You are on page 1of 20

SATUAN ACARA PENYULUHAN PIJAT OKSITOSIN PADA IBU

POST PARTUM DI RUANG DAHLIA RSD dr. SOEBANDI


JEMBER

disusun untuk menyelesaikan tugas Program Profesi Ners


Stase Keperawatan Maternitas

Oleh
Sintya Ayu Puspitasari, S.Kep NIM132311101049
Bagus Arditya Husadha, S.Kep NIM132311101060
Dinar Izzati Silvia Putri I, S.Kep NIM1423111011142
Nikmatul Khoiriyah, S. Kep NIM 1223111010....
Raisya Nadirawati, S.Kep NIM 162311101308

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2017/2018

BERITA ACARA
Pada hari ini, ............. tanggal ...... Juli 2018 jam ...,... s.d. ...,... WIB
bertempat di Ruang Dahlia RSD dr. Soebandi telah dilaksanakan Kegiatan
Pendidikan Kesehatan tentang Pijat Oksitosin pada Ibu Post Partum. Kegiatan ini
diikuti oleh __orang (daftar hadir terlampir)

Jember, Juli 2018


Pembimbing Akademik Stase Pembimbing Klinik Ruang Dahlia
Keperawatan Maternitas RSD dr. Soebandi Jember
Fakultas Keperawatan
Universitas Jember

....................................................... .....................................................
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN
PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2018/2019

DAFTAR HADIR

Kegiatan Pendidikan Kesehatan tentang Pijat Oksitosin pada Ibu Post


Partum oleh Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Jember. Pada hari ini,
....... tanggal ....... Juli 2018 pukul...,.... s.d. ....,.... WIB bertempat di Ruang Dahlia
RSD dr. Soebandi Kabupaten Jember

NO. NAMA ALAMAT TANDA TANGAN


1. 1.
2. 2.
3. 3.
4. 4.
5. 5.
6. 6.
7. 7.
8. 8.
9. 9.
10. 10.
11. 11.
12. 12.
13. 13.
14. 14.
15. 15.
16. 16.
17. 17.
18. 18.
19. 19.
20. 20.

Jember, Juli 2018


Pembimbing Klinik Ruang VK Bersalin
RSD dr. Soebandi Jember

...........................................
SATUAN ACARA PENYULUHAN
( SAP )
A. Pokok Bahasan/ Topik : Pijat Oksitosin
B. Sasaran : Ibu Post Partum
C. Tempat : Ruang Dahlia
D. Tanggal : ........,....Juli 2018
E. Waktu : Pukul 09.00 WIB
F. Penyuluh : Mahasiswa Profesi Keperawatan

I. Tujuan Instruksinal Umum


Setelah di lakukan tindakan pendidikan kesehatans selama 1x 30 menit,
di harapkan klien dan keluarga mampu memahami tentang pijat oksitosin
sesuai dengan petunjuk yang diberikan

II. Tujuan Instruksinal Khusus


a. Menjelaskan pentingnya perawatan payudara
b. Menjelaskan kembali pengertian pijat oksitosin
c. Menjelaskan manfaat pijat oksitosin

III. Analisa Situasi


1. Peserta penyuluhan adalah ibu post partum rawat inap di Ruang Dahlia
RSD. Dr. Soebandi Jember.
2. Ibu dengan post partum siap mengikuti penyuluhan kesehatan dari
mahasiswa.
3. Ibu dengan post partum sangat antusias dalam mengikuti penyuluhan
terbukti dengan adanya beberapa pertanyaan yang disampaikan.
4. Penyuluhan dikatakan berhasil karena saat dievaluasi keluarga klien
mampu mengulang kembali penjelasan yang diberikan oleh mahasiswa
yang menyuluh.
5. Penyuluh Mahasiswa Profesi Keperawatan Unej yang praktek keperawatan
dan bertanggung jawab terhadap Ibu Post Partum yang dibuktikan dengan:
a. Mahasiswa menguasai materi yang disampaikan.
b. Mahasiswa mampu membuat suasana menarik saat penyuluhan
berlangsung
IV. Materi terlampir
V. Metode
Ceramah, tanya jawab dan diskusi.

