Professional Documents
Culture Documents
“HIPERTIROID”
Penyusun:
Vivi Silvia Santoso 2009.04.0.0094
Yonathan Arief 2010.04.0.0123
Pembimbing:
Dr. dr. Koernia Swa Oetomo, Sp.B., FINACS.FICS(K) Trauma
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HANG TUAH
SURABAYA
2016
1
LEMBAR PENGESAHAN
Referat Ilmu Bedah
Hipertiroid
2
KATA PENGANTAR
Penyusun
3
DAFTAR ISI
4
DAFTAR GAMBAR
5
BAB 1
PENDAHULUAN
6
Ada beberapa cara untuk mengobati hipertiroid, di antaranya obat-
obatan anti-tiroid, radioaktif iodin (RAI), pembedahan yaitu tiroidektomi, serta
beta blocker. Namun sebelum memilih terapi yang tepat, harus
dipertimbangkan dulu usia, kesehatan secara keseluruhan, keparahan gejala,
serta etiologi yang spesifik (Jennifer, 2015)
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
8
Kelenjar tiroid dibungkus oleh kapsula fibrosa tipis, yang mengirim
septa-septanya secara dalam ke dalam kelenjar. Jaringan ikat padat
menempel terhadap kapsula fibrosa tersebut ke kartilago krikoid dan cincin
trakea (Moore, 2007).
9
Persarafan kelenjar tiroid berasal dari ganglion simpatetik servikalis.
Saraf-saraf ini mencapai kelenjar melalui plexus periarterial tiroidea superior
dan inferior dan plecus cardiacus. Sabut-sabut ini bersifat vasomotor,
menyebabkan konstriksi dari pembuluh darah. Sekresi endokrin kelenjar tiroid
diatur oleh kelenjar pituitari. (Moore, 2007)
10
2.2 Histologi Kelenjar Tiroid
11
Folikel-folikel tiroid menyimpan tiroglobulin, suatu glikoprotein
teriodinasi, bentuk simpanan dari tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3). Folikel
tersebut dibatasi sel-sel epitel yang bertanggung jawab dalam sintesis
glikoprotein dan mengubah iodida jadi iodin. Ketika hormon tiroid aktif
dibutuhkan, sel epitel tiroid yang sama membersihkan koloid tiroid yang
tersimpan dan melepaskan T3 dan T4. Ketika inaktif, sel epitel tiroid menjadi
selapis pipih atau kubis, tetapi ketika aktif mensisntesis atau mensekresi
hormon tiroid yang bersifat silindris.
12
Pembentukan dan Sekresi Hormon Tiroid
13
5. Proteolisis
TSH yang diproduksi oleh hipofisis anterior akan merangsang
pembentukan vesikel yang di dalamnya mengandung tiroglobulin. Atas
pengaruh TSH, lisosom akan mendekati tetes koloid dan mengaktifkan
enzim protease yang menyebabkan pelepasan T3 dan T4 serta
deiodinasi MIT dan DIT (Bruncardi, 2014).
6. Deiodinasi
Proses ini menghasilkan iodida yang digunakan kembali untuk sintesis
hormon (Bruncardi, 2014). T4 dan T3 mengalami deiodinasi di hati,
ginjal, dan banyak jaringan lain (Ganong, 2006).
7. Pengeluaran hormon kelenjar tiroid (releasing)
Proses ini dipengaruhi TSH. Hormon tiroid ini melewati membran basal
dan kemudian ditangkap oleh protein pembawa yang telah tersedia di
sirkulasi darah yaitu Thyroid Binding Protein (TBP) dan Thyroid
Binding Pre Albumin (TBPA). Hanya 0,02% hormon tiroid yang bebas
(tidak terikat) dan secara fisiologi merupakan komponen aktif. T 3 lebih
lebih berpotensi dibanding T4 meskipun kadar dalam plasma lebih
rendah. T3 berikatan lemah terhadap protein plasma dibanding T 4
sehingga lebih siap memasuki jaringan. T3 lebih aktif dibanding T4
(Bruncardi, 2014).
