You are on page 1of 41

REFERAT

ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL


KASUS MUTILASI

Diajukan untuk memenuhi syarat menempuh ujian kepaniteraan klinik


di bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi

Disusun oleh :
Kelompok II
Gracia Gayetri G1A216090
Helena Kartika Utami G1A216106
Abdul Aziz G1A217028
Reissa Amira Pratiwi G1A217018
Fiona Mazka G1A217015

Dosen Penguji : dr. Zakaria Saleh


Dosen Pembimbing : dr. Zakaria Saleh

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JAMBI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RADEN MATTAHER JAMBI
PERIODE 11 SEPTEMBER – 14 OKTOBER TAHUN 2017

1
HALAMAN PENGESAHAN

REFERAT
KASUS MUTILASI
Disusun untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti ujian kepaniteraan
klinik pada bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi,
Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi

Disusun oleh :

Gracia Gayetri G1A216090


Helena Kartika Utami G1A216106
Abdul Aziz G1A217028
Reissa Amira Pratiwi G1A217018
Fiona Mazka G1A217015
Gracia Gayetri G1A216086

Telah dipresentasikan dan disetujui oleh:


Jambi, September 2017

Dosen Penguji Dosen Pembimbing

dr. Zakaria Saleh dr. Zakaria Saleh


NIP. 197207162002121002 NIP. 197207162002121002

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga pada akhirnya penulis dapat
menyelesaikan penyusunan referat ini dengan baik.
Adapun tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk memperdalam
pengetahuan tentang “Kasus Mutilasi” khususnya bagi dokter-dokter muda yang
sedang menjalankan kepaniteraan klinik dan sebagai salah satu syarat untuk
mengikuti ujian kepaniteraan klinik bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan
Medikolegal di Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi.
Selama proses penulisan referat ini, penulis banyak mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak baik berupa saran, bimbingan, informasi, data serta dukungan
moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terimakasih kepada:
1. dr. Zakaria selaku dosen pembimbing dan penguji.
2. Segenap staf di Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Dan Medikolegal
Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi Rumah
Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi
3. Rekan – rekan yang telah memberikan bantuan dalam penulisan referat
ini.
Pada akhirnya penulis berharap penulisan referat ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan berbagai pihak pada umumnya.

Jambi, September 2017

Penulis

3
DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................... i


Halaman Pengesahan .......................................................................................... ii
Kata Pengantar .................................................................................................. iii
Daftar Isi ............................................................................................................. iv
BAB I Pendahuluan ........................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................. 2
1.3.1 Tujuan Umum ........................................................................... 2
1.3.2 Tujuan Khusus .......................................................................... 2
1.4Manfaat ............................................................................................... 2
BAB II Tinjauan Pustaka .................................................................................. 3
2.1 Definisi Mutilasi ................................................................................ 3
2.2 Jenis – Jenis Mutilasi .......................................................................... 5
2.3 Hukum Mutilasi .................................................................................. 6
2.4 Peran Dokter Dalam Penanganan Kasus Mutilasi.............................. 11
BAB III Ilustrasi Kasus ................................................................................... 17
3.1 Skenario ................................................................................................ 17
3.2 Visum et Repertum .......................................................................... 18
BAB IV Pembahasan ......................................................................................... 32
BAB V Penutup .................................................................................................. 36
5.1 Kesimpulan......................................................................................... 36
5.2 Saran ....................................................................................................36

Daftar Pustaka .....................................................................................................37

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Dewasa ini perkembangan teknologi dan ekonomi begitu pesat diikuti
dengan globalisasi di segala bidang. Namun dengan ini tingkat kejahatanpun ikut
meningkat hal tersebut ditandai oleh banyaknya kriminalitas di Tanah Air, ambil
saja contoh maraknya berita kriminal di media cetak maupun media elekteronik
mulai dari kekerasan, pencurian, penipuan, pemerkosaan sampai pembunuhan
bahkan banyak pula jenis-jenis kejahatan baru yang muncul seiring perkembangan
umat manusia, salah satunya adalah pembunuhan yang disertai mutilasi.
Kata "mutilasi" belakangan memang sering dipakai, terutama oleh
media massa, untuk menggambarkan tindakan pembunuhan yang disertai
kekerasan berupa memotong bagian-bagian tubuh korban. Kamus Besar Bahasa
Indonesia terbitan Balai Pustaka juga mengartikan "mutilasi" sebagai proses atau
tindakan memotong-motong (biasanya) tubuh manusia atau hewan. Dalam KUHP,
perbuatan mutilasi merujuk pada pembunuhan berencana (pasal 340) atau
pembunuhan yang diikuti, disertai, atau didahului oleh suatu perbuatan pidana
(pasal 339). Bisa juga hanya merujuk pada pembunuhan biasa (pasal 338).
Korban mutilasipun berasal dari berbagai macam kelompok usia, mulai dari
anak-anak hingga dewasa. Potongan-potongan tubuh korban dapat ditemukan di
berbagai tempat seperti selokan, sungai, kebun, sawah, jalan raya dan di rumah
tempat tinggal korban itu sendiri.
Mutilasi sudah termasuk ke dalam suatu modus operandi kejahatan dimana
pelaku menggunakan metode ini dengan tujuan mengelabui para petugas,
menyamarkan identitas korban sehingga sulit untuk mencari petunjuk mengenai
identitas korban, serta menghilangkan jejak dari para korban dengan cara
memotong bagian-bagian tubuh korban menjadi beberapa bagian, seperti kepala,
tubuh dan bagian-bagian tubuh lain, yang kemudian dibuang secara terpisah.
Banyaknya kasus pembunuhan dan mutilasi yang terjadi di Indonesia akhir-
akhir ini disebabkan oleh berbagai faktor, baik karena keadaan psikis pelaku

5
(masalah kejiwaan), lingkungan masyarakat, sosial, ekonomi, dan maraknya
tayangan kriminal di televisi.
Dalam mengungkap kasus mutilasi ini penyidik seringkali membutuhkan
bantuan dokter untuk membantu mengidentifikasi potongan tubuh korban yang
ditemukan. Hal ini melatarbelakangi penulis untuk membahas mengenai mutilasi
dan bagaimana peranan dokter dalam kasus ini.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa saja dasar hukum yang terkait pada kasus mutilasi?
1.2.2 Bagaimana peranan dokter dalam penanganan kasus mutilasi?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Tujuan umum dari penulisan ini adalah mengetahui dampak dan tindak
pidana berupa mutilasi
1.3.2 Tujuan khusus
1. Sebagai persyaratan mengikuti ujian akhir Stase Forensik dan
Medikolegal di RSUD Raden Mattaher Jambi.
2. Mengetahui dasaar hukum yang terkait pada kasus mutilasi.
3. Mengetahui peranan dokter dalam kasus mutilasi.

1.4 Manfaat Penulisan


Penulisan referat ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan
wawasan kepada dokter-dokter muda yang sedang menjalani stase forensik dan
medikolegal mengenai pandangan hukum dan peran dokter pada tindak pidana
kasus mutilasi.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Mutilasi


Dari pengertiannya, kata "mutilasi" tidak selalu identik dengan manusia
atau hewan. Kata ini lebih identik dengan pekerjaan memotong-motong atau
memilah sesuatu menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Mutilasi (mutilate)
menurut Burton's Legal Thesaurus berarti "amputate, batter, blemish,broise,
butcher, cripple, cut, damage, debilitate, deface, deform, deprive of an important
part, disable, disfigure, dismantle, dismember, distort, gash, impair, incapatitate,
injure, knock out of shape, lacerate, maim, mangle, render a document
imperfect" (William C. Burton, Burton's Legal Thesaurus, 3rd ed, New York:
McGraw-Hill, 1998). Kejahatan mutilasi adalah jenis kejahatan yang tergolong
sadis, dimana pelaku kejahatan itu tidak hanya membunuh atau menghilangkan
nyawa orang lain melainkan ia juga memotong-motong setiap bagian tubuh si
korbannya. Menurut beberapa ahli kejahatan pidana, biasanya kejahatan ini terjadi
tergantung kepada keadaan psikis si pelaku, dimana si pelaku cenderung
mengalami gangguan kejiwaan. Pada pendapat ahli lain, bahwa kejahatan ini
merupakan kejahatan susulan dari sebuah kejahatan pembunuhan, dengan maksud
untuk menutupi kejahatan pembunuhan tersebut maka dilakukanlah pemutilasian
tubuh korban, sehingga korban tidak diketahui keberadaannya ataupun jika
diketahui maka akan mengelabui penyidik untuk mengungkap identitasnya.1,2
Dari sisi ilmu kriminologi, yang dimaksud dengan mutilasi adalah
terpisahnya anggota tubuh yang satu dari anggota tubuh lainnya oleh sebab yang
tidak wajar. Suatu konteks tindak kejahatan orang melakukan tindakan mutilasi
adalah dengan tujuan untuk membuat relasi antara dirinya dengan korban terputus
dan agar jati diri korban tidak dikenali dengan alasan-alasan tertentu. Terdapat dua
hal yang sangat berbeda antara psikopat dan pelaku mutilasi, meskipun dari
kondisi korban sering terdapat kesamaan akibat perbuatan dari keduanya. Psikopat
adalah orang-orang yang dalam istilah ilmu krominologi disebut sebagai orang-
orang dengan orientasi benar-salahnya berbeda dengan orang kebanyakan.