VI. Media
Lembar Balik dan Leafleat.

VII. Pelaksanaan

No. Kegiatan Penyuluhan Peserta

1 Pembukaan  Mengucapkan salam  Menjawab salam


 Memperkenalkan diri
(waktu + 5  Menyimak
 Menjelaskan tujuan
menit)
penyuluhan
 Memberikan waktu untuk
 Menyimak
tanya jawab

2 Inti (waktu + 20  Menjelaskan kembali  Menyimak


menit) tentang pentingnya penjelasan
perawatan payudara.
 Menjelaskan kembali
pengertian pijat oksitosin.  Bertanya
 Menjelaskan manfaat pijat
 Menyimak
oksitosin.

3 Penutup  Memberikan kesempatan  Menjawab


kepada peserta untuk pertanyaan
(waktu + 15
bertanya  Menyimak
menit)
 Memberikan reward kesimpulan
 Mengucapkan terima kasih  Menjawab salam
&
 salam penutup.
VII. Evaluasi
1. Evaluasi Persiapan
a. Materi sudah siap 1 hari sebelum penkes
b. Media sudah siap 1 hari sebelum penkes
c. Tempat sudah siap 1 hari sebelum penkes
d. SAP sudah jadi sebelum penkes
2. Evaluasi Proses
a. Peserta hadir tepat waktu
b. Peserta kooperatif serta aktif bertanya
c. Media digunakan secara efektif
3. Evaluasi Hasil
a. Menjelaskan kembali pentingnya perawatan payudara
b. Menjelaskan kembali pengertian pijat oksitosin
c. Menjelaskan kembali manfaat pijat oksitosin
MATERI PIJAT OKSITOSIN

A. Perilaku menyusui bayi


Menyusui merupakan respon perilaku bayi yang komplek yang
menunjukan cara bayi memperolah makanan. Bayi baru lahir mempunyai
kemampuan yang unik yaitu mampu memindahkan susu dari payudara ibunya.
Bayi menunjukan adaptasi yang luar biasa. Perilaku menyusu bayi
dimulai segera setelah lahir, yaitu (Walker,2002):
a. 15 menit, bayi menunjukan reflak mencari (roots) dan raflek menghisap
(suck)
b. 34 menit, bayi menunjukan gerakan tangan di mulut
c. 55 menit bayi menunjukan gerakan menyusu dan spontan attachment
Selain perilaku menyusui pada beberapa jam pertama setelah lahir bayi
menunjukan perilaku:
a. Lahir – 2 jam dalam keadaan terjaga
b. 2-20 jam bayi mengantuk dan tertidur nyenyak
c. Setelah 20 jam bayi berada dalam keadaan continum of state.

Perawatan Payudara
a. Definisi
Melakukan perawatan payudara setelah melahirkan atau pada masa nifas.
Perawatan payudara pada ibu post partum sangat diperlukan untuk
merawat puting payudara agar bersih dan tidak mudah lecet,
mempertahankan kelancaran ASI serta menstimulasi reflex oksitosin
untuk memperlancar produksi ASI.
b. Tujuan
Tujuan perawatan payudara antara lain :
- Membantu mengurangi pembengkakan payudara
- Memperlancar pengeluaran ASI
- Menjaga kebersihan payudara, terutama kebersihan puting susu agar
terhindar dari infeksi
- Mengetahui secara dini kelainan puting susu (datar) dan memperbaiki
bentuk puting susu sehingga bayi dapat menyusu dengan baik
- Mencegah bendungan ASI
Segeralah atasi keluhan yang muncul agar tidak semakin parah. Adapun
keluhan yang umum terjadi saat menyusui adalah :

1) Payudara bengkak atau keras


Hal ini biasanya ditimbulkan akibat produksi ASI yang berlebihan
tetapi belum dihisap oleh bayi atau akibat adanya sumbatan.
Kompreslah payudara dengan air hangat selama beberapa menit,
setelah itu keluarkan ASI sedikit secara manual lalu menyusui bayi.
2) Puting terasa perih
Bila hal ini terjadi, batasi setiap waktu menyusu selama 10 menit atau
hentikan kegiatan menyusui (minimal 24 jam) agar tidak terjadi
infeksi. Jaga payudara dalam kondisi kering, saat masih terluka
gunakan pelindung puting yang terbuat dari bahan karet lunak saat
menyusui. Pastikan cara dan posisi menyusui bayi sudah tepat ,
masukkan semua bagian puting sampai areola ke dalam mulut bayi.
3) Air susu merembes
Adanya air susu yang merembes selain mengurangi keindahan
penampilan juga kurang baik bagi kesehatan ibu dan bayi. Payudara
yang lembab bisa menjadi media yang efektif bagi bakteri dan jamur
sehingga mudah menimbulkan iritasi dan infeksi. Untuk
menghindarinya pilihlah breast pad (bantalan dalam BH) dengan bahan
yang halus dan berdaya serap baik. Jangan lupa sering mengganti
breast pad minimal 2 kali sehari. Pemakaian BH tidak boleh terlalu
ketat karena dapat menekan payudara dan membuat tidak nyaman.
4) Puting tenggelam
Bagi ibu yang memiliki puting susu datar dianjurkan untuk melakukan
gerakan menarik puting susu secara manual dan dilakukan rutin hingga
puting susu menonjol.
Cara Menilai Proses Menyusui (Walker, 2002)

Menyusui merupakan salah satu upaya pemberian nutrisi pada bayi.


Proses menyusui yang tepat akan memberikan nutrisi yang adekuat pada bayi.
Penilaian Proses menyusui akan membantu petugas kesehatan dalam
menentukan apakah seorang ibu membutuhkan bantuan atau tidak. Selain itu,
petugas kesehatan juga dapat melihat tingkat kebenaran atau kekeliruan proses
menyusui yang dilakukan oleh ibu. Penilaian ini dilakukan dengan pengamatan
proses menyusui ibu dan pertanyaan-pertanyaan tentang proses menyusui,
seperti:
a. Bagaimana ibu memegang bayinya.
b. Bagaimana respon bayi.
c. Bagaimana ibu meletakan bayinya.
d. Bagaimana ibu memegang payudaranya saat menyusui.
e. Apakah si bayi terlihat menempel dengan baik di payudaranya.
f. Apakah menghisap efektif.
g. Bagaimana penyusuan berakhir/selesai.
h. Apakah bayi tampak puas.
i. Bagaimana kondisi payudara ibu.
j. Bagaimana penyusuan dirasakan oleh ibu.
Keberhasilan proses menyusui dapat dinilai dari perkembangan
kemampuan ibu dalam mengenali kapan dan bagaimana menyusui bayinya.
Penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan MBA scoring system
(Mother-Baby Assessment) yang dikembangkan oleh Mulford (Walker, 2002).
Komponen yang dievaluasi dalam MBA scoring system antara lain:
a).Mengenali (signaling) tanda-tanda awal menyusui
Kriteria/hal yang dikaji pada signaling antara lain: 1) ibu melihat dan
mendengar kecapan bayi, ia akan memeluk, menggoyang, atau bicara dengan
bayi, atau ia akan menstimulasi bayi jika bayi mengantuk dan menenangkan
bayi jika dia ribut; 2) Bayi menunjukan kesiapan seperti terjaga, rooting
(mencari), sucking (menghisab), tangan di mulut, suara mengecap, atau
menangis.
b).Posisi (positioning)
Kriteria/ hal yang dikaji pada positioning antara lain: 1) Ibu memeluk bayi
dengan nyaman, latch-on baik (puting menenpel dengan baik), tubuh bayi lurus,
menghadap tubuh ibu, kepala dan bayi disangga dengan baik oleh ibu; 1) Bayi
mencari payudara dengan baik, mulut terbuka lebar.
c).Perlekatan bayi dengan payudara ibu (Fixing)
Kriteria/hal yang dikaji pada fixing antara lain:
1) Ibu memegang payudaranya dan membantu bayi dengan mendekatkan
payudara saat mulut bayi terbuka lebar atau mungkin meneteskan ASI.
2) Bayi menempel (lacth-on), puting dan areola masuk ke mulut sebanyak
kurang lebih 2 cm , kemudian menghisab.
d).Transfer susu (milk transfer)
Kriteria hal yang diakaji pada milk transfer antara lain: 1) Ibu melaporkan tanda-
tanda seperti; haus atau kram uteri atau peningkatan lochea atau sakit pada
payudara atau rileks dan mengantuk; susu mungkin keluar dari payudara yang
tidak dihisap; 2) Terdengar tegukan bayi, susu terlihat di mulut, bayi mungkin
akan mengeluarkan ludah; terjadi perubahan call-up sucking rate yang cepat
(dua hisapan tiap detik) menjadi nutritive sucking (satu hisapan per detik).
e).Pengakhiran proses penyusuan (Ending)
Kriteria hal yang dikaji pada e n d i n g antara lain: 1) Payudara ibu nyaman; dia
membiarkan bayinya menyusu hingga selesai; setelah menyusui, payudaranya
lebih lembut; tidak ada bengkak, engorgement, ataupun lecet pada putting; 2)
Bayi melepas payudara secara spontan, terlihat puas. Bayi tidak menunjukan
refleks mencari ketika distimulasi. Wajah, lengan dan tangan bayi rileks; bayi
mungkin tertidur.

