Professional Documents
Culture Documents
“HOTEL BINTANG 4”
Oleh :
KELOMPOK 1
D4 Sistem Kelistrikan 2D
2018
PENGAMAN DAN PENGHANTAR
𝐾𝐻𝐴 𝐴𝑘ℎ𝑖𝑟
𝑛=
𝐾𝐻𝐴 𝑘𝑎𝑏𝑒𝑙
427,97
𝑛= = 2 𝑘𝑎𝑏𝑒𝑙
270
= 125% 𝑥 349,44𝐴
= 436,80 𝐴
436,80
𝐾𝐻𝐴 = = 615,21 𝐴
0,71 𝑥 1,0
𝐾𝐻𝐴 𝐴𝑘ℎ𝑖𝑟
𝑛=
𝐾𝐻𝐴 𝑘𝑎𝑏𝑒𝑙
615,21
𝑛= = 2 𝑘𝑎𝑏𝑒𝑙
335
= 125% 𝑥 288,67 𝐴
= 360,95 𝐴
360,95
𝐾𝐻𝐴 = = 508,38 𝐴
0,71 𝑥 1,0
𝐾𝐻𝐴 𝐴𝑘ℎ𝑖𝑟
𝑛=
𝐾𝐻𝐴 𝑘𝑎𝑏𝑒𝑙
508,38
𝑛= = 2 𝑘𝑎𝑏𝑒𝑙
270
Cabang 4 (175kVA/380V)
= 125% 𝑥 265,88 𝐴
= 332,35 𝐴
332,35
𝐾𝐻𝐴 = = 468,09 𝐴
0,71 𝑥 1,0
𝐾𝐻𝐴 𝐴𝑘ℎ𝑖𝑟
𝑛=
𝐾𝐻𝐴 𝑘𝑎𝑏𝑒𝑙
468,09
𝑛= = 2 𝑘𝑎𝑏𝑒𝑙
270
= 125% 𝑥 1154,7 𝐴
= 1443,37 𝐴
𝐾𝐻𝐴 𝐻𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
𝐾𝐻𝐴 =
𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝐾. 𝑆𝑢ℎ𝑢 𝑥 𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝐾. 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛
1443,37
𝐾𝐻𝐴 = = 2032,91 𝐴
0,71 𝑥 1,0
𝐾𝐻𝐴 𝐴𝑘ℎ𝑖𝑟
𝑛=
𝐾𝐻𝐴 𝑘𝑎𝑏𝑒𝑙
2032,91
𝑛= = 6 𝑘𝑎𝑏𝑒𝑙
390
= 125% 𝑥 23,09𝐴
= 28,86 𝐴
Dengan Faktor Koreksi Suhu di udara diperkirakan maksimal
50°C dengan berselubung XLPE adalah 0,82 ( menurutt PUIL
2011 Tabel A.52-14 halaman 306)
𝐾𝐻𝐴 𝐻𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
𝐾𝐻𝐴 =
𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝐾. 𝑆𝑢ℎ𝑢 𝑥 𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝐾. 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛
28,86
𝐾𝐻𝐴 = = 35,19 𝐴
0,82 𝑥 1,0
= 125% 𝑥 19,91 𝐴
= 24,88 𝐴
𝐾𝐻𝐴 𝐻𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
𝐾𝐻𝐴 =
𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝐾. 𝑆𝑢ℎ𝑢 𝑥 𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝐾. 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛
24,88
𝐾𝐻𝐴 = = 29,27 𝐴
0,85 𝑥 1,0
= 125% 𝑥 19,91 𝐴
= 24,88 𝐴
𝐾𝐻𝐴 𝐻𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
𝐾𝐻𝐴 =
𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝐾. 𝑆𝑢ℎ𝑢 𝑥 𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝐾. 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛
24,88
𝐾𝐻𝐴 = = 29,27 𝐴
0,85 𝑥 1,0
Cabang 3 (380V)
Drop voltase yang di bolehkan :
𝑉𝑑𝑟𝑜𝑝 = 4% 𝑥 380𝑉 = 15,2 𝑉𝑜𝑙𝑡
Voltage Drop : (dengan l = 38m)
√3𝑥 𝑙 𝑥 𝐼𝑛𝑜𝑚
𝑉. 𝐷𝑟𝑜𝑝 =
𝑋𝑐𝑢 𝑥 𝐴
√3𝑥 38 𝑥 288,67
𝑉. 𝐷𝑟𝑜𝑝 = = 2,42 𝑉𝑜𝑙𝑡 (𝑀𝐸𝑀𝐸𝑁𝑈𝐻𝐼)
56 𝑥 (2𝑥1𝑥70)
Artinya, luas penampang penghantar dapat dialiri tegangan
pengenal yang telah diperhitungkan voltage drop nya.
