Professional Documents
Culture Documents
Sapi perah merupakan salah satu jenis ternak yang populasinya tersebar
luas di seluruh Indonesia, terutama pada daerah yang produksi pertaniannya dapat
bagian Timur dengan produksi susu rata-rata pertahun mencapai 54750 liter/tahun
(Malaka, 2010). Produksi susu yang dihasilkan dari ternak sapi perah di Gunung
yaitu produk susin. Kebutuhan akan susu segar yang semakin lama semakin
susu dari sapi yang sedang laktasi atau ternak yang sedang laktasi dan dilakukan
pemerahan yang sempurna, tidak termasuk kolostrum serta tidak ditambah atau
manusia karena susu banyak mengandung vitamin dan mineral yang baik bagi
pertumbuhan dan kesehatan manusia. Tetapi di lain pihak, susu juga merupakan
media yang baik dan sesuai bagi pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri.
Higiene dan sanitasi susu harus diperhatikan agar dapat diperoleh susu segar yang
berkualitas baik.
Kualitas susu yang tidak stabil dan sering tidak menentu menyebabkan
penjualan susu segar dari peternakan sapi perah dan koperasi sintari menurun.
1
Susu pasteurisasi sering terkendala pada kualitas susu segar sehingga
Salah satu penilaian yang penting terhadap kualitas susu segar adalah
kualitas fisik. Oleh karena itu perlu dilaksanakan penelitian tentang uji kualitas
fisik susu sapi segar di Gunung Perak Kabupaten Sinjai Sulawesi Selatan.Susu
segar merupakan susu murni yang tidak mengalami pemanasan dan tidak
sering tidak mengalami pengujian kualitas fisik sebelum pengolahan. Oleh sebab
itu perlu dilakukan uji kualitas susu segar di Gunung Perak Kabupaten Sinjai
Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan kualitas susu segar sapi di
Gunung Perak KabupatenSinjai dengan standar kualitas fisik susu segar yang
menjadi acuan nasional atau SNI. Kegunaan dari penelitian ini diharapkan dapat
menjadi acuan bagi masyarakat peternak sapi perah di Sinjai dalam melakukan
penanganan, sebagai upaya menjaga dan meningkatkan kualitas fisik susu segar
yang hasilnya dapat dijadikan produk susu olahan yang berkualitas dan bisa
diterima konsumen.
2
TINJAUAN PUSTAKA
berbagai bentuk produk olahan yang lebih menarik bagi konsumen. Salah satu
bahan atau produk pangan antara lain jenis dan kualitas bahan baku, metode dan
2011).
dengan perubahan kualitas produk dan masa simpan. Meskipun produk telah
konsumen. Pangan hewani yang terdiri atas produk hasil peternakan dan
perikanan berupa daging, susu dan telur serta produk olahannya merupakan
3
a. Kerusakan yang sangat ditentukan oleh sifat alamiah dari produk seperti
biokimia.
dan interaksi dengan oksigen dan kehilangan atau perubahan cita rasa.
menggunakan kemasan.
Resiko kerusakan pangan akibat faktor yang bersifat alamiah seperti kimia
Susu dapat didefinisikan sebagai hasil sekresi normal kelenjar mamari atau
ambing mamalia, atau cairan yang diperoleh dari pemerahan ambing sapi sehat,
tanpa dikurangi atau ditambahkan sesuatu. Susu dapat pula didefinisakan dari
aspek kimia, yaitu suatu emulsi lemak di dalam larutan air dari gula dan garam-
Susu dan produk susu sudah dinilai sebagai bahan makanan yang bergizi
tinggi. Sumber susu untuk manusia dapat berasal dari sapi dan kambing. Hewan
lain yang dapat dipergunakan sebagai sumber susu, antara lain adalah kerbau,
4
domba, unta dan kuda. Pada umumnya susu dari berbagai spesies hewan
mengandung komponen yang sama, tetapi komposisi dan sifatnya agak bervariasi.
Sebagian besar susu dan produk susu disuplai atau berasal dari susu sapi. Istilah
“susu” selalu dianggap sebagai susu sapi dan susu yang berasal dari spesies lain
mengalami pemanasan dan tidak ada penambahan bahan pengawet. Susu sapi
segar mengandung air (87,25%), laktosa (4,8%), lemak (3,8%), kasein (2,8%),
albumin (0,7%), dan garam-garaman (0,65%). Menurut Jannes (2010), susu juga
merupakan sumber kalsium, riboflavin, dan vitamin A, sementara itu susu yang
Selain itu perlu kita tahu bahwa susu juga mengandung vitamin, sitrat,
dan enzim. Susu sapi yang baik memiliki warna putih kekuningan dan tidak
tembus cahaya. Menurut Hadiwiyoto (1994), warna susu dipengaruhi oleh jenis
sapi, jenis pakan, jumlah lemak susu, dan persentase zat padat di dalamnya.
Pemeriksaan fisik ditekankan pada BJ dan angka refraksi pada susu. Pengujian
secara kimia ditekankan untuk pengujian lemak dan bahan padat bukan lemak.
5
Susu dapat dibuat antara lain menjadi produk susu seperti mentega, keju,
susu kondensasi, susu evaporasi, atau susu proses, susu bubuk, krim, es krim,
produk susu beku, yogurt atau susu asam, susu pasteurisasi dan sterilisasi, tahu
diketahui adalah susu. Dalam kajian ini, yang disebut susu adalah susu yang
diproduksi oleh sapi perah. Diantara berbagai jenis susu, ternyata susu sapi
karena susu sapi memiliki zat-zat gizi yang hampir sama kualitasnya dengan Air
(ambing) pada binatang mamalia betina, untuk bahan makanan dan sumber gizi
bagi anaknya. Susu digunakan untuk pertumbuhan anak yang baru lahir dan
6
dimanfaatkan bagi manusia sebagai bahan makanan yang baik untuk diminum
dalam keadaan segar, maupun setelah menjadi produk olahan susu (Julmiaty,
2002).
anorganik yang terlarut atau terdispersi dalam air (Marliyati at al, 1992). Menurut
Folley (1973), susu mengandung berbagai zat gizi seperti air, protein, lemak,
Susu adalah suatu kimia kompleks dan mempunyai sifat fisik yang sangat
senyawa pembawa atau medium dispersi untuk komponen susu, sebagai suatu
fase kontinyu cairan tempat terdispersinya komponen susu. Ada tiga status
dispersi dalam susu yaitu dispersi kasar dengan diameter partikel-partikel lebih
dari 0,0001 mm, dispersi koloidal antara 0,0001-0,000001 mm, dan dispersi
asosiasi dengan protein dan terdispersi secara koloidal. Lemak susu terdapat
dalam bentuk dispersi kasar atau suatu emulsi. Air dalam susu adalah fase
kontinyu dan emulsi disebut tipe lemak dalam air (Hadi, 2008).
7
Faktor yang mempengaruhi sifat fisik susu segar adalah komposisi dan
(Mohammad, 2008). Syarat kualitas fisik susu segar dapat dilihat pada Tabel 2 .
No Karakeristik Syarat
3. Kotoran negatif
Susu segar yang baru diperah menunjukkan reaksi amfoter, yaitu berubah
menjadi merah dengan lakmus biru dan biru dengan lakmus merah. Susu secara
menunjukkan agak asam. Bila susu segar normal dititrasi dengan larutan alkali
disebabkan oleh asam laktat. Titik jendal atau curdling susu kira-kira adalah pada
pH 8,3. Titrasi susu segar dari pH 6,6 - 8,3 membutuhkan 13-20 ml 0,1 N NaOH
per 100 ml atau 1,3 –2,0 meq per 100 ml. Sebagian sampel susu segar mencapai
8
Susu segar yang sempurna tidak mengandung asam laktat dan asiditas susu
reaksi asam dan beberapa lainnya bergabung dengan alkali. Asiditas susu segar
disebabkan oleh buffer seperti fosfat susu, protein terutama kasein dan albumin,
karbondioksida, sitrat dan sejumlah konstituen minor lain. Bufer lain dalam susu
adalah hasil aktivitas bakteri, yaitu asam laktat dan anion-anion organik lain.
Titrasi susu dengan suatu alkali dilakukan karena setelah asiditas susu mencapai
titik antara 0,18-0,20%, sebagian besar asiditas adalah karena aktivitas bakteri
Variasi yang besar pada asiditas susu segar dapat berhubungan dengan
stadium laktasi, komposisi susu atau kondisi abnormal dalam ambing. Nilai pH
susu yang lebih tinggi dari 6,7 biasanya menunjukkan kondisi mastitis dan di
yang dikomsumsi sapi biasanya tidak mempengaruhi asiditas susu yang dihasilkan
(Tasripin, 2011).
Susu segar mempunyai sifat amfoter, artinya dapat bersifat asam dan basa
sekaligus. Jika diberi kertas lakmus biru, maka warnanya akan menjadi merah,
sebaliknya jika diberi kertas lakmus merah warnanya akan berubah menjadi biru.
9
Potensi ion hidrogen (pH) susu segar terletak antara 6,5-6,7. Sebagian besar asam
yang ada dalam susu adalah asam laktat. Meskipun demikian, keasaman susu
dapat disebabkan oleh berbagai senyawa yang bersifat asam seperti senyawa-
yang larut dalam susu. Berat jenis susu bervariasi antara 1,026 dan 1,032 pada
suhu 20oC, pH susu segar berada antara 6,6-6,7. Penggumpalan susu merupakan
sifat yang paling khas yang diakibatkan kegiatan enzim atau penambahan asam
(Handerson, 2010).
Semakin tinggi pH maka akan semakin basa, begitu pula sebaliknya jika
pH rendah, maka media yang bersifat asam akan menyebabkan semakin stabil
makanan tersebut. Makanan yang memiliki daya tahan tinggi biasanya mencapai
Susu lebih berat dari air karena susu merupakan suatu sistem kolodial
kompleks, yaitu air sebagi medium dispersi antara lain mengandung garam-garam
dan gula dalam larutan. Berat jenis atau gravitas spesifik susu rata-rata adalah
1,028 dengan kisaran 1,027-1,035. Berat jenis susu biasanya ditentukan pada
temperatur 600F (15,50C) atau dikoreksi terhadap titik ini. Gravitas spesifik susu
yang berbeda, misalnya lemak 0,930, laktosa 1,666, protein 1,346, kasein 1,310
dan garam-garaman 4,120. Rata-rata gravitas spesifik padatan susu tanpa lemak
10
Gravitas spesifik cairan bervariasi karena temperaturnya. Air mencapai
gravitas spesifik maksimum pada 390F (3,880C). Susu berbeda dengan air, karena
mencapai 31,010F (-0,550C) yaitu titik beku susu. Peningkatan lemak susu akan
menurunkan gravitas spesifik, dan makin besar SNF, susu makin lebih berat.
Gravitas spesifik susu tidak dapat ditentukan sampai kira-kira 1 jam setelah
1996)
Gravitas spesifik atau berat jenis air untuk susu biasanya dilaporkan pada
600F/600F (artinya densitas atau berat jenis pada 600F dibagi dengan densitas air
Susu mempunyai berat jenis yang lebih besar dari pada air yaitu 1,027 –
1,035 dengan rata-rata 1,031. Akan tetapi menutut codex susu, berat jenis susu
adalah 1,028. Codex susu adalah suatu daftar satuan yang harus dipenuhi susu
sebagai bahan makanan. Daftar ini telah disepakati oleh para ahli gizi dan
Ada beberapa faktor yang menyebabkan perubahan berat jenis pada susu
yaitu butiran-butiran lemak (globula), laktosa, protein dan garam. Susu yang telah
bercampur dengan air maka berat jenisnya akan menurun. Kenaikan berat jenis
11
susu disebabkan karena adanya pelepasan CO2 dan N2 yang terdapat pada susu
temperatur lebih tinggi, rata-rata 31,010F (-0,550C) dengan kisaran antara 31,1-
30,90F (-0,50 - -0,610C). Bila sumber air dan sumber susu ditempatkan pada
sedang susu membeku pada dinding ember dan bagian tengahnya tetap susu cair.