Sekresi hormon tiroid dikontrol oleh hipotalamus-kelenjar pituitari-tiroid.
Hipotalamus memproduksi thyrotropin releasing hormone (TRH) yang
menstimulasi pituitary melepaskan TSH atau thyrotropin. Sekresi TSH
oleh hipofisis anterior juga diregulasi melalui umpan balik negatif oleh
T4 dan T3. Pitutari mempunyai kemampuan mengubah T 4 menjadi T3.
T3 juga menghambat pelepasan TRH (Bruncardi, 2014).
Kelenjar tiroid memiliki kemampuan autoregulasi sehingga ketika
intake iodida rendah, kelenjar lebih mensintesis T3 dibanding T4
dengan demikian secara efisien meningkatkan sekresi hormon.
Apabila kelebihan hormon tiroid, transpor iodida, sintesis dan sekresi
14
hormon tiroid dihambat. Apabila kelebihannya dalam jumlah yang
besar akan menyebabkan peningkatan organifikasi, yang diikuti
dengan supresi, yang disebut fenomena Wolff-Chaikoff effect
(Bruncardi, 2014).
2.4 Hipertiroid
2.4.1 Definisi hipertiroid
Hipertiroid adalah suatu kondisi di mana kelejar tiroid memproduksi
hormon tiroid secara berlebihan. Tirotoksikosis adalah kondisi toksik yang
disebabkan karena hormon tiroid yang berlebihan di sirkulasi pembuluh darah
oleh karena beberapa penyebab (Mathur, 2015).
Definisi lain menyebutkan hipertiroid adalah kumpulan gangguan yang
diakibatkan oleh kelebihan sintesis dan sekresi hormon tiroid oleh kelenjar
tiroid, yang dapat mengakibatkan kondisi hipermetabolik. Bentuk-bentuk
hipertiroid yang banyak antara lain diffuse toxic Goiter (Grave’s Disease),
toxic multinoduler goiter (Plummer disease), dan toxic adenoma (Lee, 2014).
15
2.4.2 Regulasi hormon tiroid
16
tiroid yang beredar di pembuluh darah berlebihan, hipofisis menurunkan
produksi TSH sehingga produksi hormon juga menurun (Fox, 2006).
2.4.3 Etiologi
a. Grave’s disease
Grave’s disease adalah penyebab terbanyak dari hipertiroid, sekitar 60-80%
dari semua kasus. Grave’s disease adalah suatu penyakit autoimun di mana
terdapat suatu antibodi thyroid stimulating immunoglobulin (TSI antibodies)
yang merangsang kelenjar tiroid untuk mensintesis dan mensekresi hormon
tiroid secara berlebihan (Reid, 2008). Hasilnya adalah produksi yang
berlebihan dari T3 dan T4, pembesaran kelenjar tiroid, dan peningkatan
uptake iodida. Pada kondisi ini kelenjar tiroid kehilangan kemampuan untuk
merespon kontrol dari hipofisis melalui TSH. Yang dapat memicu Grave’s
disease antara lain stress, merokok, radiasi pada leher, obat-obatan, dan
agen infeksius (Lights, 2015).
Oftalmopati merupakan manifestasi pertama dari penyakit ini dan
gejalanya mulai dari perubahan tajam penglihatan atau mata kering hingga
proptosis yang jelas. Selain itu pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan
myxedema pada regio pretibial. Pada awalnya Grave opthalmopathy
menyebabkan sensitif mata terhadap cahaya (fotofobia) dan rasa berpasir
pada mata, kemudian mata menonjol dan penglihatan jadi ganda (Bruncardi,
2014). Seperti penyakit autoimun lainnya, kondisi ini cenderung menyerang
beberapa anggota keluarga. Grave’s disease lebih sering terjadi pada wanita
daripada pria, dan lebih cenderung terjadi pada pasien yang lebih muda.
