You are on page 1of 35

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA

F7 – MINI PROJECT

TINGKAT KEJADIAN KURANG ENERGI KRONIK (KEK) PADA IBU HAMIL


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIMPONG
TAHUN 2016 – 2017

OLEH:

 dr. WAHYUNI
 dr. NUR INDAH PRATIWI
 dr. AMIRAH ZAHIDAH MARDHIYAH
 dr. TITAH MAGHFIRAH A.ABDULLAH

PENDAMPING:

dr. ROMILDA FILANI THERESNA

PUSKESMAS SIMPONG

DINAS KESEHATAN KABUPATEN LUWUK BANGGAI

2018
BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2002 dalam

Program Perbaikan Gizi Makro menyatakan bahwa Kurang Energi Kronik merupakan

keadaan dimana ibu penderita kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronik)

yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu. KEK dapat terjadi pada

wanita usia subur (WUS) dan pada ibu hamil yang disebabkan akibat dari

ketidakseimbangan antara asupan untuk pemenuhan kebutuhan dan pengeluaran energi.1,2

KEK adalah keadaan kekurangan asupan energi dan protein pada wanita usia

subur (WUS) yang berlangsung secara terus menerus dan mengakibatkan gangguan

kesehatan. KEK adalah penyebab dari ketidakseimbangan antara asupan untuk

pemenuhan kebutuhan dan pengeluaran energi.3

Menurut World Health Organization (WHO), Kekurangan Energi Kronis (KEK)

adalah keadaan dimana remaja putri/wanita usia subur mengalami kekurangan gizi (kalori

dan protein) yang berlangsung lama atau menahun.4

Menurut WHO (2007), angka kejadian KEK pada ibu hamil di Indonesia masih

tergolong tinggi yaitu sebesar 35,5%. Masalah kekurangan gizi pada ibu dalam masa

kehamilan, salah satunya yang masih memerlukan perhatian saat ini antara lain adalah

masalah ibu hamil yang menderita Kekurangan Energi Kronis (KEK).1Berdasarkan hasil

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2013) diketahui bahwa prevalensi risiko ibu hamil usia

15-49 tahun yang menderita Kekurangan Energi Kronis (KEK) mencapai 24,2 %.4,5

Ibu hamil dengan masalah gizi dan kesehatan berdampak terhadap kesehatan dan

keselamatan ibu dan bayi serta kualitas bayi yang akan dilahirkan. Kurang Energi Kronik
(KEK) pada ibu hamil perlu diwaspadai dikarenakan ibu dapat melahirkan berat bayi

lahir rendah, pertumbuhan dan perkembangan otak janin terhambat sehingga

mempengaruhi kecerdasan anak di kemudian hari dan kemungkinan prematur. Ibu hamil

yang berisiko KEK adalah ibu hamil yang memiliki ukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA)

kurang dari 23,5 cm.6

Berdasarkan permasalahan dan dampak yang akan timbul akibat kejadian KEK di

atas, dan melihat angka kejadian KEK di wilayah kerja Puskesmas Simpong, sehingga

kami memutuskan untuk melalukan pengumpulan data mengenai kejadian KEK di

wilayah kerja Puskesmas Simpong untuk mempermudah dalam mendiagnosis dan

menangani permasalahan KEK yang terjadi di Puskesmas Simpong.

II. Rumusan Masalah

Ditemukannya jumlah ibu hamil yang mengalami kekurangan energi kronik

(KEK) di wilayah kerja Puskesmas Simpong, sehingga diperlukan pengumpulan data

secara spesifik terhadap ibu hamil yang mengalami KEK agar dapar mempermudah

petugas Pukesmas Simpong untuk melakukan intervensi terhadap ibu hamil dengan KEK.

III. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengumpulkan data angka kejadian KEK pada ibu hamil di wilayah kerja

puskesmas Simpong selama tahun 2017.

2. Tujuan Khusus

a. Membandingkan angka kejadian KEK pada ibu hamil di tahun 2017 dengan

tahun sebelumnya.
b. Menurunkan jumlah angka kejadian KEK di wilayah kerja Puskesmas

Simpong.

IV. Manfaat Penelitian

1. Masyarakat

 Mengurangi resiko angka kesakitan, kecacatan dan kematian pada bayi baru

lahir dengan ibu yang menderita KEK.

2. Puskesmas

 Dapat menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan penjaringan awal dan

diagnosis dini kejadian KEK.

3. Dokter Internsip

 Sebagai penyelesaian tugas Mini Project dalam program dokter internsip

 Sebagai bahan pembelajaran secara langsung mengenai kejadian KEK pada

ibu hamil

 Sebagai salah satu bekal dalam praktek kedokteran mandiri.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFENISI

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2002 dalam

penelitian Surasih tentang Program Perbaikan Gizi Makro yang menyatakan bahwa

Kurang Energi Kronik merupakan keadaan dimana ibu penderita kekurangan makanan

yang berlangsung menahun (kronik) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan

pada ibu. KEK dapat terjadi pada wanita usia subur (WUS) dan pada ibu hamil yang

disebabkan akibat dari ketidakseimbangan antara asupan untuk pemenuhan kebutuhan

dan pengeluaran energi.1

KEK adalah keadaan kekurangan asupan energi dan protein pada wanita usia

subur (WUS) yang berlangsung secara terus menerus dan mengakibatkan gangguan

kesehatan.2

KEK adalah penyebab dari ketidakseimbangan antara asupan untuk pemenuhan

kebutuhan dan pengeluaran energi.Menurut World Health Organization (WHO),

Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana remaja putri/wanita usia subur

mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau menahun.3,4

KEK adalah keadaan dimana remaja putri/ wanita hamil mengalami kekurangan

gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau menahun.Resiko KEK adalah

keadaan dimana remaja putri/ wanita hamil mempunyai kecenderungan menderita KEK.

Seseorang dikalakan menderita KEK bilamana LILA < 23,5 cm.6


B. EPIDEMIOLOGI

Menurut World Health Organization (WHO), persentase tertinggi penyebab

kematian ibu adalah perdarahan (28%) dan infeksi, yang dapat disebabkan anemia dan

kekurangan energi kronis (KEK).4

Menurut WHO (2007), angka kejadian KEK pada ibu hamil di Indonesia masih

tergolong tinggi yaitu sebesar 35,5%. Masalah kekurangan gizi pada ibu dalam masa

kehamilan, salah satunya yang masih memerlukan perhatian saat ini antara lain adalah

masalah ibu hamil yang menderita Kekurangan Energi Kronis (KEK).1Berdasarkan hasil

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2013) diketahui bahwa prevalensi risiko ibu hamil usia

15-49 tahun yang menderita Kekurangan Energi Kronis (KEK) mencapai 24,2 %.4,5

C. KEBUTUHAN GIZI IBU HAMIL

Gizi ibu pada waktu hamil sangat penting untuk pertumbuhan janin yang

dikandungnya, sehingga dibutuhkan gizi yang cukup pada ibu untuk pertumbuhan janin

bisa berjalan dengan pesat dan tidak mengalami hambatan. Pada umumnya, pada ibu-ibu

yang hamil dengan kondisi kesehatan yang baik, dengan sistem reproduksi yang normal,

tidak sering menderita sakit, tidak ada gangguan gizi pada masa pra-hamil maupun pada

saat hamil, akan menghasilkan bayi yang lebih sehat disbanding dengan ibu hamil yang

kondisinya buruk.7

Kehamilan meyebabkan meninkatnya metabolism energi, karena itu kebutuhan

energi dan zat gizi lainnya meningkat selama kehamilan.Peningkatan energi dan zat gizi

tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, pertambahan besarnya

organ kandungan, perubahan komposisi dan metabolisme tubuh ibu.Sehingga kekurangan

zat gizi tertentu berupa energi, protein, dan beberapa mineral seperti zat besi dan
kalsium.Kebutuhan energi untuk kehamilan yang normal perlu tambahan kira-kira 80.000

kalori selama masa kurang lebih 280 hari. Hal ini berarti perlu tambahan ekstra sebanyak

kurang lebih 300 kalori setiap hari selama hamil.8

Perencanaan gizi untuk ibu hamil sebaiknya mengacu pada RDA (Recommended

Dietary Allowances). Dibandingkan ibu yang tidak hamil, kebutuhan ibu hamil akan

protein meningkat sampai 68%, asam folat 100%, kalsium 50%, dan zat besi 200 –

300%.8

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia merekomendasikan Angka Kecukupan

Gizi (AKG) pada ibu hamil sebagai berikut:9

a. Trimester pertama (usia kehamilan 0-3 bulan) ditambahkan 180 kkal/hari

b. Trimester kedua (usia kehamilan 3-6 bulan) ditambahkan 300 kkal/hari

c. Trimester ketiga (usia kehamilan 6-9 bulan) ditambahkan 300 kkal/hari

Tambahan asupan gizi pada saat hamil diperlukan untuk ibu maupun

janinnya.Pada janin, diperlukan untuk pematangan organ janin, pembentukkan plasenta,

menambah volume darah dan cairan amnion (cairan ketuban).Sedangkan untuk ibu,

diperlukan sebagai cadangan, baik dalam bentuk protein maupun lemak untuk keperluan

ketika melahirkan maupun pada saat menyusui.10

Kebutuhan energi pada trimester I meningkat secara minimal.Kemudian

sepanjang trimester II dan III kebutuhan energi terus meningkat sampai akhir

kehamilan.Energi tambahan selama trimester II diperlukan untuk perkembangan jaringan

ibu seperti penambahan volume darah, pertumbuhan uterus dan payudara, serta

penumpukan lemak.Selama trimester III energi tambahan digunakan untuk pertumbuhan

janin dan plasenta.


