Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
Frozen shoulder adalah suatu syndrom atau kondisi dengan keluhan nyeri
dan keterbatsan gerak aktif dan pasif yang sering terjadi pada 2-3% populasi dan
sering terjadi pada orang yang berusia lebih dari 40 tahun, terutama wanita
berusia 50 tahun 15% pasien akan mengalami frozen shoulder bilateral. Penyebab
frozen shoulder tidak diketahui, diduga penyakit ini merupakan respon auto
penebalan pada kapsul anterior, perlengketan pada kapsul inferior dan tegang pada
2003).
gerak pasif ditemukan banyak daripada kapsul keterbatasan gerak pola kapsular
dimana eksternal rotasi paling terbatas dan firm end feel dan inilah yang disebut
frozen shoulder. Selain dugaan adanya respon auto immobilisasi seperti telah
dijelaskan di atas, banyak yang menjadi presdiposisi frozen shoulder yaitu usia,
repetitive injury, diabetes mellitus, kelumpuhan, post operasi payudara atau dada,
10
11
spondylisis, angina pectoris). Nyeri bahu akibat frozen shoulder terjadi akibat
adanya inflamasi kronis kapsul sendi sehingga nyeri bangun tidur dan setelah
diistirahatkan. Nyeri akibat kontraktur kapsul, ligament dan otot sehingga timbul
Sendi bahu merupakan sendi sinovial tipe ball and socked, gerakannya
paling luas namun susunan osteologisnya labil. Posisi/sikap dan gerakan yang
terjadi pada sendi bahu selalu berkaitan dengan seluruh sub sistem dalam shoulder
((Pletzer, 2001).
12
rhythm yaitu pada selama gerakan abduksi – elevasi dan fleksi shoulder terjadi
scapula, akan tetapi juga pada costa dan intervertebra (lower cervical dan upper
2.1.2.1 Osteogen
(shoulder girdle) dan pars libera membri superioris. Cingulum membri superioris
(shoulder girdle) atau gelang bahu terdiri dari kedua klavikula dan kedua skapula
superioris (kerangka lengan) terdiri dari humerus, radius, ulna, carpi, metacarpi
dan phalanges, namun yang terkait dengan shoulder girdle hanya os humerus.
Clavicula atau tulang kollar adalah tulang yang berbentuk huruf “s”, dan
membentuk bagian anterior dari gelang bahu. Disebelah depan konveks dan pada
dua pertiga medial dan sepertiga lateral konkaf ke anterior. Yang berhadapan
terdapat ekstremitas acromialis dan diantara kedua bagian tersebut terdapat korpus
beberapa otot dari leher dan bahu dan dengan demikian bekerja sebagai penopang
lengan.
13
Skapula atau tulang belikat membentuk bagian belakang dari gelang bahu
dan terletak disebelah belakang thorax lebih dekat permukaan kosta. Bentuknya
segitiga pipih dan memperlihatkan dua permukaan, tiga sudut dan tiga sisi.
subscapularis dan terletak paling dekat dengan kosta. Permukaan posterior atau
dorsal terbagi oleh sebuah belebas yang disebut spina skapula. Area diatas spina
Pada sisi medial depan processus akromion dan diatas cavitas glenodalis adalah
gleinodalis yang datar yang terletak pada angulus lateral bersendi dengan kaput
humerus.
Humerus atau tulang lengan atas adalah tulang terpanjang dari anggota
atas. Memperlihatkan sebuah batang dan dua ujung (proksimal dan distal). Ujung
proksimal humerus adalah sepertiga dari atas ujung humerus tediri atas sebuah
kaput, yang membuat sendi dengan rongga glenoid dari skapula dan merupakan
intertubercularis. Ujung distal humerus lebar dan agak pipih. Pada bagian paling
bawah terdapat permukaan sendi yang dibentuk bersama tulang lengan bawah.
Trochlea yang terletak di sisi sebelah dalam tempat persendian dengan ulna dan di
2.1.2.2 Sendi
1. Glenohumeral
a) Anatomi glenohumeral
dengan caput humerus yang berbentuk cembung. Kaput humerus tertutup oleh
hyaline cartilage yang tebal pada tengah kaput, kavitas gleinodalis juga
pada sendi ini untuk mencegah keluarnya kaput dari kavitas. Kavitas
labrum dan membuat kavitas glenoidalis menjadi lebih dalam, selain itu
glenoid labrum menjadi bantalan saat ada gerakan dari kaput humerus.
sepanjang tendo m. biceps brachii caput longum yang berjalan intra kapsular
2001).