rendah, hanya kira-kira 75% susu membeku pada temperatur 140F (-100C). Bila
Komponen susu yang larut, yaitu laktosa dan mineral menentukan titik
beku yang lebih rendah daripada titik beku air. Titik beku air dipengaruhi oleh
material dalam larutan. Penambahan garam dalam air akan menurunkan titik
bekunya. Lemak dan protein susu mempunyai pengaruh yang kecil atau tidak
mempengaruhi titik beku susu. Laktosa dan mineral susu hanya sedikit bervariasi
sehingga titik beku susu hampir konstan. Kenyataan ini dapat dipergunakan
sebagai apakah susu ditambah air atau tidak. Penambahan air 1% per volume
akan menaikkan titik beku kira-kira 0,00990F (-17,770C). Penentuan titik beku
susu apakah ditambah air atau tidak harus dilakukan terhadap susu segarkarena
peningkatan asiditas susu akan menurunkan titik beku susu. Demikian pula
12
Nutrisi, lingkungan sapi dan stadium laktasi mempunyai pengaruh
terhadap titik beku susu. Kolostrum mempunyai titik beku yang sedikit lebih
rendah dari pada susu normal, antara –0,570 - –0,5800C.Persen air yang
ditambahkan dalam susu dapat dihitung, misalnya susu normal mempunyai titik
0,550 – dT
Persen air yang ditambahkan = ---------------- x 100%
0,550
dT adalah depresi titik beku sampel yang dicurigai. Toleransi sebesar 3% dapat
diijinkan karena masih ekuivalen terhadap minimum depresi titik beku untuk susu
otentik pada 0,53350C. Untuk menghitung persentase berat air yang ditambahkan
0,550 – dT
Persentase air yang ditambahkan = ------------------ x (100 – TS)
0,550
Pada codex susu dicantumkan bahwa titik beku susu adalah -0,5oC. Titik beku air
mudah dapat dilakukan pengujian dengan uji penentuan titik beku karena
campuran air pada susu akan memperlihatkan titik beku yang besar dari air dan
13
dibutuhkan untuk menaikkan temperatur suatu cairan pembekuan dapat
mempengaruhi flavor susu. Susu beku yang telah dicairkan kembali ke keadaan
semula mempunyai rasa encer atau berair. Garis krim susu yang pernah
serta bentuk yang tidak teratur. Sebagian globula lemak susu akan pecah bila
dibekukan dan sebagian lemak dibebaskan. Cara krim membeku berbeda dengan
susu, terutama bila krim mengandung lemak susu 30% atau lebih. Pada kondisi
ini, krim membeku seperti massa homogen dan sangat sedikit migrasi lemak atau
Susu sedikit lebih berat daripada air dan karena titik didih suatu cairan
spesifiknya, susu mendidih pada temperatur yang sedikit lebih tinggi daripada air.
Air mendidih pada temperatur 2120F (1000C) pada permukaan laut dan susu rata-
rata pada temperatur 212, 30F (100,170C). Variasi titik beku susu sangat kecil,
titik didih susu penting dari aspek properti susu yang berhubungan dengan
penguapan air dan panas yang diperlukan untuk mereduksi susu dengan
Pada susu titik didih berkisar 100,54oC. Uji ini untuk menentukan susu
masih dalam keadaan baik atau tidak. Susu yang baik dalam uji didih tidak terjadi
14
Pengaruh Panas terhadap Susu
Lapisan tipis atau film ini disebabkan oleh koagulasi sejumlah kecil kasein yang
berasosiasi dengan sejumlah kecil garam-garam kalsium dan dalam hal susu
penuh. Susu dengan asam yang sedikit tinggi akan menggumpal bila dididihkan.
koagulasi susu mempunyai hubungan yang erat dengan asiditas. Gumpalan dapat
terbentuk pada susu yang dipasteurisasi pada temperatur 1450F (62,70C) dengan
waktu 30 menit kemudian segera didinginkan. Susu harus segar dan asiditas
rendah atau susu akan menjendal selama proses pasteurisasi. Proses pembuatan
sebagian air. Hasil proses ini adalah komponen susu termasuk asam susu. Susu
Susu adalah hasil pemerahan sapi-sapi atau hewan menyusui lainnya yang
susunya dapat dimakan atau digunakan sebagai bahan makanan yang aman dan
lain (Hadiwiyoto, 1994). Menurut Marliyati, et al. (1992), susu adalah produk
kelenjar susu (mammary gland) atau sekresi dari kelenjar susu binatang
menyusui. Ressang dan Nasution (1989), menyatakan susu adalah susu sapi yang
15
tidakdikurangi atau dibubuhi suatu apapun dan diperoleh dengan pemerahan sapi-
bahwa berat jenis susu berkisar antara 1,027 – 1,035 dengan rata-rata 1,031.
padatan bukan lemak (SNF) akan diikuti dengan kenaikan berat jenis (BJ)
(Awaliah, 2007).
