Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh
MARIA ESTER LUCIANA
1563030004
AKADEMI KEPERAWATAN
YAYASAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
2017
BAB I
Latar Belakang
Menurut American Diabetes Association pada tahun 2010, Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu
kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin, atau kedua-duannya (PERKENI, 2011).Organisasi kesehatan dunia atau World
Health Organization (WHO) memperkirakan saat ini lebih dari 220 juta orang di seluruh dunia
menderita diabetes. Pada tahun 2004, sekitar 3,4 juta orang meninggal dunia akibat tingginya kadar
gula darah. Lebih dari 80% kematian akibat diabetes terjadi di negara dengan pendapatan rendah
sampai menengah (WHO, 2011). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Wild, Roglic, Green et al
(2004), sepuluh besar negara dengan prevalensi DM terbanyak pada tahun 2000 yaitu India, Cina,
Amerika Serikat, Indonesia, Jepang, Pakistan, Rusia, Brazil, Italia, dan Banglades. Tercatat di India
sebanyak 31,7 juta orang menderita DM, di Cina sebanyak 20,8 juta, di Amerika Serikat sebanyak
17,7 juta, sedangkan di Indonesia sebanyak 8,4 juta. Indonesia menempati urutan ke empat jumlah
penderita diabetes terbesar di dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat. Pada tahun 2030 WHO
memprediksi akan ada sekitar 21,3 juta pasien DM di Indonesia (Depkes, 2009). Menurut WHO
Diabetes Mellitus terdiri dari 2 tipe yaitu tipe 1 dan tipe 2.Diabetes Mellitus tipe 1 juga disebut IDDM
(Insulin Dependent Diabetes Mellitus).IDDM atau Diabetes Melitus Tergantung Insulin (DMTI) yang
ditandai dengan adanya gangguan produksi insulin dalam tubuh. Diabetes Mellitus tipe 2 juga disebut
NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus).NIDDM atau Diabetes Melitus Tidak Tergantung
Insulin (DMTTI) adalah disebabkan oleh tubuh resistensi terhadap insulin (WHO,2008). Universitas
Sumatera Utara Pada DM terjadi bermacam-macam kelainan biokimia, tetapi gangguan yang
mendasari sebagian besar kelainan tersebut adalah penurunan pemasukan glukosa ke dalam berbagai
jaringan perifer, peningkatan pembebasan glukosa dalam sirkulasi dari hati (peningkatan glukogenesis
hati), sehingga terjadi kelebihan glukosa ekstra sel dan pada banyak sel, defisiensi glukosa intrasel,
terjadi penurunan pemasukan asam-asam amino ke dalam otot dan peningkatan lipolisis. Peningkatan
lipolisis mengakibatkan terjadinya peningkatan produksi benda keton dan asam lemak bebas secara
berlebihan.Akumulasi produksi benda keton oleh sel hati dapat menyebabkan metabolik asidosis
(Soewondo, 2009).Salah satu komplikasi dari DM adalah Ketoasidosis Diabetik (KAD). KAD
merupakan komplikasi akut diabetes yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah yang
tinggi (300-600 mg/dL) disertai dengan adanya tanda dan gejala asidosis dan plasma keton (+) kuat.
KAD sering muncul pada penderita DM tipe 1, namun dapat juga terjadi pada penderita DM tipe 2
pada keadaankeadaan tertentu.KAD didiganosis melalui tes darah dan urin. Jika tes urin positif maka
akan dijumpai badan keton pada urin atau disebut juga denga ketonuria (PERKENI, 2011). Penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Nadlifah menyatakan bahwa dari 30 orang penderita DM tidak
terkontrol didapatkan ketonuria sebanyak 2 orang.Sedangkan dari 30 orang penderita DM terkontrol
tidak didapatkan ketonuria positif.
BAB II
KAD adalah keadaan yang ditandai dengan asidosis metabolik akibat pembentukan
keton yang berlebihan, sedangkan SHH ditandai dengan hiperosmolalitas berat dengan
kadar glukosa serum yang biasanya lebih tinggi dari KAD murni (American Diabetes
Association, 2004).
Ketoasidosis diabetikum adalah merupakan trias dari hiperglikemia, asidosis, dan ketosis
yang terlihat terutama pada pasien dengan diabetes tipe-1. (Samijean Nordmark, 2008).
Salah satu kendala dalam laporan mengenai insidensi, epidemiologi dan angka kematian
KAD adalah belum ditemukannya kesepakatan tentang definisi KAD. Sindroma ini
mengandung triad yang terdiri dari hiperglikemia, ketosis dan asidemia. Konsensus
diantara para ahli dibidang ini mengenai kriteria diagnostik untuk KAD adalah pH
arterial < 7,3, kadar bikarbonat < 15 mEq/L, d an kadar glucosa darah > 250 m g/dL
disertai ketonemia dan ketonuria moderate (Kitabchi dkk, 1994).
Diabetic Keto Acidosis (DKA) adalah komplikasi akut yang mengancam jiwa seorang
penderita diabetes mellitus yang tidak terkontrol. Kondisi kehilangan urin, air, kalium,
amonium, dan natrium menyebabkan hipovolemia, ketidakseimbangan elektrolit, kadar
glukosa darah sangat tinggi, dan pemecahan asam lemak bebas menyebabkan asidosis dan
sering disertai koma. (http://medical-dictionary.thefreedictionary.com)
2.2 Etiologi KAD
Ada sekitar 20% pasien KAD yang baru diketahui menderita DM untuk pertama kali. Pada
pasien yang sudah diketahui DM sebelumnya, 80% dapat dikenali adanya faktor pencetus.
Mengatasi faktor pencetus ini penting dalam pengobatan dan pencegahan ketoasidosis
berulang. Tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata, yang dapat
disebabkan oleh :
1. Insulin tidak diberikan atau diberikan dengan dosis yang dikurangi
2. Keadaan sakit atau infeksi
3. Manifestasi pertama pada penyakit diabetes yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati
Beberapa penyebab terjadinya KAD adalah:
- Infeksi : pneumonia, infeksi traktus urinarius, dan sepsis. diketahui bahwa jumlah sel
darah putih mungkin meningkat tanpa indikasi yang mendasari infeksi.
- Ketidakpatuhan: karena ketidakpatuhan dalam dosis
- Pengobatan: onset baru diabetes atau dosis insulin tidak adekuat
- Kardiovaskuler : infark miokardium
- Penyebab lain : hipertiroidisme, pankreatitis, kehamilan, pengobatan kortikosteroid
and adrenergik.
(Samijean Nordmark,2008)
Pada diabetes tipe 1, krisis hiperglikemia sering terjadi karena yang bersangkutan
menghentikan suntikan insulin ataupun pengobatannya tidak adekuat. Keadaan ini
terjadi pada 20-40% kasus KAD. Pada pasien muda dengan DM tipe 1, permasalahan
psikologi yang diperumit dengan gangguan makan berperan sebesar 20% dari seluruh
faktor yang mencetuskan ketoasidosis. Faktor yang bisa mendorong penghentian
suntikan insulin pada pasien muda meliputi ketakutan akan naiknya berat badan pada
keadaan kontrol metabolisme yang baik, ketakutan akan jatuh dalam hypoglikemia,
pemberontakan terhadap otoritas, dan stres akibat penyakit kronis (Gaglia dkk, 2004)
Sering dijumpai penurunan kesadaran, bahkan koma (10% kasus), dehidrasi dan syok
hipovolemia (kulit/mukosa kering dan penurunan turgor, hipotensi dan takikardi). Tanda lain
adalah :
· Sekitar 80% pasien DM ( komplikasi akut )
· Pernafasan cepat dan dalam ( Kussmaul )
· Dehidrasi ( tekanan turgor kulit menurun, lidah dan bibir kering )
· Kadang-kadang hipovolemi dan syok
· Bau aseton dan hawa napas tidak terlalu tercium
· Didahului oleh poliuria, polidipsi.
