You are on page 1of 10

BAB I ‫هي أن يدفع املالك إىل العامل ماال ليتجر فيه ويكون الربح‬

PENDAHULUAN
‫مشرتكا بينهما حبسب مل شرطا‬
A. Latar Belakang Masalah
“Mudharabah adalah akad
Nyalap nyaur merupakan kegiatan jual
penyerahan modal oleh si pemilik
beli yang terdapat di pasar kecamatan Jatirogo –
kepada pengelola untuk
kabupaten Tuban. Dimana supplier mendatangi
diperdagangkan dan keuntungan
pedagang peracangan dengan mempromosikan
dimiliki bersama antara keduanya
dan menjual barang dagangannya dengan
sesuai dengan persyaratan yang
mementukan spesifikasi barang dan harga di hari
mereka buat.”
pertama, yakni pertama kali supplier dan
Dari definisi tersebut dapat dipahami
pedagang peracangan bertemu dan membuat
bahwa mudharabah adalah suatu akad atau
perjanjian. Mengenai pembayarannya dilakukan
perjanjian dua orang atau lebih, di mana pihak
di akhir dari transaksi jual beli di pasar.
pertama memberikan modal usaha, sedangkan
Kemudian di hari selanjutnya supplier hanya
pihak lain menyediakan tenaga dan keahlian,
meletakkan barang yang sama tetapi berat atau
dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi di
massa dari barang tersebut bisa berubah-ubah
antara mereka sesuai dengan kesepakatan yang
pada waktu pedagang peracangan belum memulai
mereka tetapkan bersama. Dengan perkataan lain
aktivitas jual beli. Sehingga supplier tidak
dapat dikemukakan bahwa mudharabah adalah
bertemu dengan pedagang peracangan secara
kerja sama antara modal dengan tenaga atau
langsung. Selanjutnya, mengenai barang yang
keahlian. Dengan demikian, dalam mudharabah
diberikan oleh supplier tersebut tidak boleh
ada unsure syirkah (kepemilikan bersama) dalam
dikembalikan lagi kepada supplier oleh pedagang
keuntungan. Namun apabila terjadi kerugian
peracangan apabila barang tersebut tidak habis
maka kerugian tersebut ditanggung oleh pemilik
dijual.
modal, sedangkan pengelola tidak dibebani
Praktik jual beli yang seperti tersebut di
kerugian, kerana ia telah rugi tenaga tanpa
atas dilakukan dengan cara yang pada teori
keuntungan. Oleh karena itu, beberapa ulama
digolongkan sebagai kerja sama yang
memasukkan mudharabah ke dalam salah satu
menggunakan akad mudharabah antara supplier
jenis syirkah, seperti yang dikemukakan oleh
(shohib al-mal) dan pedagang peracangan
Hanabilah.
(mudharib). Mudharabah didefinisikan oleh
Berawal dari fenomena dan teori
Wahbah Zuhaili:6
tersebut, peneliti sangat tertarik untuk menggali
lebih mendalam tentang kegiatan jual beli yang
biasa dilakukan oleh para pelaku yang terdapat di
dalam pasar kecamatan Jatirogo – kabupaten
6
Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat. Cet 1. (Jakarta:
Amzah, 2010), h. 366. Tuban itu. Peneliti akan mengamati jenis atau
12

bentuk jual beli apa yang dilakukan oleh supplier C. Tujuan Penelitian
dan pedagang peracangan yang berada di pasar 1. Untuk mengetahui akad nyalap nyaur antara
kecamatan Jatirogo – kabupaten Tuban, serta supplier dan pedagang peracangan di pasar
terdapat keganjalan-keganjalan yang terjadi di Kecamatan Jatirogo – Kabupaten Tuban
dalam bertransaksi. Peneliti mencoba untuk 2. Untuk mengetahui tinjauan Kompilasi Hukum
menganalisa sinkronisasi antara peraturan yang Ekonomi Syariah terhadap praktik akad nyalap
tertulis di dalam Kompilasi Hukum Ekonomi nyaur antara supplier dan pedagang
Syariah tentang bagaimana pelaksanaan akad peracangan di pasar Kecamatan Jatirogo –
nyalap nyaur antara supplier dan pedagang Kabupaten Tuban
peracangan di pasar kecamatan Jatirogo – D. Manfaat Penelitian
kabupaten Tuban jika ditinjau dengan Kompilasi 1. Secara Teoritis
Hukum Ekonomi Syariah yang lebih berkaitan Secara teoritis penelitian ini diharapkan
dengan konsep mudharabah. Konsep dapat bermanfaat bagi perkembangan
mudharabah yang dipaparkan dalam Kompilasi khazanah ilmu hukum Islam (muamalah), yang
Hukum Ekonomi Syariah (KHES) terdapat pada merupakan sumbangan ilmiah yang berkaitan
pasal 231 ayat (1) sampai pasal 254 ayat (2) dengan perkembangan hukum Islam
yaitu: Pasal 231 ayat (1): pemilik modal wajib (muamalah), dan khususnya dalam hal akad
menyerahkan dana dan/atau barang yang berharga nyalap nyaur antara supplier dan pedagang
kepada pihak lain untuk melakukan kerja sama peracangan di pasar Kecamatan Jatirogo –
dalam usaha, Pasal 231 ayat (2): penerima modal Kabupaten Tuban tinjauan Kompilasi Hukum
menjalankan usaha dalam bidang yang disepakati, Ekonomi Syariah.
Pasal 231 ayat (3): kesepakatan bidang usaha 2. Secara Praktis
yang akan dilakukan ditetapkan dalam akad, Penelitian ini diharapkan memberi
hingga Pasal 254 ayat (2). sumbangan informasi dan pemikiran ilmiah
B. Rumusan Masalah pada peneliti, peneliti dan masyarakat yang
1. Bagaimana akad nyalap nyaur antara supplier berminat memperdalam dan memperluas
dan pedagang peracangan di pasar Kecamatan cakrawala keilmuan, khususnya dalam hal
Jatirogo – Kabupaten Tuban? menyikapi masalah-masalah kontemporer
2. Bagaimana tinjauan Kompilasi Hukum dengan sudut pandang hukum yang dalam
Ekonomi Syariah terhadap praktik akad nyalap penelitian ini berkaitan tentang akad nyalap
nyaur antara supplier dan pedagang nyaur antara supplier dan pedagang
peracangan di pasar Kecamatan Jatirogo – peracangan di pasar Kecamatan Jatirogo –
Kabupaten Tuban? Kabupaten Tuban tinjauan Kompilasi Hukum
Ekonomi Syariah.
13

E. Definisi Operasional mempermudah dalam memahami maka


1. Akad adalah janji; perjanjian; kontrak: -- jual pembahasan dalam penelitian ini dipaparkan
beli;7 dalam 5 bab.
2. Nyalap nyaur adalah kegiatan jual beli yang BAB II
terdapat di pasar kecamatan Jatirogo – TINJAUAN PUSTAKA
kabupaten Tuban. Dimana supplier A. Penelitian Terdahulu
mendatangi pedagang peracangan dengan Guna memahami lebih jauh maksud
mempromosikan dan menjual barang dari penelitian ini, maka dirasa sangat penting
dagangannya dengan mementukan spesifikasi untuk menyertakan penelitian terdahulu yang
barang dan harga di hari pertama, yakni setema guna mengetahui dan memperjelas
pertama kali supplier dan pedagang perbedaan yang subtansial antara penelitian ini
peracangan bertemu dan membuat perjanjian. dengan penelitian sebelumnya.
Mengenai pembayarannya dilakukan di akhir
dari transaksi jual beli di pasar. Kemudian di
hari selanjutnya supplier hanya meletakkan
barang yang sama tetapi berat atau massa dari
barang tersebut bisa berubah-ubah pada waktu
pedagang peracangan belum memulai aktivitas
jual beli. Sehingga supplier tidak bertemu
dengan pedagang peracangan secara langsung.
Selanjutnya, mengenai barang yang diberikan
oleh supplier tersebut tidak boleh
dikembalikan lagi kepada supplier oleh
pedagang peracangan apabila barang tersebut
tidak habis dijual.
3. Supplier (leveransir) adalah orang yang
mengirim (menyalurkan) barang belanjaan
kepada langganannya 8
4. Pedagang peracangan adalah pedagang yang
menjual berbagai macam barang dagangan,
seperti: sayuran, rempah-rempah, dan lain-lain
F. Sistematika Pembahasan
Untuk melengkapi penjelasan dalam
mengembangkan materi penelitian ini serta untuk

7
__________Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta:Pusat Bahasa,
2008) h.49.