17
Gambar 2.7 Grave opthalmopathy
(http://www.aboutcancer.com/graves_nejm_0309.htm)
c. Toxic adenoma
Toxic adenoma nodul autonomik yang ditemukan lebih banyak pada usia
muda dan daerah kekurangan iodin. Satu nodul atau benjolan pada tiroid
dapat memproduksi hormone tiroid lebih, sehingga dapat menyebabkan
hipertiroid. Gangguan ini tidak diturunkan (Anonim, 2012). Pembesaran
noduler terjadi pada usia dewasa muda sebagai suatu struma yang
nontoksik. Bila tidak diobati, dalam 15-20 tahun dapat menjadi toksik.
Pertama kali dibedakan dari Grave disease oleh Plummer, sehingga disebut
juga Plummer’s disease (Bruncardi, 2014).
18
d. Thyroiditis
Inflamasi kelenjar tiroid yang biasanya disebabkan oleh virus dan ditandai
dengan pembesaran kelenjar tiroid yang nyeri, sehingga menyebabkan
pelepasan sejumlah besar hormon tiroid dalam darah. Tiroid biasanya
menyembuh sendiri dalam beberapa bulan (Anonim, 2012).
f. Tumor
2.4.4 Epidemiologi
19
2.4.5 Patofisiologi
20
21
Gambar 2.8 Patofisiologi hipertiroid (Pong, 2013)
22
- Kelelahan
- Sering BAB, mungkin diare
- Palpitasi
- Intoleransi terhadap panas
- Berkeringat berlebihan
- Iritabilitas
- Mual, muntah
- Terganggunya periode menstruasi
- Gangguan mental
- Kelemahan otot
- Kecemasan
- Masalah fertilitas
- Nafas dangkal
- Paralisis tiba-tiba
- Tremor
- Perubahan penglihatan
- Kehilangan BB atau bisa juga bertambah BB
- Pusing
- Rambut menipis
- Gatal
- Kemungkinan naiknya gula darah
23
Pasien dengan Grave’s disease secara klinis dapat terjadi oftalmopati
dan dermopati. Hal ini ditandai dengan adanya deposisi glikosaminoglikan
yang menyebabkan penebalan kulit regio pretibial dan dorsum pedis.
Penyakit mata infiltratif menyebabkan edema periorbital, pembengkakan
konjungtiva, kemosis, proptosis, terbatasnya penglihatan atas dan lateral. Hal
ini disebabkan karena pembengkakan otot ekstraokuler dan orbita oleh
karena akumulasi air dan glikosaminoglikan yang disekresi oleh fibroblas
(Bruncandi, 2014).
24
2.4.7 Diagnosis hipertiroid
1. Pemeriksaan fisik
Tirotoksikosis dari Grave’s disease berhubungan dengan
membesarnya kelenjar tiroid, kadang-kdang dapat terdengar bruit
dengan memakai bell dari stetoskop. Toxic multinoduler goiter
secara umum terjadi ketika kelenjar tiroid membesar setidaknya 2-3
kali dari ukuran normal. Kelenjar bersifat lunak, tapi nodul yang
soliter kadang-kadang dapat dipalpasi. Karena kebanyakan nodul
tiroid tidak dapat dipalpasi, harus dibuktikan lewat USG tiroid, tapi
nodul tiroid yang overaktif dapat dibuktikan hanya dengan nuclear
tiroid imaging dengan radioiodine (I-123) atau technetium (Tc99m)
thyroid scan (Lee, 2014).
Opthalmologic dan dermatologic examination
Sekitar 50% pasien dengan Grave tirotoksikosis memiliki
oftalmopati ringan, sering hanya bermanifestasi sebagai periorbital
edema, tapi juga dapat jadi edema konjungtiva (chemosis),
extraocular muscle dysfunction (diplopia), dan proptosis. Bukti
adanya thyroid eye disease dan tingginya hormon tiroid
mengkonfirmasi diagnosis Grave’s disease.
25
Pada kasus yang jarang, Grave disease dapat mempengaruhi kulit
dengan adanya deposisi glikosaminoglikan di dermis pada kaki
bawah. Hal ini menyebabkan nonpitting edema, yang biasanya
berhubungan dengan eritema dan penebalan kulit tanpa nyeri.
