Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh
Okvina Sari Sayang Bati, S.Farm
1643700035
Mengetahui
Pembimbing
Dengan ini saya selaku pembimbing skripsi mahasiswa Program Studi Ilmu Farmasi.
NPM : 1643700035
Fakultas : Farmasi
Setuju / Tidak setuju naskah jurnal (calon naskah jurnal berkala program sarjana) yang
disusun oleh mahasiswa yang bersangkutan dipublikasi dengan tanpa mencantumkan nama
pembimbing dengan nama pembimbing sebagai co aoutor.
Pembimbing
1643700035
Emai: vinasayangbati@gmail.com
Abstrak
Penyakit demam tifoid (typhoid fever) yang biasa disebut tifus merupakan penyakit yang
disebabkan oleh bakteri Salmonella, yaitu Salmonella typhi yang menyerang bagian saluran
pencernaan. Selama terjadi infeksi, kuman tersebut bermultiplikasi dalam sel fagositik
mononuklear dan secara berkelanjutan dilepaskan ke aliran darah. Gastritis atau lebih dikenal
sebagai maag berasal dari bahasa yunani yaitu gastro, yang berarti perut/lambung
dan itis yang berarti inflamasi/peradangan. Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal,
tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada
lambung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menilai ketepatan pengobatan
yang diterima pasien dan untuk mengetehui apakah terjadi DRP (Drug Related Problem).
Metode penelitian ini adalah metode pengambilan sampel terhadap satu pasien secara
prespektif (maju).
Kata Kunci: demam tyfoid dan gastritis
Abstract
Typhoid fever disease (typhoid fever) commonly called typhoid is a disease caused by
Salmonella bacteria, namely Salmonella typhi that attacks the digestive tract. During
infection, the bacteria multiply in mononuclear phagocytic cells and are continuously
released into the bloodstream. Gastritis or better known as maag derived from the Greek
gastro, which means the stomach / stomach and itis which means inflammation /
inflammation. Gastritis is not a single disease, but is formed from several conditions that all
result in inflammation of the stomach. . The purpose of this study was to determine and
assess the accuracy of treatment received by patients and to determine whether there is DRP
(Drug Related Problem). The method of this research is the method of sampling on one
patient in a perspective (advanced).
Key word: Tyfoid Fever and Gastritis
Pendahuluan
Demam tifoid merupakan infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella enterica
serovar typhi (S typhi). Salmonella enterica serovar paratyphi A, B, dan C juga dapat
menyebabkan infeksi yang disebut demam paratifoid. Demam tifoid dan paratifoid termasuk
ke dalam demam enterik. Pada daerah endemik, sekitar 90% dari demam enterik adalah
demam tifoid.
Manusia adalah satu-satunya penjamu yang alamiah dan merupakan reservoir untuk
Salmonella typhi. Bakteri tersebut dapat bertahan hidup selama berhari-hari di air tanah, air
ko lam, atau air laut dan selama berbulan-bulan dalam telur yang sudah terkontaminasi atau
tiram yang dibekukan. Pada daerah endemik, infeksi paling banyak terjadi pada musim
kemarau atau permulaan musim hujan. Infeksi dapat ditularkan melalui makanan atau air
yang terkontaminasi oleh feses.1 Di Indonesia, insidens demam tifoid banyak dijumpai pada
populasi yang berusia 3-19 tahun.1 Selain itu, demam tifoid di Indonesia juga berkaitan
dengan ru mah tangga, yaitu adanya anggota keluarga dengan riwayat terkena demam tifoid,
tidak adanya sabun untuk mencuci tangan, menggunakan piring yang sama untuk makan, dan
tidak tersedianya tempat buang air besar dalam rumah.
Diagnosis demam tifoid ditegakkan atas dasar riwayat penyakit, gambaran klinik dan
laboratorium (jumlah lekosit menurun dan titer widal yang meningkat). Diagnosis pasti
ditegakkan dengan ditemukannya kuman pada salah satu biakan. Diperlukan antibiotik untuk
menghentikan atau membunuh perkembangbiakan bakteri serta memutuskan mata rantai
penularan penyakit.
