You are on page 1of 26

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Gangguan Depresif

Depresi diartikan sebagai rasa sedih yang psikopatologis.1 Gangguan depresif


adalah suatu gangguan mental yang ditandai dengan adanya gejala penurunan mood,
kehilangan minat terhadap sesuatu, mudah lelah dan kehilangan energi, perasaan
bersalah, gangguan tidur, penurunan atau kehilangan nafsu makan, serta penurunan
konsentrasi.1,2,4,7

Gangguan depresif ini terdiri dari sekumpulan gangguan mental dengan


berbagai gambaran klinis yang terlibat, seperti gambaran klinis pada gangguan
depresif mayor, gangguan depresif minor serta gangguan distimik. Gangguan depresif
masuk dalam kategori gangguan mood karena gangguan tersebut menetap selama
beberapa waktu dan mengganggu aktivitas keseharian seseorang.2

2.2 Epidemiologi Gangguan Depresif

Gangguan depresif dapat dijumpai pada semua umur, dan diperberat dengan
riwayat keluarga yang juga mengalami gangguan depresif. Usia paling awal adalah 5
– 6 tahun, dan usia akhir ditemukan pada usia 50 tahun dengan rata-rata pada usia 30
tahun. Pada kasus gangguan depresi mayor (berat) rata-rata terjadi pada usia antara 20
– 50 tahun dengan rata-rata usia 40 tahun.1,2,5

Wanita lebih rentan dua kali lebih besar mengalami gangguan depresif
daripada laki, terutama gangguan depresif mayor. Didapatkan 21% wanita dan 13%
pria mengalami gangguan depresif mayor di United States. Hal ini dipengaruhi oleh
faktor hormonal, dampak melahirkan, dan tingkat kecemasan yang lebih tinggi pada
wanita. Faktor sosial seperti masalah keluarga dan masalah pekerjaan juga merupakan
stressor yang dapat mencetuskan gangguan depresif.1,4,5

4
Kejadian ini sama untuk setiap ras dan sosioekonomi ditiap negara.5 Namun,
pada saat ini gangguan depresif juga dikaitkan dengan penggunaan napza dan alkohol
yang dapat mempengaruhi fungsi otak sehingga menggangu proses pikir, perasaan
dan perilaku seseorang.2

2.3 Etiologi Gangguan Depresif

Faktor penyebab terjadinya gangguan depresif dapat digolongkan menjadi tiga


kelompok, yaitu :

1. Faktor biologis
Laporan dari banyak penelitian yang telah dilakukan menjelaskan
bahwa pasien-pasien dengan gangguan mood terutama gangguan depresif
mengalami abnormalitas biologis terkait neurotransmitter yang ditemukan
dalam darah, urine, dan cairan serebrospinal pasien dengan gangguan mood.
Hal ini sejalan dengan hipotesis yang menyatakan bahwa gangguan mood
disebabkan oleh disregulasi heterogen amin biogenik.1,2,4,6
1) Amin biogenik
Norepinefrin dan serotonin merupakan neurotransmitter yang paling
terkait dalam patofisiologi gangguan mood, terutama gangguan depresif.
a) Norepinefrin
Penurunan regulasi atau penurunan sensitivitas dari reseptor α2
adrenergik dan penurunan respon terhadap antidepressan berperan
dalam terjadinya gangguan depresi.1,4,6
b) Serotonin
Penurunan jumlah serotonin dapat mencetuskan terjadinya
gangguan depresif. Hasil pemeriksaan laboratorium pada beberapa
penelitian menunjukkan terjadinya penurunan jumlah serotonin
pada cairan serebrospinal pada pasien yang ingin melakukan
percobaan bunuh diri.1,4,6

5
c) Dopamin
Dopamin juga dilaporkan memiliki peranan pada gangguan
depresif. Aktivitas dopamin akan berkurang pada keadaan depresi.
Keadaan ini dapat dijumpai pada pasien yang mengalami penyakit
Parkinson atau pasien yang mengonsumsi obat reserpine (Serpasil)
yang menunjukkan menurunnya konsentrasi dopamine dalam cairan
serebrospinal. Sedangkan obat seperti tyrosin, amphetamine, dan
bupropion dapat menurunkan gejala depresi.1,4,6
2) Regulasi neuroendokrin
Diperkirakan bahwa hormon mempunyai pengaruh penting dalam
terjadinya gangguan mood, terutama gangguan depresif. Sistem
neuroendokrin meregulasi hormon-hormon penting yang berperan dalam
gangguan mood yang mempengaruhi fungsi dasar, seperti : gangguan
tidur, makan, seksual dan fungsi lainnya.1,4,6
Terdapat tiga komponen penting yang saling bekerjasama dalam
pengaturan neuroendokrin dan terkoneksi dengan sistem limbik yakni
1,4-6
hipotalamus, hipofisis anterior, dan korteks adrenal. Hipotalamus
merupakan pusat pengaturan aksis neuroendokrin, menerima input neuron
yang mengandung neurotransmiter amin biogenik. Pada pasien dengan
gangguan depresif ditemukan adanya disregulasi neuroendokrin, hal ini
terjadi akibat kelainan fungsi neuron di dalam nucleus paraventrikular
yang mengandung neurotransmitter amin biogenik. 1,4,6
Dalam keadaan depresi hipotalamus akan mengeluarkan
neurotransmitter yang mengganggu aksis neuroendokrin, yaitu pada
kelenjar adrenal, tiroid dan pengaturan hormon pertumbuhan bahkan
hormon seksual. Keadaan yang paling khas adalah terjadi peningkatan
kadar Corticotropin Realising Hormone (CRH) yang disekresikan oleh
hipotalamus. Keadaan ini disebabkan rusaknya mekanisme umpan balik
kortisol pada sistem limbik atau adanya kelainan pada sistem