26
- Amati leher dan lakukan penilaian kontur, simetris atau tidaknya
kelenjar tiroid
PALPASI
Palpasi dari depan:
- Meminta pasien untuk mengangkat kepala tapi jagan sampai m.
sternocleidomastoid tegang
- Raba isthmus tiroid (di bawah kartilago krikoid) dengan jari telunjuk
dan jari tengah
- Minta pasien untuk menelan, rasakan isthmus tiroid yang lunak
terangkat ke atas menyentuh di bawah jari telunjuk
- Geser jari-jari ke lateral sampai batas anterior m. sternocleidomastoid
- Menilai lobus lateral, sebelum dan saat pasien menelan
- Meminta pasien untuk fleksi ringan dan sedikit miring ke kanan
- Tempatkan ibu jari kanan pada bagian bawah kartilago tiroid dan
dorong ke arah kanan pasien
- Kaitkan jari telunjuk dan tengah kiri di belakang m. sternocleidomastoid
dan raba bagian depan otot ini dengan ibu jari kiri
- Menilai lobus lateral pada saat pasien menelan
- Lakukan pada sisi satunya
Palpasi dari belakang
- Dari belakang pasien, tempatkan jari-jari secara natural pada
permukaan anterior tiroid dan rabalah
- Meminta pasien menegakkan kepala (ekstensi ringan)
- Tempatkan ibu jari pada tengkuk pasien, temukan kartilago krikoid dan
raba isthmus tiroid di bawah kartilagi krikoid
- Meminta pasien untuk menelan
- Geser jari-jari ke arah lateral dan nilai lobus lateral saat menelan.
- Meminta pasien untuk fleksi ringan dan miring ke kanan.
- Dorong kartilago tiroid ke kanan dengan jari-jari kiri.
27
- Tempatkan ibu jari kanan di belakang m. sternocleidomastoid dan raba
kelenjar tiroid dengan jari telunjuk dan tengah
- Minta pasien untuk menelan
AUSKULTASI
Bila kelenjar tiroid membesar, lakukan auskultasi pada lobus lateral
kelenjar tiroid untuk mendengarkan bruit.
Klasifikasi awal:
Derajat 0 : tidak teraba struma
Derajat IA : teraba struma tapi tidak terlihat
Derajat IB : teraba struma tapi baru dapat dilihat bila posisi kepala
menengadah
Derajat II : struma terlihat pada posisi biasa
Derajat III : struma mudah dilihat pada posisi biasa dari jarak yang
agak jauh
Derajat IV : struma yang amat besar
Untuk membedakan hipertiroid dengan penyebab yang lain dari
tirotoksikosis, Radioactive Iodine Uptake (RAIU) dapat dilakukan.
Hipertiorid memiliki RAIU yang tinggi sementara etiologi yang lain
rendah dan hampir tidak ada (Mary, 2014).
a. Evaluasi klinis
Diagnosis hipertiroid dengan berdasarkan tanda dan gejala klinis
dapat ditegakkan dengan penilaian indeks Wayne:
28
Interpretasi hasil:
>19 = toxic
11-19 = equivocal
<11 = eutiroid toxic
b. Pemeriksaan penunjang
Serum TSH
Pengukuran serum TSH memiliki sensitivitas dan spesifitas
tertinggi dari tes darah tunggal. Tes ini digunakan sebagai tes
skrining yang penting untuk hipertiroid. Pada keadaan
hipertiroid, serum TSH akan lebih rendah dari 0,01 mU/L atau
bahkan tidak terdeteksi (Paz-Pacheco, 2012).
Kadar T3 dan T4
Untuk menilai keparahan dari kondisi dan meningkatkan akurasi
diagnostik, baik TSH dan T4 bebas harus dinilai pada saat
evaluasi awal. Pada hipertiroid biasanya serum T3 dan T4
bebas meningkat. Pada hipertiroid yang lebih ringan, serum T4
dan T4 bebas mungkin normal, hanya serum T3 yang mungkin
29
naik, dan serum TSH akan kurang dari 0,01 mU/L disebut T3
tirotoksikosis (Paz-Pacheco, 2012).
