You are on page 1of 13

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan yang

terjadi antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus. Dalam penerapan

Manajemen Asuhan Kebidanan pada Ny.”C” GIV PIII A0 Masa Gestasi 9

Minggu 3 Hari Dengan keluhan Hiperemesis Gravidarum Tingkat I Di

BLUD RS Benyamin Guluh Kolaka Tanggal 02-03 dan Tanggal 08 Juli

2015

Pembahasan ini disusun berdasarkan teori dari asuhan yang nyata

dengan pendekatan manajemen asuhan kebidanan yang terdiri dari 7

langkah :

Langkah I : Identifikasi Data Dasar

Pada langkah pertama ini berisi semua informasi yang akurat dan

lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Yang

terdiri dari data subjektif dan data objektif. Data subjektif adalah yang

menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpuan data klien melalui

anamnesa. Yang termasuk data subjektif antara lain boidata, riwayat

menstruasi, riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, persalian dan nifas,

biopsikologi spiritual, pengetahuan klien.

Data objektif adalah yang menggambarkan pendokumentasian hasil

peeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan tes diagnostik lain yang

dirumuskan dalam data fokus. Data objektif terdiri dari pemeriksaan fisik

62
yang sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital,

pemeriksaan khusu (inspeksi, palpasi, auskultasi,perkusi), pemeriksaan

penunjang ( laboratorium, catatan baru dan sebelumnya).

Dalam tinjauan pustaka ditemukan gejala/keluhan hiperemesis

gravidarum Tingkat 1 bila mengalami keluhan-keluhan sebagai berikut :

Muntah terus-menerus yang memengaruhi keadan umum penderita, ibu

merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun, dan nyeri

pada epigastriu. Nadi meningkat sekitar 100 kali per menit, tekanan darah

sistol menurun, tugor kulit berkurang, lidah mengering dan mata cekung.

Pada Ny “C” GIV PIII A0 Masa gestasi 9 minggu 3 hari Data yang

dikumpulkan dari hasil pengkajian yaitu sebagai berikut: Muntah terus-

menerus yang memengaruhi keadan umum penderita, ibu merasa lemah,

nafsu makan tidak ada, berat badan menurun, dan nyeri pada epigastriu.

Nadi meningkat sekitar 100 kali per menit, tekanan darah sistol menurun,

tugor kulit berkurang, lidah mengering dan mata cekung.

Berdasarkan uraian diatas ada persamaan gejala dan keluhan antara

teori dan kasus sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan

antara teori dan kasus.Dalam pengkajian ini penulis tidak menemukan

hambatan yang berarti karena pada saat pengumpulan data baik

keluarga,klien,bidan dan dokter di lokasi praktek,terbuka untuk

memberikan informasi atau data yang diperlukan yang ada hubungannya

dengan penyakit dan perawatan ibu sehingga memudahkan dalam

pengumpulan data.

63
Langkah II : Identifikasi Diagnosa/Masalah Aktual

Pada langkah ini,dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnisis

atau masalah, dan kebutuhan klie berdasarkan interpretasi yang benar

atas dasar data-data yang telah diinterpretasikan sehingga ditemukan

masalah atau diagnosis yang spesifik. Diagnosis kebidanan yaitu

diagnosis yang ditegakkan oleh profesi (bidan) dalam lingkup praktek

kebdanan dan memenuhi standar nomenklatur (tata nama) diagnosis

kebidanan. Standar nomenklatur diagnosis kebidanan tersebut adalah:

a. Diakui dan telah disahkan oleh profesi

b. Berhubungan langsung dengan praktik kebidanan

c. Memiliki cri khas kebidanan

d. Didukung oleh Clinical Judgenmnet dalam praktek kebidanan

e. Dapat diseleaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan.

Dalam tinjauan pustaka diagnose hiperemesis gravidarum dapat

ditegakkan apabila ditemukan adannya tanda-tanda hamil muda yang

disertai Muntah terus-menerus yang memengaruhi keadan umum

penderita, ibu merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan

menurun, dan nyeri pada epigastriu. Nadi meningkat sekitar 100 kali per

menit, tekanan darah sistol menurun, tugor kulit berkurang, lidah

mengering dan mata cekung dan sebgaian besar keluhan tersebut

ditemukan pada kasus Ny “C” GIV PIII A0 masa gestasi 9 minggu 3 hari.