15
majus dan tuberkulum minus serta tiga ligamentum glenohumeral yang lemah
pada resessus axilaris, sedangkan pada kapsul sendi bagian posterior terjadi
kontraktur.
b) Mobilitas glenohumeral
bidang sagital.
gerakan fleksi dan ekstensi sendi glenohumeral mempunyai LGS fleksi: 180º
mempunyai end feel elastik. Gerak abduksi mempunyai LGS: 90º elastic
harder end feel dengan gerak arthrokinematik translasi kaudal. LGS rotasi
internal: 70º dan rotasi eksternal: 90º elastic end feel dengan athrokinematik
rotasi internal bahu adalah translasi ke dorsal dan rotasi eksternal adalah
2. Suprahumeral
akromion dan kaput humeri yang terisi oleh bursa subdeltoidea atau bursa
suprahumeral mengakibatkan painfull arc pada saat abduksi elevasi bahu 60º-
120º. Patologi dari suprahumeral tersebut dapat menjadi frozen shoulder. Pada
saat abduksi elevasi bahu terjadi benturan kaput humerus dengan akromion,
kemudian diantisipasi dengan humerus rotasi eksternal dan atau skapula abduksi.
3. Acromioclavicular
terjadi akromion ke cranial dan saat depresi ke kaudal. Saat protraksi translasi
keventral saat retraksi translasi ke dorsal. Gerak traksinya selalu kearah lateral
ligamen trapezoideum dan pada sisi medial dilindungi oleh ligamen conoideum.
18
4. Sternoclavicular
saat depresi transalsi ke cranial, saat protraksi translasi ke ventral dan saat retraksi
translasi ke dorsal. Traksi selalu searah tarikan searah axis longitudinal calvicula.
dan ligamen costoclavicular yang terbentang antra iga pertama dan clavicula.
5. Scapulothoracal
dan abduksi, adduksi. Gerak arthrokinematik traksi adalah gerak skapula menjauh
skapulotorakal.
6. Intervertebral Joint
lower cervical (C5-6-7-T1) dan upper thoracal (T1-2-3-4) dimana gerakan dari
intervertebral joint terjadi pada saat bahu fleksi penuh atau abduksi penuh terjadi
gerakan intervertebral rotasi kearah ipsilateral dan rotasi pada sisi kontralateral.
Pada sendi kepala dan leher gerakan fleksi dan extensi, lateral fleksi kanan dan
lateral fleksi kiri, rotasi kanan dan rotasi kiri, gerakan yang terjadi adalah gerakan
19
luncur dan menekuk. Pada sendi intervertebral, saat fleksi gerakan yang terjadi
adalah gerak luncur dan menekuk ke arah anterior vertebra diatasnya terhadap
diskus dan vertebra dibawahnya. Sedangkan extensi gerakan yang terjadi yaitu;
Pada sendi facet, dengan gerakan slide ke kanan dan kiri sendi facet
inferior terhadap sendi facet superior yang berbatasan dengan vertebra bagian
inferior. Pada daerah cervical, permukaan sendi facet sekitar 45° menghadap
bidang tranversal. Permukaan sendi facet inferior dari vertebra bagian atas
menghadap ke depan dan ke bawah sedangkan bagian sendi facet inferior dari
vertebra bagian bawah menghadap ke belakang dan ke atas. Hal ini menyebabkan
saat fleksi terjadi gerakan slide ke depan atas dari sendi facet inferior vertebra
bagian atas terhadap sendi facet superior dari vertebra bagian bawah. Pada saat
extensi terjadi gerakan slide ke belakang dan bawah dari sendi facet inferior
vertebra bagian atas terhadap sendi facet superior vertebra bagian bawah. Pada
lateral fleksi dan rotasi, sendi facet inferior vertebra bagian bawah pada sisi lateral
fleksi. Sedangkan sisi yang berlawanan, sendi facet inferior vertebra bagian atas
slide ke arah atlas dan depan terhadap sendi facet superior vertebra bagian bawah.
Thoracal facet terletak pada bidang frontal sehingga gerak utamanya adalah rotasi
akan tetapi memungkinkan gerakkan fleksi dan ektensi. Pada thorakal gerak yang
dominan adalah gerak rotasi akan tetapi memungkinkan terjadinya gerak fleksi
dan ekstensi.
Hal ini terjadi karena facet pada thorakal berada dalam bidang frontal dan
dibatasi oleh kosta sehingga LGS kecil. Gerakan pada thorakal joint berhubungan
dengan lower cervical yaitu pada C7 dengan T1, dan upper lumbar yaitu pada L1,
juga akan mengalami suatu keluhan. Gerak spine juga akan mempengaruhi
20
gerakan pada nucleus pulposus yang berfungsi sebagai bantalan air yang
Pada saat ekstensi akan terjadi gerakan nucleus ke anterior dan terjadi
gerak luncur dan menekuk ke arah posterior pada uppervertebrae. Selain itu pada
pelebaran bagian anterior diskus, serta terjadi pengembangan rongga toraks. Pada
saat fleksi akan terjadi gerak anterior luncur dan menekuk vertebrae di atasnya
Gerak fleksi pada thorakal dapat terjadi penambahan kurva, pelebaran bagian
Pada saat terjadi lateral fleksi atau rotasi akan terjadi gerakan tilting dari
dengan arah gerakan dan terjadi peningkatan tension pada bagian annulus. Gerak
lateral fleksi selalu diikuti dengan gerak rotasi yang dikenal dengan coupled
movement.