Kadar T4 total selama kehamilan normal dapat meningkat
karena peningkatan kadar TBG oleh pengaruh estrogen.
Namun peningkatan kadar T4 total di atas 190 nmol/L (15
ug/dL) menyokong diagnosis hipertiroid, Pemeriksaan kadar T4
dan T3 bebas merupakan prosedur yang tepat karena tidak
dipengaruhi oleh peningkatan TBG. Beberapa peneliti
melaporkan bahwa kadar T4 dan T3 bebas sedikit menurun
pada kehamilan, sehingga kadar yang normal saja mungkin
sudah menunjukkan hipertiroid (Siraj, 2008).
30
2. Pemeriksaan penunjang
Radionuclide Imaging
Kedua yodium 123 (123i) dan yodium 131 (131I) digunakan untuk
menggambarkan kelenjar tiroid. 123i memancarkan radiasi
berdosis rendah, memiliki sebuah waktu paruh dari 12-14 jam, dan
digunakan untuk menggambarkan tiroid lingual atau gondok.
Sebaliknya, 131I memiliki paruh waktu 8-10 hari dan mengarah ke
paparan radiasi dengan dosis tinggi. Oleh karena itu, isotop ini
digunakan untuk menyeleksi dan mengobati pasien dengan kanker
tiroid yang berdiferensiasi untuk penyakit metastasis. Gambar yang
diperoleh oleh studi ini tidak hanya memberikan informasi tentang
ukuran dan bentuk kelenjar, tetapi juga aktivitas distribusi
fungsional. Daerah yang kuarang menangkap radioaktivitas dari
kelenjar sekitarnya disebut cold, sedangkan daerah yang
menunjukkan peningkatan aktivitas yang disebut hot. Resiko
keganasan lebih tinggi pada lesi “cold” (20%) dibandingkan dengan
lesi "hot" atau "warm" (<5%). Technetium Tc 99m pertechnetate
(99mTc) diserap oleh kelenjar tiroid dan semakin sering digunakan
untuk evaluasi tiroid. Isotop ini diserap oleh mitokondria, tetapi tidak
organified. Hal ini juga memiliki keuntungan yakni memiliki waktu
paruh yang lebih pendek dan meminimalkan paparan radiasi. Hal
ini sangat sensitif untuk metastasis kelenjar. Baru-baru ini, 18F-
31
diperiksa dengan USG dan aspirasi biopsi jarum halus (FNAB)
(Bruncardi, 2014).
USG
USG adalah studi pencitraan noninvasif baik dan portabel dari
kelenjar tiroid dengan keuntungan tambahan dari tidak adanya
paparan radiasi. Hal ini membantu dalam evaluasi nodul tiroid,
membedakan nodul solid dan yang kistik, dan memberikan
informasi tentang ukuran dan multicentricity. USG juga dapat
digunakan untuk menilai limfadenopati servikal dan untuk
menuntun FNAB. Sebuah ultrasonographer yang berpengalaman
diperlukan untuk hasil terbaik (Bruncardi, 2014).
32
2.4.7 Penatalaksanaan
Pengobatan Umum:
1) Istirahat.
2) Diet.
Diet harus tinggi kalori, protein, multivitamin serta mineral. Hal ini
antara lain karena terjadinya peningkatan metabolisme, keseimbangan
nitrogen yang negatif dan keseimbangan kalsium yang negatif (Bruncardi,
2014).
3) Obat penenang.
Pengobatan Khusus
1) Obat antitiroid.