64
Pada kasus Ny. "C" diagnosa/masalah actual yang dirumuskan

sebagai berikut GIV PIII A0 masa gestasi 9 minggu 3 hari,dengan keluhan

hiperemesis gravidarum tingkat 1. Dalam hal ini tampak jelas adanya

persamaan antara teori-teori yang ada dengan studi kasus pada Ny. "C"

serta tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Langkah III : Antisipasi Diagnosa/Masalah Potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis

potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang telah

diidentifikasi. Langkah ini menbutuhkan antisipasi, bila kemungkinan

dilakukan pencegahan. Sambil mengamati klien bidan diharapkan dapat

bersiap-siap bila diagnosis/masalah potensial ini benar-benar terjadi.

Hiperemesis gravidarum Tingkat I apabila tidak tertangani dengan baik

dapat berlanjut menjadi hiperemesis gravidarum Tingkat II. Berdasarkan

data yang ada pada studi kasus Ny”C”. Dilahan praktek dapat diidentifikasi

masalah potensial terjadinya hiperemesis gravidarum Tingkat I. Dengan

demikian tinjauan pustaka dan manajemen asuhan kebidanan pada studi

kasus Ny.”C” tidak ditemukan adanya kesenjangan.

Langkah IV : Tindakan Segera/Kolaborasi

Bidan mengidentifikasi atas perlunya tindakan segera oleh bidan atau

dokter untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim

kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.

65
Tindakan segera yang diberikan dalam kasus ini merupakan lanjutan

tindakan segera yang harus diberikan pada penderita hyperemesis

gravidarum, jadi penulis hanya melanjutkan intervensi yang telah ada.

Namun tidak ada kesenjangan tindakan segera yang diberikan antara teori

dengan kasus yang ditemukan di lapangan. Adapun tindakan yang

diberikan sesuai, dengan keadaan kiien yaitu konseling yang diberikan

serta Berkolaborasi dengan dokter Obgyn yaitu dengan pemberian obat

yaitu obat folamil dan nobor.

Langkah V : Menyusun Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan

Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh, ditentukan

langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan

manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi

atau diantisipasi. Informasi atau data dasar yang tidak lengkap dapat

dilengkapi. Renana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa

yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien, atau dari setiap masalah yang

berakaitan, tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap

perempuan tersebut, seperti apa yang diperkirakan akan terjadi

berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling dan apakah perlu

merujuk klien bila ada masalah-masalahyang terkait dengan sosial

ekonomi, kultural, atau masalah psikologis.

Adapun rencana tindakan yang dilakukan pada Ny.”C” mulai hari

pertama, kedua serta hari kedelapan yang dilakukan berdasarkan

diagnosa yang ditegakkan seperti memantau tanda-tanda vital, anjurkan

66
ibu untuk makan sedikit tapi sering dan minum banyak air putih,

menghindari makanan yang berminyak, pedas dan berlemak,gizi ibu

hamil, personal hygiene istirahat yang cukup, menganjurkan ibu untuk

pola diet tentang makanan hiperemesis gravidarum tingkat 1, anjurkan ibu

untuk mengkomsumsi obat yaitu Folamil: 1x1 dan Nobor : 2x1, anjurkan

ibu untuk tidak melakukan pekerjaan yang berat, anjurkan keluarga agar

selalu memberi dukungan dan motifasi kepada ibu, anjurkan ibu untuk

selalu melakukan ANC yang teratur, memberikan informasi kepada ibu

tentang 9 tanda-tanda bahaya kehamilan seta anjurkan ibu untuk datang 2

minggu kedepan.

Jadi ini menunjukkan adanya kesamaan antara tinjauan pustaka dan

studi kasus dimana pada tahap ini, perencanaan membuat asuhan

kebidanan pada ibu mulai dari tujuan yang hendak dicapai serta kriteria

keberhasilan dan intervensi. Pada kasus ini tidak ditemukan kesenjangan

penanganan antara tinjauan pustaka dan intervensi yang diberikan.

Langkah VI : Implementasi

Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh dalam langkah

kelima harus dilaksanakan secara efesien dan ama. Perencanaan ini bisa

dilakukan seluruhnya oleh bidan, atau sebagian dilakukan oleh bidan dan

sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Jika bidan

tidak melakukan sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk

mengarahkan pelaksanaanya, memastikan langkah-langkah tersebut

benar-benar terlaksana. Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi

67
dengan dokter, untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, maka

keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah

bertanggung jawab terhadap pelaksanaanya rencana asuhan bersama

yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efesien akan menyingkay

waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dan asuhan klien.

