You are on page 1of 25

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

“HEMOROID”

OLEH:
EVA HERMIAWATI (1301200004)
WAFDA JUHA A. (1301200012)
RIZKY EKA SAVITRI (1301200020)
DIMAS BAGUS T. (1301200028)
IRMA DIAN ARISTA (1301200036)

TINGKAT: 2A

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


PRODI DIII KEPERAWATAN LAWANG
NOVEMBER 2014
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa, oleh karena
rahmat dan berkatNyalah penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Dalam kesempatan kali ini penulis mengucapkan terimaksih kepada semua pihak yang sudah
membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Tak lupa penulis mengucapkan
terimakasih kepada semua dosen-dosen serta kawan-kawan yang telah banyak memberikan
dukungan berupa dukungan moril.
Penulis menyadari begitu banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini, oleh
karenanya penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun
agar makalah ini dapat di revisi kembali dan menjadi lebih sempurna.
Akhir kata, penulis mengucakan semoga makalah ini berguna bagi kita semua. Termakasih

Malang, November 2014


Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang...................................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah................................................................................................ 1
1.3 Tujuan penulisan.................................................................................................. 2

BAB II KONSEP TEORI


2.1 Pengertian Hemoroid........................................................................................... 3
2.2. Etiologi............................................................................................................... 3
2.3 Patofisiologi........................................................................................................ 4
2.4 Manifestasi Klinis................................................................................................ 6
2.5 Pemeriksaan Diagnostik...................................................................................... 6
2.6 Komplikasi.......................................................................................................... 7
2.7 Penatalaksanaan Medis........................................................................................ 7

BAB III KONPEP ASKEP


3.1 Pengkajian............................................................................................................ 11
3.2 Diagnosa Keperawatan........................................................................................ 13
3.3 Rencana Tindakan Keperawatan......................................................................... 14
3.4 Evaluasi.......................................................................... .................................... 19

BAB III PENUTUP


4.1 Kesimpulan.......................................................................................................... 20
4.2 Saran.................................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 22

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam anal kanal. Hemoroid sangat
umum terjadi. Pada usia 50-an, 50% individu mengalami berbagai tipe hemoroid
berdasarkan luas vena yan terkena. Hemoroid juga biasa terjadi pada wanita hamil.
Tekanan intra abdomen yang meningkat oleh karena pertumbuhan janin dan juga karena
adanya perubahan hormon menyebabkan pelebaran vena hemoroidalis. Pada kebanyakan
wanita, hemoroid yang disebabkan oleh kehamilan merupakan hemoroid temporer yang
berarti akan hilang beberapa waktu setelah melahirkan. Hemoroid diklasifiksasikan
menjadi dua tipe. Hemoroid internal yaitu hemorod yang terjadi diatas stingfer anal
sedangkan yang muncul di luar stingfer anal disebut hemorod eksternal. (Brunner &
Suddarth, 1996)
Kedua jenis hemoroid ini sangat sering terjadi dan terdapat pada sekitar 35%
penduduk. Hemoroid bisa mengenai siapa saja, baik laki-laki maupun wanita. Insiden
penyakit ini akan meningkat sejalan dengan usia dan mencapai puncak pada usia 45-65
tahun. Walaupun keadaan ini tidak mengancam jiwa, tetapi dapat menyebabkan perasaan
yang sangat tidak nyaman. Berdasarkan hal ini kelompok tertarik untuk membahas
penyakit hemoroid.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Dalam pembuatan makalah ini, masalah yang dirumuskan adalah sebagai berikut:
1.2.1 Apa Definisi dari Hemoroid?
1.2.2 Apa Etiologi dari Hemoroid?
1.2.3 Bagaimana Patofisiologia dari Hemoroid?
1.2.4 Bagaiman Pathway dari Hemoroid?
1.2.5 Manifestasi Klinis dari Hemoroid?
1.2.6 Apa Pemeriksaan Diagnostik dari Hemoroid?
1.2.7 Bagaimana Penatalaksanaan Medis dari Hemoroid?
1.2.8 Asuhan Keperawatan Hemoroid?

1.3 TUJUAN PENULISAN


Bertolak pada rumusan masalah di atas maka makalah ini bertujuan untuk mengetahui:
1.3.1 Apa Definisi dari Hemoroid itu?
1.3.2 Apa Etiologi dari Hemoroid?

HEMOROID | 1
1.3.3 Bagaimana Patofisiologis dari Hemoroid?
1.3.4 Bagaimana Pathway dari Hemoroid?
1.3.5 Manifestasi Klinis dari Hemoroid?
1.3.6 Apa Pemeriksaan Diagnostik dari Hemoroid?
1.3.7 Bagaiman Penatalaksanaan Medis dari Hemoroid?
1.3.8 Asuhan Keperawatan Hemoroid?

