You are on page 1of 26

BAB I

PENDAHULUAN

Sinonim dari urtikaria : Hives, nettle rash, biduran, kaligata Urtikaria ialah
reaksi vaskuler di kulit akibat bermacam-macam sebab, biasanya ditandai dengan
edema setempat yang cepat timbul dan menghilang perlahan-lahan, berwarna
pucat dan kemerahan, meninggi dipermukaan kulit, sekitarnya dapat dikelilingi
halo.1 Urtikaria merupakan suatu erupsi kulit yang menimbul berbatas tegas,
berwarna merah, lebih pucat pada bagian tengah dan memucat bila di tekan
disertai rasa gatal.2
Urtikaria merupakan penyakit dermatologis umum, 15-25% penduduk
dalam waktu tertentu dalam hidupnya pernah mengalaminya. Urtikaria dapat
terjadi pada semua jenis kelamin dan berbagai kelompok umur. Angka kejadian
pada urtikaria akut (40-60%) dibandingkan pada urtikaria kronik (10-20%).
Berdasarkan waktu, urtikaria mempunyai 2 bentuk yaitu urtikaria akut
yang berlangsung <6 minggu dan urtikaria kronik yang berlangsung >6 minggu.
Penyebab paling umum untuk urtikaria akut adalah obat-obatan, vitamin,
suplemen, makanan, minuman, kontak alergi, bahan inhalasi. Urtikaria kronik
biasanya penyebabnya bukan lagi karena alergi makanan. Ada beberapa sumber
yang bisa menimbulkan urtikaria kronik, yaitu faktor nonimunologik (bahan
kimia, paparan fisik, zat kolinergik, infeksi dan penyakit infeksi) dan faktor
imunologik. Mekanisme yang paling sering adalah reaksi hipersensitivitas I yang
distimulasi oleh antigen polivalen yang mempertemukan dua molekul ig E
spesifik yang mengikat sel mast atau permukaan basofil. Walaupun patogenesis
dan penyebab yang dicurigai telah ditemukan, ternyata pengobatan yang diberikan
kadang tidak memberi hasil seperti yang diharapkan.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI1.2
Urtikaria merupakan suatu reaksi vaskular di kulit akibat bermacam-
macam sebab, biasanya ditandai dengan edema setempat yang cepat timbul dan
menghilang perlahan-lahan, berwarna pucat dan kemerahan, meninggi di
permukaan kulit, dan sekitarnya dapat dikelilingi halo.1
Angioedema adalah urtikaria yang mengenai lapisan kulit yang lebih
dalam daripada dermis, dapat di submukosa, subkutis, ataupun saluran nafas,
saluran cerna, dan organ kardiovaskular.1
Episode urtikaria/ angioedema yang berlangsung kurang dari 6 minggu
disebut urtikaria/ angioedema akut. Di lain pihak, bila proses tersebut cenderung
menetap lebih dari 6 minggu disebut kronik.2

2.2 EPIDEMIOLOGI1,2
Urtikaria dan angioedema sering dijumpai pada semua umur, orang
dewasa lebih banyak mengalami urtikaria dibandingkan dengan usia muda.
Ditemukan 40% bentuk urtikaria saja, 49% urtikaria bersama-sama dengan
angioedema dan 11% angioedema saja. Lama serangan berlangsung bervariasi,
ada yang lebih dari satu tahun bahkan lebih dari 20 tahun.
Penderita atopi lebih mudah mengalami urtikaria dibandingkan dengan
orang normal. Tidak ada perbedaan frekuensi jenis kelamin, baik laki-laki maupun
perempuan. Umur, ras, aktivitas, letak geografis dan perubahan musim dapat
mempengaruhi hipersensitivitas yang diperankan oleh IgE. Penisilin tercatat
sebagai obat yang lebih sering menimbulkan urtikaria.

2.3 ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO1,2


Pada penyelidikan ternyata hampir 80% penyebab urtikaria tidak
diketahui. Namun diduga penyebab urtikaria sangat bermacam-macam,
diantaranya : obat, makanan, gigitan atau sengatan serangga, fotosensitizer,
inhalan, kontaktan, trauma fisik, infeksi, dan infestasi parasit, psikis, genetic, dan
penyakit sistemik.1

2
1. Obat
Bermacam-macam obat dapat menimbulkan urtikaria baik secara
imunologik maupun nonimunologik. Hampir semua obat sistemik
menimbulkan urtikaria secara imunologi tipe I atau tipe II. Contohnya
adalah obat-obat golongan penisilin, sulfonamide, analgesic, pencahar,
hormon dan diuretic. Ada pula obat yang secara langsung dapat
merangsang sel mast untuk melepaskan histamine, misalnya kodein,
opium, dan zat kontras. Aspirin menimbulkan urtikaria karena
menghambat sintesis prostaglandin dari asam arakhidonat. Selain itu
aspirin dapat mencetuskan terjadinya urtikaria kronik pada 30% pasien.
2. Makanan
Peranan makanan ternyata lebih penting pada urikaria yang akut,
umumnya akibat reaksi imunologi. Makanan berupa protein atau bahan
lain yang dicampurkan kedalamnya seperti zat warna penyedap rasa, atau
bahan pengawet, sering menimbulkan urtikaria alergi. Contoh makanan
yang sering menimbulkan urtikaria ialah telur, ikan kacang, udang, coklat,
tomat, arbei, babi, keju, bawang, dan semangka. Bahan yang dicampurkan
dalam makanan seperti asam nitrat, asm benzoat, ragi, salisilat dan
penisilin. Jika urtikaria bersifat akut dan rekuren, hal ini dapat dicetuskan
oleh kandungan makanan itu sendiri, untuk itu dapat dilakukan tes IgE,
dan dilakukan diet eliminasi.
3. Gigitan atau sengatan serangga
Gigitan atau sengatan serangga dapat menyebabkan urtikaria lebih
diakibatkan karena peranan IgE (reaksi tipe I) dan tipe seluler (tipe IV).
Tetapi toksin bakteri bisa juga mengaktifkan komplemen.
4. Bahan fotosensitizer
Bahan semacam ini misalnya griseovulvin, fenotiazin, sulfonamide,
bahan kosmeitik dan sabun germisid sering menimbulkan urtikaria.