6
monoaminogenik dan neuromodulator yang mengatur CRH. CRH akan
menstimulus sekresi Adenocorticotropic Hormone (ACTH) di hipofisis
anterior, ACTH sendiri akan mempengaruhi pelepasan kortisol di korteks
adrenal. Kortisol yang berlebih akan mempengaruhi berbagai regulasi
tubuh, seperti terganggunya sistem respirasi, kardiovaskular, imunitas,
seksual, bahkan pertumbuhan. Hal ini yang mendasari alasan mengapa
pada pasien dengan gangguan depresif akan terjadi gejala-gejala klinis
seperti nafas cepat, takikardi, penurunan berat badan, mudah letih dan
sakit, susah tidur dan sebagainya.1
2. Faktor genetik
Komponen genetik memainkan mekanisme yang sangat kompleks
dalam mempengaruhi timbulnya gangguan depresif pada seseorang. Diduga
terjadi penurunan ketahanan dan kemampuan seseorang dalam menanggapi
stress pada keluarga yang memiliki riwayat gangguan depresif. Penelitian
mengenai keluarga menemukan bahwa angka risiko di antara anggota
keluarga tingkat pertama dari individu yang menderita gangguan depresif 2
sampai 3 kali lebih tinggi dibandingkan dengan populasi umum. Pada
penelitian anak kembar didapatkan gangguan depresif terjadi pada 40%
kembar monozigot, dan sekitar 11% pada kembar dizigot.1,5
3. Faktor Psikososial
Individu juga rentan mengalami gangguan depresif tidak hanya akibat
dari faktor eksternal, namun juga faktor dari dalam dirinya sendiri. Peristiwa
hidup yang menetap dan penuh tekanan dapat menimbulkan gangguan mood.
Pada saat pertama kalinya individu terpapar oleh stress internal, maka akan
terjadi perubahan neurotransmitter dan sistem pemberian sinyal intraneuron
yang bertahan lama di dalam biologi otak. Akibatnya individu akan rentan
mengalami episode gangguan mood, terutama gangguan depresif berikutnya,
bahkan tanpa stressor eksternal.

7
Menurut Freud dalam teori psikodinamika dikemukakan bahwa
terdapat pandangan klasik mengenai depresi, yaitu terdiri dari empat poin
teori penting : (1) gangguan hubungan ibu-bayi selama fase oral (10 sampai
18 bulan pertama kehidupan) menjadi predisposisi kerentanan selanjutnya
terhadap stress, (2) depresi terkait dengan kehilangan objek yang nyata atau
khayalan, (3) kematian seseorang sehingga individu berusaha untuk bertahan
menghadapi penderitaan akibat kehilangan seseorang, (4) kehilangan
seseorang yang dicinta atau benci kepada seseorang sehingga menimbulkan
emosi yang dalam pada diri sendiri.
Ciri kepribadian tertentu yang terdapat pada individu pun dapat
mencetuskan gangguan depresif dikemudian hari. Ciri tersebut seperti
kepribadian dependen, anankastik, histrionik, diduga mempunyai risiko tinggi
untuk terjadinya depresi. Sedangkan kepribadian antisosial dan paranoid
mempunyai resiko yang rendah.1

2.4 Diagnosa Gangguan Depresif

Untuk menegakkan diagnosa gangguan depresif dapat menggunakan


Pedoman Penggolongan dan Diagnosa Gangguan Jiwa di Indonesia, Edisi ketiga
(PPDGJ-III). Dapat pula merujuk pada panduan diagnosa menurut Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorder, Forth Edition, Text Revision (DSM-IV-TR).

Pedoman diagnosa menurut PPDGJ-III :

I. (F32) EPISODE DEPRESIF


Terdapat tiga variasi dari episode depresif yang khas, yaitu ringan (F32.0),
sedang (F32.1), dan berat (F32.2 dan F32.3). Individu yang mengalami
gangguan depresif umumnya memiliki gejala seperti dibawah ini :3,7
1) Gejala utama (pada derajat ringan, sedang, dan berat) :
a) Afek depresif
b) Kehilangan minat dan kegembiraan

8
c) Berkurang energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah
(rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan aktivitas
menurun.
2) Gejala lainnya :
a) Konsentrasi dan perhatian kurang
b) Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
c) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
d) Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
e) Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
f) Gangguan tidur
g) Nafsu makan berkurang
3) Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut, diperlukan
masa sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakkan diagnosis, akan
tetapi periode lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa
beratnya dan berlangsung cepat.
4) Kategori diagnosis episode depresif ringan (F32.0), sedang (F32.1), dan
berat (F32.2) hanya digunakan untuk episode depresi tunggal (yang
pertama). Episode depresif berikutnya harus diklasifikasikan di bahwa
salah satu diagnosis gangguan depresif berulang (F33,-).