7
Artinya, jika orang lain menganggap membunuh adalah tindakan yang salah,
sebaliknya psikopat menganggap membunuh adalah perbuatan yang benar.
Sementara itu, pelaku mutilasi adalah orang normal yang melakukan pembunuhan
disertai tindakan memisah-misahkan tubuh korban dengan kesadarannya dan oleh
latar belakang emosinya.2
Modus operasi kejahatan mutilasi umumnya tidak lahir dari pemikiran sendiri,
tetapi meniru kejahatan mutilasi yang sebelumnya pernah terjadi. Pelaku berkaca
pada peristiwa pidana yang pernah terjadi, lalu mempertimbangkan cara-cara
yang berlangsung di dalamnya untuk diterapkan. Perilaku semacam ini
dinamakan imitation of crime model. Menurut kriminolog sekaligus sosiolog
Perancis, Gabriel Tarde (1842-1904), manusia itu pada dasarnya individualis,
tetapi berkat kemampuan untuk meniru (imitasi), berbagai peniruan yang
dilakukannya membentuk jalinan interaksi sosial dan pada gilirannya tersusun
kehidupan sosial.
- Imitasi
Mengingat imitasi merupakan salah satu bentuk aspek kegiatan belajar
meniru perilaku orang lain. Manusia mengimitasi hampir semua hal yang
sanggup ditiru, termasuk kejahatan. Menurut Chorus, proses imitasi
memerlukan beberapa syarat yaitu Pertama, adanya minat atau perhatian yang
cukup besar terhadap apa yang akan diimitasi. Kedua, ada sikap menjunjung
tinggi atau mengagumi apa yang akan diimitasi. Dan, ketiga, tergantung pada
pengertian, tingkat perkembangan, dan tingkat pengetahuan individu yang akan
mengimitasi.
- Peranan Media
Semakin kaya informasi, semakin mudah melakukan peniruan. Di sinilah
media massa mempunyai peranan penting. Pemberitaan kejahatan yang
membeberkan detail-detail pelaksanaannya akan melahirkan proses imitasi
untuk kejahatan sejenis. Akibatnya media dapat menjadi transmisi modus
operasi kejahatan. Padahal, karena faktor persaingan media, tidak jarang
peristiwa kejahatan yang diberitakan sengaja didramatisasi secara berlebihan.

8
- Motif
Pemilihan modus mutilasi juga didasari berbagai motif. Pertama, untuk
menghilangkan jejak. Kedua, ringkas dalam membawa korban. Ketiga,
pergulatan kejiwaan yang dikuasai oleh kemarahan, kebencian, dan emosi-
emosi lain yang tak terkendali. Pada pembunuhan yang diliputi motif ini,
mutilasi merupakan ekspresi kemarahan atau kebencian. Keempat, karena
gangguan kejiwaan yang relatif permanen, seperti psikopatis dan sadisme.
Dalam motif ini, mutilasi merupakan bentuk pemuasan bahkan kenikmatan.
Kelima, mutilasi merupakan ritual untuk meningkatkan keandalan ilmu hitam
yang dipelajari.
Kebanyakan kasus mutilasi yang pada akhir-akhir ini terungkap, umumnya
dilaksanakan berdasarkan perhitungan rasional, antara lain seperti kasus Ryan
dan Yanti. Tekanan ekonomi tampaknya lebih dominan untuk menjadi pemicu.
Mutilasi juga dapat dipandang sebagai ekspresi dari frustrasi yang akut dan
pada gilirannya menjelma menjadi bentuk-bentuk perilaku agresif. Henry dan
Short (1954) berpendapat, orang- orang yang mengalami frustrasi mudah sekali
melakukan tindakan kekerasan. Dalam frustrasi yang berat, bila ada
kesempatan, orang tidak lagi mengindahkan apa pun untuk melepaskan tekanan
jiwanya. Untuk itu, agar kekejian ini tidak terus berlanjut, menahan diri dalam
pemberitaan kasus mutilasi dan kesadisan lain perlu dipertimbangkan.

2.2 Jenis – Jenis Mutilasi


Mutilasi memiliki beberapa unsur, seperti unsur perencanaan
(direncanakan-tidak direncanakan), unsur pelaku (individu-kolektif), dan unsur
ritual atau inisiasi, serta unsur kesehatan atau medis. Dari berbagai macam jenis
mutilasi, secara umum setidaknya tindak pidana mutilasi dibagi menjadi dua
bagian yaitu:
a. Mutilasi defensif (defensive mutilation), atau disebut juga sebagai
pemotongan atau pemisahan anggota badan dengan tujuan untuk
menghilangkan jejak setelah pembunuhan terjadi. Motif rasional dari pelaku
adalah untuk menghilangkan tubuh korban sebagai barang bukti atau untuk

9
menghalangi diidentifikasikannya potongan tubuh korban.
b. Mutilasi ofensif (offensive mutilation), adalah suatu tindakan irasional yang
dilakukan dalam keadaan mengamuk, “frenzied state of mind”. Mutilasi
kadang dilakukan sebelum membunuh korban.3

2.3 Hukum Mutilasi


Di Indonesia tidak ada peraturan yang secara khusus mengatur tentang
kejahatan dengan cara mutilasi. Pengaturan mutilasi akhirnya disamakan dengan
pengaturan tindak pidana terhadap nyawa pada umumnya, yaitu dengan
berpedoman pada pasal 338 dan 340 KUHP. Hal ini juga menjadi pertanyaan
bahwa bagaimana Hukum Positif Indonesia memandang dan mengatur tentang
mutilasi.4
Pada kenyataannya, mutilasi dapat dilakukan siapapun selama pelaku
mempunyai kemampuan psikologis dan adanya kondisi situasional yang
memungkinkan terjadinya hal tersebut dengan tujuan untuk menghilangkan jejak
maupun karena rasa dendam si pelaku. Di sinilah hukum pidana berfungsi dalam
menentukan penjatuhan hukuman yang sesuai terhadap pelaku mutilasi.4
Apapun alasan yang dikembangkan mengenai kejahatan mutilasi,
seharusnya pelaku kejahatan ini dihukum dengan hukuman mati seperti yang
diatur dalam pasal 340 KUHP (tentang pembunuhan berencana), aparat penegak
hukum diharapkan dapat menafsirkan dan mempersamakan kejahatan mutilasi
dengan kejahatan pembunuhan berencana walaupun dalam melakukan mutilasi
setelah si korban mati terlebih dahulu. Mengingat bahwa pengaturan dan batasan
pengertian tentang kejahatan ini tidak dijelaskan secara spesifik dan tegas di dalam
Undang-Undang Hukum Pidana Indonesia.5
Tindak pidana pembunuhan memang sudah lama dikenal oleh hukum
nasional melalui kitab Undang-undang Hukum Pidana. Bab XIX Buku II KUHP
menggolongkan beberapa perbuatan yang dapat dikategorikan sebagai kejahatan
terhadap nyawa seseorang. Jenis pembunuhan yang diatur dalam bab ini meliputi
pembunuhan dengan sengaja (pasal 338), pembunuhan dengan rencana (pasal
340), pembunuhan anak setelah lahir oleh Ibu (pasal 341-342), dan pengguguran

10
kandungan (pasal 346-349). Tidak terdapat satu pasal pun yang mengatur tindak
pidana pembunuhan yang diikuti pemotongan tubuh korban. Keadaan ini tentu
dapat menimbulkan masalah hukum tentang kepastian hukum dan keadilan bagi
masyarakat. Oleh karena itu dapatlah diambil beberapa pertanyaan, pertama
apakah tindakan pemotongan tubuh korban mutilasi dapat disebut sebagai
kejahatan dan kedua apakah ada ketentuan hukum pidana yang dapat dikenakan
pada tindak mutilasi.4
Untuk dapat disebut sebagai tindak pidana sebuah tindakan haruslah
memenuhi beberapa persyaratan, yaitu tindakan telah tersebut didalam ketentuan
hukum sebagai tindakan yang terlarang baik secara formiil atau materiil.
pembagian tindakan yang terlarang secara formiil atau materiil ini sebenarnya
mengikuti KUHP sebagai buku Induk dari semua ketentuan hukum pidana
Nasional yang belaku. KUHP membedakan tindak pidana dalam dua bentuk,
kejahatan (misdrijven) dan pelanggaran (overtredingen). sebuah tindakan dapat
disebut sebagai kejahatan jika memang didapatkan unsur jahat dan tercela seperti
yang di tentukan dalam undang-undang.4
Sedangkan tindakan dapat dikatakan sebagai pelanggaran karena pada sifat
perbuatan itu yang menciderai ketentuan hukum yang berguna untuk menjamin
ketertiban umum (biasanya aturan dari Penguasa). Black’s Law Dictionary (Bryan
Garner:1999) memberikan definisi mutilasi (mutilation) sebagai “the act of cutting
off maliciously a person’s body, esp. to impair or destroy the vistim’s capacity for
self-defense.” Apabila di kaji secara mendalam, tindak mutilasi ini terbatas pada
korban yang berwujud manusia alamiah baik perseorangan maupun kelompok dan
bukanlah binatang. tindakan ini bisa dilakukan oleh pelaku pada korban pada
waktu masih bernyawa atau pun pada mayat korban. tindakan pemotongan
manusia secara hidup-hidup (sadis) ataupun mayat jelas merupakan tindakan yang
sangat di cela oleh masyarakat dan dianggap sebagai tindakan yang sangat jahat.
oleh karena itu, menurut penulis tindak mutilasi sangatlah tepat jika di golongkan
ke dalam kejahatan dan bukan pelanggaran. Hal ini juga di dasarkan atas fungsi
hukum pidana sebagai hukum publik yang melindungi dan menjamin rasa keadilan
dan kepastian hukum masyarakat luas.1

