You are on page 1of 34

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada era globalisasi saat ini umumnya masih banyak gaya hidup
masyarakat yang masih belum memahami tentang pentingnya kesehatan.
Mereka pada umumnya mengkonsumsi segala jenis makanan, seperti :
makanan tinggi lemak dan kolesterol tanpa diimbangi dengan olahraga atau
aktifitas fisik untuk membakar lemak dan gaya hidup yang salah, seperti :
kebiasaan merokok dan minum - minuman keras ataupun mengkonsumsi
narkoba yang kesemuanya itu dapat menimbulkan dampak yang buruk bagi
kesehatan. Diantara masalah kesehatan tersebut akan mengakibatkan timbulnya
penyakit Reumatik, Diabetes Mellitus, Jantung, Ginjal dan sebagainya. Dari
berbagai penyakit diatas diantaranya adalah Diabetes Mellitus. Diabetes
Mellitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan
kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer C, Suzanne, 2001).
Diabetes Mellitus mempunyai dua tipe yang pertama Diabetes Mellitus
tipe I (IDDM) yaitu diabetes mellitus yang tergantung insulin dan yang kedua
Diabetes mellitus tipe II (NIDDM) yaitu diabetes mellitus yang tidak
tergantung insulin. Diabetes mellitus tipe I biasanya terjadi pada usia kurang
dari 30 tahun dengan persentase 5% - 10% dari seluruh penderita diabetes
mellitus. Sedangkan pada kasus diabetes mellitus tipe II sering ditemukan pada
usia lebih dari 30 tahun dengan persentase 90% - 95% seluruh penderita
diabetes mellitus, obesitas 80% dan non obesitas 20% (Smeltzer C. Suzanne,
2001). Menurut riset, penderita diabetes mellitus di Indonesia mencapai 12 juta
jiwa atau 5% dari seluruh penduduk. Sekitar 30% dari penderita mengalami
kebutaan akibat komplikasi retinopati dan 10% harus menjalani amputasi.
Menurut data WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar dalam
jumlah penderita Diabetes Mellitus di dunia. Pada tahun 2000 yang lalu saja,
terdapat sekitar 5,6 juta penduduk Indonesia yang mengidap diabetes.
Namun, pada tahun 2006 diperkirakan jumlah penderita diabetes di Indonesia

1
meningkat tajam menjadi 14 juta orang, dimana baru 50% yang sadar
mengidapnya dan di antara mereka baru sekitar 30% yang datang berobat
teratur.
Berdasarkan dari data Rumah Sakit Sukmul Tnjung Priok Jakarta Utara
yang menjalankan penobtan rawat inap dari bulan januari sampai dengan juni
2010 berjumlah 3.555 jiwa, lima penyakit dengan penderita terbesar adalah
Febris 245 jiwa (6,9%), DHF 223 jiwa (6,3%), GE 150 jiwa (4,2%), Demam
Tipoid 148 jiwa(4,1%), dan Diabetes Mellitus sendiri berada pada posisi ke-5
dengan jumlah 84 jiwa (2,4%).
Penyakit diabetes mellitus memerlukan penatalaksanaan medis dan
keperawatan untuk mencegah komplikasi akut seperti ketoasidosis dan
sindromkoma hiperglikemik hiperosmolar non ketotik yang dapat
menyebabkan koma. Kematian dan juga dapat menimbulkan komplikasi jangka
panjang, seperti penyakit makrovaskuler, penyakit mikrovaskuler dan penyakit
oftamologi lainnya.
Penyakit Diabetes mellitus perlu mendapat perhatian dan penanganan yang
baik oleh perawat. Secara Promotif seperti memberikan penyuluhan kesehatan
tentang Diabetes Mellitus, kemudian dengan preventif yaitu dengan cara
menerapkan gaya hidup sehat seperti rutin berolahraga dan tidak merokok.
Selain itu perawat juga berperan secara kuratif dan rehabilitatif seperti
pengontrolan kadar gula darah, melakukan perawatan luka dan mengatur diet
makanan yang harus dimakan sehingga tidak terjadi peningkatan kadar gula
darah.
Berdasarkan data diatas maka kelompok tertarik untuk memberikan
asuhan keperawatan kepada Tn.K yang dirawat di ruang rawat inap Pavilun
Mawar kamar 107/2, rumah sakit Sukmul Jakarta utara Rumusan masalah ;
bagaimana asuhan keperawatan yang diberikan pada Tn. K dengan Diabetes
mellitus di ruang rawat inap Paviliun Mawar kamar 107/2, Rumah sakit sukmul
Jakarta utara.

2
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Diperolehnya pengalaman secara nyata dalam memberikan asuhan
keperawatan medical bedah dengan masalah kesehatan diabetes mellitus.
2. Tujuan Khusus
Diharapakan mahasiswa mampu:
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan masalah
kesehatan diabetes mellitus.
b. Menganalisa data untuk menentukan diagnosa keperawatan dengan
masalah kesehatan diabetes mellitus.
c. Merencanakan diagnosa keperawatn pada klien dengan masalah
kesehatan diabetes mellitus.
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan masalah
esehatan diabetes mellitus.
e. Melakukan evaluasi kepada klien dengan masalah kesehatan diabetes
mellitus.
f. Mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat pada teori dan kasus.
g. Mengidentifikasi factor-faktor pendukung dan penghambat serta dapat
mencari solusinya.
h. Mendokumentasikan semua kegiatan keperawatan dalam bentuk narasi.

