You are on page 1of 19

FIELD BOOK

PROMOSI KESEHATAN DI SEKOLAH

DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Tujuan
3. Sasaran

II. PROMOSI KESEHATAN DI SEKOLAH


1. Arti strategis promosi kesehatan sekolah
2. Startegi promosi kesehatan sekolah
3. Ciri utama “SEKOLAH PROMOSI KESEHATAN”

III. KEGIATAN PROMOSI KESEHATAN DI SEKOLAH


1. Jenis Kegiatan
2. Perencanaan dan Pelaksanaan
3. Monitoring dan Evaluasi

DAFTAR KEPUSTAKAAN

BAB I. PENDAHULUAN

1
1.1. Latar belakang

Pembangunan yang ingin dicapai oleh bangsa Indonesia adalah tercapainya bangsa yang maju dan
mandiri, sejahtera lahir dan bathin. Salah satu ciri bangsa yang maju adalah mempunyai derajat
kesehatan yang tinggi, karena derajat kesehatan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap
kualitas sumberdaya manusia. Hanya dengan sumberdaya yang sehat akan lebih produktif dan
meningkatkan daya saing bangsa. Menyadari hal tersebut, pemerintah Republik Indonesia telah
mencanangkan kebijaksanaan dan strategi baru dalam suatu “Gerakan Pembangunan Berwawasan
Kesehatan sebagai Strategi Nasional menuju Indonesia Sehat 2010” pada tanggal 1 Maret 1999.

Dengan kebijaksanaan dan strategi ini, perencanaan dan pelaksanaan pembangunan disemua sektor
harus mampu mempertimbangkan dampak negatif dan positif terhadap sektor kesehatan, baik bagi
individu, keluarga maupun masyarakat. Disektor kesehatan sendiri upaya kesehatan akan lebih
mengutamakan upaya-upaya preventif dan promotif yang proaktif, tanpa mengabaikan upaya kuratif
dan rehabilitatif. Dasar pandangan baru dalam pembangunan kesehatan ini disebut “Paradigma
Sehat”.

Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Derajat kesehatan
merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada kualitas sumberdaya manusia.
Sumberdaya manusia yang sehat akan lebih produktif dan meningkatkan daya saing manusia. Untuk
tercapainya visi pembangunan kesehatan di Indonesia, yakni Indonesia Sehat 2010 telah ditetapkan
sejumlah misi, strategi, pokok-pokok program serta program-programnya. Salah satu program yang
dimaksud adalah Program Usaha Kesehatan Sekolah. UU No. 23 tahun 1992 pasal 45 tentang
Kesehatan menyebutkan bahwa Usaha Kesehatan Sekolah wajib di selenggarakan di sekolah.

Beberapa hal yang menjadi permasalahan dalam pembinaan dan pengembangan program promosi
kesehatan di sekolah ialah :
• Perilaku hidup bersih dan sehat belum mencapai pada tingkat yang diharapkan, disamping itu
ancaman sakit terhadap murid sekolah masih cukup tinggi dengan adanya penyakit endermis dan
kekuarangan gizi.
• Masalah kesehatan anak usia sekolah yang masih banyak terjadi di Indonesia antara lain :
- Sanitasi dasar yang memenuhi syarat kesehatan seperti jamban sehat dan air bersih
- Meningkatnya pecandu narkoba dan remaja yang merokok
- Kesehatan reproduksi remaja
• Peningkatan sumberdaya manusia
- Kurangnya guru yang menangani program promosi kesehatan di sekolah
- Kader kesehatan sekolah perlu dilatih dalam bidang pendidikan dan pelayanan kesehatan
• Terbatasnya sarana dan prasarana program promosi kesehatan di sekolah
• Pencatatan dan pelaporan yang masih lemah
• Kurang lancarnya koordinasi, informasi, sinkronisasi dan sosialisasi
• Dukungan kelembagaan dan program terutama dalam hal perlunya institusi yang jelas menangani
program kesehatan di sekolah dan pentingnya penetapan standar pelayanan minimum.

Tujuan Pamsimas selain kesinambungan terhadap sarana air bersih dan sanitasi yang akan terbangun
dan keberfungsian sarana tersebut, proyek juga bertujuan untuk kesinambungan terhadap perubahan
perilaku yaitu Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Tujuan dari harapan yang terakhir ini adalah untuk
peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku dalam rangka meningkatkan akses keluarga tentang
penggunaan dan pemeliharaan sarana air bersih dan sarana sanitasi, peningkatan pengetahuan, sikap
dan perilaku dalam usaha pencegahan/menghambat penyakit yan ditularkan melalui air dan

