You are on page 1of 7

ijmsbm.

org IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 4 No 2 – 2017

Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko dan Penentuan Kontrol


di Puskesmas Gambirsari Surakarta
Hazard Identification, Risk Assesment and Determining Control in
Gambirsari Public Health Center Surakarta

Reni Wijayanti*1), Ari Probandari1), Mega Aini R2), Amalia Salim W2),
Hera Amalia U2), Berlian Adji PW2), Windhy M2)
1)
Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret Surakarta
2)
Dokter Muda Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret Surakarta
*e-mail: reni31073@gmail.com

Abstract: Public Health Center as a health service facility must prioritize the improvement of
service quality to the community without neglecting Health and Safety effort for all workers,
patients, and Public Health Center visitors. Potential hazards in Public Health Center include
infectious diseases, accidents, radiation of hazardous chemicals, psychosocial disorders and
ergonomics. The presence of potential hazards requires efforts to control and minimize and if
possible negate them. Health and Safety in Public Health Center need to be managed properly
through Hazard Identification risk management, Risk Assessment, and Determining Control
(HIRADC). The research method used descriptive observational. Source of data used in the
form of primary data. The data were collected by direct observation along with photo of
observation result and interview with Public Health Center officer. Discussion with literature
review related to the problems studied. The results of this study indicated the activities of health
workers and patients are arranged according to the patient's service flow. Potential hazards in
Gambirsari Public Health Center are: 1) Utilization of garbage not yet optimal, 2) Location of
APAR less easy to reach, 3) Cable less well organized, 4) Cleaning fan not cleaned, 5) Poly
Roof hole, 6) Which has been damaged, 7) Bathroom slippery and poorly maintained, 8) Use of
excessive electrical current. All the results of the hazard risk assessment found are medium.
Keywords: Hazard Identification, Risk Assesment, Determining Control, Public Health Center

Abstrak: Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tetap harus mengedepankan


peningkatan mutu pelayanan kepada masyarakat tanpa mengabaikan upaya Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) bagi seluruh pekerja, pasien, dan pengunjung Puskesmas. Potensi
bahaya di Puskesmas antara lain penyakit-penyakit infeksi, kecelakaan, radiasi bahan-bahan
kimia yang berbahaya, gangguan psikososial dan ergonomi. Adanya potensi bahaya diperlukan
upaya untuk mengendalikan dan meminimalisasi dan bila mungkin meniadakannya. K3 di
lingkungan puskesmas perlu dikelola dengan baik melalui manajemen risiko Hazard
Identification, Risk Assesment, and Determining Control (HIRADC). Metode penelitian
menggunakan observasional deskriptif. Sumber data yang digunakan berupa data primer.
Pengambilan data dilakukan dengan cara observasi langsung disertai foto hasil observasi dan
wawancara dengan petugas Puskesmas. Pembahasan dengan kajian literatur yang
berhubungan dengan permasalahan yang diteliti. Hasil penelitian ini menunjukkan aktivitas
kegiatan petugas kesehatan dan pasien sudah tertata sesuai alur pelayanan pasien. Potensi
bahaya di Puskesmas Gambirsari antara lain: 1) Pemanfaatan tempat sampah belum optimal,
2) Letak APAR kurang mudah dijangkau, 3) Kabel kurang tertata rapi, 4) Kipas angin belum
terawat kebersihannya, 5) Atap Poli terdapat lubang, 6) Alas kursi yang sudah rusak, 7) Kamar
mandi licin dan kurang terawat, 8) Penggunaan arus listrik berlebihan. Semua hasil penilaian
risiko bahaya yang ditemukan adalah medium.
Kata kunci: Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko, Penentuan Kontrol, Puskesmas

I. PENDAHULUAN ditegaskan bahwa setiap orang berhak


Kesehatan merupakan salah satu hak memperoleh pelayanan kesehatan,
dasar manusia. Didalam amanat Pasal 28 kemudian dalam Pasal 34 ayat (3)
H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara dinyatakan negara bertanggung jawab atas
Republik Indonesia Tahun 1945 telah

ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line) 150


ijmsbm.org IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 4 No 2 – 2017

penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan di Puskesmas serta dapat meningkatkan


dan fasilitas pelayanan umum yang layak. produktivitas kerja dan pelayanan
Salah satu fasilitas pelayanan Puskesmas yang maksimal. Penyakit
kesehatan yang merupakan bagian dari Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja
sumber daya kesehatan yang sangat (KK) di kalangan petugas kesehatan dan
diperlukan dalam mendukung non kesehatan kesehatan di Indonesia
penyelenggaraan upaya kesehatan adalah belum terekam dengan baik. Faktor
Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan penyebab tersering terjadinya kecelakaan
kesehatan di tingkat pertama yang memiliki kerja ialah karena kurangnya kesadaran
peranan sangat penting dalam pekerja dan kualitas serta keterampilan
meningkatkan kesehatan masyarakat. pekerja yang kurang memadai. Banyak
Puskesmas merupakan fasilitas kesehatan pekerja yang meremehkan risiko kerja,
primer yang berada di sekitar lingkungan sehingga tidak menggunakan alat-alat
masyarakat. Berdasarkan Kepmenkes pengaman walaupun sudah tersedia
Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 tentang (Tarwaka, 2008).
Kebijakan Dasar Puskesmas menyatakan Pendapat lain disampaikan oleh Ridley
bahwa Puskesmas merupakan Unit (2006), bahwa dalam suatu aktivitas kerja
Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Kesehatan pasti ada risiko bahaya yang berhubungan
Kabupaten/Kota yang ber-tanggung jawab denga keselamatan dan kesehatan kerja.
dalam menyelenggarakan pembangunan Oleh karena itu, penilaian risiko merupakan
kesehatan di wilayah kerjanya. Dalam cara yang digunakan untuk mengelola
menjalankan fungsinya, Puskesmas dengan baik risiko yang dihadapi oleh
menyelenggarakan upaya kesehatan pekerja dan memastikan bahwa kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan dan keselamatan pekerja tidak terkena
perseorangan tingkat pertama, dengan risiko saat bekerja. Sistem penilaian risiko
lebih mengutamakan upaya promotif dan ini adalah mengidentifikasi bahaya
preventif, untuk mencapai derajat sehingga dapat mengambil tindakan untuk
kesehatan masyarakat yang setinggi- mengendalikan, mengurangi atau
tingginya di wilayah kerjanya (Kemenkes menghilangkan risiko sebelum terjadi
RI, 2014). kecelakaan yang dapat menimbulkan
Dalam UU No. 36 tahun 2009 tentang cedera, kerusakan dan kerugian.
Kesehatan pada pasal 164 disebutkan Puskesmas Gambirsari merupakan
bahwa upaya kesehatan kerja ditujukan salah unit fungsional UPTD kesehatan Kota
untuk melindungi pekerja agar hidup sehat Surakarta yang memiliki wilayah kerja yang
dan terbebas dari gangguan kesehatan cukup besar dengan jumlah penduduk di
serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh 45.136 jiwa, dan merupakan puskesmas
pekerja. Upaya kesehatan kerja yang non rawat inap. Tenaga kerja Puskesmas
dimaksud meliputi pekerja disektor formal Gambirsari yang tercatat pada tahun 2016
dan informal dan berlaku bagi setiap orang sejumlah 27 orang. Jika memperhatikan isi
selain pekerja yang berada di lingkungan dari Undang-Undang Nomor 23 Tahun
tempat kerja. Puskesmas sebagai salah 1992 tentang Kesehatan, Pasal 23
satu unit layanan kesehatan harus dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan
senantiasa meningkatkan mutu pelayanan, Keselamatan Kerja (K3) harus
hal ini dapat tercapai salah satunya dengan diselenggarakan di semua tempat kerja,
memikirkan aspek kesehatan dan khususnya tempat kerja yang mempunyai
keselamatan kerja. Seiring dengan risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit
peningkatan kualitas pelayanan maka akan penyakit atau mempunyai karyawan paling
meminimalkan kejadian dari kecelakaan sedikit 10 orang, maka Puskesmas
kerja yang dapat terjadi karena proses Gambirsari termasuk ke dalam kriteria
kegiatan pelayanan atau kondisi sarana tempat kerja dengan berbagai ancaman
dan prasara yang tidak memenuhi standar. bahaya yang dapat menimbulkan dampak
Selain itu dengan mengedepankan aspek kesehatan, tidak hanya terhadap para
kesehatan dan keselamatan kerja pelaku langsung yang bekerja di
membuktikan bahwa Rumah Sakit puskesmas, tapi juga terhadap pasien
menjalankan kewajiban untuk menyehatkan maupun pengunjung puskesmas
para tenaga kerjanya untuk menguangi (Kemenkes, 2007). Diharapkan dari
risiko terjadinya Penyakit Akibat Kerja penulisan ini dapat memberikan manfaat
(PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) bagi penulis sebagai sarana pembelajaran

ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line) 151


ijmsbm.org IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 4 No 2 – 2017

untuk mengembangkan diri dan bagi penentuan urutan, 2) Poliklinik: Poliklinik


instansi/Puskesmas dalam rangka yang ada di Puskesmas Gambirsari terdiri
meningkatkan mutu pelayanan dengan dari Poli Umum, Poli KIA, Poli Gigi, dan Poli
mengedepankan aspek Kesehatan dan Gizi, 3) Ruang Tunggu: Di Puskesmas
Keselamatan Kerja di Puskesmas Gambirsari disediakan ruang tunggu di
Gambirsari, Surakarta. beberapa tempat, antara lain di tempat
pendaftaran, di dekat poli dan dekat apotek.
II. METODE PENELITIAN Pada setiap ruang tunggu disediakan kursi
Penelitian ini merupakan penelitian dengan sandaran punggung. Di dekat poli
observasional deskriptif. Penelitian umum disediakan kursi khusus lansia
dilakukan di Puskesmas Gambirsari dengan warna berbeda, sedangkan di
Kabupaten Surakarta. Sumber data yang dekat poli KIA disediakan kursi khusus ibu
digunakan yaitu data primer. Data primer hamil. Kursi-kursi khusus ini didesain lebih
yang diperoleh dengan melakukan stabil dan nyaman daripada kursi yang
observasi langsung mengenai pelaksanaan lainnya, 4) Apotek: Apotek di Puskesmas
program keselamatan, kesehatan kerja dan Gambirsari melayani kebutuhan farmasi
lingkungan. Data yang digunakan sebagai bagi setiap pasien yang datang berobat.
bahan dalam laporan ini diperoleh melalui Pelayanan yang diberikan bersifat dasar.
beberapa teknik pengambilan data yaitu: Hal ini dikarenakan formularium nasional
(1) Studi pustaka penelusuran landasan maupun regional Surakarta telah mengatur
teori yang sesuai permasalahan penelitian jenis obat-obatan yang boleh disediakan di
kemudian digunakan dalam mengambil fasilitas kesehatan tingkat pertama maupun
keputusan penyelesaian masalah, (2) lanjutan. Apotek di Puskesmas Gambirsari
Observasi lapangan meliputi pencatatan dilayani oleh dua orang apoteker, 5)
secara sistematik kejadian-kejadian, Laboratorium: Laboratorium di Puskesmas
perilaku, objek-objek yang dilihat dan hal- Gambirsari melayani hanya beberapa
hal lain yang berhubungan dengan pemeriksaan untuk penegakan diagnosis
kegiatan K3L di Puskesmas Gambirsari, diantaranya pemeriksaan urin, hemoglobin,
dan (3) Wawancara kepada pihak terkait di dan golongan darah. Keberadaan
Puskesmas Gambirsari. Pengambilan data laboratorium di Puskesmas Gambirsari
dilakukan pada bulan Mei 2016. Data yang sangat penting mengingat perlunya
dikumpulkan kemudian dianalisis dengan diagnosis yang presisi agar penanganan
mengkaji berdasarkan literatur/pustaka penyakit lebih tepat sasaran. Selain itu,
sesuai masalah penelitian untuk kemudian laboratorium di Puskesmas memudahkan
dilakukan pengambilan keputusan petugas kesehatan maupun pasien dalam
penyelesaian masalah. pemeriksaan lanjutan. Hasil pemeriksaan
dapat diperoleh lebih cepat karena pasien
III. HASIL PENELITIAN langsung dapat diperiksa di tempat. Adanya
1. Aktivitas Kegiatan laboratorium di wilayah Puskesmas juga
Puskesmas Gambirsari memiliki pelayanan lebih efektif bagi pasien. Pasien tidak perlu
poli umum, poli gigi, poli KIA (Kesehatan mengeluarkan banyak tenaga maupun
Ibu dan Anak), poli gizi, dan laboratorium. waktu ke laboratorium lain, 7) Aula:
Aktivitas kegiatan sehari-hari poli di Puskesmas Gambirsari memiliki sebuah
Puskesmas Gambirsari yang berhubungan aula yang digunakan untuk ruang rapat
dengan K3L meliputi: 1) Pendaftaran: maupun untuk menunjang kegiatan
Puskesmas Gambirsari melayani pasien Puskesmas seperti penyuluhan maupun
rawat jalan, pemeriksaan kehamilan dan pelatihan kader, 8) Kantor: di Puskesmas
kontrasepsi,dan imunisasi. Saat datang ke Gambirsari terdapat dua ruangan yang
Puskesmas, semua pasien mendaftarkan digunakan sebagai kantor. Ruangan
diri terlebih dahulu. Pasien akan pertama terletak di tengah bangunan
mendapatkan nomor antri, dan dapat puskesmas terdiri dari ruang kepala
mendaftar setelah nomor antriannya puskesmas, ruang tata usaha, dan
dipanggil. Dari pendaftaran, pasien akan administrasi. Sedangkan ruangan kedua
diarahkan ke poli yang sesuai dengan terletak di sebelah belakang bangunan
kebutuhan pasien. Petugas pendaftaran puskesmas, 9) Toilet: Puskesmas
mencatat dan mencarikan rekam medis di Gambirsari memiliki satu buah toilet untuk
ruang pendaftaran. Pasien lansia dan anak- pasien di sebelah ruang tunggu dan dua
anak menjadi prioritas utama dalam buah toilet untuk petugas di kedua ruangan

ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line) 152


ijmsbm.org IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 4 No 2 – 2017

kantor. Saat ini Puskesmas Gambirsari


sedang membangun toilet dan wastafel
tambahan di luar bangunan utama yang
dapat digunakan untuk pasien yang sedang
menunggu di ruang tunggu sebelah luar
(Gambar 1).

Gambar 4. Kabel kurang tertata rapi

Gambar 1. Alur Pelayanan Poli di


Puskesmas Gambirsari Surakarta

2. Hazard Identification Risk Assesment


and Determining Controls.
Beberapa temuan identifikasi bahaya Gambar 5. Kipas angin kurang terawat
yang terdapat di Puskesmas Gambirsari kebersihannya
Kabupaten Surakarta tersaji pada gambar-
gambar berikut (gambar 2 sampai dengan
gambar 9).

Gambar 6. lubang di atap poli

Gambar 2. Pemanfaatan tempat sampah


kurang optimal.

Gambar 7. Tidak adanya tanda jalur


evakuasi

Gambar 3. Letak APAR kurang mudah


dijangkau

ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line) 153


ijmsbm.org IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 4 No 2 – 2017

(2) Letak APAR kurang mudah dijangkau


(gambar 3). Dampaknya apabila
dibiarkan dapat menghambatpada saat
situasi gawat darurat. Penilaian risiko
dari bahaya ini dengan probability: 3,
frequency: 3, severity: 3 dan tingkat
risiko medium. Pengendalian bahaya
Gambar 8. Kamar mandi licin dan kurang dilakukan melalui metode teknik
terawat (diletakkan di posisi yang mudah
dijangkau), administrasi (dipasang
instruksi penggunaan),dan APD
(dilengkapi dengan alat penunjang
lainnya seperti helm
keselamatan.membersihkan dengan
menggunakan masker agar kotoran
tidak terhirup). Dengan pengendalian
bahaya yang telah dilakukan, maka
bahaya ini termasuk dalam kriteria risiko
yang dapat diterima.
(3) Kabel belum tertata rapi (gambar 4).
Dampaknya meningkatkan resiko
Gambar 9. Penggunaan arus listrik petugas kesehatan maupun pasien
berlebihan terjatuh dan menyebabkan cedera.
Penilaian risiko dari bahaya ini dengan
probability: 4, frequency: 3, severity: 2
IV. PEMBAHASAN dan tingkat risiko medium. Pengendalian
bahaya dilakukan melalui metode
Risiko adalah gabungan dari eliminasi (menyingkirkan kabel dan
kemungkinan (frekuensi) dan akibat atau mengganti dengan wireless microphone)
konsekuensi dari terjadinya bahaya dan teknik (dirapikan dan dijauhkan dari
tersebut. Penilaian risiko adalah penilaian ruang gerak). Dengan pengendalian
menyeluruh untuk mengidentifikasi bahaya bahaya yang telah dilakukan, maka
dan menentukan apakah risiko dapat bahaya ini termasuk dalam kriteria risiko
diterima. Manajemen risiko adalah yang dapat diterima.
pengelolaan risiko yang mencakup (4) Fan kurang terawat kebersihannya
identifikasi, penilaian, dan pengendalian (gambar 5). Dampaknya membahayakan
risiko. Manajemen risiko terdiri dari 3 kesehatan pernafasan pasien maupun
langkah pelaksanaan yaitu identifikasi petugas kesehatan apabila digunakan
bahaya, penilaian risiko dan pengendalian terus menerus. Penilaian risiko dari
risiko (Ramli, 2010). Analisis risiko bahaya bahaya ini dengan probability: 3,
berdasarkan temuan-temuan hasil frequency: 2, severity: 3 dan tingkat risiko
observasi sebagai berikut: medium. Pengendalian bahaya dilakukan
(1) Pemanfaatan tempat sampah belum melalui metode teknik (membersihkan
optimal (gambar 2). Dampaknya kipas dari kotoran dan debu secara
sampah beresiko tercampur tanpa berkala) dan APD (membersihkan
membedakan jenisnya. Penilaian risiko dengan menggunakan masker agar
dari bahaya ini dengan probability: 3, kotoran tidak terhirup). Dengan
frequency: 3, severity: 2 dan tingkat pengendalian bahaya yang telah
risiko medium. Pengendalian bahaya dilakukan, maka bahaya ini termasuk
dilakukan melalui metode eliminasi dalam kriteria risiko yang dapat diterima.
(dilakukan perawatan berkala), (5) Terdapat lubang di atap poli (gambar 6).
substitusi (mengganti tempat sampah Dampaknya meningkatkan risiko infeksi
yang rusak dengan yang baru), pernafasan karena debu dan kotoran
administrasi (memasang instruksi yang jatuh ke dalam ruangan poli.
penggunaan). Dengan pengendalian Penilaian risiko dari bahaya ini dengan
bahaya yang telah dilakukan, maka probability: 3, frequency: 3, severity: 2
bahaya ini termasuk dalam kriteria risiko dan tingkat risiko medium. Pengendalian
yang dapat diterima. bahaya dilakukan melalui

ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line) 154


ijmsbm.org IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 4 No 2 – 2017

metodesubstistusi (ditutup dengan yang menyatakan bahwa dalam


bahan yang padat seperti tripleks), dan meminimalkan dampak risiko K3 perlu
teknik (membersihkan atap poli secara dilakukan pengendalian risiko, evaluasi
berkala). Dengan pengendalian bahaya secara periodik harian, mingguan, dan
yang telah dilakukan, maka bahaya ini evaluasi bulanan, pertimbangan jarak aman
termasuk dalam kriteria risiko yang sumber bahaya dari pekerja, pengaturan
dapat diterima. jam kerja, penetapan prosedur skenario
(6) Alas kursi yang sudah rusak (gambar 7). keadaan darurat dan instruksi kerja.
Dampaknya saat dapat meningkatkan Demikian juga dengan pendapat Soputan
resiko jatuh pada setiap orang yang et al. (2014), yang mengatakan
menggunakannya. Penilaian risiko dari Pengendalian yang dapat dilakukan dari
bahaya ini dengan probability: 5, risiko bahaya yang diketahui, yaitu dengan
frequency: 2, severity: 3 dan tingkat cara mengurangi risiko dengan rekayasa
risiko medium. Pengendalian bahaya teknik, administratif dan menggunakan Alat
dilakukan melalui metode eliminasi Pelindung Diri (APD). Penangannya
(membuang kursi yang sudah rusak), dengan mengurangi, mendanai,
substitusi (mengganti dengan yang menanggulangi dan mengalihkan risiko ke
baru), dan teknik (dilakukan perawatan pihak lain seperti asuransi serta pihak lain
berkala). Dengan pengendalian bahaya yang berhubungan langsung.
yang telah dilakukan, maka bahaya ini
termasuk dalam kriteria risiko yang V. SIMPULAN
dapat diterima.
(7) Kamar mandi licin dan kurang terawatt Sebagian besar peniliaan risiko
(gambar 8). Dampaknya bahaya yang ditemukan adalah medium,
meningkatkanresiko jatuh terhadap yang berarti tingkat risiko bahaya masih
pengguna fasilitas kamar mandi. dapat diterima, tetapi tetap perlu dilakukan
Penilaian risiko dari bahaya ini dengan perbaikan walaupun dari segi waktu belum
probability: 3, frequency: 2, severity: 2 mendesak.
dan tingkat risiko medium. Pengendalian
bahaya dilakukan melalui metode teknik
(memperbaiki bak mandi agar air tidak DAFTAR PUSTAKA
bocor), dan administrasi (memasang
tanda peringatan bahwa area licin). Dharma AAB, Putera IGAA, Parami AAD.
Dengan pengendalian bahaya yang telah 2017. Manajemen Risiko Keselamatan