3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner
dan Suddarth, 2002).
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula
(glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif
(Arjatmo, 2002).
Diabetes mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkan
oleh faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama, mempunyai
karakteristik hyperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat
dikontrol (WHO).
Diabetes mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
akibat peningkatan kadar glukosa darah yang disebabkan oleh kekurangan
insulin baik absolut maupun relatif (Suyono, 2002).
Dari ke empat pengertian diatas penulis menyimpulkan suau keadaan
dimana kadar glukosa dalam darah tinggi, yang diakibatkan kurangnya
produksi insulin sehingga dapat menimbulkan suatu kumpulan gejala.
Ada beberapa klasifikasi diabetes mellitus yaitu sebagai berikut :
DM Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM);
DM Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM);
DM Tipe lain.

4
B. Proses Perjalanan Penyakit
1. Etiologi
a. Diabetes tipe I:
1) Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah
terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada
individu yang memiliki tipe antigen HLA.
2) Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana
antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi
terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai
jaringan asing.
Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin
endogen.
3) Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang
menimbulkan destruksi selbeta.
b. Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum
diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam proses terjadinya
resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
1) Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 30 th);
2) Obesitas;
3) Riwayat keluarga;
4) Gaya hidup.

5
2. Patofisiologi
Insulin pada DM tipe I tidak ada, karena pada jenis ini timbul reaksi
autoimun yang disebabkan adanya peradangan pada sel beta insulitis. Ini
menyebabkan timbulnya antibody terhadap sel beta yang disebut ICA (Islet
Cell Antibody). Reaksi antigen (sel beta) dengan antibody (ICA) yang
ditimbulkannya menyebabkan hancurnya sel beta. Insulitis bisa disebabkan
macam-macam diantaranya virus, seperti virus cocksakie, rubella, CMV,
herpes dan lain0lain. Yang diserang pada insulitis itu hanya sel beta, biasanya
sel alfa dan delta tetap utuh.
Pada DM tipe II jumlah insulin normal, mungkin lebih banyak tetapi
jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang.
Reseptor insulin ini dapat diibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk ke
dalam sel. Pada keadaan tadi jumlah lubang kuncinya yang kurang hingga
meskipun anak kuncinya (insulin) banyak, tetapi karena lubang kuncinya
(reseptor) kurang, maka glukosa yang masuk sel akan sedikit, sehingga sel
akan kekurangan bahan bakar ( glukosa ) dan glukosa di dalam pembuluh
darah meningkat. Dengan demikian keadaan ini sama dengan pada DM tipe I.
Perbedaannya adalah DM tipe II disamping kadar glukosa tinggi, juga kadar
insulin tinggi atau normal. Keadaan ini disebut resistensi insulin. Pada DM
tipe II jumlah sel beta berkurang sampai 50-60 % dari normal.
Baik pada DM tipe I maupun DM tipe II kadar glukosa darah jelas
meningkat dan bila kadar itu melewati batas ambang ginjal, maka glukosa itu
akan keluar melalui urin. Mungkin inilah sebabnya penyakit ini disebut juga
penyakit kencing manis.

3. Manifestasi Klinis
Gejala yang lazim terjadi, pada diabetes mellitus sebagai berikut :
Pada tahap awal sering ditemukan :
a. Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat
sampai melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi

6
osmotic diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit
sehingga klien mengeluh banyak kencing.
b. Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan
banyak karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak
minum.
c. Poliphagi (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami
starvasi (lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan.
Tetapi walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanya
akan berada sampai pada pembuluh darah.
d. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang.
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa,
maka tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang
lain yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka
tubuh selanjutnya akan memecah cadangan makanan yang ada di tubuh
termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan
DM walaupun banyak makan akan tetap kurus.
e. Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi)
yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan
sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.

4. Penatalaksanaan medis
a. Pemeriksaan Diagnostik
Pada hasil pemeriksaan diagnostik yang harus diperhatikan adalah Gula
Darah Puasa, Gula Darah 2 jam PP, Gula Darah Sewaktu (GDS), Laju
Endap Darah (LED), hemoglobin, leukosit, albumin, elektrolit.
b. Edukasi.
Pada dasarnya tujuan edukasi/penyuluhan diabetes adalah perawatan
mandiri, sehingga seakan-akan penderita DM menjadi “dokternya” sendiri

7
dan juga mengetahui kapan harus pergi ke dokter atau anggota tim perawat
lainnya untuk medapatkan pengarahan atau pengobatan lebih lanjut. Dengan
demikian dapat dikatakan penyuluhan diabetes adalah suatu proses
pemberian pengetahuan dan keterampilan bagi penderita DM, yang
diperlukan untuk merawat diri sendiri, mengatasi krisis, serta mengubah
gaya hidupnya agar dapat menangani penyakitnya dengan baik.
Ada beberapa tindakan penyuluhan tentang pelaksanaan DM yang
dapat dilakukan dengan pendekatan keluarga antara lain :
1) Persiapan tindakan
Menerangkan kepada pengguna jasa/penderita dan keluarga perihal
keadaan, gejala, hasil yang ditemukan dan alternatif tindakan yang akan
diambil disesuaikan dengan stadium penyakit DM.
2) Penyembuhan dengan pengobatan dan tindakan lain
Menerangkan pengobatan atau tindakan yang lain tergantung dari stadium
dan tipe DM bisa berupa : pembuatan agenda pemantauan diet yang
diawasi anggota keluarga lain yang terkait, memberikan jadwal latihan
jasmani/kebugaran yang sesuai dengan stadium dan resiko penyskit,
penggunaan obat DM atau obat hipoglikemik oral dan insulin,
memberikan konseling hidup sehat yang bisa dimengerti juga oleh anggota
keluarga yang terkait dalam pengobatan dan pencegahan cacat lebih lanjut.
3) Pemulihan
Dapat berupa sosialisasi dalam kehidupan, pemantauan gula darah dan
keluhan, perihal budaya kehidupan yang sehat, pola makan terkendali,
pemanfaatan waktu luang yang intensif yang disesuaikan dengan
kemampuan fisik dan sosial serta usia dari penderita DM.
4) Pembinaan keluarga
Tindakan ini bertujuan meningkatkan derajat kesehatan keluarga dengan
membina peran serta anggota keluarga untuk kehidupan yang sehat.
5) Peningkatan Kesehatan ( promotif )
merupakan upaya untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan (
promotif ).