5. Inhalan

3
Inhalan yang berupa serbuk sari bunga (pollen), spora jamur, debu
bulu binatang, dan aerosol umumnya lebih mudah menimbulkan urtikaria
alergik (tipe I). Reaksi ini sering dijumpai pada penderita atopi dan disertai
gangguan pernapasan.
6. Kontaktan
Kontaktan yang sering menimbulkan urtikaria ialah kutu binatang,
serbuk tekstil, air liur binatang, tumbuh-tumbuhan, buah-buahan bahan
kimia misalnya insect repellent (pembasmi serangga), dan bahan kosmetik.
Keadaan ini disebabkan bahan tersebut menembus kulit dan menimbulkan
urtikaria.
7. Trauma fisik
Trauma fisik dapat diakibatkan oleh faktor dingin., yakni berenang
atau memegang benda dingin. Faktor panas misalnya sinar matahari, sinar
UV, radiasi atau panas akibat pembakaran. Faktor tekanan yaitu goresan,
pakaian ketat, ikat pinggang, semprotan air, vibrasi dan tekanan berulang-
ulang, contohnya pijatan, keringat, pekerjaan berat, demam dan emosi
menyebabkan urtikaria fisik, baik secara imunologik ataupun
nonimunologik. Klinis biasanya terjadi di tempat yang mudah terkena
trauma. Dapat timbul urtikaria beberapa menit atau jam setelah digores
benda tumpul. Fenomena ini disebut fenomena demografisme atau
fenomena darier.
8. Infeksi dan infestasi
Bermacam-macam infeksi dapat menyebabkan urtikaria misalnya
infeksi bakteri, virus, jamur, maupun infestasi parasit. Infeksi bakteri
contohnya tonsillitis, infeksi gigi dan sinusitis. Masih merupakan
pertanyaan besaraapakah urtikaria timbul karena toksin bakteri atau karena
sensitisasi. Infeksi virus hepatitis, mononucleosis dan infeksi coxsackiae
pernah dilaporkan sebagai factor penyebab. Karena itu pada urtikaria yang
ideopatik harus dipikirkan adanya infeksi virus subklinis. Infeksi jamur
kandida dan dermatofita sering dilaporkan sebagai penyebab urtikaria.
Infestasi cacing pita, cacing tambang, cacing gelang juga schistosoma atau
echinococcus dapat menyebabkan urtikaria.

4
9. Psikis/ stress emosional
Tekanan jiwa dapat memacu sel mast atau langsung menyebabkan
peningkatan permeabilitas dan vasodilatasi kapiler. Ternyata hampir
11,5% penderita urtikaria menunjukan gangguan psikis. Penyelidikan
memperlihatkan bahwa hypnosis dapat menghambat eritema dan urtika.
Pada percobaan induksi psikis, ternyata suhu kulit dan ambang rangsang
eritema meningkat.
10. Genetik
Faktor genetic berperan penting pada urtikaria walaupun jarang
menunjukan penurunan autosomal dominan. Diantaranya adalah familial
cold urtikaria, familial localized heat urtikaria, heredo-familial syndrome
of urtikaria deafness and amyloidosis. Selain itu dikatakan bahwa
polimorfisme dari gen reseptor β2 adrenergik (ADRB2) ditemukan pada
pasien dengan urtikaria akut akibat intoleransi aspirin.
11. Penyakit sistemik
Beberapa penyakit kolagen dan keganasan dapat menimbulkan
urtikaria, reaksi lebih sering disebabkan reaksi antigen-antibodi. Penyakit
vesiko-bulosa, misalnya pemfigus dan dermatitis hervetiformis during
sering menimbulkan urtikaria. Sejumlah 7-9% penderita lupus
eritomatosus sistemik dapat mengalami urtikaria. Beberapa penyakit
sistemik yang sering disertai urtikaria antara lain limfoma, hipertiroid,
hepatitis, urtikaria pigmentosa, arthritis pada demam rheumatic dan
arthritis rheumatoid juvenilis.

2.4 KLASIFIKASI1
Terdapat bermacam-macam paham penggolongan urtikaria, berdasarkan
lamanya serangan berlangsung dibedakan urtikaria akut dan kronik. Disebut akut
apabila serangan berlangsung kurang dari 6 minggu, atau berlangsung selama 4
minggu tapi berlangsung setiap hari. Bila melebihi waktu tersebut digolongkan
sebagai urtikaria kronik. Urtikaria akut sering terjadi pada usia muda, umumnya
laki-laki lebih sering daripada perempuan. Urtikaria kronik lebih sering pada
wanita usia pertengahan. Penyebab urtikaria akut lebih mudah diketahui,