8
__________Kamus Bahasa Indonesia, h. 947.
Daftar Penelitian Terdahulu
Nama,
Jenis
No. Tahun dan Judul Titik Singgung Hasil Penelitian
Penelitian
PT
1. Windi Pelaksanaan Penelitian ini Bagaimana proses Berdasarkan penelitian ini dapat
Ardianti, Akad Jual menggunakan akad jual beli disimpulkan bahwa proses akad jual beli
2012, UIN Beli Jagung metode studi jagung, alasan jagung di Desa Warjabakti pembeli
Sunan di Desa kasus yaitu jual beli jagung, (bandar) menemui penjual (petani) dan
Gunung Warjabakti metode yang dan tinjauan fiqh melakukan kesepakatan tentang harga,
Djati Kecamatan ditujukan Mu‟amalah jumlah panen, dan sebagainya yang
Cimaung kepada terhadap jual beli kemudian disepakati dan terjadi akad
Kabupaten masalah yang jagung. tersebut. Alasan terjadinya jual beli jagung
Bandung ada sekarang dikarenakan faktor kebiasaan yang
(berdasarkan dilakukan masyarakat, untuk memenuhi
kenyataan). kebutuhan hidup, kurangnya pemahaman
masyarakat tentang bermu‟amalah. Dilihat
dari segi syarat dan rukun jual beli, jual
beli jagung meninggalkan salah satu syarat
dalam hal objek akad, karena objek akad
tidak jelas adanya sehingga dapat
menjadikan jual beli tersebut tidak sah
secara syara‟.
2. Nurudin, Tinjauan Penelitian ini Bagaimana Dari hasil penelitian di lapangan
2012, UIN Hukum Islam merupakan pelaksanan jual menunjukan bahwa, pelaksanan jula beli
Sunan Terhadap penelitian beli ikan dengan ikan dengan sistem pancingan terjadi
Kalijaga Praktek Jual lapangan (field sistem pancingan setelah adanya kesepakatan transakasi
Beli Ikan research) yang dengan antara penjual dan pembeli ikan. Adapun
dengan menggunakan pendekatan akad jual beli yang mereka gunakan adalah
Sistem metodologi tinjauan hukum dengan akad secara lisan, dengan kata lain
Pancingan penelitian Islam. dari pihak penjual menyerahkan ikan yang
(Studi Kasus kualitatif ada di kolam kepada pembeli dengan tidak
di Dusun tertulis sesuai kesepakatan bersama.
Ringin Sari Mengacu dalam penelitian yang penulis
Maguwoharjo lakukan bahwa jual beli ikan dengan
Kec. Depok sistem pancingan adalah sah karena telah
Kab. Sleman) memenuhi syarat dan rukun jual beli. Akan

14
tetapi agar jual beli tersebut dipandang
tidak terlalu menguntungkan salah satu
pihak maka dari itu dari kedua belah pihak
harus saling terbuka, terutama bagi
penjual. Agar tidak terjadi perselisihan
antara penjual dan pembeli dikemudian
hari.
3. Eko Akad Jenis Bagaimana Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1)
Prasetyo, Mbageni penelitian ini praktek akad Akad mbageni dalam jual beli perbakalan
2010, Dalam Jual adalah field mbageni dalam di kecamatan Bonang kabupaten Demak
Institut Beli research jual beli termasuk akad al-qardh (akad utang-
Agama Perbakalan (penelitian perbakalan, piutang) atau akad pembayaran tidak
Islam (Studi Kasus lapangan) motivasi akad kontan. (2) Akad mbageni dalam jual beli
Negeri pada mbageni dalam perbakalan di kecamatan Bonang
Walisongo Masyarakat jual beli kabupaten Demak terjadi karena factor
Nelayan perbakalan dan ekonomi, factor sosial keagamaan dan
Kecamatan hukum akad factor kebudayaan. (3) Akad mbageni
Bonang mbageni dalam dalam jual beli perbakalan sesuai dengan
Kabupaten jual beli hukum Islam dengan indikator barang
Demak) perbakalan di yang dijual bermanfaat dan suci, akad yang
kecamatan terjadi jelas, dan system mbageni yang
Bonang terjadi adalah bentuk cicilan dari utang
kabupaten nelayan, namun apabila itu mengakibatkan
Demak. pembengkakan harga tanpa kesepakatan
maka tidak diperbolehkan. Orang yang
menunda atau tidak membayar utang
padahal ia mampu, maka itu termasuk
larangan dalam hukum Islam. Sedangkan
memberikan tambahan di luar utang
termasuk riba.