HEMOROID | 2
BAB II
KONSEP TEORI

2.1 PENGERTIAN
Hemoroid adalah pembengkakan atau distensi vena di daerah anorektal. Sering terjadi
namun kurang diperhatikan kecuali kalau sudah menimbulkan nyeri dan perdarahan.
Istilah hemoroid lebih dikenal sebagai ambeien atau wasir oleh masyarakat awam. Sudah
pasti kehadirannya akan mengundang segelintir rasa tidak nyaman. Hemoroid bukan saja
mengganggu aspek kesehatan, tetapi juga aspek kosmetik bahkan sampai aspek sosial.
Secara sederhana, kita bisa menganggap hemoroid sebagai pelebaran pembuluh
darah, walaupun sebenarnya juga melibatkan jaringan lunak di sana. Hemoroid hampir
mirip dengan varises. Hanya saja, pada varises pembuluh darah yang melebar adalah
pembuluh darah kaki, sedangkan pada hemoroid pembuluh darah yang bermasalah adalah
vena hemoroidalis di daerah anorektal. (dr.delken kuswanto)

2.2 ETIOLOGI
Penyebab pelebaran pleksus hemoroidalis di bagi menjadi dua :
1) Karena bendungan sirkulasi portal akibat kelaian organic kelainan organik yang
menyebabkan gangguan adalah :
a. Hepar sirosis hepatis
Fibrosis jaringan hepar akan meningkatkan resistensi aliran vena ke hepar sehingga
terjadi hipertensi portal. Maka akan terbentuk kolateral antara lain ke esopagus dan
pleksus hemoroidalis.
b. Bendungan vena porta, misalnya karena thrombosis.
c. Tumor intra abdomen, terutama didaerah pelvis, yang menekan vena sehingga
aliranya terganggu. Misalnya uterus grapida , uterus tomur ovarium, tumor rektal dan
lain lain.
2) Idiopatik, tidak jelas adanya kelaianan organik, hanya ada faktor - faktor penyebab
timbulnya hemoroid
Faktor faktor yang mungkin berperan :
a. Keturunan atau heriditer
Dalam hal ini yang menurun dalah kelemahan dinding pembuluh darah, dan bukan
hemoroidnya.
b. Anatomi

HEMOROID | 3
Vena di daerah masentrorium tidak mempunyai katup. Sehingga darah mudah kembali
menyebabkan bertambahnya tekanan di pleksus hemoroidalis.
c. Hal - hal yang memungkinkan tekanan intra abdomen meningkat antara lain :
* Orang yang pekerjaannya banyak berdiri atau duduk dimana gaya gravitasi akan
mempengaruhi timbulnya hemoroid.
* Gangguan defekasi dan miksi.
* Pekerjaan yang mengangkat benda - benda berat.
* Tonus spingter ani yang kaku atau lemah.
3) Faktor predisposisi yaitu : Herediter, Anatomi, Makanan, Pekerjaan, Psikis dan Senilis,
konstipasi dan kehamilan.
4) Faktor presipitasi adalah faktor mekanisme (kelainan sirkulasi parsial dan peningkatan
tekanan intraabdominal), fisiologis dan radang.
Umumnya faktor etiologi tersebut tidak berdiri sendiri tetapi salling berkaitan.

2.3 PATOFISIOLOGI
Pada permulaan terjadi varises hemoroidalis, belum timbul keluhan keluhan. Akan
timbul bila ada penyulit seperti perdarahan , trombus dan infeksi
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik dari
vena hemoroidalis. Kantung-kantung vena yang melebar menonjol ke dalam saluran anus
dan rektum terjadi trombosis, ulserasi, perdarahan dan nyeri. Perdarahan umumnya terjadi
akibat trauma oleh feses yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar meskipun
berasal dari vena karena kaya akan asam. Nyeri yang timbul akibat inflamasi dan edema
yang disebabkan oleh trombosis. Trombosis adalah pembekuan darah dalam hemoroid.
Trombosis ini akan mengakibatkan iskemi pada daerah tersebut dan nekrosis.
Pada dasarnya hemoroid di bagi menjadi dua klasifikasi, yaitu :
1. Hemoroid interna, merupakan varises vena hemoroidalis superior dan media.
2. Hemoroid eksterna,merupakan varises vena hemoroidalis inferior.

1. HEMOROID INTERNA
Gejala - gejala dari hemoroid interna adalah pendarahan tanpa rasa sakit karena tidak
adanya serabut serabut rasa sakit di daerah ini.
Hemoriud interna terbagi menjadi 4 derajat :
- Derajat I