Faktor yang Mempengaruhi Proses Menyusui


Keberhasilan proses menyusui dipengarahi oleh berbagai faktor.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Calvacante dkk (2005), faktor resiko
yang mengganggu menyusui (ineffective breastfeeding) antara lain:
a. Biologikal
1. Nutrisi ibu hamil
Pada ibu postpartum yang mengalami malnutrisi berat seperti anemia, akan
mengalami kelemahan fisik, sehingga proses menyusui menjadi terganggu. Selain
itu malnutrisi maternal akan menyebabkan cara kelahiran bayi dengan berat badan
lahir rendah (BBLR) atau bahkan prematuritas. Pada BBLR dan prematuritas,
refleks-refleks primitiv seperti refleks hisap dan telan umumnya belum sempurna,
sehingga proses menyusui menjadi terganggu.
2. Anomali payudara
Bentuk payudara yang abnormal sering mengganggu proses menyusui. Puting
susu ibu yang mendatar (inverted) akan menghambat proses menyusui. Bayi
mengalami kesulitan untuk lacth on dan kadang-kadang menyebabkan bingung
puting. Selain puting yang datar, puting yang nyeri (pain nipple), engorgement,
juga akan menghambat proses menyusui.
3. Faktor genetik dan penyakit kongenital
Bayi dengan kalainan genetik seperti sindrom down's atau Pierre robin
juga akan mengalarni gangguan proses menyusui. Pada sindrom down's, bayi
memiliki lidah yang pendek sehingga reflex hisap kurang kuat. Selain itu
kadang-kadang juga disertai gangguan jantung yang menyebabkan bayi
sianosis.
Penyakit kongenital yang sering dialami pada bayi baru lahir yang dapat
mengganggu proses menyusui antara lain bibir dan palatum sumbing (cleft lip
and palate) dan choanal atresia. Pada bayi dengan bibir sumbing dan palatum
akan mengalami gangguan pada saat menghisap. Bayi umumnya mengalami
menghisap yang tidak efektif (ineffective suckling), sehingga akan mengganggu
proses menyusui. Penyakit kongenital lain yang juga dialami bayi baru lahir
adalah kelainan jantung bawaan seperti VSD, ASD, TOF, PDA, dan lain-lain.
Pada bayi yang mengalami kelainan jantung bawaan akan mudah lelah,
mengalami peningkatan kerja jantung sehingga heart rate dan respirasi rate
meningkat, dan kadang-kadang mengalami sianosis.
Selain kelainan kongenital dan genetik, anomali pada bayi juga
menyebabkan gangguan proses menyusui. Pada bayi-bayi ini mungkin
mengalami gangguan refleks hisap, sehingga proses menyusui terganggu.
b. Psikologikal
Faktor-faktor psikologikal yang sering mengganggu proses menyusui
antara lain: kecemasan pada ibu hamil (maternal anxiety), ketakutan ibu hamil
(maternal fear), gangguan emosi ibu hamil, depresi postpartum, dan kelahiran
anak yang tidak diinginkan. Ibu yang mengalami gangguan psikologi seperti
hal-hal di atas akan terganggu proses menyusuinya. Mereka mungkin
mengalami gangguan proses fikir ataupun orientasi sehingga sulit untuk
berkonsentrasi. Salah satu cara untuk meningkatkan hormon oksitosin adalah
dengan meningkatkan psikologis ibu, maka adanya dukungan suami dalam
memberikan pijat oksitosin diperlukan selama ibu menyusui.
c. Sosial
1. Susu formula pengganti ASI
Promosi susu formula untuk bayi yang gencar di media massa juga
berpengaruh terhadap keputusan pemberian ASI. Pemberian makanan pra laktal
seperti susu formula pada bayi baru lahir akan berpengaruh terhadap proses
menyusui.
2. Kurang pengetahuan
Tingkat pengetahuan ibu yang tinggi tentang proses menyusui akan
berpengaruh terhadap proses pemberian ASI pada bayi. Pengaruh orang
lain, misalnya dari orang tua, mertua, saudara ipar, dokter, petugas kesehatan
atau pun yang lain.
Tingkat pengetahuan ibu dan dukungan sosial yang rendah akan
mengganggu proses menyusui ibu. Ketidaktahuan mengenai proses manyusui
dan ASI pada ibu akan menyebabkan ibu tidak percaya diri sehingga mudah
