You are on page 1of 16

OLEH :

BIOGRAFI KIAI HAJI MUHAMMAD ZAINUDDIN ABDUL MAJID

KELAHIRAN, KELUARGA DAN SILSILAH KETURUNANNYA


Kiai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid dilahirkan di Kampung Bermi Pancor
Lombok Timur pada tanggal 17 Rabi’ul Awal 1324 H (1906 M). Nama kecil beliau
Muhammad Syaggaf dan berganti nama menjadi Haji Muhammad Zainuddin setelah
menunaikan ibadah haji. Yang mengganti adalah ayah beliau sendiri, yaitu Haji Abdul Majid.
Nama itu diambil dari nama seorang ulama’ besar, guru di Masjidil Haram, yang akhlaq dan
kepribadiannya sangat menarik hati sang ayah, yaitu Syaikh Muhammad Zainuddin Serawak.
Beliau adalah anak bungsu yang lahir dari perkawinan Tuan Guru Haji Abdul Majid dengan
Hajjah Halimatus Sa’diyah. Beliau bersaudara kandung lima orang, yaitu : Siti Syarbini, Siti
Cilah, Hajjah Saudah, Haji Muhammad Shabur dan Hajjah Masyithah. Ayahandanya yang
terkenal dengan panggilan “Guru Mu’minah” itu adalah seorang muballig dan terkenal
pemberani, pernah memimpin pertempuran melawan kaum penjajah; sedangkan ibundanya
terkenal sangat shaleh.
Sejak kecil beliau terkenal sangat jujur dan cerdas. Karena itu, tidak mengherankan
kalau ayah-bundanya memberikan perhatian khusus dan menumpahkan kecintaan serta kasih
sayang demikian besar kepada beliau. Ketika beliau melawat ke tanah suci Makkah Al
Mukarramah untuk melanjutkan studi, ayah-bundanya ikut mengantar ke tanah suci.
Ayahandanyalah yang mencarikan beliau guru, tempat beliau pertama kali belajar di Masjidil
Haram, Bahkan ibundanya, Hajjah Halimatussa’diyah ikut mukim di tanah suci mengasuh
dan mendampingi beliau sampai ibundanya yang tercinta itu berpulang ke Rahmatullah tiga
setengah tahun kemudian dan dimakamkan di Mu’alla Makkah.
Tentang silsilah keturunan beliau yang lengkap tidak dapat dikemukakan secara utuh,
karena dokumen dan catatan silsilah keturunan beliau ikut terbakar ketika rumah orang tua
beliau mengalami kebakaran. Namun yang jelas bahwa silsilah keturunan beliau adalah dari
garis yang terpandang, yaitu dari keturunan Selaparang. Selaparang adalah nama Kerajaan
Islam yang pernah berkuasa di Pulau Lombok.
Tuan Guru Kiai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid di dalam perkawinannya
sulit sekali memperoleh keturunan, sehingga beliau pernah dianggap mandul, padahal beliau
sendiri sangat menginginkan keturunan yang akan melanjutkan perjuangan beliau untuk
mengembangkan dan menegakkan ajaran-ajaran Islam Ahlussunah wal Jama’ah melalui
organisasi Nahdlatul Wathan yang beliau dirikan. Beliau hanya dianugrahi dua orang anak
dan keduanya putri, yaitu :
1. Hajjah Siti Rauhun dari Ummi Jauhariyah
2. Hajjah Siti Raihanun dari Ummi Rahmatulloh.
Karena hanya mempunyai dua anak itulah, beliau juga dipanggil dengan nama “Abu Rauhun
wa Raihanun”.

