You are on page 1of 14

“Analisis Organisasi Sebagai Suatu Sistem Yang Terbuka dan

Tertutup”

MAKALAH
(Disusun untuk memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Dasar-Dasar Teori Sistem)

Disusun oleh

NAMA TYAS SETIAWATI


NPM 17.3521.048
KELAS / SEMESTER A1 ADMINISTRASI NIAGA / 2

ILMU ADMINISTRASI NIAGA


SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI YPPT PRIATIM
TASIKMALAYA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Tasikmalaya, Juli 2018

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Organisasi sebagai sistem terbuka .................................... 2
1. Keterbukaan Sistem dalam Organisasi ......................... 4
2. Kelemahan Organisasi Terbuka .................................... 7
B. Organisasi sebagai sistem tertutup .................................... 8

BAB III PENUTUP


A. Simpulan ........................................................................... 10
B. Saran .................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perencanaan wilayah dan kota tidak akan berjalan tanpa adanya
pengaturan dalam sistem pembangunan atau yang biasa disebut administrasi
publik. Teori-teori organisasi yang menjelaskan model-model yang berlaku
dalam sistem organisasi sangat diperlukan dalam administrasi publik. Hal ini
dikarenakan dalam administrasi publik, organisasi adalah hal yang paling
esensial. Semakin kompleks kegiatan organisasi maka pendekatan terhadap
model-model sistem organisasi menjadi hal yang sangat dibutuhkan dalam
membuat sistem organisasi administrator publik sesuai kondisi dan situasi
yang ada. Model-model sistem organisasi menjadi dasar fundamental dalam
membuat sistem organisasi adminitrator publik. Sehingga dapat diketahui
tindakan dan cara yang tepat dalam menjalankan organisasi adminitrator
publik sesuai model yang digunakan agar administrasi publik dapat berjalan
dengan baik.
Dalam makalah ini, akan dipaparkan mengenai teori-teori organisasi
yang menjelaskan model-model organisasi khususnya yang berhubungan
dengan organisasi pada sektor publik. Model-model tersebut antara lain
tersebut antara lain: model organisasi tertutup; model organisasi terbuka.

B. Rumusan Masalah
1. Apa penjelasan dari organisasi sebagai sistem terbuka ?
2. Apa penjelasan dari organisasi sebagai sistem tertutup ?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Organisasi sebagai Sistem Terbuka


Ketika mempelajari perilaku organisasi seringkali kita menemukan
istilah organisasi sebagai open system. Organisasi disini dipahami sebagai
sekumpulan orang yang bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu.
Organisasi bukankah entitas yang berdiri sendiri tetapi pasti ada lingkungan
yang menjadi wahana organisasi tersebut hidup tumbuh dan berkembang.
Karena organisasi membutuhkan lingkungan maka bisa dikatakan organisasi
tersebut merupakan sistem yang terbuka. Untuk menghasilkan barang dan
jasa organisasi mengambil sumber daya dari lingkungan eksternal dan
mengkonversi atau mengubahnya menjadi barang dan jasa yang siap untuk
diolah kembali atau dinikmati oleh end user yang dikirim kembali ke
lingkungan tersebut, di mana mereka dibeli oleh pelanggan. Siklus tersebut
terus menerus berlangsung sampai organisasi tersebut bubar.
Organisasi sebagai open system ini bisa diibaratkan seperti
organisme yang hidup dalam media tertentu. Agar dapat bertahan hidup
organisme ini perlu terus menerus berinteraksi dengan lingkungannya,
mengambil makanan dari lingkungan, kemudian pengkonversikannya
menjadi energi dan kemudian energi serta limbahnya dilepaskan kembali ke
lingkungan.
Organisasi dilingkupi oleh lingkungan dimana organisasi mengambil
sumberdaya yang berupa bahan mentah, uang dan kapital, serta SDM. Proses
mengambil sumberdaya ini seringkali disebut sebagai tahapan mendapatkan
input. Selanjutnya sumberdaya tersebut diubah menggunakan mesin,
komputer, dan dikendalikan oleh keterampilan manusia untuk menambahkan
nilai dari sumberdaya tersebut. Setelah tahapan konversi, maka kemudian
masuk dalam tahapan output dimana sumberdaya tadi kemudian berubah
bentuk menjadi barang dan jasa yang siap dilepaskan di lingkungan kembali
melalui proses penjualan. Proses penjualan pada hakikatnya merupakan
proses untuk mendapatkan input kembali untuk diproses menjadi barang dan
jasa. Semua itu bertujuan untuk menjamin kelangsungan hidup dan
pertumbuhan organisasi.
Konsep input-output sering disebut sebagai model linear, yaitu teori
yang menjelaskan bagaimana sistem dapat dijelaskan dalam konteks dunia
nyata. Suatu teori yang beranjak dari konsep umum ke khusus yang tampak
logis, rasional dan teratur berupaya untuk mencari jawaban terhadap upaya
menghubungkan nilai input dan nilai output sehingga menghasilkan efisiensi
biaya.
Organisasi sebagai sistem yang menciptakan dan menjaga lingkungan
didalamnya memuat interaksi manusia yang kompleks (baik antar individu
maupun dalam kelompok). Organisasi dengan open system dapat
digambarkan seperti fenomena nyala api lilin, sinar yang dipancarkannya
akan memengaruhi kondisi lingkungan di sekelilingnya. Dalam sistem yang