Dari ketiga penelitian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa perbedaan yang sangat mendasar antara
penelitian yang akan dikerjakan peneliti dengan penelitian yang terdahulu. Fokus penelitian pada skripsi ini
adalah tentang pelaksanaan akad nyalap nyaur antara supplier dan pedagang peracangan di pasar Kecamatan
Jatirogo – Kabupaten Tuban, dalam hal ini teori yang digunakan untuk meninjau kesesuaian pelaksanaan
akad nyalap nyaur tersebut yakni mudharabah yang menggunakan Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah
(KHES) sebagai dasar tinjauan.
B. Kerangka Teori/Landasan Teori modal, sedangkan pengelola tidak dibebani
1. Mudharabah kerugian, kerana ia telah rugi tenaga tanpa
a. Definisi Mudharabah4 keuntungan. Oleh karena itum beberapa
Dalam pengertian istilah, ulama memasukkan mudharabah ke dalam
mudharabah didefinisikan oleh Wahbah salah satu jenis syirkah, seperti yang
Zuhaili: dikemukakan oleh Hanabilah.

‫هي أن يدفع املالك إىل العامل ماال ليتجر فيه ويكون‬ b. Dasar Hukum Mudharabah
Para ulama mazhab sepakat bahwa
‫الربح مشرتكا بينهما حبسب مل شرطا‬ mudharabah hukumnya dibolehkan
berdasarkan al-Quran, sunnah, ijma‟, dan
“Mudharabah adalah
akad penyerahan modal qiyas. Adapun dalil dari al-Quran antara
oleh si pemilik kepada lain Surah Al-Muzammil (73) ayat 20 yang
pengelola untuk
diperdagangkan dan berbunyi sebagai berikut:5
keuntungan dimiliki
bersama antara keduanya       …
sesuai dengan persyaratan
yang mereka buat.”
… 
Dari definisi tersebut dapat “Dan orang-orang yang
dipahami bahwa mudharabah adalah suatu berjalan di muka bumi
akad atau perjanjian dua orang atau lebih, di mencari sebagian karunia
mana pihak pertama memberikan modal Allah.”
usaha, sedangkan pihak lain menyedikan
tenaga dan keahlian, dengan ketentuan Dari ayat al-Quran tersebut jelaslah
bahwa keuntungan dibagi di antara mereka bahwa mudharabah atau qiradh merupakan
sesuai dengan kesepakatan yang mereka akad yang dibolehkan. Dalam hadis yang
tetapkan bersama. Dengan perkataan lain pertama dijelaskan bahwa muqaradhah atau
dapat dikemukakan bahwa mudharabah qiradh atau mudharabah merupakan salah
adalah kerjasama antara modal dengan satu akad yang di dalamnya terdapat
tenaga atau keahlian. Dengan demikian, keberkahan, karena membuka lapangan
dalam mudharabah ada unsure syirkah kerja.
(kepemilikan bersama) dalam keuntungan. c. Rukun Mudharabah
Namun apabila terjadi kerugian maka Menurut ulama Hanafiyah, rukun
kerugian tersebut ditanggung oleh pemilik mudharabah adalah ijab dan qabul dengan
4
Ahmad Wardi Muslich. Fiqh Muamalat. Cet 1. (Jakarta:
5
Amzah, 2010), h. 365. Ahmad Wardi Muslich. Fiqh Muamalat. h. 367.