PENDIDIKANNYA
TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid, sebelum melanjutkan studinya ke tanah
suci Makkah, beliau menamatkan pelajarannya di Sekolah Rakyat 4 tahun di Selong Lombok
Timur pada tahun 1919 M, dan belajar agama Islam pada ayahandanya TGH Abdul Majid,
TGH Syarafuddin Pancor dan TGH Abdullah bin Amaq Dulaji Kelayu Lombok Timur.
Setelah berusia 17 tahun, yaitu pada tahun 1341 H/1923 M, berangkatlah beliau ke tanah suci
Makkah Al Mukarramah untuk melanjutkan studi, memperdalam berbagai macam disiplin
pengetahuan Islam. Beliau berangkat bersama keluarga beliau, dan belajar di tanah suci
selama 12 tahun.
Di kota suci Makkah Al Mukarramah, mula-mula beliau belajar di Masjidil Haram.
Ayahandanya sangat selektif dalam mencari dan menentukan guru yang akan mengajar dan
mendidik putra kesayangannya itu. Ayahandanya yakin bahwa guru adalah sumber ilmu dan
kebenaran serta menjadi panutan bagi murid dalam pola berpikir dan berperilaku dalam
seluruh aspek kehidupan, sehingga ilmu dan didikan yang diperoleh murid berguna dan
bermanfaat bagi kehidupan baik di dunia maupun di akhirat.
Di Masjidil Haram beliau belajar sangat tekun pada ulama’-ulama’ terkenal zaman
itu. Kemudian pada tahun 1928 beliau melanjutkan studinya di Madrasah Ash-Shaulatiyah
yang pada saat itu dipimpin oleh Syaikh Salim Rahmatullah putra syaikh Rahmatullah,
pendiri madrasah Ash-Shaulatiyah. Madrasah ini adalah madrasah pertama di tanah suci, dan
telah banyak menghasilkan ulama’-ulama’ besar. Di Madrasah Ash-Shaulatiyah inilah, beliau
belajar berbagai disiplin ilmu pengetahuan Islam dengan sangat rajin dan tekun di bawah
bimbingan ulama’-ulama’ terkemuka kota suci Makkah waktu itu.
Syaikh Zakaria Abdullah Bila, seorang ulama’ besar kota suci Makkah, teman sekelas
beliau mengatakan : “Saya teman seangkatan Syaikh Zainuddin. Saya bergaul dekat
dengannya beberapa tahun. Saya sangat kagum kepadanya. Dia sangat cerdas, akhlaqnya
mulia. Dia sangat tekun belajar, sampai-sampai jam keluar main pun diisinya dengan
menekuni kitab pelajaran dan berdiskusi dengan kawan-kawannya”.
Karena ditunjang oleh kondisi ekonomi yang memadai tingkat kecerdasan (IQ) yang
sangat tinggi, ketekunan dalam belajar, garis silsilah keturunan yang terpandang, kasih
sayang serta keikhlasan kedua orang tua dan doa restu dari para gurunya, maka beliau
memperoleh prestasi yang sangat mengagumkan, sehingga berhasil dengan gemilang
menyelesaikan studinya di Madrasah Ash-Syaulatiyah pada tahun 1352 H, dengan predikat
sangat memuaskan Kenyataan ini tertera dalam Ijazah beliau yang khusus ditulis tangan,
berbeda dengan Ijazah yang diberikan kepada kawan-kawan beliau. Nilai beliau sangat
memuaskan, dengan angka semua 10 (sepuluh) pada semua mata pelajaran yang beliau
tempuh, disamping diberikan tanda bintang, sebagai penghargaan atas prestasi dan
keberhasilannya yang mengagumkan itu.
Keberhasilan beliau meraih prestasi yang tinggi ini pulalah yang menyebabkan beliau
mendapat banyak pujian baik dari mahagurunya sendiri maupun dari kawan-kawan yang
seangkatan dengan beliau dan ulama’-ulama’ terkemuka lainnya.
Pujian itu, antara lain disampaikan oleh salah seorang mahagurunya, Al “allamah Al
Adib Asy-Syaikh As-Sayyid Muhammad Amin Al Kutbi, mahaguru yang memberikan kasih
sayang cukup besar kepada muridnya yang genius ini. Pujian tersebut diungkapkan dengan
syair berbahasa Arab yang maksudnya :
Demi Allah, saya kagum pada Zainuddin kagum pada kelebihannya atas orang lain
pada kebesarannya yang tinggi dan kecerdasannya yang tiada tertandingi Jasanya semerbak
di mana-mana menunjukkan satu-satunya permata yang tersimpan pada moyangnya Buah
tangannya indah lagi menawan penaka bunga-bungaan yang tumbuh teratur di lereng
pegunungan.
Demikian pula pujian yang disampaikan oleh maha gurunya yang lain, yaitu Al
‘Allamah Asy-Syaikh Salim Rahmatullah, mudir (direktur) Madrasah Ash-Shaulatiyah
dengan ucapannya : “Madrasah Ash-Shaulatiyah tidak perlu memiliki murid banyak, cukup
satu orang saja, asalkan memiliki prestasi dan kualitas seperti Zainuddin”.
Sedangkan pujian dari kawan sekelasnya diberikan oleh Syaikh Zakaria Abdullah
Bila. Beliau mengatakan :
“Syaikh Zainuddin adalah saudaraku, karibku, kawan sekelasku. Saya belum pernah
mampu mengunggulinya dan saya tidak pernah menang dalam berprestasi, di kala saya dan
dia bersama-sama dalam satu kelas di Madrasah Ash-Shaulatiyah Makkah. Saya sungguh
menyadari akan hal ini. Syaikh Zainuddin adalah manusia ajaib dikelasku karena
kegeniusannya yang sangat tinggi. Syaikh Zainuddin adalah ulama’ dan mujahid (pejuang)
agama, nusa dan bangsanya. Saya tahu, telah berapa banyak otak manusia diukirnya, telah
berapa banyak kader penerus agama, nusa bangsa yang dihasilkannya. Saya tahu, dia adalah
mukhlis (orang ikhlas) dalam berjuang menegakkan iman dan taqwa di negerinya, rela
berkorban, cita-citanya luhur. Dia memiliki kelebihan di kalangan teman-teman
segenerasinya. Kelebihan yang dia miliki selain yang saya sebutkan tadi, yaitu dia selalu
mendapat doa restu dari guru-guru kami, ulama’-ulama’ besar di tanah suci Makkah Al
Mukarramah, utamanya Maulanasy Syaikh Hasan Muhammad Al Masysyath”.
Pujian Syaikh Zakaria Abdullah Bila seperti di atas, dikuatkan lagi oleh mahagurunya
yang paling dicintai dan paling banyak memberikan doa dan inspirasi dalam perjuangannya,
yaitu Maulanasy Syaikh Hasan Muhammad Al Masysyath, dengan ucapan beliau : “Saya
tidak akan berdoa ke hadlirat Allah S.W.T. kecuali kalau Zainuddin itu, sudah nampak jelas
di depanku dan bersamaku”. Beliau juga mengatakan bahwa beliau mencintai setiap orang
yang cinta kepada Syaikh Zainuddin dan tidak mencintai orang yang tidak cinta kepada
beliau.
Syaikh Isma’il Zain Al Yamani, seorang ulama’ besar kota suci Makkah Al
Mukarramah, sangat kagum kepada Syaikh Zainuddin, kagum kepada ketinggian ilmu dan
keberhasilan perjuangan beliau. Dengan penuh keikhlasan ulama’ besar kota suci itu
mengatakan bahwa beliau mencintai siapa saja yang cinta kepada Syaikh Zainuddin dan
membenci siapa saja yang benci kepada beliau.
Fadlilatul “Allamah Prof. Dr. Sayyid Muhammad “Alawi “Abbas Al Maliki Al
Makki, seorang ulama’ terkemuka kota suci Makkah pernah mengatakan bahwa tak ada
seorang pun ahli ilmu di tanah suci Makkah AlMukarramah baik thullab maupun ulama’
yang tidak kenal akan kehebatan dan ketinggian ilmu Syaikh Zainuddin. Syaikh Zainuddin
adalah ulama’ besar bukan hanya milik ummat Islam Indonesia tetapi juga milik ummat
Islam sedunia.
Demikianlah pujian yang telah diberikan secara ikhlas dan jujur baik oleh kawan
seperguruan beliau maupun mahaguru dan ulama-ulama lainnya Walillahil hamdu.