11
1. Mutilasi pada Korban yang Masih Hidup
Dalam bahasan ini difokuskan pada mutilasi sebagai bentuk kejahatan
penganiayaan yang mengakibatkan luka berat. Mutilasi berarti pemotongan
anggota tubuh korban, ini berarti termasuk dalam penganiyaan berat. Pasal 90
KUHP menjelaskan ‘luka berat’ sebagai luka yang tidak memberi harapan
akan sembuh sama sekali/bahaya maut; tidak mampu terus-menerus untuk
menjalankan pekerjaan pencarian; kehilangan salah satu panca indera; cacat
berat (verminking); sakit lumpuh; terganggunya daya pikir selama min. 4
minggu;gugurnya kandungan seorang perempuan.6
a. Pasal 351 ayat (2) KUHP : tindakan mutilasi pada ketentuan ini jelas
mengacu pada tindakan untuk membuat orang lain merasakan atau
menderita sakit secara fisik. hanya saja tindakan penganiayaan ini
dilakukan oleh pelaku secara langsung tanpa ada rencana yang berakibat
‘luka berat’. sanksi pidana : penjara max 5 tahun.
b. Pasal 353 ayat (1) KUHP : tindakan mutilasi ini dapat dikatakan sebagai
rangkaian atau salah satu dari beberapa tindakan penganiayaan pada korban
yang masih hidup. Berbeda dengan Pasal 351 KUHP, Pasal ini lebih menitik
beratkan pada perencanaan pelaku untuk melakukan tindakan tersebut
sehingga berakibat akhir luka berat pada korban. sanksi pidana: penjara
max. 7 tahun.
c. Pasal 354 (1) KUHP : secara khusus sebenarnya KUHP sudah memberikan
ketentuan yang melarang tindakan yang mengakibatkan luka berat.
kekhususan pasal ini tampak pada kesengajaan pelaku dalam melakukan
mutilasi yang timbul dari niat agar korban menderita luka berat. sanksi:
pidana penjara max. 8 tahun.
d. Pasal 355 ayat (1) KUHP : dari sejak awal pelaku telah melakukan mutilasi
sebagai tindakan penganiayaan dia dan sudah direncanakan terlebih dahulu.
sanksi: pidana penjara max. 12 tahun.
e. Pasal 356 KUHP : pemberatan sanksi pidana karena pelaku adalah keluarga
korban, pejabat, memberikan bahan berbahaya. sanksi: pidana penjara +1/3
dari sanksi pidana yang di ancamkan.

12
Sedangkan pokok bahasan lain yang terkait adalah penganiayaan yang
mengakibatkan matinya korban. Ada beberapa ketentuan pasal yang mengatur
masalah ini.
 pasal 351 ayat (3) KUHP sanksi pidana penjara: max 7 tahun
 pasal 353 ayat (3) KUHP sanksi: pidana penjara: max 9 tahun
 pasal 354 ayat (2) KUHP penganiayaan berat, sanksi: pidana penjara max.
10 tahun
 pasal 355 ayat (2) KUHP penganiayaan berat dengan rencana, sanksi:
pidana penjara max. 15 tahun
 pasal 356 KUHP pemberatan sanksi +1/3

2. Mutilasi Sebagai Bentuk Kejahatan Terhadap Nyawa


Tindakan mutilasi di sini dapat dipahami sebagai tindakan pelaku
melakukan pemotongan tubuh korban untuk mengakibatkan si korban mati.
sangat berbeda dengan penganiayaan, dimana matinya korban tidak di
rencanakan atau di harapkan sebelumnya. pada golongan ini, tindakan mutilasi
ini jelas-jelas ditujukan untuk matinya korban. misalnya, dengan menebas
kepala korban dengan celurit, memotong tubuh korban secara langsung dengan
gergaji mesin, dll.
a. Pasal 338 KUHP perbuatan mutilasi yang dilakukan serta merta dan
berakibat matinya korban. Sanksi: pidana penjara max. 15 tahun.
b. Pasal 340 KUHP perbuatan mutilasi sebelumnya telah direncanakan
terlebih dahulu dan setelah dijalankan berakibat matinya korban. Sanksi:
pidana mati atau pidana penjara seumur hidup.

3. Mutilasi pada Mayat Korban


Perlu diketahui KUHP memandang mayat bukan sebagai manusia alamiah
yang hidup namun hanya sebagai benda yang sudah tidak bernyawa lagi.
mengenai hal ini dapat kita kaji pasal 180 KUHP tentang perbuatan melawan
hukum menggali dan mengambil jenazah, pelaku di ancam dengan pidana
penjara maksimal 1 tahun 4 bulan. hal ini sangat berbeda jauh jika di

13
bandingkan dengan pasal penculikan orang (pasal 328 misalnya) memberikan
sanksi pidana penjara maksimal 12 tahun.6
Jika di bandingkan terhadap pasal pencurian barang pun sebenarnya juga
sangat jauh berbeda, pasal 362 KUHP sangat memandang serius tindakan
pencurian barang dan mengancam pelaku dengan sanksi pidana penjara
maksimal 5 tahun penjara. oleh karena itu dapat di ambil suatu kesimpulan
bahwa pengaturan tentang mayat atau jenazah di dalam KUHP masih sebatas
pada benda yang sudah tidak bernyawa lagi.
a. Pasal 406 KUHP : penghancuran atau perusakan barang yang menjadi
kepunyaan orang lain. istilah ‘kepunyaan’ orang lain ini sangatlah berbeda
dengan kepemilikan dari orang terhadap barang miliknya. pengertian
‘kepunyaan’ ini sangatlah luas tidak hanya semata-mata hak milik tetapi
juga tanggung jawab yang telah diberikan dalam undang-undang. Jenazah
tidak dapat dimiliki oleh jenazah itu sendiri, karena hak milik
mensyaratkan subyeknya orang yang bernyawa. si ahli warislah yang
menjadi penanggung jawab atas jenazah tersebut seperti tanggung jawab
yang telah diberikan Undang-undang tentang hukum keluarga. Sanksi:
penjara 2 tahun 8 bulan.
b. Pasal 221 ayat (1) ke-2 KUHP : penghancuran benda-benda yang dapat
dijadikan barang bukti tindak pidana. Sanksi: pidana penjara max. 9 bulan.
c. Pasal 222 KUHP : pencegahan atau menghalang-halangi pemeriksaan
mayat Sanksi: pidana penjara max. 9 bulan.
Sampai saat ini belum ada satu pun ketentuan hukum pidana yang
mengatur tindak pidana mutilasi ini secara jelas dan tegas. namun tidak berarti
pelaku dapat dengan bebas melakukan perbuatannnya tanpa ada hukuman.
tindak mutilasi pada hakekatnya merupakan tindakan yang sadis dengan
maksud untuk meniadakan identitas korban atau penyiksaan terhadapnya. oleh
karena itu sangatlah jelas dan benar jika tindak mutilasi ini dikelompokan
sebagai tindak pidana bentuk kejahatan.
Mengenai ketentuan hukum pidana yang mengatur, KUHP sebenarnya
memberikan pengaturan yang bersifat dasar, misalnya mutilasi sebagai salah

14
satu bentuk penganiayaan, penganiayaan berat atau tindak pembunuhan. Hanya
saja memang sangat diakui dalam kasus yang terjadi, sangatlah jarang pelaku
melakukan mutilasi bermotifkan penganiayaan. tindakan mutilasi seringkali
terjadi sebagai rangkaian tindakan lanjutan dari tindakan pembunuhan dengan
tujuan agar bukti (mayat) tidak diketahui identitasnya.
Pada titik ini seringkali aparat kepolisian hanya menganggap tindakan
mutilasi sebagai tindakan menghilangkan barang bukti dengan demikian rasa
keadilan masyarakat tidak terfasilitasi. Adalah tugas hakim untuk menggali
nilai-nilai yang hidup di masyarakat dalam rangka membuat Yurisprudensi
yang menetapkan tindakan mutilasi sebagai bentuk kejahatan.6,7

2.4 Peran Dokter Dalam Penanganan Kasus Mutilasi


Dalam menangani suatu perkara pembunuhan tim penyidik tidak berdiri
sendiri, melainkan didukung oleh unsur dukungan laboratorium kriminalistik dan
kedokteran forensik. Untuk menemukan kebenaran materil, maka dokter dalam
kapasitasnya sebagai ahli, dapat diminta bantuannya untuk memberikan
keterangannya. Tujuannya sudah jelas, yaitu pada tingkat penyidikan membantu
penyidik menentukan apakah suatu peristiwa merupakan tindak pidana atau bukan,
sedangkan pada tingkat penyidikan membantu penyidik mengumpulkan bukti –
bukti supaya dengan bukti itu perkaranya menjadi jelas dan pelakunya dapat
ditangkap.
1. Tingkat Penyelidikan
Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan
menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna
menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penbyidikan menurut cara yang
diatur sesuai dengan undang undang (KUHAP). Penyelidikan dilakukan dengan
maksud untuk mencari keterangan tentang peristiwa yang dilaporkan apakah
merupakan suatu tindak pidana atau bukan. Oleh sebab itu perlu dilakukan
penyelidikan dan dalam rangka itu penyelidik dapat meminta bantuan dokter,
dalam kapasitasnya sebagai ahli. Bantuan tersebut dapat berupa pemeriksaan
jenazah di rumah sakit dan dapat pula berupa pemeriksaan jenazah di tempat

15
kejadian perkara. Tujuan utamanya adalah untuk mengumpulkan fakta fakta
medik yang dapat menentukan peristiwa itu merupakan tindak pidana atau
bukan. Tentunya pengumpulan fakta medik yang paling baik adalah
pemeriksaan jenazah di TKP, mengingat manfaatnya yaitu :8
a. Dapat memastikan korban sudah mati atau belum. Hal ini sangat penting
sebab belkum tentu korban yang trergeletak tidak bernapas dan tidak
bergerak itu sudah mati. Kehadiran dokter juga dapat dimanfaatkan untuk
memberikan pertolongan yang tepat jika ternyata korban masih hidup.
b. Dapat menentukan cara kematiannya. Yang dapat dilakukan dokter adalah
memeriksa kondisi jenazah dan juga kondisi di sekitarnya di TKP.
c. Dapat membantu mencari, mengumpulkan dan menyelamatkan barang
bukti (trace evidence) bagi pemeriksaan selanjutnya. Hal ini juga penting
sebab semakin banyak barang bukti ditemukan, termasuk barang bukti
medik, akan semakin mempermudah penegak hukum membuat tentang
perkara pidana. Barang bukti medik tersebut harus diselamatkan dari
kerusakan dan dokter memang memiliki kemampuan untuk itu.

2. Tingkat Penyidikan
Tindakan penyidikan dilakukan menyusul selesainya tindakan penyelidikan
yang menghasilkan kesimpulan bahwa peristiwa yang diselidiki itu merupakan
peristiwa pidana. Tujuannya adalah untuk mengumpulkan bukti-bukti supaya
dengan bukti itu poerkaranya menjadi jelas dan pelakunya dapat ditangkap.
Menjadi jelas artinya identitas korban dapat diketahui, proses kejadiannya
terungkap (meliputi kapan dilakukan, dimana dilakukan, dengan benda apa
dilakukan dan bagaimana caranya serta akibatnya dan identitas pelakunya
dikenali). Untuk keperluan tersebut maka bantuan dokter sangat diperlukan.
Pada hakekatnya bantuan tersebut berupa pemberian keterangan tentang :
a. Suatu objek yang diajukan kepadanya untuk diperiksa
b. Obyek tersangka atau terdakwa
Tersangka atau terdakwa yang diduga menderita kelainan jiwa yang
menyebabkan tidak mampu bertanggung jawab terhadap perbuatannya. Tidak

16
tertutup kemungkinan mereka berpura pura gila untuk menghindari hukuman,
sebab kalau benar gila maka berdasarkan pasal 44 KUHP tidak dapat dihukum.
Bantuan dokter disini untuk membuktikan :
- Betul menderita gangguan jiwa atau tidak
- Jika betul apa jenisnya
- Apakah jenis gangguan jiwa tersebut menyebabkan ketidakmampuan
bertanggung jawab atau tidak.

c. Obyek Korban
Jenazah/korban mati, ditemukannya jenazah akibat atau diduga akibat
pembunuhan, penganiayaan, mutilasi, dan sebagainya, penegak hukum perlu
meminta dokter sebagai kapasitasnya sebagai ahli untuk melakukan otopsi agar
dapat diketahui :
- Identitasnya, yaitu identitas personal atau umum.
- Prosesnya :
o Waktu
o Tempat
o Alat dan cara melakukannya
- Identitas Pelakunya (Jika mungkin)

d. Objek lain
Jika penegak hukum yang menangani perkara menemukan barang bukti
yang merupakan atau diduga merupakan bagian dari tubuh manusia atau
menemukan barang bukti yang berasal dari tubuh manusia, maka sudah
seharusnya jika barang bukti tersebut dimintakan pemeriksaan kepada dokter
atau ahli lain. Tidak tertutup kemungkinan justru dari hasil pemeriksaan
tersebut akan dapat diungkap banyak hal, antara lain :
- Identitas pemilik dari potongan bagian tubuh itu, yaitu : jenis kelamin,
umur, tinggi badan, golongan darah, ras, dll.
- Bagian tubuh tersebut merupakan bagian dari tubuh korban atau orang
lain.

17
Bila penyidik atau hakim yang menangani perkara pidana menghadapi
persoalan-persoalan yang bersifat hipotesis maka ia dapat meminta dokter dalam
kapasitasnya sebagai ahli untuk menjelaskannya, sebab dokter memiliki ilmu
pengetahuan yang dapat digunakan untuk menjawabnya.8
e. Tingkat Peradilan
Keterangan dokter dalam kapasitasnya sebagai ahli dapat dikategorikan
sebagai ahli jika memenuhi syarat-syarat syahnya atau bukti, yaitu syarat formal
dan materiil, syarat formal adalah syarat yang berkaitan dengan cara dokter
memberikan keterangannya, yakni sesuai dengan ketentuan yang berlaku atau
tidak. Sedangkan syarat materiil adalah syarat yang berkaitan dengan isi, yaitu
:9,10
- Sesuai dengan kenyataan yang ada pada obyek yang diperiksa.
- Tidak bertentangan dengan teori kedokteran yang telah teruji kebenarannya.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka hendaknya setiap keterangan
dokter sebagi ahli dapat diupayakan menjadi keterangan yang dapat berkualitas
sebagai alat bukti ( baik alat bukti kategori keterangan ahli atau surat) atau paling
tidak sebagai keterangan yang dapat disamakan nilainya dengan alat bukti.
3. Peranan Dokter di TKP
Tempat kejadian perkara atau TKP adalah tempat ditemukannya benda
bukti dan atau tempat terjadinya peristiwa kejahatan atau yang diduga kejahatan
menurut suatu kesaksian. Dalam perkara pembunuhan biasanya ditempat ini
ditemukan barang bukti korban manusia ataupun bagian dari manusia serta
barang – barang bukti lainnya. Tempat dimana korban ditemukan dapat disebut
sebagai TKP pertama ( primary crime scan), yang bukan selalu merupakan
tempat dimana sesungguhnya peristiwa tersebut telah terjadi. Dalam kasus
pembunuhan kadang – kadang masih dapat ditemukan lokasi lain dimana barang
bukti penting lain dapat ditemukan dengan demikian TKP ini merupakan TKP
ganda (multiple ).
Peranan dokter di TKP adalah pembantu penyidik dalam mengungkap
kasus dari sudut kedokteran forensik. Pada dasarnya semua dokter dapat
bertindak sebagai pemeriksa di TKP, namun dengan perkembangan lebih

18
spesialisasi dalam ilmu kedokteran adalah lebih baik bila dokter ahli forensik
atau dokter kepolisian yang hadir. Dasar pemeriksaan adalah hexameter, yaitu
menjawab 6 pertanyaan: apa yang terjadi, siapa yang tersangkut, dimana dan
kapan terjadi, bagaimana terjadinya, dan dengan apa melakukannya, serta
kenapa terjadi peristiwa tersebut. Pemeriksaan kedokteran forensik di TKP
harus mengikuti ketentuan yang berlaku umum pada penyidikan di TKP,
sebagaimana sesuai yang tersebut dibawah ini:9
- Menjaga agar tidak mengubah keadaan TKP, sesuai dengan motto: to touch
as little as possible and to displace anything.
- Semua benda bukti yang ditemukan agar dikirim ke laboraturium setelah
sebelumnya diamankan sesuai prosedur.
- Jangan meletakkan barang milik pribadi di TKP.
- Benda bukti yang mengandung sidik jari, harus diperlakukan hati – hati dan
disidik dulu oleh polisi.

4. Pelaksanaan Pemeriksaan di TKP


Dalam hal adanya permintaan penyidik ke TKP maka seorang dokter
memerlukan beberapa peralatan, antara lain yaitu:
a. Pinset anatomis
b. Skalpel ( pisau bedah )
c. Loop
d. Sarung tangan
e. Termometer
f. Kertas saring
g. Pipet
h. Senter kecil
i. Mistar dan meteran gulung
j. Botol plastik spesimen
k. Alat tulis untuk memberi label benda bukti
l. Larutan salin (NaCl 0,9%)
m. Formalin

19
n. Cairan pengetes darah
Tindakan – tindakan yang dilakukan oleh dokter di TKP, antara lain :
a. Membuat sketsa dari keadaan TKP dan foto.
b. Foto sebaiknya diambil dari panorama situasi secara umum dan kemudian
dibuat spot foto disesuaikan dengan keadaan posisi korban saat ditemukan.
Untuk kelainan pada tubuh korban dapat diambil dari 3 arah.
c. Identidikasi potongan tubuh korban untuk menentukan taksiran tinggi badan
dan berata badan, sex, umur, ras.
d. Cara memindahkan mayat/ potongan mayat ke ambulance
- Mayat / potongan mayat hendaknya diletakkan dalam selembar plastik
putih untuk menghindarkan hilangnya barang bukti
- Diberi label dan segel
Mengadakan koordinasi dengan penyidik sesudah pemeriksaan selesai
untuk memberikan hasil pemeriksaannya atau pendapat tentang cara kematian
berdasarkan fakta yang ditemukannya.

20
BAB III
ILUSTRASI KASUS

3.1 Skenario
Pada hari Kamis, tanggal 16 maret 2017, ditemukan jenazah berjenis
kelamin laki-laki yang belum diketahui identitasnya, usia diperkirakan 30 tahun
yang ditemukan tewas dalam kondisi badan terpotong menjadi tiga bagian di dalam
karung goni yang ditemukan di pinggir jalan lintas. Seorang warga menemukan
korban dengan kondisi mayat saat ditemukan di dalam dua karung goni. Satu
karung berisi sepasang kaki diduga milik korban dan karung yang lain berisi kepala
dan bagian tubuh yang masih dilengkapi bagian tangan dan anggota tubuh lainnya,
tampak beberapa luka tusuk benda tajam di bagian tubuh korban. Korban diduga
merupakan korban pembunuhan. Pihak penyidik meminta tim medis untuk
melakukan pemeriksaan visum luar dan dalam terhadap korban tersebut.

21
3.2 Visum et Repertum

PEMERINTAH PROVINSI JAMBI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RADEN MATTAHER
JAMBI
INSTALASI KEDOKTERAN FORENSIK DAN
MEDIKOLEGAL
NOMOR AKREDITASI : YM. 00.03.3.5.3974
Jalan Let. Jend. Suprapto No. 31 Telanaipura – Jambi 36122
Telp. (0741) 61692-61694; Fax. (0741) 60014

PRO JUSTITIA
VISUM ET REPERTUM
NO: 077/VER-J/VD/III/2017
Atas permintaan tertulis dari KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
DAERAH SUMATERA UTARA, RESORT KOTA MEDAN, melalui suratnya
tanggal 16 Maret 2017, No. Pol: VERJ/531/III/2017/RESKRIM, yang
ditandatangani oleh P.Sitanggang, SH, NRP 9903979, pangkat komisaris polisi dan
diterima tanggal 16 Maret 2017, jam 13.00 WIB, maka dengan ini saya dr. Reissa
Amira Pratiwi, sebagai dokter yang bekerja di Instalasi Kedokteran Forensik dan
Medikolegal Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pringadi Provinsi Sumatera Utara,
menerangkan bahwa pada tanggal 16 Maret 2017, pukul 15.00 WIB, di Instalasi
Pemulasaraan jenazah Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pringadi Provinsi Sumatera
Utara, telah memeriksa jenazah yang berdasarkan surat tersebut di atas dan telah
dibenarkan oleh yang bersangkutan bernama Mr. X, umur 30 tahun, jenis kelamin
laki-laki. Berdasarkan surat permintaan di atas, jenazah ditemukan di pinggir Jalan
Jendral Soedirman, pada hari Kamis tanggal 16 Maret 2017 pukul 08.30 WIB,
diduga meninggal dunia akibat pembunuhan----------------------------------------------

22
HASIL PEMERIKSAAN:------------------------------------------------------------------
Dari pemeriksaan luar dan dalam yang telah kami lakukan atas tubuh jenazah
tersebut diatas ditemukan fakta-fakta sebagai berikut: ----------------------------------
A. FAKTA YANG BERKAITAN DENGAN IDENTITAS JENAZAH---------
1.Identitas Umum Jenazah :-------------------------------------------------------
a. Jenis Kelamin : Laki-laki--------------------------------------------------
b. Umur : Kurang lebih tiga puluh tahun-------------------------
c. Panjang Badan : Seratus enam puluh delapan sentimeter--------------
d. Berat Badan : Lima puluh tujuh kilogram-----------------------------
e. Warna Kulit : Sawo Matang---------------------------------------------
f. Warna Pelangi Mata: Hitam-----------------------------------------------------
g. Ciri Rambut : Berwarna hitam, bentuk lurus, panjang delapan
sentimeter, distribusi merata, tidak mudah dicabut---------------------------
h. Golongan darah : A-----------------------------------------------------------
i. Kesan Gizi : Cukup-----------------------------------------------------
j. Ciri ciri lain : Tidak ada--------------------------------------------------

2. Identitas Khusus Jenazah :--------------------------------------------------------


a. Tato : Tidak ada--------------------------------------------------
b. Jaringan Parut : Tidak ada--------------------------------------------------
c. Tahi lalat : Tidak ada--------------------------------------------------
d. Tanda Lahir : Tidak ada--------------------------------------------------
e. Cacat Fisik : Tidak ada--------------------------------------------------
f. Pakaian :--------------------------------------------------------------
 Sebuah celana dalam berwarna coklat, bahan katun, motif polos,
ukuran “M”, merek “BONTEX”-------------------------------------------
g. Kantong Jenazah : Terdapat dua buah karung goni------------------------
- Karung goni pertama berisi potongan tubuh jenazah berupa
kepala yang terpisah dan berisi bagian tubuh yang masih
dilengkapi bagian kedua tangan, dada dan perut, karung berbahan

23
serat, berwarna cokelat, motif polos, ukuran panjang tujuh puluh
lima sentimeter, lebar empat puluh sentimeter---------------
- Karung goni kedua berisi potongan tubuh jenazah berupa bagian
daerah alat kelamin dan bokong, yang masih ditutupi celana
dalam serta lipat paha, dan kedua tungkai kanan dan kiri bagian
atas dan bagian bawah yang masih utuh, karung berbahan serat,
berwarna cokelat, motif polos, ukuran panjang tujuh puluh lima
sentimeter, lebar empat puluh sentimeter----------------------------
h. Penutup Jenazah : Tidak ada--------------------------------------------------
i. Alas Jenazah : Tidak ada--------------------------------------------------
j. Benda disamping jenazah: Tidak ada------------------------------------------
k. Perhiasan : Tidak ada--------------------------------------------------
l. Lain – Lain : Tidak ada--------------------------------------------------

B. FAKTA YANG BERKAITAN DENGAN WAKTU TERJADINYA


KEMATIAN-----------------------------------------------------------------------------
1. Suhu rektal mayat : Tidak diperiksa-------------------------------------------
2. Lebam Mayat : Terdapat lebam mayat pada punggung, bokong,
berwarna merah keunguan, tidak hilang pada penekanan---------------------
3. Kaku Mayat : Terdapat kaku mayat pada rahang bawah, anggota
gerak atas dan bawah, sulit untuk dilawan------------------------------------
4. Pembusukan : Tidak ada--------------------------------------------------
C. FAKTA DARI PEMERIKSAAN TUBUH BAGIAN LUAR------------------
1. Permukaan Kulit Tubuh :--------------------------------------------------------
a. Kepala : Tampak kepala terpisah dari leher setinggi tulang leher
keenam-----------------------------------------------------------------------
- Daerah Berambut : tidak ada kelainan-------------------------------
- Bentuk Kepala : Simetris, tidak ada kelainan-------------------
- Wajah : Terdapat sebuah luka memar pada pipi
sebelah kiri. Titik pusat terletak empat sentimeter di sebelah kiri
garis tengah tubuh dan lima sentimeter di bawah garis yang

24
melewati kedua sudut mata. Bentuk tidak teratur, ukuran panjang
enam sentimeter, lebar lima koma lima sentimeter, pada perabaan
sama seperti kulit sekitar, warna merah kebiruan, daerah sekitar
luka tidak ada kelainan--------------------------------------------------
b. Leher : Tampak kepala terpisah dari leher setinggi tulang leher keenam-
- Terdapat sebuah luka potong pada leher, titik pusat luka empat
belas sentimeter di atas garis mendatar yang melewati kedua
puting susu, bentuk bulat, diameter sepuluh sentimeter, tepi luka
rata, batas tegas, tebing luka terdiri dari kulit, jaringan lemak,
jaringan ikat, jaringan otot, tulang serta organ seperti
tenggorokan, kerongkongan, pembuluh nadi dan pembuluh balik
leher yang terpotong, di antara kedua tebing tidak terdapat
jembatan jaringan, warna kemerahan, daerah sekitar tidak ada
kelainan-------------------------------------------------------------------
c. Bahu : Tidak ada kelainan-----------------------------------------------
d. Dada :-----------------------------------------------------------------------
- Dinding dada bagian kanan : Tidak ada kelainan-------------------
- Dinding dada bagian kiri : Terdapat beberapa luka terbuka---
- Luka terbesar titik pusat terletak enam sentimeter
di sebelah kiri garis tengah tubuh, satu sentimeter
di bawah garis mendatar yang melewati kedua
puting susu, bentuk teratur seperti celah, ukuran
panjang lima sentimeter, lebar satu sentimeter,
kedalaman tiga sentimeter, pada perabaan lebih
cekung dari kulit sekitar, warna kemerahan, batas
luka tegas, tepi rata, kedua sudut lancip, tebing rata
terdiri dari kulit, lemak, jaringan ikat, di antara
kedua tebing tidak terdapat jembatan jaringan,
dasar luka jaringan otot, bila luka dirapatkan dapat
rapat sempurna, membentuk garis lurus, panjang