5
sedangkan urtikaria kronik lebih sulit ditemukan. Ada kecenderungan urtikaria
lebih sering diderita oleh penderita atopik.
Penggolongan berdasarkan penyebab urtikaria dan mekanisme terjadinya
urtikaria, maka dikenal urtikaria imunologik, urtikaria nonimunologik, dan
idiopatik sebagai berikut:
I. Urtikaria atas dasar reaksi imunologik1
a. Bergantung pada IgE (reaksi alergik tipe I)
1. Pada penderita atopi
2. Antigen Spesifik (pollen, obat)
b. Ikut sertanya komplemen
1. Pada reaksi sitotoksik (reaksi alergik tipe II)
2. Pada reaksi kompleks imun (reaksi alergi tipe III)
3. Defisiensi C1 esterase inhibitor (genetic)
II. Urtikaria atas dasar reaksi nonimunologik1
a. Langsung memacu sel mas sehingga terjadi pelepasan mediator-mediator
alergi (misalnya obat golongan opiate dan bahan kontras)
b. Bahan yang menyebabkan perubahan metabolisme asam arakhidonat
(misalnya aspirin dan obat anti-inflamasi nonsteroid)
c. Trauma fisik
 Urtikaria solar : karena paparan cahaya
 Urtikaria dingin : karena udara dingin
 Urtikaria dermatografisme : karena gesekan atau tekanan
 Urtikatia kolinergik : karena pengeluaran keringat
III. Urtikaria Idiopatik1
Urtikaria yang tidak diketahui penyebabnya dimasukan dalam golongan
urtikaria idiopatik.

2.6 PATOGENESIS1
Urtikaria terjadi karena vasodilatasi disertai permeabilitas kapiler yang
meningkat, sehingga terjadi transudasi cairan yang mengakibatkan terjadinya
pengumpulan cairan setempat, sehingga secara klinis tampak edema setempat
disertai kemerahan.

6
Vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas kapiler dapat terjadi akibat
pelepasan mediator-mediator misalnya histamin, kinin, serotonin, slow reacting
substance of anaphylaxis (SRSA), dan prostaglandin oleh sel mast dan atau
basofil. Selain itu terjadi pula inhibisi proteinase oleh enzim proteolitik misalnya
kalikrin, tripsin, plasmin, dan hemotripsin di dalam sel mast.
Baik faktor imunologik maupun non-imunologik mampu merangsang sel
mas atau basofil untuk melepaskan mediator-mediator tersebut. Pada yang non-
imunologik, mungkin sekali siklik AMP (Adenosine Mono Phosphate) memegang
peranan penting pada pelepasan mediator. Beberapa bahan kimia seperti golongan
amin dan derivat amidin, obat-obatan seperti kodein, morfin, polimiksin dan
beberapa antibiotik berperan pada keadaan ini. Bahan kolinergik seperti
asetilkolin dilepaskan oleh saraf kolinergik kulit, dengan mekanisme yang belum
diketahui dapat mempengaruhi sel mast untuk melepaskan mediator.
Faktor fisik misalnya panas, dingin, trauma tumpul, sinar X, dan pemijatan
dapat secara langsung merangsang sel mas. Beberapa keadaan, misalnya demam,
panas, emosi, dan alkohol dapat merangsang langsung pembuluh darah kapiler
sehingga terjadi vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas.
Faktor imunologik lebih berperan pada urtikaria akut daripada kronik,
biasanya IgE terikat pada permukaan sel mas dan atau sel basofil karena adanya
reseptor Fc. Bila ada antigen yang sesuai berikatan dengan IgE, maka terjadi
degranulasi sel, sehingga terjadi pelepasan mediator. Keadaan ini jelas tampak
pada reaksi tipe I (anafilaksis), misalnya alergi obat dan makanan. Komplemen
juga ikut berperan. Aktivasi komplemen secara klasik maupun alternatif
menyebabkan pelepasan anafilatoksin (C3a, C5a) yang mampu merangsang sel mas
dan basofil. Hal ini terjadi pada urtikaria akibat venom atau toksin bakteri.
Ikatan dengan komplemen juga terjadi pada urtikaria akibat reaksi
sitotoksik dan kompleks imun. Pada keadaan ini, juga dilepaskan zat
anafilatoksin. Urtikaria akibat kontak juga terjadi, misalnya setelah pemakaian
bahan penangkis serangga (insect repelent), bahan kosmetik, dan penggunaan
obat-obatan golongan sefalosporin. Kekurangan C1 esterase inhibitor secara
genetik menyebabkan edema angioneurotik yang herediter.1

7
FAKTOR NON- FAKTOR IMUNOLOGIK
IMUNOLOGIK

Bahan kimia pelepas mediator Reaksi Tipe I (IgE) 


(morfin, kodein) inhalan, obat, makanan,
infeksi

Faktor fisik (panas, dingin, Reaksi Tipe IV (kontaktan)


trauma, sinar X, cahaya Sel Mas

Basofil
Pengaruh komplemen

Efek Kolinergik

Aktivasi komplemen

(Ag-Ab, venom, toksin)

Pelepasan Reaksi Tipe II


Mediator:

H1, SRSA, Reaksi Tipe III


serotonin, kinin,
PEG, PAF
Faktor Genetik:

Alkohol, Emosi, Demam Vasodilatasi, - Defisiensi C1 esterase


Peningkatan inhibitor
Permeabilitas Kapiler
- Familial cold urticaria
- Familial heat urticaria