KARYA-KARYANYA
TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid, selain tergolong tokoh ulama’ dengan
bobot keilmuan yang dalam, beliau juga penulis dan pengarang yang produktif. Bakat dan
kemampuan beliau sebagai pengarang ini, tumbuh dan berkembang dari sejak beliau masih
belajar di Madrasah Shaulatiyah. Akan tetapi karena padat dan banyaknya acara kegiatan
keagamaan dalam masyarakat yang harus diisi beliau, maka peluang dan kesempatan untuk
memperbanyak tulisan dan karangannya tampaknya tidak pernah ada.
Itulah sebabnya pada beberapa kesempatan, beliau mengungkapkan keadaan seperti
ini kepada muridnya, bila mana beliau teringat pada kawan seperjuangannya di Madrasah
Ash Shaulatiyah Makkah yang juga telah tergolong ulama’ besar dan pengarang terkenal
seperti Maulanasy Syaikh Zakaria Abdullah Bila, Maulanasy Syaikh Yasin Padang dan lain-
lain. Mereka sekarang ini memiliki karya-karya besar dalam bidang tulis menulis dan karang-
mengarang.
Akan tetapi TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid tidak pemah berkecil hati,
walaupun kawan seperguruannya menonjol dalam bidang tersebut. Beliau menyadari akan
hal ini, karena situasi dan kondisi kehidupan ummat dan masyarakat yang dihadapi sangat
jauh berbeda, yaitu masyarakat Makkah di satu pihak dan masyarakat Indonesia di pihak lain.
Beliau pernah mengatakan “Seandainya aku mempunyai waktu dan kesempatan yang cukup
untuk menulis dan mengarang, niscaya aku akan mampu menghasilkan karangan dan tulisan-
tulisan yang lebih banyak, seperti yang telah dimiliki Syaikh Zakaria Abdullah Bila, Syaikh
Yasin Padang, Syaikh Ismail dan ulama’-ulama’ lain tamatan Madrasah Asy Shaulatiyah
Makkah”.
TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid sekarang ini, tampaknya memang tidak
cukup waktu dan kesempatan untuk mengarang dan menulis, karena sebagian besar dan
bahkan seluruh waktu dan kehidupan beliau hanya dipakai dan dimanfaatkan untuk mengajar
dan terus mengajar, berdakwah keliling untuk membina ummat dalam upaya menanamkan
iman dan taqwa.
Bertitik pangkal dari jiwa dan semangat kelahiran Nahdatul Wathan yang selalu
bermuara pada iman dan taqwa, beliau dengan semangat yang tak kunjung padam
menghabiskan waktunya berjuang untuk kepentingan ummat, sebagaimana ucapan dan ikrar
beliau sendiri “Aku wakafkan diriku untuk ummat”.
Kendatipun demikian, di tengah-tengah kesibukan itu beliau masih menyempatkan
diri untuk mencoba mengembangkan bakat dan kemampuannya. Bagi beliau, mengarang dan
tulis menulis, bukanlah suatu tugas dan pekerjaan yang sulit, karena hal ini merupakan bakat
dan kemampuan dasar yang dianugrahkan Allah kepada beliau. Bakat dan kemampuan dasar
inilah yang terus tumbuh dan berkembang sejak beliau masih belajar di Madrasah Ash
Shaulatiyah Makkah, sehingga tidak mengherankan kalau beliau mendapat pujian dari salah
seorang maha gurunya, seorang penyair dan pujangga besar Arab, yaitu Maulanasy Syaikh
As Sayyid Muhammad Amin Al Kutbi yang sudah dikemukakan pada uraian yang terdahulu.
Di antara Karya Tulis dan Karangan beliau adalah :
Dalam Bahasa Arab
1. Risalatut Tauhid dalam bentuk soal jawab (Ilmu Tauhid)
2. Sullamul Hija Syarah Safinatun Naja (Ilmu Fiqih)
3. Nahdlatuz Zainiyah dalam bentuk nadham (Ilmu Faraidl)
4. At Tuhfatul Ampenaniyah Syarah Nahdlatuz Zainiyah (Ilmu Faraidl)
5. Al Fawakihul Ampenaniyah dalam bentuk soal jawab (Ilmu Faraidl)
6. Mi’rajush Shibyan ila Sama-i Ilmil Bayan (Ilmu Balaghah)
7. An Nafahat ‘alat Taqriratis Saniyah (Ilmu Mushtalahul Hadits)
8. Nailul Anfal (Ilmu Tajwid)
9. Hizbu Nahdlatul Wathan (Do’a dan Wirid)
10. Hizbu Nahdlatul Banat (Do’a dan Wirid kaum wanita)
11. Shalawat Nahdlatain (Shalawat Iftitah dan Khatimah
12. Thariqat Hizib Nahdlatul Wathan (Wirid Harian)
13. Ikhtisar Hizib Nahdlatul Wathan (Wirid Harian)
14. Shalawat Nahdlatul Wathan (Shalawat iftitah)
15. Shalawat Miftahi Babi Rahmatillah (Wirid dan do’a)
16. Shalawat Mab’utsi Rahmatan lil “Alamin (Wirid dan do’a)
17. Dan lain-lainnya.
Dalam Bahasa Indonesia dan Sasak
1. Batu Ngompal (Ilmu Tajwid)
2. Anak Nunggal Taqrirat Batu Ngompal (Ilmu Tajwid)
3. Wasiat Renungan Masa I & II (Nasihat dan petunjuk perjuangan untuk warga NW)
C. Nasyid/Lagu Perjuangan dan Dakwah dalam Bahasa Arab, Indonesia dan Sasak
1. Ta’sis NWDI (Anti ya Pancor biladi)
2. Imamunasy Syafl’i
3. Ya Fata Sasak
4. Ahlan bi wafdizzairin
5. Tanawwar
6. Mars Nahdlatul Wathan
7. Bersatulah Haluan
8. Nahdlatain
9. Pacu gama’
10. Dan lain-lainnya.

