You are on page 1of 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Akuntabilitas mempunyai arti pertanggungjawaban yang merupakan salah satu
ciri dari terapan”good governance” atau pengelolaan pemerintahan yang baik dimana
pemikiran tersebut bersumber bahwa pengelolaan administrasi publik merupakan issue
utama dalam pencapaian menuju pemerintahan yang bersih. Ada beberapa pilar “good
governance” dalam berinteraksi satu dan lainnya yang saing terkait, yaitu : government,
citizen, dan business atau state, society dan private sector. Pada dasarnya pilar tersebut
mempunyai konsekuensi akuntabilitas terhadap publik atau masyarakatnya, khususnya
kepada publik yang melingkupi ketiga pilar tersebut sebagai pelaku ”How to
govern” atas aktivitasnya.
Orde Baru mewariskan rendahnya instrumen pertanggungjawaban institusi publik
dan nyaris tidak meninggalkan mekanisme kelembagaan yang transparan dan menggali
nilai – nilai partisipasi masyarakat dalam pengambilan kebijakan. Masyarakat lebih
banyak berperan hanya sebagai obyek pembangunan dan bukan bekerja dalam
pola partnership dalam peningkatan kinerja dan akuntabilitasi pemerintah. Partisipasi
masyarakat yang dibanggakan dalam perencanaan pembangunan melalui ”bottom up and
top down planning” dan menjadi kebanggan bentuk partisipasi masyarakat di waktu yang
lalu, yang ada hakekatnya adalah ”mobilisasi” atau setidak-tidaknya tipe
partisipasi ”statutory”, partisipasi yang diformat oleh pemerintah; yang pada akhirnya
juga masih bersifat ”memasung” demokratisasi lokal dalam perencanaan.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian akuntabilitas
2. Macam-macam akuntabilitas
3. Akuntabilitas profesi keperawatan
4. Mekanisme akuntabilitas profesi keperawatan
5. Tanggung jawab dan tanggung gugat perawat
6. Permasalahan dalam profesi keperawatan di Indonesia

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian akuntabilitas
2. Mengetahui macam-macam akuntabilitas
3. Mengetahui akuntabilitas profesi keperawatan
4. Mengetahui mekanisme akuntabilitas profesi keperawatan
5. Mengetahui tanggung jawab dan tanggung gugat perawat
6. Mengetahui permasalahan dalam profesi keperawatan di Indonesia

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Akuntabilitas
Istilah akuntabilitas berasal dari istilah dalam bahasa Inggris accountability yang
berarti pertanggunganjawaban atau keadaan untuk dipertanggungjawabkan atau keadaan
untuk diminta pertanggunganjawab.
Pada dasarnya konsep akuntabilitas berawal dari konsep pertanggungjawaban,
konsep pertanggungjawaban sendiri dapat dijelasakan dari adanya wewenang. Wewenang
di sini berarti kekuasaan yang sah. Menurut Weber ada tiga macam tipe ideal wewenang,
pertama wewenang tradisional kedua wewenang karismatik dan ketiga wewenang legal
rational. Yang ketigalah ini yang menjadi basis wewenang pemerintah. Dalam
perkembanganya, muncul konsep baru tentang wewenang yang dikembangkan oleh
Chester I. Barnard, yang bermuara pada prinsip bahwa penggunaan wewenang harus
dapat dipertanggungjawabkan.
Darwin sebagaimana dikutip Joko Widodo, membedakan konsep
pertanggungjawaban menjadi tiga :
1. Akuntabilitas (accountability),
2. Responsibilitas (responsibility), dan
3. Responsivitas (responsiveness).

