You are on page 1of 13

TINJAUAN PUSTAKA

Diagnosis dan Penatalaksanaan


Spondilitis Tuberkulosis
Zuwanda*, Raka Janitra**
*Dokter Umum di Jakarta, **Dokter Umum di Atambua, Nusa Tenggara Timur

ABSTRAK
Spondilitis tuberkulosis adalah infeksi Mycobacterium tuberculosis pada tulang belakang. Spondilitis tuberkulosis memiliki perjalanan penyakit
yang relatif indolen, sehingga sulit untuk didiagnosis secara dini. Seringkali penderita mendapatkan pengobatan pada keadaan lanjut dimana
deformitas kifosis dan kecacatan neurologis sudah relatif ireversibel. Pemberian obat anti-tuberkulosis adalah pilihan pengobatan awal yang
terbaik pada fase awal. Pembedahan pada spondilitis tuberkulosis dilakukan hanya pada kasus melanjut, dengan variasi teknik yang beragam,
bergantung pada jenis kasus yang didapatkan. Pembedahan anterior dengan instrumentasi adalah teknik yang paling sering dilakukan dan
dikaji. Namun, karena diagnosis dini spondilitis tuberkulosis yang sulit, maka pembedahan tetap merupakan penatalaksanaan yang umum.

Kata kunci: tuberkulosis, spondilitis, anti-tuberkulosis, kifosis, instrumentasi, pembedahan anterior

ABSTRACT
Tuberculous spondylitis is M. tuberculosis infection of the spine; its clinical course is relatively indolent. Patient frequently diagnosed at late
phase with irreversible kyphosis and neurological deficit. Oral anti tuberculosis agents are treatment of choice at early phase; surgery is reserved
for advanced cases with various techniques. Anterior approach with instrumentation is the most common procedure. Zuwanda, Raka Janitra.
Diganosis and management of tuberculous spondylitis.

Key words:

PENDAHULUAN ekstraparu.5 TB ekstraparu dapat berupa TB termasuk Indonesia.4 Jumlah penderita


Infeksi spinal oleh tuberkulosis, atau yang biasa otak, gastrointestinal, ginjal, genital, kulit, diperkirakan akan terus meningkat seiring
disebut sebagai spondilitis tuberkulosis (TB), getah bening, osteoartikular, dan endometrial. dengan meningkatnya jumlah penderita
sangat berpotensi menyebabkan morbiditas Sebelas persen dari TB ekstraparu adalah TB acquired immunodeficiency syndrome (AIDS)
serius, termasuk defisit neurologis dan osteoartikular, dan kurang lebih setengah oleh infeksi human immunodeficiency virus
deformitas tulang belakang yang permanen, penderita TB osteoartikular mengalami infeksi (HIV). Satu hingga lima persen penderita TB,
oleh karena itu diagnosis dini sangatlah TB tulang belakang.6 mengalami TB osteoartikular.1,7,8 Separuh dari
penting. Diagnosis dini spondilitis TB sulit TB osteoartikular adalah spondilitis TB.6,8
ditegakkan dan sering disalahartikan sebagai Tata laksana spondilitis TB secara umum
neoplasma spinal atau spondilitis piogenik adalah kemoterapi dengan Obat Anti Di negara berkembang, penderita TB usia
lainnya.1 Diagnosis biasanya baru dapat Tuberkulosis (OAT), imobilisasi, dan intervensi muda diketahui lebih rentan terhadap
ditegakkan pada stadium lanjut, saat sudah bedah ortopedi/ saraf. Berbagai penelitian spondilitis TB daripada usia tua. Sedangkan
terjadi deformitas tulang belakang yang berat telah dilakukan untuk mengevaluasi efektivitas di negara maju, usia munculnya spondilitis
dan defisit neurologis yang bermakna seperti pendekatan penanganan spondilitis TB dengan TB biasanya pada dekade kelima hingga
paraplegia.2,3 hasil dan rekomendasi yang beragam. keenam.9 TB osteoartikular banyak ditemukan
pada penderita dengan HIV positif, imigran
Indonesia menempati peringkat ketiga EPIDEMIOLOGI dari negara dengan prevalensi TB yang tinggi,
setelah India dan China sebagai negara Pada tahun 2005, World Health Organization usia tua, anak usia dibawah 15 tahun dan
dengan populasi penderita TB terbanyak.4 (WHO) memperkirakan bahwa jumlah kondisi-kondisi defisiensi imun lainnya. Pada
Setidaknya hingga 20 persen penderita kasus TB baru terbesar terdapat di Asia pasien-pasien HIV positif, insiden TB diketahui
TB paru akan mengalami penyebaran TB Tenggara (34 persen insiden TB secara global) 500 kali lebih tinggi dibanding populasi orang

Alamat korespondensi email: aminkmink87@gmail.com

CDK-208/ vol. 40 no. 9, th. 2013 661


TINJAUAN PUSTAKA

HIV negatif. Di sisi lain, sekitar 25 – 50 persen Abses di daerah lumbar akan mencari daerah
kasus baru TB di Amerika Serikat adalah HIV dengan tekanan terendah hingga kemudian
positif.10 membentuk traktus sinus/fistel di kulit hingga
di bawah ligamentum inguinal atau regio
PATOFISIOLOGI gluteal.12
Patologi TB paru
Droplet Mycobacterium tuberculosis masuk Adakalanya lesi tuberkulosis terdiri dari lebih
melalui saluran napas dan akan menimbulkan dari satu fokus infeksi vertebra. Hal ini disebut
fokus infeksi di jaringan paru. Fokus infeksi ini sebagai spondilitis TB non-contiguous, atau
disebut fokus primer (fokus Ghon). Kuman “skipping lesion”. Peristiwa ini dianggap
kemudian akan menyebar secara limfogen merupakan penyebaran dari lesi secara
dan menyebabkan terjadinya limfangitis lokal hematogen melalui pleksus venosus Batson
dan limfadenitis regional. Gabungan dari dari satu fokus infeksi vertebra. Insidens
fokus primer, limfangitis lokal dan limfadenitis spondilitis TB non-contiguous dijumpai pada
regional disebut sebagai kompleks primer. Jika 16 persen kasus spondilitis TB.18
sistem imun penderita tidak cukup kompeten
infeksi akan menyebar secara hematogen/ Defisit neurologis oleh kompresi ekstradural
limfogen dan bersarang di seluruh tubuh medula spinalis dan radiks terjadi akibat
mulai dari otak, gastrointestinal, ginjal, genital, Gambar 1 Gibbus. Tampak penonjolan bagian posterior banyak proses, yaitu: 1) penyempitan
kulit, getah bening, osteoartikular, hingga tulang belakang ke arah dorsal akibat angulasi kifotik kanalis spinalis oleh abses paravertebral, 2)
endometrial.11,12 vertebra.13 subluksasio sendi faset patologis, 3) jaringan
granulasi, 4) vaskulitis, trombosis arteri/ vena
Patologi spondilitis TB Beratnya kifosis tergantung pada jumlah spinalis, 5) kolaps vertebra, 6) abses epidural
Spondilitis TB dapat terjadi akibat penyebaran vertebra yang terlibat, banyaknya ketinggian atau 7) invasi duramater secara langsung.
secara hematogen/limfogen melalui nodus dari badan vertebra yang hilang, dan segmen Selain itu, invasi medula spinalis dapat juga
limfatikus para-aorta dari fokus tuberkulosis tulang belakang yang terlibat. Vertebra torakal terjadi secara intradural melalui meningitis
di luar tulang belakang yang sebelumnya lebih sering mengalami deformitas kifotik.14 dan tuberkulomata sebagai space occupying
sudah ada. Pada anak, sumber infeksi Pada vertebra servikal dan lumbal, transmisi lesion.9,10
biasanya berasal dari fokus primer di paru, beban lebih terletak pada setengah bagian
sedangkan pada orang dewasa berasal dari posterior badan vertebra sehingga bila Bila dibandingkan antara pasien spondilitis
fokus ekstrapulmoner (usus, ginjal, tonsil).12 segmen ini terinfeksi, maka bentuk lordosis TB dengan defisit neurologis dan tanpa
Dari paru-paru, kuman dapat sampai ke fisiologis dari vertebra servikal dan lumbal defisit neurologis, maka defisit biasanya
tulang belakang melalui pleksus venosus perlahan-lahan akan menghilang dan mulai terjadi jika lesi TB pada vertebra torakal.
paravertebral Batson.8 menjadi kifosis.15 Defisit neurologis dan deformitas kifotik
lebih jarang ditemukan apabila lesi terdapat
Lesi tuberkulosis pada tulang belakang Menurut penelitian di Rumah Sakit Cipto pada vertebra lumbalis.19 Penjelasan yang
dimulai dengan inflamasi paradiskus. Setelah Mangunkusumo Jakarta, lesi vertebra torakal mungkin mengenai hal ini antara lain: 1)
tulang mengalami infeksi, hiperemia, edema terlapor pada 71 persen kasus spondilitis TB, Arteri Adamkiewicz yang merupakan arteri
sumsum tulang belakang dan osteoporosis diikuti dengan vertebra lumbal, dan yang utama yang mendarahi medula spinalis
terjadi pada tulang. Destruksi tulang terjadi terakhir vertebra servikal. Lima hingga tujuh segmen torakolumbal paling sering terdapat
akibat lisis jaringan tulang, sehingga tulang persen penderita mengalami lesi di dua hingga pada vertebra torakal 10 dari sisi kiri. Obliterasi
menjadi lunak dan gepeng terjadi akibat empat badan vertebra dengan rata-rata 2.51.10 arteri ini akibat trombosis akan menyebabkan
gaya gravitasi dan tarikan otot torakolumbal. Jika pada orang dewasa spondilitis TB banyak kerusakan saraf dan paraplegia. 2) Diameter
Selanjutnya, destruksi tulang diperberat terjadi pada vertebra torakal bagian bawah relatif antara medula spinalis dengan foramen
oleh iskemi sekunder akibat tromboemboli, dan lumbal bagian atas, khususnya torakal vertebralisnya. Intumesensia lumbalis mulai
periarteritis, endarteritis. Karena transmisi 12 dan lumbal 1, pada anak-anak spondilitis melebar kira-kira setinggi vertebra torakal
beban gravitasi pada vertebra torakal lebih TB lebih banyak terjadi pada vertebra torakal 10, sedangkan foramen vertebrale di daerah
terletak pada setengah bagian anterior badan bagian atas.16,17 tersebut relatif kecil. Pada vertebra lumbalis,
vertebra, maka lesi kompresi lebih banyak foramen vertebralenya lebih besar dan lebih
ditemukan pada bagian anterior badan Cold abscess terbentuk jika infeksi spinal telah memberikan ruang gerak bila ada kompresi
vertebra sehingga badan vertebra bagian menyebar ke otot psoas (disebut juga abses dari bagian anterior.
anterior menjadi lebih pipih daripada bagian psoas) atau jaringan ikat sekitar. Cold abscess
posterior.8 Resultan dari hal-hal tersebut dibentuk dari akumulasi produk likuefaksi MANIFESTASI KLINIS
mengakibatkan deformitas kifotik. Deformitas dan eksudasi reaktif proses infeksi. Abses ini Manifestasi klinis spondilitis TB relatif indolen
kifotik inilah yang sering disebut sebagai sebagian besar dibentuk dari leukosit, materi (tanpa nyeri).8 Pasien biasanya mengeluhkan
gibbus (gambar 1). kaseosa, debris tulang, dan tuberkel basil.8 nyeri lokal tidak spesifik pada daerah vertebra