PERJUANGAN DAN KEPEMIMPINANNYA


Keberhasilan perjuangan seseorang tokoh atau pemimpin banyak ditentukan oleh pola
kepemimpinannya. Kearifan seseorang pemimpin dalam melaksanakan tugas
kepemimpinannya akan menentukan keberhasilan perjuangannya. Perjuangan dan
kepemimpinan merupakan dua hal yang saling kait, karena perjuangan itu akan berhasil baik,
apabila pola pendekatan yang digunakan dalam kepemimpinan itu baik, dan kepemimpinan
yang arif dan bijaksana akan melahirkan keberhasilan perjuangan.
Dalam bagian ini akan dikemukakan tentang perjuangan yang dilakukan Tuan Guru
Kiai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid dalam menegakkan agama, serta membangun
nusa dan bangsa, dan bagaimana pola pendekatan dan type kepemimpinan beliau.
TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid, selain menjadi tokoh pendidikan dan
tokoh ulama’ juga pejuang agama, nusa dan bangsa dengan semangat dan militansi yang
tidak pernah pudar. Beliau adalah perintis kemerdekaan di NTB dengan gerakan “Al
Mujahidinnya” yang bergabung dengan gerakan-gerakan rakyat pembela kemerdekaan
lainnya.
Pejuang dan Perintis Kemerdekaan dalam perjuangan membebaskan bangsa dan
rakyat Indonesia dari cengkeraman penjajah Belanda dan Jepang Tuan Guru Kiai Haji
Muhammad Zainuddin Abdul Majid menjadikan Madrasah NWDI dan NBDI sebagai pusat
pergerakan kemerdekaan. Jiwa perjuangan, patriotisme dan semangat pantang menyerah tetap
beliau kobarkan di dada para murid dan santri serta guru-guru Madrasah NWDI dan NBDI.
Karena itu, tidak mengherankan kalau kedua bangsa penjajah itu selalu berusaha untuk
menutup dan membubarkan Madrasah NWDI dan NBDI.
Pada zaman penjajahan Jepang, Tuan Guru Kiai Muhammad Zainuddin Abdul Majid
berkali-kali dipanggil untuk segera menutup dan membubarkan kedua madrasah tersebut,
dengan alasan bahwa kedua madrasah ini digunakan sebagai tempat menyusun taktik dan
strategi untuk menghadapi bangsa penjajah tersebut, disamping dianggap sebagai wadah yang
berindikasi bangsa asing, karena diajarkannya Bahasa Arab dikedua madrasah ini.
Kepada Pemerintah Pascis Jepang beliau mengemukakan beberapa penjelasan. Di
antaranya bahwa Bahasa Arab adalah bahasa Al Qur’an, bahasa Islam dan bahasa Umat
Islam, bahasa yang dipakai dalam melaksanakan ibadah. Ibadah Ummat Islam menjadi rusak
kalau tidak menggunakan Bahasa Arab. Itulah sebabnya Bahasa Arab diajarkan di Madrasah
NWDI dan NBDI. Dikedua Madrasah ini juga dididik calon-calon “Penghulu dan Imam”,
yang sangat diperlukan untuk mengurus dan mengatur peribadatan dan perkawinan ummat
Islam.
Setelah mendengar penjelasan beliau, segeralah Pemerintah Jepang yang ada di Pulau
Lombok mengirim laporan ke pihak atasannya di Singaraja Bali. Tidak lama kemudian
terbitlah surat keputusan di Singaraja dalam bentuk surat kawat, yang berisi antara lain bahwa
Madrasah NWDI dan NBDI dibenarkan untuk tetap dibuka dengan ketentuan supaya nama
madrasah ini diubah menjadi “Sekolah Penghulu dan Imam”.
Kemudian sesudah beberapa bulan kemerdekaan Indonesia diproklamasikan,
mendaratlah tentara NICA di Pulau Lombok. NICA adalah singkatan dari Netherlands Indies
Civil Administrations, yaitu Pemerintah Sipil Belanda yang tergabung dalam Angkatan
Bersenjata Negara-negara Sekutu di masa Perang Dunia II.
Kebiadaban dan keganasan tentara NICA yang sangat terkenal itu menimbulkan
kemarahan Bangsa Indonesia, sehingga Bangsa Indonesia bangkit dan melakukan perlawanan
di mana-mana. Tuan Guru Kiai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid bersama murid,
santri dan guru-guru Madrasah NWDI dan NBDI membentuk suatu gerakan yang diberi
nama “Gerakan Al Mujahidin”. Gerakan Al Mujahidin ini selanjutnya bergabung dengan
gerakan rakyat pembela kemerdekaan Indonesia yang ada di Pulau Lombok seperti Gerakan
Banteng Hitam, Gerakan Bambu Runcing, BKR, Api dan lain-lainnya untuk bersama-sama
membela dan mempertahankan kemerdekaan dan keutuhan bangsa Indonesia.
Dalam pada itu, akibat dari perbuatan-perbuatan yang dilakukan pengkhianat-
pengkhianat bangsa dan negara yang berjiwa budak dan menjadi kaki tangan NICA,
Madrasah NWDI dan NBDI diblacklist sebagai markas gelap yang menentang penjajah.
Beberapa orang guru NWDI dan NBDI ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara. Di
antaranya TGH Ahmad Rifa’i Abdul Majid (adik kandung TGKH Muhammad Zainuddin
Abdul Majid) dipenjarakan di Ambon Maluku, TGH Muhammad Yusi Muhsin Aminullah
dipenjarakan di Praya Lombok Tengah dan beberapa orang lainnya dikirim ke penjara di
Bali. Di samping itu, dalam suatu sidang resmi yang diadakan NICA, Madrasah NWDI dan
NBDI diputuskan untuk ditutup. Namun sebelum keputusan itu sempat dilaksanakan,
terjadilah peristiwa 8 Juni 1946, yaitu penyerbuan Tangsi Militer NICA di Selong di bawah
pimpinan adik kandung Tuan Guru Kiai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid, yaitu
TGH Muhammad Faishal Abdul Majid. Dalam peristiwa ini gugurlah TGH Muhammad
Faishal Abdul Majid dan dua orang santri yaitu Sayyid Muhammad Shaleh dan Abdullah
sebagai Syuhada’ kesuma bangsa yang menjadi pencipta dan penghias Taman Makam
Pahlawan Rinjani Selong{ Lombok Timur). Dengan terjadinya peristiwa 8 Juni 1946 tersebut
keputusan NICA untuk menutup Madrasah NWDI dai NBDI tidak jadi dilaksanakan. Akan
tetapi ancaman dan intimidasi dari pihak NICA bersama kaki tangannya semakin gencar dan
langsung ditujukan kepada pribadi Tuan Guru Kiai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majic
namun berkat perlindungan dan pertolongan Allah SWT, semua perbuatan biadab itu gagal
total, sesuai dengan penegasan Allah Swt di dalam Al Qur’an surat Ali ‘Imran ayat 54:
‫ومكروا ومكرهللا وهللا خيرالماكرين‬
Artinya : “Mereka membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan
Allah sebaik-baik pembalas tipu daya”.
Di dalam menghadapi setiap ancaman dan tantangan yang datang bertubi-tubi itu,
Tuan Guru Kiai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid sebagai pejuang tidak pernah
gentar dan tidak pernah mundur walaupun setapak dari gelanggang perjuangan. Beliau tetap
tegak dan tegar dengan semangat yang berkobar-kobar.