Cabang 4 (380V)
Drop voltase yang di bolehkan :
𝑉𝑑𝑟𝑜𝑝 = 4% 𝑥 380𝑉 = 15,2 𝑉𝑜𝑙𝑡
Voltage Drop : (dengan l = 44m)
√3𝑥 𝑙 𝑥 𝐼𝑛𝑜𝑚
𝑉. 𝐷𝑟𝑜𝑝 =
𝑋𝑐𝑢 𝑥 𝐴
√3𝑥 44 𝑥 265,88
𝑉. 𝐷𝑟𝑜𝑝 = = 2,58 𝑉𝑜𝑙𝑡 (𝑀𝐸𝑀𝐸𝑁𝑈𝐻𝐼)
56 𝑥(2𝑥1𝑥70)
Artinya, luas penampang penghantar dapat dialiri tegangan
pengenal yang telah diperhitungkan voltage drop nya.
𝐼𝑛 𝑡𝑟𝑎𝑓𝑜
𝐼𝑛 𝑏𝑢𝑠𝑏𝑎𝑟 =
√3 × 𝑉𝐿−𝐿
1154,7
𝐼𝑛 𝑏𝑢𝑠𝑏𝑎𝑟 = = 1,66𝐴
√3 × 400
𝑉20 2 𝑈𝑠𝑐
𝑍2 = 𝑥
𝑆 . 100
4002 4.5
𝑍2 = 𝑥 = 9 𝑚𝛺
800𝑘𝑉𝐴 100
Lalu menghitung R2 menggunakan rumus dari EIG 2016 G25 :
𝑃𝑐𝑢 𝑥 103
𝑅2 =
3 𝑥 𝐼𝑛2
6850 𝑥103
𝑅2 = = 1,71 𝑚𝛺
3𝑥1154,72
𝑋2 = √𝑍22 − 𝑅22
𝐿
𝑅5 = 𝜌
𝐴
1
𝑅5 = 22,5 = 0,225 𝑚𝛺
20𝑥5
Menentukan nilai X5 berdasarkan EIG 2016 G25 bahwa
perhitungan reaktansi untuk busbar adalah :
𝑋 = 0.15 𝑥 𝐿
Sehingga :
𝑋5 = 0.15 𝑥 𝐿
𝑋5 = 0.15 𝑥 1𝑚
𝑋5 = 0.15 𝑚𝛺
Jadi Nilai R5 dan X5 :
(R5 = 0,225 mΩ , dan X5 = 0,15 mΩ)
Menentukan Busbar untuk Kelompok Beban 2
KHA Busbar = 125% x In
= 125% x 349,44 A
=436,8 A
Luas Penampang Busbar yang Digunakan : 30x5 mm2
𝐿
𝑅6 = 𝜌
𝐴
1
𝑅6 = 22,5 = 0,15 𝑚𝛺
30𝑥5
Menentukan nilai X6 berdasarkan EIG 2016 G25 bahwa
perhitungan reaktansi untuk busbar adalah :
𝑋 = 0.15 𝑥 𝐿
Sehingga :
𝑋6 = 0.15 𝑥 𝐿
𝑋6 = 0.15 𝑥 1𝑚
𝑋6 = 0.15 𝑚𝛺
Jadi Nilai R6 dan X6 :
(R6 = 0,15 mΩ , dan X6 = 0,15 mΩ)
Menentukan Busbar untuk Kelompok Beban 3
KHA Busbar = 125% x In
= 125% x 288,67 A
=360,83 A
Luas Penampang Busbar yang Digunakan : 25x5 mm2
𝐿
𝑅7 = 𝜌
𝐴
1
𝑅7 = 22,5 = 0,18 𝑚𝛺
25𝑥5
Menentukan nilai X7 berdasarkan EIG 2016 G25 bahwa
perhitungan reaktansi untuk busbar adalah :
𝑋 = 0.15 𝑥 𝐿
Sehingga :
𝑋7 = 0.15 𝑥 𝐿
𝑋7 = 0.15 𝑥 1𝑚
𝑋7 = 0.15 𝑚𝛺
Jadi Nilai R4 dan X4 :
(R7 = 0,18 mΩ , dan X7 = 0,15 mΩ)
Menentukan Busbar untuk Kelompok Beban 4
KHA Busbar = 125% x In
= 125% x 265,88 A
=332,35 A
