You are on page 1of 7

A.

Definisi ARV
Antiretroviral (ARV) adalah obat yang menghambat replikasi Human
Immnodeficiency Virus (HIV). Terapi dengan ARV adalah strategi yang
secara klinis paling berhasil hingga saat ini.
B. Penggolongan ARV
Ada tiga golongan utama ARV, yaitu :
1. Penghambat masuknya virus yaitu bekerja dengan cara berikatan dengan
subunit GP41 selubung glikoprotein virus sehingga fusi virus ke target sel
dihambat. Satu – satunya obat penghambat fusi ini adalah enfuvirtid.
2. Penghambat reverse trancriptase Inhibitor (RTI), terdiri dari 3 bagian ,
yaitu :
a. Analog nukleosida (NRTI), NRTI diubah secara intraseluler dalam 3
tahap penambahan atau 3 gugus fosfat dan selanjutnya berkompetisi
dengan natural nukleotida menghambat RT sehingga perubahan RNA
menjadi DNA terhambat. Selain itu, NRTI juga menghentikan
pemanjangan DNA.
b. Analog nukleotida (NtRTI), mekanisme kerjanya pada penghambatan
replikasi HIV sama dengan NRTI tetapi hanya memerlukan 2 tahapan
proses fosforilasi.
c. Non nukleosida (NNRTI), mekanisme kerjanya tidak melalui tahapan
fosforilasi intraseluler tetapi berikatan langsung dengan reseptor pada
RT dan tidak berkompetisi dengan nukleotida natural. Aktivitas
antiviral terhadap HIV – 2 tidak kuat.
d. Protease inhibitor (PI), berikatan secara reversible dengan enzim
protease yang mengkatalisa pembentukan protein yang dibutuhkan
untuk proses akhir pematangan virus. Akibatnya virus yang terbentuk
tidak masuk dan tidak mampu menginfeksi sel lain.
C. Tujuan Terapi ARV
Adapun tujuan dari terapi ARV sebagai berikut :
1. Mengurangi laju penularan HIV dimasyarakat
2. Memulihkan dan/atau memelihara fungsi imunologis
(stabilisasi/peningkatan sel CD4)
3. Menurunkan komplikasi akibat HIV
4. Menekan replikasi virus secara maksimal dan secara terus – menerus
5. Menurunkan angka kesakitan dan kematian yang berhubungan dengan
HIV.
D. Manfaat Terapi ARV
Manfaat terapi antiretroviral adalah sebagai berikut :
1. Menurunkan morbiditas dan mortalitas
2. Pasien yang ARV tetap produktif
3. Memulihkan sistem kekebalan tubuh sehingga kebutuhan profilaksis
infeksi oportunistik berkurang atau tidak perlu lagi.
4. Mengurangi penularan karena viral load menjadi rendah atau tidak
terdeteksi, namun ODHA dengan viral load tidak terdeteksi, namun harus
dipandang tetap menular.
5. Mengurangi biaya rawat inap dan terjadinya yatim piatu
6. Mendorong ODHA untuk meminta tes HIV atau mengungkapkan status
HIV – nya secara sukarela.
E. Farmakologi Obat Arv
Farmakokinetik adalah proses pergerakan obat untuk mencapai kerja
obat. Empat proses yang termasuk di dalamnya adalah: absorpsi,distribusi,
metabolisme (atau biotransformasi) dan ekskresi (atau eliminasi). Obat yang
masuk ke dalam tubuh melalui berbagai cara pemberian umunya mengalami
absorpsi, distribusi, dan pengikatan untuk sampai di tempat kerja dan
menimbulkan efek. Kemudian dengan atau tanpa biotransformasi, obat
diekskresi dari dalam tubuh. Seluruh proses ini disebut dengan proses
farmakokinetika dan berjalan secara bersamaan.
Farmakodinamika adalah mempelajari efek obat terhadap fisiologi dan
biokimia berbagai organ tubuh serta mekanisme kerjanya. Tujuan
mempelajari mekanisme kerja obat ialah untuk mengetahui efek utama obat,
mengetahui interaksi obat dengan sel, dan mengetahui urutan peristiwa serta
spektrum efek dan respon yang terjadi.