HEMOROID | 4
Timbul pendarahan varises, prolapsi atau tonjolan mokosa tidak melalui anus dan
hanya dapat di temukan dengan proktoskopi.
- Derajat II
Terdapat trombus di dalam varises sehingga varises selalu keluar pada saat depikasi,
tapi setelah defekasi selesai, tonjolan tersebut dapat masuk dengan sendirinya.
- Derajat III
Keadaan dimana varises yang keluar tidak dapat masuk lagi dengan sendirinya tetapi
harus di dorong.
- Derajat IV
Suatu saat ada timbul keaadan akut dimana varises yang keluar pada saat defekasi
tidak dapat di masukan lagi. Biasanya pada derajat ini timbul thrombus yang di ikuti
infeksi dan kadang kadang timbul perlingkaran anus, sering di sebut dengan Hemoral
Inkaresata karena seakan - akan ada yang menyempit hemoriod yang keluar itu, pada hal
pendapat ini salah karena muskulus spingter ani eksternus mempunyai tonus yang tidak
berbeda banyak pada saat membuka dan menutup. Tapi bila benar terjadi, inkaserata maka
setelah beberapa saat akan timbul nekrosis tapi tidak demikiaan halnya. Lebih tepat bila di
sebut dengan perolaps hemoroid.

2. HEMOROID EKSTERNA.
Hemoroid eksrterna jarang sekali berdiri sendiri, biasanya perluasan hemoroid interna.
Tapi hemoroid eksterna dapat di klasifikasikan menjadi 2 yaitu :
a. Akut
Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya
adalah hematom, walaupun disebut sebagai trombus eksterna akut.
Tanda dan gejala yang sering timbul adalah:
- Sering rasa sakit dan nyeri
- Rasa gatal pada daerah hemorid
Kedua tanda dan gejala tersebut disebabkan karena ujung - ujung saraf pada kulit
merupakan reseptor rasa sakit.
b. Kronik
Hemoroid eksterna kronik atau “Skin Tag” terdiri atas satu lipatan atau lebih dari kulit
anus yang berupa jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.

HEMOROID | 5
2.4 MANIFESTASI KLINIS
Gejala utama berupa :
Ø Perdarahan melalui anus yanng berupa darah segar tanpa rasa nyeri.
Ø Prolaps yang berasal dari tonjolan hemoroid sesuai gradasinya.
Gejala lain yang mengikuti :
Ø Nyeri sebagai akibat adanya infeksi sekunder atau trombus.
Ø Iritasi kronis sekitar anus oleh karena anus selalu basah.
Ø Anemia yang menyertai perdarahan kronis yang terjadi.

2.5 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


ü Pemeriksaan fisik yaitu inspeksi dan rektaltouche (colok dubur)
Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba
sebab tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri. Hemoroid
dapat diraba apabila sangat besar. Apabila hemoroid sering prolaps, selaput lendir akan
menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar yang lebar.
Pemeriksaan colok dubur ini untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.
ü Anoskopy
Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar. Anoskop
dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita dalam posisi litotomi. Anoskop
dan penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan
penderita disuruh bernafas panjang. Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskuler
yang menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran
hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya
benjolan, derajatnya, letak ,besarnya dan keadaan lain dalam anus seperti polip, fissura ani
dan tumor ganas harus diperhatikan.
ü Pemeriksaan Proktosigmoidoskopy
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan bukan disebabkan
oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat tinggi, karena hemoroid merupakan
keadaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai. Feses harus diperiksa terhadap adanya
darah samar.
ü Rontgen (colon inloop) atau Kolonoskopy
ü Laboratorium : - Eritrosit
- Leukosit
- Hb
2.6 KOMPLIKASI
Ø Terjadinya perdarahan
Pada derajat satu darah kelur menetes dan memancar. Perdarahan akut pada umumnya
jarang, hanya terjadi apabila yang pecah adalah pembuluh darah besar. Hemoroid dapat

HEMOROID | 6
membentuk pintasan portal sistemik pada hipertensi portal, dan apabila hemoroid semacam
ini mengalami perdarahan maka darah dapat sangat banyak. Yang lebih sering terjadi yaitu
perdarahan kronis dan apabila berulang dapat menyebabkan anemia karena jumlah eritrosit
yang diproduksi tidak bisa mengimbangi jumlah yang keluar. Anemia terjadi secara kronis,
sehingga sering tidak menimbulkan keluhan pada penderita walaupun Hb sangat rendah
karena adanya mekanisme adaptasi. Apabila hemoroid keluar, dan tidak dapat masuk lagi
(inkarserata / terjepit) akan mudah terjadi infeksi yang dapat menyebabkan sepsis dan bisa
mengakibatkan kematian.
Ø Terjadi trombosis
Karena hemoroid keluar sehingga lama - lama darah akan membeku dan terjadi trombosis.
Ø Peradangan
Kalau terjadi lecet karena tekanan vena hemoroid dapat terjadi infeksi dan meradang
karena disana banyak kotoran yang ada kuman – kumannya.

2.7 PENATALAKSANAAN MEDIS


1 ) Operasi Herniadectomy
2 ) Non operatif
Ø Untuk derajat I dan II
· Diet tinggi serat untuk melancarkan BAB.
· Obat – obat suposituria untuk membantu pengeluaran BAB dan untuk melunakan feces.
· Anti biotik bila terjadi infeksi.
· Ijeksi skloretika ( Dilakukan antara mokosa dan varises dengan harapan timbul fibrosis
dan hemoroid lalu mengecil ).
· “ Rubber Band Ligation “ yaitu mengikat hemoroid dengan karet elastic kira – kira I
minggu, diharapkan terjadi nekrosis.
Ø Untuk derajat III dan IV
Dapat dilakuakan
· Pembedahan
· Dapat dilakukan pengikatan atau ligation.
· Dapat dilakukan rendam duduk.
· Dengan jalan suntikan”Sklerotika” ujntuk mengontrol pendarahan dan kolaps (keluar)
hemoroid interna yang kecil sampai sedang.
Bila seorang datang dengan derajat IV tidak boleh langsung di lakukan oprasi, harus di
usahakan menjadi derajat III dulu. Dengan cara duduk berendam dengan cairan PK
1/10.000 selama 15 menit, kemudian di kompres dengan larutan garam hipertonik
sehingga edema keluar dan kotoran keluar. Biasanya setelah dua minggu akan menjadi
derajat III.
Pada wanita hamil, karena akan sembuh setelah kehamilan berakhir, maka tidak perlu
di adakan oprasi karena akan membahayakan janin dan varisesnya pun juga akan hilang.

HEMOROID | 7
Bila ada perdarahan lakukan pengikatan sementara, setelah partus baru di adakan tindakan
defenitif.
3) Terapi Bedah
Ø Bedah Konvensional
Saat ini ada tiga teknik yang biasa digunakan yaitu:
1. Teknik Milligan – Morgan
Teknik ini digunakan untuk tonjolan hemoroid di 3 tempat utama. Basis massa
hemoroid tepat diatas linea mukokutan dicekap dengan hemostat dan diretraksi dari
rektum. Kemudian dipasang jahitan transfiksi catgut proksimal terhadap pleksus
hemoroidalis. Penting untuk mencegah pemasangan jahitan melalui otot sfingter internus.
Hemostat kedua ditempatkan distal terhadap hemoroid eksterna. Suatu incisi elips
dibuat dengan skalpel melalui kulit dan tunika mukosa sekitar pleksus hemoroidalis
internus dan eksternus, yang dibebaskan dari jaringan yang mendasarinya. Hemoroid
dieksisi secara keseluruhan. Bila diseksi mencapai jahitan transfiksi cat gut maka
hemoroid ekstena dibawah kulit dieksisi. Setelah mengamankan hemostasis, maka mukosa
dan kulit anus ditutup secara longitudinal dengan jahitan jelujur sederhana.
Biasanya tidak lebih dari tiga kelompok hemoroid yang dibuang pada satu waktu.
Striktura rektum dapat merupakan komplikasi dari eksisi tunika mukosa rektum yang
terlalu banyak. Sehingga lebih baik mengambil terlalu sedikit daripada mengambil terlalu
banyak jaringan.
2. Teknik Whitehead
Teknik operasi yang digunakan untuk hemoroid yang sirkuler ini yaitu dengan
mengupas seluruh hemoroid dengan membebaskan mukosa dari submukosa dan
mengadakan reseksi sirkuler terhadap mukosa daerah itu. Lalu mengusahakan kontinuitas
mukosa kembali.
3. Teknik Langenbeck
Pada teknik Langenbeck, hemoroid internus dijepit radier dengan klem. Lakukan
jahitan jelujur di bawah klem dengan cat gut chromic no 2/0. Kemudian eksisi jaringan
diatas klem. Sesudah itu klem dilepas dan jepitan jelujur di bawah klem diikat. Teknik ini
lebih sering digunakan karena caranya mudah dan tidak mengandung resiko pembentukan
jaringan parut sekunder yang biasa menimbulkan stenosis. Dalam melakukan operasi
diperlukan narkose yang dalam karena sfingter ini harus benar-benar lumpuh.
Ø Bedah Laser

HEMOROID | 8
Pada prinsipnya, pembedahan ini sama dengan pembedahan konvensional, hanya alat
pemotongnya menggunakan laser. Saat laser memotong, pembuluh jaringan terpatri
sehingga tidak banyak mengeluarkan darah, tidak banyak luka dan dengan nyeri yang
minimal. Pada bedah dengan laser, nyeri berkurang karena saraf rasa nyeri ikut terpatri. Di
anus, terdapat banyak saraf. Pada bedah konvensional, saat post operasi akan terasa nyeri
sekali karena pada saat memotong jaringan, serabut saraf terbuka akibat serabut saraf tidak
mengerut sedangkan selubungnya mengerut. Sedangkan pada bedah laser, serabut saraf
dan selubung saraf menempel jadi satu, seperti terpatri sehingga serabut syaraf tidak
terbuka. Untuk hemoroidektomi, dibutuhkan daya laser 12 – 14 watt. Setelah jaringan
diangkat, luka bekas operasi direndam cairan antiseptik. Dalam waktu 4 – 6 minggu, luka
akan mengering. Prosedur ini bisa dilakukan hanya dengan rawat jalan.
Ø Bedah Stapler
Alat yang digunakan sesuai dengan prinsip kerja stapler. Bentuk alat ini seperti senter,
terdiri dari lingkaran di depan dan pendorong di belakangnya.
Pada dasarnya hemoroid merupakan jaringan alami yang terdapat di saluran anus.
Fungsinya adalah sebagai bantalan saat buang air besar. Kerjasama jaringan hemoroid dan
m.sfingter ini untuk melebar dan mengerut menjamin kontrol keluarnya cairan dan kotoran
dari dubur. Teknik PPH ini mengurangi prolaps jaringan hemoroid dengan mendorongnya
ke atas garis mukokutan dan mengembalikan jaringan hemoroid ini ke posisi anatominya
semula karena jaringan hemoroid ini masih diperlukan sebagai bantalan saat BAB,
sehingga tidak perlu dibuang semua.
Mula-mula jaringan hemoroid yang prolaps didorong ke atas dengan alat yang
dinamakan dilator, kemudian dijahitkan ke tunika mukosa dinding anus. Kemudian alat
stapler dimasukkan ke dalam dilator. Dari stapler dikeluarkan sebuah gelang dari titanium
diselipkan dalam jahitan dan ditanamkan di bagian atas saluran anus untuk mengokohkan
posisi jaringan hemoroid tersebut. Bagian jaringan hemoroid yang berlebih masuk ke
dalam stapler. Dengan memutar sekrup yang terdapat pada ujung alat, maka alat akan
memotong jaringan yang berlebih secara otomatis. Dengan terpotongnya jaringan
hemoroid maka suplai darah ke jaringan tersebut terhenti sehingga jaringan hemoroid
mengempis dengan sendirinya.
Keuntungan teknik ini yaitu mengembalikan ke posisi anatomis, tidak mengganggu
fungsi anus, tidak ada anal discharge, nyeri minimal karena tindakan dilakukan di luar
bagian sensitif, tindakan berlangsung cepat sekitar 20 – 45 menit, pasien pulih lebih cepat
sehingga rawat inap di rumah sakit semakin singkat.

HEMOROID | 9
HEMOROID | 10
BAB III
KONSEP ASKEP

3.1 PENGKAJIAN
1. Identitas pasien.
Nama :
Jenis kelamin : > pada Laki-laki
Agama :
Umur : 40 – 55 thn
Status :
Tanggal lahir :
Suku Bangsa :
2. Keluhan utama.
Pasien datang dengan keluhan perdarahan terus menerus saat BAB. Ada benjolan pada
anus atau nyeri pada saat defikasi.
3. Riwayat penyakit.
v Riwayat penyakit sekarang
Pasien mulai keluar benjolan di anusnya beberapa minggu hanya ada benjolan yang keluar
dan beberapa hari setelah BAB ada darah yang keluar menetes.
v Riwayat penyakit dahulu
Pasien pernah menderita penyakit hemoroid sebelumnya, sembuh atau terulang kembali.
Dan pada pasien waktu pengobatan terdahulu tidak dilakukan pembedahan sehingga akan
kembali RPD.
4. Pola kebiasaan dan pemeliharaan kesehatan.
a. Pola Nutrisi
Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu melakukan pengukuran tinggi
badan dan berat badan untuk mengetahui status nutrisi pasien, selain juga perlu ditanyakan
kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama MRS.
b. Pola Istirahat dan Tidur
Adanya nyeri otot dan dan peningkatan suhu tubuh akan berpengaruh terhadap pemenuhan
kebutuhan tidur dan istitahat, selain itu akibat perubahan kondisi lingkungan dari
lingkungan rumah yang tenang ke lingkungan rumah sakit yang banyak orang mondar-
mandir.
c. Pola Aktivitas

HEMOROID | 11
Akibat nyeri otot pasien akan cepat mengalami kelelahan pada aktivitas minimal.
Disamping itu pasien juga akan mengurangi aktivitasnya. Dan untuk memenuhi kebutuhan
aktivitasnya sebagian kebutuhan pasien dibantu oleh perawat dan keluarganya.
d. Pola Eleminasi
Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan ilusi dan defekasi
sebelum dan sesudah MRS. Karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan lebih
banyak bed rest sehingga akan menimbulkan konstipasi, selain akibat pencernaan pada
struktur abdomen menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot tractus degestivus.
5. Pemeriksaan fisik.
Pasien di baringkan dengan posisi menungging dengan kedua kaki di tekuk dan menempel
pada tempat tidur.
1. Inspeksi
- Pada insfeksi lihat ada benjolan sekitar anus.
- Benjolan tersebut terlihat pada saat prolapsi.
- Warna benjolan terlihat kemerahan.
- Benjolan terletak di dalam ( internal ).
2. Palpasi
Dilakuakan dengan menggunakan sarung tangan ditambah vaselin dengan melakuakan
rektal tucher, dengan memasukan satu jari kedalam anus. Dan ditemukan benjolan tersebut
dengan konsistensi keras, dan juga ada perdarahan.
6. Informasi penunjang.
ü Pemeriksaan laboratorium
- Hb 14,3 N : 14-18 mg/dl
- Lekosit 12-700 N : 4000 – 11.000
- Elektrolit :
1. K 2,8 N : 3,6 – 5,5 mmol/L
2. Na 137,6 N : 135 – 155 mmol/L
3. Cl 107 N : 70 – 108 mmol/L