2
terbuka, organisasi dengan sistem yang lebih luas orang akan berinteraksi
aktif dengan sistem eksternal yang terdapat pada lingkungannya. Misalnya
organisasi sekolah, harus dipandang sebagai hubungan antara perilaku
manusia dan konteksnya. Perilaku organisasi difokuskan pada sekolah
sebagai suatu sistem.
Organisasi (sistem) berada dalam lingkungan (suprasistem) yang
didalamnya memuat pula sub sistem (perangkat administrasi dalam
organisasi). Batasan antar sub sistem dibuat dengan garis putus-putus yang
berarti antar bagian dapat saling menembus (permeable). Antara subsistem
yang terlibat dapat saling mempengaruhi lewat hubungan yang interaktif dan
adaptif antar komponen. Masalah yang terjadi pada satu bagian dapat menjadi
ancaman terhadap fungsi keseluruhan. (Owens; 1987).
Organisasi sebagai open system adalah organisasi yang berinteraksi
dengan lingkungan dengan kata lain organisasi yang menerima sesuatu dari
suatu sistem dan melepaskannya kepada sistem yang lain. Organisasi
merupakan suatu open system karena selalu berinteraksi dengan
lingkungannya. Open system adalah “sistem yang berhubungan dan
terpengaruh dengan lingkungan luarnya”. Sistem ini menerima masukan dan
menghasilkan keluaran untuk lingkungan luar atau subsistem yang lainnya,
sehingga harus memiliki sistem pengendalian yang baik. Lingkungan dapat
dilakukan dengan dua arah yaitu organisasi dipenuhi perubahan dan
sebaliknya lingkungan dipengaruhi oleh organisai. Adapun lingkungan
organisasi terdiri atas lingkungan mikro dan makro.
Open system akan mencapai suatu tingkat dinamika tertentu atau
keseimbangan dinamis. Di sisi lain sistem ini masih mempunyai kemampuan
yang berkelanjutan untuk melangsungkan kerja dan melakukan transformasi
ke pihak lain. Sistem ini mempunyai proses putaran yang kontinu yang
menyebabkan daya hidupnya berkelangsungan. Organisasi dipandang sebagai
hal yang dinamis yang senantiasa berubah. Masukan yang berasal dari
lingkungan, diterima oleh sesuatu organisasi. Kemudian organisasi tersebut
memproses sebagai salah satu kegiatannya untuk mencapai tujuan organisasi.
Hasil pemrosesan ini dikirim dan diterima oleh lingkungan baik berupa
barang-barang atau jasa pelayanan. Hasil ini dirasakan oleh masyarakat
sebagai unsur lingkungan dari organisasi tersebut. Lingkungan akan
memberikan umpan balik kepada organisasi yang digunakan sebagai bahan
masukan baru untuk diolah dan diproses didalam organisasi. Dengan cara
demikian organisasi mencapai tingkat keseimbangan yang dinamis dengan
lingkungannya. Karena ia dirangsang untuk mendapatkan potensi baru guna
melanjutkan kelangsungan hidupnya.
Open system menekankan hubungan dan ketergantungan antara unsur-
unsur oranisasi yang bersifat sosial dan teknologi. Organisasi
dipertimbangkan sebagai serangkaian variabel yang saling berhubungan,
dimana perubahan satu variabel akan menyebabkan berubahnya variabel
lainnya. Sistem organisasi terbuka tidak hanya terbuka bagi lingkungannya
saja, akan tetapi terbuka pula bagi dirinya sendiri. Open
system menyesuaikan pada lingkungannya dengan cara melakukan