25
lima koma lima sentimeter, lebar nol koma satu
sentimeter, daerah sekitar luka tidak ada kelainan-
- Luka terkecil titik pusat terletak dua sentimeter di
sebelah kiri garis tengah tubuh, tiga sentimeter di
atas garis mendatar yang melewati kedua puting
susu, bentuk teratur seperti celah, ukuran panjang
satu sentimeter, lebar satu sentimeter, kedalaman
dua sentimeter, pada perabaan lebih cekung dari
kulit sekitar, warna kemerahan, batas luka tegas,
tepi rata, kedua sudut lancip, tebing rata terdiri dari
kulit, lemak, jaringan ikat, di antara kedua tebing
tidak terdapat jembatan jaringan, dasar luka
jaringan otot, bila luka dirapatkan dapat rapat
sempurna, membentuk garis lurus, panjang tiga
koma lima sentimeter, lebar nol koma satu
sentimeter, daerah sekitar luka tidak ada kelainan-
e. Punggung : Tidak ada kelainan --------------------------------------
f. Perut : Tampak tubuh terpisah dari anggota gerak bagian bawah setinggi
tulang pinggang kelima ------------------------------------------------------
- Terdapat sebuah luka potong pada perut bagian bawah, titik pusat
luka sepuluh sentimeter di bawah garis mendatar yang melewati
pusar, bentuk bulat, diameter empat puluh sentimeter, tepi luka
rata, batas tegas, tebing luka terdiri dari kulit, jaringan lemak,
jaringan ikat, jaringan otot, serta organ seperti usus besar, saluran
ginjal, serta pembuluh darah besar perut, di antara kedua tebing
tidak terdapat jembatan jaringan, warna kemerahan, daerah
sekitar tidak ada kelainan-----------------------------------------------
- Terdapat beberapa luka terbuka di perut bagian bawah ------------
- Luka terbesar titik pusat terletak delapan sentimeter di
sebelah kiri garis tengah tubuh, satu sentimeter di bawah
garis mendatar yang melewati pusar, bentuk teratur seperti

26
celah, ukuran panjang lima koma lima sentimeter, lebar satu
sentimeter, kedalaman tujuh sentimeter, pada perabaan
lebih cekung dari kulit sekitar, warna kemerahan, batas luka
tegas, tepi rata, kedua sudut lancip, tebing rata terdiri dari
kulit, lemak, jaringan ikat, otot, di antara kedua tebing tidak
terdapat jembatan jaringan, dasar luka tidak dapat
ditentukan, bila luka dirapatkan dapat rapat sempurna,
membentuk garis lurus, panjang enam sentimeter, lebar nol
koma satu sentimeter, daerah sekitar luka tidak ada
kelainan------------------------------------------------------------
- Luka terkecil titik pusat terletak enam sentimeter di sebelah
kanan garis tengah tubuh, dua sentimeter di bawah garis
mendatar yang melewati pusar, bentuk teratur seperti celah,
ukuran panjang dua koma lima sentimeter, lebar satu
sentimeter, kedalaman tiga sentimeter, pada perabaan lebih
cekung dari kulit sekitar, warna kemerahan, batas luka
tegas, tepi rata, kedua sudut lancip, tebing rata terdiri dari
kulit, lemak, jaringan ikat, otot, di antara kedua tebing tidak
terdapat jembatan jaringan, dasar luka tidak dapat
ditentukan, bila luka dirapatkan dapat rapat sempurna,
membentuk garis lurus, panjang tiga sentimeter, lebar nol
koma satu sentimeter, daerah sekitar luka tidak ada
kelainan------------------------------------------------------------
g. Bokong :-----------------------------------------------------
 Bokong kanan : Tidak ada kelainan------------------------------
 Bokong kiri : Tidak ada kelainan------------------------------
h. Dubur : -------------------------------------------------------------
 Lingkar dubur : Diameter nol koma lima sentimeter, tidak ada
kelainan------------------------------------------------------------------
 Liang dubur : Tidak ada kelainan----------------------------------
i. Anggota gerak:--------------------------------------------------------------

27
 Anggota gerak atas :------------------------------------------------
- Kanan :-----------------------------------------------------------
 Ujung jari dan jaringan di bawah kuku berwarna
pucat, tidak ada kelainan -------------------------------
- Kiri :--------------------------------------------------------------
 Ujung jari dan jaringan dibawah kuku berwarna
pucat, tidak ada kelainan -------------------------------
 Anggota gerak bawah :-----------------------------------------------------
- Kanan : Ujung jari dan jaringan di bawah kuku berwarna pucat,
tidak ada kelainan---------------------------------------------------------
- Kiri : Ujung jari dan jaringan dibawah kuku berwarna pucat,
tidak ada kelainan---------------------------------------------------------

2. Bagian Tubuh Tertentu :--------------------------------------------------------


a. Mata : -------------------------------------------------------------------
 Alis mata : Alis mata kanan dan kiri tebal, warna hitam,
panjang tiga sentimeter, lebar nol koma delapan sentimeter,
tidak ada kelainan-------------------------------------------------
 Bulu mata : Bulu mata kanan dan kiri berwarna hitam,
bentuk lurus, panjang satu sentimter, tidak ada kelainan----
 Kelopak mata : ----------------------------------------------------
 Kanan : Tidak ada kelainan--------------------------------
 Kiri : Tidak ada kelainan-----------------------------------
 Selaput kelopak mata : Selaput kelopak mata kanan dan kiri
pucat, tidak ada kelainan-----------------------------------------
 Selaput biji mata : Tidak ada kelainan-------------------------
 Selaput bening mata:---------------------------------------------
- Kanan : Keruh, tidak ada kelainan----------------------
- Kiri : Keruh, tidak ada kelainan----------------------
 Pupil mata :--------------------------------------------------------

28
- Kanan : Ukuran nol koma enam sentimeter, tidak ada
kelainan------------------------------------------------------------
- Kiri : Ukuran nol koma enam sentimeter, tidak ada
kelainan------------------------------------------------------------
 Pelangi mata :------------------------------------------------------
- Kanan : berwarna hitam, tidak ada kelainan -----------------
- Kiri : berwarna hitam, tidak ada kelainan------------------
b. Hidung :----------------------------------------------------------------------
 Bentuk hidung : Tidak ada kelainan------------------------------
 Permukaan kulit hidung : Tidak ada kelainan------------------------------
 Lubang hidung : Tidak ada kelainan------------------------------
c. Telinga:------------------------------------------------------------------------------
 Bentuk telinga : Sedang, Tidak ada kelainan-------------------
Permukaan daun telinga : Tidak ada kelainan------------------------------
 Lubang telinga : Tidak ada kelainan------------------------------
d. Mulut :-------------------------------------------------------------------------------
 Bibir atas : berwarna pucat----------------------------------
 Bibir bawah : berwana pucat ----------------------------------
 Selaput lendir mulut : Tidak ada kelainan------------------------------
 Rongga mulut : Tidak ada kelainan------------------------------
 Gigi – geligi : ----------------------------------------------------
o Rahang Atas : Gigi lengkap, gigi geraham belakang
ketiga kanan dan kiri sudah tumbuh, tidak ada kelainan
o Rahang Bawah : Gigi Lengkap, gigi geraham belakang
ketiga kanan dan kiri sudah tumbuh, tidak ada kelainan
o Lidah :tampak pucat, tidak ada kelainan--------------
e. Alat Kelamin : ----------------------------------------------------------------------
 Pelir: sudah disunat, tidak ada kelainan--------------------------------------
 Kantung buah pelir: terdapat dua buah biji pelir, tidak ada kelainan----

29
 Rambut kemaluan : Warna hitam, bentuk ikal, panjang lima sentimeter,
tidak mudah dicabut------------------------------------------------------------

3. Tulang – Tulang : -----------------------------------------------------------------


 Tulang tengkorak : ----------------------------------------------------
o Tulang atap tengkorak : Tidak ada kelainan--------------------------
o Tulang dasar tengkorak: Tidak ada kelainan-------------------------
 Tulang wajah : Tidak ada kelainan------------------------------
 Tulang hidung : Tidak ada kelainan------------------------------
 Tulang belakang : Tidak ada kelainan------------------------------
 Tulang-tulang dada : Tidak ada kelainan -----------------------------
 Tulang-tulang punggung : Tidak ada kelainan------------------------------
 Tulang-tulang panggul : Tidak ada kelainan------------------------------
 Tulang anggota gerak : Tidak ada kelainan -----------------------------

D. FAKTA DARI PEMERIKSAAN TUBUH BAGIAN DALAM------------


1. Rongga kepala :-----------------------------------------------------
 Kulit kepala bagian dalam : tidak ada kelainan----------------
 Tengkorak : Tidak ada kelainan -----------------------------
 Selaput keras otak : Tidak ada kelainan -----------------------
 Selaput lunak otak : Tidak ada kelainan------------------------
 Otak besar : berat otak besar seribu dua ratus gram, panjang
dua puluh tujuh sentimeter, lebar dua puluh sentimeter, tebal
tujuh koma dua sentimeter, pada pengirisan tidak ada
kelainan-------------------------------------------------------------
 Otak kecil : berat otak kecil seratus lima belas gram, panjang
enam pengirisan tidak ada kelainan-----------------------------
 Batang otak : berat dua puluh lima gram, panjang lima
sentimeter, lebar dua sentimeter, tebal tiga sentimeter, pada
pengirisan tak ada kelainan---------------------------------------