Individu yang mengalami gangguan depresif biasanya mengalami


mood yang menurun sedikit demi sedikit tiap harinya, dan seringkali tidak
terpengaruh oleh keadaan sekitarnya. Keadaan mood tersebut juga dapat
memperlihatkan variasi diurnal yang khas seiring berjalannya waktu. Gejala-
gejala gangguan depresif dapat berkembang dan membentuk gejala khas pada
tiap keparahan depresi. Gejala khas tersebut sering disebut dengan “gejala
somatik”. Gejala somatik terdiri dari :

1) Kehilangan minat atau kesenangan pada kegiatan yang biasanya


dapat dinikmati.

9
2) Tidak adanya reaksi emosional terhadap lingkungan atau
peristiwa yang biasanya menyenangkan.
3) Bangun pagi lebih awal 2 jam atau lebih daripada biasanya.
4) Depresi lebih parah pada pagi hari.
5) Adanya bukti objektif dari retardasi atau agitasi psikomotor yang
nyata (dijelaskan oleh orang lain).
6) Kehilangan nafsu makan secara mencolo.
7) Penurunan berat badan (sering ditentukan sebagai 5% atau lebih
dari berat badan bulan terakhir).
8) Kehilangan libido secara mencolok.7

Gejala somatik dapat ditegakkan bila ditemukan sekitar empat gejala


dari delapan gejala diatas.7

Episode depresif terbagi menjadi 3 tingkat keparahan. Perbedaan antara


episode depresif ringan, sedang, dan berat terletak pada penilaian klinis
kompleks yang meliputi jumlah, bentuk, dan keparahan gejala yang
ditemukan.7

1. (F32.0) Episode Depresif Ringan


1) Sekurang-kurangnya harus ada dua dari tiga gejala utama depresi
seperti tersebut diatas
2) Ditambah sekurang-kurangnya dua dari gejala lainnya
3) Tidak boleh ada gejala yang berat
4) Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar dua
minggu
5) Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang
biasa dilakukannya
6) Dapat dengan gejala somatik atau tanpa gejala somatik.3,7

10
2. (F32.1) Episode Depresif Sedang
1) Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti
pada episode depresi ringan (F30.0)
2) Ditambah sekurang-kurangnya 3 (dan sebaiknya 4) dari gejala lainnya.
3) Lamanya seluruh episode berlangsung minimum sekitar 2 minggu.
4) Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial,
pekerjaan dan urusan rumah tangga.
5) Dapat dengan gejala somatik atau tanpa gejala somatik. 3,7

3. (F32.2) Episode Depresif Berat tanpa Gejala Psikotik


1) Semua 3 gejala utama depresi harus ada.
2) Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya, dan beberapa di
antaranya harus berintensitas berat.
3) Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor)
yang mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu
untuk melaporkan banyak gejalanya secara rinci.
Dalam hal demikian, penilaian secara menyeluruh terhadap episode
depresif berat masih dapat dibenarkan.
4) Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2
minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat,
maka masih dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam kurun
waktu kurang dari 2 minggu.
5) Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial
, pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada pada taraf yang
sangat terbatas. 3,7

4. (F32.3) Episode Depresif Berat dengan Gejala Psikotik


1) Episode depresi berat yang memenuhi kriteria menurut F32.2 tersebut
diatas;

11
2) Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham biasanya
melibakan ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang
mengancam, dan pasien merasa bertanggung jawab atas hal itu.
Halusinasi auditorik atau olfatorik biasanya berupa suara yang
menghina atau menuduh, atau bau kotoran atau daging membusuk.
Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor.
Jika diperlukan, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi
atau tidak serasi dengan afek (mood-congruent).

5. (F32.8) Episode Depresif Lainnya


6. (F32.9) Episode Depresif YTT3,7

II. (F33) GANGGUAN DEPRESIF BERULANG


Pedoman Diagnostik
1) Gangguan ini tersirat dengan episode berulang dari :
- Episode depresif ringan (F32.0)
- Episode depresif sedang (F32.1)
- Episode depresif berat (F32.2)

Episode masing-masing rata-rata lamanya sekitar 6 bulan, akan tetapi


frekuensinya lebih jarang dibandingkan dengan gangguan bipolar.

2) Tanpa riwayat adanya episode tersendiri dari peninggian afek dan


hiperaktivitas yang memenuhi kriteria mania (F30.1 dan F30.2).
Namun kategori ini tetap harus digunakan jika ternyata ada episode
singkat dari peninggian afek dan hiperaktivitas ringan yang memenuhi
kriteria hipomania (F30.0) segera sesudah suatu episode depresif
(kadang-kadang tampaknya dicetuskan oleh tindakan pengobatan
depresi).