2
lingkungan serta bertujuan untuk peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku dalam upaya
meningkatkan derajat kesehatan.
Untuk mencapai tujuan tersebut, PAMSIMAS berusaha melakukan intervensi terhadap faktor-faktor
yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat terutama fakor lingkungan dan perilaku baik
dimasyarakat yang dikemas dalam PHBS dan di sekolah yang dikemas dalam upaya atau kegiatan
Promosi Kesehatan Sekolah.
Promosi Kesehatan Sekolah dibuat untuk mendukung program peningkatan Sarana Air Bersih dan
Sanitasi dan untuk memperluas manfaat kesehatan masyarakat desa dengan cara meningkatkan
pengetahuan dan perilaku kesehatan dan sanitasi pada anak-anak sekolah dasar. Selain itu Promosi
Kesehatan Sekolah bertujuan agar murid-murid tersebut bertindak sebagai agen perubahan bagi
orangtua mereka, saudara-saudara, tetangga dan kawan-kawan mereka.
Program promosi kesehatan di sekolah harus diintegrasikan ke dalam program usaha kesehatan
sekolah, melalui koordinasi dengan Tim Pembina UKS di tingkat Kecamatan, Kabupaten, Propinsi dan
Pusat. Promosi kesehatan sekolah (dalam Program PAMSIMAS) harus dikoordinasikan dengan
program penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh PUSKESMAS, Dinas Kesehatan Kabupaten,
Dinas Kesehatan Propinsi dan Departemen Kesehatan Pusat.
Keberhasilan promosi kesehatan di sekolah dan di masyarakat di tingkat desa banyak dipengaruhi oleh
hubungan jaringan komunikasi antara Cabang Dinas Pendidikan (termasuk Kepala Sekolah, Guru,
Komite Sekolah, orang tua siswa), PUSKESMAS (Pemimpin PUSKESMAS, Sanitarian, Staf
PUSKESMAS lainnya, Bidan Desa), serta Tokoh Masyarakat (Aparat Desa, tokoh masyarakat, tokoh
agama, organisasi kemasyarakatan, serta semua anggota masyarakat). Agar ada keterkaitan antara
program di sekolah dan di masyarakat, maka rencana kegiatan di sekolah harus dibahas pada pleno
masyarakat, pada waktu menyusun RKM (Rencana Kerja Masyarakat).

1.2. Tujuan

Tujuan Umum :
Meningkatkan prestasi belajar peserta didik melalui peningkatan derajat kesehatan

Tujuan Khusus :
a. Menciptakan lingkungan kehidupan sekolah yang sehat
b. Meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap dan membentuk perilaku masyarakat sekolah
yang sehat
c. Memelihara kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan
masyarakat sekolah

2. Sasaran
Buku ini diharapkan menjadi panduan Fasilitator Kesehatan di masyarakat, atau pihak lain yang
akan melakukan kegiatan promosi kesehatan, khususnya promosi kesehatan di sekolah

3
BAB II. PROMOSI KESEHATAN SEKOLAH

2.1. Arti penting promosi kesehatan sekolah

Promosi kesehatan di sekolah merupakan suatu upaya untuk menciptakan sekolah menjadi suatu
komunitas yang mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sekolah melalui 3 kegiatan
utama (a) penciptaan lingkungan sekolah yang sehat,(b) pemeliharaan dan pelayanan di sekolah,
dan (c) upaya pendidikan yang berkesinambungan. Ketiga kegiatan tersebut dikenal dengan istilah
TRIAS UKS.

Sebagai suatu institusi pendidikan, sekolah mempunyai peranan dan kedudukan strategis dalam
upaya promosi kesehatan. Hal ini disebabkan karena sebagian besar anak usia 5-19 tahun
terpajan dengan lembaga pendidikan dalam jangka waktu cukup lama. Jumlah usia 7-12 berjumlah
25.409.200 jiwa dan sebanyak 25.267.914 anak (99.4%) aktif dalam proses belajar. Untuk
kelompok umur 13-15 thn berjumlah 12.070.200 jiwa dan sebanyak 10.438.667 anak (86,5%) aktif
dalam sekolah (sumber: Depdiknas,2007). Dari segi populasi, promosi kesehatan di sekolah dapat
menjangkau 2 jenis populasi, yaitu populasi anak sekolah dan masyarakat umum/keluarga.
Apabila promosi kesehatan ditujukan pada usia sampai dengan 12 tahun saja, yang berjumlah
sekitar 25 juta, maka mereka akan mampu menyebarluaskan informasi kesehatan kepada hampir
100 juta populasi masyarakat umum yang terpajan promosi kesehatan.

Sekolah mendukung pertumbuhan dan perkembangan alamiah seorang anak, sebab di sekolah
seorang anak dapat mempelajari berbagai pengetahuan termasuk kesehatan. Promosi kesehatan
di sekolah membantu meningkatkan kesehatan siswa, guru, karyawan, keluarga serta masyarakat
sekitar, sehingga proses belajar mengajar berlangsung lebih produktif.

Dalam promosi kesehatan sekolah, keluarga anak sekolah dapat dipandang sebagai 2 aspek yaitu
a) sebagai pendukung keberhasilan program promosi kesehatan di sekolah (support side)
b) sebagai pihak yang juga memperoleh manfaat atas berlangsungnya promosi kesehatan di
sekolah itu sendiri (impact side)
Pada segi pendukung keberhasilan, promosi kesehatan di sekolah seringkali akan lebih berhasil
jika mendapat dukungan yang memadai dari keluarga si murid. Hal terkait dengan intensitas
hubungan antara anak dan keluarga, dimana sebagian besar waktu berinteraksi dengan keluaraga
lebih banyak. Pada segi pihak yang turut memperoleh manfaat, peran orang tua yang memadai,
hangat, membantu serta berpartisipasi aktif akan lebih menjamin keberhasilan program promosi
kesehatan. Sebagai contoh bila di sekolah dilakukan kampanya perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun
kemudian dirumah orang tua juga menyediakan fasilitas CTPS, maka perilaku anak akan lebih
lestari (sustainable). Bentuk dukungan orang tua ini meyakinkan bahwa tindakan cuci tangan pakai
sabun merupakan tindakan yang benar, baik di sekolah maupun di rrumah.