PENCETUS DAN PELOPOR SISTEM SEKOLAH/MADRASAH DI NTB


Tuan Guru Kiai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid, selain beliau dikenal
sebagai pejuang dan perintis kemerdekaan, juga dikenal sebagai inovator (tokoh pembaharu)
dalam bidang pendidikan, utamanya di Nusa Tenggara Barat.
Sesudah beliau kembali ke Indonesia yaitu setelah menamatkan studinya di Madrasah
Ash Shaulatiyah Makkah tahun 1934 M/1352 H, mula-mula beliau mendirikan Pesantren Al
Mujahidin (1934 M) kemudian pada tahun 1936 beliau mendirikan Madrasah NWDI.
Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi beliau mendirikan Madrasah/sekolah
yaitu keadaan umum ummat Islam yang terbelakang dan berada dalam kebodohan dan sistem
pendidikan halaqah dan pengajian tradisional yang sejak lama berkembang di Pulau Lombok
khususnya dianggapnya kurang efektif dan efesien untuk memajukan masyarakat dalam
bidang agama dan ilmu pengetahuan.
Keadaan inilah yang mendorong beliau berupaya mendirikan lembaga pendidikan
formal dalam bentuk madrasah sebagai tempat memperdalam pengetahuan agama dan umum
serta meningkatkan mutu pendidikan, sehingga dapat menghasilkan lulusan yang
berkemampuan tinggi dan memiliki semangat perjuangan yang dilandasi iman dan taqwa.
Dasar pertimbangan lainnya yang mendasari beliau mendirikan madrasah yaitu pendapat
beliau bahwa mengembangkan Islam melalui pendidikan adalah fardlu ‘ain dan mendidik
masyarakat utamanya dalam bidang agama adalah tugas mulia. Karena dengan pendidikan
lahirlah manusia yang mampu mengembangkan diri dan keluarga serta masyarakat
bangsanya.
Kendati pun beliau mendapat reaksi dari masyarakat atas perjuangannya yang mulia
ini, akan tetapi sebagai pejuang, beliau tetap tenang dan tegar menghadapi segala macam
rintangan dan cobaan. Beliau berprinsip bahwa “Seorang pejuang harus rela berkorban,
karena perjuangan adalah pengorbanan. Seorang pejuang hendaklah dapat menempatkan diri
sebagai figur yang tidak takut terhadap ancaman dan caci maki orang”.
Karena ketekunan beliau dalam bidang pendidikan dengan bantuan do’a dari para
mahagurunya serta bantuan tenaga dari santri dan jemaahnya, maka madrasah/ sekolah
Nahdatul Wathan tumbuh dan berkembang sampai dengan Perguruan Tinggi.