lafal yang menunjukkan makna ijab dan 5) Harta Mudharabah Rusak di Tangan
6
qabul itu. Mudharib
Menurut mayoritas ulama, rukun 2. Mudharabah berdasarkan Kompilasi
mudharabah itu ada tiga: Hukum Ekonomi Syariah (KHES)9
1) Pelaku akad (pemilik modal atau „amil) Pada penelitian ini, konsep
2) Ma’quud ‘alaih (modal, kerja dan laba) mudharabah yang dipaparkan dalam
3) Sighah (ijab dan qabul) Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES)
Sedangkan ulama Syafi‟iyah terdapat pada pasal 231 ayat (1) sampai pasal
menyatakan bahwa rukun mudharabah ada 254 ayat (2) yaitu:
lima, yaitu: Pasal 231 ayat (1): pemilik modal wajib
1) Modal menyerahkan dana dan/atau barang yang
2) Kerja berharga kepada pihak lain untuk melakukan
3) Laba kerjasama dalam usaha
4) Sighah Pasal 231 ayat (2): penerima modal
5) Pelaku akad menjalankan usaha dalam bidang yang
d. Syarat-Syarat Mudharabah disepakati
Untuk keabsahan mudharabah harus Pasal 231 ayat (3): kesepakatan bidang usaha
dipenuhi beberapa syarat yang berkiatan yang akan dilakukan ditetapkan dalam akad,
7
dengan ‘aqid, modal dan keuntungan. dan seterusnya.
1) Syarat yang Berkaitan dengan ‘Aqid BAB III
2) Syarat yang Berkaitan dengan Modal METODE PENELITIAN
3) Syarat yang Berkaitan dengan Metode penelitian ini terdiri dari beberapa
Keuntungan hal sebagai berikut:
e. Hal-Hal yang Membatalkan A. Jenis Penelitian
Mudharabah Dilihat dari jenisnya, penelitian ini
Mudharabah dapat batal karena beberapa adalah termasuk dalam penelitian hukum empiris
hal sebagai berikut:8 dengan menggunakan metode kualitatif, yang
1) Pembatalan, Larangan Tasarruf, dan mana penelitian ini menitikberatkan pada hasil
Pemecatan pengumpulan data dari informan yang telah
2) Meninggalnya Salah Satu Pihak ditentukan.
3) Salah satu Pihak Terserang Penyakit B. Pendekatan Penelitian
Gila Pendekatan yang digunakan dalam
4) Pemilik Modal Murtad penelitian ini adalah kualitatif karena data-data
yang dibutuhkan dan digunakan berupa sebaran-

6
Ahmad Wardi Muslich. Fiqh Muamalat. h. 370.
7 9
Ahmad Wardi Muslich. Fiqh Muamalat. h. 373. PPHIMM, Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah. Edisi Revisi.
8
Ahmad Wardi Muslich. Fiqh Muamalat. h. 388. Cet 1. (Jakarta: Kencana, 2009), h.71.
sebaran informasi yang tidak perlu tersebut terdapat strata atau lapisan-lapisan yang
10
dikuantifikasikan. bersifat homogen. Jadi stratifikasi yang dimaksud
C. Lokasi Penelitian di sini adalah proses pengelompokan suatu
Guna mendapatkan data yang valid, anggota atau unit populasi ke dalam strata yang
maka peneliti akan langsung mengunjungi tempat relatif homogen sebelum menarik sampel. 11
yang akan diteliti yaitu di Pasar Pemerintah Dalam hal ini peneliti
Jatirogo, Jalan Ronggolawe Kecamatan Jatirogo – mengelompokkan data berdasarkan jenis barang
Kabupaten Tuban. yang dijual oleh pedagang peracangan, yakni
D. Jenis dan Sumber Data cabe keriting merah, tomat dan cabe rawit. Dari
1. Sumber Data Primer, yaitu data yang diperoleh sekitar 40 pedagang peracangan dengan jenis
secara langsung dari sumber utama yakni para barang jual yang dikelompokkan oleh peneliti
pihak yang menjadi obyek dari penelitian ini. hanya ada tiga jenis tersebut, dalam pengambilan
Data primer dalam penelitian ini adalah data data peneliti memilih pedagang peracangan yang
yang dihasilkan melalui wawancara secara transaksi jual belinya sangat ramai dengan
langsung dengan informan, yaitu dalam hal ini kategori barang jual yang sudah dikelompokkan
adalah supplier dan pedagang peracangan di atas, untuk pihak pedagang peracangan yaitu