33
yodium dan penggabungan iodotirosin (diemediasi oleh TPO). Selain itu, PTU
juga menghambat konversi perifer T4 menjadi T3, sehingga obat ini berguna
untuk pengobatan Thyroid Storm/Crisis. Kedua obat dapat menembus
plasenta, sehingga menghambat fungsi tiroid fetus, dan obat ini juga
dieksresikan melalui air susu ibu meskipun PTU mempunyai resiko yang lebih
rendah untuk ditransfer secara transplasental. Metimazol juga dikaitkan
dengan terjadinya kelainan kongenital berupa aplasia. Oleh karena itu, PTU
lebih sering digunakan pada wanita hamil dan menyusui. Efek samping yang
bisa didapatkan adalah granulositopenia reversibel, ruam kulit, demam,
neuritis perifer, poliarteritis, vaskulitis, dan agranulositosis serta anemia
aplastik. Pasien harus dipantau untuk kemingkinan terjadinya komplikasi dan
harus diperingatkan untuk menghentikan PTU atau metimazol dengan segera
jika kemudian pasien mengalami nyeri tenggorokan dan demam (Anonim,
2012).
Dosis obat antitiroid harus dititrasi setiap 4 minggu sampai fungsi tiroid
normal. Beberapa pasien dengan Graves disease dapat menjadi remisi
setelah pengobatan selama 12–18 bulan dan obat dapat dihentikan.
Setengah dari pasien yang menjadi remisi dapat mengalami kekambuhan
pada tahun berikutnya (Lee, 2014).
34
1. MMI mempunyai waktu paruh dan akumulasi obat yang lebih lama
dibanding PTU di clalam kelenjar tiroid. Waktu paruh MMI ± 6 jam
sedangkan PTU + 11 /2 jam.
3. MMI tidak terikat albumin serum sedangkan PTU hampir 80% terikat
pada albumin serum, sehingga MMI lebih bebas menembus barier plasenta
dan air susu, sehingga untuk ibu hamil dan menyusui PTU lebih dianjurkan
(Lee, 2014).
2) Yodium
35
escape mechanism dari kelenjar yang bersangkutan, sehingga meski sekresi
terhambat sintesa tetap ada. Akibatnya terjadi penimbunan hormon dan pada
saat yodium dihentikan, timbul sekresi berlebihan dan gejala hipertiroidi
menghebat (Lee, 2014).
36
− pengurangan tremor
4) Levotiroksin (L-tiroksin)
5) Tindakan pembedahan
37
pada tiroidektomi meliputi pasien dengan perokok, Graves ophthalmopathy
sedang hingga berat, pasien yang meginginkan control cepat sehingga
segera menjadi eutiroid.Wanita hamil merupakan kontra ndikasi relatif dari
pembedahan, dan pembedahan dilakukan hanya ketika dibuthkan kontrol
cepat dan obat anitiroid tidak dapat digunakan. Pembedahan yang paling
baik dilakukan pda trimester dua (Bruncardi, 2014). Tindakan pembedahan
sangat direkomendasikan pada kasus toxic multinodular goiter dan toxic
adenoma. Tiroidektomi subtotal merupakan bentuk penanganan hipertiroid
yang terlama. Tiroidektomi totdal dan kombinasi dari hemitiroidektomi dan
tiroidektomi subtotal kontralateral dapat digunakan (Lee, 2014).
38
operasi maupun setelah operasi Meskipun tiroidektomi bisa dilakukan saat
kehamilan, banyak ahli yang menyatakan sebaiknya tindakan tiroidektomi
ditunda hingga paska persalinan (Lee, 2014).
a. Subtotal Lobektomi
Pengangkatan nodul tiroid beserta jaringan tiroid sekitar pada satu
sisi,dengan meninggalkan sebanyak kurang lebih 4-7 gram jaringan
tiroid normal pada bagian dekat n. rekurens. Operasi dilakukan pada
tonjolan jinak tiroid.
b. Total Lobektomi
Pengangkatan nodul tiroid dengan jaringan tiroid
sepenuhnya.Operasi ini dilakukan pada tonjolan jinak yang
mengenai seluruh jaringan tiroid satulobus, atau pada tonjolan tiroid
dengan hasil pemeriksaan FNA-B menunjukkan suatu neoplasma
folikuler. Bila hasil pemeriksaan histo PA dari specimen
menunjukkan keganasan tiroid, maka tindakan lobektomi total sudah
dianggap cukup pada penderita dengan faktor prognostik yang baik.