· Riwayat berhenti menyuntik insulin
· Demam, infeksi, muntah, dan nyeri perut
Muntah-muntah juga biasanya sering terjadi dan akan mempercepat kehilangan air dan
elektrolit. Sehingga, perkembangan KAD adalah merupakan rangkaian dari siklus
interlocking vicious yang seluruhnya harus diputuskan untuk membantu pemulihan
metabolisme karbohidrat dan lipid normal.
Apabila jumlah insulin berkurang, jumlah glukosa yang memasuki sel akan berkurang juga .
Disamping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali. Kedua faktor ini akan
menimbulkan hiperglikemi. Dalam upaya untuk menghilangkan glukosa yang berlebihan dari
dalam tubuh, ginjal akan mengekskresikan glukosa bersama-sama air dan elektrolit (seperti
natrium dan kalium). Diuresis osmotik yang ditandai oleh urinasi yang berlebihan (poliuri)
akan menyebabkan dehidrasi dan kehilangan elektrolit. Penderita ketoasidosis diabetik yang
berat dapat kehilangan kira-kira 6,5 L air dan sampai 400 hingga 500 mEq natrium, kalium
serta klorida selama periode waktu 24 jam.Akibat defisiensi insulin yang lain adlah
pemecahan lemak (lipolisis) menjadi asam-asam lemak bebas dan gliserol. Asam lemak
bebas akan diubah menjadi badan keton oleh hati. Pada ketoasidosis diabetik terjadi produksi
badan keton yang berlebihan sebagai akibat dari kekurangan insulin yang secara normal akan
mencegah timbulnya keadaan tersebut. Badan keton bersifat asam, dan bila bertumpuk dalam
sirkulasi darah, badan keton akan menimbulkan asidosis metabolik. (Lihat Pathway KAD)
2.7. Pemeriksaan Penunjang (KAD)
a. Pemeriksaan Laboratorium
1. Glukosa.
Kadar glukosa dapat bervariasi dari 300 hingga 800 mg/dl. Sebagian pasien mungkin
memperlihatkan kadar gula darah yang lebih rendah dan sebagian lainnya mungkin memiliki
kadar sampai setinggi 1000 mg/dl atau lebih yang biasanya bergantung pada derajat
dehidrasi. Harus disadari bahwa ketoasidosis diabetik tidak selalu berhubungan dengan kadar
glukosa darah. Sebagian pasien dapat mengalami asidosis berat disertai kadar glukosa yang
berkisar dari 100 – 200 mg/dl, sementara sebagian lainnya mungkin tidak memperlihatkan
ketoasidosis diabetikum sekalipun kadar glukosa darahnya mencapai 400-500 mg/dl.
2. Natrium.
Efek hiperglikemia ekstravaskuler bergerak air ke ruang intravaskuler. Untuk setiap 100 mg /
dL glukosa lebih dari 100 mg / dL, tingkat natrium serum diturunkan oleh sekitar 1,6 mEq /
L. Bila kadar glukosa turun, tingkat natrium serum meningkat dengan jumlah yang sesuai.
3. Kalium.
Ini perlu diperiksa sering, sebagai nilai-nilai drop sangat cepat dengan perawatan. EKG dapat
digunakan untuk menilai efek jantung ekstrem di tingkat potasium.
4. Bikarbonat.
Kadar bikarbonat serum adalah rendah, yaitu 0- 15 mEq/L dan pH yang rendah (6,8-7,3).
Tingkat pCO2 yang rendah ( 10- 30 mmHg) mencerminkan kompensasi respiratorik
(pernapasan kussmaul) terhadap asidosisi metabolik. Akumulasi badan keton (yang
mencetuskan asidosis) dicerminkan oleh hasil pengukuran keton dalam darah dan urin.
Gunakan tingkat ini dalam hubungannya dengan kesenjangan anion untuk menilai derajat
asidosis.
5. Sel darah lengkap (CBC).
Tinggi sel darah putih (WBC) menghitung (> 15 X 109 / L) atau ditandai pergeseran kiri
mungkin menyarankan mendasari infeksi.
6. Gas darah arteri (AGD).
pH sering <7.3. Vena pH dapat digunakan untuk mengulang pH measurements. Brandenburg
dan Dire menemukan bahwa pH pada tingkat gas darah vena pada pasien dengan KAD
adalah lebih rendah dari pH 0,03 pada AGD.
7. Keton.
Diagnosis memadai ketonuria memerlukan fungsi ginjal. Selain itu, ketonuria dapat
berlangsung lebih lama dari asidosis jaringan yang mendasarinya.
8. ß-hidroksibutirat.
Serum atau hidroksibutirat ß kapiler dapat digunakan untuk mengikuti respons terhadap
pengobatan. Tingkat yang lebih besar dari 0,5 mmol / L dianggap normal, dan tingkat dari 3
mmol / L berkorelasi dengan kebutuhan untuk ketoasidosis diabetik (KAD).
9. Urinalisis (UA)
Cari glikosuria dan urin ketosis. Hal ini digunakan untuk mendeteksi infeksi saluran kencing
yang mendasari.
10. Osmolalitas
Diukur sebagai 2 (Na +) (mEq / L) + glukosa (mg / dL) / 18 + BUN (mg / dL) / 2.8. Pasien
dengan diabetes ketoasidosis yang berada dalam keadaan koma biasanya memiliki osmolalitis
> 330 mOsm / kg H2O. Jika osmolalitas kurang dari > 330 mOsm / kg H2O ini, maka pasien
jatuh pada kondisi koma.
11. Fosfor
Jika pasien berisiko hipofosfatemia (misalnya, status gizi buruk, alkoholisme kronis), maka
tingkat fosfor serum harus ditentukan.
12. Tingkat BUN meningkat.
Anion gap yang lebih tinggi dari biasanya.
13. Kadar kreatinin
Kenaikan kadar kreatinin, urea nitrogen darah (BUN) dan Hb juga dapat terjadi pada
dehidrasi. Setelah terapi rehidrasi dilakukan, kenaikan kadar kreatinin dan BUN serum yang
terus berlanjut akan dijumpai pada pasien yang mengalami insufisiensi renal.
Circulation
Penggantian cairan. Sirkulasi adalah prioritas kedua. DKA pada pasien yang menderita
dehidrasi berat bisa berlanjut pada shock hipovolemik. Oleh sebab itu, cairan pengganti harus
dimulai segera. Cairan resusitasi bertujuan untuk mengurangi hiperglikemia,
hyperosmolality, dan counterregulatory hormon, terutama dalam beberapa jam pertama,
sehingga mengurangi resistensi terhadap insulin. Terapi Insulin paling efektif jika didahului
dengan cairan awal dan penggantian elektrolit. Defisit cairan tubuh 10% dari berat badan
total maka lebih dari 6 liter cairan mungkin harus diganti. Resusitasi cairan segera bertujuan
untuk mengembalikan volume intravaskular dan memperbaiki perfusi ginjal dengan solusi
kristaloid, koloid dan bisa digunakan jika pasien dalam syok hipovolemik. Normal saline
(NaCl 0,9%) yang paling sesuai. Idealnya 50% daritotal defisit air tubuh harus diganti dalam
8 jam pertama dan 50% lain dalam 24 jam berikutnya. Hati-hati pemantauan status
hemodinamik secara teliti (pada pasien yang tidak stabil setiap 15 menit), fungsi ginjal, status
mental dan keseimbangan cairan diperlukan untuk menghindari overload cairan.