menyerah pada awal belajar menyusui. Dukungan yang tidak adekuat dari orang
di sekitar ibu juga berperan dalam kegagalan menyusui. Selain itu peran
pasangan dalam pembuatan keputusan untuk menyusui atau memberikan susu
formula juga akan berpengaruh pada proses menyusui ibu.
Pengalaman menyusui sebelumnya juga akan berpengaruh terhadap proses
menyusui selanjutnya. Ibu yang mengalami kegagalan pada proses menyusui
sebelumnya menjadi kurang percaya diri.
3. Perubahan gaya hidup
Perubahan gaya hidup di era giobalisasi mempengaruhi proses
menyusui ibu. Ibu banyak yang bekerja di luar rurnah, dan umumnya tempat-
tempat bekerja tersebut tidak menyediakan tempat untuk menyusui, sehingga
mereka menganggap bahwa menyusui menjadi merepotkan dan memalukan.
d. Ekonomikal
Faktor ekonomikal meliputi: kemiskinan, kelaparan, dan distribusi
income dan kesempatan yang tidak adekuat. Kemiskinan dan kelaparan membuat
ibu berhenti menyusui karena terpaksa bekerja untuk mencari uang dan membantu
meningkatkan penghasilan keluarga.
Tinjauan tentang dukungan suami dan pijat oksitosin
Pentingnya peran ayah dalam mendukung ibu selama memberikan
ASI memunculkan istilah breastfeeding father atau ayah menyusui. Jika ibu
merasa didukung, dicintai, dan diperhatikan, maka akan muncul emosi positif
yang akan meningkatkan produksi hormon oksitosin sehingga produksi ASI pun
lancar. Membantu ibu saat mulai proses menyusui, memberi waktu ibu untuk
beristirahat dan memberi kenyamanan sehingga meningkatkan psikologis ibu.
Dukungan suami terhadap ibu bertujuan untuk menggugah hormon
oksitosin. Untuk kelancaran proses menyusui diperlukan kerja gabungan antara
hormon prolaktin dan oksitosin. Reflek prolaktin berguna untuk merangsang
kelenjar susu untuk memproduksi ASI sedangkan oksitosin berfungsi
melancarkan ASI yang keluar dari payudara. Tanpa hormon oksitosin, bayi akan
kesulitan menyusu karena ASI tidak lancar.
Hari pertama setelah melahirkan, ibu mengalami kelelahan fisik dan
mental. Akibatnya, ibu merasa cemas, tidak tenang, hilang semangat, dan
sebagainya. Ini merupakan hal normal yang perlu diantisipasi suami maupun
pihak keluarga. Namun dalam beberapa kasus, terutama pada anak pertama,
banyak ayah yang lebih sibuk dengan bayinya daripada memperhatikan kebutuhan
sang istri. Jika kondisi ini terus-menerus berlanjut maka ibu akan merasa bahwa
perhatian suami padanya telah menipis sehingga muncul asumsi-asumsi negatif.
Terutama yang terkait erat dengan penampilan fisiknya setelah bersalin.
Tubuh yang dianggap tak lagi seindah dulu membuat suami lebih
mencintai anak daripada dirinya sebagai istri. Perasaan negatif ini akan membuat
refleks oksitosin menurun dan produksi ASI pun terhambat. Sehingga untuk
meningkatkan pengeluaran hormon oksitosin diperlukan dukungan ayah selama
proses menyusui.
Hormon oksitosin disebut juga ‘hormon kasih sayang’ karena hampir 80%
hormon ini dipengaruhi oleh pikiran ibu (positif atau negatif). Pikiran negatif ibu
akan menghambat pengeluaran hormon ini, demikian pula sebaliknya. Jadi bila
seorang ibu berpikir ASI-nya kurang, oksitosin akan turun dan ASI tak banyak
dialirkan kedalam sinus laktiferus. Jalan somatosensori untuk merangsang refleks
pengeluaran oksitosin.
Ketika bayi menyusu, memicu mengalirnya hormon oksitosin yang
melepaskan air susu ibu (ASI). Secara bersamaan dapat mendorong peraaan
dicintai serta keperayaan dalam diri ibu dalam memastikan terpenuhinya
kebutuhan bayi. Refleks semacam itu telah lama menjadi teka-teki karena
mendorong pengeluaran oksitosin dalam jumlah besar. Dengan menggunakan
program komputer khusus, para peneliti dari Cina, Prancis, Itali dan Inggris