c. Subtotal tiroidektomi
Pengangkatan nodul tiroid beserta jaringan tiroid sekitarnya pada
kedua sisi, dengan meninggalkan kurang lebih 4-7 gram jaringan
tiroid normal.
d. Near total tiroidektomi
Pengangkatan nodul tiroid beserta seluruh jaringan tiroid pada satu
sisi disertai pengangkatan sebagian besar jaringan tiroid sisi
kontralateral dengan menyisakan sekitar 5 gram pada sisi
tersebut.operasi ini dilakukan pada tonjolan jinak tiroid yang
39
mengenai seluruh jaringan tiroid satu lobus dan sebagian jaringan
tiroid kontralateral.
e. Total tiroidektomi
Pengangkatan nodul tiroid beserta seluruh jaringan tiroid.Operasi ini
dikerjakan pada karsinoma tiroid diferensiasi tidak baik terutama bila
disertai adanya faktor prognostik yang jelek
Teknik yang dijelaskan mengacu pada diseksi kapsular dari lobus tiroid
yang bisa meluas hingga tiroidektomi total.
40
Membuat insisi vertical di garis tengah leher pada fascia colli dari
cartilage thyroid sampai supra sternal notch.
Memisahkan M. Sternothyroideis secara longitudinal dengan struktur di
bawahnya dengan jari telunjuk dan kemudian disisihkan ke lateral.
Tampak Kapsula chirrugis glandula thyroid dan M. Sternothyroid.
Membuat insisi pada kapsula chirrugis, memisahkan dari stuktur di
bawahnya secara tumpul dengan jari-jari kemudian ditarik ke lateral.
Untuk dissectie sebelah lateral dan posterior di bawah fascia ini harus
hati-hati adanya kemungkinan perlukaan pada V. thyroid media. Maka
tampaklah Gl . thyroidea
Dengan jari-jari lobus lateralis kanan kelenjar thyroid ditarik kemedial
dan V. Thyroidea media diklem dan diligasi barulah dipotong
Lobus lateralis kanan kelenjar thyroid ditarik kekiri bawah dan M.
Sterno hyoideus dan M. Sternothyroideus kanan ditarik kekanan atas
untuk mengexpose pol. Superior lob. Lateralis kanan kel. Thyroid ini.
Kemudian vascular pedicle superior kel. Thyroid sebelah kanan
dimobilisir dengan cara : tajam pada sebelah medialnya dengan klem,
tajam pada sebelah profundusnya yg relative lekat dengan struktur
dibawahnya. Kemudian masukkan jari telunjuk tangan kiri kedalam
ruangan profundus polus superior tersebut yang dibatasi sebelah
profundus oleh Vert. cervicalis, sebelah lateral A. Carotis. Dengam
jari-jari polus superior ini dibebaskan seluruhnya dari jaringan
sekitarnya.
Setelah R. externus n. laryngeus Sup. diindentifikasi dan
diselamatkan, maka Vasa thyroidea superior dipegang dengan klem
pada 2 tempat dan diligasi sebelah luar dari klem tersebut dengan zide
atau catgut yg kuat, kemudian dipotong diantara kedua klem diatas.
Untuk lebih safe maka buat ligasi lagi pada sebelah proximal dari ligasi
proximal vasa thyroidea superior.
41
Melakukan dissectie jaringan ikat kendor yang dibatasi oleh kelenjar
thyroid sebelah medial dari a. rotis disebelah lateral untuk mencari a.
thyroidea inferior. Setelah didapat maka lingkari dengan zyde atau
catgut yang kuat yang masih dilonggarkan lebih dulu. Kemudian
vascular pedicle inferior dibebaskan dari jaringan sekitarnya secara
tumpul.
Setelah bebas vascular pedicle inferior ini dipegang dengan
klem kemudian diligasi lalu dipotong seperti vasculair pedicle superior
diatas.