(Elisabeth Eva Oakes, RN. 2007. Diabetic Ketoacidosis DKA)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Aktivitas / Istirahat
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, Kram otot, tonus otot menurun, gangguan
istirahat/tidur
Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau aktifitas, Letargi/disorientasi,
koma, penurunan kekuatan otot
2. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi, IM akut, Klaudikasi, kebas dan kesemutan pada
ekstremitas, Ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama, Takikardia
Tanda : Perubahan tekanan darah postural, hipertensi, Nadi yang menurun/tidak ada,
Disritmia, Krekels, Distensi vena jugularis, Kulit panas, kering, dan kemerahan, bola mata
cekung
3. Integritas/ Ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, Masalah finansial yang berhubungan dengan
kondisi
Tanda : Ansietas, peka rangsang
4. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, Rasa nyeri/terbakar, kesulitan
berkemih (infeksi), ISSK baru/berulang, Nyeri tekan abdomen, Diare
Tanda :Urine encer, pucat, kuning, poliuri ( dapat berkembang menjadi oliguria/anuria, jika
terjadi hipovolemia berat), Urin berkabut, bau busuk (infeksi), Abdomen keras, adanya asites,
Bising usus lemah dan menurun, hiperaktif (diare)
5. Nutrisi/Cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, Mual/muntah, Tidak mematuhi diet, peningkattan masukan
glukosa/karbohidrat, Penurunan berat badan lebih dari beberapa hari/minggu, Haus,
penggunaan diuretik (Thiazid)
Tanda : Kulit kering/bersisik, turgor jelek, Kekakuan/distensi abdomen, muntah,
Pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan metabolik dengan peningkatan gula darah), bau
halisitosis/manis, bau buah (napas aseton)
6. Neurosensori
Gejala : Pusing/pening, sakit kepala, Kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parestesia,
Gangguan penglihatan
Tanda : Disorientasi, mengantuk, alergi, stupor/koma (tahap lanjut). Gangguan memori
(baru, masa lalu), kacau mental, Refleks tendon dalam menurun (koma), Aktifitas kejang
(tahap lanjut dari DKA)
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat)
Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati
8. Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/ tanpa sputum purulen (tergantung
adanya infeksi/tidak)
Tanda : Lapar udara, batuk dengan/tanpa sputum purulen, Frekuensi pernapasan meningkat
9. Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit
Tanda : Demam, diaforesis, Kulit rusak, lesi/ulserasi, Menurunnya kekuatan umum/rentang
erak, Parestesia/paralisis otot termasuk otot-otot pernapasan (jika kadar kalium menurun
dengan cukup tajam)
10. Seksualitas
Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi), Masalah impoten pada pria, kesulitan orgasme
pada wanita
11. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Faktor resiko keluarga DM, jantung, stroke, hipertensi. Penyembuhan yang, Lambat,
penggunaan obat sepertii steroid, diuretik (thiazid), dilantin dan fenobarbital (dapat
meningkatkan kadar glukosa darah). Mungkin atau tidak memerlukan obat diabetik sesuai
pesanan
Rencana pemulangan : Mungkin memerlukan bantuan dalam pengatuan diet, pengobatan,
perawatan diri, pemantauan terhadap glukosa daraH
Infection Protection
(proteksi terhadap
infeksi)
1. Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik
dan lokal
2. Monitor hitung
granulosit, WBC
3. Monitor kerentanan
terhadap infeksi
4. Batasi pengunjung
5. Saring pengunjung
terhadap penyakit
menular
6. Pertahankan teknik
aspesis pada pasien
yang beresiko
7. Pertahankan teknik
isolasi k/p
8. Berikan perawatan
kulit pada area
epiderma
9. Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
10. Inspeksi kondisi luka
/ insisi bedah
11. Dorong masukkan
nutrisi yang cukup
12. Dorong masukan
cairan
13. Dorong istirahat
14. Instruksikan pasien
untuk minum
antibiotik sesuai resep
15. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
16. Ajarkan cara
menghindari infeksi
17. Laporkan kecurigaan
infeksi
18. Laporkan kultur
positif
4 Ketidakseimbangan nutrisi NOC : NIC :
kurang dari kebutuhan tubuh v Nutritional Status : food and Nutrition Management
Definisi : Intake nutrisi tidak Fluid Intake 1. Kaji adanya alergi
cukup untuk keperluan v Nutritional Status : nutrient makanan
metabolisme tubuh. Intake 2. Kolaborasi dengan
Batasan karakteristik : ahli gizi untuk
- Berat badan 20 % atau lebih Kriteria Hasil : menentukan jumlah
di bawah ideal v Adanya peningkatan berat kalori dan nutrisi
- Dilaporkan adanya intake badan sesuai dengan tujuan yang dibutuhkan
makanan yang kurang dari v Berat badan ideal sesuai pasien.
RDA (Recomended Daily dengan tinggi badan 3. Anjurkan pasien
Allowance) v Mampumengidentifikasi untuk meningkatkan
- Membran mukosa dan kebutuhan nutrisi intake Fe
konjungtiva pucat v Tidk ada tanda tanda 4. Anjurkan pasien
- Kelemahan otot yang malnutrisi untuk meningkatkan
digunakan untuk v Menunjukkan peningkatan protein dan vitamin C
menelan/mengunyah fungsi pengecapan dari 5. Berikan substansi
- Luka, inflamasi pada menelan gula
rongga mulut v Tidak terjadi penurunan 6. Yakinkan diet yang
- Mudah merasa kenyang, berat badan yang berarti dimakan mengandung
sesaat setelah mengunyah tinggi serat untuk
makanan mencegah konstipasi
- Dilaporkan atau fakta 7. Berikan makanan
adanya kekurangan makanan yang terpilih (sudah
- Dilaporkan adanya dikonsultasikan
perubahan sensasi rasa dengan ahli gizi)
- Perasaan ketidakmampuan 8. Ajarkan pasien
untuk mengunyah makanan bagaimana membuat
- Miskonsepsi catatan makanan
- Kehilangan BB dengan harian.
makanan cukup 9. Monitor jumlah
- Keengganan untuk makan nutrisi dan kandungan
- Kram pada abdomen kalori
- Tonus otot jelek 10. Berikan informasi
- Nyeri abdominal dengan tentang kebutuhan
atau tanpa patologi nutrisi
- Kurang berminat terhadap 11. Kaji kemampuan
makanan pasien untuk
- Pembuluh darah kapiler mendapatkan nutrisi
mulai rapuh yang dibutuhkan
- Diare dan atau steatorrhea
- Kehilangan rambut yang Nutrition Monitoring
cukup banyak (rontok) 1. BB pasien dalam
- Suara usus hiperaktif batas normal
- Kurangnya informasi, 2. Monitor adanya
misinformasi penurunan berat
badan
Faktor-faktor yang 3. Monitor tipe dan
berhubungan : jumlah aktivitas yang
Ketidakmampuan pemasukan biasa dilakukan
atau mencerna makanan atau 4. Monitor interaksi
mengabsorpsi zat-zat gizi anak atau orangtua
berhubungan dengan faktor selama makan
biologis, psikologis atau 5. Monitor lingkungan
ekonomi. selama makan
6. Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak selama
jam makan
7. Monitor kulit kering
dan perubahan
pigmentasi
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
10. Monitor mual dan
muntah
11. Monitor kadar
albumin, total protein,
Hb, dan kadar Ht
12. Monitor makanan
kesukaan
13. Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
14. Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
15. Monitor kalori dan
intake nuntrisi
16. Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan
cavitas oral.
17. Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet
5 Kurang pengetahuan NOC : NIC :
Definisi : v Knowlwdge : disease Teaching : disease
Tidak adanya atau kurangnya process Process
informasi kognitif sehubungan v Knowledge : health 1. Berikan penilaian
dengan topic spesifik. Behavior tentang tingkat
Batasan karakteristik : Kriteria Hasil : pengetahuan pasien
memverbalisasikan adanya v Pasien dan keluarga tentang proses penyakit
masalah, ketidakakuratan menyatakan pemahaman yang spesifik
mengikuti instruksi, perilaku tentang penyakit, kondisi, 2. Jelaskan
tidak sesuai. prognosis dan program patofisiologi dari
pengobatan penyakit dan bagaimana
Faktor yang berhubungan : v Pasien dan keluarga mampu hal ini berhubungan
keterbatasan kognitif, melaksanakan prosedur yang dengan anatomi dan
interpretasi terhadap informasi dijelaskan secara benar fisiologi, dengan cara
yang salah, kurangnya v Pasien dan keluarga mampu yang tepat.
keinginan untuk mencari menjelaskan kembali apa yang 3. Gambarkan tanda
informasi, tidak mengetahui dijelaskan perawat/tim dan gejala yang biasa
sumber-sumber informasi. kesehatan lainnya. muncul pada penyakit,
dengan cara yang tepat
4. Gambarkan proses
penyakit, dengan cara
yang tepat
5. Identifikasi
kemungkinan penyebab,
dengna cara yang tepat
6. Sediakan informasi
pada pasien tentang
kondisi, dengan cara
yang tepat
7. Hindari jaminan
yang kosong
8. Sediakan bagi
keluarga atau SO
informasi tentang
kemajuan pasien dengan
cara yang tepat
9. Diskusikan
perubahan gaya hidup
yang mungkin
diperlukan untuk
mencegah komplikasi di
masa yang akan datang
dan atau proses
pengontrolan penyakit
10. Diskusikan pilihan
terapi atau penanganan
11. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara
yang tepat atau
diindikasikan
12. Eksplorasi
kemungkinan sumber
atau dukungan, dengan
cara yang tepat
13. Rujuk pasien pada
grup atau agensi di
komunitas lokal, dengan
cara yang tepat
14. Instruksikan pasien
mengenai tanda dan
gejala untuk melaporkan
pada pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara
yang tepat
DAFTAR PUSTAKA
Wallace TM, Matthews DR. Recent Advance in The Monitoring and management of Diabetic
Ketoacidosis. QJ Med 2004; 97 : 773-80.
Kitabchi AE, Fisher JN, Murphy MB , Rumbak MJ : Diabetic ketoacidosis and the
hyperglycemic hyperosmolar nonketoti c state. In Joslin’s Diabetes Mellitus . 13th ed.
Kahn CR, Weir GC, Eds. Philadelphia, Lea & Febiger, 1994, p.738–770
PEMBAHASAN
1. GLOMERURULONEFRITIS
1. Denisi
Glomerulonefritis adalah imflamasi glomerulus, yang mempengarui kemampuan
kapiler, Pada gloneluri ginjal di sebabkan oleh bakteri atau virus.Penyakit yang
ditandai oleh inflamasi glomerulus ginjal dengan protein uria eritrosit, lekosit dalam
urin, dan retensi garam, air dan nitrogen dalam derajat yang bervariasi, disertai
G9lomerulonefritis akut (GNA) adalah suatu reaksi imunologis pada ginjal terhadap
bakteri atau virus tertentu.Yang sering terjadi ialah akibat infeksi kuman
nefritis lupus, atau nefropati diabetic. Namun, pada banyak kasus tidak
tersembunyi dan penyakit sering kali tidak dikenali hingga tanda gagal ginjal terjadi
glomerulonefritis kronik juga dapat didiagnosa saat hipertensi dan kerusakan fungsi
ginjal ditemukan secara tidak sengaja selama pemeriksaan fisik rutin atau terapi
dengan jarak brtahun-tahun hingga decade antara diagnosis dan perkembangan gagal
2. Anatomi Fisiologi
Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebrata yang berbentuk mirip kacang.
Sebagai bagian dari siste’m urin, ginjal berfungsi menyaring kotoran (terutama urea)
dari darah dan membuangnya bersama dengan air dalam bentuk urin. Cabang dari
kedokteran yang mempelajari ginjal dan penyakitnya disebut nefrologi.
Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas dan
duabelas.Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak
pararenal) yang membantu meredam goncangan.
Berat dan besar ginjal bervariasi; hal ini tergantung jenis kelamin, umur, serta
ada tidaknya ginjal pada sisi lain.Pada orang dewasa, rata-rata ginjal memiliki
ukuran panjang sekitar 11,5 cm, lebar sekitar 6 cm dan ketebalan 3,5 cm dengan
berat sekitar 120-170 gram atau kurang lebih 0,4% dari berat badan. Ginjal memiliki
bentuk seperti kacang dengan lekukan yang menghadap ke dalam. Di tiap ginjal
terdapat bukaan yang disebut hilus yang menghubungkan arterirenal, venarenal,
dan ureter.Aliran darah ginjal berasal dari arteri renalis yang merupakan cabang
langsung dari aorta abdominalis, sedangkan yang mengalirkan darah balik adalah
vena renalis yang merupakan cabang vena kava inferior. Sistem arteri ginjal adalah
tidak ada anastomosis ke cabang arteri lain.
Bagian paling luar dari ginjal disebut korteks, bagian lebih dalam lagi
disebut medulla.Bagian paling dalam disebut pelvis.Pada bagianmedulla ginjal
manusia dapat pula dilihat adanya piramida yang merupakan bukaan saluran
pengumpul.Ginjal dibungkus oleh jaringan fibros tipis dan mengkilap yang
disebut kapsula fibrosa ginjal dan di luar kapsul ini terdapat jaringan lemak
perirenal.Di sebelahatas ginjal terdapat kelenjar adrenal.Ginjal dan kelenjar adrenal
dibungkus oleh fasia gerota.Unit fungsional dasar dari ginjal adalah nefron yang
dapat berjumlah lebih dari satu juta buah dalam satu ginjal normal manusia dewasa.
Nefron berfungsi sebagai regulator air dan zat terlarut (terutama elektrolit) dalam
tubuh dengan cara menyaring darah, kemudian mereabsorpsi cairan dan molekul
yang masih diperlukan tubuh. Molekul dan sisa cairan lainnya akan dibuang.
Reabsorpsi dan pembuangan dilakukan menggunakan mekanisme pertukaran lawan
arusdan kotranspor.Hasil akhir yang kemudian diekskresikan disebut urine.Sebuah
nefron terdiri dari sebuah komponen penyaring yang disebut korpuskula (atau badan
Malphigi) yang dilanjutkan oleh saluran-saluran (tubulus).Setiap korpuskula
mengandung gulungan kapiler darah yang disebut glomerulus yang berada
dalam kapsula Bowman.Setiap glomerulus mendapat aliran darah dari
arteri aferen.Dinding kapiler dari glomerulus memiliki pori-pori untuk filtrasi atau
penyaringan.Darah dapat disaring melalui dinding epitelium tipis yang berpori dari
glomerulus dan kapsula Bowman karena adanya tekanan dari darah yang mendorong
plasma darah. Filtrat yang dihasilkan akan masuk ke dalan tubulus ginjal. Darah
yang telah tersaring akan meninggalkan ginjal lewat arteri eferen. Di antara darah
dalam glomerulus dan ruangan berisi cairan dalam kapsula Bowman terdapat tiga
lapisan:
Dengan bantuan tekanan, cairan dalan darah didorong keluar dari glomerulus,
melewati ketiga lapisan tersebut dan masuk ke dalam ruangan dalam kapsula
Bowman dalam bentuk filtrat glomerular.Filtrat plasma darah tidak mengandung sel
darah ataupun molekul protein yang besar.Protein dalam bentuk molekul kecil dapat
ditemukan dalam filtrat ini. Darah manusia melewati ginjal sebanyak 350 kali setiap
hari dengan laju 1,2 liter per menit, menghasilkan 125 cc filtrat glomerular per
menitnya. Laju penyaringan glomerular ini digunakan untuk tes diagnosa fungsi
ginjal.
tubulus penghubung
3. Etiologi
Penyebab paling sering adalah adalah infeksi saluran napas bagian atas yang
biasanya dimulai dengan nyeri tenggorokan, berkembang menjadi nefritis dalam 7
hingga 12 hari.Glomerulonefritis disebabkan oleh infeksi streptokokus yang biasanya
dapat disembuhkan dengan terapi.Bentuk glomrulonefritis akut lainnya pada
akhirnya berkembang menjadi glomerulonefritis kronis.Disebabkan oleh bakteri dan
virus.
4. Manisfestasi Klinis
edema dan azotemia.Peningkatan aldosteron dapat juga berperan pada retensi air dan
natrium.Dipagi hari sering terjadi edema pada wajah terutama edem periorbita,meskipun
edema paling nyata dibagian anggota GFR biasanya menurun(meskipun aliran plasma ginja
sehingga terjadi edema danazotemia. Peningkatan aldosteron dapat juga berperan pada retensi
air dannatrium.Dipagi hari sering terjadi edema pada wajah terutama edemperiorbita,
meskipun edema paling nyata dibagian anggota bawah tubuhketika menjelang siang. Derajat
edema biasanya tergantung pada beratperadangan gelmurulus, apakah disertai dengan payah
jantung kongestif,dan seHipertensi terdapat pada 60-70% anak dengan GNA pada hari
kerusakan jaringan ginjal, maka tekanan darah akan tetap tinggiselama beberapa minggu dan
menjadi permanen bila keadaanpenyakitnya menjadi kronis. Suhu badan tidak beberapa
tinggi, tetapidapat tinggi sekali pada hari pertama.berapa cepat dilakukan pembatasan garam.
Hipertensi terdapat pada 60-70% anak dengan GNA pada hari pertama,kemudian pada akhir
minggu pertama menjadi normal kembali. Bilaterdapat kerusakan jaringan ginjal, maka
tekanan darah akan tetap tinggiselama beberapa minggu dan menjadi permanen bila
keadaanpenyakitnya menjadi kronis. Suhu badan tidak beberapa tinggi, tetapidapat tinggi
Infeksi streptococcus
Gangguan pola
nafas
7. Klasifikasi
a. Glomerulonefritis Akut
Adalah peradangan glomerulus secara mendadak pada kedua ginjal.Peradangan
akut glomerulus terjadi akibat pengendapan kompleks antigen dan antibody.
b. Glomerulonefritis Kronik
Adalah suatu kelainan yang terjadi pada beberapa penyakit, dimana terjadi
kerusakan dan kemunduran fungsi ginjal selama bertahun-tahun.Suatu kondisi
peradang yang lama sel-sel glomerulus.
c. Glomerulonefritis Progresif Cepat
Adalah peradangan glomerulus yang terjadi sedemikian cepat sehingga terjadi
penurunan GRF 50% dalam 3 bulan setelah awitan penyakit.
8. Komplikasi
glomerulus. Meskipun oligouria atau anuria yang lama jarang terdapat pada anak,
namun bila hal ini terjadi maka dialisis peritoneum kadang – kadang diperlukan.
jantung, dan meningginya tekanan darah yang bukan saja karena hipertensi, juga karena
9. Pemeriksaan Diagnostik
a. Jika terjadi hipertensi, tekanan darah di turunkan dengan membatas natrium dan
air, agens antihipertensi atau keduannya.
b. Berat badan dipantau setiap hari, dan obat diuretic diresepkan untuk mengatasi
kelebihan beban cairan.
c. Protein dengan nilai biologi tinggi diberikan untuk mendukung status nutrisi yang
baik ( produk susu, telur, daging).
d. Infeksi saluran kemih diobati dengan cepat dan tepat.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Keluhan utama
c. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
2. Tingkat kesadaran
3. Tanda-tanda vital
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan pola nafas berhubungan dengan komplain paru menurun yang ditandai
a. Gangguan pola nafas berhubungan dengan komplain paru menurun yang ditandai
Tujuan :setelah dilakukan tindakan selama 2x24 jam masalah gangguan pola nafas
dapat teratasi.
Kriteria Hasil :pasien dapat bernafas dengan frekuensi normal yaitu 16-20/menit.
Intervensi :
1. Awasi frekuensi/ upaya nafas. Penurunan kecepatan infus bila ada dispnea 2.
Auskultasi paru, perhatikan penurunan, tak adanya, atau bunyi nafas adventisius,
contoh gemericik/mengi/ronki.
3.Tinggikan kepala tempat tidur. Tingkatkan latihan nafas dalam dan batuk.
Rasional :
infeksi.
pencegahan/pengurangan hipoksia.
Intervensi :
1. Kesimpulan
Glomerlonefritis adalah penyakit akibat respons imunologik dan haya jenis
tertentu saja yang secara pati telah diketahui eriologinnya. Proses imunologik diatur
oleh berbagai factor imunogenetik yang menentukan bagaimana individu merespons
suatu kejadian. Secara garis besar dua mekanisme terjadinya GN yaitu sirkulasi imun
komplit dan terbentuk deposit komplek.
2. Saran
Diharapkan mahasiswi D3 Akademi Keperawatan Universitas Kristen
Indonesia dapat mengerti dan memahami serta dapat menerapkan Askep dengan baik
pada saat dinas dilahan.
DAFTAR PUSTAKA
Sudoyo W. Aru, Setiyohadi Bambang, Alwi Indrus.2006. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
kapiler, Pada gloneluri ginjal di sebabkan oleh bakteri atau virus.Penyakit yang
ditandai oleh inflamasi glomerulus ginjal dengan protein uria eritrosit, lekosit dalam
urin, dan retensi garam, air dan nitrogen dalam derajat yang bervariasi, disertai
G9lomerulonefritis akut (GNA) adalah suatu reaksi imunologis pada ginjal terhadap
bakteri atau virus tertentu.Yang sering terjadi ialah akibat infeksi kuman
nefritis lupus, atau nefropati diabetic. Namun, pada banyak kasus tidak
glomerulonefritis kronik juga dapat didiagnosa saat hipertensi dan kerusakan fungsi
ginjal ditemukan secara tidak sengaja selama pemeriksaan fisik rutin atau terapi
dengan jarak brtahun-tahun hingga decade antara diagnosis dan perkembangan gagal
Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebrata yang berbentuk mirip kacang.
Sebagai bagian dari siste’m urin, ginjal berfungsi menyaring kotoran (terutama urea)
dari darah dan membuangnya bersama dengan air dalam bentuk urin. Cabang dari
kedokteran yang mempelajari ginjal dan penyakitnya disebut nefrologi.
Ginjal ini terletak di kanan dan kiri tulang belakang, di bawah hati
dan limpa.Di bagian atas (superior) ginjal terdapat kelenjar adrenal (juga
disebut kelenjar suprarenal).
Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas dan
duabelas.Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak
pararenal) yang membantu meredam goncangan.
Berat dan besar ginjal bervariasi; hal ini tergantung jenis kelamin, umur, serta
ada tidaknya ginjal pada sisi lain.Pada orang dewasa, rata-rata ginjal memiliki
ukuran panjang sekitar 11,5 cm, lebar sekitar 6 cm dan ketebalan 3,5 cm dengan
berat sekitar 120-170 gram atau kurang lebih 0,4% dari berat badan. Ginjal memiliki
bentuk seperti kacang dengan lekukan yang menghadap ke dalam. Di tiap ginjal
terdapat bukaan yang disebut hilus yang menghubungkan arteri renal, vena renal,
dan ureter.Aliran darah ginjal berasal dari arteri renalis yang merupakan cabang
langsung dari aorta abdominalis, sedangkan yang mengalirkan darah balik adalah
vena renalis yang merupakan cabang vena kava inferior. Sistem arteri ginjal adalah
tidak ada anastomosis ke cabang arteri lain.
Bagian paling luar dari ginjal disebut korteks, bagian lebih dalam lagi
disebut medulla.Bagian paling dalam disebut pelvis.Pada bagianmedulla ginjal
manusia dapat pula dilihat adanya piramida yang merupakan bukaan saluran
pengumpul.Ginjal dibungkus oleh jaringan fibros tipis dan mengkilap yang
disebut kapsula fibrosa ginjal dan di luar kapsul ini terdapat jaringan lemak
perirenal.Di sebelahatas ginjal terdapat kelenjar adrenal.Ginjal dan kelenjar adrenal
dibungkus oleh fasia gerota.Unit fungsional dasar dari ginjal adalah nefron yang
dapat berjumlah lebih dari satu juta buah dalam satu ginjal normal manusia dewasa.
Nefron berfungsi sebagai regulator air dan zat terlarut (terutama elektrolit) dalam
tubuh dengan cara menyaring darah, kemudian mereabsorpsi cairan dan molekul
yang masih diperlukan tubuh. Molekul dan sisa cairan lainnya akan dibuang.