KEPEMIMPINANNYA
Tuan Guru Kiai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid dikenal sebagai ulama’ besar di
Indonesia karena ilmu yang dimiliki beliau luas dan mendalam. Demikian pula kharisma
beliau sebagai sosok figur ulama’ demikian besar. Beliau adalah tokoh panutan yang sangat
berpengaruh karena kearifan dan kebijaksanaannya. Perjuangan dan kepemimpinan beliau
senantiasa diarahkan untuk kepentingan ummat. Penghargaan dan penghormatan yang beliau
berikan kepada seseorang yang telah berjasa kepadanya, terutama kepada guru-guru beliau,
diujudkan dalam bentuk yang dapat memberikan manfaat kepada ummat.
Sebagai contoh dapat dikemukakan bahwa penghargaan beliau kepada mahagurunya
yang paling dicintai dan disayangi, Maulanasy Syaikh Hasan Muhammad Al Masysyath
diujudkan dalam bentuk Pondok Pesantren Hasaniyah NW di Jenggik Lombok Timur,
penghargaan untuk mahagurunya Maulanasy Syaikh Sayyid Muhammad Amin Al Kutbi
diujudkan dalam bentuk Pondok Pesantren Aminiyah NW di Bonjeruk Lombok Tengah, dan
penghargaan untuk mahagurunya Maulanasy Syaikh Salim Rahmatullah beliau sudah
rencanakan untuk mendirikan sebuah pondok pesantren di Lombok Barat.
Pola kepemimpinan yang beliau contohkan di atas hanya dapat dilakukan oleh orang-
orang yang memiliki wawasan ilmu yang dalam serta pimpinan yang memiliki kearifan dan
kebijaksanaan.
Demikian pula tentang pendekatan yang beliau lakukan selalu bernilai paedagogis
dalam artian bersifat mendidik. Beliau tidak mau bahkan tidak pernah bersikap sebagai
pembesar yang disegani. Beliau selalu bertindak sebagai pengayom yang berada di tengah-
tengah jama’ah dan senantiasa menempatkan diri sesuai dengan keberadaan dan kemampuan
mereka. Demikian pula halnya di kala beliau memberikan fatwanya selalu disesuaikan
dengan kondisi dan jangkauan alam flkiran murid dan santrinya.
Pembawaan dan sikap hidup beliau yang selalu menunjukkan kesederhanaan inilah
yang membuat beliau selalu dekat dengan para warganya dan muridnya dengan tidak
mengurangi kewibawaan dan kharisma yang beliau miliki. Keluhan dan rintihan yang
disampaikan para muidnya ditampung, didengar dan dicarikan jalan penyelesaian dengan
penuh kearifan dan kebijaksanaan, dengan tidak merugikan salah satu pihak.
Untuk melanjutkan gerak juang Nahdlatul Wathan di masa datang, beliau sangat
mendambakan munculnya kader-kader yang memiliki potensi dan militansi tinggi, baik dari
segi semangat, wawasan, maupun dari segi bobot keilmuan. Dalam banyak kesempatan
beliau sering menyampaikan keinginannya, agar murid dan santri beliau memiliki ilmu
pengetahuan sepuluh bahkan seratus kali lebih tinggi dari pada ilmu pengetahuan yang
dimiliki beliau. Demikian motivasi yang selalu beliau kumandangkan, agar para murid dan
santri beliau lebih tekun dan berpacu dalam memperdalam ilmu pengetahuan, baik di dalam
maupun di luar negeri.
Dalam menghadapi dan menerima para santri dan muridnya, beliau tidak pernah
membeda-bedakan yang satu dengan lainnya. Semua murid dan santrinya diberikan cinta dan
kasih sayang yang sama besarnya seperti cinta kasih sayang seorang bapak kepada anak-
anaknya.
Yang membedakan derajat murid dan santri dihadapan beliau adalah kadar keikhlasan
dan sumbangsihnya kepada perjuangan Nahdlatul Wathan, seperti wasiat beliau yang selalu
dijadikan pedoman dan tolak ukur oleh para murid dan santrinya, yaitu :
‫ان اكرمكم عندى انفعكم لنهضة الوطن وان شركم عندى اضركم بنهضةالوطن‬
Artinya: “Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisiku ialah yang paling banyak
bermanfaat untuk perjuangan Nahdlatul Wathan, dan yang paling jahat ialah yang paling
banyak merugikan perjuangan Nahdlatul Wathan”.
Kepemimpinan beliau yang selalu menekankan hubungan guru dengan murid, inilah
yang sulit memisahkan beliau dengan para murid-muridnya, dan barangkali belum ada figur
pimpinan selain beliau yang selalu menekankan agar tetap terjalin dan terpelihara hubungan
antara guru dan murid. Menurut prinsip beliau bahwa tidak ada guru yang membuang murid,
akan tetapi kebanyakn murid yang membuang guru.
Adanya penekanan dan jalinan pola hubungan guru dengan murid dalam
kepemimpinan beliau, menyebabkan tidak terdapatnya kesenjangan antara beliau sebagai
guru dan juga sebagai pemimpin dengan warga dan murid-muridnya dan antara murid dengan
murid, yang selalu diikat oleh khittah perjuangan Nahdlatul Wathan.
Demikian pula dalam setiap gerak dan langkah, beliau selalu memberikan contoh dan
suri tauladan yang baik dan selalu memberikan keyakinan akan kebenaran perjuangan
Nahdlatul Wathan dengan memberikan contoh yang jelas dan praktis untuk diikuti dan
dilaksanakan oleh seluruh murid dan santrinya. Sikap kasih sayang terhadap para murid dan
santri utamanya yang memiliki dan menunjukkan nilai positif untuk perjuangan Nahdlatul
Wathan tetap terlihat dalam sikap dan prilaku beliau dan tetap terdengar dari ucapan-ucapan
beliau. Semua murid dan santri mendapat cinta dan kasih sayang serta perlakuan yang sama,