berhasil memahami cara kerjanya.
Penelitian yang dilakukan para ahli tersebut dilaporkan pada jurnal PLoS
Computational Biology. Kesimpulannnya, proses menyusui tidak hanya membuka
jalan untuk perkembangan sel otak, termasuk mengeluarkan oksitosin.Proses
menyusui juga menghasilkan dendrites, yang tugasnya membentuk hubungan
komunikasi antara sel otak untuk menghasilkan hormon. Meningkatnya hubungan
antara neuron dan pembentukan pusat produksi oksitosin menghasilkan ledakan
pengeluaran hormon sewaktu-waktu.
Kerja dari hormon oksitosin dipengaruhi pikiran dan perasaan ibu. Dengan
demikian untuk tercapainya proses menyusui yang lancar, ibu harus dalam
keadaan tenang, nyaman, dan senang saat menyusui. Untuk itu diperlukan peran
ayah dalam memberikan dukungan kepada ibu terutama saat menyusui, sehingga
ibu akan dijalari perasaan dicintai dan diperhatikan. Keadaan tersebut membuat
ibu senang, sehingga reflek oksitosin akan bekerja dengan baik dan ASI akan
keluar dengan lancar.
Refleks turunnya susu penting dalam menjaga kestabilan produksi ASI,
tetapi dapat terhalangi apabila ibu mengalami stres. Oleh karena itu sebaiknya ibu
tidak mengalami stres. Refleks turunnya susu yang kurang baik adalah akibat dari
puting lecet, terpisah dari bayi, pembedahan payudara sebelum melahirkan, atau
kerusakan jaringan payudara. Apabila ibu mengalami kesulitan menyusui akibat
kurangnya refleks ini, dapat dibantu dengan pemijatan payudara, penghangatan
payudara dengan mandi air hangat, atau menyusui dalam situasi yang tenang,
suami memberi perhatian dengan memberi pijat oksitosin.
Breastfeeding father bisa diwujudkan dengan menggendong bayi,
memberikan sentuhan lembut pada punggung ibu pada saat menyusui, memijat
punggung ibu ketika lelah menyusui sangat membantu dalam proses pemberian
ASI Sentuhan tersebut memberikan kenyamanan pada ibu. Secara psikologis
perasaan tersebut membantu kelancaran proses keluarnya ASI. Kenyamanan pada
diri ibu bisa menular pada bayi sehingga akan menyusu dengan lebih baik. Secara
fisiologis hal tersebut meningkatkan hormon oksitosin yang mengirimkan sinyal
ke otak untuk memproduksi ASI. Hal ini juga menimbulkan bonding antara ayah
dan bayi.
Dukungan tersebut bisa diwujudkan dengan memberikan pijatan pada
punggung minimal 1-2 kali setiap selesai menyusui. Jadi, peran ayah memang
cukup berpengaruh dalam proses menyusui. Keberhasilan menyusui adalah
keberhasilan sang ayah, dan kegagalan menyusui adalah kegagalan sang ayah.
Pijat oksitosin adalah tindakan yang dilakukan oleh suami pada ibu
menyusui yang berupa back massage pada punggung ibu untuk meningkatkan
pengeluaran hormon oksitosin. Pijat oksitosin yang dilakukan oleh suami akan
memberikan kenyamanan pada ibu sehingga akan memberikan kenyamanan pada
bayi yang disusui. Adapun cara kerjanya sebagai berikut, (Suherni, dkk, 2007):
 Memberitahu ibu, membantu ibu secara psikologis
 Membangkitkan rasa percaya diri
 Membantu ibu agar mempunyai pikiran dan perasaan baik tentang bayinya
 Menstimulir putting susunya, dengan menarik secara pelan-pelan dan memutar
putting susu dengan jari-jarinya.
 Mengusap ringan payudara
 Ibu duduk bersandar kedepan melipat lengan diatas meja didepannya dan
meletakkan kepalanya diatas lengannya.
 Payudara tergantung lepas tanpa baju
 Suami menggosoki kedua sisi tulang belakang dengan menggunakan kepalan
tinju kedua tangan dan ibu jari menghadap kearah atas/depan.
 Suami menekan dengan kuat, membentuk lingkaran kecil dengan kedua ibu
jarinya
 Suami menggosok kearah bawah dikedua sisi tulang belakang, pada saat yang
sama, dari leher kearah tulang belikat selama 2 atau 3 menit.
A. Definisi Pijat Oksitosin

Pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk mengatasi

ketidaklancaran produksi ASI. Pijat oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang

tulang belakang (vertebrae) sampai tulang costae kelima- keenam dan

merupakan usaha untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitosin setelah

melahirkan (Biancuzzo, 2003; Indiyani, 2006; Yohmi & Roesli, 2009).

B. Tujuan Pijat Oksitosin

Pijat oksitosin ini dilakukan untuk merangsang refleks oksitosin atau

reflex let down. Atau yang biasa disebut sebagai reaksi pengeluaran ASI.

C. Manfaat Pijat Oksitosin

Selain untuk merangsang refleks let down manfaat pijat oksitosin adalah

memberikan kenyamanan pada ibu, mengurangi bengkak (engorgement),

mengurangi sumbatan ASI, merangsang pelepasan hormon oksitosin,

mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit (Depkes RI, 2007).

D. Tehnik Pijat Oksitosin

Langkah-langkah melakukan pijat oksitosin sebagai berikut (Depkes RI, 2007) :

a. Melepaskan baju ibu bagian atas

b. Ibu miring ke kanan maupun kekiri, lalu memeluk bantal

c. Memasang handuk
d. Melumuri kedua telapak tangan dengan minyak telon atau baby oil / air
hangat.

e. Memijat sepanjang kedua sisi tulang belakang ibu dengan menggunakan


dua kepalan tangan, dengan ibu jari menunjuk ke depan

f. Menekan kuat-kuat kedua sisi tulang belakang membentuk gerakan-


gerakan melingkar kecil-kecil dengan kedua ibu jarinya.

g. Pada saat bersamaan, memijat kedua sisi tulang belakang kearah bawah,
dari leher kearah tulang belikat, selama 2-3 menit.

h. Mengulangi pemijatan hingga 3 kali

i. Membersihkan punggung ibu dengan waslap air hangat dan dingin secara
bergantian.

E. Gambar Untuk Pijat Oksitosin


DAFTAR PUSTAKA

Mawarti, Retno., Trisetiyaningsih, Yanita., Nazila, Zuzun. 2012. Buku Panduan


Praktek Laboratorium Keperawatan Maternitas. PSIK STIKES A. Yani
Yogyakarta : Yogyakarta.

You might also like