12
3) Pemulihan keadaan biasanya sempurna diantara episode, namun
sebagian kecil pasien mungkin mendapat depresi yang akhirnya
menetap, terutama pada usia lanjut (untuk keadaan ini, kategori ini
harus tetap digunakan).
4) Episode masing-masing, dalam berbagai tingkat keparahan, seringkali
dicetuskan oleh peristiwa kehidupan yang penuh stress atau trauma
mental lain (adanya stress tidak esensial untuk penegakkan diagnosis).
3,7

1. (F33.0) Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Ringan


Pedoman Diagnostik:
1) Untuk diagnosis pasti :
a) Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus dipenuhi,
dan episode sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode
depresif ringan (F32.0); dan
b) Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-
masing selama minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa
bulan tanpa gangguan afektif yang bermakna.
2) Dapat dengan gejala somatik atau tanpa gejala somatik. 3,7

2. (F33.1) Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Sedang


Pedoman diagnotik:
1) Untuk diagnosis pasti :
a) Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus dipenuhi,
dan episode sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode
depresi sedang (F32.1); dan
b) Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-
masing selama 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa
gangguan afektif yang bermakna.
2) Dapat dengan gejala somatik atau tanpa gejala somatik. 3,7

13
3. (F33.2) Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Berat tanpa Gejala
Psikotik
Pedoman diagnostik:
1) Untuk diagnosis pasti
a) Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus dipenuhi,
dan episode sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode
depresif berat tanpa gejala psikotik (F32.2); dan
b) Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-
masing selama minimal 2 minggu dengan sela wantu beberapa
bulan tanpa gangguan afektif yang bermakna.
2) Dapat dengan gejala somatik atau tanpa gejala somatik. 3,7

4. (F33.3) Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Berat dengan Gejala


Psikotik
Pedoman diagnostik:
1) Untuk diagnosis pasti
a) Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus dipenuhi,
dan episode sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode
depresif berat dengan gejala psikotik (F32.3); dan
b) Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-
masing selama minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa
bulan tanpa gangguan afektif yang bermakna.
2) Dapat dengan gejala somatik atau tanpa gejala somatik. 3,7

5. (F33.4) Gangguan Depresif Berulang, Kini dalam Remisi


Pedoman diagnostik:
1) Untuk diagnosis pasti
a) Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus dipenuhi
di masa lampau, tetapi keadaan sekarang seharusnya tidak

14
memenuhi kriteria untuk episode depresif dengan derajat
keparahan apa pun atau gangguan lain apa pun dalam F30-F39;
b) Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-
masing selama minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa
bulan tanpa gangguan afektif yang bermakna.
2) Dapat dengan gejala somatik atau tanpa gejala somatik.
6. (F33.8) Gangguan Depresif Berulang Lainnya
7. (F33.9) Gangguan Depresif Berulang YTT3,7

III. (F34.1) DISTIMIK


Pedoman diagnostik :
1) Ciri esensial ialah afek depresif yang berlangsung sangat lama yang
tidak pernah atau jarang sekali cukup parah untuk memenuhi kriteria
gangguan depresif berulang ringan atau sedang (F33.0 atau F33.1).
2) Biasanya mulai pada usia dini dari masa dewasa dan berlangsung
sekurang-kurangnya beberapa tahun, kadang-kadang untuk jangka
waktu tidak terbatas.
Jika onsetnya pada usia lebih lanjut, gangguan ini seringkali
merupakan kelanjutan suatu episode depresif tersendiri (F32.) dan
berhubungan dengan masa berkabung atau stress lain yang tampak
jelas.3,7

Sedangkan klasifikasi diagnosis gangguan depresif menurut DSM-IV-TR antara


lain :

I. GANGGUAN DEPRESIF BERAT


Kriteria episode depresif berat menurut DSM-IV-TR sebagai berikut :1,5,6
A. Lima atau lebih gejala dibawah telah ada selama periode waktu 2
minggu dan menunjukkan perubahan fungsi sebelumnya, setidakya satu

15
gejalanya adalah (1) mood menurun atau (2) kehilangan minat atau
kesenangan.
(Gejala ini bukan disebabkan kondisi medis umum, atau waham atau
halusinasi yang tidak sesuai dengan mood).
(1) Mood menurun hampir sepanjang hari, hampir setiap hari, setiap
yang ditunjukkan baik melalui laporan subjektif (cth., tampak
bersedih). Pada anak dan remaja, dapat berupa mood iritabel.
(2) Menurunnya minat atau kesenangan yang nyata pada semua, atau
hampir semua aktivitas hampir sepanjang hari, hampir setiap hari
(seperti yang ditunjukkan laporan subjektif atau pengamatan orang
lain).
(3) Penurunan berat badan yang bermakna walaupun tidak diet atau
berat badan bertambah (cth., perubahan dari 5% berat badan dalam
sebulan), atau menurun maupun meningkatnya nafsu makan hampir
tiap hari.
Pada anak, pertimbangkan adanya kegagalan mencapai berat badan
yang diharapkan.
(4) Insomnia atau hipersomnia hampir tiap hari.
(5) Agitasi atau retardasi psikomotor hampir tiap hari (dapat diamati
orang lain, tidak hanya perasaan subjektif adanya kegelisahan atau
menjadi lebih lamban).
(6) Lelah atau hilang energi setiap hari.
(7) Perasaan tidak berarti atau rasa bersalah yang tidak sesuai atau
berlebihan (yang dapat menyerupai waham) hampir setiap hari
(tidak hanya menyalahkan diri atau rasa bersalah karena sakit.
(8) Menurunnya kemampuan berpikir atau berkonsentrasi, atau keragu-
raguan hampir setiap hari (baik laporan subjektif atau diamati orang
lain).