adalah costa 1-2-3-4 yang secara bertahap mengikuti gerak lengan atas seperti
intervertebral joint dengan winging dan rotasi. Pada frozen shoulder terjadi gerak
Bahu merupakan anggata gerak atas yang mempunyai mobilitas yang luas
karena memiliki bentuk ball and socket dengan bentuk socked dari kavitas
gleinodalis yang datar. Mobilitas yang luas dari sendi bahu tersebut, maka bahu
21
memiliki otot-otot bahu yang kuat sebagai stabilitas aktifnya. Otot-otot bahu
selain untuk stabilitas dari sendi bahu kompleks, juga menghasilkan gerakan bahu,
tiap otot bahu dapat menyokong lebih dari satu gerakan bahu.
inferior spina skapula dan ketiga bagian tersebut berinsersio pada tuberositas
deltoid medius untuk abduksi bahu dan m. deltoid posterior untuk ekstensi
C5-C6.
2. M. pectoralis major terdiri dari dua bagian yaitu clavicular portion yang
Pectoralis adalah adduksi dan rotasi internal bahu, fungsi lain dari otot ini
pada clavicular portion berfungsi untuk fleksi dan adduksi horizontal bahu,
pada sternocosta portion berfungsi untuk ekstensi bahu saat lengan bawah
pada permukaan medial sepertiga shaft of humerus, otot ini berfungsi untuk
4. M. biceps brachii mempunyai dua kaput yaitu kaput longum yang berorigo
pada tubrositas supragleinoid skapula dan kaput brevis yang berorigo pada
tuberositas radius. M. biceps brachii berfungsi untuk fleksi siku, supinasi, dan
membantu bahu untuk melakukan gerakan fleksi, otot ini dipersyarafi oleh n.
berfungsi untuk adduksi, ekstensi, dan internal rotasi bahu, otot ini
6. M. teres minor berorigo pada dua pertiga atas permukaan posterior perbatasan
minor berfungsi untuk eksternal bahu, otot ini persyarafi oleh n. axillary,
radiks C5.
23
scapula dan berinsersio pada prosesus olekranon ulna, otot ini berfungsi untuk
pada tuberkulum majus humeri, otot ini berfungsi untuk rotasi eksternal bahu
rotasi eksternal bahu, otot ini dipersyarafi oleh n. suprascapularis, radiks C5,
C6.
pada tuberkulum minus. Fungsi otot ini adalah untuk rotasi internal bahu dan
levator skapula adalah elevasi , adduksi dan downward rotation skapula, otot
thoracolumbal, krista iliaka dan iga ketiga-empat bawah, otot ini berinsersio
adalah untuk ekstensi, adduksi dan internal rotasi bahu, otot ini dipersyarafi
OTOT-OTOT BAHU
DILIHAT DARI BELAKANG
skapula dan upward rotation scapula, otot ini dipersyarafi oleh n. spinal
pertama sampai kelima dan ligamen supra spinal, berinsersio pada perbatasan
medial processus akromion skapula dan spina skapula, otot ini berfungsi untuk
15. M. lower trapezius berorigo pada processus spinosus vertebra thorakal keenam
skapula dan upward rotation scapula, otot ini dipersyarafi oleh n. spinal
16. M. rhomboideus major berorigo pada processus spinosus T2-T5 dan ligament
down ward rotation scapula, otot ini dipersyarafi oleh n. dorsal scapular,
radiks C5.
radiks C5-C7.
19. M. subclavius berorigo pada anterior iga pertama dan kartilagonya, otot ini
menyebar keatas dan berinsersio sepanjang sisi tengah dalam klavikula, fungsi
20. M. pectoralis minor berada di bawah M. pectoralis major. Otot ini berorigo
pada permukaan luar atas iga iga ketiga, empat, dan lima dekat dengan
Posisi dan gerakan yang terjadi pada sendi glenohumeral selalu berkaitan
dan scapula. Pada awal gerak abduksi 0-30° terjadi gerak humerus 30° sementara
scapula pada posisi tetap atau bahkan sedikit adduksi. Pada lingkup 30° - 60°
Selanjutnya pada abduksi 60° – 120° juga terjadi rotasi eksternal humerus secara
berlanjut. Pada abduksi 120° – 180° gerak proporsional tersebut tetap berlanjut.
Pada lingkup ini mulai terjadi gerakan intervertebral dan costae dan bermakna
pada akhir ROM. Pada kasus frozen shoulder gerak scapulohumeral rhythm
tersebut menjadi terbalik perbandingan antara humerus dan scapula yaitu 1:2,
keterbalikan pola gerak dimana scapula lebih besar dari humerus pada saat
nyeri dan keterbatsan gerak aktif dan pasif yang sering dialami oleh orang berusia
40-60 tahun dan memiliki riwayat trauma, sering kali ringan. Penyebab frozen
shoulder tidak diketahui, diduga penyakit ini merupakan respon auto immobilisasi
kelumpuhan, post operasi payudara atau dada, infark miocardia, dan dari dalam
perubahan inflamasi berupa formasi adhesi pada kapsul sendi dan membran
sehingga terjadi keterbatasan gerak sendi bahu. Selain pada kapsul dan membran
lainnya. Oleh karena itu, untuk lebih memahami tentang perubahan patologis pada
teres minor, demikian pula tendonitis M. Biceps kaput longum dan bursa sub
patologi pada tendon otot tersebut mengakibatkan nyeri adanya nyeri akan
terjadi hiperalgesia bahkan allogenia yang apabila terjadi peregangan kecil saja
29
oleh jaringan ikat yaitu serabut collagen yang tersusun sejajar bersilangan, elastin
yang berwarna kuning dan lentur, fibroblast cell yang menghasilkan kolagen dan
Kapsul sendi terdiri atas tunika fibrosa dibagian luar dan membrana sinovial
Adanya nyeri hebat pada kasus ini dapat menyebabkan autoimmobilisasi pada
sendi glenohumeralis sebagai proteksi pada nyeri. Menurut Alkeson et.al, (1980)
jaringan ikat. Mereka melakukan penelitian pada knee joint kelinci dan
menemukan adanya perubahan pada serabut kolagen jaringan ikat disekitar sendi
yang terimobilisasi dan perubahan pada substansi intraseluler dari GAG dan air.
konsentrasinya sampai 20%. Sebaliknya secara total serabut kolagen masih tidak
GAG sementara serabut kolagen masih dalam bentuk yang sama akan
tersebut.
cenderung kurang elastis dan lebih rapuh. Kemudian adanya stress normal selama
maka akan menyebabkan serabut-serabut saling merapat satu sama lain sehingga
Penemuan Alkeson et,al. ini didukung oleh La Vigne dan watkins yang
memerlukan gaya yang sangat besar untuk menggerakkan sendi melalui arkus
sendi terganggu.
Tabel 2.1 Pengamatan biochemical pada serabut jaringan ikat akibat Imobilisasi
Meningktnya degradasi
Meningkatnya sintesis
abnormal cross-bridging antara serabut kolagen sintesis baru dan serabut kolagen
lama serta hilangnya jarak kritikal serabut kolagen. Semuanya itu disebabkan oleh
menurunnya asam hyaluronik dan kandungan air didalam sinovial sendi sehingga
resessus axilaris, sedangkan pada kapsul sendi bagian posterior terjadi kontraktur,
sehingga khas pada kasus ini rotasi paling bebas, abduksi terbatas dan rotasi
rotasi internal dan adduksi bahu, sehingga akan lebih menguntungkan. Namun
demikian apabila tidak ditangani dengan cepat dan tepat, maka ditakutkan akan
lokal berupa inflamasi pada membran synovial dan capsul sendi glenohumeral
glenohumeral dengan kapasitas volume hanya sebesar 5-10ml, yang pada sendi
normal bisa mencapai 20- 30ml, dan selanjutnya kapsul sendi glenohumeral
pola kapsuler dan firm end feel dan inilah yang disebut frozen shoulder.
32
collagen yang telah ada dan menurunkan jarak antar serabut yang akhirnya
mengakibatkan penurunan kandungan air dan asam hyaluronik secara nyata. Pada
mobilitas.
merupakan bagian dari sendi suprahumeral adalah salah satu pencetus dari frozen
shoulder maupun efek kelanjutan dari dari frozen shoulder sendiri. Karena dalam
melakukan gerakannya sendi glenohumeral tidak berdiri sendiri dan selalu terkait
dengan 6 sendi yang lain yang tergabung dalam shoulder complex, maka
perubahan patologi pada sendi glenohumeral seperti frozen shoulder, juga akan
berpengaruh terhadap 6 struktur sendi yang lain yang tergabung dalam shoulder
kontraktur pada otot-otot fixator gelang bahu dan ligamen longitudinal posterior.
gangguan pada otot gelang bahu akan memerparah keterbatasan gerak bahu.
Nyeri adalah sensasi subjektif, rasa yang tidak nyaman biasanya berkaitan
dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial (Corwin, 2000). Ketika suatu
bahan yang dapat menstimulus reseptor nyeri seperti serotonin, histamin, ion
1. Nyeri tertusuk dirasakan seperti ditusuk jarum kedalam kulit atau seperti kulit
dipotong pisau yang disebabkan oleh perangsangan serabut nyeri tipe Aδ.
tipe C.
34
didaerah tubuh yang tersebar luas, dapat bersatu menjadi suatu sensasi yang
sangat tidak enak yang juga disebabkan oleh perangsangan serabut tipe C.
disalurkan ke susunan syaraf pusat oleh 2 (dua) sistem serat (serabut) antara lain:
(1) Serabut A – delta (Aδ) Bermielin dengan garis tengah 2 – 5 (cm yang
menghantar dengan kecepatan 12 – 30 m/detik yang disebut juga nyeri cepat (test
pain) dan dirasakan dalam waktu kurang dari satu detik, serta memiliki lokalisasi
yang jelas dirasakan seperti ditusuk, tajam berada dekat permukaan kulit.
(2) Serabut C, merupakan serabut yang tidak bermielin dengan garis tengah 0,4 –
1,2 m/detik disebut juga nyeri lambat di rasakan selama 1 (satu) detik atau lebih,
diteruskan ke korda spinalis, serabut – serabut syaraf aferen masuk kedalam spinal
lewat dorsal “root” dan sinap dorsal “ horn” yang terdiri dari lapisan (laminae)
yang saling berkaitan II dan III membentuk daerah substansia gelatinosa (SG).
Substansi P sebagai nurotransmitter utama dari impuls nyeri dilepas oleh sinaps
dari substansia gelatinosa. Impuls – impuls nyeri menyebrang sum – sum tulang
traet (STT) atau spinothalamus dan spinoroticuler traet (SRT) yang menunjukkan
sistem diskriminatif dan membawa informasi mengenai sital dan lokasi dari
(Long, 2007).
35
Jenis stimulus yang mengeksitasi reseptor nyeri adalah mekanis, suhu dan
kimia. Reseptor serat nyeri hampir seluruhnya terangsang oleh stres mekanis
mekanosensitif. Reseptor yang sensitif terhadap panas atau dingin yang ekstrim
dinamai reseptor nyeri termosensitif, dan reseptor nyeri yang sensitif terhadap
berbagai zat kimia reseptor nyeri kemosensitif. Beberapa zat kimia yang yang
Beberapa reseptor nyeri hanya sensitif terhadap satu jenis stimulasi, kebanyakan
Reaksi terhadap nyeri seseorang sangat berbeda, dan juga intensitas isyarat
nyeri yang dihantarkan mendekati medula menuju berbagai area reseptor nyeri di
dalam otak dapat berubah hebat pada berbagai keadaan. Ini akibat aktivasi sistem
yang menghambat nyeri di dalam medula spinalis dan di dalam otak. Nyeri
menyebabkan reaksi refleks motorik dan reaksi psikis. Beberapa kerja motorik
timbul secara refleks dari modula spinalis, karena impuls nyeri yang memasuki
yang menjauhkan tubuh atau bagian dari tubuh dari rangsang yang berbahaya.
semua aspek nyeri seperti sedih, menangsi, cemas, depresi, mual dan keadaan
terangsang otot yang berlebihan di seluruh tubuh. Reaksi ini sangat berpariasi dari
satu orang ke orang lain setelah tingkat rangsang nyeri yang sebanding.
dekat dengan ventrikulus ke III, area grisea periakueduktal batang otak dan
nukleus rafe di garis tengan batang otak dapat mengurangi atau menghambat
36
isyarat nyeri yang dihantarkan medila spinalis. Sistem ”analgesia” bekerja dimulai
rafe di garis tengah batang otak, kemudian dari sini lintasan serat akan turun ke
medula spinalis dan berakhir di kornu dorsalis, tempat serat sensorik nyeri dari
menekan transmisi impuls nyeri melalui neuron setempat di dalam aera ini. Sistem
analgesia ini juga menghambat transmisi otak pada titik lain di dalam lintasan
nyeri, terutama di dalam nukleus retikularis batang otak dan di dalam nukleus
intralaminar talamus.
Dua jenis komponen yang berhubungan erat dengan kerja morfin dinamai
enkefalin dan endorfin, telah diisolasi dari area otak terutama yang berhubungan
Inhibisi transmisi nyeri pada tingkatan medula spinasil oleh reseptor taktil
perifer akan mendepresi isyarat nyeri dari area tubuh yang sama ataupun area
menggosok kulit di dekat area yang nyeri sering sangat efektif menghilangkan
nyeri.
Mekanisme konsep nyeri menurut Melzack dan Wall yang disebut “Gate
“Serabut afferents A-beta dan serabut afferents A-delta & C mengirim impuls
nyeri ke Transmisi sel (T-sel) pada medulla spinalis. Kedua neuron (interbuncial
37
rangsangan nyeri yang akan dikirim ke T-cell. Rangsangan nyeri dari serabut
dari serabut afferent A-delta & C mengurangi SG-cell. SG-cell berfungsi sebagai
pintu gerbang. Apabila rangsangan nyeri yang menuju T-cell berasal dari serabut
lemah. Sebaliknya rangsangan nyeri yang bersal dari serabut afferent A-delta & C
gerbang melebar, sehingga rangsangan pada T-cell lebih kuat. Kontrol gerbang
juga dipengaruhi oleh Central control. Impuls rasa nyeri masuk melalui saraf
perifer ke pusat kolumna posterior dan system proveksi dorsolateral sebagai pacu
proses, yaitu;
Dimana inpuls saraf ini disalurkan oleh serabut saraf A-delta yaitu serabut
saraf bermyelin tipis dan serabut C yaitu serabut saraf yang tidak bermyelin.
dengan input nyeri yang masuk melalui cornu posterior medulla spinalis.
Dimana system analgetik endogen ini akan menekan impuls nyeri pada cornu
posterior medulla spinalis. Modulasi nyeri terbagi menjadi empat level yaitu:
a. Level sensorik
konduksinya.
b. Level spinal
spinalis melalui serabut afferent A-delta dan C. Modulasi nyeri pada level
c. Level supraspinal
noradrenalin yang memiliki efek dapat menekan impuls nyeri pada cornu
tubuh dipengaruhi oleh stimulasi pada serabut saraf afferent A-delta dan
d. Level sentral
yang dirasakannya yang mencakup sifat atau tingkah laku yang kompleks,
spinalis.
4. Proses Persepsi
Persepsi adalah hasil akhir dari proses interaksi yang kompleks yang
dimulai dari proses transduksi, transmisi dan modulasi yang pada akhirnya
a. Tipe nyeri
1) Reffered pain
sesegmen.
2) Trigger point
3) Scleretome
dengan rasa nyeri yang dialami. Penggunaan tes ini dilakukan sebelum
2) Pain Charts
tertentu, misalnya biru untuk nyeri hebat, kuning untuk tidak terasa
nyeri, merah untuk nyeri seperti terbakar, dan hijau untuk nyeri keram.
digolongkan nyeri
ditemui yakni :
1) Kulit menjadi pucat, dingin dan lembab saat nyeri hebat dan lama
stressor fisis berupa energi elektromagnetik yang dihasilkan oleh arus bolak-balik
jaringan, sehingga medan listrik tidak terpusat pada benda metal/dielektrik tinggi
yang terdapat pada tubuh atau permukaan menonjol yang menonjol meskipun
Deep heat dalam jaringan didapat dicapai dengan mengubah bentuk energi
lain untuk memanaskan. Pada short wave diathermy (SWD) arus frekuensi tinggi
Aplikasi optimal MWD adalah tegak lurus terhadap permukaan karena pada
Arus dari mesin mengalir ke elektroda melalui co-axial cable, yaitu suatu
kabel yang terdiri dari serangkaian kawat di tengah yang diselubungi oleh
selubung logam yang dikelilingi suatu benda isolator. Kawat dan selubung logam
tadi berjalan sejajar dan membentuk sebagai kabel output dan kabel bolak balik
dari mesin. Konstruksi kabel semacam ini diperlukan untuk arus frekuensi yang
sangat tinggi dan panjangnya tertentu untuk suatu frekuensi tertentu pula.
Co-axial cable ini menghantarkan arus listrik ke sebuah area di mana gelombang
mikro dipancarkan. Area ini dipasang suatu reflektor yang dibungkus dengan
Emitter yang sering disebut juga elektrode atau magnetode terdiri dari
berpengaruh pada jaringan tapi tidak dipengaruhi sifat elektris jaringan dan hanya
dapat diterapkan pada 1 arah. Terpengaruh sudut aksis datangnya sinar maksimal
bila tegak lurus dengan Penetrasi kurang dari 3cm. Panas optimal pada kulit
Antara Emitter dan kulit di dalam teknik aplikasi terdapat jarak berupa
udara. Pada emitter yang berbentuk bulat maka medan elektromagnetik yang
dipancarkan berbentuk sirkuler dan paling padat di daerah tepi. Pada bentuk
disebabkan oleh penyerapan jaringan. Jarak antara kulit dan emitter tergantung
pada beberapa faktor antara lain jenis emitter, output mesin dan spesifikasi
Pada pengobatan daerah yang lebih luas diperlukan jarak yang lebih jauh
sejauh < 3cm. Energi ini akan bekerja lebih efektif khususnya pada jaringan yang
dielektrisnya fungsi seperti pada jaringan otot dan jaringan pembuluh darah.
timbulnya panas dalam jaringan. Panas tersebut terjadi karena tiap jaringan
memiliki satu dari 3 sifat yaitu; bersifat elektrolit, konduktor dan isolator.
Jaringan yang bersifat elektrolit, mengandung ion (+) dan ion (-), sehingga apabila
menimbulkan panas. Pada jaringan yang bersifat isolator dikelilingi oleh elektron
bersifat konduktor, disini terdapat ion-ion (+) dn ion (-) yang lebih mobil sehingga
dipole.
Pada penerapan MWD panas yang terjadi besarnya sesuai dengan urutan
sebagai berikut: kulit, lemak bawah kulit, otot, fasia, kapsul, ligament dan tulang
1. Perubahan temperatur
b. Reaksi general
Panas yang diberikan dalam waktu lebih dari 20 menit akan meningkatkan
c. Consensual efek
Timbulnya respon panas pada sisi kontralateral dari segmen yang sama.
2. Jaringan ikat
jaringan tanpa menambah panjang kolagen, tetapi terbatas pada jaringan ikat
yang letak kedalamannya < 3 cm. Perbaikan sirkulasi, kadar dalam matriks
jaringan ikat. Meningkatkan air sehingga komposisi GAG dan air pada
3. Jaringan otot
Berpengaruh terhadap fasia otot dan miofibril. Pada fasia otot dapat
menurunkan spasme sebagai akibat dari penurunan nyeri akibat efek sedatif.
normalisasi nocicencorik.
4. Jaringan saraf
pada kornu posterior oleh serabut termosensor. Pada dosis tinggi dan waktu
Menurunkan nyeri, normalisasi tonus otot melalui efek sedatif, serta perbaikan
latihan.
conduktivitas jaringan saraf akan membaik pula. Proses ini melalui efek
fisiologis.
2.3.7 Pengaruh MWD untuk pengurangan nyeri Bahu pada frozen shoulder
neurotransmiter serta ambang rangsang saraf. Pada Mild heat dapat memblok
48
nyeri pada kornu posterior oleh serabut termosensor. Pada dosis tinggi dan waktu
nyeri seperti algogen-asam laktat, sehingga nyeri berkurang serta terjadi rileksasi
otot yang diikuti dengan berkurangnya spasme otot sehingga lingkup gerak sendi
Selain itu efek termal MWD dapat juga meningkatkan elastisitas jaringan
ikat seperti jaringan collagen kulit, otot, tendon, ligamen dan kapsul sendi akibat
perbaikan sirkulasi dan kadar air dalam matriks jaringan ikat. Meningkatnya kadar
air tersebut air menyebabkan komposisi GAG dan air pada jaringan ikat
sebagai berikut:
1. Persiapan alat
2. Persiapan subjek
b. Daerah yang akan diberikan terapi dibebaskan dari pakaian dan logam A B
d. Letakkan MWD pada bagian anterior bahu pada posisi badan terlentang
dengan abduksi dan rotasi eksternal bahu dan pada bagian posterior bahu
3. Pelaksanaan Terapi
a. Durasi : 15 menit.
b. Intensitas : mitis
c. Frekuensi : 3x/minggu
a. Warna kulit
b. Rasa panas
c. Gejala Vital
media tertentu dengan media lainnya. Dimana gelombang suara lebih mudah
merupakan sifat dari suatu medium yang mana suara masih dapat lewat.
Besarnya tahanan akustik tergantung pada kerapatan media (Q) dan kecepatan
gelombang suara (C). Adapun nilai sifat medium adalah dari hasil kerapatan
3. Refleksi (Pemantulan)
dua media yang berbeda. Banyak energi yang dipantulkan tergantung besarnya
Karena adanya refeleksi tersebut, maka energi US lebih besar diserap pada
Jika gelombang ultra sonic masuk ke dalam jaringan maka efek yang
maka semakin dalam gelombang ultra sonik masuk dan intensitasnya semakin
5. Pembiasan
Pembiasan gelombang ultra sonic ditentukan oleh nilai indeks bias tiap-
tiap media pada jaringan, dimana indeks bias ditentukan oleh kecepatan
bgelombang ultra sonic pada tiap-tiap medium. Nilai indeks bias (n) = 1
berarti tanpa pembiasan sedangkan nilai indeks bias lebih darui 1 berarti
pembiasan mendekati normal dan jika indeks bias kurang 1 berarti ditentukan
oleh sudut dating dan kecepatan gelombang suara pada media yang dilaluinya.
6. Coupling Media
maka dibutuhkan suatu medium yang berada transduser dan permukaan tubuh
yang akan di ultra sonic. Adapun cirri-ciri coupling media yang baik adalah :
d. Transparasi,
e. Mudah dibersihkan.
1. Efek Mekanik
frekuensi dari tranduser ultra sonik sehingga terjadi varisasi tekanan dalam
sering disebut dengan istilah micro massage yang merupakan efek terapeutik
yang sangat penting karena hamper semua efek yang timbul oleh ultra sonic
longitudinal dari ultra sonic mampu menimbulkan micro tissue damage dan
54
2. Efek Thermal
hangat. Panas yang ditimbulkan oleh jaringan tidak sama tergantung dari nilai
dan durasi pengobatan. Area yang paling banyak mendapatkan panas adalah
jaringan interface yaitu antara kulit dan otot serta periosteum. Hal ini
disebabkan oleh adanya gelombang yang diserap dan dipantulkan. Agar efek
panas tidak terlalu dominan digunakan intermitten ultra sonic yang efek
ion sehingga mempengaruhi nilai ambang rangsang dari sel-sel. Efek thermal
jaringan hanya selama 1 (satu) menit. Tetapi bila terkonsentrasi pada satu
jaringan dapat menimbulkan “heat burn”, yaitu bila pada tempat menonjol
3. Efek Piezoelectrik
menyebabkan terjadinya aliran muatan listrik pada sisi luar dari bahan
piezoelectric tadi. Pada manusia seperti pada jaringan tulang, kolagen dan
elektrolit tubuh sehingga mengganggu ion-ion yang berada pada lapisan yang
dystrhopie.
7. Kelainan pada kulit seperti jaringan parut karena operasi, luka bakar, trauma.
1. Absolut : mata, jantung, uterus wanita hamil, testis, epiphyseal plate tulang
anak yang belum matang, kanker / pasien dengan pengobatan rediotherapi dan
Dengan pemberian modalitas ultra sonic dapat terjadi iritan jaringan yang
menyebabkan reaksi fisiologis seperti kerusakan jaringan, hal ini disebabkan oleh
efek mekanik dan thermal ultra sonik. Pengaruh mekanik tersebut juga dengan
kerusakan. Pengaruh nyeri terjadi secara tidak langsung yaitu dengan adanya
1. Persiapan alat
a. Siapkan alat US dan jelly sebagai media poenghantar, pastikan tidak ada
b. Atur jarak alat dengan tempat terapi pasien, ushakan agar alat tidak
2. Persiapan pasien
b. Daerah lutut yang akan diterapi harus bebas dari pakain dan bahan metal.
c. Atur posisi pasien sesuai dengan daerah tubuh yang akan diterapi, yaitu
dengan duduk diatas kursi, pastikan pasien merasa nyaman dengan posisi
tersebut.
3. Teknik aplikasi
a. Nyalakan alat, siapkan tranduser ultra sonic lalu diberi jelly sesuai dengan
1. Intesitas : 2 watt/cm²
2. Gelombang : continues
3. Waktu : 5 menit
glenohumeral. Traksi adalah gerak satu permukaan sendi tegak lurus terhadap
permukaan sendi pasangannya kearah menjauh, dalam hal ini traksi sendi
glenohumeral adalah traksi kearah lateral serong keventro cranial. Pada saat traksi
viskositas cairan sendi glenohumeral. Gerakan aktif pada lingkup gerak sendi
mempunyai efek antara lain untuk memelihara elastisitas dan kontraksi otot,
memberikan efek sensasi balik dari kontraksi otot, memberikan stimulus pada
gerakan pasif pada sendi dengan amplitude yang kecil atau besar yang
diaplikasikan pada semua ROM yang ada dan dapat dilakukan ketika permukaan
1. Efek fisik
2. Efek neurologis
3. Efek stretching
Traksi dapat meregang atau mengulur kapsul ligament tanpa nyeri melalui
perbaikan lingkup gerak sendi sampai mencapai tahap fungsional dari sendi
dan dapat memelihara ekstensibilitas dan kekuatan tegangan dari sendi dan
jaringan periartikular.
4. Efek arthrokinematik
5. Efek mekanik
pergerakan cairan sinovium yang akan membawa nutrisi pada bagian yang
dan efek degenerasi statis saat nyeri dan tidak dapat melakukan gerakan dalam
1. Posisi tangan
2. Arah gerakan
Arah gerakan harus bebas dari adanya nyeri sampai batas tahanan
Gerakan sampai arah keterbatasan adalah suatu upaya untuk melakukan sesatu
perubahan mekanik dalam kapsul sendi dan jaringan yang ada disekitarnya.
60
mengalami perlengketan.
Arah gerakan yang diberikan tidak boleh melampaui batas normal gerak
memposisikan diri sedekat mungkin dengan pasien, tangan dan lengan terpis
bertindak sebagai fulcrum dan levers serta posisi terapis harus mengikuti
1. Derajat traksi
mobilisasi sendi (traksi mobilisasi) dan untuk tes joint play movement
(traction test).
a. Derajat I atau II
sendi istirahat traksi tidak perlu dilepaskan total ke posisi awal tetapi
meningkatkan LGS dan relaksasi otot jika dilakukan dengan osilasi dan
sendi.
Nyeri dan spasme otot dapat ditangani dengan teknik gentle joint play
dan ligamen.
teknik mobilisasi sendi untuk menjaga dan memelihara gerak yang ada.
Ketika pasien tidak dapat melakukan gerakn pada satu sendi untuk
beberapa waktu maka dapat diberikan traksi tanpa stretch untuk memelihara
1. Hipermobilitas
Hipermobilitas pada sendi tidak boleh diberikan teknik ini kecuali dengan
normal pada sendi tersebut. Selain itu tidak boleh diaplikasikan pada pasien
2. Efusi Sendi
Efusi sendi tidak boleh dilakukan mobilisasi. Hal ini dikarenakan pada
cairan dari luar. Keterbatasan ini berasal dari perubahan yang terjadi dari laur
3. Inflamasi
Pada tahap ini tidak boleh dilakukan traksi karena menimbulkan nyeri
akan menurunkan nyeri. Gerak ritmis dan kontinue pada traksi akan
memacu penyerapan kembali cairan venosis dan cairan limfe sehingga sirkulasi
proses pertukaran nutrisi ke permukaan kartilago sendi dan fibro kartilago yang
dengan derajat III atau IV pada akhir pembatasan ROM akan melepaskan
Posisi awal sendi bahu pada posisi MLPP (bonnet position/ abduksi,
internal rotasi 30) lakukan traksi derajat I kearah lateral serong keventro
internal rotasi dan eksternal rotasi, kemudian lakukan traksi derajat IV pada
MLPP ke arah lateral serong ventro kranial dengan frekuensi dan repetisi