ü Diagnostik
- Kolonoscopy
- Anoskopy

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


PRE OPERATIF
1. Konstipasi berhubungan dengan pembesaran vena hemoroidalis.

HEMOROID | 12
2. Nyeri berhubungan dengan adanya hemoroid pada daerah anus.
3. Perdarahan berhubungan dengan pecahnya vena hemoroidalis yang ditandai dengan
perdarahan waktu BAB.

POST OPERATIF
1. Gangguan rasa nyaman nyeri pada luka operasi berhubungan dengan adanya jahitan
pada luka operasi dan terpasangnya cerobong anus.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang perawatan dirumah.

HEMOROID | 13
3.3 RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
PRE OPERATIF
N Dx
Tujuan Intervensi Rasional
o. Keperawatan
1. Konstipasi Setelah dilakukan 1.Berikan dan 1.Mencegah
berhubungan tindakan anjurkan minum dehidrasi secara oral.
dengan keperawatan kurang lebih 2 2.Meningkatkan
pembesaran vena selama 2 x 24 jam liter/hari. usaha evakuasi
hemoroidalis. diharapkan 2.Berikan posisi feses.
konstipasi teratasi. semi fowler pada 3.Makanan tinggi
KH: tempat tidur. serat dapar
a.Pola BAB 3.Anjurkan melancarkan proses
normal (1- mengkonsumsi defekasi.
2x/minggu). makana tinggi 4.Bunyi usus secara
b.Konsistensi serat. umum meningkat
feses lunak. 4.Auskultasi pada diare dan
c.Warna feses bunyi usus. menurun pada
kuning. 5.Hindari konstipasi.
d.Klien tidak takut makanan yang 5.Menurnnkan
untuk BAB. membentuk gas. distres gastrik dan
e.Tidak ada nyeri 6.Kurangi / batasi distensi abdomen.
pada saat BAB. makana seperti
produk susu. 6.Makanan ini
7.Berikan laktasif diketahui sebagai
sesuai program penyebab konstipasi.
dokter. 7.Membantu
melancarkan proses
defekasi.
2. Nyeri Setelah dilakukan 1.Berikan Posisi 1.Minimalkan
berhubungan tindakan yang nyaman. stimulasi/meningkatkan
dengan adanya keperawatan relaksasi.
hemoroid pada selama 3 x 24 jam 2.Berikan bantalan 2.Meminimalkan
daerah anal. diharapkan nyeri dibawah bokong tekanan di bawah
teratasi. saat duduk. bokong/meningkatkan

HEMOROID | 14
KH: 3.Observasi tanda- relaksasi.
a.Wajah pasien tanda vital. 3.Untuk menentukan
tampak meringis. 4.Ajarkan teknik intervensi selanjutnya.
b.Skala nyeri untuk menguranyi 4.Pengalihan perhatian
berkurang 0-3 atau rasa nyeri seperti melalui kegiatan-
hilang. membaca, menarik kegiatan.
c.Klien dapat nafas panjang, 5.Meningkatkan
istirahat tidur. menonton TV, dll. relaksasi.
d.TTV Normal 5.Berikan kompres 6.Menurunkan
TD: 100/80 mmHg dingin pada daerah ketidaknyamanan fisik.
anus 3-4 jam 7.Mengurangi nyeri dan
dilanjutkan dengan menurunkan rangsang
redam duduk hangat saraf simpatis dan
3-4 x/hari. untuk mengangkat
6.Berikan hemoroid.
lingkungan yang
tenang.
7.Kolaborasi
dengan dokter
untuk pemberian
analgesik, pelunak
feses dan dilakukan
hemoroidectomi.
3. Perdarahan Setelah dilakukan 1.Observasi TTV. 1.Untuk menentukan
berhubungan tindakan 2.Monitor tindakan selanjutnya.
dengan keperawatan banyaknya 2.Untuk menentukan
pecahnya vena selama 3 x 24 jam perdarahan klien. tingkat kehilangan
hemoroidalis diharapkan 3.Kaji ulang tingkat cairan.
yang ditandai kekurangan nutrisi toleransi aktifiitas 3.Untuk mengetahui
dengan terpenuhi. klien. tingkat kelemahan
perdarahan KH: 4.Memandirikan klien.
waktu BAB. a.Konjungtiva klien dalam 4.Mengurangi
klien merah muda. melakukan aktifitas ketergantungan aktifitas
b.Hb Normal (12- sehari-hari. klien dengan bantuan