16
(9) Pikiran berulang mengenai kematian (bukan hanya rasa takut mati),
gagasan bunuh diri berulang tanpa suatu rencana yang spesifik, atau
upaya bunuh diri atau suatu rencana spesifik untuk melakukan
bunuh diri.
B. Gejala tidak memenuhi kriteria episode campuran.
C. Gejala menyebabkan penderitaan yang secara klinis bermakna atau
hendaya di dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau area fungsi lain.
D. Gejala tidak disebabkan pengaruh fisiologis langsung zat (cth.,
penyalahgunaan obat, pengobatan), atau kondisi medis umum (cth.,
hipotiroidisme)
E. Gejala sebaiknya tidak disebabkan berkabung, yakni setelah kehilangan
orang yang dicintai, gejala bertahan hingga lebih lama dari 2 bulan, atau
ditandai hendaya fungsi yang nyata, preokupasi patologis mengenai
ketidakberartian, gagasan bunuh diri, gejala psikotik, atau retardasi
psikomotor.

Gangguan depresif berat dibagi menjadi dua, yakni gangguan depresif


berat, episode tunggal dan gangguan depresif berat, berulang. Kriteria
diagnostik menurut DSM-IV-TR untuk kedua jenis gangguan depresif berat
tersebut adalah :1

1. Gangguan depresif berat, episode tunggal


Kriteria diagnostik :
A. Adanya satu episode depresif berat
B. Episode depresif berat sebaiknya tidak dimasukkan ke dalam
gangguan skizoafektif dan tidak tumpang tindih dengan
skizofrenia, gangguan skizofreniform, gangguan waham, atau
gangguan psikotik yang tidak tergolongkan.
C. Tidak pernah ada episode manik, episode campuran, atau
episode hipomanik.

17
Jika kriteria lengkap saat ini terpenuhi untuk episode depresif
berat, maka tentukan status dan/atau ciri klinis saat ini :

- Ringan, sedang, berat tanpa ciri psikotik/berat dengan ciri


psikotik
- Kronik
- Dengan ciri katatonik
- Dengan ciri melankolik
- Dengan ciri atipikal
- Dengan awitan pascamelahirkan

Jika kriteria lengkap saat ini tidak terpenuhi untuk episode


depresif berat, tentukan status klinis gangguan depresif berat saat
ini atau ciri episode paling kini :

- Dalam remisi parsial, dalam remisi penuh


- Kronik
- Dengan ciri katatonik
- Dengan ciri melankolik
- Dengan ciri atipikal
- Dengan awitan pascamelahirkan
2. Gangguan depresif berat, berulang
Pasien yang mengalami setidaknya episode kedua depresi pada DSM-
IV-TR yang episode depresi tersebut dipisahkan dalam waktu 2 bulan
pasien tidak mengalami gejala depresi yang bermakna.
Kriteria diagnostik :
A. Adanya dua atau lebih episode depresif berat. (untuk dianggap
episode yang berbeda harus ada interval setidaknya 2 bulan
berturu-turut yang tidak memenuhi kriteria episode depresif
berat).

18
B. Episode depresif berat sebaiknya tidak dimasukkan ke dalam
gangguan skizoafektif dan tidak tumpang tindih dengan
skizofrenia, gangguan skizofreniform, gangguan waham, atau
gangguan psikotik yang tidak tergolongkan.
C. Tidak pernah ada episode manik, episode campuran, atau
episode hipomanik.

Jika kriteria lengkap saat ini memenuhi episode depresif berat,


tentukan statu dan/atau ciri klinis saat ini :

- Ringan, sedang, berat tanpa ciri psikotik/berat dengan ciri


psikotik
- Kronik
- Dengan ciri katatonik
- Dengan ciri atipikal
- Dengan awitan pascamelahirkan

Jika seluruh kriteria saat ini tidak memenuhi episode depresif


berat, tentukan status klinis gangguan depresif berat saat ini atau
ciri episode terkini :

- Dalam remisi parsial, dalam remisi penuh


- Kronik
- Dengan ciri katatonik
- Dengan ciri melankolik
- Dengan ciri atipikal
- Dengan awitan pascamelahirkan

Poin Penentu yang Menggambarkan Episode Terkini

Di samping poin penentu keparahan/psikotik/remisi, DSM-IV-TR


mendefinisikan ciri gejala tambahan yang dapat digunakan untuk
menggambarkan pasien dengan berbagai gangguan mood. Terutama untuk

19
gangguan depresif digunakan ciri melankolik dan atipikal. Dua ciri lainnya
seperti ciri katatonik dan dengan awitan pascamelahirkan dapat diterapkan
untuk menggambarkan episode depresif dan manik.1

1. Dengan ciri psikotik


Adanya ciri psikotik pada gangguan depresif berat mencerminkan
penyakit yang parah dan merupakan indikator prognostik yang buruk.
Terdapat beberapa faktor penentu prognosis buruk pasien dengan
gangguan mood, terutama gangguan depresif: durasi lama pasa setiap
episode, disosiasi temporal antara gangguan depresif dan gejala psikotik,
serta riwayat pramorbid buruh dalam penyesuaian sosial. Adanya ciri
psikotik juga memiliki implikasi terapi yang bermakna. Pasien ini secara
khas membutuhkan obat antipsikotik di samping antidepresan dan
mungkin membutuhkan terapi elektrokonvulsif untuk mendapatkan
perbaikan klinis.
Kriteria DSM-IV-TR untuk keparahan/psikotik/remisi episode depresif
berat kini (atau terkini) :
Ringan : Gejala sedikit, jika ada, lebih banyak daripada gejala yang
diperlukan untuk menegakkan diagnosis, dan gejala hanya menimbulkan
hendaya ringan fungsi pekerjaan atau pada aktivitas sosial yang biasa atau
hubungan dengan orang lain.
Sedang : Gejala atau hendaya fungsional di antara ‘ringan” dan “berat”.
Berat tanpa ciri psikotik : Sejumlah gejala lebih banyak dari gejala yang
diperlukan untuk menegakkan diagnosis, dan gejala secara nyata
mengganggu fungsi pekerjaan atau mengganggu aktivitas sosial yang
biasa atau hubungan dengan orang lain.
Berat dengan ciri psikotik : waham atau halusinasi. Jika mungkin,
tentukan apakah ciri psikotik kongruen mood atau tidak.