3
perubahan-perubahan susunan dan proses dari komponen-komponen di
dalam organisasi itu sendiri.
Karakteristik dari open system ini menurut Burns dan Stalker
(1994) adalah sebagi berikut:
1. Tugas-tugas yang tidak rutin berlangsung dalam kondisi-kondisi yang
tidak stabil.
2. Pengetahuan spesialisasi menyebar pada tugas-tugas pada umumnya.
Berbeda dengan sistem tertutup bahwa pemahaman dari spesialisasi
tugas itu pengetahuan spesialisasinya dimiliki oleh masing-masing orang
yang barang kali hanya bisa dipergunakam jika menguntungkan orang
tersebut untuk mengatasi berbagai tugas organisasi.
3. Hasil (atau apa yang bisa dikerjakan) diutamakan
4. Konflik di dalam organisasi diselesaikan dengan interaksi diantara teman
sejawat.
5. Pencairan pertanggungjawaban ditekankan. Dalam hal ini tugas-tugas
yang bersifat formal dikesampingkan untuk melibatkan semua anggota
didalam memecahkan persoalan-persoalan organisasi.
6. Rasa pertanggungjawaban yang loyalitas seseorang adalah pada
organisasi secara keseluruhan, tidak hanya pada subunit organisasi yang
telah dibebankan kepada seseorang pejabat.
7. Organisasi dipandang sebagai struktur network yang merembes
(fluiding network structure) (dalam hal ini organisasi dilihat
sebagai amoeba).
8. Pengetahuan atau informasi dapat berada dimana saja di dalam organisasi
(misalnya, setiap orang mengetahui sesuatu yang bergayutan dengan
organisasinya. Tidak semua orang termasuk kepala atau pimpinan dapat
mengetahui semua hal).
9. Interaksi di antara orang-orang di dalam organisasi cenderung bergerak
secara horizontal, selancar geraknya interaksi vertikal.
10. Gaya interaksi yang diarahkan untuk mencapai tujuan lebih berifat
pemberian saran disbandingkan dengan pemberian instruksi, dan disifati
dengan mitos setia kawan dengan mengesampingkan hubungan antara
atasan-bawahan.
11. Hasil tugas dan pelaksanaan kerja yang baik diutamakan, bukannya
menekankan pada loyalitas dan kepatuhan pada seseorang atasan.
12. Prestise ditentukan dari pihak luar (externalized) misalnya
kedudukan atau status seseorang di dalam organisasi sangat ditentukan
oleh kemampuan professional dan reputasi seseorang.

1. Keterbukaan Sistem dalam Organisasi


Pada sebuah organisasi bersistem terbuka perlu menjalin hubungan
dengan banyak pihak baik didalam maupun diluar organisasi. Humas