30
 Dasar tengkorak : Tidak ada kelainan--------------------------
2. Leher dan lidah bagian dalam :--------------------------------------------
a. Lidah : tampak pucat, tidak ada kelainan----
b. Kulit bagian dalam : Tidak ada kelainan---------------------
c. Otot leher bagian dalam:
- Tampak terpotong, titik pusat luka empat belas
sentimeter di atas garis mendatar yang melewati
kedua puting susu-----------------------------------------
d. Tenggorokan : Tampak terpotong, titik pusat luka
empat belas sentimeter di atas garis mendatar yang melewati kedua
puting susu-------------------------------------------------------------------
e. Kerongkongan : Tampak terpotong, titik pusat luka
empat belas sentimeter di atas garis mendatar yang melewati kedua
puting susu-------------------------------------------------------------------
f. Tulang pangkal lidah : Tidak ada kelainan.--------------------
g. Tulang-tulang rawan : Tampak terpotong, titik pusat luka
empat belas sentimeter di atas garis mendatar yang melewati kedua
puting susu-------------------------------------------------------------------
h. Tulang-tulang cincin : Tampak terpotong, titik pusat luka
empat belas sentimeter di atas garis mendatar yang melewati kedua
puting susu-------------------------------------------------------------------
3. Rongga dada : --------------------------------------------------------------------
a. Rongga dada : tidak ada perlengketan dinding dada dengan
organ, terdapat cairan berwarna kemerahan sebanyak lima puluh
milliliter di rongga dada kiri-----------------------------------------------
b. Kulit bagian dalam : terdapat resapan darah pada kulit dada
bagian kiri dengan ukuran panjang empat sentimeter dan lebar nol
koma tujuh sentimeter------------------------------------------------------
c. Otot dinding dada : terdapat resapan darah pada kulit dada
bagian kiri dengan ukuran panjang dua sentimeter dan lebar nol
koma tujuh sentimeter------------------------------------------------------

31
d. Tulang dada : tidak ada kelainan.------------------------------
e. Tulang-tulang iga : tidak ada kelainan.------------------------------
f. Paru : -------------------------------------------------------------------------
 Kanan : Terdiri dari tiga baga, ukuran panjang dua
puluh satu sentimeter, lebar sebelas sentimeter, tebal lima
sentimeter, warna pucat, perabaan seperti karet busa, berat tiga
ratus lima puluh gram, pada pengirisan tidak ada kelainan-----
 Kiri : Terdiri dari dua baga, ukuran panjang
sembilan belas sentimeter, lebar sepuluh sentimeter, tebal tiga
sentimeter, warna pucat, perabaan seperti karet busa, berat tiga
ratus gram, pada pengirisan tidak ada kelainan-------------------
g. Jantung : Jantung sebesar kepalan tangan kanan jenazah, berat tiga
ratus gram, panjang tiga belas sentimeter, lebar tujuh koma lima
sentimeter, tebal enam koma lima sentimeter, warna pucat,
permukaan jantung tidak ada kelainan-----------------------------------
 Kandung jantung : terdapat cairan berwarna kuning jernih
sebanyak dua belas mililiter, tidak ada kelainan---------------------
 Jantung kanan : katup antara serambi dan bilik kanan terdiri dari
tiga katup, ukuran panjang lingkar ketiga katup sebelas
sentimeter, tebal otot jantung kanan nol koma delapan sentimeter,
pembuluh nadi paru terdiri dari tiga katup ukuran lingkar ketiga
katup pembuluh nadi paru lima sentimeter, tidak ada kelainan----
 Jantung kiri : katup antara serambi dan bilik kiri terdiri dari dua
katup, ukuran panjang lingkar kedua katup sembilan koma lima
sentimeter, tebal otot jantung kiri satu sentimeter, pembuluh nadi
utama terdiri dari tiga katup ukuran panjang lingkar ketiga katup
tujuh sentimeter, tidak ada kelainan-----------------------------------
h. Rongga Perut : --------------------------------------------------------------
a. Kulit perut bagian dalam : terdapat resapan darah pada kulit perut bagian
dalam dengan ukuran panjang lima sentimeter dan lebar nol koma tujuh
sentimeter--------------------------------------------------------------------------

32
b. Dinding rongga perut: Terdapat genangan cairan berwarna merah pada
rongga perut bagian kiri sebanyak seratus mililiter--------------------------
c. Tirai usus : Menutupi sebagian besar usus, tidak ada kelainan ------------
d. Usus : ------------------------------------------------------------------------------
 Usus halus : Tidak ada kelainan----------------------------------
 Usus besar: Terdapat sebuah luka terbuka di usus besar kiri
bagian bawah, bentuk teratur seperti celah, pada perabaan
lebih cekung dari daerah sekitar, warna kemerahan, ukuran
panjang empat sentimeter, lebar satu sentimeter, batas luka
tegas, kedua sudut luka lancip, tepi rata, di antara kedua
tebing terdapat cairan berwarna merah, daerah sekitar luka
tidak ada kelainan--------------------------------------------------
e. Lambung : Tampak pucat, berisi cairan berwarna kuning kecoklatan,
ukuran panjang lengkung besar dua puluh delapan sentimeter, panjang
lengkung kecil dua puluh dua sentimeter, lebar dua puluh lima
sentimeter, tebal lima sentimeter, berat bersama isi dua ratus delapan
puluh gram. Lambung berisi cairan, tidak terdapat sisa makanan, tidak
ada kelainan------------------------------------------------------------------------
f. Hati : Panjang dua puluh enam sentimeter, lebar lima belas sentimeter,
berat seribu empat ratus gram, tebal lima sentimeter, warna pucat,
perabaan kenyal, tepi tajam. Pada pengirisan penampang tidak ada
kelainan----------------------------------------------------------------------------
g. Limpa : Warna pucat, perabaan kenyal, berat seratus lima puluh gram,
panjang sepuluh sentimeter, lebar tujuh sentimeter, tebal nol koma enam
sentimeter. Pada pengirisan penampang tidak ada kelainan----------------
h. Kantung empedu : ukuran panjang sepuluh sentimeter, lebar lima
sentimeter, terdapat cairan berwarna hijau sebanyak tiga puluh mililiter,
tidak ada kelainan-----------------------------------------------------------------
i. Pankreas : ukuran panjang lima puluh sentimeter, lebar lima sentimeter,
tebal satu koma satu senti meter, perabaan kenyal, pada pengirisan
penampang tidak ada kelainan--------------------------------------------------

33
j. Ginjal : Selaput pembungkus ginjal kanan dan ginjal kiri sulit dilepaskan,
tidak ada kelainan-----------------------------------------------------------------
 Ginjal kanan : berwarna pucat, permukaan licin, perabaan kenyal,
ukuran panjang dua belas sentimeter, lebar delapan sentimeter, tebal
tiga sentimeter, berat seratus tiga puluh gram. Pada pengirisan
penampang tidak ada kelainan---------------------------------------------
 Ginjal kiri : berwarna pucat, permukaan licin, perabaan kenyal
ukuran panjang dua belas sentimeter, lebar delapan sentimeter, tebal
tiga sentimeter, berat seratus dua puluh gram. Pada pengirisan
penampang terdapat resapan darah dengan ukuran panjang tiga
sentimeter dan lebar satu sentimeter--------------------------------------
5. Rongga Panggul :-------------------------------------------------------------------
a. Kandung kemih : terisi air kencing sebanyak tiga belas mililiter, tidak
ada kelainan----------------------------------------------------------------------
b. Prostat: terdiri dari dua lobus, permukaan rata, berat empat puluh gram,
ukuran panjang empat sentimeter, lebar tiga sentimeter, tebal dua
sentimeter, tidak ada kelainan--------------------------------------------------
E. FAKTA DARI PEMERIKSAAN PENUNJANG----------------------------
Selain fakta-fakta diatas,guna lebih memperjelas hasil pemeriksaan maka
kami mengambil sampel dari tubuh jenazah untuk dilakukan pemeriksaan
golongan darah, pemeriksaan tes narkoba dan alkohol. Sampel yang kami
kirim berupa : ------------------------------------------------------------------------
1. Darah sebanyak tiga mililiter -----------------------------------------------
2. Urin sebanyak lima mililiter ------------------------------------------------
Hasil pemeriksaan laboratorium : -------------------------------------------------
1. Golongan darah : A----------------------------------------------------------
2. Hasil negatif pada tes narkoba ---------------------------------------------
3. Hasil negatif pada tes alkohol ----------------------------------------------

34
KESIMPULAN ------------------------------------------------------------------------------
Berdasarkan fakta-fakta yang kami temukan dari pemeriksaan jenazah tersebut,
maka kami simpulkan bahwa telah diperiksa jenazah laki-laki, umur kurang lebih
tiga puluh tahun, warna kulit sawo matang, kesan gizi cukup. Dari pemeriksaan
luar dan dalam di temukan tanda-tanda kekerasan tumpul berupa luka memar pada
pipi sebelah kiri, resapan darah pada perut bagian dalam dan kekerasan tajam
berupa luka robek pada dada kiri, perut bagian bawah kanan dan kiri, serta luka
potong pada leher dan perut, sebab kematian adalah kehilangan banyak darah akibat
robeknya pembuluh nadi besar leher dan perut-------------------------------------------
PENUTUP:------------------------------------------------------------------------------------
Demikianlah keterangan tertulis ini saya buat dengan sesungguhnya, dengan
mengingat sumpah sewaktu menerima jabatan sebagai dokter.-------------------------
Jambi, 16 Maret 2017
Dokter yang memeriksa,