HEMOROID | 15
14 g/dl). Kolaborasi: perawat.
c.Tidak ada 1.Konsultasikan Kolaborasi:
perdarahan nutrisi untuk klien 1.Untuk menentukan
v.hemoroid. dengan ahli gizi. kebutuhan nutrisi yang
d.Dapat melakukan 2.Berikan vitamin tepat pada klien.
aktivitas mandiri. K dan B12 sesuai 2.Untuk membantu
e.Klien tidak cepat indikasi. proses pembekuan
lelah setelah 3.Konsultasi dengan darah dan Untuk
beraktivitas. ahli gizi. meningkatkan produksi
f.Aktifitas klien 4.Berikan cairan IV. sel darah merah.
sudah tidak dibantu 3.Untuk menentukan
oleh perawat. diet yang tepat bagi
klien.
4.Untuk menggantikan
banyaknya darah yang
hilang selama
perdarahan.

POST OPERATIF
1. Gangguan rasa Setelah dilakukan 1. Beri posisi tidur 1.Dapat menurunkan
nyaman nyeri tindakan yang tegangan abdomen
pada luka keperawatan menyenangkan 2. Melindungi pasien
operasai selama 2 x 24 jam pasien. dari kontaminasi silang
berhubungan berkurangnya rasa 2. Ganti balutan selama penggantian
dengan adanya nyeri pada daerah setiap pagi sesuai balutan. Balutan basah
jahitan pada pasca operasi. tehnik aseptik bertindak sebagai
luka operasi KH: 3. Latihan jalan penyerap kontaminasi
dan a.tidak terdapat sedini mungkin eksternal
terpasangnya rasa nyeri pada 4. Observasi daerah 3. Menurunkan masalah
cerobong anus. luka operasi rektal apakah ada yang terjadi karena
b.pasien dapat perdarahan imobilisasi
beraktivitas sesuai 5. Berikan 4. Perdarahan pada
kemampuan penjelasan tentang jaringan, inflamasi
c.sekala nyeri 0-3 tujuan pemasangan lokal atau terjadinya

HEMOROID | 16
d.klien tampak cerobong anus infeksi dapat
rileks (untuk mengalirkan meningkatkan rasa
sisa-sisa perdarahan nyeri
yang di dalam bisa 5. Pengetahuan tentang
keluar) manfaat cerobong anus
6. Cerobong anus dapat membuat pasien
dilepas sesuai paham guna cerobong
advice dokter anus untuk kesembuhan
lukanya
6. Meningkatkan
fungsi fisiologis anus
dan memberikan rasa
nyaman pada daerah
anus pasien karena
tidak ada sumbatan
2. Resiko infeksi Setelah dilakukan 1. Observasi tanda 1. Respon autonomik
berhubungan tindakan vital meliputi TD, respirasi,
dengan keperawatan 2. Observasi nadi yang berhubungan
pertahanan selama 2 x 24 jam balutan setiap 2 dengan keluhan /
primer tidak infeksi tidak jam, periksa penghilang nyeri .
adekuat. terjadi. terhadap perdarahan Abnormalitas tanda
KH: dan bau. vital perlu di observasi
a.tidak terdapat 3. Ganti balutan secara lanjut
tanda-tanda infeksi dengan teknik 2. Deteksi dini
(dolor, kalor, rubor, aseptik terjadinya proses
tumor, fungsiolesa) 4. Bersihkan area infeksi dan /
b.TTV Normal perianal setelah pengawasan
(TD: 120/80 setiap defekasi penyembuhan luka
mmHg, N: 96 5. Berikan diet oprasi yang ada
x/menit, S: 36,7 OC, rendah serat dan sebelumnya
RR: 18 x/menit) minum yang cukup 3. Mencegah meluas
c.luka mengering dan membatasi
penyebaran luas infeksi
atau kontaminasi silang

HEMOROID | 17
4. Mengurangi /
mencegah kontaminasi
daerah luka
5. Mengurangi
rangsangan pada anus
dan mencegah
mengedan pada waktu
defekasi
3. Kurang Setelah dilakukan 1. Diskusikan 1. Pengetahuan tentang
pengetahuan tindakan pentingnya diet berguna untuk
berhubungan keperawatan penatalaksanaan melibatkan pasien
dengan selama 2 x 24 jam diet rendah sisa atau dalam merencanakan
kurangnya klien dapat serat. diet dirumah yang
informasi melakukan 2. Demontrasikan sesuai dengan yang
perawatan perawatan area anal perawatan area anal dianjurkan oleh ahli
dirumah. dirumah. dan minta pasien gizi
KH: menguilanginya 2. Pemahaman akan
a.pasien mengerti 3. Berikan rendam meningkatkan kerja
tentang perawatan duduk sama pasien dalam
dirumah 4. Bersihakan area program terapi,
b.keluarga mengerti anus dengan baik meningkatkan
tentang proses dan keringkan penyembuhan dan
penyakit dan seluruhnya setelah proses perbaikan
perawatannya defekasi terhadap penyakitnya
c.pasien 3. Meningkatkan
menunjukkan kebersihan dan
wajah tengang kenyaman pada daerah
anus (luka atau polaps)
4. Melindungi area
anus terhadap
kontaminasi kuman-
kuman yang berasal
dari sisa defekasi agar
tidak terjadi infeksi