Responsibilitas (responsibility) merupakan konsep yang berkenaan dengan


standar profesional dan kompetensi teknis yang dimiliki administrator (birokrasi publik)
dalam menjalankan tugasnya. Administrasi negara dinilai responsibel apabila pelakunya
memiliki standar profesionalisme atau kompetensi teknis yang tinggi. Sedangkan konsep
responsivitas (responsiveness) merupakan pertanggungjawaban dari sisi yang menerima
pelayanan (masyarakat). Seberapa jauh mereka melihat administrasi negara (birokrasi
publik) bersikap tanggap (responsive) yang lebih tinggi terhadap apa yang menjadi
permasalahan, kebutuhan, keluhan dan aspirasi mereka.
Pertanggungjawaban sebagai akuntabilitas (accountability) merupakan suatu
istilah yang pada awalnya diterapkan untuk mengukur apakah dana publik telah
digunakan secara tepat untuk tujuan di mana dana publik tadi ditetapkan dan tidak
digunakan secara ilegal. Dalam perkembanganya akuntabilitas digunakan juga bagi
pemerintah untuk melihat akuntabilitas efisiensi ekonomi program. Usaha – usaha tadi
berusaha untuk mencari dan menemukan apakah ada penyimpangan staf atau tidak, tidak
efisien apa tidak prosedur yang tidak diperlukan.
Akuntabilitas menunjuk pada pada institusi tentang “cheks and balance” dalam
sistem administrasi. Mohamad Mahsun membedakan akuntabilitas dan responsibilitas,
menururtnya keduanya merupakan hal yang saling berhubungan tetapi akuntabilitas lebih
baik dan berbeda dengan responbilitas. Akuntabilitas didasarkan pada catatan atau

2
laporan tertulis sedangkan responsibilitas didasarkan atas kebijaksanaan. Akuntabilitas
merupakan sifat umum dari hubungan otoritasi asimetrik misalnya yang diawasai dengan
yang mengawasi, agen dengan prinsipal atau antara yang mewakil dengan yang diwakili.
Dari segi fokus dan cakupanya, responsibility lebih bersifat internal sedangkan
akuntabilitas lebih bersifat eksternal.
Mohamad Mahsun juga membedakan akuntabilitas dalam arti sempit dan arti
luas, akuntabilitas dalam pengertian yang sempit dapat dipahami sebagai bentuk
pertanggungjawaban yang mengacu pada siapa organisasi (atau pekerja individu)
bertangungjawab dan untuk apa organisasi bertanggungjawab. Sedang pengertian
akuntabilitas dalam arti luas dapat dipahami sebagai kewajiban pihak pemegang amanah
(agen) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan dan
mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada
pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta
pertanggungjawaban tersebut.
Menurut The Oxford Advance Learner’s Dictionary sebagaimana dikutip oleh
Lembaga Administrasi Negara, akuntabilitas diartikan sebagai “required or excpected to
give an explanation for one’s action” Akuntabilitas diperlukan atau diharapkan untuk
memberikan penjelasan atas apa yang telah dilakukan.
Dengan demikian akuntabilitas merupakan kewajiban untuk memberikan
pertanggungajwaban atau menjawab dan menerangkan kinerja atas tindakan seseorang
atau badan hukum atau pimpinan suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau
kewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban. Miriam Budiarjo
mendefinisikan akuntabilitas sebagai pertanggungjawaban pihak yang diberi kuasa
mandat untuk memerintah kepada yang memberi mereka mandat. Akuntabilitas
bermakna pertanggungjawaban dengan menciptakan pengawasan melalui distribusi
kekuasaan pada berbagai lembaga pemerintah sehingga mengurangi penumpukkan
kekuasaan sekaligus menciptakan kondisi saling mengawasi .
Sedang Sedarmayanti mendefinsiskan sebagai suatu perwujudan kewajiban untuk
mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui media pertanggungjawaban yang
dilaksanakan secara periodik. Lembaga Administrasi Negara menyimpulkan akuntabilitas
sebagai kewajiban seseorang atau unit organisasi untuk mempertanggungjawabkan
pengelolaan dan pengendalaian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang
dipercayakan kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan melalui
pertanggungjawaban secara periodik.

B. Macam-Macam Akuntabilitas
Akuntabilitas dibedakan dalam beberapa macam atau tipe, Jabra dan Dwidevi
sebagaiman dijelaskan oleh Sadu Wasistiono, mengemukakan adanya lima perspektif
akuntabilitas yaitu :