Idiopatik
Urtikaria

Skema 1. Diagram Faktor Imunologik dan Non-imunologik yang


Menimbulkan Urtikaria

8
2.7 MANIFESTASI KLINIS1,4
Gambaran klinis urtikaria yaitu berupa munculnya ruam atau lesi
kulit berupa biduran yaitu kulit kemerahan dengan penonjolan atau elevasi
berbatas tegas dengan batas tepi yang pucat disertai dengan rasa gatal (pruritus)
sedang sampai berat, pedih, dan atau sensasi panas seperti terbakar. Lesi dari
urtikaria dapat tampak pada bagian tubuh manapun, termasuk wajah, bibir, lidah,
tenggorokan, dan telinga. Bentuknya dapat papular seperti pada urtikaria akibat
sengatan serangga, besarnya dapat lentikular, numular sampai plakat. Bila
mengenai jaringan yang lebih dalam sampai dermis dan jaringan submukosa atau
subkutan, maka disebut angioedema.
Pada dermografisme lesi sering berbentuk linear di kulit yang terkena
goresan benda tumpul, timbul dalam waktu lebih kurang 30 menit. Pada urtikaria
solar lesi terdapat pada bagian tubuh yang terbuka. Pada urtikaria dingin dan
panas lesi akan terlihat pada daerah yang terkena dingin dan panas. Urtikaria
akibat penyinaran biasanya pada gelombang 400-500 nm, klinis berbentuk
urtikaria popular.
Lesi urtikaria kolinergik adalah kecil-kecil dengan diameter 1-3 mm
dikelilingi daerah warna merah namun dapat pula nummular dan berknfluen
membentuk plakat. Biasanya terdapat pada daerah yang berkeringat. Dapat timbul
pada peningkatan suhu tubuh, emosi, makanan yang merangsang dan pekerjaan
berat. Untuk urtikaria akibat obat atau makanan umumnya timbul secara akut dan
generalisata. Lesi individual urtikaria timbul mendadak, jarang persisten melebihi
24-48 jam, dan dapat berulang untuk periode yang tidak tentu.

2.8 DIAGNOSA
1. Anamnesis 1,2
Berdasarkan dari anamnesa pasien, keluhan subyektif biasanya gatal, rasa
terbakar, atau tertusuk pada daerah lesi. Selain itu, pasien memiliki alergi
terhadap obat dan makanan tertentu, atau pernah mengalami suatu pengalaman
yang merupakan salah satu penyebab urtikaria, misalnya pernah mengalami
suatu penyakit sistemik atau mengalami trauma psikis kejiwaan atau fisik yang
berhubungan dengan suhu maupun tekanan.

9
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan kulit pada urtikaria, meliputi:1,2,
 Lokalisasi: badan, ekstremitas, kepala, dan leher.
 Efloresensi: eritema dan edema setempat berbatas tegas dengan elevasi
kulit, kadang-kadang bagian tengah tampak pucat.
 Ukuran: beberapa milimeter hingga sentimeter.
 Bentuk: papular, lentikular, numular, dan plakat.
Diagnosis urtikaria ditegakkan melalui anamnesis yang teliti, pemeriksaan
klinis yang cermat, dan pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan. Beberapa
pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk membuktikan penyebab dari urtikaria,
seperti :
 Pemeriksaan darah, urin, feses rutin untuk menilai adanya infeksi yang
tersembunyi atau kelainan pada alat dalam. Cryoglobulin dan cold hemolysin
perlu diperiksa untuk dugaan urtikaria dingin.
 Pemeriksaan kadar IgE, eosinophil, dan komplemen.
 Tes kulit, seperti uji gores, uji tusuk, serta tes intradermal dapat digunakan
untuk mencari allergen inhalan, makanan dermatofit, dan candida.
 Pemeriksaan gigi, telinga-hidung-tenggorokan, serta usapan vagina perlu
untuk menyingkirkan infeksi fokal.
 Tes eliminasi makanan dengan cara menghentikan semua makanan yang
dicurigai untuk beberapa waktu, lalu mencobanya kembali satu demi satu
 Pada urtikaria fisik akibat sinar dapat dilakukan tes foto tempel.
 Tes dengan es (ice cube test).
 Tes dengan air hangat.1
2.9 DIAGNOSIS BANDING
1. Angioedema
Angioedema adalah pembengkakan yang disebabkan oleh
meningkatnya permeabilitas vaskular pada jaringan subkutan kulit,
lapisan mukosa, dan lapisan submukosa yang terjadi pada saluran napas
dan saluran cerna. Angioedema dapat disebabkan oleh mekanisme
patologi yang sama dengan urtikaria, namun pada angioedema mengenai
lapisan dermis yang lebih dalam dan jaringan subkutaneus. Karakteristik

10
dari angioedema meliputi vasodilatasi dan eksudasi plasma ke jaringan
yang lebih dalam daripada yang tampak pada urtikaria, pembengkakan
yang nonpitting dan nonpruritic dan biasanya terjadi pada permukaan
mukosa dari saluran nafas dan saluran cerna (pembengkakan usus
menyebabkan nyeri abdomen berat), serta suara serak yang merupakan
tanda paling awal dari edema laring.7
2. Pitiriasis rosea
Pitiriasis rosea adalah erupsi papuloskuamosa akut yang agak
sering dijumpai. Morfologi khas berupa makula eritematosa lonjong
dengan diameter terpanjang sesuai dengan lipatan kulit serta ditutupi oleh
skuama halus. Lokalisasinya dapat tersebar di seluruh tubuh, terutama
pada tempat yang tertutup pakaian. Efloresensi berupa makula
eritroskuamosa anular dan solitar, bentuk lonjong dengan tepi hampir
tidak nyata meninggi dan bagian sentral bersisik, agak berkeringat.
Sumbu panjang lesi sesuai dengan garis lipat kulit dan kadang-kadang
menyerupai gambaran pohon cemara. Lesi inisial (herald patch =
medallion) biasanya solitary, bentuk oval, anular, berdiameter 2-6 cm.
Jarang terdapat lebih dari 1 herald patch.7
3. Urtikaria pigmentosa
Urtikaria pigmentosa adalah suatu erupsi pada kulit berupa
hiperpigmentasi yang berlangsung sementara, kadang-kadang disertai
pembengkakan dan rasa gatal. Penyebabnya adalah infiltrasi mastosit
pada kulit. Lokalisasi terutama pada badan, tapi dapat juga mengenai
ekstrimitas, kepala, dan leher. Efloresensi berupa makula coklat-
kemerahan atau papula-papula kehitaman tersebar pada seluruh tubuh,
dapat juga berupa nodula-nodula atau bahkan vesikel.7
4. Dermatitis atopik
Dermatitis atopik adalah dermatitis yang timbul pada individu
dengan riwayat atopi pada dirinya sendiri ataupun keluarganya, yaitu
riwayat asma bronchial, rhinitis alergika, dan reaksi alergi terhadap
serbuk-serbuk tanaman. Penyebab yang pasti belum diketahui, tetapi
faktor turunan merupakan dasar pertama untuk timbulnya penyakit.