20
- Ciri psikotik kongruen mood : waham atau halusinasi yang
seluruh isinya konsisten dengan tema depresif khas yaitu
ketidakmampuan pribadi, rasa bersalah, penyakit, kematian,
nihilisme atau hukuman yang pantas.
- Ciri psikotik tidak kongruen mood : waham atau halusinasi yang
isinya tidak meliputi keadaan depresif khas yaitu ketidakmampuan
pribadi, rasa bersalah, penyakit, kematian, nihilisme atau hukuman
yang pantas. Waham yang termasuk adalah gejala seperti waham
kejar (tidak terkait langsung dengan tema depresi), insersi pikiran,
siar pikiran, dan waham kendali.

Dengan remisi parsial : Ditemukan gejala episode depresif berat tetapi


kriteria tidak terpenuhi secara lengkap, atau terdapat periode tanpa gejala
episode depresi berat yang bermakna dan bertahan kurang dari 2 bulan
setelah akhir episode depresif berat (jika episode depresif berat tumpang
tindih dengan gangguan distimik, hanya ditegakkan diagnosis gangguan
distimik jika semua kriteria episode depresif berat tidak lagi terpenuhi).

Dengan remisi penuh : Selama 2 bulan terakhir, tidak ada tanda atau
gangguan.

Tidak tergolongkan1

2. Dengan ciri melankolik


Kriteria diagnostik menurut DSM-IV-TR :
A. Salah satu di bawah ini, terjadi selama periode terparah episode kini :
(1) Hilangnya kesenangan dalam semua atau hampir semua aktivitas.
(2) Tidak adanya reaktivitas terhadap rangsang yang biasanya
menyenangkan (tidak merasa lebih baik, bahkan sementara, ketika
sesuatu yang baik terjadi).
B. Tiga (atau lebih) hal di bawah ini :

21
(1) Kualitas mood khas depresif (yakni mood depresif dialami scara
khas berbeda dengan jenis perasaan yang dialami setelah kematian
orang yang dicintai).
(2) Depresi memburuk di pagi hari secara teratur.
(3) Bangun sangat dini hari (setidaknya 2 jam sebelum waktu biasanya
bangun tidur).
(4) Retardasi atau agitasi psikomotor yang nyata.
(5) Anoreksi atau menurunnya berat badan secara teratur.
(6) Rasa bersalah yang tidak sesuai atau berlebihan.1
3. Dengan ciri atipikal
Gangguan depresif dengan ciri atipikal pada pasien menunjukkan bahwa
pasien memiliki ciri-ciri spesifik seperti makan dan tidur berlebihan.
Gejala-gejala ini kadang disebut gejala vegetatif kebalikan dan pola gejala
kadang-kadang disebut disforia histeroid. Pasien gangguan depresif
dengan ciri atipikal memiliki awitan usia yang lebih muda, derajat
perlambatan psikomotor yang lebih parah, serta lebih sering memiliki
diagnosis lain yang bersamaan dengan gangguan panik, penyalahgunaan
atau ketergantungan zat, serta gangguan somatisasi. Pasien dengan ciri
atipikal cenderung memberikan respon terhadap pemberian inhibitor
monoamin oksidase (MAOI) daripada obat trisiklik.
Kriteria diagnostik menurut DSM-IV-TR :
Dengan ciri atipial dapat diterapkan jika ciri ini mendominasi selama 2
minggu terakhir episode depresif berat pada gangguang depresif berat.
A. Reaktivitas mood (yakni kecemerlangan mood sebagai respon terhadap
peristiwa aktual atau berpotensi positif).
B. Dua (atau lebih) ciri di bawah ini :
(1) Pertambahan berat badan atau meningkatnya nafsu makan yang
bermakna.
(2) Hipersomnia