3
1. Akuntabilitas administ atif atau organisasi adalah pertanggungajwaban antara
pejabat yang berwenang dengan unit bawahanya dalam hubungan hierarki yang
jelas.
2. Akuntabilitas legal, akuntabilitas jenis ini merujuk pada domain publik dikaitkan
dengan proses legislatif dan ydikatif. Bentuknya dapat berupa peninjauan kembali
kebijakan yang telah diambil oleh pejabat publik maupun pembatalan suatu
peraturan oleh institusi yudikatif. Ukuran akuntabilitas legal adalah peraturan
perundang undangan yang berlaku
3. Akuntabilitas politik, Dalam tipe ini terkait dengan adanya kewenangan pemegang
kekuasaan politik untuk mengatur, menetapkan prioritas dan pendistribusian sumber
– sumber dab menjamain adanya kepatuhan melaksanakan tanggungjawab
administrasi dan legal . Akuntabilitas ini memusatkan pada tekanan demokratik yang
dinyatakan oleh administrasi public
4. Akuntabilitas profesional hal ini berkaitan dengan pelaksnaan kinerja dan tindakan
berdasarkan tolak ukur yang ditetapkan oleh orang profesi yang sejenis.
Akuntabilitas ini lebih menekankan pada aspek kualitas kinerja dan tindakan.
5. Akuntabilitas moral. Akunatabilitas ini berkaitan dengan tata nilai yang berlaku di
kalagan masyarakat . Hal ini lebih banyak berbicara tentang baik atau buruknya
suatu kinerja atau tindakan yang dilakukan oleh seseorang/badan hukum/pimpinan
kolektif berdasarkan ukuran tata nilai yang berlaku setempat.

C. Akuntabilitas Profesi Keperawatan


Akuntabilitas merupakan konsep yang sangat penting dalam praktik keperawatan.
Akuntabilitas mengandung arti dapat mempertanggungjawabkan suatu tindakan yang
dilakukan dan dapat menerima konsekuensi dari tindakan tersebut (Kozier, erb 1991).
Fry (1990) menyatakan bahwa akuntabilitas mengandung dua komponen utama,
yakni tanggung jawab dan tanggung gugat. Ini berarti bahwa tindakan yang dilakukan
dilihat dari praktik keperawatan, kode etik dan undang-undang dapat dibenarkan.
Akuntabilitas dapat dipandang dalam suatu kerangka sistem hierarki, dimulai dari
tingkat individu, tingkat intuisi atau professional dan tingkat sosial (Sullivian, Decker,
1988; lih. Kozier Erb, 1991). Pada tingkat individu atau tingkat pasien, akuntabilitas
direfleksikan dalam proses pembuatan keputusan tigkat perawat, kompetensi, komitmen
dan integritas. Pada tingkat intuisi, akuntabilitas direfleksikan dalam pernyataan falsafah
dan tujuan bidang keperawatanatau audit keperawatan. Pada tingkat professional,
akuntabilitas direfleksikan dalam standar praktik keperawatan. Sedangkan pada tingkat
soisal, direfleksikan dalam undang-undang yng mengatur praktik keperawatan.
Akuntabilitas profesional mempunyai beberapa tujuan :
a. Perawat dan bidan harus mempertanggungjawabkan tindakannya kepada pasien,
manajer dan organisasi tempat mereka bekerja.

4
b. Mereka bertanggungjawab terhadap tindakan yang diambil untuk pasen dan
keluarganya, masyarakat dan juga terhadap profesinya.
c. Mengevaluasi praktek profesional dan para stafnya.
d. Menerapkan dan mempertahankan standar yang telah ditetapkan dan yang
dikembangkan oleh organisasi.
e. Membina ketrampilan personal staf masing-masing.
f. Memastikan ruang lingkup dalam proses pengambilan keputusan secara jelas.

D. Mekanisme Akuntabilitas Profesi Keperawatan


1. Keperawatan klinis
Kelompok perawat bekerjasama selama 24 jam, 7 hari dalam seminggu untuk
merencanakan, mengimplementasikan dan mengevaluasi asuhan keperawatan untuk
sekelompok pasiennya. Mereka mempunyai wewenang penting untuk memenuhi
tanggungjawabnya dan harus mampu menerima akontabilitas untuk pencapaian hasil
praktek keperawatan. Kewenangan yang dimiliki perawat umtuk memberikan asuhan
keperawatan diarahkan langsung kepada pasien pada setiap saat dalam melaksanakan
tugas. Praktek klinik keperawatan merupakan instrument yang sudah biasa dilakukan
dan dapat dipergunakan dalam mempromosikan prakterk profesionalnya. Seorang
manajer dapat mengembangkannya melalui dorongan dan kepercayaannya terhadap
staf perawat, agar mereka semakin memiliki kesadaran, dan kemampuan klinis dalam
memberikan pelayanan yang berkualitas tinggi.

2. Etika perawat
Kerangka konsep dan dimensi moral dari suatu tanggungjawab dan akontabilitas
dalam praktek klinis keperawatan didasarkan atas prinsip-prinsip etika yang jelas serta
diintegrasikan kedalam pendidikan dan praktek klinis. Hubungan perawatan dengan
pasien dipandang sebagai suatu tanggungjawab dan akuntabilitas terhadap pasien yang
pada hakikatnya adalah hubungan memelihara (caring). Elemen dari hubungan ini dan
nilai-nilai etikanya merupakan tantangan yang dikembangkan pada setiap system
pelayanan kesehatan degan berfokus pada sumber-sumber yang dimiliki. Perawat
harus selalu mempertahankan filosofi keperawatan yang mengandung prinsip-prinsip
etika dan moral yang tinggi sebagai perilaku memelihara dalam menjalani hubungan
dengan pasien dan lingkungan. Sebagai contoh, ketika seorang perawat melakukan
kesalahan dalam memberikan obat kepada pasien, dia harus secara sportif (gentle) dan
rendah hati (humble) berani mengakui kesalahan. Pada kasus ini dia harus
mempertanggungjawabkan kepada:
a. Pasien sebagai konsumen
b. Dokter yang mendelegasikan tugas kepadanya.
c. Manajer ruangan yang menyusun standart atau pedoman praktek yang
berhubungan dengan pemberian obat.

5
d. Direktur rumah sakit atau puskesmas yang bertanggungjawab atas semua bentuk
pelayanan dilingkup organisasi tersebut.

Mempertahankan akuntabilitas profesional dalam asuhan keperawatan dengan cara:

1. Terhadap diri sendiri:


a. Tidak dibenarkan setiap personal melakukan tindakan yang membahayakan
keselamatan status kesehatan pasien.
b. Mengikuti praktek keperawatan berdasarkan standart baru dan perkembangan
ilmu pengetahuan serta teknologi canggih.
c. Mengembangkan opini berdasarkan data dan fakta.
2. Terhadap klien atau pasien :
a. Memberikan informasi yang akurat berhubungan dengan asuhan keperawatan.
b. Memberikan asuhan keperawatan berdasarkan standart yang menjamin
keselamatan, dan kesehatan pasien.
3. Terhadap profesinya :
a. Berusaha mempertahankan dan memelihara kualitas asuhan keperawatan
berdasarkan standar dan etika profesi
b. Mampu dan mau mengingatkan sejawat perawat untuk bertindak professional
dan sesuai etika moral profesi
4. Terhadap institusi atau organisasi :
Mematuhi kebijakan dan paraturan yang berlaku, termasuk pedoman yang
disiapkan oleh institusi atau organisasi.

5. Terhadap masyarakat :
Menjaga etika dan hubungan interpersonal dalam memberikan pelayanan
keperawatan yang berkualitas tinggi.

E. Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat Perawat


1. Tanggung Jawab
Menempatkan kebutuhan pasen di atas kepentingan sendiri. Melindungi
hak pasen untuk memperoleh keamanan dan pelayanan yang berkualitas dari
perawat. Selalu meningkatkan pengetahuan, keahlian serta menjaga perilaku
dalam melaksanakan tugasnya.
Tanggung jawab menunjukkan kewajiban. Ini mengarah kepada kewajiban
yang harus dilakukan untuk menyelesaikan pekerjaan secara profesional. Manajer
dan para staf harus memahami dengan jelas tentang fungsi tugas yang menjadi
tanggung jawab masing-masing perawat dan bidan serta hasil yang ingin dicapai
dan bagaimana mengukur kualitas kinerja stafnya. Perawat yang professional
akan bertanggung jawab atas semua bentuk tindakan klinis keperawatan atau
kebidanan yang dilakukan dalam lingkup tugasnya.

6
Tanggung jawab diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dan kinerja yang
ditampilkan guna memperoleh hasil pelayanan keperawatan atau kebidanan yang
berkualitas tinggi. Yang perlu diperhatikan dari pelaksanaan tanggung jawab
adalah memahami secara jelas tentang “uraian tugas dan spesifikasinya” serta
dapat dicapai berdasarkan standar yang berlaku atau yang disepakati. Hal ini
berarti perawat mempunyai tanggung jawab yang dilandasi oleh komitmen,
dimana mereka harus bekerja sesuai fungsi tugas yang dibebankan kepadanya.
Untuk mempertahankannya, perawat dan bidan hendaknya mampu dan
selalu melakukan introspeksi serta arahan pada dirinya sendiri (self-directed),
merencanakan pengembangan diri secara kreatif dan senantiasa berusaha
meningkatkan kualitas kinerjanya. Hal ini diperlukan agar mereka dapat
mengidentifikasi elemen-elemen kritis untuk meningkatkan dan mengembangkan
kinerja klinis mereka, guna memenuhi kepuasan pasen dan dirinya sendiri dalam
pekerjaannya. Mencatat respon dan perkembangan pasen dengan lengkap dan
benar merupakan salah satu tanggung jawab perawat dalam melaksanakan
tugasnya.