Reabsorpsi dan pembuangan dilakukan menggunakan mekanisme pertukaran lawan
arusdan kotranspor.Hasil akhir yang kemudian diekskresikan disebut urine.Sebuah
nefron terdiri dari sebuah komponen penyaring yang disebut korpuskula (atau badan
Malphigi) yang dilanjutkan oleh saluran-saluran (tubulus).Setiap korpuskula
mengandung gulungan kapiler darah yang disebut glomerulus yang berada
dalam kapsula Bowman.Setiap glomerulus mendapat aliran darah dari
arteri aferen.Dinding kapiler dari glomerulus memiliki pori-pori untuk filtrasi atau
penyaringan.Darah dapat disaring melalui dinding epitelium tipis yang berpori dari
glomerulus dan kapsula Bowman karena adanya tekanan dari darah yang mendorong
plasma darah. Filtrat yang dihasilkan akan masuk ke dalan tubulus ginjal. Darah
yang telah tersaring akan meninggalkan ginjal lewat arteri eferen. Di antara darah
dalam glomerulus dan ruangan berisi cairan dalam kapsula Bowman terdapat tiga
lapisan:
tubulus penghubung
13. Etiologi
Penyebab paling sering adalah adalah infeksi saluran napas bagian atas yang
biasanya dimulai dengan nyeri tenggorokan, berkembang menjadi nefritis dalam 7
hingga 12 hari.Glomerulonefritis disebabkan oleh infeksi streptokokus yang biasanya
dapat disembuhkan dengan terapi.Bentuk glomrulonefritis akut lainnya pada
akhirnya berkembang menjadi glomerulonefritis kronis.Disebabkan oleh bakteri dan
virus.
mengakibatkan ekskresi air, natrium, zat-zat nitrogen mungkin berkurang, sehingga terjadi
edema dan azotemia. Peningkatan aldosteron dapat juga berperan pada retensi air dan
natrium.Dipagi hari sering terjadi edema pada wajah terutama edem periorbita,meskipun
edema paling nyata dibagian anggota GFR biasanya menurun(meskipun aliran plasma ginja
sehingga terjadi edema danazotemia. Peningkatan aldosteron dapat juga berperan pada retensi
air dannatrium.Dipagi hari sering terjadi edema pada wajah terutama edemperiorbita,
meskipun edema paling nyata dibagian anggota bawah tubuhketika menjelang siang. Derajat
edema biasanya tergantung pada beratperadangan gelmurulus, apakah disertai dengan payah
jantung kongestif,dan se Hipertensi terdapat pada 60-70% anak dengan GNA pada hari
kerusakan jaringan ginjal, maka tekanan darah akan tetap tinggiselama beberapa minggu dan
menjadi permanen bila keadaanpenyakitnya menjadi kronis. Suhu badan tidak beberapa
tinggi, tetapidapat tinggi sekali pada hari pertama.berapa cepat dilakukan pembatasan garam.
Hipertensi terdapat pada 60-70% anak dengan GNA pada hari pertama,kemudian pada akhir
minggu pertama menjadi normal kembali. Bilaterdapat kerusakan jaringan ginjal, maka
tekanan darah akan tetap tinggiselama beberapa minggu dan menjadi permanen bila
keadaanpenyakitnya menjadi kronis. Suhu badan tidak beberapa tinggi, tetapidapat tinggi
15. Patofisiologi
Infeksi streptococcus
Gangguan pola
Nafas
17. Klasifikasi
d. Glomerulonefritis Akut
Adalah peradangan glomerulus secara mendadak pada kedua ginjal.Peradangan
akut glomerulus terjadi akibat pengendapan kompleks antigen dan antibody.
e. Glomerulonefritis Kronik
Adalah suatu kelainan yang terjadi pada beberapa penyakit, dimana terjadi
kerusakan dan kemunduran fungsi ginjal selama bertahun-tahun.Suatu kondisi
peradang yang lama sel-sel glomerulus.
f. Glomerulonefritis Progresif Cepat
Adalah peradangan glomerulus yang terjadi sedemikian cepat sehingga terjadi
penurunan GRF 50% dalam 3 bulan setelah awitan penyakit.
18. Komplikasi
e. Oliguira dan anuria dapat berlangsung 2 – 3 hari akibat berkurangnya filtrasi
glomerulus. Meskipun oligouria atau anuria yang lama jarang terdapat pada anak,
namun bila hal ini terjadi maka dialisis peritoneum kadang – kadang diperlukan.
jantung, dan meningginya tekanan darah yang bukan saja karena hipertensi, juga karena
e. Jika terjadi hipertensi, tekanan darah di turunkan dengan membatas natrium dan
air, agens antihipertensi atau keduannya.
f. Berat badan dipantau setiap hari, dan obat diuretic diresepkan untuk mengatasi
kelebihan beban cairan.
g. Protein dengan nilai biologi tinggi diberikan untuk mendukung status nutrisi yang
baik ( produk susu, telur, daging).
h. Infeksi saluran kemih diobati dengan cepat dan tepat.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
4. Pengkajian
a. Keluhan utama
c. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
2. Tingkat kesadaran
3. Tanda-tanda vital
5. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan pola nafas berhubungan dengan komplain paru menurun yang ditandai
Tujuan : setelah dilakukan tindakan selama 2x24 jam masalah gangguan pola nafas
dapat teratasi.
Kriteria Hasil :pasien dapat bernafas dengan frekuensi normal yaitu 16-20/menit.
Intervensi :
1. Awasi frekuensi/ upaya nafas. Penurunan kecepatan infus bila ada dispnea 2.
2. Tinggikan kepala tempat tidur. Tingkatkan latihan nafas dalam dan batuk.
Rasional :
hipoksia.
Intervensi :
1. Kesimpulan
Glomerlonefritis adalah penyakit akibat respons imunologik dan haya jenis tertentu
saja yang secara pati telah diketahui eriologinnya. Proses imunologik diatur oleh berbagai
factor imunogenetik yang menentukan bagaimana individu merespons suatu kejadian.
Secara garis besar dua mekanisme terjadinya GN yaitu sirkulasi imun komplit dan terbentuk
deposit komplek.
2. Saran
Diharapkan mahasiswi D3 Akademi Keperawatan Universitas Kristen Indonesia
dapat mengerti dan memahami serta dapat menerapkan Askep dengan baik pada saat dinas
dilahan.
DAFTAR PUSTAKA
Sudoyo W. Aru, Setiyohadi Bambang, Alwi Indrus.2006. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2.1 Pengertian
Sisitem urinaria adalah suatu sistem tempat terjadinya proses penyaringan darah sehingga
dara bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih
dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang dipergunakan oleh tubuh larutan dalam air dan
dikeluarkan berupa urine (air kemih).
2.2. Ginjal
Ginjal adalah suatu kelenjar yang terletak di bagian belakang kavum abdominalis di belakang
peritoneum pada kedua sisi vertebra lumbalis III, melekat langsung pada dinding belakang
abdomen. Bentuk ginjal seperti biji kacang, jumlahnya ada dua buah kiri dan kanan, ginjal
kiri lebih besar dari ginjal kanan dan pada umumnya ginjal laki-laki lebih panjang dari ginjal
wanita.
Fungsi ginjal:
1. Uji protein (albumin). Bila ada kerusakan pada glomerulus atau tubulus, maka protein
dapat bocor dan masuk ke urine.
2. Uji konsentrasi ureum darah. Bila ginjal tidak cukup mengeluarkan ureum maka
ureum darah naik di atas kadar normal 20-40 mg%.
3. Uji konsentrasi. Pada uji ini dilarang makan dan minum selama 12 jam untuk melihat
sampai berapa tinggi berat jenis naiknya.
Struktur ginjal
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula renalis yang terdiri dari
jaringan fibrus berwarna ungu tua. Lapisan luar terdiri dari lapisan korteks (subtansia
kortekalis), dan lapisan sebelah dalam bagian medulla (subtansia medularis) berbentuk
kerucut yang disebut renal piramid. Puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari
lubang-lubang kecil disebut papilla renalis. Masing-masing piramid dilapisi oleh kolumna
renalis, jumlah renalis 15-16 buah.
Garis-garis yang terlihat di piramid disebut tubulus nefron yang merupakan bagian terkecil
dari ginjal yang terdiri dari glomerulus, tubulus proksimal (tubulus kontorti satu), ansa henle,
tubulus distal (tubulus kontorti dua) dan tubulus urinarius (papilla vateri).