Polus superior dan polus inferior lateralis kanan kelenjar thyroid yang
telahbebas ini disatukan kemudian lobus lateralis kanan ditarik ke
medial. Jalann. laryngeus inferior kanan dan hubungannya dengan
kelenjar parathyroidea superior dapat dilihat
Jaringan ikat kendor yang mengikat kelenjar thyroid kee lig.
Cricothyroid yang disebut suspensorium dipegang dengan dengan dua
klem dan dipotong di antara di kedua klem tersebut
Kemudian kelenjar thyroid dapat dipotong (subtotal /partial resecti).
Pada Subtotal thyroidectomy bilateral/ unilateral sisa lobus kelenjar
thyoid dijahitkan fascia prethrtacealis dengan zyde.
Operasi pada lobus lateralis kanan untuk total thyroidektomy
dilanjutkan, bila terdapat a. thyroidea ima dipegang dengan dua klem
diligasi kemudian dipotong. Isthmus kelenjar thyroid dipisahkan
dengan permukaan anterior trachea secara tumpul yatu masukkan
klem arteri yang bengkok diantara isthmus dan trachea dari bawah
keatas kemudian dibuka ditutup secara berganti. Lalu isthmus
dipegang dengan dua klem diligasi dan dipotong.
Lobus lateralis kanan kel. Thyroid kemudian dibebaskan seluruhnya
dari jaringan yang masih melekat padanya
Bila kedua lobus lateralis kel. Thyroid akan dipotong maka prosedur ini
diulangi pada sisi kiri
42
M. sternothyroid kanan dan kiri dijahit kembali juga m. sternohyoid
dijahit kembali dengan zyde. Bila perlu drain dipasang.
Fascia colli dijahit dengan baik
M.platysma dan kulit kemudian ditutup, operasi selesai
Gambar 2.14Tiroidektomi
(http://epomedicine.com/medical-students/thyroidectomy-basics. Diakses 5
Oktober 2015 Pukul 23.15 WIB
43
2.4.8 Komplikasi
1. Masalah jantung.
2. Osteoporosis.
3. Masalah mata.
44
5. Krisis tirotoksik.
2.4.9 Prognosis
45
Peningkatan laju resorpsi tulang terjadi. Kehilangan tulang, diukur
dengan densitometri mineral tulang, dapat dilihat pada hipertiroidisme berat
pada semua usia dan jenis kelamin. Pada penyakit subklinis ringan,
penurunan densitas tulang sering terjadi pada wanita pascamenopause (Lee,
2015).
46
DAFTAR PUSTAKA
Fox, S I. 2006. Endocrin Glands. In: Human Physiology 8th Ed. McGrawHill.
Page 303-4.
Guyton, A.C., dan Hall, J E. 2006. Thyroid Metabolic Hormones. In: Textbook
of Medical Physiology 11th Ed. Philadelphia, PA, USA: Elsevier
Saunders.
47
Lights V., Solan M., Fantauzzo M. 2015. Hyperthyroidism. Available at
http://www.healthline.com/health/hyperthyroidism#Overview1.
Accessed at October 27, 2015.
Moore, Keith L., Agur, Anne M R. 2007. Chapter 8, Neck. In: Essential
Clinical Anatomy 3rd. Lippincott Williams and Wilkins.
48
Robinson, Jennifer. 2015. Overactive Thyroid (Hyperthyroidism) Available at
http://www.webmd.com/women/overactive-thyroid-
hyperthyroidism?page=3 Accessed at Agustus 27, 2015 at 17.26 pm.
Vander, A.J. Sherman J.H., Luciano D.S. 2003. The Endocrine System. In:
Human Physiology, The Mechanism of Body Function 9th Ed. New
York: McGrawHill Publishing Company.
Young Barbara, Lowe JS, Stevens Alan, Heath J W. 2007. Thyroid Gland in
Wheater’s Functional Histology, A Text and Colour Atlas 5 th Ed.
Elsevier.
49