662 CDK-208/ vol. 40 no. 9, th. 2013


TINJAUAN PUSTAKA

yang terinfeksi. Demam subfebril, menggigil, Penelitian di Nigeria melaporkan bahwa pengembangan volume paru oleh tulang
malaise, berkurangnya berat badan atau paraplegia terjadi pada 54 persen pasien yang belakang yang kifosis atau infeksi paru oleh
berat badan tidak sesuai umur pada anak mengalami gangguan kekuatan motorik. kuman TB. Infiltrat paru akan terdengar
yang merupakan gejala klasik TB paru juga Sedangkan deformitas tulang belakang sebagai ronkhi, kavitas akan terdengar sebagai
terjadi pada pasien dengan spondilitis TB.9 hanya terjadi pada 21 persen pasien-pasien suara amforik atau bronkial dengan predileksi
Pada pasien dengan serologi HIV positif, tersebut. Tingginya angka paraplegia di apeks paru. Kesegarisan (alignment) tulang
rata-rata durasi dari munculnya gejala awal mungkin disebabkan tingkat sosioekonomi belakang harus diperiksa secara seksama.
hingga diagnosis ditegakkan adalah selama dan pendidikan yang masih rendah sehingga Infeksi TB spinal dapat menyebar membentuk
28 minggu.20 Apabila sudah ditemukan pasien baru datang ke layanan kesehatan jika abses paravertebra yang dapat teraba,
deformitas berupa kifosis, maka patogenesis penyakit sudah melanjut dengan gejala yang bahkan terlihat dari luar punggung berupa
TB umumnya spinal sudah berjalan selama berat.22 pembengkakan. Permukaan kulit juga harus
kurang lebih tiga sampai empat bulan.15 diperiksa secara teliti untuk mencari muara
DIAGNOSIS sinus/fistel hingga regio gluteal dan di bawah
Defisit neurologis terjadi pada 12 – 50 persen Diagnosis dini spondilitis TB sulit ditegakkan inguinal (trigonum femorale). Tidak tertutup
penderita.10 Defisit yang mungkin antara lain: dan sering disalahartikan sebagai neoplasma kemungkinan abses terbentuk di anterior
paraplegia, paresis, hipestesia, nyeri radikular spinal atau spondilitis piogenik lainnya. rongga dada atau abdomen.20
dan/ atau sindrom kauda equina. Nyeri Ironisnya, diagnosis biasanya baru dapat
radikuler menandakan adanya gangguan ditegakkan pada stadium lanjut, saat sudah Terjadinya gangguan neurologis menanda-
pada radiks (radikulopati). Spondilitis TB terjadi deformitas tulang belakang dan defisit kan bahwa penyakit telah lanjut, meski masih
servikal jarang terjadi, namun manifestasinya neurologis.2,3,23 dapat ditangani. Pemeriksaan fisik neurologis
lebih berbahaya karena dapat menyebabkan yang teliti sangat penting untuk menunjang
disfagia dan stridor, tortikollis, suara serak Penegakan diagnosis seperti pada penyakit- diagnosis dini spondilitis TB. Pada pemeriksaan
akibat gangguan n. laringeus. Jika n. frenikus penyakit pada umumnya melalui anamnesis, neurologis bisa didapatkan gangguan fungsi
terganggu, pernapasan terganggu dan timbul pemeriksaan fisik, diikuti dengan pemeriksaan motorik, sensorik, dan autonom. Kelumpuhan
sesak napas (disebut juga Millar asthma).8 penunjang. Keberhasilan melakukan diagnosis berupa kelumpuhan upper motor neuron
Umumnya gejala awal spondilitis servikal dini menjanjikan prognosis yang lebih baik. (UMN), namun pada presentasi awal akan
adalah kaku leher atau nyeri leher yang tidak didapatkan paralisis flaksid, baru setelahnya
spesifik.21 Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik akan muncul spastisitas dan refleks patologis
Nyeri punggung belakang adalah keluhan yang positif. Kelumpuhan lower motor neuron
Nyeri lokal dan nyeri radikular disertai yang paling awal, sering tidak spesifik dan (LMN) mononeuropati mungkin saja terjadi
gangguan motorik, sensorik dan sfingter distal membuat diagnosis yang dini menjadi sulit. jika radiks spinalis anterior ikut terkompresi. Jika
dari lesi vertebra akan memburuk jika penyakit Maka dari itu, setiap pasien TB paru dengan kelumpuhan sudah lama, otot akan atrofi, yang
tidak segera ditangani. Menurut salah satu keluhan nyeri punggung harus dicurigai biasanya bilateral. Sensibilitas dapat diperiksa
sumber, insiden paraplegia pada spondilitis mengidap spondilitis TB sebelum terbukti pada tiap dermatom untuk protopatis (raba,
TB (Pott’s paraplegia), sebagai komplikasi yang sebaliknya. nyeri, suhu), dibandingkan ekstremitas atas
paling berbahaya, hanya terjadi pada 4 – 38 dan bawah untuk proprioseptif (gerak, arah,
persen penderita.9 Pott’s paraplegia dibagi Selain itu, dari anamnesis bisa didapatkan rasa getar, diskriminasi 2 titik). Evaluasi sekresi
menjadi dua jenis: paraplegia onset cepat adanya riwayat TB paru, atau riwayat gejala- keringat rutin dikerjakan untuk menilai fungsi
(early-onset) dan paraplegia onset lambat gejala klasik (demam lama, diaforesis nokturnal, saraf autonom.
(late-onset).8 Paraplegia onset cepat terjadi batuk lama, penurunan berat badan) jika TB
saat akut, biasanya dalam dua tahun pertama. paru belum ditegakkan sebelumnya. Demam Pemeriksaan Radiologi
Paraplegia onset cepat disebabkan oleh lama merupakan keluhan yang paling sering Radiologi hingga saat ini merupakan
kompresi medula spinalis oleh abses atau ditemukan namun cepat menghilang (satu pemeriksaan yang paling menunjang
proses infeksi. Sedangkan paraplegia onset hingga empat hari) jika diobati secara adekuat.24 untuk diagnosis dini spondilitis TB karena
lambat terjadi saat penyakit sedang tenang, Paraparesis adalah gejala yang biasanya memvisualisasi langsung kelainan fisik
tanpa adanya tanda-tanda reaktifasi spondilitis, menjadi keluhan utama yang membawa pada tulang belakang. Terdapat beberapa
umumnya disebabkan oleh tekanan jaringan pasien datang mencari pengobatan. Gejala pemeriksaan radiologis yang dapat digunakan
fibrosa/parut atau tonjolan-tonjolan tulang neurologis lainnya yang mungkin: rasa kebas, seperti sinar-X, Computed Tomography Scan (CT-
akibat destruksi tulang sebelumnya.8,10 baal, gangguan defekasi dan miksi. scan), dan Magnetic Resonance Imaging (MRI).

Gejala motorik biasanya yang lebih dahulu Pemeriksaan fisik umum dapat menunjukkan Pada infeksi TB spinal, klinisi dapat
muncul karena patologi terjadi dari anterior, adanya fokus infeksi TB di paru atau di tempat menemukan penyempitan jarak antar diskus
sesuai dengan posisi motoneuron di kornu lain, meskipun pernah dilaporkan banyak intervertebralis, erosi dan iregularitas dari
anterior medula spinalis, kecuali jika ada spondilitis TB yang tidak menunjukkan tanda- badan vertebra, sekuestrasi, serta massa para
keterlibatan bagian posterior medula spinalis, tanda infeksi TB ekstraspinal.9,25 Pernapasan vertebra.26 Pada keadaan lanjut, vertebra akan
keluhan sensorik bisa lebih dahulu muncul. cepat dapat diakibatkan oleh hambatan kolaps ke arah anterior sehingga menyerupai