8
c. Pengaturan diet
Tujuan utama pengaturan diet adalah membantu orang dengan diabetes
memperbaiki kebiasaan gizi dan olahraga untuk mendapatkan kontrol
metabolik yang lebih baik, mempertahankan kadar glukosa darah mendekati
normal, memberikan energi yang cukup untuk mecapai atau mempertahankan
kadar glukosa darah mendekati normal, memberikan energi yang cukup untuk
mencapai atau mempertahankan berat badan yang memadai, menghindari dan
menangani komplikasi baik akut maupun kronis serta meningkatkan
kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang optimal.
Perencanaan diet bagi penderita DM, harus difikirkan tentang kepatuhan
dalam menjalankan diet. Cara terbaik adalah dengan penyesuaian aktifitas,
pola makan dan keadaan ekonomi penderita. Komposisi energi adalah 60-70
% karbohidrat, 10-15 % dari protein dan 20-25 % dari lemak. Makanan
dengan jumlah kalori yang telah dihitung dibagi dalam 3 porsi besar untuk
makan pagi (20 %), siang (30 %) dan sore (25 %) serta 2-3 porsi makanan
ringan (10-15 %)
d. Latihan jasmani (Olahraga)
Dianjurkan untuk latihan jasmani secara teratur ( 3-4 kali seminggu ) selama
kurang lebih 30 menit, yang sifatnya sesuai CRIPE (Continuous, Rhytmical,
Interval, Progressive, Endurance training).
1) Latihan Kontinyu, latihan yang dilakukan berkesinambungan, dilakukan
terus menerus. Contoh : jika jogging 30 menit maka selama 30 menit
penderita harus melakukan jogging tanpa istirahat.
2) Latihan Ritmis, latihan olahraga harus dipilih yang berirama, yaitu otot-
otot berkontraksi dan relaksasi secara teratur. Contoh : jalan kaki.
3) Latihan Interval, latihan olahraga yang dilakukan selang-seling antara
gerak cepat dan lambat. Contoh : jalan cepat diselingi jalan lambat.
4) Latihan Progresif, latihan yang dilakukan berangsur-angsur dari ringan ke
latihan yang lebih berat, secara bertahap.
5) Latihan Daya tahan, padat memperbaiki system kardiovaskuler.

9
e. Farmakologis
Untuk pengobatan penderita DM dapat diberikan OAD seperti :
1) OHO (obat hipoglikemik oral)
a) Golongan sulfonylurea : Klorpropamid, tolbutamid, glibenklamid,
glikazid, glipizid
1)) Menstimulasi pelepasan insulin yang tersimpan (strored insulin).
2)) Menurunkan ambang sekresi insulin.
3)) Meningkatkan efisiensi sekresi insulin dan potensiasi stimulasi
insulin transport karbohidrat ke sel otot dan jaringan lemak.
4)) Meningkatkan performance dan jumlah reseptor insulin, pada otot
dan sel lemak
5)) Penurunan produksi glukosa oleh hati.
b) Golongan biguanid :
Metformin :
1)) Menurunkan glukosa darah dengan memperbaiki transport glukosa.
2)) Menurunkan produksi glukosa hati.
3)) Meningkatkan pemakaian glukosa oleh sel.
4)) Menghambat absorpsi glukosa dari usus pada keadaan sesudah
makan.
5)) Meningkatkan jumlah reseptor insulin.

5. Komplikasi
Akut
1) Hypoglikemia
2) Ketoasidosis
3) Diabetik
Kronik
1) Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar, pembuluh
darah jantung pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak.
2) Mikroangiopati mengenai pembuluh darah kecil retinopati diabetik,
nefropati diabetic.

10
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian Keperawaatan
1. Identitas klien
Pasien seorang pria bernama Tn. k, berumur 42 thn, agama islam, suku
Aceh, pendidikan terakhir SMA pekerjaan karyawan, alamat rumah
Lancang Garam, Kota Lhokseumawe. Ny. S sebagai istri dengan umur 38
tahun pendidikan terkahir SMP pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, An G
dengan umur 15 tahun, pendidikan SD pekerjaan sebagai pelajar, An. N
dengan umur 8 tahun, pekerjaan sebagai pelajar.

2. Riwayat keperawatan
a. Riwayat kesehatan klien sekarang
Tn K masuk rumah sakit dengan keluhan mual, muntah, lemas. Faktor
pencetus adalah gaya hidup yang tidak sehat dan keturunan, timbul
keluhan tersebut secara mendadak serta lamanya sudah 5hari, upaya klien
untuk mengatasinya selama di rumah adalah dengan rawat jalan, tetapi
klien tidak dapat mengingat lagi obat apa yang pernah dikomsusinya.
b. Riwayat kesehatan masa lalu
Klien tidak memiliki riwayat penyakit pada masa lalunya termasuk
kecelakaan. Klien juga tidak memiliki riwayat alergi obat, makanan,
binatang maupun lingkungan. Klien mengatakan bila merasa sakit hanya
mengkonsumsi obat warung.
c. Riwayat kesehatan keluarga
d. Riwayat penykit keluarga
Orang tua laki-laki dari Tn. K memiliki penyakit yang sama dengan Tn. K
yaitu diabetes Mellitus, hal itu tersebut baru diketahui saat ayah dari Tn. K
meninggal dunia.
e. Riwayat psikososial dan spiritual

11
Orang terdekat Tn. K adalah istri dan kedua anaknya. pola interaksi
komunikasi klien dengan keluarga baik karena adanya saling keterbukaan
antara klien dan keluarganya. Pengambilan keputusan dalam keluarga
adalah klien, klien tidak pernah mengikuti kegiatan masyarakat karena jam
dinas kerja yang tidak menentu sebagai karyawan sebuah perusahaan.
Selama klien dirumah sakit klien tidak dapat melaksanakan tugasnya
sebagai pencari nafkah sehingga mempengaruhi perekonomian
keluarganya. masalah yang mempengaruhi klien adalah cepat lelah saat
beraktivitas, hal yang dipikirkan klien saat ini adalah sembuh dan ingin
segera pulang agar dapat kembali bekerja. Perubahan yang terjadi setelah
klien sakit adalah berat badan menurun dan terganggunya aktivitas
beribadah karena tidak dapat sholat.
f. Pola kebiasaan sehari-hari
1) Pola nutrisi
Frekuensi makan klien sebelum adalah 2-3 kali sehari. Klien
mengatakan sebelum sakit napsu makannya normal. Jenis makanan
yang dikonsumsi klien selama di rumah adalah ikan, sayur, nasi, tahu,
tempe dan sesekali daging. Klien tidak memiliki pantangan terhadap
makanan. Kebiasaan yang biasa dilakukan klien sebelum makan
adalah cuci tangan dan berdoa. Berat badan 72 kg.
2) Pola eliminasi
a) BAK
Klien mengatakan sebelum dirawat klien buang air kecil 8-10 kali
sehari, warna kuning bening, dan tidak ada keluhan dalam BAK.
b) BAB
Klien mengatakan sebelum dirawat klien BAB satu kali sehari dengan
waktu yang tidak tentu, warna kuning kecoklatan dengan bau khas,
konsistensi setegah padat dan tidak ada keluhan dalam BAB.
c) Pola personal hygiene
Klien mengatakan mandi 2 kali sehari pagi dan sore, oral hygiene 2
kali sehari pagi dan sore, cuci rambut 3 kali seminggu.

12
d) Pola istirahan dan tidur
Klien tidur selama 8 jam dan tidak pernah tidur siang.
e) Pola aktivitas dan latihan
Waktu kerja klien disesuaikan dengan jadwal yang diatur oleh
perusahaan. Klien tidak pernah melakukan kegiatan olah raga. Klien
tidak memiliki keluhan dalam pergerakan tubuh, mandi, dan
mengenakan pakaian.
f) Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
Klien mengatakan pernah merokok tetapi sudah berhenti sejak 4 tahun
yang lalu, klien tidak pernah berolah raga selama 10 tahun belakangan
ini.
g) Pola kebiasaan di rumah sakit
1) Pola nutrisi
Klien makan 3 kali sehari, nasi tim, berat badan 69 kg, tinggi
badan 173 cm. Klien mengatakan napsu makan berkurang
disebabkan rasa mual dan lidah pahit.

3. Pengkajian fisik
a. Pemeriksaan fisik umum
Berat badan sebelum dirawat 72 kg dan setelah dirawat 69 kg. Tinggi
badan 173 cm. Keadaan umum ringan, tanpa pembesaran kelenjar getah
bening.
b. System penglihatan
Posisi mata klien simetris dengan keadaan kelopak mata dan pergerakan
kelopak mata normal. Konjungtiva anemis, kornea normal, sclera ikterik,
pupil isokor, otot-otot mata tidak ada kelainan dengan penglihatan baik.
Tidak terdapat tanda-tanda radang dan tidak menggunakan alat bantu
penglihatan.
c. System pendengaran
Daun telinga normal, tidak ada serumen, tidak ada cairan dari telinga,
tidak ada perasaan penuh di telinga, tidak ada tinnitus, fungsi pendengaran

13
normal, gangguan keseimbangan tidak ada, dan tidak menggunakan alat
bantu.
d. System wicara
System wicara klien dalam keadaan normal.
e. System pernapasan
Jalan napas bersih, klien tidak sesak, tidak menggunakan otot bantu napas,
frekuensi 20 x/mnt dengan irama teratur, jenis napas spontan, tanpa batuk
dan sputum dan tidak menggunakan alat bantu napas.
f. System kardiovaskuler
1) Sirkulasi periver
Nadi 93 x/mnt dengan irama teratur dan denyutan yang kuat, tekanan
darah 180/110 mmHg, tidak ada distensi vena jugularis knan maupun
kiri, temperature kulit hangat dengan suhu 370C, pengisian kapiler 3
dtk dan tidak terdapat edema.
2) Sirkulasi jantung
Kecepatan denyut apical 94 x/mnt dengan irama teratur dan tanpa rasa
nyeri dada.
g. System hematologic
Pada sistem hematologi hasil laboratorium menunjukkan: Hb : 11,3 gr/dl,
Ht: 30%, leukosit: 11.500 /ul, trombosit: 521.000 /ul, klien tidak
mengalami perdarahan tetapi mengeluh lemas dan terlihat pucat.
h. System saraf pusat
Klien mengatakan sakit pada kepala, tingkat kesadaran compos mentis
dengan GCS 15, terdapat peningkatan TIK dengan nyeri kepala hebat.

i. System pencernaan
Keadaan mulutnya : lidah terlihat kotor, muntah 3x/hari jumlahnya sekitar
300ml, mengalami penurunan nafsu makan, tidak ada nyeri didaerah
perut, bising usus 6x/menit, tidak ada diare, warna feses kuning
kecoklatan, konsistensi feses setengah padat, hepar tidak teraba.

14
j. System endokrin
Pada system ini tidak terjadi pembesaran tiroid, napas tidak berbau keton,
tetapi poliuri dan polidipsi.
k. System integumen
System integumen, turgor kulit kurang elastis, warna kulit pucat,
temperatur kulit hangat, keadaan kulit baik dan tidak ada kelainan kulit,
keadaan rambut tidak bersih, teksturnya tidak baik, klien belum cuci
rambut selama 5 hari di rumah sakit.
l. System muskuloskeletal
System muskuloskeletal tidak ada kesulitan dalam pergerakan, tidak
terdapat sakit pada tulang, sendi, kulit, tidak ada fraktur, tidak ada
kelaianan bentuk tulang, keadaan tonus otot baik.

4. Pemeriksaan Penunjang
Elektrolit Pada tanggal 14 juli 2010
Kalium 2,9mEg/l (N: 3,6-5,6mEg/l)
Natrium 117meq/l (N:137-145mEq/l)
Klorida 82mEg/l (N: 98-107mEg/l)
Hematologi pada tanggal 16 juli 2010
Laju endap darah (LED) 20 mm/jam (N: p : 0-15, w : 0-20)
Hemoglobin 11,3 gr/dl (N: p : 13,0-16,0, w : 12,0-14,0)
Leukosit 14.800/ul (N: 5.000-10.000/ul)
Trombosit 521.000/ul (N: 150.000-400.000)
Hitung jenis leukosit :
Basofil 0 % (N: 0-1 %)
Eusinofil 2 % (N: 1-3 %)
N. Segmen 67 % (N: 50-75 %)
N. Batang 2 % (N: 2-3 %)
Limfosit 20 % (N: 25-40 %)
Monosit 9 % (N: 3-7 %)
Kimia Darah pada tanggal 18 juli 2010

15
Gula Darah Puasa ( GDP ) 215mg/dl (N: 70-110mg/dl)
Gula Darah 2 jam P.P 266mg/dl (N: 220mg/dl)
Gula Darah Sewaktu ( GDS ) 192mg/dl (N: 70-180mg/dl)

16
6. Data Fokus
N
DATA SUBJEKTIF NO DATA OBJEKTIF
O
1 klien mengatakan lemas 1 klien lemas
2 klien mengatakan mual 2 klien pucat
3 klien mengatakan sering haus 3 klien sering muntah
4 klien mengatakan lidah pahit 4 klien mengalami poliuri dan polidipsi
5 klien mengatakan tidak nafsu makan 5 porsi makan klien hanya habis setengah
klien mengatakan sering BAK ± 14x/hari 6 klien cemas
6 klien mengatakan cepat lelah saat 7 membran mukosa kering, konjungtiva klien anemis, kapilerirefil 3
beraktivitas detik, turgor kulit kurang elastis
7 klien mengatakan sulit untuk beraktivitas BB sebelum sakit 72 kg, BB sakit 69 kg
seperti biasa 8 Klien membutuhkan bantuan saat aktifitas
8 klien mengatakan sudah lebih dari lima 9 Balutan Infus kotor
hari selang infus belum diganti 10 Tetesan infus tidak lancar
9 klien mengatakan terasa gatal pada daerah 11 Hasil TTV: TD: 180/110 mmHg, S: 37°C, N:
tangan yang terpasang infus 12 93x/menit, RR: 22x/menit
klien mengatakan tetesan infus sering 13 Pada tangan kiri klien terpasang infus Na.Klorida dan Sodium
10 macet Klorida 3% 15 tetes/menit
14 Data Penunjang :
15 Kalium 2,9mEq/l
16 Natrium 117mEq/l
17 Klorida 82mEq/l
18 Laju endap darah (LED) 20 mm/jam
19 Hemoglobin 11,3 gr/dl
20 Leukosit 14.800/ul
21 Trombosit 521.000/ul
22 Monosit 9 %

17
23 Gula Darah Puasa 215mg/dl
24 Gula Darah 2 jam P.P 266mg/dl
25 GDS 192mg/dl
Albumin dalam urin positif

Analisa Data
NO Data Masalah Etiologi
1 DS: Gangguan keseimbangan cairan dan Output yang berlebih
-klien mengatakan lemas elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh
-klien mengatakan mual
-klien cemas
-klien mengatakan sering haus
-klien mengatakan sering BAK± 14x/hari
DO:
-klien lemas
-klien sering muntah
- membran mukosa kering, konjungtiva
klien anemis, kapilerirefil 3 detik, turgor
kulit kurang elastis
-klien mengalami poliuri dan polidipsi
-Pada tangan kiri klien terpasang infus
Na.Klorida dan Sodium Klorida 3% 15
tetes/menit
-hasil pengukuran tanda-tanda vital
TD : 180/110 mmHg, S :
37°C, N :93x/menit, RR :
22x/menit

18
2 Data penunjang :
-Kalium 2,9 mEq/l
-Natrium 117 mEq/l
-Klorida 82 mEq/l

DS: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan Intake yang tidak adekuat
-klien mengatakan lemas tubuh
-klien mengatakan mual
-klien mengatakan lidah pahit
-klien mengatakan tidak nafsu makan
-klien mengatakan cepat lelah
saat beraktivitas
DO:
-klien sering muntah
-porsi makan klien hanya habis ½
-konjungtiva klien anemis
-BB sebelum sakit 72 kg, BB saat
` sakit 69 kg
-Laju endap darah (LED) 20 mm/jam
-Hemoglobin 11,3 gr/dl
3 -Leukosit 14.800 /ul
-Trombosit 521.000 /ul
-Monosit 9 %
-Albumin dalam urin positif
-Gula Darah Puasa ( GDP ) 215 mg/dl
-Gula Darah 2 jam P.P 266 mg/dl
-Gula Darah Sewaktu 192 mg/dl

19
DS:
-klien mengatakan sudah lebih dari lima
hari selang infus belum diganti
-klien mengatakan terasa gatal pada
daerah tangan yang terpasang infus
-klien mengatakan tetesan infus sering
macet
DO:
-Balutan Infus kotor
-Tetesan infus tidak lancar
4 -Suhu : 37°C, Resiko terhadap infeksi Peningkatan kadar glukosa
-Leukosit 14.800 /ul dalam darah
-Monosit 9 %
-Gula Darah Puasa ( GDP ) 215 mg/dl
-Gula Darah 2 jam P.P 26 mg/dl
-Gula Darah Sewaktu 192 mg/dl

DS:
-klien mengatakan cepat lelah Kelelahan Penurunan produksi energi
saat beraktivitas metabolik
-klien mengatakan sulit untuk beraktivitas
seperti biasa
DO:
-Klien membutuhkan bantuan saat -
beraktifitas
-Kalium 2,9 mEq/l
-Natrium 117 meq/l
-Klorida 82 mEq/l

20
-Gula Darah Puasa 215 mg/dl
-Gula Darah 2 jam P.P 266 mg/dl
-Gula Darah Sewaktu 192 mg/dl

21
B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan analisa data di atas maka penulis merumuskan diagnosa
keperawatan sebagai berikut:
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan output yang berlebih.
Tanggal ditemukan :
Tanggal teratasi :
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Intake
tidak adekuat.
Tanggal ditemukan :
Tanggal teratasi :
3. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan tingginya kadar glukosa
dalam darah.
Tanggal ditemukan :
Tanggal teratasi :
4. Kelelahan berhabungan dengan penurunan produksi energi metabolik.
Tanggal ditemukan :
Tanggal teratasi :

22
C. Intervensi, Implementasi dan Evaluasi keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi Implementasi Evaluasi (SOAP)
1. DS: Klien mengatakan Gangguan a. Kaji tanda-tanda a. Mengaji tanda- S : Klien mengatakan
lemas, klien mengatakan keseimbangan cairan vital. tanda vital. klien mengatakan lebih
mual, klien mengatakan dan elektrolit kurang b. Kaji tanda-tanda b. Mengaji tanda- merasa segar. tidak
sering haus, klien dari kebutuhan tubuh dehidrasi. tanda dehidrasi. lemas, klien
mengatakan sering BAK. dapat teratasi. c. Pantau masukan c. Mentau masukan Mengatakan rasa mual
DO: Klien lemas, klien dan pengeluaran dan pengeluaran berkurang, klien
sering muntah, klien cairan. cairan. mengatakan BAK muali
cemas, membran mukosa d. Kolaborasi dalam d. Kolaborasi dalam dapat terkontrol.
kering, konjungtiva klien memberikan terapi memberikan terapi O : TD: 160/100mmHg, S:
anemis, kapilerirefli 3 cairan (infus). cairan (infus). 36,4°C, N: 90x/menit
detik, turgor kulit kurnag e. Anjurkan klien e. Menganjurkan RR: 19x/menit, klien
elastis, pada tangan kiri paling sedikit klien paling sedikit terlihat tidak lemas,
klien terpasang infus minum 2500 minum 2500 membran muksa
Na.Klorida dan Sodium ml/hari. ml/hari. lembab, klien terlihat
Klorida 3% 15 f. Anjurkan klien f. Menganjurkan lebih tanang, membran
tetes/menit, TD : 180/110 untuk banyak klien untuk banyak mukosa lembab,
mmHg, S : 37°C, N : mengkonsumsi mengkonsumsi konjungtiva anemis,

23
93x/menit, RR : buah pisang. buah pisang. kapilerirefli 2 detik,
22x/menit, hasil g. Kolaborasi dalam g. Kolaborasi dalam turgor kulit elastis.
laboratorium: Kalium memberikan memberikan A : Masalah klien dengan
2,9mEq/l, Natrium kalum atau kalum atau Gangguan
117meq/l, Klorida 82 elektrolit lain elektrolit lain keseimbangan cairan
mEq/l. melalui oral sesuai melalui oral sesuai dan elektrolit kurang
indikasi. indikasi. dari kebutuhan tubuh
dapat teratasi sebagian.
P : Lanjutkan Intervensi

2. DS: Klien mengatakan Ganguan perubahan a. Timbang BB setiap a. Mengkaji BB setiap S : Dari hasil pengkajian
lemas, klien mengatakan nutrisi kurang dari hari atau sesuai hari atau sesuai terakhir klien
mual, klien mengatakan kebutuhan tubuh dengan indikasi. dengan indikasi. mengatakan sudah rasa
lidah pahit, klien dapat teratasi. b. Auskultasi bising b. Mengkaji mual berkurang, klien
mengatakan tidak nafsu usus. Auskultasi bising mengatakan menyukai
makan, klien mengatakan c. Kaji jenis makanan usus. makan diet yang di
cepat lelah yang disukai klien. c. Mengkaji jenis berikan.
saat beraktivitas. d. Berikan makanan makanan yang
cairan yang disukai klien.

24
DO: Klien sering mengandung zat d. Beri makanan O : Dari hasil pengkajian
muntah, porsi makan makanan (nutrien) cairan yang terakhir klien sudah
klien hanya habis ½,
dan elektrolit. mengandung zat tidak muntah, nafsu
klien memerlukan
bantuan saat beraktivitas, e. Anjurkan klien makanan (nutrien) makan klien
konjungtiva klien untuk makan dan elektrolit. bertambah, BB 69 Kg.
anemis, BB sebelum
sedikit tapi sering. e. Menganjurkan klien A : Masalah kebutuhan
sakit 72 kg, BB saat sakit
69 kg, Hasil laboratorium f. Kolaborasi dalam untuk makan sedikit nutrisi kurang dari
LED 20 mm/jam, pemberian obat tapi sering. kebutuhan tubuh dapat
Hemoglobin 11,3 gr/dl,
(Magtral 3xsendok f. Kolaborasi dalam teratasi.
Leukosit 14.800 /ul,
Trombosit 521.000, makan). pemberian obat P : Intervensi dientikan
Monosit 9 %, Gula (Magtral 3xsendok
Darah Puasa 215 mg/dl, makan).
Gula Darah 2 jam P.P
266 mg/dl, Gula Darah
Sewaktu 192 mg/dl,
albumin dalam urin
positif.

25
Evaluasi keperawatan
Tanggal
S : Klien mengatakan klien mengatakan lebih merasa segar. tidak lemas, klien
mengatakan rasa mual berkurang, klien mengatakan BAK muali dapat
terkontrol.
O : TD: 160/100mmHg, S: 36,4°C, N: 90x/menit, RR: 19x/menit, klien
terlihat tidak lemas, membran muksa lembab, klien terlihat lebih tanang,
membran mukosa lembab, konjungtiva anemis, kapilerirefli 2 detik,
turgor kulit elastis.
A : Masalah klien dengan Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
kurang dari kebutuhan tubuh dapat teratasi sebagian.
P : Lanjutkan Intervensi Keperawatan : a, b, c, d, g.

2. Diagnosa Keperawatan:
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
Intake tidak adekuat yang di tandai dengan:
DS: Klien mengatakan lemas, klien mengatakan mual, klien mengatakan
lidah pahit, klien mengatakan tidak nafsu makan, klien mengatakan cepat lelah
saat beraktivitas.
DO: Klien sering muntah, porsi makan klien hanya habis ½, klien
memerlukan bantuan saat beraktivitas, konjungtiva klien anemis, BB sebelum
sakit 72 kg, BB saat sakit 69 kg, Hasil laboratorium LED 20 mm/jam,
Hemoglobin 11,3 gr/dl, Leukosit 14.800 /ul, Trombosit 521.000, Monosit 9 %,
Gula Darah Puasa 215 mg/dl, Gula Darah 2 jam P.P 266 mg/dl, Gula Darah
Sewaktu 192 mg/dl, albumin dalam urin positif.

Tujuan:
Setelah di lakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam masalah perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat teratasi.

26
Kriteria Hasil:
Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya, nafsu
makan bertambah, hasil laboratorium menunjukan keadaan normal.
Intervensi keperawatan:
a. Timbang BB setiap hari atau sesuai dengan indikasi.
b. Auskultasi bising usus.
c. Kaji jenis makanan yang disukai klien.
d. Berikan makanan cairan yang mengandung zat makanan (nutrien)
dan elektrolit.
e. Anjurkan klien untuk makan sedikit tapi sering.
f. Kolaborasi dalam pemberian obat (Magtral 3xsendok makan).

Implementasi keperawatan:
Tanggal
Pukul 09.00 menimbang berat badan, pukul 09.15 mengauskultasi bising
usus, pukul 09.20 mengkaji jenis makanan yang disukai klien, pukul 11.45
menganjurkan klien makan sedikit tapi sering, pukul 12.00 memberikan obat
(magtral 3xsendok makan), pukul 12.30 memberikan makana cair yang
mengandung nutrien dan elektrolit.

Tanggal
Pukul 09.00 menimbang berat badan, pukul 09.15 auskultasi bising usus,
bising usus terdengar 10x/menit, pukul 12.00 memberikan obat (magtral 3xsendok
makan), pukul 12.15 memberikan makana cair yang mengandung nutrien dan
elektrolit.

Tanggal
Asuhan keperawatan dihentikan, kien telah pulang paksa.

27
Evaluasi keperawatan
Tanggal
S : Dari hasil pengkajian terakhir klien mengatakan sudah rasa mual berkurang,
klien mengatakan menyukai makan diet yang di berikan.

O : Dari hasil pengkajian terakhir klien sudah tidak muntah, nafsu


makan klien bertambah, BB 69 Kg.
A : Masalah kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat teratasi
sebagian.
P : Hentikan intervensi keperawatan, klien sudah pulang.

3. Diagnosa Keperawatan:
Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan tingginya kadar glukosa
dalam darah yang di tandai dengan:
DS: Klien mengatakan sudah lebih dari lima hari selang infus belum
diganti, klien mengatakan terasa gatal pada daerah tangan yang terpasang infus,
klien mengatakan tetesan infus sering macet.
DO: Balutan Infus kotor, tetesan infus tidak lancar, Suhu : 37°C, hasil
laboratorium: Leukosit 14.800/ul, Gula Darah Puasa 215 mg/dl, Gula Darah 2 jam
P.P 266 mg/dl, Gula Darah Sewaktu 192 mg/dl.

Tujuan:
Setelah di lakukan Asuhan keperawatan selama 1x24 jam masalah resiko
terhadap infeksi dapat teratasi.

Kriteria Hasil:
Tidak terdapat tanda-tanda infeksi, balutan infus bersih, tetesan infus
lancur, leukosit normal, tidak ada peningkatan suhu tubuh.

28
Intervansi keperawatan:
1) Kaji tanda-tanda vital.
2) Observasi tanda-tanda infeksi pada sekitar balutan infus.
3) Ganti balutan infus.
4) Ganti infus set maksimal 3 hari sekali.
5) Anjurkan pasien untuk melakukan personal higiene dengan baik.

Implementasi keperawatan:
Tanggal
Pukul 08.30 mengkaji tanda-tanda vital, pukul 09.30 mengobservasi tanda-
tanda infeksi pada sekitar balutan infuse, pukul 09.35 mengganti balutan infus,
terlihat rapih dan bersih, pukul 09.45 mengganti infusset, pukul 10.00
menganjurkan pasien untuk melakukan personal higiene dengan baik.
.
Evaluasi keperawatan
Tanggal
S : Klien mengatakan tangan sudah tidak terasa gatal-gatal, klien
mengatakan tetesan infus lancar.
O : TD: 180/110 mmHg, S: 37°C, N: 93x/menit, RR: 22x/menit, tidak
terdapat tanda-atnda infeksi, tetesan infus klien lancar, klin terlihat
tenang, peningkatan dalam personal hygiene.
A : Masalah teratasi.
P : Hentikan Intervensi Keperawatan.