FARMAKOKINETIK DAN FARMAKODINAMIKA OBAT GOLONGAN


NUCLEOSIDE REVERSE TRANSCRIPTASE INHIBITOR (NRTI) :
1. Zidovudine(AZT/ZDV)-Thymidine analogue
Salah satu obat yang paling efektif dan terakhir disetujui untuk pengobatan
infeksi HIV dan AIDS adalah AZT yang merupakan kepanjangan dari analog
primidin, 3’- Azido-3’-Deoksitimidin. Nama generik AZT
adalah Zidovudin AZT waktu ini digunakan pada pasien yang memperhatikan
infeksi HIV. Telah dilaporkan adanya perbaikan dalam status eminologik
(peningkatan jumlah absolut sel helper- induced T). Yang menggembirakan
adalah proteksi janin dari kemungkinan infeksi virus dengan pemakaian tetap
obat pada ibu hamil.
a. Farmakokinetik
Obat mudah diabsorbsi setelah pemasukan oral. Jika diminum
bersama makanan, kadar puncak lebih lambat tetapi jumlah total obat
yang diabsorbsi tidak terpengaruh. Penetrasi melewati sawar otak darah
sangat baik dan obat mempunyai waktu paruh 1 jam. Sebagian besar AZT
mempunyai glukuronidasi dalam hati dan kemudian dikeluarkan dalam
urin. Reabsobsi Pesat dengan BA 60-70%, PP-nya ca 36%, plasma t1/2 1
jam. Ekskresinya 75% sebagai glukuronidamelalui kemih Juga dapat
melintasi CCS.
b. Farmakodinamika
AZT harus diubah menjadi nukleosid trifosfad yang sesuai oleh
timidin kinase pejamu untuk mendapatkan aktifitas antivirusnya. AZT-
trifosfat kemudian dimasukkan dalam rantai DNA virus yang bertumbuuh
(tetapi bukan inti pejamu) oleh cadangan transcriptase. Karena AZT tidak
mempunyai hidrosil pada posisi 3’, kaitan 5’-3’ fosfodiester lain tidak
terbentuk. Akibatnya sintesis rantai DNA terhenti dan replikasi virus tidak
terjadi. Kekurangan relatif transkiptase reverse virus ini disebabkan
karena masuknya AZT ke dalam proses yang dikatalisasi virus; DNA-
polimerase selular lebih selektif. Selain itu,fosforilasi asam
deoksitimidilat (dTMP) menjadi difosfat (dTDP) dihambat oleh azido-
timidin-monofosfat (AZT-MP).
Efektifitas berkurang sesuai waktu. Beberapa isolate resisten telah
mengubah transkiptase reverse, yang mempunyai avinitas lebih rendah
terhadap AZt-trifosfat. Interaksi yang potensial antara ARV dengan obat
lain berdasarkan pustaka yaitu zidovudin dengan flukonazol, zidovudin
dengan kotrimoksasol, dan zidovudin dengan rifampisin dan bisa juga
zidovudin + lamivudin + nevirapin
2. Didanosine(ddI)-Adenine analogue
Obat kedua yang disetujui untuk pengobatan infeksi HIV-1
adalah didanosin[dye DAH no seen] (dideoksinosin, dll), yang juga tidak
mempunyai 3’ hidroksil. Tidak dianjurkan untuk pengobatan awal
penyakit HIV, tetapi digunakan untuk injeksi HIV yang resisten terhadap
AZT.
a. Farmakokinetik
Karena sifat yang asam, didanosin diberikan sebagai tablet kunyah,
bufer atau dalam larutan bufer. Absorbsi cukup baik jika diminum pada
keadaan puasa; makanan menyebabkan absorbsi kurang. Obat masuk
SSP tetapi kurang dari AZT. Sekitar 55% obat asli diekskresi dalam
urin. Didanosin diberikan pada saat perut kosong ½ jam sebelum atau 2
jam sesudah makan. Tablet harus dikunyah sampai halus atau
dihancurkan secara manual atau dilarutkan dalam 30 ml air sebelum
dikonsumsi agar terdispersi sempurna, aduk sampai rata dan minum
segera seluruhnya.
b. Farmakodinamika
Setelah masuk sel pejamu, didanosin diubah menjadi ddATP
melalui beberapa reaksi yang melibatkan fosforilasi dll, aminasi
menjadi ddAMP dan fosforilasi lanjutan. ddATP yang dihasilkan
dimasukkan dalam rantai DNA seperti AZT, yang menyebabkan akhir
perjalanan rantai. Interaksi Obat ini adalah Penggunaan bersama obat
yang diketahiu yang menyebabkan neuropati perifer atau pancreatitis
meningkatkan resiko toksisitas Videx (didanosin) tidak boleh diberikan
bersama antibiotik yang mengandung tetrasikin.
3. Stavudine(d4T)-Thymidine analogue
Stavudin adalah derivat pirimidin yang juga kurang mendepresi sumsum
tulng daripada zidovudin.obat ini digunakan bila terdapat resistensi
terhadap zidovudinyang lebih jarang terjadi.