yang melakukan akad nyalap nyaur. Darsini, Siti dan Yanti, pihak supplier adalah
2. Sumber Data Sekunder adalah data-data yang Khotim, Layla dan Wiwin.
diperoleh dari sumber kedua yang merupakan F. Metode Pengumpulan Data
pelengkap, meliputi buku-buku yang menjadi 1. Observasi
referensi terhadap tema yang diangkat, yaitu Yang dimaksud dengan observasi
mengenai akad nyalap nyaur antara supplier adalah teknik pengumpulan data dimana
dan pedagang peracangan di pasar Kecamatan peneliti mengadakan pengamatan langsung
Jatirogo – Kabupaten Tuban tinjauan terhadap obyek yang diteliti.
Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah. 2. Wawancara
E. Metode Penetapan Populasi dan Sampel Wawancara adalah proses
Teknik penetapan sampel dalam memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian ini menggunakan stratified sampling, penelitian dengan cara tanya jawab, sambil
adalah sampel yang diambil dengan terlebih bertatap muka antara pewawancara dengan
dahulu membagi-bagi, atau membuat strata informan terkait.12 Jenis wawancara yang
terhadap populasi berdasarkan kelas atau tingkat- peneliti gunakan adalah wawancara bebas
tingkat tertentu. Cara ini dipergunakan bila terpimpin atau bebas terstruktur dengan
populasi penelitian tidak bersifat homogen, akan menggunakan panduan pertanyaan yang
tetapi dalam populasi yang tidak homogen

10 11
Fakultas Syariah UIN Malang, Buku Pedoman Penelitian Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian Ilmu Hukum, h.
Karya Ilmiah (Malang: Fakultas Syariah Universitas Islam 158.
12
Negeri (UIN) Malang, 2005.), h. 11. Moh. Nazir, Metode Penelitian, h. 193-194.
berfungsi sebagai pengendali agar proses lagi kepada supplier oleh pedagang peracangan
13
wawancara tidak kehilangan arah. apabila barang tersebut tidak habis dijual. Praktik
G. Metode Pengolahan Data seperti itulah yang dilakukan oleh para supplier
1. Editing dan pedagang peracangan di pasar kecamatan
2. Classifaying Jatirogo – kabupaten Tuban.
3. Verifying
4. Analyzing B. Tinjauan Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah
5. Concluding terhadap Praktik Akad Nyalap Nyaur antara
BAB IV Supplier dan Pedagang Peracangan di Pasar
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Kecamatan Jatirogo – Kabupaten Tuban
A. Akad Nyalap Nyaur antara Supplier dan Yang menjadi ketidakjelasan dalam
Pedagang Peracangan di Pasar Kecamatan kegiatan jual beli ini yang para pelakunya biasa
Jatirogo – Kabupaten Tuban menyebutnya sebagai nyalap nyaur, adalah ketika
Kegiatan jual beli yang dilakukan oleh ada barang yang tidak laku terjual, yang
supplier dan pedagang peracangan di pasar bertanggungjawab atas hal itu ada di pihak
Jatirogo – kabupaten Tuban yang oleh pelaku pedagang peracangan. Sedangkan ditetapkan
transaksi disebut dengan istilah “nyalap nyaur” bahwa keuntungan merupakan bagian milik
merupakan kegiatan jual beli yang terdapat di bersama. Apabila keuntungan merupakan bagian
pasar kecamatan Jatirogo – kabupaten Tuban. milik bersama, maka sama halnya dengan
Dimana supplier mendatangi pedagang kerugian.
peracangan dengan mempromosikan dan menjual Pada praktiknya, tidak semua pedagang
barang dagangannya dengan mementukan peracangan mengalami kerugian akibat dari
spesifikasi barang dan harga di hari pertama, barang yang tidak habis terjual, tetapi dari
yakni pertama kali supplier dan pedagang responden yang peneliti wawancarai ada yang
peracangan bertemu dan membuat perjanjian. merasakan hal seperti itu. Meskipun tidak
Mengenai pembayarannya dilakukan di akhir dari banyak, tetapi mereka tetap ada yang merasa
transaksi jual beli di pasar. Kemudian di hari dirugikan. Dan sisa barang yang tak terjualpun
selanjutnya supplier hanya meletakkan barang jarang sekali berjumlah banyak, sebab di pasar
yang sama tetapi berat atau massa dari barang kecamatan Jatirogo – kabupaten Tuban untuk
tersebut bisa berubah-ubah pada waktu pedagang barang-barang yang diserahkan kepada pedagang
peracangan belum memulai aktivitas jual beli. peracangan oleh supplier merupakan barang yang
Sehingga supplier tidak bertemu dengan masih segar.