22
(3) Paralisis lamban (yakni perasaan lamban dan berat di lengan dan
tungkai)
(4) Pola sensitivitas yang bertahan lama terhadapa penolakan
interpersonal (tidak terbatas pada episode gangguan mood) yang
mengakibatkan hendaya sosial atau pekerjaan yang bermakna.
C. Kriteria tidak terpenuhi untuk ciri melankolik atau ciri katatonik
selama episode yang sama.1
4. Dengan ciri katatonik
Gejala penting/khas katatonia yaitu keadaan stupor, afek tumpul,
penarikan diri yang hebat, serta retardasi psikomotor yang nyata dapat
dilihat pada pasien gangguan depresif berat sering dengan ciri psikotik.
Kriteria menurut DSM-IV-TR :
Gambaran klinis didominasi setidaknya dua hal di bawah ini :
(1) Imobilisasi motorik yang terlihat dari katalepsi (termasuk fleksibilitas
cerea) atau stupor.
(2) Aktivitas motorik yang berlebihan (yang tampaknya tidak bertujuan
dan tidak dipengaruhi stimulus eksternal).
(3) Negativisme berat (resistensi tanpa tujuan yang jelas terhadap semua
perintah atau mempertahankan postu kaku untuk melawan upaya untuk
digerakkan) atau mutisme.
(4) Keganjilan gerakan voluntar yang terlihat dari postur (secara voluntar
membuat postur aneh atau tidak pantas), gerakan stereotipik,
manerisme yang menonjol, atau menyeringai yang menonjol.
(5) Ekolalia atau ekopraksia.1
5. Dengan awitan pascamelahirkan
DSM-IV-TR menentukan lebih spesifik gangguan mood, terutama
gangguan depresif pascamelahirkan jika awitan gejala terjadi dalam 4
minggu pascamelahirkan.1
6. Kronik

23
Kriteria DSM-IV-TR menentukan lebih spesifik kronik untuk
menggambarkan episode depresif berat yang terjadi sebagai bagian dari
gangguan depresif berat. Selurh kriteria episode depresif berat telah
terpenuhi selama setidaknya 2 tahun terakhir.1

II. GANGGUAN DEPRESIF RINGAN

Kriteria DSM-IV-TR untuk gangguan depresif ringan :

A. Gangguan suasana hati, seperti berikut:


1. Setidaknya dua (tapi tidak lebih dari lima) dari gejala berlangsung
selama dua minggu dan menggambarkan perubahan fungsi dari yang
sebelumnya, paling sedikit satu dari gejala yang ada:
a) Depresi hampir sepanjang hari dan hampir setiap hari, seperti
dilihat pada laporan subjektif (misalnya, merasa sedih atau
kosong) atau observasi yang dibuat oleh orang lain (misalnya,
tampak berurai air mata). Catatan: Pada anak-anak dan remaja,
dapat mudah tersinggung.
b) Minat atau kesenangan dalam semua hal sangat berkurang pada
kegiatan hampir
sepanjang hari, hampir setiap hari (seperti dilihat pada laporan
subjektif atau observasi oleh orang lain).
c) Penurunan berat badan yang signifikan atau peningkatan berat
badan (misalnya, perubahan lebih dari 5% dari berat badan
dalam sebulan), atau penurunan atau peningkatan nafsu makan
hampir setiap hari. Catatan: Pada anak-anak, pertimbangkan
kegagalan untuk meningkatkan berat badan.
d) Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari.

24
e) Agitasi atau retardasi psikomotor hampir setiap hari (diamati
oleh orang lain, bukan hanya perasaan subjektif kegelisahan atau
menjadi melambat)
f) Kelelahan atau kehilangan energi hampir setiap hari.
g) Perasaan tidak berharga atau perasaan bersalah yang berlebihan
atau tidak tepat (yang mungkin khayalan) hampir setiap hari
(bukan hanya menyalahkan diri sendiri atau merasa bersalah
sehingga menjadi sakit).
h) Kemampuan untuk berpikir atau berkonsentrasi menurun, atau
ragu-ragu, hampir setiap hari (dari subjektif atau dari yang
diamati oleh orang lain).
i) Memikirkan tentang kematian secara berulang-ulang (tidak
hanya takut mati), ide bunuh diri berulang tanpa rencana
spesifik, atau usaha bunuh diri atau rencana spesifik untuk
melakukan bunuh diri
2. Gejala-gejala klinis yang signifikan menyebabkan stres atau tekanan
sosial, pekerjaan, atau fungsi bidang-bidang penting lainnya.
3. Gejala yang tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari suatu
zat (misalnya, penyalahgunaan obat, obat) atau kondisi medis umum
(misalnya, hipotiroidisme).
4. Gejala lain yang terdapat pada rasa kehilangan (misalnya, reaksi
normal karena kehilangan orang yang dicintai.
B. Tidak pernah terjadi episode mayor depresif, dan kriteria tidak termasuk
dalam dystimic disorder.
C. Tidak pernah terjadi epidode manic, episode campuran, atau episode
hypomanic, dan kriteria tidak termasuk dalam cyclothymic disorder.
D. Gangguan suasana hati tidak terjadi hanya selama schizophrenia,
schizophreniform disorder, schizoaffective disorder, delusional disorder,
atau psychotic disorder atau yang lain yang tidak spesifik.6