HEMOROID | 18
3.4 EVALUASI
1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan konstipasi teratasi
2. Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri yang dirasakan klien berkurang
3. Setelah dilakukan tindakan keperawatan perdarahan waktu BAB berkurang

HEMOROID | 19
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Hemoroid adalah distensi vena di daerah anorektal. Sering terjadi namun kurang
diperhatikan kecuali kalau sudah menimbulkan nyeri dan perdarahan. Istilah hemoroid lebih
dikenal sebagai ambeien atau wasir oleh masyarakat. Akibat dari adanya hemoroid adalah
timbulnya rasa tidak nyaman. Hemoroid bukan saja mengganggu aspek kesehatan, tetapi juga
aspek kosmetik bahkan sampai aspek sosial. Hemoroid mengakibatkan
komplikasi,diantaranya adalah terjadi trombosis, peradangan, dan terjadi perdarahan.
Hemoroid juga dapat menimbulkan cemas pada penderitanya akibat ketidaktahuan tentang
penyakit dan pengobatannya.
Penyebab pelebaran pleksus hemoroidalis di bagi menjadi dua :
1) Karena bendungan sirkulasi portal akibat kelaian organic kelainan organik yang
menyebabkan gangguan adalah :
a. Hepar sirosis hepatis
Fibrosis jaringan hepar akan meningkatkan resistensi aliran vena ke hepar sehingga terjadi
hepartensi portal. Maka akan terbentuk kolateral antara lain ke esopagus dan pleksus
hemoroidalis.
b. Bendungan vena porta, misalnya karena thrombosis.
c. Tomur intra abdomen, terutama didaerah velvis, yang menekan vena sehingga aliranya
terganggu. Misalnya uterus grapida , uterus tomur ovarium, tumor rektal dan lain lain.
2) Idiopatik, tidak jelas adanya kelaianan organik, hanya ada faktor - faktor penyebab
timbulnya hemoroid
Faktor faktor yang mungkin berperan :
a. Keturunan atau heriditer
b. Anatomi
c. Hal - hal yang memungkinkan tekanan intra abdomen meningkat antara lain :
* Orang yang pekerjaannya banyak berdiri atau duduk dimana gaya gravitasi akan
mempengaruhi timbulnya hemoroid. Misalnya seorang ahli bedah.
* Gangguan devekasi miksi.
* Pekerjaan yang mengangkat benda - benda berat.
* Tonus spingter ani yang kaku atau lemah.

HEMOROID | 20
3) Faktor predisposisi yaitu : Herediter, Anatomi, Makanan, Pekerjaan, Psikis dan Senilis,
konstipasi dan kehamilan.

4.2 SARAN
Perlu penyuluhan yang intensif tentang penyakit, proses penyakit dan pengobatannya
pada penderita hemoroid. Menginformasikan tentang pencegahan-pencegahan terjadinya
hemoroid dengan cara :
1. Makan makanan tinggi serat, vitamin K, dan vitamin B12.
2. Sarankan untuk tidak banyak duduk atau kegiatan yang menenkan daerah bokong.
3. Sarankan untuk tidak terlalu kuat saat mengedan karena dapat menambah besar hemoroid.
4. Sarankan agar mengurangi makan makanan pedas yang dapat mengiritasi hemoroid.
5. Sarankan untuk melakukan hemoroidektomi apabila stadium hemoroid telah mencapai
derajat 3 hemoroid interna untuk mencegah terjadinya infeksi.

HEMOROID | 21
DAFTAR PUSTAKA

Arkanda, Sumitro. 1989. Ringkasan Ilmu Bedah. Jakarta: PT. Bina Aksara.
Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 2. Jakarta: EGC.
Djuhari, Widjajakusumah. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Doenges Moorhouse Geissle. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
Jusi, H. D. 1991. Dasar-Dasar Ilmu Bedah Vaskuler. Jakarta: Balai Penerbit.
Lauralee, Sherwood. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC
Parakrama, Chandrasoma. 2006. Ringkasan Patofisiologi Anatomi Edisi 2. Jakarta: EGC.
Price, Sylvia Anderson. 1984. Patofisiologi Edisi 4. Jakarta: EGC.
Robbins, Stanley L. 1989. Buku Saku Dasar Patologi Penyakit. Jakarta: EGC
Schrock, Theodore R. 1991. Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
Sjamsuhidajat, R. Wim de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC.

HEMOROID | 22

You might also like