11
Gejala utama dermatitis atopik adalah pruritus, dapat hilang timbul
sepanjang hari, tetapi umumnya lebih hebat pada malam hari. Akibatnya
penderita akan menggaruk sehingga timbul papul, likenifikasi, eritema,
erosi, ekskoriasi, eksudasi, dan krusta. Diagnosis dermatitis atopi harus
mempunyai tiga kriteria mayor dan tiga kriteria minor dari Hanifin dan
Rajka.2
5. Dermatitis kontak alergi
Dermatitis kontak alergi adalah dermatitis yang disebabkan oleh
bahan/substansi yang menempel pada kulit pada seseorang yang telah
mengalami sensitisasi terhadap suatu alergen. Penderita umumnya
mengeluh gatal. Semua bagian tubuh dapat terkena. Pada yang akut
dimulai dengan bercak eritematosa yang berbatas jelas kemudian diikuti
edema, papulovesikel, vesikel, atau bula. Vesikel atau bula dapat pecah
menimbulkan erosindan eksudasi (basah). Pada yang kronis terlihat kulit
kering, berskuama, papul, likenifikasi, dan mungkin juga fisur, batasnya
tidak jelas.2,7
2.10 TATALAKSANA
Tatalaksana yang tepat berupa mengatasi penyebab atau jika mungkin
menghindari penyebab yang dicurigai. Pengobatan dengan antihistamin terbukti
bermanfaat dengan cara kerja menghambat histamine pada reseptornya. Jika
pengobatan dengan satu jenis antihistamin gagal hendaknya dipergunakan
antihistamin grup lain. Hiroksizin lebih efektif disbanding antihistamin lain untuk
mencegah urtikaria,dermografisme, dan urtikaria kolinergik. Kadang golongan
beta adrenergik seperti epinefrin dan kortikosteroid dapat mengatasi urtikaria. 4,5
Pengobatan dengan cara desensitisasi, misalnya pada urtikaria dingin
dengan melakukan sensitisasi air pada suhu 100C (1-2 menit) dua kali sehari
selama 2 hingga 3 minggu. Pada alergi debu, serbuk sari bunga, dan jamur,
desensitisasi mula-mula dengan dosis kecil 1 minggu dua kali, dosis dinaikkan
dan dijarangkan perlahan-lahan sampai batas yang tepat yang dapat ditoleransi
pasien. Eliminasi diet dapat dicoba pada yang sensitif terhadap makanan.
Pengobatan lokal di kulit dapat diberikan secara simptomatik, misalnya
antipruritus di dalam bedak atau bedak kocok.1

12
Urtikaria Akut
Tatalaksana dengan antihistamin terbukti bermanfaat. Antihistamin
nonsedasi sering menjadi pilihan baru-baru ini. Jika penyebab dari episode akut
ditemukan, menghindari penyebab sangat ditekankan. Jika pasien tidak berespon
terhadap antihistamin, kortikosteroid sistemik terbukti efektif.2
Jika reaksi lebih berat, termasuk anafilaksis, 0,3 ml dosis dalam 1:1000
pengenceran epinefrin diberikan setiap 10 hingga 20 menit jika dibutuhkan.
Terapi tambahan termasuk antihistamin intramuscular (25-50 mg hidroksizin atau
difenhidramin setiap 6 jam jika dibutuhkan dan kortikosteroid sistemik (250 mg
hidrokortison atau 50 mg metilprednisolon secara intravena setiap 6 jam selama 2
hingga 4 dosis).2
Berikut nama golongan antihistamin yang digunakan:4,5
Golongan Obat Dosis Frekuensi
Antihistamin H1 (generasi ke-1, sedatif)
Hydroxizine 0,5-2 mg/kg/kali Setiap 6-8 jam
(dewasa 25-100 mg)

Diphenhydramin 1-2 mg/kg/kali Setiap 6-8 jam


(dewasa 50-100 mg)

Chlorpheniramin 0,25 mg/kg/hari, dibagi 3 dosis Setiap 8 jam


Maleat (dewasa 4 mg)

Antihistamin H1 (generasi ke-2, nonsedatif)


Setirizin 0,25 mg/kg/kali 6-24 bulan: 2 kali/hari
(dewasa 10 mg) >24 bulan: 1 kali/hari