CDK-208/ vol. 40 no. 9, th. 2013 663


TINJAUAN PUSTAKA

akordion (concertina), sehingga disebut juga 2. CT Scan


concertina collapse (gambar 3).1 CT-scan dapat memperlihatkan dengan jelas
sklerosis tulang, destruksi badan vertebra,
1. Sinar-X abses epidural, fragmentasi tulang, dan
Sinar-X merupakan pemeriksaan radiologis penyempitan kanalis spinalis (gambar 4).
awal yang paling sering dilakukan dan berguna CT myelography juga dapat menilai dengan
untuk penapisan awal. Proyeksi yang diambil akurat kompresi medula spinalis apabila tidak
sebaiknya dua jenis, proyeksi AP dan lateral.27 tersedia pemeriksaan MRI.26 Pemeriksaan
Pada fase awal, akan tampak lesi osteolitik ini meliputi penyuntikan kontras melalui
pada bagian anterior badan vertebra dan punksi lumbal ke dalam rongga subdural, lalu
osteoporosis regional. Penyempitan ruang dilanjutkan dengan CT scan.27
diskus intervertebralis menandakan terjadinya
kerusakan diskus. Pembengkakan jaringan Selain hal yang disebutkan di atas, CT
lunak sekitarnya memberikan gambaran scan dapat juga berguna untuk memandu
fusiformis.27 tindakan biopsi perkutan dan menentukan
luas kerusakan jaringan tulang.27 Penggunaan
Pada fse lanjut, kerusakan bagian anterior se- CT scan sebaiknya diikuti dengan pencitraan
makin memberat dan membentuk angulasi MRI untuk visualisasi jaringan lunak.
kifotik (gibbus). Bayangan opak yang me-
manjang paravertebral dapat terlihat, yang
merupakan cold abscess.27 Namun, sayangnya
sinar-X tidak dapat mencitrakan cold abscess
dengan baik (gambar 2).28 Dengan proyeksi Gambar 5 Pencitraan MRI potongan sagital pasien
lateral, klinisi dapat menilai angulasi kifotik di- spondilitis TB. Pada MRI dapat dilihat destruksi dari badan
ukur dengan metode Konstam (gambar 3).1,29 vertebra L3-L4 yang menyebabkan kifosis berat (gibbus),
infiltrasi jaringan lemak (panah putih), penyempitan kanalis
spinalis, dan penjepitan medula spinalis.19 Gambaran ini
khas menyerupai akordion yang sedang ditekuk.
Gambar 4 Pencitraan CT-scan pasien spondilitis TB
potongan aksial setingkat T 12. Pada CT-scan dapat terlihat 4. Pencitraan lainnya
destruksi pedikel kiri vertebra L3 (panah hitam), edema Ultrasonografi dapat digunakan untuk
jaringan perivertebra (kepala panah putih), penjepitan mencari massa pada daerah lumbar. Dengan
medula spinalis (panah kecil putih), dan abses psoas (panah pemeriksaan ini dapat dievaluasi letak
putih besar).26 dan volume abses/massa iliopsoas yang
mencurigakan suatu lesi tuberkulosis.8
Gambar 2 Pencitraan sinar-X proyeksi AP pasien spondilitis 3. MRI
TB. Sinar-X memperlihatkan iregularitas dan berkurangnya MRI merupakan pencitraan terbaik untuk Bone scan pada awalnya sering digunakan,
ketinggian dari badan vertebra T9 (tanda bintang), serta menilai jaringan lunak. Kondisi badan vertebra, namun pemeriksaan ini hanya bernilai positif
juga dapat terlihat massa paravertebral yang samar, yang diskus intervertebralis, perubahan sumsum pada awal perjalanan penyakit. Selain itu, bone
merupak cold abscess (panah putih).26 tulang, termasuk abses paraspinal dapat scan sangat tidak spesifik dan ber-resolusi
dinilai dengan baik dengan pemeriksaan rendah. Berbagai jenis penyakit seperti
ini.26,30 Untuk mengevaluasi spondilitis TB, degenerasi, infeksi, keganasan dan trauma
sebaiknya dilakukan pencitraan MRI aksial, dapat memberikan hasil positif yang sama
dan sagital yang meliputi seluruh vertebra seperti pada spondilitis TB.
untuk mencegah terlewatkannya lesi non-
contiguous.8,18 Pencitraan dengan 67Gadolinium diketahui
berguna untuk mendeteksi infeksi TB
MRI juga dapat digunakan untuk mengevaluasi diseminata.1 Penggunaan pencitraan ini masih
perbaikan jaringan. Peningkatan sinyal- belum lazim pada spondilitis TB.
Gambar 3 Pengukuran angulasi kifotik metode Konstam. T1 pada sumsum tulang mengindikasikan
Pertama, tarik garis khayal sejajar end-plate superior badan pergantian jaringan radang granulomatosa Biopsi dan pemeriksaan mikrobiologis
vertebra yang sehat di atas dan di bawah lesi. Kedua garis oleh jaringan lemak dan perubahan MRI ini Untuk memastikan diagnosis secara pasti,
tersebut diperpanjang ke anterior sehingga bersilangan. berkorelasi dengan gejala klinis.31 Bagaimana perlu dilakukan biopsi tulang belakang atau
Sudut K pada gambar adalah sudut Konstam, sedangkan membedakan spondilitis TB dari spondilitis aspirasi abses. Biopsi tulang dapat dilakukan
Sudut A adalah angulasi aktual yang dihitung. Pada contoh lainnya melalui MRI akan dijelaskan pada secara perkutan dan dipandu dengan CT
gambar ini, angulasi kifotik adalah sebesar 30º.1,29 bagian diagnosis diferensial setelah ini. scan atau fluoroskopi.1,19 Spesimen kemudian

664 CDK-208/ vol. 40 no. 9, th. 2013


TINJAUAN PUSTAKA

dikirim ke laboratorium untuk pemeriksaan Pemeriksaan imunologi seperti deteksi antigen dengan spondilitis TB. Vertebra servikal dan
histologis, kultur dan pewarnaan basil tahan excretory-secretory ES-31 mycobacterial, IgG lumbal lebih sering terlibat, dibandingkan
asam (BTA), gram, jamur dan tumor. Kultur BTA anti-TB, IgM anti-TB, IgA anti-TB, dan antigen dengan spondilitis TB yang lebih sering
positif pada 60–89 persen kasus.1,9 31 kDa dikatakan dapat berguna, namun menyerang vertebra torakolumbal lebih dari
efektivitasnya masih diuji lebih lanjut.8 satu vertebra.24
Studi histologi jaringan penting untuk
memastikan diagnosis jika kultur negatif, Pemeriksaan penunjang lainnya meliputi Dari segi hematologis, CRP, laju endap darah
pewarnaan BTA negatif, sekaligus studi hematologis. Laju endap darah (LED) (LED), jumlah leukosit, dan hitung jenis
menyingkirkan diagnosis banding lainnya. biasanya meningkat, namun tidak spesifik dapat membantu diagnosis. Pada spondilitis
Temuan histologi pada infeksi TB jaringan menunjukkan proses infeksi granulomatosa piogenik, peningkatan CRP lebih bermakna
adalah akumulasi sel epiteloid (granuloma TB. Peningkatan kadar C-reactive protein dibandingkan peningkatan LED, meskipun
epiteloid), sel datia langhans dan nekrosis (CRP) diasosiasikan kuat dengan formasi pada beberapa kasus dapat normal.24
kaseosa.27 Sel epiteloid adalah sel abses.10 Uji Mantoux positif pada sebagian Telah dilakukan studi untuk membedakan
mononuklear yang mem-fagositosis basil besar pasien (84–95 persen)32 namun hanya kedua penyakit melalui MRI. Jung dkk34
tuberkulosis dengan sisa-sisa lemak kuman memberi petunjuk tentang paparan kuman menjabarkan beberapa perbedaan temuan
pada sitoplasmanya.8 Granuloma epiteloid TB sebelumnya atau saat ini. Spesimen MRI secara rinci yang mengarahkan pada
dapat ditemukan pada 89 persen spesimen sputum memberikan hasil positif hanya jika infeksi TB: 1) sinyal abnormal paraspinal
yang merupakan gambaran khas histologi proses infeksi paru sedang aktif. Studi di berbatas tegas. 2) dinding abses tipis dan
infeksi TB. Superinfeksi kuman piogenik telah Malaysia mengemukakan bahwa kelainan halus. 3) adanya abses paraspinal dan
dilaporkan pada beberapa kasus. hematologis yang paling sering ditemukan intraoseus. 4) penyebaran subligamen lebih
pada pasien spondilitis TB adalah anemia dari 2 vertebra. 5) keterlibatan vertebra
Jika biopsi jarum tidak dapat memastikan normositik normokrom, trombositosis torakal. 6) lesi multipel. Bila ada temuan
diagnosis, biopsi bedah yang diikuti dengan dengan/tanpa peningkatan LED dan radiologis selain yang disebutkan di atas,
kultur dapat dipertimbangkan.9 biopsi bedah leukositosis.33 tampaknya diagnosis infeksi piogenik
umumnya dilakukan pada keadaan dimana lebih mungkin. Penelitian oleh Harada
biopsi jarum sangat berbahaya dan tidak Diagnosis Diferensial dkk menambahkan bahwa adanya sinyal
menghasilkan spesimen (dry tap). Hal yang perlu digarisbawahi pada spondilitis abnormal pada sendi faset merupakan
TB adalah nyeri punggung nonspesifik, karakteristik infeksi piogenik.30 Kultur dan
Kultur umumnya memerlukan waktu yang deformitas kifotik, kompresi medula spinalis pewarnaan Gram spesimen tulang yang
relatif lama, yaitu 2 minggu. Kultur sebaiknya yang sering menjadi alasan penderita untuk diambil melalui biopsi perkutan/terbuka
diikuti dengan uji resistensi OAT.8 Spesimen datang berobat. Karena itu, pemikirian dapat memastikan diagnosis, namun
yang cocok untuk dijadikan kultur adalah kemungkinan diagnosis banding harus tindakan ini termasuk tindakan invasif.9
organ-organ dalam, tulang, pus, cairan didasarkan pada hal ini. Sangat penting untuk
sinovial, atau jaringan sinovial. Media yang membedakan spondilitis TB dari penyakit Tumor metastatik spinal mencakup 85
dapat digunakan adalah media berbasis lainnya, karena terapi dini yang tepat dan persen bagian dari semua tumor tulang
telur, seperti media Lowenstein-Jensen akurat dapat mengurangi angka disabilitas belakang yang mengakibatkan kompresi
dan media berbasis cairan, seperti Becton- dan morbiditas pasien.30 medula spinalis. Insiden tertinggi kasus
Dickinson dan BACTEC TM. Pajanan pasien tumor metastasik spinal pada usia di atas 50
dengan fluorokuinolon sebelumnya akan Spondilitis piogenik adalah salah satu tahun. Urutan segmen yang sering terlibat
memperlambat pertumbuhan kultur hingga penyakit dengan presentasi gejala yang yaitu torakal, lumbar dan servikal. Neoplasma
2 minggu.8 serupa dengan spondilitis TB dan tidak dengan kecenderungan bermetastasis ke
mudah untuk membedakan keduanya tanpa medula spinalis meliputi tumor payudara,
Pemeriksaan laboratoris pemeriksaan penunjang yang adekuat. prostat, paru, limfoma, sarkoma, dan mieloma
Polymerase Chain Reaction (PCR) dapat Spondilitis piogenik umumnya disebabkan multipel. Metastasis keganasan saluran cerna
digunakan untuk mendeteksi DNA kuman oleh Staphylococcus aureus, Streptococcus, dan rongga pelvis relatif melibatkan vertebra
tuberkulosis. Lain halnya dengan kultur yang dan Pneumococcus.30 Secara epidemiologi, lumbosakral, sedangkan keganasan paru dan
memerlukan waktu lama, pemeriksaan ini spondilitis piogenik lebih sering menyerang mamae lebih sering melibatkan vertebra
sangat akurat dan cepat (24 jam), namun usia produktif, sekitar usia 30–50 tahun. torakal.
memerlukan biaya yang lebih mahal Hingga saat ini, prevalensi spondilitis piogenik
dibandingkan pemeriksaan lainnya. Prinsip dilaporkan meningkat diakibatkan banyaknya Keganasan primer pada pasien anak-anak
kerja PCR adalah memperbanyak DNA kuman penyalahgunaan antibiotik, tindakan invasif yang cukup sering menyebabkan kompresi
secara eksponensial sehingga dapat terdeteksi spinal, pembedahan spinal. Di lain pihak, medula spinalis meliputi neuroblastoma,
meski kuman dalam jumlah yang sedikit (10 jumlah kasus baru spondilitis TB semakin Sarkoma Ewing, dan hemangioma. Formasi
hingga 1000 kuman). PCR memiliki sensitivitas berkurang dengan penggunaan OAT. abses dan adanya fragmen tulang adalah
sekitar 80–98 persen dan spesifisitas 98 Spondilitis piogenik memiliki perjalanan yang temuan MRI yang dapat membedakan
persen.8 lebih akut dengan gejala yang hampir sama spondilitis TB dari neoplasma.1

CDK-208/ vol. 40 no. 9, th. 2013 665


TINJAUAN PUSTAKA

Keluhan yang sering berupa nyeri punggung Tabel 1 Klasifikasi Pott’s paraplegia37
belakang yang kronis progresif yang tidak
Stadium Gambaran Klinis
spesifik, hal inilah yang menyebabkan
neoplasma spinal sulit dibedakan dengan I. Tidak terdeteksi/ terabaikan Pasien tidak sadar akan gangguan neurologis, klinisi menemukan adanya klonus
spondilitis TB.24 Adanya riwayat keganasan di (negligible) pada ekstensor plantaris dan pergelangan kaki.
tempat lain dapat membantu penegakkan II. Ringan Pasien menyadari adanya gangguan neurologis, tetapi masih mampu berjalan
diagnosis. Defisit neurologis terjadi tergantung dengan bantuan.
tingkat lesi, muncul jika tumor sudah menekan
III. Moderat Tidak dapat berpindah tempat (non-ambulatorik) karena kelumpuhan (dalam
epidural dan medula spinalis. Kolaps vertebra posisi ekstensi) dan defisit sensorik di bawah 50 persen.
dengan deformitas kifotik atau skoliotik terjadi
IV. Berat Stadium III + kelumpuhan dalam posisi fleksi, defisit sensorik di atas 50 persen,
akibat destruksi badan vertebra/ fraktur oleh dan gangguan sfingter.
invasi tumor dengan diskus yang bebas dari
kerusakan. MRI belum dapat secara pasti
menyingkirkan atau memastikan diagnosis Tabel 2 Klasifikasi klinikoradiologis37
tumor spinal. Semua temuan-temuan MRI
Stadium Gambaran klinikoradiologis Durasi
spondilitis TB bisa ditemukan pada tumor perjalanan
spinal. penyakit

Fraktur kompresi badan vertebra I. Pre-destruktif Kurvatura lurus, spasme otot perivertebral, hiperemia tampak pada skintigrafi, MRI < 3 bulan
berpotensi menyebabkan deformitas kifotik menunjukkan edema sumsum tulang.

disertai gangguan neurologis dengan II. Destruktif awal Penyempitan ruang diskus, erosi paradiskal. MRI memperlihatkan edema dan 2–4 bulan
derajat yang bervariasi. Trauma harus dengan kerusakan korteks vertebra, CT scan menunjukkan erosi marginal dan kavitasi.
kekuatan yang besar untuk membuat badan
III. Kifosis ringan 2–3 vertebra terkena (angulasi 10º–30º) 3–9 bulan
vertebra yang bersangkutan retak, kecuali
jika didapatkan osteoporosis, usia tua atau
IV. Kifosis moderat >3 vertebra terkena (angulasi 30º–60º) 6–24 bulan
penggunaan steroid jangka panjang. Contoh
klasik trauma yang menyebabkan fraktur V. Kifosis berat >3 vertebra (angulasi >60º) >2 tahun
kompresi seperti jatuh dari ketinggian
dengan bokong terlebih dahulu. Kecelakaan
mobil juga dapat menyebabkan dampak Tabel 3 Klasifikasi Gulhane Askeri Tip Akademisi (GATA) untuk spondilitis TB.
serupa. Mekanisme fleksi-kompresi biasanya
Tipe Lesi Penatalaksanaan Contoh
menyebabkan fraktur kompresi dengan
bagian anterior mengecil (wedge-shaped)
IA Lesi vertebra dan degenerasi Biopsi perkutan dan
dengan derajat kerusakan bagian tengah dan diskus 1 segmen, tanpa kolaps, kemoterapi
posterior yang bervariasi. Medula spinalis abses, ataupun defisit neurologis.
segmen torakal lebih sering mengalami
cedera karena merupakan segmen yang IB Adanya cold abscess, degenerasi Drainase abses dan
diskus 1 atau lebih, tanpa kolaps debridemen anterior/ posterior
paling panjang dibandingkan segmen ataupun defisit neurologis.
lainnya dan juga karena kanalis spinalisnya
yang lebih sempit dengan vaskularisasi
yang tentatif. Diagnosis ditegakkan dengan
temuan klinis dan adanya riwayat trauma
yang bermakna dikombinasikan dengan ada/
tidaknya faktor risiko seperti osteoporosis II Kolaps vertebra 1. debridemen dan fusi
atau usia tua. Cold abscess anterior
Kifosis 2. dekompresi jika terdapat
Deformitas stabil, dengan/ tanpa defisit neurologis
Pada negara dengan insidens bruselosis defisit neurologis 3. tandur strut kortikal untuk
cukup tinggi, spondilitis bruselosis Angulasi sagital < 20º fusi
merupakan diagnosis diferensial yang utama.
Demam, keringat dingin dan nyeri sendi III Kolaps vertebra berat Penatalaksaan no II
Cold abscess + instrumentasi anterior/
adalah gejala yang lebih sering ditemukan
Kifosis berat posterior
pada spondilitis bruselosis, sementara Deformitas tidak stabil, dengan/
gangguan neurologis dan deformitas lebih tanpa defisit neurologis
Angulasi sagital ≥ 20º
banyak ditemukan pada spondilitis TB.
Sakroiliitis dan diskitis lebih sering didapat- Diadaptasi dari: Oguz E, Sehirlioglu A, Altinmakas M, Ozturk C, Komurcu M, Solakoglu C, Vaccaro AR. A new classification and
kan pada pasien spondilitis bruselosis.35 guide for surgical treatment of spinal tuberculosis.38

666 CDK-208/ vol. 40 no. 9, th. 2013


TINJAUAN PUSTAKA

Diagnosis diferensial lainnya yang perlu Tabel 4 ASIA Impairment Scale 39


dipertimbangkan antara lain: spondilitis
Stadium Gambaran neurologis
jamur yang dapat ditemukan pada pasien-
pasien dengan inkompetensi imun36, mielitis A. Complete Tidak ada fungsi motorik atau sensorik yang utuh pada segmen S4-5

transversa, sarkoidosis, dan reumatoid artritis.9 B. Incomplete Fungsi sensorik utuh, fungsi motorik tidak utuh di bawah segmen lesi neurologis dan segmen S4-5
C. Incomplete Fungsi motorik masih utuh di bawah segmen lesi neurologis, dan lebih dari separuh otot kunci* di bawah
KLASIFIKASI segmen lesi neurologis setidaknya memiliki kekuatan motorik di bawah 3
Klasifikasi spondilitis TB telah dilakukan D. Incomplete Sama seperti C, namun dengan kekuatan motorik di atas 3
beberapa pihak dengan tujuan untuk E. Normal Fungsi motorik dan sensorik normal
menentukan deskripsi keparahan penyakit, Sindrom Klinis Sindrom Brown Sequard, Sindrom Kauda Ekuina, Sindrom Medula anterior, Sindrom Medula Sentral,
prognosis dan tatalaksana. Sindrom Konus Medularis.
*Otot-otot kunci yang dimaksud antara lain: fleksi siku (C5), ekstensi tangan (C6), ekstensi siku (C7), ekstensi jari tangan (C8),
Klasifikasi Pott’s paraplegia disusun untuk abduksi kelingking (T1), fleksi tungkai (L2), ekstensi lutut (L3), dorsofleksi kaki (L4), ekstensi ibu jari kaki (L5), plantarfleksi kaki
mempermudah komunikasi antar klinisi (S1). Pemeriksaan segmen S4 – 5 adalah dengan menilai kontraksi sfinger ani volunter dan dan sensasi perianal.
dan mempermudah deskripsi keparahan
gejala klinis pasien spondilitis TB. Klasifikasi Tabel 5 Dosis Rekomendasi OAT pada anak (di bawah 12 tahun) dan dewasa.43
klinikoradiologis untuk memperkirakan durasi Dosis mg/kgBB (dosis maksimum)
perjalan penyakit berdasarkan temuan klinis Obat Harian Dua kali seminggu Tiga kali seminggu
dan temuan radiologis pasien. Anak Dewasa Anak Dewasa Anak Dewasa
INH 10–20 5 20–40 15 20–40 15
Klasifikasi menurut Gulhane Askeri Tip RIF 10–20 10 10–20 10 10–20 10
Akademisi (GATA) baru-baru ini telah disusun PRZ 15–30 15–30 50–70 50–70 50–70 50–70

untuk menentukan terapi yang dianggap ETB 15–25 15–25 50 50 25–30 25–30
SM 20–40 12–18 25–30 25–30 25–30 25–30
paling baik untuk pasien yang bersangkutan.
Sistem klasifikasi ini dibuat berdasarkan kriteria INH, isoniazid, RIF, rifampisin, PRZ, pirazinamid, ETB, etambutol, SM, streptomisin.Dosis berdasarkan berat badan harus
klinis dan radiologis, antara lain: formasi abses, disesuaikan pertambahan berat badan. Semua pasien yang menerima dosis intermiten harus dipantau langsung terapinya.
degenerasi diskus, kolaps vertebra, kifosis, PRZ dan SM tidak dipakai pada wanita hamil. ETB tidak disarankan untuk pasien anak karena sulit diobservasi fungsi
angulasi sagital, instabilitas vertebra dan visualnya.
gejala neurologis; membagi spondilitis TB
menjadi tiga tipe (I, II, dan III).38 korset/bidai. Mortalitas dan angka relaps deformitas kifosis telah melanjut, terapi
sangat tinggi saat itu.1 medikamentosa justru tidak begitu berguna.
Untuk menilai derajat keparahan, memantau Terapi OAT selama 9 bulan memberikan
perbaikan klinis, dan memprediksi prognosis Sekarang, penanganan spondilitis TB angka remisi yang lebih baik (hingga 99
pasien spondilitis TB dengan cedera medula secara umum dibagi menjadi dua bagian persen) dibandingkan terapi OAT selama 6
spinalis, dapat digunakan klasifikasi American yang berjalan dapat secara bersamaan, bulan.41
Spinal Injury Association (ASIA) impairment medikamentosa dan pembedahan.
scale. Sistem ini adalah pembaruan dari sistem Terapi medikamentosa lebih diutamakan, Untuk mempermudah klinisi menentukan
klasifikasi Frankel dan telah diterima secara sedangkan terapi pembedahan melengkapi tindakan yang cocok untuk pasien, dapat
luas. ASIA impairment scale membagi cedera terapi medikamentosa dan disesuaikan digunakan klasifikasi GATA.38 Namun,
medula spinalis menjadi 5 tipe (A, cedera dengan keadaan individual tiap pasien. Pasien penulis menyarankan untuk menatalaksana
medula spinalis komplit, B – D, cedera medula spondilitis TB pada umumnya bisa diobati pasien secara individual, dan juga
spinalis inkomplit, E, normal) (tabel 4).39 secara rawat jalan, kecuali diperlukan tindakan mempertimbangkan keahlian ahli bedah,
bedah dan tergantung pada stabilitas keadaan serta ketersediaan fasilitas rumah sakit.
Hasil penelitian tentang prognosis pasien pasien. Tujuan penatalaksanaan spondilitis
dengan cedera medula spinalis menyatakan TB adalah untuk mengeradikasi kuman TB, 1. Medikamentosa
bahwa pasien dengan cedera medula spinalis mencegah dan mengobati defisit neurologis, Spondilitis TB dapat diobati secara sempurna
ASIA A, hanya memiliki paling tinggi lima serta memperbaiki kifosis.9 hanya dengan OAT saja hanya jika diagnosis
persen kemungkinan menjadi ASIA D, 20 – ditegakkan awal, dimana destruksi tulang
50 persen pada ASIA B untuk menjadi ASIA D Parthasarathy dkk melakukan penelitian pada dan deformitas masih minimal.8,37,42 Seperti
dalam 1 tahun, 60 – 75 persen pada ASIA C 235 pasien spondilitis TB tanpa paraplegia pada terapi TB pada umumnya, terapi infeksi
untuk menjadi ASIA D dalam 1 tahun.40 dengan tujuan membandingkan efektivitas spondilitis TB adalah multidrug therapy.
kemoterapi OAT dan intervensi bedah. Secara umum, regimen OAT yang digunakan
PENATALAKSANAAN Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa pada TB paru dapat pula digunakan pada
Sebelum ditemukannya OAT yang efektif, pada fase awal, terapi medikamentosa TB ekstraparu, namun rekomendasi durasi
penganganan spondilitis TB hanya dengan memberikan hasil yang lebih memuaskan pemberian OAT pada TB ekstraparu hingga
metode imobilisasi, yaitu tirah baring dan dibandingkan terapi bedah. Namun, ketika saat ini masih belum konsisten antarahli.