4
adalah fungsi yang diperlukan oleh sebuah organisasi yang menganut
sistem terbuka untuk mengelola hubungan atau interaksi serta komunikasi
antara organisasi dengan pihak-pihak luar. Grunig dan Hunt (1984)
menyebut humas yang posisinya berada di perbatasan antara manajemen
pusat dengan bagian-bagian lain yang ada didalam organisasi serta antara
organisasi dan lingkungannya.
Dengan pandangan seperti inilah kehadiran humas dalam sebuah
organisasi menjadi sangat diperlukan karena humaslah yang bertugas
sebagai penghubung antara organisasi dengan lingkungannya dan
demikian pula sebaliknya. Namun begitu perlu untuk ditekankan disini
bahwa hubungan antara organisasi dengan lingkungannya tidaklah berada
dalam kerangka hubungan yang tidak seimbang.
Organisasi harus sejak awal menyadari bahwa hubungan antara
dirinya dengan lingkungan adalah hubungan yang saling menguntungkan,
seimbang, serta berazaskan komunikasi dua arah yang saling timbal balik.
Karena hanya dalam kerangka hubungan semacam inilah organisasi dapat
bertahan dan eksis untuk terus merealisasikan tujuan-tujuannya. Untuk
dapat merealisasikan sebuah hubungan timbal balik dua arah yang saling
menguntungkan, ternyata keterbukaan sebuah sistem saja dipandang
kurang mencukupi. Atau dengan kata lain, walaupun organisasi tersebut
telah bersistem terbuka, organisasi masih memerlukan faktor lain untuk
memantapkan posisinya dalam sebuah sistem. Organisasi masih
memerlukan worldview yang sesuai.
Kearney (1984) seorang antropolog menyatakan bahwa worldview
adalah, “a set of images or assumptions about the world”. Sementara Kuhn
(1970) berpendapat bahwa worldview adalah, “a paradigm that stands for
the entire constellation of beliefs, values,techniques, and so on shared by
the member of a given community”. (dikutip dalam Grunig dan White,
1992). Dari pendapat tersebut bisa kita pahami bahwa worldview adalah
semacam paradigma yang dianut oleh suatu masyarakat. Sebuah
paradigma yang bisa menjelaskan bagaimana sekelompok masyarakat
memandang keberadaan mereka dan orang-orang lain yang ada di dunia.
Sebuah organisasi pun bisa kita anggap sebagai sebuah masyarakat dalam
lingkup kecil dan karenanya pasti juga memiliki seperangkat worldview
tersendiri tentang bagaimana mereka memandang keberadaan mereka di
tengah-tengah masyarakat yang lebih luas.
Menurut Grunig (1989) ada dua jenis worldview yang bisa dianut
oleh sebuah organisasi. Ia menyebutnya sebagai Symmetrical Worldview
dan Asymmetrical Worldview atau bisa kita terjemahkan sebagai
Paradigma Simetris dan Paradigma Asimetris. Grunig lebih lanjut
menyatakan bahwa untuk sebuah organisasi agar bisa bertahan dalam
lingkungannya dengan baik dan mampu menjalin hubungan yang positif
dengan lingkungn tersebut sebuah organisasi memerlukan Paradigma yang
Simetris (dikutip dalam Grunig dan White, 1992).
Seperangkat Paradigma yang simetris adalah:
a. Interdependence

5
Organisasi menyadari bahwa ia tidak bisa mengisolasi diri dari
lingkungan sekitar. Walaupun sebagai sebuah sistem organisasi
memiliki pembatas, namun pembatas itu bisa ditembus oleh
lingkungan.
b. Moving Equilibrium
Organisasi sebagai sebuah sistem bisa saja berupaya untuk
mencapai kondisi equilibrium yaitu kondisi yang stabil, namun ia
harus menyadari bahwa kondisi stabil tersebut tidak akan selamanya
bertahan. Dengan kata lain, organisasi harus selalu siap dengan kondisi
equilibrium yang selalu bergerak ini. Equilibrium selalu bergerak
karena lingkungan di sekitar sistem selalu berubah. Jika sebuahsistem
ingin terus eksis, ia harus bisa beradaptasi dengan perubahan itu.
c. Equity Organisasi
Beroperasi atas dasar persamaan hak antar manusia. Karyawan
harus diperlakukan dengan manusiawi serta dipenuhi hak-haknya,
termasuk hak untuk berbeda pendapat atau memberi kritikan serta
masukan kepada organisasi. Demikian juga dalam berinteraksi dengan
komponen yang lain dalam komunitas.
d. Autonomy
Memberikan otonomi yang cukup luas kepada karyawan.
Pemberian otonomi tidak perlu dikhawatirkan akan menjadi lepas
kendali karena banyak penelitian membuktikan otonomi yang dimiliki
seseorang justru akan memperbaiki kinerja orang tersebut. Dengan
demikian pemberian otonomi pada karyawan justru akan memberikan
dampak yang positif pada organisasi.
e. Innovation
Organisasi bersikap fleksibel atau luwes dalam menghadapi
adanya gagasan-gagasan baru dan tidak terpaku pada konservatisme
atau tradisi yang ketinggalan jaman. Anggota organisasi diberikan
kesempatan dan ruang untuk berinovasi, mengembangkan
kreativitasnya atau berimprovisasi.
f. Decentralization of Management
Ada pendelegasian kewenangan yang memadai. Para menajer
berperan lebih sebagai koordinator dari pada diktator. Pendelegasian
kewenangan yang cukup terbukti akan mendorong tumbuhnya iklim
komunikasi yang sehat, kinerja yang baik, dan kepuasan kerja yang
cukup tinggi.
g. Responsibility
Organisasi dan para anggotanya harus menyadari bahwa
kehadiran mereka dalam suatu lingkungan memiliki dampak bagi
sistem lain yang ada di lingkungan tersebut. Karenanya, organisasi
harus berupaya memaksimalkan dampak yang positif dan
meminimalkan dampak negatif mereka terhadap lingkungan.
h. Conflict Resolution

6
Organisasi bersikap terbuka terhadap adanya konflik. Konflik
adalah sesuatu yang biasa dalam interaksi antar manusia, sehingga
tidak perlu ditutupi atau dianggap tabu. Konflik yang terjadi harus
diselesaikan dengan cara negosiasi, komunikasi, dan kompromi dan
bukannya diselesaikan dengan cara pemaksaan, manipulasi, koersi,
atau kekerasan.
Sedangkan seperangkat Paradigma yang Asimetris adalah:
a. Internal Orientation (berorientasikan ke dalam)
Para anggota organisasi tersebut hanya bisa melihat kepada
dirinya sendiri namun tidak mampu membayangkan bagaimana orang
lain memandang organisasi tersebut. Dengan kata lain organisasi
tersebut tidak pernah berusaha mencari tahu bagaimana pendapat
orang lain tentang dirinya. Ia sudah cukup puas dengan pendapatnya
sendiri.
b. Closed System Informasi
Hanya bergerak keluar dari organisasi, namun tidak ada
informasi yang masuk kedalam organisasi. Artinya, organisasi tersebut
tidak pernah berusaha mencari feedback dari luar.
c. Efficiency Efisiensi
Adalah segala-galanya bagi organisasi, bahkan jika perlu
dengan mengorbankan inovasi.
d. Elitism
Menganggap pimpinan organisasi sebagai yang paling tahu dan
yang paling bijak. Ide-ide atau pendapat dari mereka yang tidak
memiliki posisi tinggi atau penting dalam organisasi dianggap sebagai
pendapat yang tidak berguna dan karenanya tidak perlu diindahkan.
e. Conservatism
Organisasi enggan untuk berubah. Perubahan dianggap sebagai
sesuatu yang buruk dan karenanya harus dihindari. Upaya-upaya yang
ada untuk membawa organisasi ke arah perubahan dianggap sebagai
tindakan yang subversif dan karenanya patut mendapat hukuman.
f. Tradition
Tradisi turun temurun dalam organisasi tersebut dianggap
sebagai pakem yang tidak bisa diubah-ubah lagi, bahkan bila tradisi
tersebut tidak sesuai lagi dengan perubahan jaman. Organisasi
menganggap bahwa bergantung pada tradisi akan membawa stabilitas
dan rasa nyaman.
g. Central Authority
Kekuasaan harus terkonsentrasi pada segelintir orang yang ada
di pucuk pimpinan perusahaan. Kewenangan tidak didelegasikan (dari
Grunig dan White, 1992).

2. Kelemahan Organisasi Terbuka

7
Organisasi dengan open system merupakan satu system yang sudah
sangat baik karena menerima masukan tertentu, seperti bahan baku,
informasi, tenaga kerja, dan peralatan. Di sisi lain organisasi juga
menghasilkan produk yang dilepas, disalurkan dan diterima oleh sistem
lain. Proses ini berlangsung terus menerus tanpa ada hentinya.
Namun kelemahan pada organiasi open system yang perlu
diwaspadai adalah jika organisasi gagal memperoleh masukan yang
diperlukan dari sistem lain dan keluarannya tidak diserap atau ditolak
sistem lain maka, organisasi lama-kelamaan akan hilang eksistensinya.
Hal ini yang kemudian membuat suatu organisasi atau industri bubar atau
bangkrut.

B. Organisasi Sebagai Sistem Tertutup


Model ini merupakan model yang memiliki pengaruh paling luas
terhadap para ahli administrasi negara dan didasari oleh tiga teori, yaitu teori
birokrasi, manajemen ilmiah, dan manajemen administratif. Adapun model
ini memiliki ciri-ciri pokok, yaitu:
1. Tugas-tugas rutin akan berlangsung dalam kondisi yang stabil;
2. Adanya spesialisasi tugas (pembagian kerja);
3. Sarana dan atau cara pelaksanaan tugas yang baik sangat ditekankan;
4. Konflik dalam organisasi ditengahi oleh pimpinan;
5. Pertanggungjawaban atas apa saja yang diharapkan terlaksana dan
pembagian tugas resmi masing-masing anggota sangat ditekankan;
6. Pertanggungjawaban dan loyalitas seorang anggota lebih dituntut untuk
bagian organisasi dimana ia bekerja;
7. Organisasi dipandang sebagai suatu struktur hirarki;
8. Pengetahuan menyeluruh hanya dipegang oleh pimpinan;
9. Interaksi antaranggota organisasi cenderung bersifat vertikal (seseorang
selalu mendapat perintah dari atasannya, yang kemudian diteruskan ke
bawahannya);
10. Gaya interaksi diarahkan pada hubungan-hubungan pemisahan yang jelas
antara atasan dan bawahan dengan aspek kepatuhan dan ketaatan pada
perintah;
11. Loyalitas dan kepatuhan kepada organisasi dan atasan sangat ditekankan;
13. Penghargaan merupakan internalitas (status seseorang ditentukan
oleh tingkatan dan jabatan resminya).
Tentu saja tidak ada organisasi yang seluruhnya memiliki
karakteristik-karakteristik model organisasi tertutup tersebut. Semakin
banyak karakteristik model organisasi tertutup yang dicakup oleh suatu
organisasi, maka organisasi tersebut semakin dekat dengan bentuk yang ideal
dari model organisasi tertutup. Karakteristik-karakteristik tersebut didapatkan
oleh tiga teori yang mendasarinya, yaitu teori birokrasi, manajemen ilmiah,
dan manajemen administratif.
Teori pertama yang mendasari model organisasi tertutup adalah teori
birokrasi. Teori ini digagas oleh Max Weber, seorang sosiolog Jerman.
Menurutnya organisasi memiliki karakteristik-karakteristik pokok, yaitu:

8
1. hirarki;
2. kenaikan jabatan atas dasar ukuran profesionalitas dan keahlian;
3. adanya jenjang karir;
4. ketergantungan dalam penggunaan peraturan dan regulasi;
5. hubungan impersonalitas diantara para profesional karir dalam birokrasi
dan hubungan mereka dengan pihak yang dilayaninya.

Teori ini memiliki ciri khas yaitu kekakuan, ketidakluwesan,


penekanan yang lebih besar terhadap sarana daripada hasil akhir, serta aspek
manipulasi (cara untuk membuat anggota melakukan tugasnya) tidak
manusiawi. Menurut Weber, aspek impersonal, tangan besi, efisien, dan kesan
agung para pemimpin yang bisa menarik dukungan anggota dari organisasi
tersebut. Namun bukan berarti Weber adalah orang yang antihumanis, tapi
memang keadaan semasa dia hidup yang mendasari pembangunan teorinya
tersebut.
Teori kedua yang mendasari model organisasi tertutup adalah
manajemen ilmiah. Teori ini digagas oleh Frederick Taylor, dan Frank serta
Lillian Gilberth. Menurutnya peningkatan efisiensi dan penghematan
organisasi untuk meningkatkan produksi menjadi hal yang sangat penting.
Karakteristik yang paling melekat adalah pandangannya yang khas atas
humanisme. Manusia dipandang sebagai perlengkapan tambahan mesin dan
manusia harus bekerja seefektif mesin. Namun hal yang perlu diperhatikan
adalah efisiensi tak perlu dianggap kontra dengan humanisme karena efisiensi
juga diperlukan dalam kinerja suatu organisasi.
Teori ketiga yang mendasari model organisasi tertutup adalah
manajemen administratif. Teori ini digagas oleh Luther Gullick, Lyndall
Urwick, James D. Mooney, dan Alen C Reiley. Teori ini berasumsi bahwa
administrasi adalah administrasi, di konteks apapun dia berada, sehingga
diperlukan prinsip-prinsip manajemen dalam organisasi yang bisa diterapkan
dalam konteks apapun. Prinsip-prinsip tersebut yaitu prinsip koordinasi,
prinsip skalar (struktur hirarki), prinsip fungsional (pembagian tugas), dan
prinsip staf/lini.
Ketiga teori inilah yang mendasari model organisasi tertutup.
Ketiganya mempunyai persamaan mendasar yaitu adanya prinsip hirarki
dalam pengerjaan tugas organisasi dan efisiensi ekonomi (rasionalisme)
menjadi kriteria yang utama. Namun terdapat kritik terhadap ketiga teori
tersebut karena tidak membebaskan bawahan atau anggota organisasi untuk
mempunyai karsanya sendiri. Anggota sebenarnya mampu untuk berpikir
sendiri dan berperilaku sesuai dengan kehendak mereka sendiri (tidak hanya
patuh terhadap perintah pimpinan). Oleh karena itu, bagaimanapun juga
model organisasi tertutup memiliki kelebihan dan kekurangan dibandingkan
model lainnya.