Luas Penampang Busbar yang Digunakan :30x3 mm2
𝐿
𝑅8 = 𝜌
𝐴
1
𝑅8 = 22,5 = 0,25 𝑚𝛺
30𝑥3
Menentukan nilai X8 berdasarkan EIG 2016 G25 bahwa
perhitungan reaktansi untuk busbar adalah :
𝑋 = 0.15 𝑥 𝐿
Sehingga :
𝑋8 = 0.15 𝑥 𝐿
𝑋8 = 0.15 𝑥 1𝑚
𝑋8 = 0.15 𝑚𝛺
Jadi Nilai R8 dan X8 :
(R8 = 0,25 mΩ , dan X8 = 0,15 mΩ)
NILAI R NILAI X
R1 = 0,032 mΩ X1 = 0,318 mΩ
R2 = 1,71 mΩ X2 = 8,83 mΩ
R3 = 0,3125 mΩ X3 = 1,2 mΩ
R4 = 0,056 mΩ X4 = 0,3 mΩ
R5 = 0,225 mΩ X5 = 0,15 mΩ
R6 = 0,15 mΩ X6 = 0,15 mΩ
R7 = 0,18 mΩ X7 = 0,15 mΩ
R8 = 0,25 mΩ X8 = 0,15 mΩ
𝑅𝑡1 = 𝑅1 + 𝑅2 + 𝑅3 + 𝑅4
𝑋𝑡1 = 𝑋1 + 𝑋2 + 𝑋3 + 𝑋4
Berdasarkan EIG 2016 G26 untuk menentukan arus hubung singkat (Ihs)
𝑈20
𝐼𝑠𝑐 =
√3√𝑅𝑡 2 + 𝑋𝑡 2
400
𝐼𝑠𝑐 =
√3√2,1102 + 10,6482
𝑰𝒔𝒄 = 𝟐𝟏, 𝟐𝟕 𝒌𝑨
𝑋𝑡2 = 𝑋𝑡1 + 𝑋5
𝑋𝑡2 = 10,648 + 0,15
𝑋𝑡2 = 10,798 𝑚𝛺
Berdasarkan EIG 2016 G26 untuk menentukan arus hubung singkat (Ihs)
𝑈20
𝐼𝑠𝑐 =
√3√𝑅𝑡 2 + 𝑋𝑡 2
400
𝐼𝑠𝑐 =
√3√2,3352 + 10,7982
𝑰𝒔𝒄 = 𝟐𝟎, 𝟗𝟎 𝒌𝑨
𝑋𝑡3 = 𝑋𝑡1 + 𝑋6
𝑋𝑡3 = 10,648 + 0,15
𝑋𝑡3 = 10,798 𝑚𝛺
Berdasarkan EIG 2016 G26 untuk menentukan arus hubung singkat (Ihs)
𝑈20
𝐼𝑠𝑐 =
√3√𝑅𝑡 2 + 𝑋𝑡 2
Sehingga nilai Arus Hubung Singkat
400
𝐼𝑠𝑐 =
√3√2,262 + 10,7982
𝑰𝒔𝒄 = 𝟐𝟎, 𝟗𝟑 𝒌𝑨
𝑋𝑡4 = 𝑋𝑡3 + 𝑋7
𝑋𝑡4 = 10,648 + 0,15
𝑋𝑡4 = 10,798 𝑚𝛺
Berdasarkan EIG 2016 G26 untuk menentukan arus hubung singkat (Ihs)
𝑈20
𝐼𝑠𝑐 =
√3√𝑅𝑡 2 + 𝑋𝑡 2
𝑰𝒔𝒄 = 𝟐𝟎, 𝟗𝟐 𝒌𝑨
𝑋𝑡4 = 𝑋𝑡3 + 𝑋7
𝑋𝑡4 = 10,648 + 0,15
𝑋𝑡4 = 10,798 𝑚𝛺
Berdasarkan EIG 2016 G26 untuk menentukan arus hubung singkat (Ihs)
𝑈20
𝐼𝑠𝑐 =
√3√𝑅𝑡 2 + 𝑋𝑡 2
400
𝐼𝑠𝑐 =
√3√2,362 + 10,7982
𝑰𝒔𝒄 = 𝟐𝟎, 𝟖𝟗 𝒌𝑨
Pengaman yang digunakan adalah berdasarkan pertimbangan
I nom Rating CB KHA Kabel yang digunakan
265,88 A < Ir: 300A < 468,09A
Menggunakan MCCB Schneider Type EZC400N3300 dengan kurva
trip Isc 36kA
1. Incoming : IMC
2. Metering : CM2
3. Outgoing : DM1-A