Adapun rencana tindakan yang dilakukan pada Ny”C” mulai hari

pertam, kedua serta hari kedelapan yang dilakukan berdasarkan diagnosa

yang di tegakkan seperti memantau tanda-tanda vital, anjurkan ibu untuk

makan sedikit tapi sering dan minum banyak air putih, menghindari

makanan yang berminyak, pedas dan berlemak,gizi ibu hamil, personal

hygiene istirahat yang cukup, menganjurkan ibu untuk pola diet tentang

makanan hiperemesis gravidarum tingkat 1, anjurkan ibu untuk

mengkomsumsi obat yaitu Folamil: 1x1 dan Nobor : 2x1, anjurkan ibu

untuk tidak melakukan pekerjaan yang berat, anjurkan keluarga agar

selalu memberi dukungan dan motifasi kepada ibu, anjurkan ibu untuk

selalu melakukan ANC yang teratur, memberikan informasi kepada ibu

tentang 9 tanda-tanda bahaya kehamilan seta anjurkan ibu untuk datang 2

minggu kedepan.

Rencana tindakan yang sudah dibuat pada Ny.”C” sudah dilaksanakan

seluruhnya serta tidak ada kesenjangan antara teori dengan studi kasus

dan didalam pelaksanaan asuhan kebidanan penulis tidak menemukan

hambatan yang berarti karena adanya kerjasama dan penerimaan yang

68
baik dari klien dan keluarga serta dukungan, bimbingan dan arahan dari

pembimbing di lahan praktek.

Langkah VII: Evaluasi Asuhan Kebidanan

Pada langkah ini, dilakukan evaluasi evektifitas dari asuhan yang

sudah diberikan, meliputuh pemenuhan kebutuhan akan bantuan, apakah

benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebgaimana telah

diidentifikasi dalam maslah dan diagnosis. Rencana tersebut dapat

dianggap efektif jika memang benar dan efektif dalam pelaksanaanya.

Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut lebih efektif.

Mengingat bahwa proses manajemen asuhan kebidanan merupakan

suatu hasil pola pikir bidan yang berkesinambungan, perlu diulang kembali

dari awal, setiap asuhan yang tidak efektif melalui proses manajemen

untuk mengidentifikasi mengapa prose manajemen tidak efektif serta

melakukan penyesuaian pada rencana asuhan tersebut. Langkah-langkah

prose manajemen pada umumnya merupakan pengkajian yang

memperjelas proses pemikiran yang memengaruhi tindaka serta

berorientasi pada proses klinis. Karena proses manajemen tersebut

berlangsung didalam situasi dan dua langkah yang terakhir tergantung

pada klien dan situasi klinik, maka tidak mungkin proses menajemen ini

dievaluasi dalam tulisan saja.

Hasil evaluasi setelah perawatan dari tanggal 02 - 03 dan Tanggal

08 Juli 2014 yaitu:

1. Keadaan umum ibu membaik.

69
2. Ibu tidak mengalami mual dan muntah lagi

3. Nafsu makan ibu mulai membaik.

4. Ibu tidak merasakan nyeri pada ulu hati

5. Mata masih tampak cekung

6. Ibu mengerti dengan penjelasan dan anjuran yang diberikan.

Dari hasil yang diperoleh diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian

masalah dapat teratasi dengan baik tetapi tidak menutup kemungkinan

masalah itu akan muncul kembali sehingga memerlukan perawatan dan

pengawasan yang lebih lanjut.Serta tidak ada kesenjangan antara teori

dengan studi kasus

70
BAB V

PENUTUP

Setelah penulis membahas dan menguraikan kasus pada Ny. "C"

dengan keluhan hiperemesis gravidarum tingkat 1 di BLUD RS Benyamin

Guluh Kolaka tanggal 02-03 dan tanggal 08 Juli 2015, maka dalam Bab ini

penulis menarik kesimpulan dan membuat saran sebagai berikut :

A. Kesimpulan

1. Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan

Pada wanita hamil yang terjadi kira-kira sampai umur kehamilan 20

minggu sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan

umumnya menjadi buruk sehingga terjadi dehidrasi

2. Penyebab dari hiperemesis gravidarum belum dapat ditentukan

dengan pasti namun diduga faktor yang amat berperan adalah

faktor hormonal, factor-faktor predisposisi serta factor psikologi.