antara 6,5 – 6,7 dengan titik didih berdasarkan milk codeks adalah 100,16
0
C.Hasil penelitian Sugitha danDjalil (2010) yang menyatakan bahwa susu sapi
kasein, buffer, fosfat dan sitrat, secara terbatas karena adanya albumin, globulin
danCO2. Jika pH tinggi atau basa diduga ternak tersebut terjangkit mastitis.
menyatakan bahwa pH susu pasteurisasi sama dengan pH susu segar yaitu antara
6,6 – 6,8 dan umumnya susu pasteurisasi konstan selama penyimpanan sampai 24
16
Hasil penelitian Parry (1974) mengenai pengaruh suhu terhadap keasaman
susu menyatakan bahwa ketika susu disimpan dalam suhu ruang, keasaman
menjadi meningkat dan mulai terasa asam ketika asam laktat meningkat menjadi
0,25%, yaitu ketika pH mencapai 6,0. Jika keasaman terus meningkat maka terjadi
presipitasi kasein saat keasaman mencapi 0,5 – 0,65 % dengan pH 4,64 - 4,78.
Saat susu asam mempunyai pH 4,86, maka saat itu ditentukan oleh 90%
dalam bentuk ion laktat. Jadi titrasi pada susu asam bukan mencakup netralisasi
yang cukup besar pada asam laktat itu sendiri. Hasil penelitian Chaplin dan Lyster
(1988), bahwa susu segar rata-rata mengandung asam laktat antara 0,14 – 0,19 %.
berpengaruh terhadap persentase asam laktat susu. Lebih lanjut oleh Jubaedah
(2007) yang menyatakan bahwa dengan pemanasan yang lebih lama dapat
laktat.
pusat pengolahan susu yang di kelolah di Koperasi Sintari. Susu yang diolah di
koperasi ini berasal dari Kelompok Tani yang tergabung dalam Koperasi tersebut
(Anonim, 2011).
Kelompok tani yang tergabung dalam koperasi Sintari yaitu kelompok tani
Batu Leppa, Pattiroang, dan Kalotoro. Ketiga kelompok tani tersebut, setiap
Koperasi Susu Sintari yang lebih dikenal dengan Susin. Susin merupakan produk
17
lokal andalan Kabupaten Sinjai yang telah banyak didistribusikan di luar
Kabupaten Sinjai, misalnya di Makassar. Susin merupakan susu segar yang diolah
dengan proses pasteurisasi, sehingga dapat bertahan lama hingga seminggu tanpa
kelompok ini terdapat pada tempat yang berbeda. Kelompok tani Kalotoro
merupakan desa yang berada pada ketinggian 1400 meter, Batu Leppa memiliki
(Anonim, 2008).
beda pula. Adanya perbedaan ini karena dipengaruhi tingkat pendidikan dari para
peternak serta pengalaman dari para kelompok tani. Produksi susu yang
dihasilkan dari kelompok tani di koperasi tersebut dari tahun ke tahun mengalami
18
METODE PENELITIAN
Selatan
Materi Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu gelas kimia, gelas ukur,
bunsen, buret, penjepit, dan thermometer. Bahan yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu susu segar , akuades, NaOH 0,1 N, penoftalin dan kertas saring.
Rancangan Penelitian
19
Prosedur Penelitian
Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian. Susu segar
Koperasi Susu Sintari. Sampel diambil dari 3 kelompok tani. Setiap sampel
berikut :
dari susu. Buret diisi dengan larutan NaOH 0,25 N sampai batas tertentu.
perubahan warna merah muda pada susu. Jumlah NaOH yang terpakai di
3. Berat Jenis
20
Laktodensimeter yang berada pada permukaan susu dan dicatat hasilnya,
Analisa Data
Data yang diperoleh pada pengukuran berat jenis, pH, dan asam laktat
sebagai berikut.
Yij=µ + αi + €ij
i = 1,2,3 j = 1,2,3,4,5
Keterangan :
j = Ulangan
berbeda.
21
HASIL DAN PEMBAHASAN
larutan. Nilai rata-rata berat jenis susu pada setiap kelompok tani berbeda di Desa
1.020
1.015 1.014b
1.010
1.005
Batu Leppa Pattiroang Kalotoro
Gambar 1. Rata-rata Berat Jenis Susu Segar Pada Setiap Kelompok Tani
berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap berat jenis susu sapi yang dihasilkan.
Hal ini disebabkan oleh sistem pemberian pakan yang berbeda. Hal ini sesuai
mempengaruhi berat jenis susu segar diantaranya pemberian pakan pada sapi
tersebut. Pemberian pakan yang baik pada sapi perah akan berpengaruh besar
22
Hasil Uji BNT (Lampiran 1) menunjukkan bahwa susu pada setiap
kelompok tani di Desa Gunung Perak, Kabupaten Sinjai memiliki berat jenis yang
berbeda nyata. Berat jenis susu segar Batu Leppa tidak berbeda nyata (P>0,05)
dengan kelompok Tani Pattiroang sedangkan berat jenis susu segar pada
kelompok tani Kalotoro berbeda sangat nyata (P<0,01) dengan kelompok tani
Batu Leppa dan Pattiroang. Rata-rata berat jenis susu segar pada setiap kelompok
tani yaitu pada kelompok tani Batu leppa yaitu 1,024 sama dengan pattiroang
yaitu 1,024 dan kalotoro yaitu 1,014. Berat Jenis susu segar pada seluruh
kelompok tani tersebut berada dibawah Standar Nasional Indonesia (SNI). Berat
Jenis susu segar sesuai Stasndar Nasional Indonesia (SNI) dan Milk Codex yaitu
1,028. Susu mempunyai berat jenis yang lebih besar dari air yaitu 1,027 – 1,035
dengan rata-rata 1,031. Codex susu adalah suatu daftar satuan yang harus
dipenuhi susu sebagai bahan makanan. Daftar ini telah disepakati oleh para ahli
gizi dan kesehatan sedunia, walaupun di setiap negara atau daerah mempunyai
kelompok tani Batu Leppa dan Pattiroang. Hal ini disebabkan karena nutrisi
dalam pakan seperti pemberian konsentrat tidak dilakukan pada kelompok tani
konsentrat pada saat pemberian pakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Atmaja
(2011) yang menyatakan bahwa penurunan berat jenis susu segar dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : makanan, perubahan kondisi kadar
lemak, adanya gas-gas yang timbul dalam susu, protein, laktosa, jenis ternak, usia
23
Semakin besar berat jenis pada susu semakin bagus karena komposisi atau
kandungan dari susu tersebut masih pekat dan kadar air dalam susu adalah kecil,
sedangkan semakin banyak lemak pada susu maka semakin rendah berat jenis-
nya, semakin banyak persentase bahan padat bukan lemak, maka semakin berat
Tani di Desa Gunung Perak, Kabupaten Sinjai dapat dilihat pada gambar 2.
6.8 6.7b
6.7
6.6
6.5
6.4 6.3a 6.3a
6.3
6.2
6.1
6
5.9
5.8
5.7
5.6
5.5
Batu Leppa Pattiroang Kalotoro
berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap pH susu sapi yang dihasilkan. Hasil Uji
24
Desa Gunung Perak, Kabupaten Sinjai berbeda. Potensial hindrogen (pH) susu
segar di kelompok tani Batu Leppa tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan
berbeda nyata (P<0,01) dengan kelompok tani Batu Leppa dan Pattiroang. Rata-
rata pH pada kelompok tani Batu Leppa yaitu 6,3, Pattiroang yaitu 6,3, dan
Kalotoro yaitu 6,7. Ini menunjukkan bahwa pH kelompok tani Kalotoro sesuai
Potensi hindrogen (pH) yang rendah di kelompok tani Batu Leppa dan
Pattiroangdipengaruhi oleh aktivitas mikroba di dalam susu. Hal ini sesuai dengan
adanya aktivitas bakteri yang melakukan banyak proses pengasaman terhadap air
Menurut Harjadi (1996) yang menyatakan bahwa susu segar yang baru
lakmus biru dan biru dengan lakmus merah. Susu secara normal mempunyai
suatu konsentrasi ion hydrogen sekitar pH 6,5-6,6 yang menunjukkan agak asam.
25
Persentase Asam Laktat Susu Segar
asam laktat pada susu. Rata-rata persentase asam laktat susu segar pada masing-
masing Kelompok tani di Desa Gunung Perak, Kabupaten Sinjai dapat dilihat
pada gambar 3.
0.25
0.20
0.2 0.19
0.18
0.15
0.1
0.05
0
Batu Leppa Pattiroang Kalotoro
kelompok tani yang berbeda di Desa Gunung Perak, Kabupaten Sinjai tidak
berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap asam laktat susu sapi yang dihasilkan.
Kelompok Tani Batu Leppa yaitu 0,19(%), Pattiroang yaitu 0,20(%) dan Kalotoro
yaitu 0,18(%). Persentase asam laktat tersebut sesuai dengan Standar Nasional
26
Menurut Sudarmadji (2010) bahwa pembentukan asam dalam susu
diistilahkan sebagai “masam” dan rasa masam susu disebabkan karena adanya
asam laktat. Pengasaman susu ini disebabkan karena aktivitas bakteri yang
memecah laktosa membentuk asam laktat. Persentase asam dalam susu dapat
digunakan sebagai indicator umur dan penanganan susu .Asiditas susu segar
dikenal sebagai asiditas alami yaitu berkisar 0,10 s/d 0,26 % sebagai asam laktat.
Uji asiditas sering digunakan dalam penilaian mutu susu. Walaupun demikian uji
asiditas saja tidak cukup untuk menilai mutu susu karena adanya penyimpangan
aroma dan cita rasa susu tidak dapat diketahui dengan uji asiditas.
Menurut Parry (1974), ketika susu disimpan dalam suhu ruang, keasaman
menjadi meningkat dan mulai terasa asam ketika asam laktat meningkat menjadi
0,25%, yaitu ketika pH mencapai 6,0. Jika keasaman terus meningkat maka terjadi
presipitasi kasein saat keasaman mencapi 0,5 – 0,65 % saat pH 4,64 - 4,78.
Kelompok Tani
Parameter
Batu Leppa Pattiroang Kalotoro
Berat Jenis ts ts ts
pH ts ts s
Asam Laktat s s s
27
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Berat jenis susu dari tiga kelompok tani Batu Leppa, Pattiroang, Kalotoro
di Desa Gunung Perak Kab. Sinjai berkisar antara 1,014 – 1,024 dibawah
3. Persentase asam laktat susu dari tiga kelompok tani Batu Leppa,
Saran
Susu segar dari Kelompok Tani sebaiknya diuji kualitas fisik sebelum
sehingga susu yang dihasilkan sesuai dengan Standar Nasional Indonesia dan
28
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, N. 1984. Kimia dan Teknologi Pengolahan Air Susu. Fakultas Teknologi
Pertanian. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Awaliah, N. 2007. Karakteristik Fisik Whey dari Susu yang Digumpalkan dengan
Sari Markisa pada Metode Pasteurisasi yang Berbeda. Skripsi. Program
Studi Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan. Universitas
Hasanuddin.
Buckle, K, A.R. Edwards, G.H. Fleet and Wooton. 1989. Ilmu Pangan.
Penerjemah Hari Purnomo dan Adiono. Universitas Indonesia Press.
Eckles, C. H., W. B. Combs and H. Macy. 1984. Milk and Milk Product. 4th Ed.
Mograw Hill Publishing Co. Ltd. New Delhi.
Hadiwiyoto, S. 1994. Tehnik Uji Mutu Susu dan Hasil Olahannya. Liberty.
Yogyakarta.
29
Handerson.2010. Susu. http//find.docs.com/sifatfisiksusu/html//. Diakses 15
Maret 2011.
Marliyati, S. Sulaiman, dan A., Faisal. 1992. Pengolahan Pangan Tingkat Rumah
Tangga. Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas
Pangan dan Gizi. IPB. Bogor.
Mohammad, M. 2008. Jumlah Total Bakteri Dan Kualitas Fisik Susu Segar Hasil
Pengawetan Dengan Metode Laktoperoksidase Sistem. Skripsi. Fakultas
Peternakan. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Muchtadi, R.. 1992. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Institute Pertanian Bogor.
Bogor.
Parry, R.M . 1974. Milk Coagulation and Protein Denaturation. Page 603-655 in
Fundamental of Dairy Chemistry. Webb, B et al., ed. The Avi Publishing
Company, Connecticut.
Saleh, E. 2004. Dasar Pengolahan Susu Dan Hasil Ikutan Ternak. Fakultas
Peternakan. Universitas Sumatera Utara. Medan.
30
Sudarmadji, S. 2010. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Gadjah Mada.
Yogyakarta.
Syam, S. J. 2006. Daya Tahan Susu Pasterurisasi dalam Suhu Kamar. Skripsi.
Fakultas Peternakan. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Tawaf, 2011. Sifat Fisik dan Kimia Susu Segar. Fakultas Peternakan. Universitas
Padjadjaran. Bandung.
31