CDK-208/ vol. 40 no. 9, th. 2013 667


TINJAUAN PUSTAKA

World Health Organization (WHO) TB pada bayi dan anak-anak setidaknya harus 2. Pembedahan
menyarankan kemoterapi diberikan selama 12 bulan.43 Durasi kemoterapi pada Dengan berkembangnya penggunaan
setidaknya selama 6 bulan.43 British Medical pasien imunodefisiensi sama pada pasien OAT yang efektif, terapi pembedahan relatif
Research Council menyarankan bahwa tanpa imunodefisiensi. Namun, adapula ditinggalkan sebagai penatalaksanaan utama
spondilitis TB torakolumbal harus diberikan sumber yang mengatakan durasinya harus pada spondilitis TB. Pilihan teknik bedah tulang
kemoterapi OAT selama 6 – 9 bulan.2 Untuk diperpanjang.43 Kemoterapi pada pasien belakang pada spondilitis sangat bervariasi,
pasien dengan lesi vertebra multipel, tingkat dengan HIV positif harus disesuaikan dan namun pendekatan tindakan bedah yang baku
servikal, dan dengan defisit neurologis memerhatikan interaksi OAT dan obat anti- dan empiris masih belum ada. Setiap kasus harus
belum dapat dievaluasi, namun beberapa retroviral. Zidovudin dapat meningkatkan dinilai keadaanya secara individual. Pada pasien
ahli menyarankan durasi kemoterapi selama efek toksik OAT. Didanosin harus diberikan yang direncanakan dioperasi, kemoterapi tetap
9–12 bulan.2 selang 1 jam dengan OAT karena bersifat harus diberikan, minimal 10 hari sebelum
penyanggah antasida.11 operasi OAT harus sudah diberikan.41 Kategori
The Medical Research Council Committee regimen OAT yang diberikan disesuaikan jenis
for Research for Tuberculosis in the Tropics Perhimpuna Dokter Paru Indonesia telah kasus yang ada dan dilanjutkan sesuai kategori
menyatakan bahwa isoniazid dan rifampisin merumuskan regimen terapi OAT untuk masing-masing.8,11
harus selalu diberikan selama masa pasien TB.11 Untuk kategori I, yaitu kasus baru
pengobatan.9 Selama dua bulan pertama TB paru kasus baru dengan TB ekstraparu, Tindakan bedah yang dapat dilakukan
(fase inisial), obat-obat tersebut dapat termasuk TB spinal, diberikan 2 HRZE (HRZS) pada spondilitis TB meliputi drainase abses;
dikombinasikan dengan pirazinamid, fase inisial dilanjutkan 4HR fase lanjutan, atau debridemen radikal; penyisipan tandur
etambutol dan streptomisin sebagai obat lini 2HRZE(HRZS) fase inisial dilanjutkan 4H3R3 tulang; artrodesis/fusi; penyisipan tandur
pertama. Hal ini senada dengan penelitian fase lanjutan, atau 2RHZE(HRZS) fase inisial tulang; dengan atau tanpa instrumentasi/
Karaeminogullari dkk19 yang mengobati dilanjutkan 6HE fase lanjutan. Pemberian fiksasi, baik secara anterior maupun posterior;
pasien spondilitis TB lumbal dengan rifampisin regimen bisa diperpanjang sesuai dengan dan osteotomi.
dan insoniazid saja selama 9 bulan, dengan respons klinis penderita. Sedangkan untuk
hasil yang memuaskan. kategori II, yaitu kasus gagal pengobatan, a. Indikasi dan Kontraindikasi
relaps, drop-out, diberikan 2RHZES fase Pembedahan
Obat lini kedua diberikan hanya pada kasus inisial dilanjutkan 5HRE fase lanjutan, atau Indikasi pembedahan pada spondilitis TB
resisten pengobatan. Yang termasuk sebagai 2HRZES fase inisial dilanjutkan 5H3R3E3 fase secara umum sebagai berikut: 1) defisit
OAT lini kedua antara lain: levofloksasin, lanjutan.11,43 neurologis akut, paraparesis, atau paraplegia.
moksifloksasin, etionamid, tiasetazon, 2) deformitas tulang belakang yang tidak
kanamisin, kapreomisin, amikasin, sikloserin, Deksametason jangka pendek dapat stabil atau disertai nyeri, dalam hal ini kifosis
klaritomisin dan lain-lain. digunakan pada kasus dengan defisit progresif (30º untuk dewasa, 15º untuk anak-
neurologis yang akut untuk mencegah syok anak). 3) tidak responsif kemoterapi selama
Adakalanya kuman TB kebal terhadap spinal. Namun, belum ada studi yang menguji 4 minggu. 4) abses luas. 5) biopsi perkutan
berbagai macam OAT. Multidrug resistance TB efektivitasnya pada kasus spondilitis TB.9 gagal untuk memberikan diagnosis.41,42,48 6)
(MDR-TB) didefinisikan sebagai basil TB yang nyeri berat karena kompresi abses.47
resisten terhadap isoniazid dan rifampisin.44 Pemberian bisfosfonat intravena bersamaan
Spondilitis MDR-TB adalah penyakit yang dengan kemoterapi OAT telah dicoba pada Jika lesi di servikal, intervensi bedah dilakukan
agresif karena tidak dapat hanya diterapi beberapa pasien dan dikatakan dapat lebih awal mengingat potensi kecacatan yang
dengan pengobatan OAT baku. Regimen meningkatkan proses perbaikan tulang. akan terjadi. Jika mengikuti klasifikasi GATA
untuk MDR-TB harus disesuaikan dengan Nerindronat 100 mg pada pemberian yang telah dijelaskan diatas, maka intervensi
hasil kultur abses. Perbaikan klinis umumnya pertama, dan 25 mg setiap bulan berikutnya bedah dilakukan pada pasien dengan GATA IB
bisa didapatkan dalam 3 bulan jika terapi selama 2 tahun telah diujicobakan dengan hingga GATA III.38 Sementara itu, satu-satunya
berhasil.44 Adapula rekomendasi terbaru hasil yang memuaskan. Nerindronat di- kontraindikasi pembedahan pada pasien
untuk penganganan MDR-TB, yaitu dengan sebutkan dapat menghambat aktivitas spondilitis TB adalaha kegagalan jantung dan
kombinasi 5 obat, antara lain: 1) salah satu resorpsi osteoklas dan menstimulasi aktivitas paru. Pada keadaan ini kegagalan jantung dan
dari OAT lini pertama yang diketahui sensitif osteoblas. Namun, studi ini masih terbatas paru harus ditangani terlebih dahulu untuk
melalui hasil kultur resistensi, 2) OAT injeksi pada satu pasien dan perlu dievaluasi lebih menyelamatkan jiwa pasien.1
untuk periode minimal selama 6 bulan, lanjut.46
3) kuinolon, 4) sikloserin atau etionamid, b. Pemilihan pendekatan pembedahan
5) antibiotik lainnya seperti amoksisilin Terapi medikamentosa dikatakan gagal jika tulang belakang
klavulanat dan klofazimin. Durasi pemberian dalam 3–4 minggu, nyeri dan atau defisit Pemilihan pendekatan pembedaan spondilitis
OAT setidaknya selama 18–24 bulan.45 neurologis masih belum menunjukkan TB bergantung pada banyak hal. Hal-hal ter-
perbaikan setelah pemberian OAT yang sebut antara lain: kemampuan dan pengalam-
The United States Centers for Disease Control sesuai, dengan atau tanpa imobilisasi atau an ahli bedah, ketersediaan instrumen, personel
merekomendasikan pengobatan spondilitis tirah baring.47 anestesi, dan komorbid pasien.

668 CDK-208/ vol. 40 no. 9, th. 2013


TINJAUAN PUSTAKA

Pendekatan secara anterior lebih sering ini dapat mencegah progresi perburukan alternatif yang memberikan hasil yang cukup
digunakan karena dapat mencapai abses gejala neurologis dan mencegah kolaps memuaskan.51
yang umumnya berada di anterior vertebra. vertebra.38
Selain itu, dengan pendekatan anterior, ahli d.2. Debridemen anterior diikuti
bedah tidak perlu membuang/ memotong Abses dapat terbentuk di tingkat manapun dengan instrumentasi anterior atau
bagian vertebra segmen posterior sehingga sesuai fokus infeksi TB pada vertebra. Pada posterior
vertebra relatif utuh. Pendekatan anterior tingkat servikal, abses dapat terjadi pada Banyak laporan penelitian yang mengatakan
juga baik digunakan jika diputuskan untuk rongga retrofaringeal dan segitiga posterior bahwa metode ini menjanjikan hasil yang
memasang tandur dari tulang iga, sehingga leher. Untuk abses retrofaringeal dapat baik. Meskipun begitu, variasi metode ini
tidak perlu melakukan insisi di dua tempat.42 dilakukan pendekatan transoral, sedangkan sangat banyak dan sangat bergantung
Pendekatan anterior efektif untuk kasus pada segitiga posterior insisi dilakukan pada pada kebiasaan dan keahlian ahli bedah
dengan defisit neurologis, lesi multi-level, margo posterior m. sternokleidomastoideus. yang bersangkutan. Instrumentasi sangat
atau abses yang luas.14 Pada tingkat torakal, abses dapat dievakuasi direkomendasikan pada kasus yang
secara kostotransversektomi. Drainase abses memerlukan debridemen radikal setidaknya
Di sisi lain, pendekatan anterior kurang baik lumbar/ paravertebral dilakukan lewat dua diskus dan satu badan vertebra.47
jika dilakukan pada spondilitis TB multi-level insisi longitudinal dorsolateral. Drainase Teknik ini adalah metode yang paling sering
dalam mengoreksi deformitas kifotik.49 Pada abses psoas/ pelvis dapat dilakukan melalui dilakukan dan dikaji dalam penelitian.
keadaan ini, kombinasi dengan pendekatan segitiga Petit atau insisi Ludloff.1
posterior untuk instrumentasi posterior Benli dkk, melakukan penelitian dengan
diperlukan, baik melalui operasi tunggal d. Pembedahan debridemen dan melakukan reseksi radikal anterior dengan
atau dua operasi.47 Prosedur operasi tunggal koreksi kifosis fusi anterior dan instrumentasi anterior
untuk dua pendekatan dapat dilakukan dan Karena lesi TB spinal biasanya di bagian pada 63 pasien spondilitis TB mendapatkan
ditujukan untuk mengurangi durasi operasi anterior badan vertebra, dekompresi bahwa cara ini memberikan hasil yang cukup
dan mengurangi manipulasi tulang belakang anterior sangat direkomendasikan banyak memuaskan. Sebanyak 80 persen pasien
yang relatif tidak stabil.47 ahli.1,8 Instrumentasi kemudian dilakukan mengalami remisi neurologis secara lengkap,
untuk stabilisasi tulang belakang, untuk 20 persen mengalami remisi inkomplit.
Sementara itu pendekatan posterior lebih melindungi tandur anterior yang disisipkan, Dengan tambahan instrumentasi anterior,
diutamakan pada kasus dimana segmen dan sekaligus untuk menjaga koreksi kifosis. kemungkinan koreksi kifosis meningkat
posterior vertebra lebih rusak daripada Berikut akan dijelaskan berbagai macam hingga 80 persen dan dapat membantu
segmen anterior, kasus dimana thorakotomi teknik pada pembedahan spondilitis TB. menjaga hasil koreksi tersebut.52
sangat berbahaya mengingat komorbiditas
seperti penyakit jantung/ paru.42 Sumber lain d.1. Debridemen anterior dan fusi Pada penelitian prospektif oleh Cavusoglu
mengatakan bahwa pendekatan posterior tanpa instrumentasi dkk, dilakukan debridemen anterior radikal,
lebih menguntungkan dari segi koreksi Debridemen anterior dan fusi tanpa dekompresi dan fusi dengan menggunakan
kifosis dan pemasangan implan, namun instrumentasi diseut juga dengan ”Operasi instrumentasi anterior, tandur alogenik tibia
sering tidak adekuat dalam melakukan Hongkong”. Pembedahan ini relatif mudah pada 22 pasien spondilitis TB lebih dari satu
dekompresi medula spinalis, debridemen, dan memerlukan waktu yang singkat. tingkat dan didapatkan hasil yang baik.
dan atau evakuasi abses.49 Tindakan ini meliputi debridemen radikal Pada pasien-pasien tersebut ditemukan
pendekatan anterior, diikuti penyisipan adanya tanda-tanda fusi pada semua pasien,
Pendekatan secara anterolateral ekstrapleural tandur tulang iga otogenik untuk koreksi berkurangnya rasa nyeri, perbaikan gejala
memberikan paparan lapangan kerja yang deformitas kifosis. Namun, teknik ini neurologis yang signifikan, yang dievaluasi
baik secara anterior maupun posterior, tidak dapat digunakan untuk kasus yang dengan ASIA (American spinal Injury
memungkinkan dekompresi secara anterior memerlukan rekonstruksi luas/ setidaknya Association) impairment scale, dan rata-rata
dan penyisipan tandur tulang secara anterior/ dua tingkat diskus.47 Tingkat kegagalan fusi koreksi dari kifosis sebesar 74 persen.53
posterior. Teknik ini memiliki morbiditas dan migrasi tandur sangat tinggi, sehingga
lebih rendah dibandingkan teknik lainnya sering pasien memerlukan operasi kedua.14 Penelitan oleh Jain dkk50, menyatakan
yang menggunakan dua kali pembedahan, bahwa tindakan dekompresi anterior sangat
namun teknik ini memiliki tingkat kesulitan Penelitian oleh El-Deen dkk yang melakukan dianjurkan pada pasien spondilitis TB. Pada
yang tinggi.50 reseksi anterior radikal, diikuti fusi anterior 38 pasien dengan spondilitis TB, dekompresi
tanpa fiksasi internal yang digantikan dengan anterior, instrumentasi posterior, dengan atau
c. Pembedahan drainase abses fiksasi eksternal (plaster jacket) mendapatkan tanpa koreksi kifosis, dan fusi anterior/posterior
Setelah terjadi pembentukan abses (cold hasil yang cukup memuaskan. Namun, salah dilakukan dalam sekali pembedahan melalui
abscess) dan degenerasi setidaknya dua satu kerugiannya adalah durasi mobilisasi pendekatan anterolateral ekstrapleural. Pasien
diskus, maka drainase harus dilakukan. Abses pasien yang lebih lambat dibandingkan dioperasi dari posisi lateral kiri menggunakan
dapat menekan medula spinalis sehingga dengan fiksasi internal. Meskipun begitu, potongan T, pada apeks kifosis. Beberapa
terjadi gangguan neurologis. Tindakan metode ini bisa dipertimbangkan sebagai tulang iga diangkat, dan dekompresi anterior

CDK-208/ vol. 40 no. 9, th. 2013 669


TINJAUAN PUSTAKA

dilaksanakan, kolumna posterior diperpendek e. Pembedahan pada kasus non- trikortikal adalah pilihan utama untuk seluruh
untuk mengoreksi kifosis, jika perlu, distabilisasi contiguous (skipping lesion) tingkat vertebra karena tingginya yang dapat
dengan Hartshill rectangle dan sublaminar wire. Penelitian oleh Zhang dkk menyimpulkan disesuaikan dengan kebutuhan. Namun,
Kemudian penyisipan tandur tulang anterior/ bahwa spondilitis TB non-contiguous multi- khusus untuk operasi daerah torakal, tandur
posterior dilakukan. Nilai rata-rata kifosis pre- level dapat ditatalaksana dengan adekuat iga otogenik juga dapat digunakan. Tandur
operatif sebesar 49,08º dan nilai rata-rata dengan metode operasi tunggal pendekatan fibula, tibia dan humerus digunakan pada
kifosis post-operatif sebesar 25o. Sebanyak posterior transforaminal, debridemen keadaan dimana defek debridemen terlalu
37 pasien mengalami resolusi sempurna dari thorasik, dekompresi minimal, fusi vertebra, luas untuk ditutup oleh krista iliaka, atau iga
defisit neurologis dalam waktu 11 – 74 bulan. dan instrumentasi posterior (modifikasi TTIF tidak cukup panjang.1
Fusi spinal terbentuk dalam empat bulan –Transforaminal Thoracic Interbody Fusion).
untuk satu badan vertebra dan delapan Metode ini meliputi reseksi sebagian korpus h. Pembedahan pada Pasien Anak
bulan untuk dua badan vertebra. vertebra, sendi faset, prosesus transversus dan Pada anak-anak, meskipun lesi akibat
iga, kemudian tandur tulang disisipkan pada spondilitis TB dapat sembuh dengan terapi
d.3. Dekompresi transpedikular defek reseksi, dan terakhir dipasang implan non-operatif, namun kifosis cenderung terus
Pendekatan transpedikular memungkinkan posterior.55 bertambah seiring dengan berjalannya
akses anterior dan posterior melalui insisi pertumbuhan, oleh karena itu perlu
tunggal. Teknik ini dikatakan tidak cukup Kekurangan dari modifikasi TTIF adalah: 1) dilakukan koreksi kifosis secara cepat dan
baik untuk kasus dengan destruksi vertebra terdapat risiko kompresi medula spinalis, 2) stabilisasi vertebra pada fase aktif penyakit.15,57
yang luas, dimana diperlukan debridemen debridemen anterolateral sulit dilakukan, Penatalaksanaan spondilitis TB anak harus
anterior luas dan rekonstruksi dengan tandur namun dengan pemberian OAT, dapat secara agresif. Koreksi deformitas tulang
tulang.14 mengkompensasi hal ini. Cara ini tidak dapat belakang pada pasien anak adalah imperatif.
dipakai pada keadaan dimana abses luas Angulasi 15o saja cukup untuk menyebabkan
d.4. Pembedahan dengan terbentuk di anterior korpus.55 gangguan pertumbuhan tinggi.42
pendekatan posterior saja
Pada kasus tertentu, pendekatan posterior saja f. Pembedahan invasif minimal Pertumbuhan vertebra setelah pemasangan
dapat digunakan untuk mengangani pasien Tindakan bedah invasif minimal mulai instrumen pada anak-anak post-operasi
spondilitis TB. Pembedahan ini termasuk fusi menjadi trend dalam segala bidang koreksi kifosis telah dipelajari dan dievaluasi.
dan instrumentasi posterior operasi tunggal pembedahan, termasuk pembedahan tulang Pertumbuhan unit vertebra setelah
tanpa debridemen anterior. Teknik ini banyak belakang. Pembedahan ini menjanjikan pemasangan fiksasi internal vertebra
bergantung pada pemberian OAT untuk morbiditas yang lebih rendah, waktu rawat tidak memiliki perbedaan yang signifikan
mengeradikasi lesi spondilitis TB. Teknik ini yang lebih singkat, dan nyeri pasca-operasi dibanding vetebra yang intak. Di sisi lain,
tidak dapat digunakan pada kasus dengan yang lebih ringan. Tidak semua operator ditemukan adanya pertumbuhan kolumna
defisit neurologis, abses di bagian anterior, menguasai teknik ini karena memerlukan anterior sehingga membentuk sudut lordosis
atau lesi di banyak tingkat.14 keahlian tersendiri. yang dapat mengkoreksi kifosis secara
sendirinya saat pertumbuhan berlangsung.
d.5. Osteotomi dan reseksi Belum banyak ahli bedah tulang yang Dilaporkan juga bahwa dalam 2 tahun, dapat
kolumna vertebra melakukan pembedahan invasif minimal pada terjadi kompresi implan terhadap diskus yang
Jika telah terjadi deformitas kifotik yang sangat pasien spondilitis TB. Sejauh yang penulis berpotensi menimbulkan degenerasi diksus
kaku dan tajam, harus dilakukan osteotomi ketahui, terdapat dua jenis pembedahan intervertebralis.57
untuk meningkatkan fleksibilitas vertebra. invasif minimal yang telah dikaji hasilnya,
Osteotomi dekanselasi transpedikular yaitu 1) fusi dan debridemen anterior dengan i. Pembedahan pada Pasien Lansia
dapat mengoreksi deformitas kifotik hingga video-assisted thoracoscopic surgery (VATS), Pada pasien lansia perlu dipertimbangkan
20–30 persen pada satu tingkat. Namun dan 2) pemasangan pedicle screw posterior status nutrisi, komorbiditas yang ada sebelum
tindakan ini memiliki angka komplikasi yang secara invasif minimal, diikuti fusi dan naik ke meja operasi. Kondisi vertebra yang
tinggi termasuk perdarahan dan gangguan debridemen posterolateral mini-open. Kedua relatif osteoporotik umumnya tidak mampu
neurologis. Teknik ini dapat dilakukan dari teknik ini dapat menghasilkan fusi vertebra menahan instrumen yang dipasang di bagian
anterior dan posterior. yang adekuat, disertai dengan perbaikan anterior. Untuk didapatkan koreksi kifosis
postur, fungsional dan neurologis yang dan stabilisasi spinal yang baik, diperlukan
Wang dkk melaporkan penelitian pada memuaskan.56 stabilisasi posterior dengan instrumentasi
sembilan pasien dengan spondilitis TB, segmental panjang. Pemberian anti-
dengan kifosis hingga 90o dengan tektik g. Pilihan tandur tulang osteoporosis pre-operatif diperlukan untuk
osteotomi transpedikular egg-shell dan reseksi Tandur tulang yang dapat digunakan pada meningkatkan angka fusi dan stabilisasi
kolumna vertebra multi-level. Seluruh pasien penatalaksanaan bedah spondilitis TB adalah vertebra oleh instrumen.58
mengalami fusi dan perbaikan neurologis, tandur krista iliaka, tandur iga, tandur tibia,
dengan koreksi rata-rata kifosis 100o menjadi tandur fibula, hingga tandur humerus, baik Pilihan tandur yang baik adalah tandur
16o.54 otogenik ataupun alogenik. Tandur krista iliaka alogenik, mengingat sebagian besar pasien