2. 2. Strategi Promosi Kesehatan

WHO mencanangkan lima strategi promosi kesehatan di sekolah yaitu:

a. Advokasi
Kesuksesan program promosi kesehatan di sekolah sangat ditentukan oleh dukungan dari
berbagai pihak yang terkait dengan kepentingan kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan
masyarakat sekolah. Guna mendapatkan dukungan yang kuat dari berbagai pihak terkait
tersebut perlu dilakukan upaya-upaya advokasi untuk menyadarkan akan arti penting program
kesehatan sekolah. Advokasi lebih ditujukan kepada berbagai pihak yang akan menentukan
kebijakan program, termasuk kebijakan yang terkait dana untuk kegiatan

4
b. Kerjasama
Kerjasama dengan berbagai pihak yang terkait sangat bermanfaat bagi jalannya program
promosi kesehatan sekolah. Dalam kerjasama ini berbagai pihak dapat saling belajar dan
berbagi pengalaman tentang keberhasilan dan kekurangan program, tentang cara
menggunakan berbagai sumber daya yang ada, serta memaksimalkan investasi dalam
pemanfaatan untuk melakukan promosi kesehatan.

c. Penguatan kapasitas
Kemampuan kerja dalam kegiatan promosi kesehatan di sekolah harus dapat dilaksanakan
secara optimal. Untuk itu berbagai sektor terkait harus diyakini dapat memberikan dukungan
untuk memperkuat program promosi kesehatan di sekolah. Dukungan berbagai sektor ini
dapat terkait dalam rangka penyusunan rencana kegiatan, pelaksanaan, monitoring dan
evaluasi program promosi kesehatan sekolah

d. Kemitraan
Kemitraan dengan berbagai unit organisasi baik pemerintah, LSM maupun usaha swasta akan
sangat mendukung pelaksanaan program promosi kesehatan sekolah. Disamping itu, dengan
kemitraan akan dapat mendorong mobilisasi guna meningkatkan status kesehatan di sekolah.

e. Penelitrian
Penelitian merupakan salah satu komponen dari pengembangan dan penilaian program
promosi kesehatan. Bagi sektor terkait, penelitian merupakan akses untuk masuk dalam
mengembangkan promosi kesehatan di sekolah baik secara nasional maupun regional,
disamping untuk melakukan evaluasi peningkatan PHBS siswa sekolah.

2.3. Ciri “SEKOLAH PROMOSI KESEHATAN”

Menurut WHO terdapat enam ciri-ciri utama dari suatu sekolah untuk dapat menjadi sekolah yang
mempromosikan/meningkatkan kesehatan, yaitu :

1. Melibatkan semua pihak yang berkaitan dengan masalah kesehatan sekolah yaitu peserta
didik, orangtua dan para tokoh masyarakat maupun organisasi-organisasi di masyarakat

2. Berusaha keras untuk menciptakan lingkungan sehat dan aman, meliputi :


• Sanitasi dan air yang cukup
• Bebas dari segala macam bentuk kekerasan
• Bebas dari pengaruh negatif dan penyalahgunaan yang berbahaya
• Suasana yang memperdulikan pola asuh, rasa hormat dan saling percaya
• Pekarangan sekolah yang aman
• Dukungan masyarakat yang sepenuhnya

3. Memberikan pendidikan kesehatan sekolah dengan :


• Kurikulum yang mampu meningkatkan sikap dan perilaku peserta didik yang positif
terhadap kesehatan serta dapat mengembangkan berbagai ketrampilan hidup yang
mendukung kesehatan fisik, mental dan sosial
• Memperhatikan pentingnya pendidikan dan pelatihan untuk guru maupun orangtua

4. Memberikan akses untuk di laksanakannya pelayanan kesehatan di sekolah, yaitu :


• Penjaringan, diagnosa dini, imunisasi serta pengobatan sederhana
• Kerjasama dengan Puskesmas setempat
• Adanya program-program makanan bergizi dengan memperhatikan “keamanan” makanan

5
5. Menerapkan kebijakan dan upaya di sekolah untuk mempromosikan dan meningkatkan
kesehatan, yaitu :
• Kebijakan yang di dukung oleh staf sekolah termasuk mewujudkan proses belajar
mengajar yang dapat menciptakan lingkungan psikososial yang sehat bagi seluruh
masyarakat sekolah
• Kebijakan-kebijakan dalam memberikan pelayanan yang adil untuk seluruh siswa
• Kebijakan-kebijakan dalam penggunaan rokok, penyalahgunaan narkoba termasuk alkohol
serta pencegahan segala bentuk kekerasan/pelecehan

6. Bekerja keras untuk ikut atau berperan serta meningkatkan kesehatan masyarakat, dengan :
• Memperhatikan adanya masalah kesehatan masyarakat yang terjadi
• Berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan kesehatan masyarakat

Untuk itulah sekolah harus menjadi suatu “tempat” yang dapat meningkatkan/mempromosikan
derajat kesehatan peserta didiknya. Konsep inilah yang oleh Organisasi Kesehatan Dunia di
sebut dengan menciptakan “Health Promotion School” atau sekolah promosi kesehatan. Dapat
dikatakan program Usaha Kesehatan Sekolah dilaksanakan dengan baik pada sekolah tersebut.

Pada dasarnya, setiapnya sekolah memiliki kemampuan dan kebutuhan yang berbeda-beda
sesuai situasi dan kondisinya masing-masing dalam mewujudkan “Sekolah Promosi Kesehatan”.
Namun yang terpenting adalah bagaimana ia dapat menggunakan “kekuatan organisasinya”
secara optimal untuk dapat meningkatkan kesehatan masyarakat sekolah.

6
III. KEGIATAN PROMKES PAMSIMAS DI SEKOLAH

3.1. Jenis Kegiatan

Salah satu kegiatan Kesehatan Sekolah Program PAMSIMAS adalah membangun jamban sekolah
dan sarana cuci tangan. Sekolah harus memberikan pengajaran baik kepada guru maupun murid
bagaimana cara memelihara jamban sekolah yang akan di bangun dan sarana cuci tangan. Misalnya
seorang guru di serahkan tanggung jawab untuk pemeliharaan jamban. Ia akan mengkoordinasi murid
dengan cara membuat “roster” atau jadwal membersihkan jamban dan sarana cuci tangan yang dibagi
secara merata antara murid laki-laki dan murid perempuan.

Seringkali terjadi jamban di sekolah hanya terdiri atas dua unit, yaitu satu untuk guru dan yang lain
untuk murid. Sementara kondisi jamban murid sangat berbeda jauh dengan jamban guru. Di mana
jamban murid sangat jauh dari kondisi bersih dan terpelihara atau tidak jarang dalam kondisi rusak.
Akibatnya banyak murid yang kemudian buang air baik buang air kecil maupun buang air besar di
halaman sekolah. Kebiasaan ini membuat sekolah menjadi bau dan sangat rentan untuk menjadi
sarang penyakit. Selain itu, seringkali jamban di sekolah tidak dilengkapi dengan penerangan yang
cukup. Murid yang masih duduk di kelas 1 atau 2 akan merasa takut untuk menggunakan jamban yang
kondisinya gelap, berbau dan kotor. Kondisi seperti ini harus dihindari dengan cara membuat jamban
dengan penerangan yang cukup baik dari lampu ataupun sinar matahari beserta ventilasi yang
memadai.

Selain program pembangunan fisik, program pendidikan kesehatan tentang hubungan antara air,
jamban, perilaku dan kesehatan juga menjadi kegiatan yang penting dalam program kesehatan
sekolah. Di antaranya adalah hubungan antara air-kondisi sanitasi dan penyakit; bagaimana sarana
sanitasi dapat melindungi kesehatan kita; bagaimana penyakit dapat timbul dari kondisi sanitasi dan
perilaku yang buruk; Kebiasaan mencuci tangan dengan sabun; Pencegahan Penyakit Kecacingan;
dan monitoring kualitas air. Materi-materi pembelajaran bagi siswa dilaksanakan secara partisipatif
menggunakan metode PHAST. Guru-guru sebagai tenaga pengajar akan di beri pelatihan terlebih
dahulu oleh Dinas Kesehatan setempat dan Tim Fasilitator Masyarakat, khususnya TFM bidang
kesehatan.

Adapun rincian kegiatan program Promosi Kesehatan di sekolah :


• Pembangunan sarana air bersih, sanitasi dan fasilitas cuci tangan termasuk pendidikan menjaga
kebersihan jamban sekolah
• Pendidikan pemakaian dan pemeliharaan jamban sekolah
• Penggalakan cuci tangan dengan sabun
• Pendidikan tentang hubungan air minum, jamban, praktek kesehatan individu, dan kesehatan
masyarakat
• Program pemberantasan kecacingan
• Pendidikan kebersihan saluran pembuangan/SPAL
• Pelatihan guru dan murid tentang PHAST
• Kampanye, “Sungai Bersih, Sungai Kita Semua”
• Pengembangan tanggungjawab murid, guru dan pihak-pihak lain yang terlibat di sekolah,
mencakup:
- Pengorganisasian murid untuk pembagian tugas harian, pembagian tugas guru pembina dan
Komite Sekolah
- Meningkatkan peranan murid dalam mempengaruhi keluarganya

7
3.2. Proses Perencanaan dan Pelaksanaan
a. Perencanaan
Sebagai langkah awal dari proses perencanaan ialah TFM bersama TKKc melakukan pertemuan
dengan Penilik/Staff Dinas Pendidikan Kecamatan untuk mendiskusikan tentang perencanaan
penyusunan rencana kegiatan promosi kesehatan di sekolah. Kegiatan ini bisa dilakukan
bersamaan dengan kegiatan orientasi awal sebelum memulai diskusi dengan masyarakat di desa
sasaran.