9
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Administrasi publik tidak akan lepas dari sistem organisasi yang
membentuknya. Dalam mempelajari administrasi publik, kita perlu
mempelajari tentang teori-teori organisasi yang menjelaskan model-model
yang berlaku dalam sistem organisasi. Hal ini dikarenakan dalam administrasi
publik, organisasi adalah hal yang paling esensial. Semakin kompleks
kegiatan organisasi maka pendekatan terhadap model-model sistem organisasi
menjadi hal yang sangat dibutuhkan dalam membuat sistem organisasi
administrator publik sesuai kondisi dan situasi yang ada
Adapun model-model organisasi tersebut, yaitu: model organisasi
tertutup; model organisasi terbuka; dan model sintensis dari kedua model
sebelumnya. Terdapat perbedaan mendasar dari empat hal pokok yang
menjadi perbedaan mendasar dari model organisasi tertutup dan terbuka.
Adapun keempat hal tersebut, yaitu: perbedaan persepsi atas lingkungan
organisasional; perbedaan persepsi atas kondisi alamiah manusia; perbedaan
persepsi atas penggunaan manipulasi dalam organisasi; dan perbedaan
persepsi atas peranan dan arti penting organisasi bagi masyarakat. Adanya
kelebihan dan kekurangan dari kedua model organisasi tertutup maupun
terbuka menyebabkan ada upaya untuk mempertemukan kedua konsep model
organisasi menjadi model sintesis.
Namun dalam konteks administrasi publik di Indonesia ketiga model
tersebut kurang cocok diterapkan. Hal ini dikarenakan ada kekurangan pada
masing-masing model organisasi dan kurang praktisnya model sintesis. Oleh
karena itu sebenarnya terdapat satu “model” yang cukup mencakup beberapa
kelebihan dari model organisasi tertutup dan terbuka dan tidak dijelaskan
lebih lanjut oleh model sinstesis. Model organisasi tersebut adalah prinsip
good governance. Sebenarnya prinsip-prinsip tersebut tidak terlepas dari
kelebihan dari kedua model organisasi tertutup maupun terbuka. Prinsip ini
cocok digunakan dalam membangun administrasi publik di Indonesia.

B. Saran
Kami harap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
khususnya kami sendiri. Apabila terdapat kekurangan dalam materi kami
mohon kritik dan saran teman-teman atau para pembaca mengenai makalah
ini sehingga kami dapat memperbaiki kesalahan yang kami tidak ketahui dan
menjadi pembelajaran di kemudian harinya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Thoha, Miftah. 2008. Ilmu Administrasi Publik Kontemporer. Jakarta: Kencana


Prenada Media Group
http://the-bean-organics.blog.friendster.com/2008/05/organisasi-sistem-terbuka/
http://dikafajri.blogspot.com/2013/02/teori-teori-organisasi.html
Dina, Siti Alifah, Konsep-Konsep Teori Organisasi: Perencanaan Wilayah dan
Kota: Institut Teknologi Bandung, 2012

11

You might also like