dilakukan, maka bahaya ini termasuk Dan Kesehatan Kerja (K3) Pada
dalam kriteria risiko yang dapat diterima. Proyek Pembangunan Jambuluwuk
(8) Penggunaan arus listrik berlebihan Hotel & Resort. Jurnal Spektran. Vol.
(gambar 9). Dampaknya meningkatkan 5, No.1, Januari 2017, hal. 1-87.
risiko terjadinya kebakaran karena http://ojs.unud.ac.id/index.php/jsn/inde
konsleting. Penilaian risiko dari bahaya x.
ini dengan probability: 3, frequency: 2, Kemenkes RI. 2007. Pedoman manajemen
severity: 2 dan tingkat risiko medium. K3 di Rumah Sakit. Jakarta:
Pengendalian bahaya dilakukan melalui Kemenkes.
metode substitusi (memasang jalur
Keputusan Menteri Kesehatan Republik
konektor lebih banyak sehingga tidak
Indonesia Nomor:
menumpuk dalam satu tempat), dan
128/MENKES/SK/II/2004 Tentang
teknik (menggunakan konektor sesuai
Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan
dengan kebutuhan). Dengan
Masyarakat.
pengendalian bahaya yang telah
dilakukan, maka bahaya ini termasuk Peraturan Menteri Kesehatan Republik
dalam kriteria risiko yang dapat diterima. Indonesia Nomor 75 Tahun 2014
Dengan temuan-temuan risiko Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) Ramli S. 2010. Pedoman Praktis
tersebut, maka pihak pengelola Puskesmas Manajemen Risiko Dalam Perspektif
Gambirsari Surakarta perlu melakukan K3 OHS Risk Management. Jakarta:
langkah-langkah perbaikan untuk Dian Rakyat.
mengurangi risiko yang ada. Hal ini sesuai
dengan pendapat Dharma et al. (2017),

ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line) 155


ijmsbm.org IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 4 No 2 – 2017

Ridley J. 2003. Kesehatan dan Tarwaka. 2008. Manajemen dan


Keselamatan Kerja. Edisi ke-3. Implementasi K3 di Tempat Kerja.
Jakarta: Erlangga. Surakarta: Harapan Press.
Soputan GEM, Sompie BF, Mandagi RJM, Undang-Undang Dasar Negara Republik
2014. Manajemen Risiko Kesehatan Indonesia Tahun 1945.
dan Keselamatan Kerja (K3) (Study Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
Kasus Pada Pembangunan Gedung 23 tahun 1992 Tentang Kesehatan.
SMA Eben Haezar). Jurnal Ilmiah
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
Media Engineering Vol.4 No.4,
36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
Desember 2014 (229-238) ISSN:
2087-9334

ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line) 156

You might also like