Proses perencanaan kegiatan promosi kesehatan di sekolah di fasilitasi oleh Tim Fasilitator
Masyarakat (TFM) dengan mengajak masyarakat sekolah untuk melakukan proses mulai dari
identifikasi masalah, pemilihan opsi dan kegiatan, sampai dengan penyusunan Rencana Kerja
Masyarakat (RKM). Masyarakat sekolah yang dimaksud adalah kepala sekolah, guru, murid,
orangtua murid, penjaga sekolah, dan pemilik kantin/warung sekolah. Identifikasi masalah yang
dimaksud adalah mengajak masyarakat sekolah untuk mengidentifikasi beberapa hal seperti :
• Sarana air bersih yang biasa digunakan untuk berbagai kebutuhan
• Tempat yang biasa digunakan guru, murid, dan masyarakat sekolah lainnya untuk buang air
besar dan buang air kecil
• Tempat yang biasa digunakan untuk mencuci tangan (identifikasi terlebih dahulu apakah
siswa/guru mempunyai kebiasaan mencuci tangan di sekolah)
• Tempat yang biasa digunakan masyarakat sekolah sebagai tempat pembuangan sampah
• Perilaku-perilaku buruk bagi kesehatan yang lain yang masih sering dilakukan oleh
masyarakat sekolah, seperti pemilik kantin/warung/penjual makanan tidak menutup makanan
jajanan, kebiasaan buruk lainnya
• Presentasi siswa yang tidak sekolah karena sakit setiap harinya

Potensi yang dimaksud seperti :


• Sarana air bersih yang masih berfungsi tetapi sudah tidak memenuhi syarat kesehatan (seperti
tidak ada SPAL, keran yang bocor, dll)
• Kamar mandi tetapi jamban yang ada sudah tidak berfungsi
• Halaman yang cukup luas untuk dibangun sarana pembuangan sampah
• Media komunikasi tentang kesehatan, seperti majalah dinding
• Kegiatan ekstrakulikuler seperti kegiatan Pramuka, olahraga, dll

Seluruh masyarakat sekolah akan diikutsertakan pada proses-proses : identifikasi masalah dan
potensi, pengambilan keputusan untuk opsi teknis sarana air bersih dan sanitasi, pengambilan
keputusan penempatan sarana di sekolah sampai dengan rencana kegiatan kesehatan dan
perubahan perilaku dan rencana untuk memeliharanya.

Setelah teridentifikasi masalah dan potensi, LKM unit kesehatan akan difasilitasi oleh TFM untuk
menyusun rencana kegiatan Promosi Kesehatan di sekolah, terdiri atas rencana kegiatan
pembelajaran, rencana pembangunan/pengembangan sarana air bersih dan sanitasi di sekolah
serta sarana cuci tangan dan tempat sampah dan kegiatan lainnya.

8
Beberapa jenis kegiatan yang dapat di lakukan pada Program Promosi Kesehatan Sekolah, adalah:

• Penyuluhan kelompok di kelas


• Penyuluhan perorangan (penyuluhan antar teman/peer group education)
• Pemutaran film/video
• Penyuluhan dengan media panggung boneka
• Penyuluhan dengan metode demonstrasi
• Pemasangan poster, Pembagian leaflet
• Kunjungan/wisata pendidikan
• Kunjungan rumah
• Lomba kebersihan kelas, Lomba kebersihan perorangan/murid
• Lomba membuat poster, Lomba menggambar lingkungan sehat
• Lomba cepat tepat
• Kegiatan pemeliharaan dan membersihkan jamban sekolah
• Penyuluhan terhadap warung sekolah, pedagang sekitar sekolah
• Kegiatan penghijauan di sekitar sumber air
• Pelatihan guru UKS
• Pelatihan siswa/kader UKS

Setiap kegiatan yang dipilih harus dibuat menjadi sebuah rencana rinci kegiatan. Setiap kegiatan
harus dilengkapi dengan sasaran kegiatan, tujuan, metode pembelajaran, frekuensi kegiatan dan
media yang digunakan. Dari analisis media yang dibutuhkan maka didapat jumlah biaya yang
diperlukan untuk promosi kesehatan di sekolah. Semua perencanaan tersebut akan masuk ke dalam
Rencana Kerja Masyarakat (RKM).

b. Pelaksanaan
i. Persiapan Pelaksanaan
• LKM Unit Kesehatan dibantu / difasilitasi oleh TFM menyusun jadwal ulang apabila dalam
melaksanakan kegiatan dalam RKM tidak sesuai lagi dengan kondisi terkini.
• Mendapatkan media komunikasi yang diproduksi oleh Dinas Kesehatan Kabupaten / Dinas
Kesehatan Propinsi (apabila ada).

ii. Fasilitasi oleh TFM


• TFM terutama FM bidang kesehatan harus melaksanakan pelatihan kepada LKM (unit
kesehatan) melalui pelatihan sambil bekerja (on the job training), agar mampu
melaksanakan kegiatan promosi higiene sanitasi.
• TFM terutama FM bidang kesehatan membantu LKM unit kesehatan dan guru sekolah
dasar dalam melaksanakan kegiatan promosi higiene sanitasi di sekolah.
• TFM terutama FM bidang kesehatan dan FM bidang pemberdayaan masyarakat
melakukan pemicuan CLTS terhadap murid sekolah dasar.

iii. Implementasi Kegiatan


• Mengikuti pelatihan yang berkaitan dengan promosi higiene sanitasi seperti pelatihan
Guru, atau pelatihan yang direncanakan oleh DPMU, menggunakan dana yang ada.
• Melaksanakan kegiatan program promosi higiene sanitasi di sekolah sesuai rencana
yang tercantum dalam RKM.
• Melaksanakan pembangunan sarana air bersih, jamban sekolah dan tempat cuci tangan,
di sekolah sesuai rencana dalam RKM.

9
iv. Bantuan Teknis TKKc
• Tim Pembina UKS Kecamatan yang anggotanya juga merupakan anggota TKC,
memberikan bantuan teknis dalam pelaksanaan promosi higiene sanitasi secara
partisipatif di sekolah.
• Monitoring dan Evaluasi

3.3. Monitoring dan Evaluasi

Kegiatan monitoring dan evaluasi dilakukan secara berkala kepada siswa untuk mengetahui apakah
terjadi perubahan perilaku kesehatan baik di sekolah maupun di rumah. Perilaku-perilaku seperti
perilaku buang air besar, perilaku kebersihan tangan/cuci tangan, kebiasaan mandi dengan air bersih
dan sabun dan perilaku kesehatan lainnya dapat terus di monitoring untuk mengetahui apakah
perilaku tersebut berubah ke arah yang lebih baik atau tidak. Misalnya sebelum ada bangunan jamban
di sekolah, siswa sering buang air besar di sawah/kebun di belakang sekolah. Apakah setelah ada
jamban si sekolah siswa buang air besarnya menjadi di jamban, atau masih di tempat terbuka.
Kegiatan monitoring dapat dilakukan tidak hanya kebiasaan/perilaku di sekolah, tetapi juga perilaku
kesehatan di rumah.

Kegiatan monitoring dan evaluasi bisa dilakukan bersama-sama siswa secara partisipatif. Berbagai
metode dapat digunakan untuk mengajak siswa mengevaluasi perubahan perilaku kesehatannya
masing-masing. Seperti metode berbaris dan angkat tangan atau metode dengan kartu sehat siswa.
Metode baris dapat dilakukan dengan cara meminta siswa baris sesuai dengan kebiasaan yang akan
dimonitoring. Sehingga siswa dapat saling melihat siapa saja teman-temannya yang masih buang air
di sungai, misalnya.

Kegiatan monitoring juga bisa dilakukan menggunakan kartu sehat siswa. Setiap siswa dibekali
sebuah kartu. Pada halaman depan terdapat nama siswa, nama sekolah dan kelas. Pada halaman
belakang terdapat pesan untuk melakukan beberapa perilaku, dengan pertanyaan besar , “Sudahkan
anda melakukan perilaku ..........?”, Misal perilaku yang dimaksud antara lain : buang air besar di
jamban, cuci tangan setelah buang air besar, cuci tangan sebelum makan, dan mandi dengan air
bersih dan sabun. Pada setiap pagi sebelum pelajaran mulai, guru kelas bisa memulai kegiatan
pembelajaran dengan menanyakan siswa apakah sudah melakukan perilaku-perilakui yang terdapat
pada kartu sehat siswa. Siswa bisa diminta untuk mengangkat tangan bagi yang melakukan perilaku-
perilaku kesehatan yang dimaksud.

10
LAMPIRAN

ALAT DAN MEDIA


PROMOSI KESEHATAN DI SEKOLAH

11
Ular Tangga
Tujuan :
• Memberikan informasi dan pemahaman tentang perilaku kesehatan

Media yang dibutuhkan :


• Papan/lembar ular tangga
• Dadu berikut wadah untuk mengocoknya
• Biji/sesuatu yang bisa digunakan sebagai penanda masing-masing pemain
• Kartu Informasi
• Kertas Plano dan Spidol

Aturan main :
• Permainan bisa dilakukan di masyarakat (pada saat kegiatan Posyandu, atau kegiatan pengajian)
atau di sekolah
• Jumlah pemain antara 3-10 orang, tergantung ketersedian biji.
• Sebelum memulai permainan, buat urutan permainan terlebih dahulu siapa yang pertama, siapa
yang kedua, dan seterusnya sampai yang terakhir. Urutan sebaiknya ditentukan secara demokratis,
bisa dengan “hompimpah” atau undian.
• Letakkan biji semua pemain pada kotak bertanda “Start”.
• Pemain giliran pertama memulai dengan mengocok dadu. Setiap pemain tidak bisa menjalankan
bijinya sebelum mendapat angka 6 terlebih dahulu. Selama ia belum mendapat angka 6, bijinya
harus tetap di kotak “Start”. Dan sebaliknya, pemain akan menjalankan bijinya bila sudah mendapat
angka 6 terlebih dahulu
• Setiap pemain akan menjalankan bijinya sesuai dengan angka yang di dapat.
• Setiap biji pemain yang berhenti pada tempat yang bertanda kepala ular, maka ia harus membaca
dengan keras tulisan yang terdapat pada kotak tersebut. Tulisan yang di baca adalah sebuah
perilaku buruk bagi kesehatan. Kemudian ia harus turun ke kotak dimana buntut ular tsb berada.
Kemudian ia harus mengambil kartu informasi dan membacanya dengan keras. Kartu tersebut
berisikan informasi tentang dampak yang bisa dirasakan bila melakukan perilaku buruk di atas.
• Sebaliknya, bila biji pemain sampai pada kotak yang ada gambar tangganya. Ia harus membaca
dengan keras tulisan yang ada di kotak tersebut. Tulisan yang dibaca adalah sebuah perilaku baik
bagi kesehatan. Kemudian ia diperbolehkan naik sampai pada kotak dimana ujung tangga berada.
Kemudian ia harus mengambil kartu informasi dan membacanya dengan keras. Kartu tersebut
berisikan informasi tentang dampak yang bisa dirasakan bila melakukan perilaku baik di atas.
• Catat pada kertas plano siapa pemain yang terkena kotak kepala ular dan tangga. Serta cantumkan
pula perilaku buruk atau baik-nya.
• Demikian seterusnya permainan ini dilakukan. Siapa pemain yang lebih dulu sampai pada kotak
“Finish” maka ia pemenangnya.
• Sebelum mengakhiri permainan, fasilitator bisa mengajak peserta permaainan untuk sedikit
membahas dan mendiskusikan arti dari permainan. Diskusi bisa menggunakan catatan pada kertas
plano tentang siapa saja yang terjena kotak kepala ular dan tangga beserta perilaku baik atau
buruknya. Tanyakan kepada peserta siapa saja yang masih melakukan perilaku buruk dan siapa
yang sudah melakukan perilaku baik. Perlebar diskusi tentang dampak yang akan dirasakan.