1. INCOMING (IMC)
Terdiri atas LBS (load break switch), coupling kapasitor dan CT
LBS
Ialah pemutus dan penyambung tegangan dalam keadaan berbeban,
komponen berbeban terdiri atas beberapa fungsi yaitu:
1. Earth Switch
2. Disconnect Switch
3. Load Break Switch
Untuk meng-energized, proses harus berurutan (1-2-3) dan memutus
beban harus dengan urutan kebalikan (3-2-1).
Coupling Capasitor
Dalam penandaan kubikel membutuhkan lampu tanda dengan tegangan
kerja 400 kV. Karena pada kubikel mempunyai tegangan kerja 20 kV, maka
tegangan tersebut harus diturunkan hingga 400 V menggunakan coupling
capasitor
2. METERING (CM2)
Terdiri atas LBS type CS, busbar 3 phasa, LV circuit isolation switch,
LV fuse, 3 fuse type UTE atau DIN 6.3 A, heater 150 W (karena daerah dengan
tingkat kelembaban tinggi).
1. Earth switch
2. Disconnect switch
Voltage transformator
Fuse
Fuse yang digunakan pada kubikel metering tergantung dari tegangan
kerja dan transformator yang digunakan. Setelah melihat tabel seleksi fuse
(katalog kubikel),
Heater 150 W
Heater digunakan sebagai pemanas dalam kubikel. Sumber listrik heater
ini berdiri sendiri 220 V-AC. Difungsikan untuk menghindari flash over akibat
embun yang ditimbulkan oleh kelembaban di sekitar kubikel.
3. OUTGOING (DM1-A)
Terdiri atas:
a. Pemilihan CT
Pada Pengembangan Bisnis ini trafo yang digunakan sebesar 800kVA
800𝑘𝑉𝐴
𝐼𝑛 = = 23,09 A
20𝑘𝑉 𝑥 √3
Jadi, trafo CT yang digunakan hanya mampu menerima arus sampai 5A,
sehingga trafo yang dibutuhkan adalah :
d. Pemilihan LBS
Komponen pemutus ini harus disesuaikan dengan rating nominal dari
tegangan kerja. Cara pengoprasian LBS bisa secara manual yaitu digunakan
melalui penggerak mekanis yang dibantu sistem pegas dan pneumatic.
Pemilihan LBS ditentukan berdasarkan dengan rating arus dan tegangan
kerjanya :
800𝑘𝑉𝐴
𝐼𝑛 = 𝑥 1,15 = 26,55 A
20𝑘𝑉 𝑥 √3
f. Pemilihan ATS
Pemilihan ATS, rating arusnya disesuaikan dengan pengaman utama,
untuk pengamana utama sebesar 1250A, maka dipilih ATS sebesar 1250A
MENENTUKAN LUASAN GARDU
DISTRIBUSI TIPE BETON
Medan listrik berpengaruh dan berbahaya bagi pekerja yang bekerja pada
atau dekat sekali dengan bagian dari jaringan yang bertegangan. Pekerja
dapat mempergunakan perlindungan untuk hal tersebut seperti sangkar
faraday dimana kuat medan listrik didalam pelindung konduktor ini
merupakan fungsi dari derajat perlindungannya
Panjang : 4530mm
Lebar : 3975mm
Tinggi : 2775mm
PEMILIHAN ARESTER DAN CUT OUT
1) Arester
Arester digunakan sebagai alat proteksi utama dari tegangan lebih,
karena kepekaan arester terhadap tegangan, maka pemakaiannya harus
disesuaikan dengan tegangan sistem, pemilihannya dimaksudkan untuk
mendapat tegaangan isolasi dasar yang sesuai dengan peralatan yang
dilindungi. Langkah memilih arester :
A. Tegangan dasar arester
Pada jaringan tegangan menengah arester ditempatkan pada sisi tegangan
tinggi yaitu 20kV, maka tegangan dasar yang digunakan adalah 20kV sama
seperti tegangan sistem
B. Tegangan tertinggi umumnya diambil harga 110% dan tegangan
nominal sistem , maka :
Vm = 20.000V x 110%
= 22.000 V
C. Koefisien pentanahan
Didefiniskan sebagai perbandingan antar Vrms fasa sehat ke tanah dalam
keadaan gangguan pada letak penangkal petir, untuk menentukan tegangan
puncak antar fasa dan ground digunakan persamaan :
𝑉𝑚 22000
𝑉𝑟𝑚𝑠 = = = 𝟏𝟓, 𝟓𝟔𝒌𝑽
√2 √2
Dari persamaan diatas diperoleh tegangan pada fasa dengan ground sistem 3
fasa:
𝑉𝑚 22000
𝑉𝑚(𝑙 − 𝐺) = = = 𝟏𝟐, 𝟔𝒌𝑽
√3 √3
𝑉𝑚 (𝐿 − 𝐺)
Koefisien Pentanahan = 𝑉𝑟𝑚𝑠
12,6𝑘𝑉
= 15,56𝑘𝑉 = 0,81
D. Rating arester
Rating = 22kV x 0,81 = 17,82kV
2) Cut Out
Karakteristik utama suatu Cut Out adalah sehubungan dengan kebutuhan
antara waktu dan arus. Pengaman Cut Out tergantung pada arus beban,
tegangan, type – sistem, dan arus gangguan yang mungkin terjadi. Keempat
faktor tersebut ditentukan dari 3 buah rating Cut Out :
Pemilihan rating arus kontinyu
Rating arus kontinyu dari fuse besarnya akan samad
engan atau lebih besar arus beban kontinyu maksimum yang
diinginkan akan ditanggung. Dalam menentukan arus beban dari
saluran, pertimbangan arus diberikan pada kondisi normal dan
kondisi over load..
Pemilihan rating tegangan
Rating tegangan ditentukan dari karakteristik sebagai berikut :
a. Tegangan sistem fasa atau fasa ke tanah maksimum
b. Sitem pentanahan
c. Rangakaian 1 atau 3 fasa
800𝑘𝑉
𝐼𝑐𝑜 = 𝑥 2,5
20𝑘𝑉 𝑥 √3
= 57,73 A
PERHITUNGAN GROUNDING
Grounding atau pentanahan adalah sistem pentanahan yang terpasang pada suatu
instalasi listrik yang bekerja jika terjadi gangguan tegangan bocor, maka pekerja
maupun peralatan disekitranya tetap aman, maka dari itu titik – titik yang perlu di
grounding adalah sebagai berikut :
𝜌
Rpt = x faktor pengali
2𝜋𝑙
100
= x 0,505
2𝜋2
1 +2𝑚 1 + 2(0,0055)
Faktor pengali konfigurasi = = = 0,505
2 2
𝜌
Rpt = x faktor pengali
2𝜋𝑙
100
= x 0,505
2𝜋2