3. Hiperemesis gravidarum jika diberikan penanganan yang lebih baik

dan lebih awal akanl ebih cepat mengatasi morbiditas dan dapat

mencegah terjadinya mortalitas bagi ibu dan janin.

4. Berdasarkan praktek yang dilaksanakan di BLUD RS Benyamin

Guluh Kolaka dalam memberikan asuhan kebidanan pada kasus

hiperemesis gravidarum tingkat I pada Ny”C” menunjukkan tidak

ada kesenjangan dengan teori yang telah ada. Hal ini dapat dilihat

dari awal pengkajian sampai pada evaluasi dan pendokumentasian

71
asuhan kebidanan yang diberikan pada klien tersebut dapat

terlaksana dengan baik dan didukung oleh kerjasama yang baik

antara klien, tim paramedis, dan tim medis (dokter).

B. Saran

1. Saran bagi ibu hamil

a. Diharapkan ibu hamil rajin memeriksakan diri selama hamil dan

bersedia melaksanakan nasehat serta anjuran yang diberikan

kesehatan yang diberikan oleh petugas kesehatan.

b. Pentingnya kematangan fisik dan mental ibu dalam setiap

kehamilan agar status kesehatan ibu dan janin tetap optimal.

2. Saran Petugas Kesehatan

Sebagai seorang petugas kesehatan khususnya bidan diharapkan

dapat mengetahui tanda dan gejala hiperemesis gravidarum

sehingga dapat mendeteksi lebih awal tanda dan gejala

hiperemesis gravidarum dan dapat segera mengambil keputusan

klinik yang tepat.

72
DAFTAR PUSTAKA

Asrinah, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan. Yogyakarta:


Graha Ilmu.

Fauziah, Yuia. 2012. Obstetri Patologi untuk Maha Kebidanan dan


Keperawatan.Yogyakata: Nuha Medika.

Desiarianti22. 2015. Asuhan Kebidanan Hiperemesis Gravidarum.Padang:


(https://desiarianti22.wordpress.com/2015/02/19/asuhan-
kebidanan-hiperemesis-gravidarum/). (Tanggal diakses Tgl 30 Mei
2015)

Joylan, ishak.2014.Gambaran Karakteristik Ibu Hamil Tentang Kejadian


Hiperemesis Gravidarum. Bulukumba:
(http://ishaknur06.blogspot.com/2014/08/gambaran-karakteristik-
ibu-hamil.html). ( Tanggal diakses 30 Mei 2015

Segagau,Rafita Sari. 2013.Kti Hiperemesis Gravidarum Tk 1. Lampung:


(http://rafitasarisegagauakbidadilaangkatan5.blogspot.com/2013/07/
asuhan-kebidanan-ibu-hamil-pada-ny-s.html). (Tgl diakses 01 Juni
2015)

Togala,Fatmawati.2015 Asuhan Kebidanan pada Ny “B” dengan


Hiperemesis Gravidarum Tingkat 1 di Rskd Sitti Fatimah Makassar
Muna:(http://www.slideshare.net/septianraha/kti-wa-ode-eminur-
fatmawati-togala). (Tgl 01 Juni 2015)

Hutahaean, Serri. 2013.Perawatan Antenatal.Jakata: Salemba Medika.

Mochtar, Rustam. 2011. Sianosis Obstetri Jilid 1. Jakarta:


Kedokteran ECG.

Norma, dkk. 2013.Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta: Nuha Medika.

Prawirohardjo,Sarwono.2011.Ilmu Kebidanan. Jakarta: P.T. Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.

Prawirohardjo,Sarwono.2011.Ilmu Kandungan Edisi Ketiga. Jakarta: P.T.


Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Pudiastuti, Ratna. 2012. Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil Normal dan
Patologi.Yogyakarta: Nuha Medika.

Rahmawati, Eni Nur. 2011. Ilmu Praktis Kebidanan. Surabaya: Victory Inti
Ciptu.

73
Rukiyah, Ai Yeyeh & Yulianti,lia. 2010.Asuhan Kebidanan IV Patologi
Kebidanan. Jakarta: Trans Info Media

Tresnawati, Frisca.2012.Asuhan Kebidanan Panduan Lengkap Menjadi


Bidan Profesional. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

74

You might also like