12
Kwartet
Tujuan :
• Memberikan informasi dan pemahaman tentang perilaku kesehatan

Media yang dibutuhkan :


• Kartu Kwartet
• Kertas plano dan spidol

Aturan Main :
• Kartu kwartet adalah kartu bergambar berjumlah 32. Setiap kartu akan bergambar sebuah perilaku
baik atau perilaku buruk atau dampak dari sebuah perilaku. Kartu-kartu tersebut akan berkelompok
menjadi satu topik, dimana setiap topik terdiri dari 4 kartu. Sehingga seluruhnya ada 8 topik. Topik-
topik tsb termasuk 4 gambar berseri adalah :

Kebiasaan Mencuci Tangan : Perilaku baik untuk mencegah diare :


- Setelah BAB - BAB di jamban
- Sebelum makan - Menutup makanan dengan tudung saji
- Sebelum menyuapi anak - Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih
- Setelah bekerja di sawah/kebun - Merebus air sebelum diminum
Media Penularan Penyakit Diare : Penyimpanan air bersih di rumah :
- Tinja - Tong yang tertutup
- Tangan - Berada di dalam rumah
- Lalat - Tidak memasukan tangan ke dalam tong
- Makanan - Kuras secara berkala
Perilaku pencegahan Kecacingan : Agar tinja tidak beresiko :
- Mencuci sayuran mentah/buah-buahan dengan - BAB di jamban
air bersih - Menutup jamban
- Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih - Menjaga kebersihan sekitar jamban
setelah bekerja di sawah - Mencuci tangan setelah BAB dengan sabun
- Menggunakan alas kaki dan air bersih
- BAB di jamban
Perilaku penyebab Diare : Tinja Bayi/Anak-anak :
- BAB di kebun - Buang ke jamban/dikubur
- Tidak cuci tangan sebelum makan - Bersihkan dubur bayi dengan air bersih
- Makanan tidak ditutup - Buang/cuci bersih bahan untuk membersihkan
- Minum air mentah dubur bayi
- Cuci tangan dengan sabun dan air bersih

• Permainan bisa dilakukan di masyarakat (pada saat kegiatan Posyandu, atau kegiatan pengajian)
atau di sekolah.
• Jumlah pemain antara 3-5 orang. Tugas setiap pemain adalah mengumpulkan kartu pada topik yang
sama secepat mungkin.
• Sebelum memulai permainan, buat urutan permainan terlebih dahulu siapa yang pertama, siapa
yang kedua, dan seterusnya sampai yang terakhir. Urutan sebaiknya ditentukan secara demokratis,
bisa dengan “hompimpah” atau undian.
• Bagikan kartu kwartet sampai habis kepada seluruh pemain secara merata

13
• Pemain yang mendapat giliran pertama, dapat meminta kartu yang dinginkan kepada pemain lain.
Bila kartu yang diminta sesuai, pemain lawan harus menyerahkan kartu tersebut dan pemain yang
mendapat kartu dapat melakukan permintaan kembali. Sebaliknya bila kartu yang diminta tidak ada,
maka giliran permainan dapat dilakukan oleh pemain berikutnya.
• Bila pemain yang telah berhasil mengumpulkan 4 kartu seri untuk satu topik, ia diminta untuk
menceritakan apa makna dari kumpulan kartu-kartu tersebut. Fasilitator dapat menambahkan
keterangan dan informasi.
• Hitung “penghasilan” setiap pemain, berapa seri yang dapat dikumpulkan. Pemain yang paling
banyak mengumpulkan seri, dia lah pemenangnya.

14
Gambar berseri
(seperti Contamination Route)
Tujuan :
• Mengetahui tingkat pemahaman terhadap berbagai alur penularan penyakit
• Memberikan informasi dan pemahaman tentang perilaku kesehatan

Media yang dibutuhkan :


• Set gambar Alur Penularan Penyakit Diare (A)
• Set gambar Alur Penularan Penyakit Kecacingan (B)

Aturan Main :
• Bagi peserta menjadi kelompok kecil
• Bagikan kepada setiap kelompok satu set gambar. Setiap kelompok cukup mendapat satu set
gambar saja.
• Minta masing-masing kelompok untuk merangkaian garmbar-gambar tersebut menjadi sebuah alur
cerita. Bagi yang mendapat set gambar A, minta untuk menyusunnya menjadi sebuah alur cerita
sampai terjadinya diare, dan set gambar B sampai terjadinya kecacingan
• Setelah selesai minta perwakilan kelompok untuk menceritakan apa yang sudah dihasilkan.
• Fasilitator mengajak peserta untuk mengidentifikasi perilaku apa saja yang harus dilakukan agar
diare dan kecacingan tidak terjadi. Tanyakan mengapa perilaku tersebut yang harus dilakukan.