Pada setiap ginjal diperkirakan ada 1.000.000 nefron, selama 24 jam dapat menyaring
darah 170 liter. Arteri renalis membawa darah murni dari aorta ke ginjal, lubang-lubang yang
terdapat pada piramid renal masing-masing membentuk simpul dari kapiler satu badan
malfigi yang disebut glomerulus. Pembuluh aferen yang bercabang membentuk kapiler
menjadi vena renalis yang membawa darah dari ginjal ke vena kava inferior.
Fisiologi ginjal
Ginjal berfungsi:
1. Mengatur volume air (cairan dalam tubuh). Kelebihan air dalam tubuh akan
diekskresikan oleh ginjal sebagai urine (kemih) yang encer dalam jumlah besar,
kekurangan air (kelebihan keringat) menyebabkan urine yang diekskresi berkurang
dan konsentrasinya lebih pekat sehingga susunan dan volume cairan tubuh dapat
dipertahankan relatif normal.
2. Mengatur keseimbangan osmitik dan mempertahankan keseimbangan ion yang
optimal dalam plasma (keseimbangan elektrolit). Bila terjadi pemasukan/pengeluaran
yang abnormal ion-ion akibat pemasukan garam yang berlebihan/penyakit perdarahan
(diare, muntah) ginjal akan meningkatkan ekskresi ion-ion yang penting (mis. Na, K,
Cl, Ca dan posfat).
3. Mengatur keseimbangan asam-basa cairan tubuh bergantung pada apa yang dimakan,
campuran makanan menghasilkan urine yang bersifat agak asam, pH kurang dari 6 ini
disebabkan hasil akhir metabolism protein. Apabila banyak makan sayur-sayuran,
urine akan bersifat basa. pH urine bervariasi antara 4,8-8,2. Ginjal menyekresi urine
sesuai dengan perubahan pH darah.
4. Ekskresi sisa hasil metabolism (ureum, asam urat, kreatinin) zat-zat toksik, obat-
obatan, hasil metabolism hemoglobin dan bahan kimia asing (pestisida).
5. Fungsi hormonal dan metabolisme. Ginjal menyekresi hormon renin yang mempunyai
peranan penting mengatur tekanan darah (sistem renin angiotensin aldesteron)
membentuk eritripoiesis mempunyai peranan penting untuk memproses pembentukan
sel darah merah (eritropoiesis).
Di samping itu ginjal juga membentuk hormone dihidroksi kolekalsiferol (vitamin D aktif)
yang diperlukan untuk absorsi ion kalsium di usus.
Glomerulus berfungsi sebagai ultrafiltrasi pada simpai bowman, berfungsi untuk menampung
hasil filtrasi dari glomerulus. Pada tubulus ginjal akan terjadi penyerapan kembali zat-zat
yang sudah disaring pada glomerulus, sisa cairan akan diteruskan ke piala ginjal terus
berlanjut ke ureter.
Urine berasal dari darah yang di bawa arteri renalis masuk kedalam ginjal, darah ini
terdiri dari bagian yang padat yaitu sel darah dan bagian plasma darah.
Ada tiga tahap pembentukan urine:
1) Proses filtrasi
Terjadi di glomerulus, proses ini terjadi karena permukaan aferen lebih besar dari permukaan
eferen maka terjadi penyerapan darah. Sedangkan sebagian yang tersaring adalah bagian
cairan darah kecuali protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowman yang
terdiri dari glukosa, air, natrium, klorida, sulfat, bikarbonat dan lain-lain, yang diteruskan ke
tubulus ginjal.
2) Proses reabsorpsi
Proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar glukosa, natrium, klorida, fosfat, dan
ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang dikenal oblogator reabsorpsi terjadi pada
tubulus atas. Sedangkan pada tubulus ginjal bagian bawah terjadi kembali penyerapan
natrium dan ion bikarbonat. Bila diperlukan akan diserap kembali ke dalam tublus bagian
bawah. Penyerapannya terjadi secara aktif dikenal dengan reabsorpsi fakultatif dan sisanya
dialirkan pada papilla renalis.
3) Proses sekresi
Sisanya penyerapan urine kembali yang terjadi pada tubulus dan diteruskan ke piala ginjal
selanjutnya diteruskan ke ureter masuk ke vesika urinaria.
ginjal mendapat darah dari aorta abdominalis yang mempunyai percabanganarteri arteri
renalis. Arteri ini berpasangan kiri dan kanan. Arteri renalis bercabang menjadi arteria
interlobaris kemudian menjadi arteri arkuata. Arteri interloburalis yang berada di tepi ginjal
bercabang menjadi kapiler membentuk gumpalan-gumpalan yang disebut glomerulus.
Glomerulus ini dikelilingi oleh alat yang disebut simpai bowman. Di sini terjadi penyaringan
pertama dan kapiler darah yang meninggalkan simpai bowman kemudian menjadi vena
renalis masuk ke vena kava inferior.
Persarafan ginjal
Ginjal mendapat persarafan dari pleksus renalis (vasomotor). Saraf ini berfungsi untuk
mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf ini berjalan bersamaan dengan
pembu;uh darah yang masuk ginjal. Di atas ginjal terdapat kelenjar suprarenalis, kelenjar ini
merupakan kelenjar buntu yang menghasilkan dua macam hormon yaitu hormon adrenalin
dan hormon kortison. Adrenal dihasilkan oleh medulla.
Sewaktu filtrat glomerulus memasuki tubulus ginjal, filtrat ini mengalir melalui bagian-
bagian tubulus. Sebelum diekskresikan sebagai urine beberapa zat diabsorpsi kembali secara
selektif dari tbulus dan kembali ke dalam darah, sedangkan yang lain de sekresikandari darah
ke dalam lumen tubulus. Pada akhirnya urine terbentuk dan semua zat dalam urine akan
menggambarkan penjumlahan dari tiga proses dasar ginjal (filtrasi glomerulus, reabsorpsi
tubulus dan sekresi tubulus).
Ekskresi urine – Filtrasi glomerulus – Reabsorpsi tubulus + Sekresi tubulus
a. Reabsorpsi tubulus
Ginjal menangani beberapa zat yang yang difiltrasi secara bebas dalam ginjaldan diabsorpsi
dengan kecepatan yang berbeda. Kecepatan masing-masing zat dapat dihitung sebagi berikut.
Penghitungan ini menganggap bahwa zat-zat difiltrasi secara bebas dan tidak terikat pada
protein plasma.
Kebanyakan zat proses filtrasi golmerulus dan reabsorpsi tubulus secara kuntitatif
relatif sangat besar terhadap sekresi urine. Sedikit saja perubahan pada filtrasi glomerulus
atau reabsorpsi secara potensial dapat menyebabkan perubahan yang relatif besar. Beberapa
produk buangan seperti ureum dan kreatinin sulit diabsorpsi dari tubulus dan diekskresi
dalam jumlah yang relatif besar.
Mekanisme pasif. Zat yang akan diabsorpsi harus ditranspor melintasi membran epitel tubulus
ke dalam cairan interstisial ginjal, melalui kapiler peri tubulus kembali ke dalam darah.
Reabsorpsi melalui epitel tubulus ke dalam darah, misalnya air dan zat terlarut dapat
ditranpor melalui membran selnya sendiri (jalur transeluler) atau melalui ruang sambungan
antar-sel (jalur para seluler). Setelah diabsorpsi melalui sel epitel tubulus ke dalam cairan
interstisial air dan zat terlarut ditranpor melalui dinding kapiler ke dalam darah dengan cara
ultrafiltrasi yang diperantarai oleh tekanan hidrostatik dan tekanan osmotik koloid.
Traspor aktif mendorong suatu zat terlarut melawan gradien elektrokimia dan membutuhkan
energi yang berasal dari metabolisme. Transpor yang berhubungan langsung dengan suatu
sumber energi seperti hidrolisis adenosin trifosfat (ATF) disebut transfor aktif primer.
Transpor yang tidak berhubungan secara langsung dengan suatu sumber energi seperti yang
diakibatkan oleh gradien ion, disebut transpor aktif sekunder.
Secara normal sekitar 65% dari muatan natrium dan air yang difiltrasi dan nilai persentase
terendah dari klorida akan diabsorpsi oleh tubulus proksimal sebelum filtrat mencapai ansa
henle. Persentase ini dapat meningkat atau menurun dalam berbagai kondisi fisiologis.