2. Tanggung Gugat
a. Tahap pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan yang mempunyai
tujuan mengumpulkan data. Perawat bertanggunggugat untuk pengumpulan
data/informasi, mendorong partisipasi pasien dan penentuan keabsahan data
yang dikumpulkan. Pada saat mengkaji perawat bertanggung gugat untuk
kesenjangan-kesenjangan dalam data atau data yang bertentangan, data yang
tidak/kurang tepat atau data yang meragukan.
b. Tahap diagnosa keperawatan.
Diagnosa keperawatan merupakan keputusan profesional perawat menganalisa
data dan merumuskan respon pasien terhadap masalah kesehatan baik aktual
atau potensial. Perawat bertanggunggugat untuk keputusan yang dibuat tentang
masalah-masalah kesehatan pasien seperti peryataan diagnostik. Masalah
kesehatan yang timbul pada apsien apakah diakui oleh pasien atau hanya
perawat. Apakah perawat mempertimbangkan nilai-nilai, keyakinan dan
kebiasan/kebudayan pasien pada waktu menentukan masalah-masalah
kesehatan. Pada waktu membuat keputusan para perawat bertanggung gugat
untuk mempertimbangkan latar belakang sosial budaya pasien.
c. Tahap perencanaan
Perencanaan merupakan pedoman perawat dalam melaksanakan asuhan
keperawatan, terdiri dari prioritas masalah, tujuan serta rencana kegiatan
keperawatan.Tanggung gugat yang tercakup pada tahap perencanaan meliputi :
penentuan prioritas, penetapan tujuan dan perencanaan kegiatan-kegiatan

7
keperawatan. Langkah ini semua disatukan kedalam rencana keperawatan
tertulis yang tersedia bagi semua perawat yang terlibat dalam asuhan
keperawatan pasien. Pada tahap ini perawat juga bertanggunggugat untuk
menjamin bahwa prioritas pasien juga dipertibangkan dalam menetapkan
prioritas asuhan.
d. Tahap implementasi
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari rencana asuhan keperawatan
dalam bentuk tindakan-tindakan keperawatan. Perawat bertanggung gugat untuk
semua tindakan yang dilakukannya dalam memberikan asuhan keperawatan.
Tindakan-tindakan tersebut dapat dilakukan secara langsung atau dengan
bekerjasama dengan orang lain atau dapat pula didelegasikan kepada orang lain.
Meskipun perawat mendelegasikan suatu kegiatan kepada oranglain, perawat
tersebut harus masih tetap bertanggung gugat untuk tindakan yang
didelegasikan dan tindakan pendelegasiannya itu sendiri. Perawat harus dapat
memberi jawaban nalar tentang mengapa kegiatan tersebut didelegasikan,
mengapa orang itu yang dipilih untuk melakkan kegiatan tersebut dan
bagaimana tindakan yang didelegasikan itu dilaksanakan. Kegiatan keperawatan
harus dicata setelah dilaksanakan, oleh sebab itu dibuat catatan tertulis.
e. Tahap evaluasi.
Evaluasi merupakan tahap penilaian terhadap hasil tindakan keperawatan yang
telah diberikan, termasuk juga menilai semua tahap proses keperawatan.
Perawat bertanggung gugat untuk keberhasilan atau kegagalan tindakan
keperawatan. Perawat harus dapat menjelaskan mengapa tujuan pasien tidak
tercapai dan tahap mana dari proses keperawatan yang perlu dirubah dan
mengapa.

