 page 188-92
16. Moses, S. 2008. Mechanical Ileus. Retrieved November 1, 2017,
Available at : http://www.fpnotebook.com/Surgery/GI/MchnclIls.htm
17. Khan, A. N. (2009, September 11). Small Bowel Obstruction.
RetrievedNovember1st,2017, Available atemedicine:http://emedicine.me
dscape.com/article/374962-overview
18. Hagen-Ansert, S. 2010. Sonographic Evaluation of the Acute Abdomen.
Retrieved June 6th, 2011, Available at:
http://www.gehealthcare.com/usen/education/proff_leadership/products/
msucmeaa.html
19. Malbrain ML, Cheatham ML. Definition and Pathophysiological
Implications of Intra-abdominal Hypertension and Abdominal
Compartment Syndrome. The American Sergeon. 2011; 77: S6-S11

53

You might also like