Fexofenadin 6-11 tahun: 30 mg 2 kali/hari


> 12 tahun: 60 mg
(dewasa : 120 mg) 1 kali/hari

Loratadin 2-5 tahun: 5 mg 1 kali/hari


> 6 tahun: 10 mg

13
Desloratadin 6-11 bulan: 1 mg 1 kali/hari
1-5 tahun: 1,25 mg
6-11 tahun: 2,5 mg
>12 tahun: 5 mg
Antihistamin H2
Cimetidine Bayi: 10-20 mg/kg/hari Tiap 6-12 jam (terbagi
Anak: 20-40 mg/kg/hari 2-4 dosis)
(dewasa 400 mg)
Ranitidine 1 bln-16 tahun: 5-10 mg/kg/hari Tiap 12 jam (terbagi
(dewasa 150 mg) dalam 2 dosis)
Tabel 1: Pengobatan dengan menggunakan antihistamin
Urtikaria Kronik
Tatalaksana juga menggunakan antihistamin dengan basis harian, bukan
digunakan hanya saat dibutuhkan. Penggunaan antihistamin generasi pertama
hingga dosis maksimal dibutuhkan jika antihistamin nonsedasi tidak bermanfaat
sebelum ditambahkan dengan kortikosteroid. Beberapa pasien membutuhkan
terapi lain seperti terapi imunosupresi kronik, plasma feresis, atau
immunoglobulin intravena.2
Pengobatan immunomodulatory agent antara lain Cyclosporine 3-5
mg/kg/hari, tacrolimus, methotrexate, cyclophosphamide, mycophenolate mofetil
dan intravenous immunoglobulins. Sedangkan obat lain 3 diluar
immunomodulatory agent antara lain plasmaharesis, colchicines, dapsone,
albuterol(salbotamol), tranexamic acid, terbutaline, sulfasalazine,
hydroxychloroquine dan warfarin.4,5
2.11 PROGNOSIS
Urtikaria akut prognosisnya lebih baik karena penyebabnya dapat diatasi
dibanding urtikaria kronik yang penyebabnya kadang sulit dicari.1
2.12 KESIMPULAN
Urtikaria merupakan suatu reaksi vaskular di kulit akibat bermacam-
macam sebab, biasanya ditandai dengan edema setempat yang cepat timbul dan
menghilang perlahan-lahan, berwarna pucat dan kemerahan, meninggi di
permukaan kulit, dan sekitarnya dapat dikelilingi halo. Diduga penyebab urtikaria

14
sangat bermacam-macam, diantaranya : obat, makanan, gigitan atau sengatan
serangga, fotosensitizer, inhalan, kontaktan, trauma fisik, infeksi, dan infestasi
parasit, psikis, genetic, dan penyakit sistemik.
Terdapat bermacam-macam paham penggolongan urtikaria, berdasarkan
lamanya serangan berlangsung dibedakan urtikaria akut dan kronik. Disebut akut
apabila serangan berlangsung kurang dari 6 minggu, atau berlangsung selama 4
minggu tapi berlangsung setiap hari. Bila melebihi waktu tersebut digolongkan
sebagai urtikaria kronik.
Penatalaksanaan utama urtikaria meliputi langkah-langkah umum untuk
mencegah atau menghindari faktor pemicu dan farmakoterapi. Edukasi kepada
pasien dan antagonis reseptor histamine H1 merupakan first-line therapy urtikaria.

15
BAB III

ILUSTRASI KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. N Pendidikan : SMK


Umur : 66 tahun Agama : Islam
Jenis kelamin : Laki-Laki Suku : Melayu
Pekerjaan : Tidak bekerja No.RM :-
Alamat : Jln. Datuk tabano
Status Pernikahan : Menikah Tanggal : 06-06-2017

ANAMNESIS (Autoanamnesis)

Keluhan Utama :

Gatal seluruh tubuh sejak 2 bulan ini.

Riwayat penyakit sekarang :

Pasien Laki-Laki usia 66 tahun datang ke poliklinik kulit dan kelamin


RSUD Bangkinang dengan keluhan gatal seluruh tubuh yang dirasakan sejak 2
bulan ini. Awalnya gatal timbul di kedua paha pasien berupa bintik-bintik
kemerahan dan sering digaruk oleh pasien karena rasa gatal yang dirasakannya.
Dan sekarang rasa gatal dan bintik-bintik kemerahan juga dirasakan pasien di
kedua tangan dan punggung pasien. Awalnya gatal dirasakan tiba-tiba, terus-
menerus dan juga hilang timbul. Pasien mengaku awalnnya rasa gatal yang
dirasakan nya perih dan terasa terbakar. tidak ada perbedaan waktu gatal yang
dirasakan oleh pasien baik siang hari maupun malam hari. Digigit serangga
disangkal, pasien tinggal bersama istri dan pasien mengaku istri pasien juga
mengeluhkan hal yang sama 1 minggu ini.

Riwayat Penyakit Dahulu:

 Riwayat penyakit yang sama : pasien belum pernah mengalami keluhan


seperti saat ini sebelumnya

16
 Riwayat alergi makanan tidak ada
 Riwayat asma tidak ada
 Stroke 1 tahun yang lalu
 Hipertensi (+)
Riwayat Penyakit Keluarga:
 Tidak keluarga pasien yang menderita sakit seperti ini
 Tidak ada keluarga yang menderita asma
Riwayat Kebiasaan:
 Pasien tidur dengan menggunakan bahan kapuk
 Pemakaian handuk bersama dengan istri
 Menggaruk jika gatal
Riwayat Pengobatan:
 Pasien membeli obat di apotik berupa salep dan pasien lupa nama obatnya
 Pasien membeli salep pagoda dan memakainya dalam 1 bulan ini ketika
gatal saja

PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalisata

- Keadaan umum : Tampak sakit ringan


- Kesadaran : Composmentis
- Tanda vital : Tidak diperiksa
- Tekanan darah : Tidak diperiksa
- Nadi : Tidak diperiksa
- Nafas : Tidak diperiksa
- Suhu : Tidak diperiksa
- Keadaan gizi : Baik
- Pemeriksaan thorax : Tidak diperiksa
- Pemeriksaan abdomen: Tidak diperiksa

Status Dermatologis

- Lokasi : regio ektremitas superior ed inferior , thorakalis posterior


- Distribusi : regional multiple

17
- Bentuk : bulat
- Susunan : Tidak khas
- Batas : Sirkumskrip
- Ukuran : Miliar
- Efloresensi : papul eritema, edema setempat berbatas tegas, kadang
bagian tengah pucat, skuama halus dan krusta kehitaman
- Foto:

Kelainan selaput/mukosa : Tidak ditemukan kelainan


Kelainan mata : Tidak ditemukan kelainan
Kelainan kuku : Tidak ditemukan kelainan
Kelainan rambut : Tidak ditemukan kelainan
Kelainan KGB : Tidak ada
Pemeriksaan laboratorium : Tidak dilakukan

18
PEMERIKSAAN ANJURAN
Uji tusuk (Prick test) Uji gores (scratch test)

 Dapat dilakukan dalam waktu  Metode utama untuk diagnosis


singkat dan lebih sesuai unyuk alergi yang dimediasi utama
anak untuk diagnosis alergi yang
 Tempat uji kulit yang paling dimediasi igE dalam sebagian
baik adalah daerah volar lengan besar penyakit alergi
bawah dengan jarak sedikitnya  Prosedur yang membawa resiko
2 sentimeter dari lipat siku dan yang relatif rendah, namun
pergelangan tangan. reaksi alergi sistemik telah
 Lapisan superfisial kulit ditusuk dilaporkan
dan dicungkil keatas memakai  Karena test adalah perkuat,
lanset atau jarum yang langkah-langkah pengendalian
dimodifikasi, atau dengan infeksi sangat penting:
menggunakan jarum khusus - Pasien harus benar-benar dan
untuk uji tusuk dapat mengenai risiko dan
 Uji tusuk spesifitas lebih tinggi manfaat
dibandingkan dengan uji - Uji gores kulit harus dilakukan
intradermal oleh yang terlatih dan
 Reaksi dikatakan positif bila berpengalaman staf medis dan
terdapat rasa gatal dan eritema paramedis
dengan adanya indurasi yang - Praktisi medis yang
khas yang dapat dilihat dan bertanggung jawab harus
diraba memesan panel tes untuk
setiap pasien secara
individual, dengan
mempertimbangkan
karakteristik pasien, sejarah
dan temuan pemeriksaan dan
alergi eksposur termasuk

19
faktor-faktor lokal
- Staf teknis perawat dapat
melakukan pengujian
langsung dibawah pengawasan
medis
- Kontrol positif dan negatif
sangat penting
- Hasil tes harus dicatat dan
dikomunikasikan dalam
standar yang jelas dan bentuk
yang dapat dipahami
- Konseling dan informasi harus
diberikan kepada pasien
secara individual, berdasarkan
hasil tes dan karakteristik
pasien dan lingkungan
setempat
 Reaksi bila kulit digosok dengan
benda tumpul, misalanya: ujung
kuku maka ditempat tersebut
akan muncul garis kemerahan di
ikuti urtika (edema berbentuk
linear sesuai goresan), kadang
disebut juga sebagai urtik akibat
trauma fisik

20
RESUME

Pasien Laki-Laki usia 66 tahun datang ke poliklinik kulit dan kelamin


RSUD Bangkinang dengan keluhan gatal seluruh tubuh yang dirasakan sejak 2
bulan ini. Awalnya gatal timbul di kedua paha pasien berupa bintik-bintik
kemerahan dan sering digaruk oleh pasien karena rasa gatal yang dirasakannya.
Dan sekarang rasa gatal dan bintik-bintik kemerahan juga dirasakan pasien di
kedua tangan dan punggung pasien. Awalnya gatal dirasakan tiba-tiba, terus-
menerus dan juga hilang timbul. Pasien mengaku awalnnya rasa gatal yang
dirasakan nya perih dan terasa terbakar. tidak ada perbedaan waktu gatal yang
dirasakan oleh pasien baik siang hari maupun malam hari. Digigit serangga
disangkal, pasien tinggal bersama istri dan pasien mengaku istri pasien juga
mengeluhkan hal yang sama 1 minggu ini.
Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti saat ini sebelumnya dan
alergi makanan tidak ada. Pasien membeli obat di apotik berupa salep dan pasien
lupa nama obatnya. Pasien membeli salep pagoda dan memakainya dalam 1 bulan
ini ketika gatal saja.
Status dermatologis letaknya lokasi regio ektremitas superior ed inferior,
thorakalis posterior, distribusi regional multiple, bentuk bulat, susunan tidak khas,
batas sirkumskrip, ukuran miliar , Efloresensi primer : papul sewarna kulit
Efloresensi sekunder : skuama halus, krusta kehitaman

DIAGNOSIS
Urtikaria kronik
DIAGNOSIS BANDING

- Pitiriasis rosea
- Urtikaria pigmentosa
Pitiriasis rosea Urtikaria pigmentosa
o Merupakan penyakit kulit yang o Merupakan suatu erupsi pada
belum diketahui kulit berupa hiperpigmentasi
penyebabnya dimulai yang berlangsung sementara
dengan sebuah lesi inisial o Kadang disertai pembengkakan

21
berbentuk eritema dan dan gatal
skuama halus o Lokalisasi terutama pada
o Disusul oleh lesi-lesi yang badan, tapi dapat juga
lebih kecil dibadan, lengan mengenai ekstremitas,
dan paha atas sesuai dengan kepala dan leher
lipatas kulit dan biasanya o Efloresensi berupa makula
menyembuh dalam waktu 3- coklat-kemerahan atau
8 minggu papula kehitaman tersebar
o Etiologi nya belum diketahui pada seluruh tubuh dapat
o Penderita mengeluh gatal juga berupa nodula atau
ringan. vesikel
o Ruam terdiri atas eritema dan
skuama halus dipinggir,
lamanya beberapa hari
hingga beberapa minggu
o Lesi berikutnya timbul 4-10
hari setelah lesi pertama,
gambaran khas
o Kecuali bentuk yang lazim
berupa eritroskuama, dapat
juga berbentuk urtika,
vesikel, dan papul yang
lebih sering pada anak-anak
Pengobatan bersifat simtomatik,
untuk gatal dapat diberikan
sedativa
Oabat topikal dapat diberikan
bedak asam salisilat yang dibubuhi
menthol ½-1 %