Sel tubuh proksimal mempunyai banyak sekali brush boerder. Permukaan membran
brush boerder dimuati molekul protein yang mentranspor ion natrium melewati membran
lumen yang bertalian dengan mekanisme transpor nutrien organik (asam amino dan glukosa).
Tubulus proksimal merupakan tempat penting untuk sekresi asam dan basa, organik seperti
garam garam empedu, oksalat, urat, dan katekolamin.
Penyakit ginjal
Penyakit pada ginjal dapat mengganggu fungsi nefron, dan apabila sejumlah besar nefron
mengalami kerusakan maka akan terjadi kerusakan fungsi ginjal: sekresi urina hilang,
albumin atau darah dapat terlihat pada urine, produk metabolisme (misalnya urea) yang
seharusnya di ekskresi tidak diekskresi dan terjadi penumpukan dalam darah, serta
keseimbangan asam basa tubuh menjadi terganggu.
1. Gangguan sirkulasi renalis (misalnya pada syok, penurunan curah jantung ditujukan
pada otak dan jantung menyebabkan kerusakan pada ginjal).
2. Glomerulo nefritis berat
3. Penyumbatan traktus urinarius oleh batu ginjal.
Bila gagal ginjal terjadi pada beberapa jam, tubulus ginjal akan mengalami kerusakan
permanen. Pada urine yang disekresi terhenti sama sekali (terjadi urinarius) atau berkurang
dalam jumlah yang sangat kecil (oligura), terdapat perubahan keseimbangan asam basa yang
berat dan produk akhir metabolisme tubuh tidak diekskresi. Gagal ginjal kronik merupakan
akibat dari kerusakan nefron yang permanen ole penyakit ginjal apa saja yang berat, adanya
bukti terjadi gagal ginjal terlihat apa bila sekitar 75% dari nefron sudah tidak berfungsi.
1. Glukose
2. Benda-benda keton
3. Garam empedu
4. Pigmen empedu
5. Protein
6. Darah
7. Beberapa obat-obatan
2.3. Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa, masing–masing bersambung dari ginjal ke kandung kemih (vesika
urinaria), panjangnya ± 25-30 cm, dengan penampang ± 0,5 cm. Ureter sebagian terletak
dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis.
Lapisan didnding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali yang
akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kamih (vesika urinaria). Gerakan
peristaltik mendorong urine melalui ureter yang diekskresikan oleh ginjal dan disemprotkan
dalam bentuk pancaran, melalui osteum uretralis masuk ke dalam kandung kemih.
Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus psoas dan dilapisi
oleh peritoneum. Penyempitan ureter terjadi pada tempat ureter meninggalkan pelvis renalis,
pembuluh darah, saraf dan pembuluh limfe berasal dari pembuluh sekitarnya mempunyai
saraf sensorik.
Pars pelvis ureter berjalan pada bagian dinding lateral pada kavum pelvis sepanjang
tepi anterior dari insura iskhiadikamayor dan tertutup olehperitoneum. Ureter dapt ditemukan
di depan arteri hipogastrikabagian dalam nervus obturatoris arteri vasialia anterior dan
arteri hemoroidalis media. Pada bagian bawah insura iskhiadika mayor, ureter agak miring ke
bagian medial untuk mencapai sudut lateral dari vesika urinaria.
Ureter pada pria terdapat di dalam visura seminalis atas dan disilang oleh duktus
deferens dan dikelilingi oleh pleksus vesikalis. Selanjutnya ureter berjalan oblique sepanjang
2 cm di dalam dinding vesika urinaria pada sudut lateral dari trigonum vesika. Sewaktu
menembus vesika urinaria, dinding atas dan dinding bawah ureter akan tertutup dan pada
waktu vesika urinaria penuh akan membentuk katup (valvula) dan mencegah pengambilan
urine dari vesika urinaria.
Ureter pada wanita terdapat di belakang fossa ovarika urinaria dan berjalan ke
bagian medial dan ke depan bagian lateralis serviks uteri bagian atas, vagina untuk mencapai
fundus vesika urinaria. Dalam perjalanannya, ureter didampingi oleh arteri uterina sepanjang
2,5 cm dan selanjutnya arteri ini menyilang ureter dan menuju ke atas di antara lapisan
ligamentum. Ureter mempunyai 2 cm dari sisi serviks uteri. Ada tiga tempat yang penting
dari ureter yang mudah terjadi penyumbatan yaitu pada sambungan ureter pelvis diameter 2
mm, penyilangan vosa iliaka diameter 4 mm dan pada saat masuk ke vesika urinaria yang
berdiameter 1-5 cm.
1. Arteri renalis
2. Arteri spermatika interna
3. Arteri hipogastrika
4. Arteri vesika inferior
Persarafan ureter
Persarafan ureter merupakan cabang dari pleksus mesenterikus inferior, pleksus spermatikus,
dan pleksu pelvis; seperti dari nervus; rantai eferens dan nervus vagusrantai eferen dari
nervus torakalis ke-11 dan ke-12, nervus lumbalis ke-1, dan nervus vagus mempunyai rantai
aferen untuk ureter.
Vesika urinaria (kandung kemih) dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet,
terletak di belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul. Bentuk kandung kemih seperti
kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan dengan ligamentum vesika
umbilikalis medius.
1. Fundus yaitu, bagian yang menghadap ke arah belakang dan bawah, bagian ini
terpisah dari rektum oleh spatium rectovesikale yang terisi oleh jaringan ikat duktus
deferen, vesika seminalis dan prostat.
2. Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.
3. Verteks, bagian yang mancung ke arah muka dan berhubungan dengan ligamentum
vesika umbilikalis.
Dinding kandung kemih terdiri dari lapisan sebelah luar (peritonium), tunika muskularis
(lapisan otot), tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan bagian dalam). Pembuluh
limfe vesika urinaria mengalirkan cairan limfe ke dalam nadi limfatik iliaka interna dan
eksterna.
Lapisan otot vesika urinaria terdiri dari otot polos yang tersusun dan saling berkaitan dan
disebut m. detrusor vesikae. Peredaran darah vesika urinaria berasal dari arteri vesikalis
superior dan inferior yang merupakan cabang dari arteri iliaka interna. Venanya membentuk
pleksus venosus vesikalis yang berhubungan dengan pleksus prostatikus yang mengalirkan
darah ke vena iliaka interna.
Persarafan vesika urinaria
Persarafan vesika urinaria berasal dari pleksus hipogastrika inferior. Serabut ganglion
simpatikus berasal dari ganglion lumbalis ke-1 dan ke-2 yang berjalan turun ke vesika
urinaria melalui pleksus hipogastrikus. Serabut preganglion parasimpatis yang keluar dari
nervus splenikus pelvis yang berasal dari nervus sakralis 2, 3 dan 4 berjalan melalui
hipogastrikus inferior mencapai dinding vesika urinaria/
Sebagian besar serabut aferen sensoris yan g keluar dari vesika urinaria menuju sistem
susunan saraf pusat melalui nervus splanikus pelvikus berjalan bersama saraf simpatis
melalui pleksus hipogastrikus masuk kedalam segmen lumbal ke-1 dan ke-2 medula spinalis.
2.5. Uretra
Uretara merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi
menyalurkan air kemih keluar.
Referensi :
Evelyn C. Pears. 2011. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis – Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama
Syafuddin. 1997. Anatomi fisiologi untuk siswa perawat edisi 2 – Jakarta : EGC
Syafuddin. 2006. Anatomi fisiologi untuk mahasiswa perawat edisi 3 – Jakarta : EGC
Gibson, John MD. 1995. Anatomi dan fisiologi modern untuk perawat edisin 2 – Jakarta : EGC
http://sectiocadaveris.wordpress.com/artikel-kedokteran/anatomi-ginjal-dan-saluran-
kemih/, diakses tanggal 02/01/2012
http://pisaudokter.blogspot.com/2011/02/anatomi-sistem-urinaria.html, diakses tanggal
02/01/2012