15
Cerdas-Cermat Kesehatan
Tujuan :
• Meningkatkan pemahaman tentang perilaku kesehatan
• Umpan balik dari program kesehatan yang sudah dilakukan

Media yang dibutuhkan :


• “Key Cards” (kartu yang berisi pertanyaan dan jawaban tentang PHBS/Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat)
• Kertas Plano dan spidol

Aturan main :
• Kegiatan ini adalah kegiatan yang dapat digunakan untuk melakukan penilaian pemahaman
masyarakat/murid sekolah dasar terhadap informasi tentang PHBS yang sudah diberikan.
• Bagi peserta menjadi beberapa kelompok kecil. Setiap kelompok sebaiknya terdiri dari 7-8 orang.
Minta setiap kelompok untuk memilih ketua kelompok dan menentukan nama kelompoknya. Supaya
lebih menghidupkan suasana, setiap kelompok bisa diminta untuk menciptakan dan menyanyikan
“yel-yel”.
• Bila peserta kegiatan belum pernah mendapatkan informasi tentang materi yang akan di diskusikan,
maka fasilitator terlebih dahulu memberikan penyuluhan tentang materi yang akan di diskusikan.
Setiap diskusikan akan difokuskan pada satu topik saja. Oleh sebab itu perlu disiapkan terlebih
dahulu kartu-kartu informasi untuk beberapa topik. Setiap topik terdiri atas 10 kartu.

Kebersihan dan Keamanan


Cuci Tangan Kebiasaan BAB dan Diare
Air Minum
Mengapa penting dilakukan Apakah ada bedanya tinja Bagaimana air bisa membuat
Kapan waktu terpenting bayi/balita dengan tinja orang kita sakit
dewasa?
Bagaimana air bisa tercemar
Kapan waktu lainnya
Kenapa BAB harus dijamban Ada tiga kunci utama untuk
Mengapa waktu-waktu
Perilaku setelah BAB, menjamin kebersihan dan
tersebut penting untuk
mencuci tangan sebutkan keamanan air. Apa saja

Bagaimana melakukannya Apa yang dimaksud dengan Apa yang dapat dilakukan
secara baik dan benar diare masyarakat untuk menjaga
Mengapa diare termasuk ualitas air di SAB
Siapa yang harus
melakukannya penyakit yang penting untuk Apa yang perlu diperhatikan
diperhatikan dalam penyimpanan air di
Apa saja yang diperlukan, dan rumah
mengapa Bagaimana penularan diare
Bagaimana caranya agar tidak Bagaimana Cara pengambilan
air agar bebas dari pencemaran
terkena diare
Apakah untuk membangun Bagaimana Cara pengangkutan
air/cara pengaliran air agar
jamban harus dengan biaya
yang tinggi/mahal bebas dari pencemaran
Bagaimana cara penyimpanan
air agar bebas dari pencemaran
dan tidak menjadi perindukan
serangga sumber penyakit
• Lakukan pengundian terlebih dahulu untuk menentukan giliran kelompok yang berperan sebagai
“Kelompok Penanya” pertama, kedua dan seterusnya dan kelompok yang berperan sebagai
“Kelompok Penjawab” pertama, kedua dan seterusnya. Pembagian kelompok ini juga akan
bergiliran.
• Berikan kepada setiap kelompok satu tumpuk kartu. Minta ketua kelompok untuk membagikan kartu
secara merata kepada seluruh anggota kelompoknya.
• Kelompok yang mendapat giliran pertama untuk bertanya memulai kegiatan dengan mengajukan
pertanyaan nomor satu dan kelompok penjawab segera berdiskusi untuk kemudian menjawabnya.
Kelompok penanya mengecek jawaban dari kelompok penjawab yang ada pada kartu. Bila jawaban
masih salah atau kurang sempurna, kelompok penanya memberikan penjelasan. Penjelasan dan
informasi dapat dibaca langsung pada kartu.
• Lakukan kegiatan serupa untuk pertanyaan kedua, ketiga dan seterusnya sampai kartu di kelompok
penanya habis.
• Fasilitator bisa memberikan penilaian terhadap keberhasilan kelompok penjawab dalam menjawab
setiap pertanyaan dengan kisaran penilaian : 100 (jawaban sempurna), 50 (jawaban tidak
sempurna/ada yang benar tetapi kurang lengkap) dan 0 (tidak bisa menjawab). Di akhir sesi
fasilitator dapat menjumlahkan tota nilai yang didapat kelompok.
• Kegiatan serupa dilakukan kembali untuk kartu dengan topik yang berbeda. Giliran penanya dan
penjawab juga bergantian. Kelompok yang sudah menjadi kelompok penanya kemudian menjadi
kelompok penjawab dan sebaliknya.

1
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Pedoman Pengelolaan Promosi Kesehatan Dalam
Pencapaian PHBS, Jakarta 2008

Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Panduan Pelatihan Komunikasi Perubahan
Perilaku, Untuk KIBBLA, Jakarta akarta 2008

Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Promosi Kesehatan Sekolah, Jakarta 2008

Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Panduan Integrasi Promosi Kesehatan Dalam
Program- Program Kesehatan di Kabupaten/Kota, Jakarta 2008

Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Pedoman Pelatihan PHBS di Rumah Tangga,
Jakarta 2008

You might also like