670 CDK-208/ vol. 40 no. 9, th. 2013


TINJAUAN PUSTAKA

lansia telah mengalami osteoporosis. Pen- Fisioterapi diperlukan sepanjang ditemukan kemampuan bernafas. Diagnosis dini
dekatan bedah yang dapat memberikan waktu adanya gangguan fungsional. Dalam hal sebelum terjadi destruksi badan vertebra
operasi lebih singkat sangat direkomendasikan ini gangguan fungsional dikaitkan dengan yang nyata dikombinasi dengan kemoterapi
mengingat toleransi pasien lansia yang lebih cedera medula spinalis yang menimbulkan yang adekuat menjanjikan pemulihan
rendah terhadap operasi. Pendekatan posterior kelumpuhan motorik, sensorik, dan autonom. yang sempurna pada semua kasus. Adanya
operasi tunggal direkomendasikan oleh Zhang Intervensi fisioterapi yang diberikan resistensi terhadap OAT memperburuk
dkk, jika memang pendekatan anterior tidak disesuaikan dengan modalitas yang prognosis spondilitis TB. Komorbid lain
dibutuhkan sekali. Penelitian Zhang dkk terganggu. seperti AIDS berkaitan dengan prognosis
mengungkapkan bahwa pendekatan posterior yang buruk. Penelitian lain di Nigeria22
operasi tunggal memiliki angka komplikasi Paraplegia yang mengharuskan pasien mengatakan bahwa tingkat edukasi pasien
yang lebih rendah.58 untuk terus duduk atau tidur berpotensi mempengaruhi motivasi pasien untuk datang
menyebabkan ulkus dekubitus. Maka dari itu, berobat. Pasien dengan tingkat edukasi yang
3. Imobilisasi Pasca-operasi posisi baring harus sering diganti. Selain itu, rendah cenderung malas datang berobat
Imobilisasi yang singkat akan mengurangi pemeriksaan kulit secara menyeluruh harus sebelum muncul gejala yang lebih berat
morbiditas pasien. Dengan instrumentasi, rutin dilakukan. Pasien dengan gangguan seperti paraplegia.
kebutuhan imobilisasi semakin berkurang defekasi dan berkemih dapat dibantu dengan
sehingga pasien dapat cepat mencapai kateterisasi intermiten dan evakuasi feses setiap SIMPULAN
status ambulatorik. Jenis imobilisasi spinal hari. Mobilisasi dengan kursi roda (wheelchair) Infeksi spinal oleh tuberkulosis diperkirakan
tergantung pada tingkat lesi. Pada daerah dianjurkan setidaknya 10 hari setelah dimulai sekitar satu hingga lima persen penderita
servikal dapat diimobilisasi dengan jaket pengobatan. Jika pasien sudah stabil, dapat tuberkulosis. Spondilitis TB berpotensi
Minerva; pada daerah vertebra torakal, rencanakan untuk pelatihan kemandirian, menyebabkan morbiditas serius yaitu
torakolumbal dan lumbal bagian atas dapat kemampuan sosial dan melakukan aktivitas kelumpuhan dan deformitas tulang belakang
diimobilisasi menggunakan body cast jacket. sehari-hari dan berikutnya dapat diberikan yang hebat. Diagnosis dini spondilitis TB masih
Sedangkan pada lumbal bawah, lumbosakral, pelatihan vokasional. terbatas. Keterlambatan diagnosis masih
dan sakral dilakukan imobilisasi dengan body sering ditemukan dan mampu menyebabkan
jacket atau korset dari gips yang disertai Studi prospektif pada pasien spodilitis TB yang perburukan kualitas hidup penderita. MRI
dengan fiksasi salah satu sisi panggul.12 diterapi secara medikamentosa atau bedah, sampai saat ini merupakan sarana pembantu
direhabilitasi mulai dari masa pre-operasi penegakan diagnosis yang paling baik
a. Tirah baring, Imobilisasi, dan hingga 6 bulan pasca-operasi dekompresi dan sekaligus menyingkirkan diagnosis banding
Fisioterapi fusi spinal, membuktikan bahwa fisioterapi lainnya. Namun, jika fasilitas tidak memadai,
Terapi pada penderita spondilitis TB dapat mampu meningkatkan kualitas hidup pasien CT scan, sinar-X, dan pencitraan lainnya dapat
pula berupa tirah baring disertai dengan spondilitis TB, terlebih jika dikombinasi membantu.
pemberian kemoterapi, dengan atau tanpa dengan terapi kuratif yang adekuat. Terapi
imobilisasi. Tindakan ini biasanya dilakukan motorik yang dilakukan antara lain difokuskan Baku emas untuk diagnosis pasti tetap
pada penyakit yang telah lanjut atau bila tidak pada otot dada, perut, tungkai bawah, menggunakan pemeriksaan histologis dan
tersedia keterampilan dan fasilitas yang cukup batang tubuh, dan ekstensor sakrospinal. Skor mikrobiologis dari spesimen biopsi lesi TB.
untuk melakukan operasi tulang belakang, Modified Barthel Index (MBI) meningkat secara Namun pemeriksaan terbaru seperti PCR dapat
atau bila terdapat permasalahan teknik bermakna dimana pada saat permulaan hanya membantu, tentunya harus dikorelasikan
operasi yang dianggap terlalu berbahaya. 10,6 persen pasien termasuk dalam kategori dengan klinis dan pemeriksaan lainnya.
Jenis imobilisasi yang dilakukan sama dengan mandiri, dan pada akhir studi 70,2 persen
imobilisasi pasca-operasi yang telah dijelaskan pasien termasuk dalam kategori mandiri.59 Kemoterapi OAT adalah pilihan pengobatan
sebelumnya. Imobilisasi dilakukan setidaknya awal yang terbaik, terbukti paling efektif
selama enam bulan.12 PROGNOSIS hingga saat ini. Terapi pembedahan relatif
Prognosis pasien spondilitis TB dipengaruhi ditinggalkan sebagai pilihan pengobatan
Tirah baring diikuti dengan pemakaian gips oleh: 1) usia, 2) deformitas kifotik, 3) letak yang utama. Pembedahan dilakukan hanya
untuk melindungi tulang belakang pada lesi, 4) defisit neurologis, 5) diagnosis dini, dengan indikasi-indikasi tertentu. Namun
posisi ekstensi, terutama pada keadaan akut 6) kemoterapi, 7) fusi spinal, 8) komorbid, 9) karena diagnosis dini spondilitis TB yang sulit,
atau fase aktif. Pemasangan gips ini ditujukan tingkat edukasi dan sosioekonomi. maka pembedahan tetap masih merupakan
untuk imobilisasi spinal, mengurangi kompresi penatalaksanaan yang umum. Variasi teknik
medula spinalis dan progresi deformitas Usia muda dikaitkan dengan prognosis pembedahan sangat banyak dan belum ada
lebih lanjut. Istirahat di tempat tidur dapat yang lebih baik.12 Namun, Parthasarathy teknik yang baku yang dianggap paling efektif
berlangsung hingga empat minggu. Alwali dkk41 menyimpulkan bahwa pada pasien mengoreksi defisit neurologis dan deformitas.
dkk melaporkan bahwa imobilisasi dengan usia dibawah 15 tahun dan dengan kifosis Penatalaksanaan secara holistik harus dinilai
custom-made spinal jacket bersamaan dengan lebih dari 30o cenderung tidak responsif setiap pasien secara individual dan kembali
kemoterapi dapat menjadi alternatif jika terhadap pengobatan. Kifosis berat, selain lagi disesuaikan dengan kemampuan tim
tindakan bedah tidak bisa dilakukan.29 memperburuk estetika, dapat mengurangi medis yang ada.