selama mereka tidak merusak hubungan baiknya dengan beliau sebagai guru dan juga kepada
perjuangan Nahdlatul Wathan.
Pola pendekatan dan bentuk kepemimpinan yang dimiliki beliau menyebabkan
kharisma yang beliau miliki dan kecintaan murid terhadap beliau tidak pernah pudar. Beliau
tetap mendo’akan para murid dan santrinya agar agar menjadi murid yang taat kepada Allah
dan Rasul-Nya, berbuat baik kepada ibu bapak dan guru. Beliau tetap memesankan dan
menekankan hubungan baik dengan guru.
Beliau senantiasa menanamkan keyakinan dan kesetiaan murid kepada gurunya.
Karena keberkatan ilmu sangat bergantung pada kesetiaan dan hubungan baik murid dengan
gurunya, dan kerugiaan yang sangat besar bagi seorang murid apabila merusak hubungan
baik dengan gurunya.
Beliau mendidik para murid dan santrinya agar selalu mencintai orang yang baik-baik
utamanya para ulama’ dan aulia’ seperti Al ‘Alimul ‘Allamah Al Magfurulah Al’Arifubillah
Asy Syaikh Hasan Muhammad Al Masyayath.
Demikian juga beliau mengajarkan kepada para murid dan santrinya untuk selalu
berbaik sangka kepada semua orang dan berbuat baik terhadap orang yang pernah berbuat
baik kepada Nahdiatui Wathan. Ajaran beliau, apabila seseorang berbuat baik satu kali, maka
harus dibalas sepuluh kali, bahkan seratus kali kebaikan. Jasa baik seseorang tetap dibalas
dengan kebaikan. Kebaikan seseorang selalu diingat dan dikenang. Akan tetapi kebaikan diri
kepada seseorang hendaknya dilupakan. Dan apabila ada orang berbuat jahat kepada kita,
hendaklah dibalas dengan sabar, kalau tidak tahan, balaslah dengan seimbang, tidak boleh
lebih.
Sebagai pemimpin ummat, beliau mempunyai pendirian dan sikap tegas, sportif dan
konsekuen terhadap apa yang beliau putuskan. Dalam menetapkan suatu masalah utamanya
yang bersifat prinsipil beliau selalu mengkajinya secara mendalam, tidak hanya melalui
pertimbangan akan pikiran pribadi, akan tetapi dengan musyawarah, dan setelah
dipertimbangkan dengan matang berdasarkan dalil-dalil naqli dan aqlinya manthuq dan
mafhumnya untung ruginya, mashlahat dan mafsadatnya, barulah beliau menempuh jalan
yang terakhir yaitu melalui shalat Istikharah sampai memperoleh suatu keputusan yang
meyakinkan. Keputusan tersebut beliau laksanakan dan terapkan dengan penuh keyakinan
dan sportifitas tinggi serta diupayakan untuk menjadi suatu garis atau ketetapan yang secara
murni dan konsekuen dilaksanakan oleh seluruh murid dan santri beliau.
Dalam melaksanakan missi dan tugas organisasi, beliau senantiasa memberikan
bimbingan, petunjuk dan masukan-masukan kepada semua kader dan selalu membesarkan
jiwa dan semangat pengabdian kepada para murid dan santrinya dengan jiwa iman dan taqwa,
ikhlas dan istiqamah, jujur dan memiliki sifat syaja’ah (keberanian) serta memiliki jiwa rela
berkorban untuk kepentingan ummat. Sedangkan yang paling tidak dibenarkan dan tidak
berkenan di hati beliau adalah sikap pessimistis, apatis, pengecut, cari muka dan ingkar janji.
Demikian pula sebagai panutan ummat beliau selalu menunjukkan sikap yang
konsekuen terhadap masalah- masalah yang telah difatwakannya dan dilaksanakan dengan
penuh tanggung jawab. Beliau juga selalu mem- berikan harapan-harapan segar yang
meyakinkan serta menyejukkan hati kepada para murid dan santrinya untuk menambah
semangat juang dan pengabdiannya kepada agama, nusa dan bangsa melalui jalur organisasi
Nahdlatul Wathan.
Titik tekan dari perjuangan dan kepemimpinan beliau selalu bertujuan untuk
kepentingan ummat dalam upaya mendapatkan kebahagiaan dan keselamatan duniawi dan
ukhrawi. Beliau sebagai pejuang dan peimimpin yang tangguh, dari semua ucapan,
pengarahan dan prilaku beliau selalu terdengar dan terlihat sikap untuk maju dan terus maju.
Misalnya dari gubahan lagu/nasyid yang beliau ciptakan selalu memancarkan jiwa jihad yang
tinggi dan bermakna, baik dalam upaya memerangi kebodohan, keterbelakangan maupun
dalam memerangi dan membasmi segala macam khurafat yang berbahaya bagi ummat Islam.
Dalam lagu/nasyid tersebut tercermin sifat dan sikap mental yang beliau miliki dan perlu
diwariskan kepada para murid dan santri beliau sebagai generasi dan kader penerus
perjuangan Nahdlatul Wathan di masa datang yaitu tekun dalam berjuang, ikhlas dalam
beramal dan berkarya serta selalu dilandasi dengan jiwa iman dan taqwa yang merupakan
muara dan pokok pangkal perjuangan Nahdlatul Wathan. Beliau selalu menekankan bahwa
dalam perjuangan itu hendaknya dilandasi dengan “Tiga I”, yaitu Iman, Islam dan Ihsan;
danjangan berjuang karena mengharapkan “tiga si”, yaitu kaki kursi, nasi basi dan sambal
terasi.
Kegairahan dalam berjuang dan menuntut ketinggian ilmu pengetahuan dan
ketinggian martabat hidup, baik sebagai warga Nahdiatui Wathan maupun sebagai ummat
Islam untuk kepentingan duniawi dan ukhrawi tetap terdengar dari fatwa-fatwa yang beliau
sampaikan dan tetap terlukis dalam karangan beliau, baik yang berbahasa Arap maupun yang
berbahasa Indonesia dan berbahasa Sasak.