4. Diagnosa Keperawatan:
Kelelahan berhabungan dengan penurunan produksi energi metabolik yang
di tandai dengan:
DS: Klien mengatakan cepat lelah saat beraktivitas, klien mengatakan
sult untuk beraktivitas seperti biasa

29
DO: Klien membutuhkan bantuan saat beraktifitas, Kalium 2,9 mEq/l,
Natrium 117 meq/l, Klorida 82 mEq/l, Gula Darah Puasa 215 mg/dl, Gula Darah 2
jam P.P 266 mg/dl, Gula Darah Sewaktu 192 mg/dl

Tujuan:
Setalah dilakukan keperawatan selama 3x24 jam masalah kelelahan dapat teratasi

Intervansi keperawatan:
1) Diskusikan dengan klien kebuthan atas aktivitas.
2) Identifikasi aktivitas yang menimbulkan kelelahan.
3) Motivasi klien untuk meningkatkan masukan nutrisi.
4) Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum atau
sesudah melakukan aktivitas.
5) Diskusikan cara manghemat kalori.
6) Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai
dengan yang dapat di toleransi.

Implementasi keperawatan:
Tanggal
Pukul 10.00 mendiskusikan kebutuhan aktivitas dengan klien, pukul
10.30 mengidentifikasi aktivitas yang menimbulkan kelelahan, pukul 10.40
meningkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai
dengan yang dapat di toleransi
Tanggal
Pukul 11.00 diskusikan cara manghemat kalori, pukul 11.15 memotivasi
klien untuk meningkatkan masukan nutrisi, pukul 11.30 memantau nadi, frekuensi
pernafasan dan tekanan darah sebelum atau sesudah melakukan aktivitas.

Evaluasi keperawatan
Tanggal 21 Juli 2010 jam
S : Dari hasil pengkajian terakhir klien menyatakan paham aktivitas apa yang

30
dapat klien toleransi, klien mengatakan merasa lelah setiapkali dari kamar
mandi, klien menyatakan paham bagaimana cara untuk menghemat kalori.
O : Dari hasil pengkajian terakhir klien terlihat lebih mandri dalam melakukan
aktivitas seperti makan dan mengambil minum, asupan nutrisi klien
mengalami penungkatan, TD: 180/110 mmHg, N: 102 x/menit, RR: 26
x/menit.
A : Masalah kelelahan dapat teratasi sebagian.
P : Hentikan intervensi keperawatan, klien sudah pulang paksa.

31
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.
(Brunner dan Suddarth, 2002).
Diabetes mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang
disebabkan oleh faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama,
mempunyai karakteristik hyperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan
tetapi dapat dikontrol (WHO).
Berdasarkan hasil penggkajian melalui observasi, wawancara
langsung dengan klien dan keluarga, pemeriksaan haet to toe, pemeriksaan
penujang dan data-data yang diperoleh dari berbagai pihak. Tn. K menderita
DM tipe II, dimana pada factor riwayat keluarga orang tua Tn. K (Ayah) juga
menderita DM dan gaya hidup yang menyukai makanan manis serta tidak
pernah melakukan latihan (olahraga). Pada Tn. K tidak ditemukan poliphagi,
hal ini tidak terjadi pada klien karena adanya respons mual muntah yang di
hasilkan dari peningkatan HCL lambung. Pengobatan yang diberikan pada
Tn. K yaitu (Glucophage, Magtral, Protop, Lapibial, KSR, Remapin,
Intervask) dan diet rendah karbohidarat, tinggi kalori dan pritein. Hasil
laboratorium yang menunjang untuk menyatakan Tn. K menderita DM adalah
LED 20 mm/jam, Leukosit 14.800/ul, Trombosit 521.000/ul, Gula Darah
Puasa 215mg/dl, Gula Darah 2 jam P.P 266mg/dl, GDS 192mg/dl.
Pada kasus Tn. K penulis menemukan empat diagnosa keperawatan
yaitu gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan output yang berlebih, perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Intake tidak adekuat, resiko
terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasive.

32
B. Saran
1. Bagi mahasiswa
a. Menigkatkan ilmu dan pengetahuan tentang penyakit Diabetes Meliitus
khususnya melalui buku-buku sumber dan literature-literatur.
b. Melibatkan keluarga klien dalam melaksanakan semua tindakan
keperawatan pada pasien dengan Diabetas Mellitus.
1. Bagi perawat ruangan
h. Lebih meningkatkan pendokumentasian keperawatan pada pasien
Diabetes Mellitus selama 24 jam.
i. Meningkatkan penyuluhan kesehatan pada pasien Diabetes Mellitus
tentang proses penyakit, perawatan, diit dan pencegahan Diabetes
Mellitus dengan melibatkan keluarga klien sehingga dapat
menanggulangi keparahan dan komplikasi penyakit Diabetes Mellitus.

33
DAFTAR PUSTAKA

Baughman, DC & Hackley, JC.2000. Keperawatan Medikal Bedah Brunner &


Suddarth.Jakarta: EGC

Lewis M Sharon, RN, PhD, Heitkemper MC faan. 2000. Medical Surgical


Nursing Ed.5.Mosby

Martinus, Adrian.2005.1001 Tentang Diabetes.Bandung:Nexx Media

Pearce, Evelyn C.2007.Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis.Jakarta:PT


Gramedia Pustaka Utama

Price, Sylvia A.2005.Patofisiologi volume Edisi 6.Jakarta:EGC

Smeltzer, Suzzanne C.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Ed.8.Jakarta: EGC

Tambayong, Jan dr. 2001. Anatomi dan fisiologi untuk keperawatan. EGC

34

You might also like