a. Farmakokinetik
Stavudin adalah analog timidin dengan ikatan rangkap antara
karbon 2’ dan 3’ dari gula. Stavudin harus diubah oleh kinase
intraselular menjadi trifosfat yang menghambat transkriptase reserve
dan menghentikan rantai DNA. Absorpsi : baik (bioavailability 86%),
tidakdipengaruhi makanan. Distribusi luas, termasuk cair
serebrospinalis (55% dibanding konsentrasinyadalam plasma}. T ½ plasma :
1,2 jam. T ½ intrasel : 3,5 jam.
b. Farmakodinamika
Stavudin adalah analog thymidin, yang mempengaruhi viral DNA
HIV- yang bergantung pada DNA polimerase, menghambat replikasi
virus, nukleosida reverse transcriptase. bekerja pada HIV RT dengan
cara menghentikan pembentukan rantai DNA virus. Pada pasien
suspek laktat asidosis. Penggunaan stavudin dihentikan bila muncul
laktat asidosis.Ibu hamil meningkat resikonya dengan muncul laktat
asidosis dan kerusakan hati.Pihak industri menyarankan bila muncul
kelemahan dari motorik maka penggunaan dihentikan. Risiko semakin
meningkat bila digunakan bersama didanosin dan hidroksi urea.
Suspek pankreatitis muncul untuk penggunaan dari stavudin, didanosin
dan hidroksiurea
4. Lamivudine(3TC)-Cytosine analogue
a. Farmakokinetik
Bioavailabilitas oral lamivudin adalah 80% (max tercapai dalam
0,5-1,5 jam setelah pemberian dosis.Lamivudin didistribusikan secara
luas dengan Vd setara dengan volume cairan tubuh. Waktu paruh
plasmanya sekitar 9 jam dan sekitar 70% dosis diekskresikan dalam
bentuk utuh di urin. Sekitar 5% lamivudin dimetabolisme menjadi
bentuk tidak aktif.
b. Farmakodinamika
Lamivudin dimetabolisme dihepatosit menjadi bentuk trifosfat
yang aktif. Lamivudin bekerja dengan cara menghentikan sintesis
DNA, secara kompetitif menghambat polymerase virus. Resistensi
obat dapat terjadi yang Disebabkan oleh mutasi pada DNA polymerase
virus. Spektrum Aktivitas dari obat ini adalah HIV tipe 1 dan 2.
Kombinasi Obat yang dapat digunakan adalah Kombinasi 3TC +
abacavir + tenofovir, atau 3TC + ddI + tenofovir dikaitkan dengan
tingkat kegagalan terapi yang tinggi, dan sebaiknya tidak dipakai tanpa
ARV lain.
5. Zalcitabine (ddC)-Cytosine analogue
a. farmakokinetik
Bioavailabilitas oral 90%, Efek makanan pada AUC ↓ 15%
t ½ 1-2 jam dan t ½ trifosfat 2-3 jam, ikatan protein plasma < 5%,
Zalcitabine di metabolisme sebanyak 20% dan akan diekskresi renal
parent drug 70 %
b. Farmakodinamika
Mekanisme kerja Obat ini bekerja pada HIV RT dengan cara
menghentikan pembentukan rantai DNA virus. Resistensi terhadap
zalsitabin disebabkan oleh mutasi pada reverse transcriptase.
Dilaporkan ada resitensi silang dengan lamivudin. Spectrum aktivitas
HIV (tipe 1 dan 2). Indikasi obat ini adalah
Infeksi HIV terutama pada pasien HIV dewasa tingkat lanjut yang
tidak responsive terhadap zidovudin, dalam kombinasi dengan anti
HIV lainnya (bukan didonasin). Efek samping
Neuropati perifer, stomatitis, ruam dan pancreatitis.
6. Abacavir(ABC)-Guanine analogue
Abacavir adalah obat resep yang disetujui oleh Administrasi Makanan
dan Obat AS (FDA) untuk pengobatan infeksi HIV pada orang dewasa dan
anak-anak usia 3 bulan dan lebih tua. Abacavir selalu digunakan dalam
kombinasi dengan obat HIV lain.
a. Farmakokinetik
Absorpsi baik, tidak dipengaruhi makanan dan Bioavailability dari obat
sebesar 83%. Konsentrasi pada CSS sepertiganya adalah berupa plasma.
Paruh waktu T1/2: 1,5 jam; intra sel : 12-26 jam. Dosis : 300 mg setiap 12 jam
atau 600 mgsetiap 24 jam.
b. Farmaodinamika
Abacavir termasuk golongan (kelompok) obat HIV yang disebut
NRTI (NRTI). NRTI memblokir enzim HIV yang disebut reverse
transcriptase. (Enzim adalah protein yang memulai atau meningkatkan
kecepatan reaksi kimia.) Dengan memblokir reverse transcriptase,
NRTI mencegah HIV berkembang biak dan dapat mengurangi jumlah
HIV dalam tubuh.
Efek Samping Obat yaitu berupa reaksi hipersensitif, kadang
fatal.ESO yang muncul pada 6 minggu pertama: lesu, mual, muntah, diare,
anorexia dan efek samping obat pada saluran nafas : sesak, batuk,faringitis.
Skin rash terjadi pada sekitar50% penderitaLab : peningkatan serum
aminotranferase,& creatine kinase

You might also like