JABATAN YANG TELAH DIEMBAN DAN JASA-JASANYA.


Sejak beliau kembali dari Makkah Al Mukarramah yaitu setelah menamatkan
studinya di Madrasah Ash Shaulatiyah, cukup banyak jabatan yang telah beliau emban, baik
yang formal maupun non formal dalam Republik ini.
Demikian juga pengabdian dan jasa-jasanya dalam upaya ikut serta mengambil bagian
dalam pembangunan agama, nusa dan bangsa agaknya dapat disejajarkan dengan tokoh-tokoh
pejuang lainnya yang telah banyat berkiprah dalam negara Pancasila terdnta ini.
Mengemukakan tentang jabatan yang telah diemban dan jasa-jasa yang telah beliau
darma baktikan di bumi pertiwi ini, sesungguhnya bukanlah bertujuan untuk menonjolkan
pribadi beliau dan bukan pula untuk mencari popularitas yang justeru kurang berkenan dan
sesuai dengan falsafah hidup beliau. Karena popularitas tidak diharapkan dalam perjuangan.
Akan tetapi tujuan kami mengetengahkan dan menampilkannya hanyalah untuk dapat
menjadi gambaran bagi kader penerus perjuangan Nahdlatul Wathan, sekaligus dijadikan
sebagai motivasi dan dorongan bagi para murid dan santri beliau dalam upaya meningkatkan
semangat juangnya dalam ikut serta berkiprah dan berkhidmat kepada agama, nusa dan
bangsa.
Dalam pada itu, jasa-jasa beliau yang telah diabadikan kepada Republik ini, akan
selalu diingat, dikenang dan dicatat dengan tinta emas dalam sejarah perjuangan Nahdlatul
Wathan oleh para pewaris dan penerus perjuangan beliau. Orang-orang bijak mengatakan
“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawan dan pejuangnya”.
Pengalaman kerja dan jabatan yang pernah beliau emban dan merupakan jasa beliau
dalam negara tercinta ini adalah sebagai berikut :
1. Pada tahun 1934 mendirikan Pondok Pesantren Al Mujahidin
2. Pada tahun 1936 mendirikan Madrasah NWDI (Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah)
3. Pada tahun 1943 mendirikan Madrasah NBDI(Nahdlatul Banat Diniyah Islamiyah)
4. Pada tahun 1945 pelopor kemerdekaan RI untuk daerah Lombok.
5. Pada tahun 1946 pelopor penggempuran NICA di Selong Lombok Timur.
6. Pada tahun 1947/1948 menjadi Amirul Hajji ke Makkah dari NIT (Negara Indonesia
Timur)
7. Pada tahun 1948/1949 anggota delegasi NIT ke Saudi Arabia
8. Pada tahun 1950 Konsulat NU (Nahdlatul Ulama’) Sunda Kecil
9. Pada tahun 1952 Ketua Badan Penasihat Masyumi Daerah Lombok
10. Pada tahun 1953 Mendirikan Organisasi Nahdlatul Wathan.
11. Pada tahun 1953 Ketua Umum PBNW pertama
12. Pada tahun 1953 merestui terbentuknya NU dan PSII di Lombok
13. Pada tahun 1954 merestui terbentuknya PERTI Cabang Lombok
14. Pada tahun 1955 Anggota Konstituante RI hasil PEMILU I (1955)
15. Pada tahun 1964 mendirikan Akademi Paedagogik Nahdlatul Wathan
16. Pada tahun 1965 mendirikan Ma’had Darul Qur’an wal Hadits Al Majidiyah Asy
Syafi’iyah Nahdlatul Wathan
17. Pada tahun 1971 – 1982 Anggota MPR RI hasil Pemilu II dan III dari Fraksi Gologan
Karya
18. Pada tahun 1971-1982 Anggota Penasihat Majlis Ulama Indonesia
19. Pada tahun 1974 mendirikan Ma’had lil Banat
20. Pada tahun 1975 Ketua Penasihat Bidang Syara’ Rumah Sakit Islam Siti Hajar Mataram
21. Pada tahun 1977 mendirikan Universitas HAMZANWADI
22. Pada tahun 1977 Rektor Universitas HAMZANWADI
23. Pada tahun 1977 mendirikan Fakultas Tarbiyah Universitas HAMZANWADI
24. Pada tahun 1978 mendirikan STKIP HAMZANWADI
25. Pada tahun 1978 mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Syari’ah (STIS) HAMZANWADI
26. Pada tahun 1982 mendirikan Yayasan Pendidikan HAMZANWADI
27. Pada tahun 1987 mendirikan Universitas Nahdlatul Wathan Mataram
28. Pada tahun 1987 mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu hukum HAMZANWADI

RINTISAN-RINTISAN (AWWALIYAT)NYA
Sebagai seorang ulama’ dan pemimpin ummat, Tuan Guru Kiai Haji Muhammad
Zainuddin Abdul Majid sangat produktif dan selalu mempunyai kreasi baru. Baru dalam arti
sesungguhnya dan baru dalam arti untuk daerah Nusa Tenggara Barat pada masanya. Ide dan
kreasi baru beliau tidak kurang dari pada 25 buah, diantaranya :
1. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran Agama Islam di daerah NTB dengan
sistem madrasi.
2. Membuka lembaga pendidinan khusus bagi kaum wanita.
3. Mengadakan ziarah umum Idul Fitri dan Idul Adhha dengan mendatangi, bukan
didatangi.
4. Menyelenggarakan pengajian umum secara bebas (tanpa batasan umur) dengan tanpa
memakai kitab.
5. Mengadakan gerakan do’a dengan berhizib.
6. Mengadakan Syafa’atui Kubro.
7. Mengadakan thariqat yaitu thariqat hizib Nahdlatul Wathan.
8. Membuka sekolah umum disamping madrasah di NTB.
9. Menyusun nadham berbahasa Arab bercampur bahasa Indonesia seperti Batu Ngompal.
10. Dan lain-lan

Sumber :
1. https://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Zainuddin_Abdul_Madjid
2. http://nasional.kompas.com/read/2017/11/10/11012621/profil-pahlawan-muhammad-
zainuddin-abdul-madjid-santri-jenius-ntb-yang
3. https://krens1024.wordpress.com/2011/03/15/biografi-kiai-haji-muhammad-zainuddin-
abdul-majid/
4. http://news.liputan6.com/read/3156968/tgkh-zainudin-abdul-madjid-ulama-ntb-bergelar-
pahlawan-nasional
5. https://tirto.id/tgkh-muhammad-zainuddin-abdul-madjid-pejuang-agama-dan-negara-
czUN
6. https://tirto.id/tgkh-muhammad-zainuddin-abdul-madjid-pejuang-agama-dan-negara-
czUN

You might also like