22
PENATALAKSANAAN

Umum :
- Menghindari faktor-faktor yang memperberatnya seperti terlalu panas,
stres, alkohol dan agen fisik
- Tidak menggunakan dan tidak berkontak dengan penyebabnya
- Jangan menggunakan handuk bersama lagi
Khusus :
- Topikal: acid salicyl talk 100 gram
- Sistemik: ceterizine tab 10 mg 1x/ hari

PROGNOSIS
Quo ad sanationam : bonam
Quo ad vitam : bonam
Quo ad fungsionam : bonam
Quo ad kosmetikum : bonam

23
BAB IV

PEMBAHASAN

Dari anamnesis didapatkan keluhan gatal seluruh tubuh yang dirasakan


sejak 2 bulan ini.Awalnya gatal timbul di kedua paha pasien berupa bintik-bintik
kemerahan dan sering digaruk oleh pasien karena rasa gatal yang dirasakannya.
Dan sekarang rasa gatal dan bintik-bintik kemerahan juga dirasakan pasien di
kedua tangan dan punggung pasien. Awalnya gatal dirasakan tiba-tiba, terus-
menerus dan juga hilang timbul. Pasien mengaku awalnnya rasa gatal yang
dirasakan nya perih dan terasa terbakar. tidak ada perbedaan waktu gatal yang
dirasakan oleh pasien baik siang hari maupun malam hari. Dimana hal ini sesuai
dengan teori dimana urtikaria biasanya ditandai dengan edema setempat yang
cepat timbul dan menghilang perlahan-lahan atau hilang secara mendadak,
berwarna pucat dan kemerahan. Dan berlangsung kurang dari 6 minggu, atau
berlangsung selama 4 minggu tetapi timbul setiap hari dengan gejala klinis
subyektif rasa gatal, rasa terbakar dan rasa tertusuk.
Dari status dermatologinya kita dapatkan bahwa terdapat lesi didaerah
dermatologis letaknya lokasi regio ektremitas superior ed inferior, thorakalis
posterior, distribusi regional multiple, bentuk bulat, susunan tidak khas, batas
sirkumskrip, ukuran miliar , Efloresensi primer : papul sewarna kulit
Efloresensi sekunder : skuama halus, krusta kehitaman
Pada pasien ini penatalaksanaan yang dilakukan adalah dengan memberikan
obat secara topikal dan sistemik. Topikal: acid salicyl talk 100 gram, Sistemik:
ceterizine tab 10 mg 1x/ hari.
Urtikaria akut prognosisnya lebih baik karena penyebabnya dapat diatasi
dibanding urtikaria kronik yang penyebabnya kadang sulit dicari.

24
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari kajian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat


disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
Urtikaria merupakan suatu reaksi vaskular di kulit akibat bermacam-
macam sebab, biasanya ditandai dengan edema setempat yang cepat timbul dan
menghilang perlahan-lahan, berwarna pucat dan kemerahan, meninggi di
permukaan kulit, dan sekitarnya dapat dikelilingi halo. Urtikaria biasanya ditandai
dengan edema setempat yang cepat timbul dan menghilang perlahan-lahan atau
hilang secara mendadak, berwarna pucat dan kemerahan. Dan berlangsung kurang
dari 6 minggu, atau berlangsung selama 4 minggu tetapi timbul setiap hari dengan
gejala klinis subyektif rasa gatal, rasa terbakar dan rasa tertusuk. Pemeriksaan
klinis untuk membuktikan penyebabnya, uji gores (scratch test) dan uji tusuk
(prick test), untuk mencari alergen inhalan, makanan dan kandida.
Penatalaksanaan urtikaria yang dilakukan adalah dengan memberikan obat
secara topikal dan sistemik. Topikal: acid salicyl talk 100 gram, Sistemik:
ceterizine tab 10 mg 1x/ hari.

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan sehubungan dengan kasus ini adalah
sebagai berikut:
- Kompres atau mandi dengan air hangat
- Jangan menggaruk
- Hindari penyebab yang mungkin dicurigai
- Jangan menggunakan handuk bersama lagi
- Kontrol kembali untuk melihat hasil terapi dan perkembangan penyakit

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Siti Aisah. Urtikaria. Dalam : Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Edisi
Kelima. Jakarta : Balai Penerbit FK UI.2007.Hal 169-75.
2. William D James. Elston, Dirk M. Berger, Timothy G. Andrew’s Diseases of
The Skin Clinical Dermatology Eleventh Edition.China : Elsevier.2011.Hal
147-54
3. Allen P. Kaplan. Urticaria and Angioedema. Dalam : Fitzpatrick’s
Dermatology in General Medicine Seventh Edition. New York : Mc Graw
Hill.2008.Chapter 37.Hal 330-43.
4. Matondang, Soepriyadi, Setiabudiawan. 2007. Urtikaria-Angioedema. Buku
Ajar Alergi-Imunologi Anak Edisi Kedua. Disunting oleh Akib, Munash dan
Kurniati. Ikatan Dokter Anak Indonesia
5. Poonawalla, T., Kelly, B. (2009). Urticaria – a review. Am J Clin Dermatol;
10(1): 9-21.
6. Sheikh, J., Najib, U. (2009). Urticaria. Emedicine, Artikel. Diakses 1 Mei
2012, dari http://emedicine.medscape.com/article/137362-print
7. Gaig, P., Olona1, M., Lejarazu, D.M., et al. (2004). Epidemiology of urticaria
in Spain. J Invest Allergol Clin Immunol; 14(3): 214-220.

26

You might also like