25
III. GANGGUAN DISTIMIK
Menurut DSM-IV-TR, ciri gangguan distimik yang paling khas adalah
perasaan yang tidak adekuat, bersalah, iritabilitas, kemarahan, penarikan diri
dari masnyarakat, hilang minat dan inaktivitas serta tidak produktif. Istilah
distimia dikenalkan pada tahun 1980 yang berarti “tidak menyenangkan” (ill-
humored).1
Gangguan distimik dibedakan dengan gangguan depresif berat
berdasarkan fakta bahwa pasien mengeluh selalu merasa depresi, yang
gangguan tersebut terjadi pada masa kanan atau remaja dan saat pasien
mencapai usia 20-an. Gejala depresi pada gangguan distimik juga bersifat
subjektif daripada objektif. Sehingga tidak ditemukan tanda khas berupa
gangguan nafsu makan, gangguan libido, dan agitasi atau retardasi psikomotor
tidak terlihat pada gangguan distimik. Gangguan distimik dapat menetap
selama beberapa waktu sampai setidaknya dua tahun. Untuk diagnosi
gangguan distimik, seorang pasien tidak pernah memiliki gejala dari
gangguan depresif berat.1
Kriteria diagnostik gangguan distimik menurut DSM-IV-TR antara lain:
A. Mood depresif hampir sepanjang hari selama berhari-hari, lebih banyak
depresi daripada tidak, sebagaimana terlihat secara subjektif atau melalui
pengamatan orang lain dan bertahan selama 2 tahun. (Catatan : pada anak
dan remaja, mood dapat iritabel dan durasinya harus sedikitnya 1 tahun).
B. Saat depresi terdapat dua (atau lebih) hal berikut :
(1) Nafsu makan buruk atau makan berlebihan
(2) Insomnia atau hipersomnia
(3) Kurang tenaga atau lelah
(4) Harga diri rendah
(5) Konsentrasi buruh atau sulit mengambil keputusan
(6) Rasa putuh asa.

26
C. Gangguan terjadi selama periode 2 tahun (1 tahun untuk anak dan remaja),
individu tersebut tidak pernah bebas gejala dalam kriteria A dan B lebih
dari 2 bulan.
D. Tidak pernah ada episode depresif berat selama 2 tahun pertama gangguan
(1 tahun untuk anak dan remaja) sehingga gangguan tersebut tidak dapat
digolongkan kedalam gangguan depresif berat kronis atau gangguan
depresif berat dalam remisi parsial.
E. Tidak pernah ada episode manik, episode campuran, atau episode
hipomanik, dan kriteria tidak pernah terpenuhi untuk gangguan siklotimik.
F. Gangguan tidak hanya timbul selama perjalanan gangguan psikotik
kronik, seperti skizofrenia dan gangguan waham.
G. Gejala bukan disebabkan oleh efek fisiologis langsung suatu zat atau
keadaan medis umum.
H. Gejala secara klinis menyebabkan penderitaan atau hendaya bermakna
fungsi sosial, pekerjaan, atau area fungsi lain.

Tentukan pula apakah gangguan distimik tersebut merupakan awitan dini atau
lambat.

- Awitan dini terjadi sebelum usia 21 tahun.


- Awitan lambat jika terjadi pada usia 21 tahun atau lebih.

Tentukan (untuk gangguan distimik 2 tahun terakhir) : dengan ciri atipikal.1

2.5 Terapi Gangguan Depresif

Terapi pasien dengan gangguan mood, terutama gangguan depresif harus


ditujukan pada beberapa tujuan, antara lain : keamanan pasien harus terjamin,
evaluasi diagnostik lengkap pada pasien harus dilakukan dan rencana terapi yang
ditujukan tidak hanya pada gejala saat itu tetapi kesejahteraan pasien di masa
mendatang juga harus dimulai.1

27
1. Farmakoterapi
Pada gangguan depresif bahkan pada gangguan depresif berat harus diberikan
terapi yang efektif dan spesifik. Penggunaan farmakoterapi secara spesifik
tersebut diperkirakan akan melipatgandakan kemungkinan pasien depresi akan
pulih dalam 1 bulan. Obat antidepresi yang dapat digunakan adalah obat
trisiklik yang telah tersedia selama 40 tahun. Obat antidepresi lainnya yang
juga sering digunakan adalah Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRI),
dan Monoamine Oxydase Inhibitor (MAOI). Namun, indikasi utama
pemakaian antidepresi adalah individu yang mengalami gangguan depresif
berat. Gejala utama yang akan membaik akibat penggunaan antidepresi adalah
pola tidur dan nafsu makan menjadi membaik. Sedangkan agitasi, ansietas,
episode depresif dan rasa putuh asa akan ikut membaik sering berjalannya
waktu selama pengobatan menggunakan antidepresi.1,5
2. Terapi Psikososial
Terapi farmakologis akan lebih efektif jika dikombinasikan dengan terapi
psikososial. Tiga jenis terapi psikososial antara lain, terapi jangka panjang
(terapi kognitif), terapi interpersonal dan terapi perilaku.
a. Terapi kognitif
Tujuan terapi kognitif adalah meringankan episode depresif dan
mencegah kekambuhan dengan membantu pasien mengidentifikasi
dan menguji kognisi negatif, mengembangkan cara berpikir alternatif,
fleksibel, dan positif, serta melatih respon perilaku dan kognitif baru.
b. Terapi interpersonal
Terapi ini memfokuskan pada satu atau dua masalah interpersonal
pasien saat ini. Program terapi interpersonal biasanya terdiri dari 12
sampai 16 sesi dan ditandai dengan pendekatan terapeutik yang aktif.
c. Terapi perilaku
Terapi perilaku didasarkan pada hipotesis bahwa pola perilaku
maladaptif mengakibatkan seseorang menerima sedikit umpan balik

28
positif dan mungkin sekaligus penolakan dari masyarakat. Dengan
memusatkan perhatian pada perilaku maladaptif di dalam terapi,
pasien diarahkan untuk dapat berfungsi dalam peran sosial sehingga
pasien memperoleh dukungan positif.1

29

You might also like