dr. Reissa Amira Pratiwi


NIP. G1A217018

35
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kasus di atas ditemukan :
A. Hasil pemeriksaan luar
1. Terdapat tanda-tanda kekerasan benda tumpul.
- Terdapat sebuah luka memar pada pipi sebelah kiri. Titik pusat terletak
empat sentimeter di sebelah kiri garis tengah tubuh dan lima sentimeter
di bawah garis yang melewati kedua sudut mata. Bentuk tidak teratur,
ukuran panjang enam sentimeter, lebar lima koma lima sentimeter, pada
perabaan sama seperti kulit sekitar, warna merah kebiruan, daerah
sekitar luka tidak ada kelainan.
2. Terdapat tanda-tanda kekerasan benda tajam.
- Terdapat sebuah luka potong pada leher, titik pusat luka empat belas
sentimeter di atas garis mendatar yang melewati kedua puting susu,
bentuk bulat, diameter sepuluh sentimeter, tepi luka rata, batas tegas,
tebing luka terdiri dari kulit, jaringan lemak, jaringan ikat, jaringan otot,
tulang serta organ seperti tenggorokan, kerongkongan, pembuluh nadi
dan pembuluh balik leher yang terpotong, di antara kedua tebing tidak
terdapat jembatan jaringan, warna kemerahan, daerah sekitar tidak ada
kelainan.
- Terdapat beberapa luka terbuka di dada bagian kiri:
 Luka terbesar titik pusat terletak enam sentimeter di sebelah kiri
garis tengah tubuh, satu sentimeter di bawah garis mendatar yang
melewati kedua puting susu, bentuk teratur seperti celah, ukuran
panjang lima sentimeter, lebar satu sentimeter, kedalaman tiga
sentimeter, pada perabaan lebih cekung dari kulit sekitar, warna
kemerahan, batas luka tegas, tepi rata, kedua sudut lancip, tebing
rata terdiri dari kulit, lemak, jaringan ikat, di antara kedua tebing
tidak terdapat jembatan jaringan, dasar luka jaringan otot, bila luka
dirapatkan dapat rapat sempurna, membentuk garis lurus, panjang

36
lima koma lima sentimeter, lebar nol koma satu sentimeter, daerah
sekitar luka tidak ada kelainan
 Luka terkecil titik pusat terletak dua sentimeter di sebelah kiri garis
tengah tubuh, tiga sentimeter di atas garis mendatar yang melewati
kedua puting susu, bentuk teratur seperti celah, ukuran panjang satu
sentimeter, lebar satu sentimeter, kedalaman dua sentimeter, pada
perabaan lebih cekung dari kulit sekitar, warna kemerahan, batas
luka tegas, tepi rata, kedua sudut lancip, tebing rata terdiri dari kulit,
lemak, jaringan ikat, di antara kedua tebing tidak terdapat jembatan
jaringan, dasar luka jaringan otot, bila luka dirapatkan dapat rapat
sempurna, membentuk garis lurus, panjang tiga koma lima
sentimeter, lebar nol koma satu sentimeter, daerah sekitar luka tidak
ada kelainan
- Terdapat sebuah luka potong pada perut bagian bawah, titik pusat luka
sepuluh sentimeter di bawah garis mendatar yang melewati pusar,
bentuk bulat, diameter empat puluh sentimeter, tepi luka rata, batas
tegas, tebing luka terdiri dari kulit, jaringan lemak, jaringan ikat,
jaringan otot, serta organ seperti usus besar, saluran ginjal, serta
pembuluh darah besar perut, di antara kedua tebing tidak terdapat
jembatan jaringan, warna kemerahan, daerah sekitar tidak ada kelainan.
- Terdapat beberapa luka terbuka di perut bagian bawah:
 Luka terbesar titik pusat terletak delapan sentimeter di sebelah kiri
garis tengah tubuh, satu sentimeter di bawah garis mendatar yang
melewati pusar, bentuk teratur seperti celah, ukuran panjang lima
koma lima sentimeter, lebar satu sentimeter, kedalaman tujuh
sentimeter, pada perabaan lebih cekung dari kulit sekitar, warna
kemerahan, batas luka tegas, tepi rata, kedua sudut lancip, tebing
rata terdiri dari kulit, lemak, jaringan ikat, otot, di antara kedua
tebing tidak terdapat jembatan jaringan, dasar luka tidak dapat
ditentukan, bila luka dirapatkan dapat rapat sempurna, membentuk

37
garis lurus, panjang enam sentimeter, lebar nol koma satu
sentimeter, daerah sekitar luka tidak ada kelainan.
 Luka terkecil titik pusat terletak enam sentimeter di sebelah kanan
garis tengah tubuh, dua sentimeter di bawah garis mendatar yang
melewati pusar, bentuk teratur seperti celah, ukuran panjang dua
koma lima sentimeter, lebar satu sentimeter, kedalaman tiga
sentimeter, pada perabaan lebih cekung dari kulit sekitar, warna
kemerahan, batas luka tegas, tepi rata, kedua sudut lancip, tebing
rata terdiri dari kulit, lemak, jaringan ikat, otot, di antara kedua
tebing tidak terdapat jembatan jaringan, dasar luka tidak dapat
ditentukan, bila luka dirapatkan dapat rapat sempurna, membentuk
garis lurus, panjang tiga sentimeter, lebar nol koma satu sentimeter,
daerah sekitar luka tidak ada kelainan.
B. Hasil pemeriksaan dalam
- Pada otot leher bagian dalam, tenggorokan, kerongkongan, tulang-
tulang rawan, tulang-tulang cincin tampak terpotong, titik pusat
luka empat belas sentimeter di atas garis mendatar yang melewati
kedua puting susu.
- Pada rongga dada kiri terdapat cairan berwarna kemerahan sebanyak
lima puluh milliliter.
- Pada kulit bagian dalam dada kiri terdapat resapan darah pada kulit
dada bagian kiri dengan ukuran panjang empat sentimeter dan lebar
nol koma tujuh sentimeter.
- Pada otot dinding dada kiri terdapat resapan darah pada kulit dada
bagian kiri dengan ukuran panjang dua sentimeter dan lebar nol
koma tujuh sentimeter.
- Kulit perut bagian kiri sebelah dalam terdapat resapan darah dengan
ukuran panjang lima sentimeter dan lebar nol koma tujuh sentimeter.
- Pada dinding rongga perut terdapat genangan cairan berwarna merah
pada rongga perut bagian kiri sebanyak seratus mililiter.

38
- Pada usus besar kiri terdapat sebuah luka terbuka di bagian bawah,
bentuk teratur seperti celah, pada perabaan lebih cekung dari daerah
sekitar, warna kemerahan, ukuran panjang empat sentimeter, lebar
satu sentimeter, batas luka tegas, kedua sudut luka lancip, tepi rata,
di antara kedua tebing terdapat cairan berwarna merah, daerah
sekitar luka tidak ada kelainan.
- Pada pengirisan penampang ginjal kiri terdapat resapan darah
dengan ukuran panjang tiga sentimeter dan lebar satu sentimeter.
C. Hasil Pemeriksaan Penunjang
- Golongan darah : A
- Hasil negatif pada tes narkoba
- Hasil negatif pada tes alkohol

39
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Kasus mutilasi pada korban berjenis kelamin laki – laki tersebut terbukti
termasuk tindak pidana kasus pembunuhan terkait pasal Pasal 338 KUHP yang
menyebutkan perbuatan mutilasi yang dilakukan serta merta dan berakibat matinya
korban dan pasal 340 KUHP yang menyebutkan perbuatan mutilasi sebelumnya
telah direncanakan terlebih dahulu dan setelah dijalankan berakibat matinya
korban.
Peran dokter pada kasus tersebut adalah untuk memberikan keterangan ahli
Untuk menemukan kebenaran materil. Tujuannya membantu penyidik menentukan
apakah suatu peristiwa merupakan tindak pidana atau bukan, sedangkan pada
tingkat penyidikan membantu penyidik mengumpulkan bukti – bukti supaya
dengan bukti itu perkaranya menjadi jelas dan pelakunya dapat ditangkap.

5.2 Saran
1. Bagi pendidikan diharapkan mahasiswa/i kepaniteraan klinik yang sedang
menjalani masa klinik di bagian forensik dan medikolegal agar dapat memahami
ilmu kedokteran forensik dan juga ilmu hukum kesehatan yang berkaitan.
2. Sebaiknya seorang dokter atau calon dokter tidak hanya mempelajari ilmu
kedokteran tetapi juga mengetahui hukum kesehatan.

40
DAFTAR PUSTAKA

1. Chazawi Adami. Kejahatan Tubuh dan Nyawa. PT.Raja Grafindo


Persada, Jakarta; 2000
2. Huewiz Stephan. Disadur oleh, Muljatno N. Kriminologi. Bina
Aksara, Jakarta; 1986
3. Widiyanti Ninik. Wastika Yuius. Perkembangan Kejahatan dan
Masalahnya ditinjau dari Kriminologi dan sosial, Pradnya
Paramita. Jakarta; 1987
4. Faal M. Penyeringan Perkara Pidana Oleh Polisi. PT. Pradnya
Paramita. Jakarta; 1991.
5. Bawengan G.W. Pengantar Psikologi Krominal. PT. Pradnya
Paramita, Jakarta; 1991
6. Yuwono Soesilo, Penyelesaiaan Perkara Pidana Berdasarkan
KUHAP. Alumni Bandung; 1982
7. Soesilo R. Taktik dan Teknik dalam Penyidikan Perkara Kriminal.
Politea, Bogor. 1989
8. Santosa. Kejahatan dalam. Jakarta; 1987
9. Simandjuntak B. Pengantar Krimonologi dan Patologi Sosial. Tarsito.
Jakarta; 1981
10. Anwar Yesmil, Andang. Sistem Peradilan Pidana. Widya Padjadjaran.
Bandung; 2009

41

You might also like