F. Permasalahan dalam Profesi Keperawatan di Indonesia

Perawat dihadapkan pada suatu situasi untuk mengidentifikasi sejauh mana


kebutuhan dasar seseorang tidak terpenuhi dan berbagai upaya untuk membantu klien
dalam memenuhi kebutuhan dasar. Hal ini dilakukan dalam proses interaksi perawat-
klien. Oleh karena objeknya adalah manusia dalam segala tingkatannya, dan manusia
adalah makhluk hidup yang sampai saat ini belum semua aspeknya terungkap melalui
ilmu pengetahuan, berarti pula perawat senantiasa dihadapkan pada kondisi pekerjaan
yang penuh dengan risiko. Oleh karenanya, perawat dituntut pada tingkat kemampuan
profesional agar ia mampu memberikan pelayanan yang berkualitas dan memuaskan.
Sebagaimana dikemukakan bahwa keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan
profesional yang didasarkan atas ilmu dan kiat keperawatan. Hal ini bermakna bahwa
pelayanan keperawatan yang profesional hanya dapat dimungkinkan bila tenaga
keperawatan yang bertanggung jawab memberikan pelayanan keperawatan. Tenaga ke-

8
perawatan yang profesional ditandai dengan pengetahuan yang mendalam dan sistematis,
keterampilan teknis dan kiat yang diperoleh melalui latihan lama dan teliti, serta pelayan-
an atau asuhan pada yang memerlukan berdasarkan ilmu pengetahuan dan keterampilan
teknis tersebut dengan berpedoman pada filsafat moral yang diyakini, yaitu etika profesi.
Di Indonesia, kategori pendidikan yang menghasilkan tenaga keperawatan profesional
diperoleh dari jenjang pendidikan tinggi yang ada saat ini yaitu Akademi Keperawatan
(jenjang Diploma III) dan program pendidikan sarjana keperawatan ataupun Ners.
Undang-undang No. 23 Tahun 1992 telah memberikan pengakuan secara jelas ter-
hadap tenaga keperawatan sebagai tenaga profesional sebagaimana pada Pasal 32 ayat
(4), Pasal 53 ayat (1) dan ayat (2). Selanjutnya, pada ayat (4) disebutkan bahwa ketentuan
mengenai standar profesi dan hak-hak pasien sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Sampai saat ini, peraturan tentang standar
profesi belum ada. Dengan demikian, standar praktik keperawatan yang ada di sebagian
rumah sakit hanya bersifat mengikat ke dalam, tetapi tidak ke luar secara hukum dan
belum dapat dipertanggungjawabkan (karena akan ditetapkan dalam Peraturan
Pemerintah). Oleh karena itu, tenaga keperawatan yang saat ini bekerja di tatanan
pelayanan tidak memiliki standar baku sebagai pedoman dalam pemberian pelayanan
keperawatan.
Kode etik keperawatan sebagai norma moral yang mengandung nilai luhur dijun-
jung tinggi oleh setiap tenaga keperawatan dalam memberikan pelayanan keperawatan
kepada kliennya.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Akuntabilitas adalah bentuk pertanggunganjawaban atau keadaan untuk
dipertanggungjawabkan atau keadaan untuk diminta pertanggunganjawab.
2. Akuntabilitas adalah mempertanggungjawabkan perilaku dan hasil-hasilnya yang
termasuk dalam lingkup peran profesional seseorang sebagaimana tercermin dalam
laporan periodik secara tertulis tentang prilku tersebut dan hasil-hasilnya
3. Seorang perawat harus bertanggung jawab dan bertanggung gugat, bertanggung jawab
berdasarkan profesinya. Misalnya bertanggung jawab pada pasien, masyarakat, sesama
karyawan. Bertanggung gugat pada pasien apabila terjadi suatu kesalahan atau
penyimpangan.
4. Tenaga keperawatan yang saat ini bekerja di tatanan pelayanan tidak memiliki standar
baku sebagai pedoman dalam pemberian pelayanan keperawatan. Tenaga keperawatan
hanya memiliki kode etik keperawatan sebagai norma moral yang mengandung nilai
luhur dijunjung tinggi oleh setiap tenaga keperawatan dalam memberikan pelayanan
keperawatan kepada kliennya.

B. Saran
Akuntabilitas mempunyai arti pertanggungjawaban yang merupakan salah satu ciri dari
terapan pengelolaan pemerintahan yang baik, oleh karena itu kita perlu memahami dan
mempelajarinya lebih dalam. Makalah ini dapat dijadikan bahan untuk belajar dan
menambah ilmu pengetahuan dalam memahami akuntabilitas.

10
DAFTAR PUSTAKA

http://sarjana-terlantar.blogspot.co.id/2014/05/makalah-konsep-akuntabilitas-dan.html

http://ners-blog.blogspot.co.id/2011/04/konsep-tanggung-jawab-dan-akuntabilitas.html

http://www.definisi-pengertian.com/2015/04/definisi-pengertian-akuntabilitas-konsep.html

11

You might also like