CDK-208/ vol. 40 no. 9, th. 2013 671


TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA
1. Camillo FX. Infections of the Spine. Canale ST, Beaty JH, ed. Campbell’s Operative Orthopaedics. edisi ke-11. 2008. vol. 2, hal. 2237
2. Cormican L, Hammal R, Messenger J, Milburn HJ. Current difficulties in the diagnosis and management of spinal tuberculosis. Postgrad Med J 2006; 82: 46-51.
3. Sinan T, Al-Khawari H, Ismail M, Bennakhi A, Sheikh M. Spinal tuberculosis: CT and MRI feature. Ann Saudi Med 2004; 24: 437-41.
4. WHO. Global tuberculosis control - epidemiology, strategy, financing. WHO Report 2005. WHO/HTM/TB/2005.411.
5. Agarwal P, Rathi P, Verma R, Pradhan CG: Tuberculous spondilitis: `Global lesion’. Special issues on Tuberculosis. Bombay Hospital Journal. 1999.
6. Leibert E, Haralambou G. Tuberculosis. In: Rom WN and Garay S, eds. Spinal tuberculosis. Lippincott, Williams and Wilkins; 2004:565-77.
7. Ozol D, Koktener A, Uyar ME. Active pulmonary tuberculosis with vertebra and rib involvement: case report. South Med J 2006; 99: 171-3.
8. Agrawal V, Patgaonkar PR, Nagariya SP. Tuberculosis of Spine. Journal of Craniovertebral Junction and Spine 2010, 1: 14.
9. Infectious and noninfectious inflammatory disease affecting the spine. Dalam: Byrne TN, Benzel EC, Waxman SG. Disease of the Spine and Spinal Cord. Oxford University Press Inc. 2000.
c. 9 h.325 – 335.
10. Albar Z. Medical treatment of Spinal Tuberculosis. Cermin Dunia Kedokteran No. 137, 2002 29.
11. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Tuberkulosis: Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia.Grafika. Jakarta. 2006. hal. 5
12. Vitriana. Spondilitis Tuberkulosa. Bagian Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi FK-UNPAD/ RSUP dr. Hasan Sadikin , FK-UI/ RSUPN dr. Ciptomangunkusumo. 2002.
13. Australian Doctors International website. Terserida pada URL: http://poppy.enoch.com.au/adiv2/picture_gallery.php?id_gallery=7.au
14. Issack PS, Boachie-Adjei O. Surgical Correction of kyphotic deformity in spinal tuberculosis. International Orthopedics (SICOT) (2012) 36:353–357. DOI 10.1007/s00264-011-1292-9.
15. Jain AK, Dhammi IK, Jain S, Mishra P. Kyphosis in spinal tuberculosis-Prevention and correction. Indian J Orthop 2010 Apr-Jun; 44(2): 127–136.
16. Mason RJ, Murray JF, Broaddus VC, Nadel JA. Murray and Nadel’s Textbook of Resporatory Medicine. 4th ed. Pennsylvania: Elsevier Saunders; 2005.
17. Wilson J, MacDonald. Current Orthopedics. Elsevier Science; 2003. hal. 468.
18. Polley P, Dunn R. Noncontiguous spinal tuberculosis: incidence and management. Eur Spine J (2009) 18:1096–1101.
19. Karraeminogullari O, Aydinli U, Ozerdemoglu R, Ozturk C. Tuberculosis of the Lumbar Spine: Outcomes after Combined Treatment of Two-drug Therapy and Surgery. Orthopedics. January
2007. Vol. 30. No.1.
20. Papavramidis TS, Papadopoulos VN, Michalopoulos A, Paramythiotis D, Potsi S, Raptou G. Anterior chest wall tuberculous abscess: a case report. J Med Case Reports. 2007; 1: 152.
21. Li YW, Fung YW. A case of cervical tuberculous spondilitis: an uncommon cause of neck pain. Hong Kong j. emerg. med. Vol. 14(2) Apr 2007.
22. Njoku CH, Makusidi MA, Ezunu EO. Experiences in Management of Pott’s paraplegia and Paraparesis in Medical Wards of Usmanu Danfodiyo University Teaching Hospital, Sokoto, Nigeria.
Annals of African Medicine. Vol. 6, No .1; 2007: 22 – 25
23. Savvidou C, Triantopoulou, Chatziioannou, Papailiou, et al. A rare radiological appearance of lumbar tuberculous vertebral osteomyelitis. Eur J Orthop Surg Traumatol (2010) 20:313–316.
DOI 10.1007/s00590-009-0563-2.
24. Ahn JS, Lee JK. Diagnosis and Treatment of Tuberculous Spondilitis and Pyogenic Spondilitis in Atypical Cases. Asian Spine Journal.Vol. 1, No. 2, pp 75~79, 2007.
25. Pertuiset E, Beaudreuil J, Liote F, et al. Spinal tuberculosis in adults. A study of 103 cases in a developed country, 1980-1994. Medicine (Baltimore). Sep 1999;78(5):309-20.
26. Teo EL, Peh WC. Imaging of tuberculosis of the spine. Singapore Med J 2004. Vol 45(9); 439.
27. Moesbar N. Infeksi tuberkulosis pada tulang belakang. Majalah Kedokteran Nusantara. Sept 2006.Vol.39. No.3
28. El- Fiky AM. Surgical management of tuberculous spondilitis in adults. Review in 20 cases. Pan Arab J Otrh Traum. Vol (2)/ No. (2) – 195 – 201.
29. Alwali ANA. Spinal brace in tuberculosis of the spine. Neurosciences 2003; Vol. 8 (1): 17-22.
30. Harada Y, T Osamu, Matsunaga N. Magnetic Resonance Imaging Charasteristics of Tuberculous Spondylitis vs. Pyogenic Spondylitis. Clinical Imaging 32 (2008) 303–309.
31. Jain AK, Sreenivasan R, Saini NS, Kumar S, et al. Magnetic Resonance evaluation of tubercular lesion in spine. International Orthopedics (SICOT) (2012) 36:261–269.
32. Hidalgo JA. Pott Disease. [Online]. 2008 Aug 29 [cited 2009 Aug 27];[17 screens]. Available from: URL:http:www.eMedicine.com/med/topic
33. Muzaffar T, Shaifuzain AR, Imran Y, Noor Haslina MN. Hematological changes in Tuberculous spondilitis patients at the hospital universiti sains malaysia. Southeast Asian J Trop Med Public
Health. Vol 39 No. 4 July 2008.
34. Jung NY, Jee WH, Ha KY, Park CK, Byun JY. Discrimination of Tuberculous Spondilitis from Pyogenic Spondilitis on MRI. AJR:182, June 2004. h. 1405 – 1410.
35. Kurtaran B, Sarpel T, Tasova Y, Candevir A, et al. Brucellar and tuberculous spondylitis in 87 Adult patients: a Descriptive and Comparative case series. Infectous Diseases in Clinical Practice.
May 2008. Vol.16,No.3.
36. Son JM, Jee WH, Jung CK, Kim SI, Ha KY. Aspergillus Spondilitis involving the Cervico-Thoraco-Lumbar Spine in an Immunocompromised Patient: a Case Report. Korean J Radiol 8(5),
October 2007.
37. Nataprawira HM, Rahim AH, Dewi MM, Ismail Y. Comparation Between Operative and Conservative Therapy in Spondylitiis Tuberculosis in Hasan Sadikin Hospital Bandung. Maj Kedokt
Indon. Vo.60.No.7 (Jul 2010).
38. Oguz E, Sehirlioglu A, Altinmakas M, Ozturk C, Komurcu M, Solakoglu C, Vaccaro AR. A new classification and guide for surgical treatment of spinal tuberculosis. International Orthopaedics
(SICOT) (2008) 32:127–133
39. Young W. Spinal Cord Injury levels and Classification. Page updated: 03/24/2009. Available from: URL:http://wiseyoung.wordpress.com/2008/12/19/spinal-cord-injury-levels-and-
classification.
40. McKinley W. Spinal Cord Injury: Neurological examination, Classification and Prognosis. Tersedia pada: URL:http://www.pmr.vcu.edu/presentations/pps/ASIA_pres.pps.
41. Parthasarathy R, et al. A comparison between ambulant treatment and radical surgery - ten-year report. J Bone and Joint Surg 1999; 81B: 464-71.
42. Kaptigau WM, Koiri JB, Kevau IH, Rosenfeld JV. Surgical Management of Spinal tuberculosis in Papua New Guinea. PNG Med J 2007. Mar-Jun;50(1-2):25-32.
43. Hazra A, Laha B. Chemotherapy of Osteoarticular Tuberculosis. Indian J Pharmacol. February 2005, Vol 37, Issue 1:5-12.
44. Cherifi S, Guillaume MP, Peretz A. Multidrug-resistant Tuberculosis Spondilitis. Acta Clinica Belgica, 2000; 55-1.
45. Li L, Zhang Z, Luo F, Xu J, et al. Management of drug-resistant spinal tuberculosis with a combination of surgery and individualised chemotherapy: a retrospective analysis of thirty-five

672 CDK-208/ vol. 40 no. 9, th. 2013


TINJAUAN PUSTAKA

patients. International Orthopaedics (SICOT) (2012) 36:277–283.


46. Quarta L, Corrado A, Melillo N, Trotta A, et al. Combined Effect of Nerindronate and spesific antibiotic therapy in a case of tuberculous spondylodiscitis. Rheumatol Int 2008:495–498.
47. Mak KC, Cheung KMC. Surgical treatment of acute TB spondylitis: indications and outcomes. Eur Spine J. DOI 10.1007/s00586-012-2455-0. Publikasi online: 16 August 2012.
48. Jain AK. Tuberculosis of the spine. Clin Orthop Relat Res. Jul 2007;460:2-3.
49. Qureshi MA, Khalique AB, Afzal W, Pasha IF, Aebi M. Surgical Management of contiguous multilevel thoracolumbar tuberculous spondylitis. Eur Spine J. DOI 10.1007/s00586-012-2459-9.
50. Jain AK, Dhammi IK, Prashad B, Sinha S, Mishra P. Simultaneous anterior decompression and posterior instrumentation of the tuberculous spine using an anterolateral extrapleural
approach. J Bone Joint Surg (Br). 2008 Nov; 90(11):1477-81.
51. El-deen MA. Surgical management of Dorsolumber Tuberculous spondilitis in adults. Pan Arab J Orth Trauma. Vol (8) No. (1)/ January 2004.
52. Benli IT, Acaroglu E, Akalin S, Kis M, Dumar E, Un A. Anterior radical debridement and anterior instrumentation in Tuberculosis spondilitis. Eur Spine J (2003)12: 224–234.
53. Cavusoglu H, Kaya RA, Turkmenoglu ON, Tuncer C, Colak I, Aydin Y. A long-term follw up study of anterior tibial allografting and istrumentation in the management of thoracolumbar
tuberculous spondilitis. J Neurosurg spine 2008 8:30-38.
54. Wang Y, Zhang Y, Zhang X, et al. Posterior only multilevel modified vertebral column resection for extremely severe Pott’s kyphotic deformity. Eur Spine J 18(10):1436–1441.
55. Zhang H, Lin M, Shen K, Ge L, et al. Surgical management fot multilevel noncontiguous thoracic spinal tuberculosis by single-stage posterior transforaminal, thoracic debridement, limited
decompression, interbody fusion, and posterior instrumentation (modified TIFF). Arch Orthop Trauma Surg (2012) 132:751–757. DOI: 10.1007/s00402-012-1473-z.
56. Kandwal P, Garg B, Upendra BN, Chowdhury B, Jayaswal A. Outcome of minimally invasive surgery in the management of tuberculous spondylitis. Indian Journal of Orthopedics (March
2012). Vol. 46. Issue 2.
57. Pershin AA, Mushkin AI. Vertebral column growth in children after surgical correction of severe kyphosis in tuberculosis spondilitis. Probl Tuberk Bolezn Legk.2008;(12):45-7.
58. Zhang HQ, Li JS, Zhao SS, Shao YX, et al. Surgical management for thoracic spinal tuberculosis in the elderly: posterior only versus combined posterior and anterior approaches. Arch
Orthop Trauma Surg. DOI 10.1007/s00402-012-1618-0, Published online: 6 October 2012.
60. Nas K , Kemaloglu MS, Çevik R, Ceviz A, Necmioglu S, Bükte Y. The results of rehabilitation on motor and functional improvement of the spinal tuberculosis. Joint Bone Spine. Vol. 71. Issue
4. July 2004. p. 312-316.

CDK-208/ vol. 40 no. 9, th. 2013 673

You might also like