pedagang peracangan secara langsung. Tetapi hal ini tetap menyalahi aturan
Selanjutnya, mengenai barang yang diberikan yang sudah ditetapkan, hal ini dikarenakan ada
oleh supplier tersebut tidak boleh dikembalikan pihak yang merasa dirugikan sedangkan tujuan
utama dari kerjasama mudhrabah adalah mencari
13
Abu Achmadi dan Cholid Narkubo, Metode Penelitian
(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005), h. 85.
keuntungan.
BAB V Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES),
PENUTUP pembahasan mengenai mudharabah yang
A. Kesimpulan terdapat pada Pasal 231 sampai Pasal 254 ayat
1. Nyalap nyaur merupakan kegiatan jual beli (2) tidak semua syarat-syaratnya sesuai dengan
yang terdapat di pasar kecamatan Jatirogo – ketentuan yang terdapat di dalamnya. Hal ini
kabupaten Tuban. Dimana supplier berkaitan dengan barang yang tidak laku
mendatangi pedagang peracangan dengan terjual, yang bertanggungjawab atas hal itu ada
mempromosikan dan menjual barang di pihak pedagang peracangan. Sedangkan
dagangannya. Penentukan spesifikasi barang ditetapkan dalam KHES bahwa keuntungan
dan harga di hari pertama (yakni pertama kali merupakan bagian milik bersama. Apabila
supplier dan pedagang peracangan bertemu keuntungan merupakan bagian milik bersama,
dan membuat perjanjian) dengan pembayaran maka sama halnya dengan kerugian.
di akhir dari kegiatan jual beli di pasar. B. Saran
Kemudian di hari selanjutnya supplier hanya 1. Kepada pihak supplier dan pedagang
meletakkan barang yang sama tetapi berat peracangan hendaknya memperbaharui akad
atau massa dari barang tersebut bisa berubah- nyalap nyaur. Karena dalam prakteknya, ada
ubah pada waktu pedagang peracangan belum beberapa kemungkinan yang mengakibatkan
memulai aktivitas jual beli. Sehingga supplier salah satu pihak merugi, dalam hal ini pihak
tidak bertemu dengan pedagang peracangan. pedagang peracangan. Kejelasan dalam
Mengenai pembayaran dilakukan di akhir dari bertransaksi hendaknya jangan disandarkan
kegiatan jual beli di pasar yang sedang pada kebiasaan yang sebenarnya terdapat
berlangsung. Barang yang diberikan oleh unsur kerugian, dalam hal ini mengenai jumlah
supplier tersebut tidak boleh dikembalikan barang yang tidak habis terjual yang kemudian
lagi kepada supplier oleh pedagang mengakibatkan kerugian pada salah satu pihak
peracangan apabila barang tersebut tidak (pedagang peracangan) menjadi
habis dijual. Hal ini berawal dari menghindari tanggungjawab bersama, hal ini agar sesuai
kesulitan dalam bertransaksi. Cara supplier dengan ketentuan-ketentuan hukum Islam.
menghindari kesulitan dalam berdagang 2. Bagi peneliti selanjutnya hendaknya dapat
dengan mendatangi dan menawarkan barang meneliti mengenai berbagai macam kegiatan
dagangannya dan pedagang pedagang tidak muamalah yang dilakukan oleh masyarakat
merasa kesulitan dalam mencari barang khususnya praktek muamalah yang ada di
dagangan yang akan dicari sebab supplier tempat tinggal peneliti selanjutnya, karena hal
sudah menjual barang dagangannya dengan ini sangat penting bagi masyarakat dalam hal
menawarkan dan mengirimkan barang. bermuamalah agar terhindar dari kesalahan
2. Nyalap nyaur antara supplier dan pedagang seperti yang ditetapkan oleh hukum Islam.
peracangan di pasar kecamatan Jatirogo –
kabupaten Tuban ditinjau menggunakan

You might also like