Istilah "gastritis" pertama kali digunakan pada 1728 oleh Dokter Jerman, Georg Ernst
Stahl untuk menggambarkan peradangan pada lapisan dalam perut,sekarang dikenal menjadi
sekunder untuk mukosa cedera (yaitu, sel kerusakan dan regenerasi). Dalam banyak gastritis
dianggap melewati temuan histologis berguna, tetapi tidak penyakit. Ini semua berubah
dengan penemuan Helicobacter pylori oleh Robin Warren dan Barry Marshall pada tahun
1982 yang mengarah ke identifikasi, deskripsi dan klasifikasi dari banyak berbeda gastritides.
The gastritides kronis diklasifikasikan atas dasar penyebab yang mendasari mereka
(misalnya, H pylori, empedu refluks, obat nonsteroid antiinflamasi [NSAID], autoimunitas
atau respon alergi) dan pola histopatologi, yang mungkin menyarankan penyebab dan
perjalanan klinis mungkin (misalnya, H pylori - terkait multifocal gastritis atrofi). Klasifikasi
lain didasarkan pada endoskopi yang penampilan lambung mukosa (misalnya, varioliform
gastritis).
Hal ini penting untuk membedakan antara gastritis dan gastropati (di mana ada
kerusakan sel dan regenerasi, tetapi peradangan minimal). gastritis reaktif disebabkan oleh
cedera pada mukosa lambung akibat refluks empedu dan sekresi pankreas ke dalam perut,
tetapi juga bisa disebabkan oleh zat eksogen, termasuk NSAID, asam asetilsalisilat, agen
kemoterapi, dan alkohol. Bahan kimia ini menyebabkan kerusakan epitel, erosi, dan bisul
yang diikuti oleh hiperplasia regeneratif terdeteksi sebagai hiperplasia foveolar, dan
kerusakan kapiler, dengan edema mukosa, perdarahan, dan peningkatan otot polos di lamina
propria dengan minimal atau tidak ada peradangan.
Deskripsi Kasus
Pasien dengan nama Ny. IM umur 23 tahun masuk rumah sakit pada 31 maret 2017
dengan keluhan demam sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit, disertai mual,
kembung,dan pasien sempat pingsan saat bekerja ± 8 jam sebelum masuk rumah sakit. Ny.
IM mempunyai riwayat penyakit gastritis dan didiagnosa oleh dokter demam tyfoid.
Pemeriksaan vital pada tanggal 31 maret TD: 110/70 mmHg, suhu tubuh: 38,9ºC, pernapasan:
20x/menit, nadi: 78x/menit. Tanggal 1 april TD: 120/80 mmHg, suhu tubuh: 37,5ºC,
pernapasan: 20x/menit, nadi: 80x/menit. Tanggal 2 april TD: 100/70 mmHg, suhu tubuh:
37,2ºC, pernapasan: 20x/menit, nadi: 80x/menit. Tanggal 3 april TD: 110/70 mmHg, suhu
tubuh: 36,8ºC, pernapasan: 20x/menit, nadi: 82x/menit. Tanggal 4 april TD: 110/70 mmHg,
suhu tubuh: 36,5ºC, pernapasan: 20x/menit, nadi: 80x/menit.
Hasil Laboratorium
Tanggal 31 maret Leukosit: 6,9 mi, Eritrosit: 4,52 juta/ µL, Hb: 13,1 g/dL, Hematokrit: 40%,
Trombosit: 255.000/ µL, Laju Endap Darah: 25 mm/jam, Basofil: 0%, Eosinofil: 0%, Batang:
0%, Segmen: 79%, Limfosit: 10%, Monosit: 11%, MCV: 89fL, MCH: 29pg, MCHC: 33g/dl,
Salmonella thypi O: 1/320, Salmonella parathypi BO: 1/320
Algerina, A. (2008). Demam Tifoid dan lnfeksi Lain dari Bakteri Salmonella. http:
medicastore.com/penyakit/10/Demam_Tifoid.html
Darmowandowo W. 2006. Demam Tifoid : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak : Infeksi &
Penyakit Tropis, Edisi 1. BP FKUI. Jakarta. 2002
Medscape
National Institute For Communicable Disease. 2016. Typhoid: NICD reccomendations for
diagnosis, management and public health response, 2016.
Rahayu E. 2013. Sensitivitas Uji Widal dan Tubex Untuk Diagnosis Demam Tifoid
berdasarkan Kultur Darah. Universitas Muhammadiyah. Semarang
Salyers A., Whitt D. 2002. Bacterial Pathogenesis: A Molecular Approach 2nd Edition.
ASM Press.
Sudoyo AW. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta