You are on page 1of 52

1.

TEGANGAN
1. Macam-macam Tegangan
1. Tegangan Beban (Load Stress)
Tegangan beban ialah tegangan-tegangan yang terjadi akibat gaya-gaya
luar, yang besarnya tergantung pada kekuatan bahan itu sendiri.
Tegangan beban dapat dibedakan menjadi dua, yaitu;
a) Tegangan Statis, ialah tegangan yang disebabkan gaya-gaya statis, yaitu
gaya-gaya yang tidak berubah besar, arah dan titik tangkapnya.
b) Tegangan Dinamis, ialah tegangan akibat gaya-gaya yang berubah
besarnya, arahnya atau kedua-duanya berubah-ubah, misalnya tegangan
pada gigi-gigi roda gigi, tegangan pada poros engkol dan sebagainya.
Berdasarkan arah dari gaya-gaya luar yang bekerja, tegangan beban
dibedakan sebagai berikut:
a) Tegangan akibat gaya-gaya arah aksial
b) Tegangan akibat gaya-gaya arah radial
c) Tegangan gabungan akibat gaya dengan gaya-gaya yang berlainan arah,
atau gabungan gaya-gaya dengan momen.
d) Tekanan bidang (tekanan permukaan),
2. Tegangan sisa (residual stress)
Tegangan sisa ialah tegangan yang terjadi bukan disebabkan oleh gaya-gaya
luar, melainkan karena faktor-faktor lain seperti karena proses pembuatan dan
pengerjaannya, kelelahannya dan lain-lain.
1. TEGANGAN
2. Konsep Tegangan

A = luas penampang yang menahan gaya F

F Intensitas gaya yang terbagi pada luasan seluas A


A disebut tegangan, σ (sigma)
F
Maka: σ=
A
F adalah resultan gaya internal pada penampang A

Satuan tegangan: F = N

σ A = m2
σ = N/m2

1 N/m2 = 1 Pa (pascal)
1 MPa = 106 Pa = 106 N/m2
1 GPa = 109 Pa = 109 N/m2
1. TEGANGAN
3. Tegangan Normal
 Tegangan normal disebabkan oleh beban atau
gaya aksial.
F  Tegangan normal: → Tegangan pada bidang yang
A
tegak lurus dengan arah gaya.
 σ = F/A → bukan tegangan disuatu titik pada
penampang A, tetapi tegangan rata-rata disemua
titik pada penampang A.
 Pada umumnya tegangan disuatu titik tidak sama
dengan tegangan rata-rata.
 Dalam praktek, tegangan ini dianggap seragam,
kecuali pada titik beban, atau adanya konsentrasi
F
tegangan
A
Gaya ada di titik X
Y
X
→ Tegangan di X = besar
→ Tegangan di Y = 0
→ Tegangan rata-rata σ = F/A
1. TEGANGAN
3. Tegangan Normal
a. Tegangan normal positif (tegangan tarik)

F Gaya tarik F jika terus ditambah besarnya akan menyebabkan


σt = beberapa perubahan pada batang seperti menciutnya
A
penampang normal dan memanjang dan jika sampai pada
batas maksimum batang akan putus.

Jika suatu batang yang ada lubangnya melintang maka tegangan pada bagian
yang kritis/bahaya akan bertambah besar karena luas yang menahan gaya
tegang makin berkurang.

t
l
F
σt = F
(A − A 1 )
L
1. TEGANGAN
3. Tegangan Normal
a. Tegangan normal negatif (tegangan tekan)

Rumus tersebut berlaku jika:


F
σd =  Gaya tekan F bekerja aksial dan garis kerjanya
A berimpit dengan sumbu batang.
 Bukan merupakan gaya pukul (impact).
 Batang benar-benar lurus.

Karena sifat batang lebih tahan ditekan dari pada ditarik, maka pada
perencanaan biasanya σd diambil (1,5 ~ 2) σ t .
F F F

Bentuk-bentuk benda akibat gaya penekanan


1. TEGANGAN
3. Tegangan Normal
a. Tegangan normal negatif (tegangan tekan)
Jika gaya F terlalu besar dan ukuran panjang batang (l) dapat berubah
kedudukannya (melengkung), maka akan terjadi ketidak stabilan, batang
akan mengalami perubahan posisi yang disebut lekukan. Agar jangan
sampai terjadi lekukan, gaya tekan F harus lebih kecil dari gaya kritis (Fkr).

C.π 2 .E.I
Euller → Fkr =
l2 A = luas penampang
I = momen kelembaman penampang
σ lu .l 2 l = panjang batang
J.B. Johnson → Fkr = A .σ lu (1 − 4 C.π 2 .E.i 2 ) I
i = jari-jari kelembaman = A
F
F F F F C = koefisien pemasangan
E = modulus elastisitas bahan
σlu = tegangan pada batas lumer bahan

(a) Kedua ujung batang berengsel dan dijepit C = 1


(b) Kedua ujung dijepit benam C = 4
(c) Kedua ujung dijepit datar C = 1 ~ 4
(d) Satu ujung dijepit benam dan ujung lain berengsel C = 2
(e) Satu ujung dijepit benam dan ujung lain bebas C = ¼
F1 F1 F1 F1 F1
1. TEGANGAN
3. Regangan Normal (beban aksial)

F F F F

L δ δ
L

(a) regangan tarik (b) regangan tekan

 Regangan normal diakibatkan oleh beban aksial.


 Semakin besar L, pertambahan panjangnya juga semakin besar.
 Jika panjang mula-mula L dan luas penampang konstan, maka deformasi
per satuan panjang disebut regangan, ε (epsilon)

δ ε = regangan
ε=
L δ = jumlah perpanjangan/perpendekan
L = panjang batang sebelum ditarik/ditekan
1. TEGANGAN
4. Regangan Normal

σ σ3
B Hukum Hook dan Modulus Elastisitas
 Pada umumnya elemen struktur
(mesin) didesain sedemikian sehingga
σ2 C
deformasinya kecil, dan hanya
σ1 A bergerak pada garis lurus pada
diagram σ - ε.
 Pada daerah ini, tegangan berbanding
lurus dengan regangan: σ = E.ε
Persamaan ini disebut dengan Hukum
Hook (Robert Hook, 1635 – 1703)
O ε Koefisien E disebut dengan modulus
Diagram tegangan dan regangan elastisitas disebut juga modulus Young
(Thomas Young, 1773 – 1829)

Karena ε tanpa satuan, maka satuan E sama dengan satuan σ


1. TEGANGAN
4. Regangan Normal
a. Kekakuan (Stiffness)
 E menunjukkan mudah - tidaknya bahan berubah bentuk →
menunjukkan kekakuan (stiffness bahan).
 E ditunjukkan oleh garis linier pada diagram σ–ε

(σ = E.ε)
σ σ

ε ε

E besar → ε kecil E besar


kecil → ε besar
→ sulit berubah bentuk → mudah berubah bentuk
1. TEGANGAN
4. Regangan Normal
b. Batas proporsional
 Tegangan terbesar dimana hukum Hook masih berlaku disebut dengan
batas proporsional bahan.
 Pada bahan yang titik luluhnya jelas, maka batas proporsional hampir
berimpit dengan tegangan luluh.
 Pada beberapa bahan, penambahan bahan paduan, perlakuan panas,
dan proses pembuatan, mengubah kekuatan, duktilitas, ketahanan
korosi, dll.

Kekuatan sama, Kekakuan berbeda


1. TEGANGAN
4. Regangan Normal

Pada material yang mendapat beban aksial, jika tegangan yang timbul tidak
melebihi batas proporsional, maka berlaku hukum Hook:
σ = E.ε
F σ
Dari persamaan: σ = ; ε = dan δ = ε.L
A E

F.L
Diperoleh persamaan: δ=
A.E

F.l
E=
A.δ
1. TEGANGAN
5. Sistem tegangan pada dua bahan atau lebih

a. Interaksi dua bahan diseri

F F
a b

la lb

Bahan a: Ea, δa, Aa dan εa


Bahan b: Eb, δb, Ab dan εb
Persamaan kesetimbangan: Fa = Fb = F
Persamaan kompabilitas: δ = δa + δb
Hubungan tegangan regangan:
σa δa
= Ea σa = Ea × ε a = Ea ×
εa la
1. TEGANGAN
5. Sistem tegangan pada dua bahan atau lebih
σb δb
= Eb σ b = Eb × ε b = Eb ×
εb lb

Fa δ F .l
σa = = Ea × a → δ a = a a
Aa la A a .E a

Fb δ F .l
σb = = Eb × b → δ b = b b
Ab lb A b .Eb

Fa .l a F .l
Sehingga diperoleh persamaan: δ= + b b
A a .E a A b .E b

Jika Aa = Ab = A, dari persamaan Fa = Fb = F, maka diperoleh:

Fa  la lb 
δ=  + 
Aa E
 a E b 
1. TEGANGAN
5. Sistem tegangan pada dua bahan atau lebih

b. Interaksi dua bahan diparallel


a
Fa

F F F Fb
b

a
(a) (b)
Persamaan kesetimbangan: Fa ≠ Fb ≠ F
Persamaan kompabilitas: δ = δa = δb

Besarnya Gaya total : F = Fa + Fb


Fa Fa .l a
Tegangan pada batang 1 : σ a = dan δa =
Aa A a .E a

Fb Fb .l b
Tegangan pada batang 2 : σ b = dan δb =
Ab A b .E b
1. TEGANGAN
5. Tegangan pada Batang Composite (kombinasi)
Karena perpanjangan kedua batang tersebut sama, maka :

δb = δb
Fa .l a F .l Fa .l a F .l
= b b = b b
A a .Ea A b .Eb A a .E a A b .E b
A .E σ a σb
Fa = Fb × a a =
A b .Eb E a Eb
F = Fa + Fb
Ea
A a .Ea  A a .Ea  σ a = σb ×
= Fb × 
+ Fb = Fb  + 1 Eb
A b .Eb  A b .Eb  E
σb = σ a × b
 A .E + A b .Eb  Ea
= Fb  a a 
 A b .Eb 
 A b .Eb 
Fb = F ×  
 A a .Ea + A b .Eb 
 A a .Ea 
Fa = F ×  
 A a .Ea + A b .Eb 
1. TEGANGAN
Tabel 1 Berat jenis, modulus elastis, modulus geser dan
tegangan putus tarik beberapa jenis bahan

Massa jenis Modulus Elastis Modulus geser Teg. putus tarik


Nama Bahan ρ (kg/cm3) E (kg/cm²) G (kg/cm²) σpt (kg/cm²)

Baja karbon rendah 7,8 2,1 . 106 8 ~ 8,5 . 105 4000


Baja karbon sedang 7,8 2,1 . 106 9 . 105 6000
Baja campuran 7,8 2,1 . 106 8 . 105 10000 ~ 16000
Besi tuang kelabu 7,2 1 . 106 - 2100
Besi tuang keras 7,2 1,5 ~ 1,8 . 106 - 4000
Kuningan 9,1 1,1 . 106 7,5 . 105 -
Brons 9,8 1,2 . 106 7,7 . 105 -
Allumunium 3 7,8 . 105 3 . 105 -
Duralium 2,8 7,5 . 105 - 4200
Magnesium 1,9 4,3 . 105 1,9 . 105 2400
Plastik 1,3 1 . 105 - 850
Kayu 0,5 1,1 . 105 - 830

(Sumber; V. Dobrovolsky, Machine Element, Moskwa)


1. TEGANGAN
Contoh Tegangan Normal
Contoh 1;
Batang baja dengan diameter yang

40 mm
A 25 mm
berbeda-beda, ujung atasnya ditahan dan

80 mm
ujung bawah ditarik oleh beban 1250 N.

125 mm
Hitunglah tegangan tarik penampang B
15 mm
normal dari bagian-bagian batang
tersebut. Bila modulus elastisitas dari C
10
batang baja sebesar 2,1 x 105 N/mm2,
tentukan perpanjangan batang baja dan
regangannya.
Penyelesaian F = 1250 N
a) Tegangan tarik
- Tegangan tarik penampang F 1250
σ tA = = = 2,55 N / mm 2
normal pada batang A : A 1 π .25 2
4
- Tegangan tarik penampang F 1250
σ tB = = = 5,56 N / mm 2
normal pada batang B : A 1 π .15 2
4
1. TEGANGAN
- Tegangan tarik penampang F 1250
σt = = = 15,92 N / mm 2
normal pada batang C : A 1 π .10 2
4
b. Perpanjangan (δ) dan regangan (ε)
- Perpanjangan dan regangan pada batang A :
F.L A 1250 × 40 δ A 4,85 × 10 −4
δA = = = 4,85 × 10 − 4 mm εA = = = 1,21× 10 −5
A A .E π .25 2 × 2,1.105 LA 40
4

- Perpanjangan dan regangan pada batang B :

F.LB 1250 × 40 δB 1,35 × 10 −3


δB = = = 1,35 × 10 −3 mm εB = = = 3,37 × 10 −5
A B .E π .15 2 × 2,1.105 LB 40
4

- Perpanjangan dan regangan pada batang C :

F.L C 1250 × 45 δ C 3,41× 10 −3


δC = = = 3,41× 10 −3 mm εC = = = 7,58 × 10 −5
A C .E π .10 2 × 2,1.105 LC 45
4
1. TEGANGAN
contoh 2;
F= 200 N

Hitung tegangan normal pada


D1 = 10 mm batang 1 dan 2
1
30o + 200 3

+200
D2 = 20 mm -400
2

π
A1 = × 10 2 = 78,54 mm 2
4
π
A 2 = × 20 2 = 314,16 mm 2
4

F 200 3
σ1 = = = 4,41062 N / mm 2 = 4410620 N / m 2 = 4,41 MPa ( tarik )
A1 78,54
F − 400
σ2 = = = −1,27324 N / mm 2 = −1273240 N / m2 = −1,27 MPa ( tekan )
A 2 314,16
1. TEGANGAN
Soal 1;

Sebuah batang dengan panjang 250 cm dibuat


1 dari dua buah bahan, batang 1 terbuat dari
2
tembaga (E = 1,057 x 106 kg/cm2) dan batang

L
2 terbuat dari baja (E = 2,1 x 106 kg/cm2).
Penampang kedua batang tersebut adalah
lebar 2,5 cm dan tebal 1,25 cm. jika beban
tarik pada batang tersebut adalah 5 ton, hitung
pertambahan panjang batang tersebut, dan
F hitung tegangan pada batang tembaga dan
batang baja
1. TEGANGAN
Soal 2;

D1 = 15 mm
1 F1 = 5 KN
45o

F2 = 10 KN

D2 = 20 mm
2

Hitung tegangan normal pada batang 1 dan 2


1. TEGANGAN
6. Tegangan Geser
F
F

F1 F1
A = luas penampang yang menahan beban F
F
τs = Tegangan yang terjadi pada luasan A disebut
A Tegangan Geser, τ = tau

F F
F F

F F/2
F F/2 F
F F
τs = τs =
A 2A

Single shear Double shear


1. TEGANGAN
7. Tegangan pada Bidang Miring
Beban aksial tidak hanya menyebabkan tegangan normal, juga tegangan
geser jika bekerja pada bidang yang bersudut terhadap beban.

F F F
F

σ Ao
F

F F
F┴A→σ
F ┴ Aθ → σ

F τs F

F F F ⁄⁄ Aθ → τs

F ⁄⁄ A → τs
1. TEGANGAN
7. Tegangan pada Bidang Miring

F F F F

P
θ P = F cos θ
F F
V = F sin θ
Ao V
Aθ V F sin θ
τs = =
Aθ Ao
P F cos θ
σ= = cos θ
Aθ Ao
cos θ F
τs = × sin θ × cos θ
Ao
F
σ= × cos 2 θ 1 F
Ao τs = × sin 2θ
2 Ao
F
Pada θ = 0 → σ= (maks) Pada θ = 0 → τs = 0
Ao
θ = 90o → σ=0 θ = 90o → τs = 0 F
θ = 45o → τ s = 2A (maks)
o
TEGANGAN
8. Regangan geser
δ

τ γ τ
τ τ
y

Regangan geser didefinisikan sebagai perbandingan antara pergeseran


relatif permukaan yang berlawanan terhadap jarak antaranya.
δ
Regangan geser (γ ) =
y
Karena δ sangat kecil dibandingkan y, maka δ/y adalah sama dengan
sudut γ(diukur dalam radian).

Maka : τs
τ s = G.γ G= G = modulus kekakuan
γ
(modulus of rigidity).
E E = modulus elastisitas
G=
2(1 + υ ) υ = angka Poisson
1. TEGANGAN
Contoh tegangan geser
1. Mesin pons seperti pada gambar harus dapat melubangi pelat setebal 8
mm. Bentuk lubang segitiga sama sisi (panjang sisi = 30 mm) dan satu lagi
bulat dengan diameter 30 mm dilubangi secara serempak. Jika tegangan
putus tarik bahan pelat 4000 kg/cm2 dan tegangan geser pelat 0,6 dari
tegangan putus tarik pelat, tentukan gaya tekan minimum yang harus
diberikan mesin pons agar bisa melubangi secara serempak.
1. TEGANGAN
Contoh tegangan geser

Penyelesaian;

σ t = 4000 kg / cm 2
τ s = 0,6 × σ t = 0,6 × 4000 = 2400 kg / cm2
F = A .τ s

= ((3 × 3 × 0,8) + (3,14 × 3 × 0,8)).2400 = 35366,4 kg

Jadi gaya tekan minimum yang diperlukan mesin untuk


melubangi pelat sebesar 35366,4 kg atau 35,4 ton.
1. TEGANGAN
9. Tegangan Ultimate dan Tegangan Ijin

 Tegangan beban (ultimate) adalah tegangan beban maksimum yang bisa


terjadi pada bahan → hasil pengujian.
 Dalam desain, maka beban yang dikenakan pada komponen mesin harus
lebih kecil dari beban ultimate bahan.
 Perbandingan antara keduanya disebut faktor keamanan (safety of factor,
Sf)

Beban ultimate
Sf =
Beban yang diijinkan

Tegangan ultimate σ
Sf = = t
Tegangan yang diijinkan σ t

σ t (ultimate )
σt =
Sf
1. TEGANGAN
9. Tegangan Ultimate dan Tegangan Ijin

Tabel Harga faktor keamanan suatu bahan dengan beberapa jenis


pembebanan
Nama bahan Beban tetap Beban bergerak Beban kejut

Besi Tuang 5~6 8 ~ 12 16 ~ 20


Besi tempa 4 7 10 ~ 15
Baja 4 8 12 ~ 16
Bahan lunak dan campurannya 6 9 15
Kulit 9 12 15
Kayu 7 10 ~ 15 20

Pengambilan angka faktor keamanan juga dapat berdasarkan


perkiraan umum serta cara dan sistem pembebanan:
 Untuk beban statis, yakni beban tetap yang besar dan arahnya tertentu,
Sf = 1,5 ~ 3
 Untuk beban dinamis, arah dan besar gaya berubah dari harga minimum
hingga nol, Sf = 4 ~ 6
 Untuk beban dinamis, arah dan besar gaya berubah dari harga maksimum
hingga minimum, Sf = 6 ~ 8
1. TEGANGAN
10. Tegangan Bengkok (tegangan lentur)
Garis netral

F ΔA1
Y
x I
F1 σ1
F2
Δ

Y
σY1

e1

y1
A I B
½l ½l X X

y2
e2
l σY2 F2
σ2 F1
Y ΔA2
Grafik tegangan
Grafik gaya tegang

 Pada penampang normal batang dengan jarak x dari ujung A, bekerja


momen bengkok Mb = RA . x.
 RA = RB = ½F.
 Momen bengkok Mb = RA . x = ½F . x, ialah momen bengkok/ momen
lentur pada penampang I – I.
 Tegangan yang berupa distribusi dari tegangan tarik dan tekan ini
disebut tegangan bengkok atau tegangan lentur.
1. TEGANGAN
10. Tegangan Bengkok (tegangan lentur)

σ1.y1
σy1 : σ1 = y1 : e1 → σy1 =
e1
σ y 1 : σ 2 = y 1 : e 2 → σ 1 : σ 2 = e 1 : e 2

σ 2 .y 2
σy 2 : σ 2 = y 2 : e2 → σy 2 =
e2
Pada ∆A1 bekerja tegangan tekan σy1 dan gaya tegang F1 :
F1
σy 1 = → F1 = σy 1.∆A 1
∆A 1

Momen lengkung pada penampang I – I :

Mb = F1 . y1 + F2 . y2 + ……………………….. + Fi . yi

= σy1.∆A1.y1 + σy 2 .∆A 2 .y 2 + ..................... + σy i .∆A i .y i

σ1.y1.∆A1.y1 σ2.y2.∆A2.y2 σ3.y3.∆A3.y3 σ .y .∆A .y


= + + + ............. + i i i i
e1 e2 e3 ei
1. TEGANGAN
10. Tegangan Bengkok (tegangan lentur)
Jumlah momen pada penampang normal I – I :

σb 2
Mb = ∑
e
y .∆A ∑ .∆A = I
y 2

σ Mb .e Mb Mb
Mb = b .I σb = = σb =
e I I Z
e
Dimana; σb = Tegangan bengkok/lentur
I = Momen kelembaman penampang
e = Jarak pinggir penampang ke garis netral
I/e = Z = Momen tahanan penampang thd bengkok/lentur
F

Y IX
ZX = dan e = ½h
e
X X 1 3
h

bh
12 1
ZX = = bh2
1 6
Y h
b 2
1. TEGANGAN
Contoh tegangan bengkok

1. Batang terjepit mendapat pembebanan seperti ditunjukkan pada gambar.


Tentukan besarnya tegangan bengkok yang terjadi pada batang.

F = 2500 kg

8 cm
40 cm 6 cm

Penyelesaian;

M = F.l = 2500 × 40 = 100000 kg.cm


1 2 1
Z= b.h = .6.8 2 = 64 cm 3
6 6
M 100000
σb = = = 1562,5 kg / cm 2
Z 64
1. TEGANGAN
Contoh tegangan bengkok

2. Sebuah poros axle dengan panjang 1 m ditumpu oleh dua buah bantalan
pada ujung-ujungnya, dan dibebani flywheel dengan berat 30 kN pada
bagian tengahnya. Jika tegangan bengkok tidak lebih dari 60 N/mm2, hitung
diameter poros axle tersebut!
Penyelesaian;

RA RB
W
Momen maksimum pada pusat poros axle:

W × l 30.000 × 1000
M= = = 7,5 × 10 6 N.mm
4 4

Diameter poros axle adalah:

3 32M 32 × 7,5 × 10 6
d = = = 1273239,6 d = 108,2 mm
π × σb π × 60
1. TEGANGAN
10. Tegangan Puntir (tegangan geser tak langsung)

θ
T

 Torsi pada batang silinder menyebabkan tegangan geser internal (puntir)


yang besarnya sama tetapi berlawanan arah.
 Sudut puntir dari bagian-bagian penampang terpuntir berbanding lurus
dengan jaraknya dari ujung batang.
 Persamaan untuk tegangan puntir adalah:

T τ P G.θ r
= = τp = T ×
J r l J

J
T = τp ×
r
1. TEGANGAN
10. Tegangan Puntir (tegangan geser tak langsung)

Besar sudut puntir yang terjadi dihitung dengan persamaan;

T × l 180
θ=
G×J
×
π
()
o

D
d
D

Untuk poros pejal; Untuk poros berlubang (hollow shaft);


π 4 π
d (D 4 − d 4 )
J 32 π 3 J 32 π (D 4 − d 4 )
= = d = =
r d 16 r D 16 D
2 2

π 3 π  D 4 − d4 
T = τp × d T = τp ×  
16 16  D 
1. TEGANGAN
10. Tegangan Puntir (tegangan geser tak langsung)

Momen puntir (torsi) T diperoleh dari hubungan daya dengan putaran:

2π × n × T 4500 × P P
P= T= = 716,2 ×
4500 2π × n n

Dimana; P = daya dalam hp


T = momen puntir (torsi), dalam kgm
n = putaran, dalam rpm
Dalam sistem SI,:

2π × n × T 60 × P P
P= T= = 9,55 ×
60 2π × n n

Dimana; P = daya dalam watt


T = momen puntir (torsi), dalam Nm
n = putaran, dalam rpm
1. TEGANGAN
Contoh tegangan puntir
1) Batang baja bulat berlubang dengan diameter luar 50 mm dan diameter
dalam 20 mm, dipuntir oleh momen puntir sebesar 600 N.m. Hitung
tegangan puntir yang terjadi pada penampang normal batang.

T = 600 N.m

20
100 cm 50 mm

Penyelesaian;
π  D 4 − d4 
T = τp ×  
16  D 
T 600.000 600.000
τp = = = = 25,1 N / mm2
π D − d 
4 4
π  50 − 20  23915,374
4 4
   
16  D  16  50 
1. TEGANGAN
Contoh tegangan puntir
2) Sebuah poros dipergunakan untuk mentransmisikan daya 97,5 kW pada
putaran 180 rpm. Jika tegangan puntir yang diijinkan dari material sebesar 60
N/mm2, hitung diameter yang diijinkan pada poros. Sudut puntir pada poros
sepanjang 3 m tidak melebihi 1o dan Modulus geser bahan G = 8 x 104 N/mm2
Penyelesaian;
Besarnya torsi yang ditransmisikan:
60 × P 60 × 97.500
T= = = 5172 N.m = 5172 × 10 3 N.mm
2π × n 2π × 180
Diameter poros dihitung dari tegangan pada material:
π 16 × T 3 16 × 5172 × 10 3
T = τ p × d3 d=3 = = 76 mm
16 π × τp π × 60
Diameter poros dihitung dari sudut puntir maksimum:
π
T G.θ 3 8 × 10 4 × d 4 = 11320000 mm 4
5172 × 10 180
= =
J l π 4 3000
×d d = 103 mm
32
1. TEGANGAN
11. Tekanan Bidang
Tekanan bidang (tekanan permukaan) ialah tekanan yang terjadi pada
permukaan-permukaan bahan yang bersinggungan dan tertekan oleh gaya
tekan. Tekanan permukaan perlu diperhitungkan sehingga tekanan bidang
yang terjadi dapat dipastikan tidak melampaui batas yang diijinkan terutama
jika distribusi tekanan tersebut terjadi pada bidang singgung yang kecil.
Misalkan belahan bawah suatu bantalan poros mendapat tekanan bidang
karena berat poros dan gaya tekan F.
Luas bidang singgung = ½bidang silinder bantalan = ½.π.d.l

Gaya Tekan F F
σo = σo =
Luas proyeksi bidang sin ggung l.d
1. TEGANGAN
11. Tekanan Bidang

F
σo = 1 2 2
4 π(D − d )

D = diameter silinder kepala baut


d = diameter baut

F
σo = 1 2 2
4 π(D − d ).n

n = jumlah flens pada poros


D = diameter luar flens
d = diameter lubang bantalan/
diameter poros
1. TEGANGAN
12. Tegangan Gabungan

Jika gaya atau momen arahnya bermacam-macam terhadap suatu


penampang normal, atau jika gaya tidak bekerja ditengah penampang, maka
penampang mengalami tegangan-tegangan yang berlainan pula jenisnya
yang disebut dengan tegangan gabungan
a. Tegangan normal dan bengkok
Y
tegangan
b gabungan
X X
Y Y
σt =F/A M.e M.e
h

− +
I I
X X
F F F Y

a M=F.a M=F.a

a b c d
1. TEGANGAN
a. Tegangan normal dan bengkok
a) Batang mendapat gaya tarik F dengan jarak garis kerja a dari sumbu
batang. Tegangan yang terjadi dapat dihitung secara super posisi, yakni
penjumlahan bagian-bagian tegangan yang terjadi.
b) Gaya tarik F dapat dianggap bekerja pada sumbu batang, tetapi dengan
tambahan momen M = F . a
c) Tegangan gabungan yang terjadi ialah gabungan tegangan tarik σt = F/A
d) Tegangan tarik atau tegangan tekan akibat momen M dihitung dengan
persamaan momen lentur (momen bengkok).

M b .e F.a. 12 b
σb = =
I I

F F.a. 12 b
Tegangan yang terjadi sebelah kanan sumbu y – y : σi = −
A I

F F.a. 12 b
Tegangan yang terjadi sebelah kiri sumbu y – y : σi = − −
A I
1. TEGANGAN
Contoh Tegangan normal dan bengkok

1. Sebuah batang berbentuk silinderis


dengan diameter dalam 20 cm dan
diameter luar 25 cm dipergunakan untuk F = 2000 kg
50 cm
menyangga sebuah beban 2000 kg.
Jarak beban terhadap pusat batang pipa
5 cm
adalah 50 cm. Hitung tegangan yang 10 cm
terjadi pada batang pipa tersebut.
15 cm
Penyelesaian;
D = 25 cm dan d = 20 cm 50 cm

π 2
A=
4
(
D − d2 )
π 8 cm
( )
= 25 2 − 20 2 = 177 cm 2
4
20 cm
Tegangan langsung: 25 cm

F 2000
σn = = = 11,3 kg / cm 2
A 177
1. TEGANGAN
Contoh Tegangan normal dan bengkok
Momen tahanan penampang (modulus section):

I π 1
Z= =
e 64
( )
25 4 − 20 4 ×
12,5
= 905 cm 3

Momen bengkok:
M = F × l = 2000 × 50 = 100.000 kg.cm

Tegangan bengkok:

M 100.000
σb = = = 110,5 kg / cm 2
Z 905

Tegangan pada sebelah kanan penampang normal:


F F.a. 12 b
σi = + = 11,3 + 110,5 = 121,8 kg / cm 2 (Tegangan tarik)
A I

Tegangan pada sebelah kiri penampang normal:


F F.a. 12 b
σi = − + = −11,3 + 110,5 = 99,2 kg / cm 2 (Tegangan tekan)
A I
1. TEGANGAN
b. Tegangan normal dan geser
y
y
σy σ
τxy
τxy
θ
σx σx τ dy σx
x dx x
θ
τxy τxy
τxy τxy

σy σy
a b
a) Pada umumnya jika satu elemen bidang dipindahkan dari induk (body)
maka akan terkenai tegangan normal σx dan σy bersama dengan
tegangan geser τxy seperti gambar.
b) Tegangan normal dan geser untuk bidang tersebut dinyatakan dengan
σ dan τ , maka diperoleh persamaan:
σx + σy σx − σy
σ= − cos 2θ + τ xy sin 2θ
2 2
σx − σy
τ= sin 2θ + τ xy cos 2θ
2
1. TEGANGAN
b. Tegangan normal dan geser
Terdapat beberapa nilai sudut θ yang memberikan nilai tegangan maksimum
untuk tegangan σx , σy dan τxy. Nilai maksimum dan minimum tegangan ini
disebut dengan tegangan pokok (principal stresses) dan dinyatakan dengan:
2 2
σ x +σ y σ x −σ y  σ x +σ y σ x −σ y 
σ max = +   + (τ xy )2 dan σ min = −   + (τ xy )2
2 2  2 2 
   

Tegangan geser maksimum dan minimum adalah:


2
σ x −σ y 
τ max, min = ±   + (τ xy )2
2 
 

Dari uraian diatas diperoleh tegangan tarik maksimum:

σt 1 2 2
σ t (max) = + σ t + 4τs
2 2
Tegangan geser maksimum adalah:

1 2 2
τ s(max) = σ t + 4τs
2
1. TEGANGAN
Contoh Tegangan normal dan geser

Sebuah poros engkol seperti gambar, menerima gaya tangensial sebesar


1500 kg yang bekerja pada crank pin. Hitung tegangan pokok dan tegangan
geser maksimum pada pusat bantalan poros engkol. (ukuran jarak dalam mm)

Crank pin

F Crank web
1500 kg

Crank shaft
140

80
120
1. TEGANGAN
Penyelesaian;
Momen bengkok pada pusat bantalan crank shaft adalah:

M = F × l = 1500 × 12 = 18000 kg.cm

Momen puntir (torsi) pada sumbu poros adalah:

T = F × y = 1500 × 14 = 21000 kg.cm

Tegangan bengkok:

M M 18000 × 32 2
σb = = = 3
= 358 kg / cm
Z π 3 π × 8
×d
32
Tegangan puntir (geser) yang diakibatkan oleh torsi:

T 21000 × 16 2
τp = = = 209 kg / cm
π 3 π × 83
d
16
1. TEGANGAN
Penyelesaian;
Tegangan normal maksimum adalah:

σt 1 2 2
σ t (max) = + σ t + 4τs
2 2

358 1
= + 358 2 + 4 × 209 2 = 454 kg / cm 2
2 2

Tegangan geser maksimum:

1 2 2
τ s(max) = σ t + 4τ s
2

1
= 358 2 + 4 × 209 2 = 275 kg / cm 2
2
1. TEGANGAN
Soal-soal
1. Sebuah poros menerima beban 2500 kg dan 3500 kg seperti gambar.
Hitung diameter poros, jika tegangan bengkok yang diijinkan 1000 kg/cm2.

2500 kg 3500 kg

A B
C D
150 600 mm 200

2. Sebuah poros berlubang (hollow shaft), digunakan untuk mentransmisikan


daya 800 HP pada putaran 120 rpm. Torsi maksimum 20% lebih besar dari
torsi rata-rata (yang terjadi). Jika tegangan puntir yang diijinkan 650 kg/cm2
dan sudut puntir maksimum yang diijinkan 1,4o untuk poros dengan panjang
3 meter. Hitung diameter poros, jika perbandingan diameter luar dan
diameter dalam adalah 8 : 3. Ambil harga G = 8,4 x 106 kg/cm2.
1. TEGANGAN
Soal-soal
3. Hitunglah tegangan maksimum pada sebuah platform bracket besi cor yang
mendapat beban F sebesar 7500 kg seperti terlihat pada gambar.

A A
F
250 mm 20 mm 250 mm

20 mm
150 mm
Potongan A – A

You might also like