Makanan seimbang pada waktu hamil harus mengandung unsur-unsur sumber

tenaga, pembangun, pengatur dan pelindung. Dalam hal ini sumber tenaga yaitu

karbohidrat dan lemak, sumber pembangun yaitu protein, serta sumber pengatur dan

pelindung yaitu air, vitamin dan mineral.11 Berikut tabel kebutuhan zat gizi ibu hamil,

yaitu:

Tabel 1. Tabel Kebutuhan Zat Gizi Ibu Hamil


Nilai Gizi
Zat Gizi
Trimester I Trimester II Trimester III
Energi (Kkal) 180 300 300
Protein (g) 17 17 17
Vitamin A (RE) 300 300 300
Tiamin (mg) 0,3 0,3 0,3
Riboflavin (mg) 0,3 0,3 0,3
Niasin (mg) 4 4 4
Vitamin B₁₂ (µg) 0,2 0,2 0,2
Asam Folat (µg) 200 200 200
Vitamin C (mg) 10 10 10
Kalsium (mg) 150 150 150
Fosfor (mg) 0 0 0
Besi (mg) 0 0 0
Seng (mg) 1,7 1,7 1,7
Iodium (µg) 50 50 50
12
Sumber : (Hidayat, M, dkk, 2008)

D. FAKTOR RESIKO KEJADIAN KEK

Kekurangan asupan energi selama kehamilan juga akan mempengaruhi kebutuhan

protein. Jika ibu kekurangan zat energi maka fungsi protein untuk membentuk glukosa

akan didahulukan. Pemecahan protein tubuh ini pada akhirnya akan menyebabkan

melemahnya otot-otot dan jika hal ini terjadi secara terus menerus, akan terjadi deplesi

masa otot karena salah satu fungsi dari protein adalah untuk pertumbuhan dan

pemeliharaan sel-sel.1
1. Faktor Langsung3,6,13

a. Infeksi

Status gizi dan infeksi terdapat interaksi yang bolak-balik.Infeksi dapat

mengakibatkan gizi kurang melalui berbagai mekanisme.Infeksi yang akut

mengakibatkan kurang nafsu makan dan toleransi terhadap makanan.Orang yang

mengalami gizi kurang mudah terserang penyakit infeksi.

b. Asupan Makanan

Pada dasarnya, makanan yang dikonsumsi berfungsi untuk

mempertahankan kehidupan manusia, yaitu sebagai sumber energi dan

pertumbuhan, serta pengganti jaringan atau sel tubuh yang rusak.

c. Usia ibu hamil

Melahirkan anak pada usia ibu yang muda atau terlalu tua mengakibatkan

kualitas janin/anak yang rendah dan juga akan merugikan kesehatan ibu. Karena

pada ibu yang terlalu muda (<20 tahun) dapat terjadi kompetisi makanan antara

janin dan ibunya sendiri yang masih dalam masa pertumbuhan dan adanya

perubahan hormonal yang terjaid selama kehamilan. Sehingga usia yang paling

baik adalah lebih dari 20 tahun dan kurang dari 35 tahun, sehingga diharapkan

status gizi ibu hamil akan lebih baik.

d. Jarak kehamilan

Ibu dikatakan terlalu sering melahirkan bila jaraknya kurang dari 2 tahun.

Penelitian menunjukkan bahwa apabila keluarga dapat mengatur jarak antara

kelahiran anaknya lebih dari 2 tahun maka anak akan memiliki probabilitas hidup
lebih tinggi dan kondisi anaknya lebih sehat dibanding anak dengan jarak

kelahiran dibawah 2 tahun.

Jarak melahirkan yang terlalu dekat akan menyebabkan kualitas janin/anak

yang rendah dan juga akan merugikan kesehatan ibu. Ibu tidak memperoleh

kesempatan untuk memperbaiki tubuhnya sendiri (ibu memerlukan energi yang

cukup untuk memulihkan keadaan setelah melahirkan anaknya). Dengan

mengandung kembali maka akan menimbulkan masalah gizi ibu dan janin/bayi

berikut yang dikandung.

e. Paritas

Paritas adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang dapat

hidup. Paritas diklasifikasikan sebagai berikut:

 Primipara adalah seorang wanita yang sudah pernah melahirkan satu kali

dengan janin yang telah mencapai batas viabilitas, tanpa mengingat

janinnya hidup atau mati pada waktu lahir

 Multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami dua atau lebih

kehamilan yang berakhir pada saat janin telah mencapai batas viabilitas

 Grande multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami lima atau

lebih kehamilan yang berakhir pada saat janin telah mencapai batas

viabilitas. Kehamilan dengan jarak pendek dengan kehamilan sebelumnya

kurang dari 2 tahun kehamilan yang terlalu sering.


2. Faktor tidak langsung3,6,8,13,14

a. Faktor Sosial Ekonomi

Status ekonomi yang rendah dapat mempengaruhi pelayanan kesehatan yang

didapatkan tidak cukup, praktek kesehatan yang buruk, kurangnya pendidikan dan

adanya status pernikahan yang berhubungan dengan kehamilan di luar

perkawinan.Sosial ekonomi pada ibu hamil dapat mempengaruhi kesehatan dan

gizi yang baik.

Krisis ekonomi dapat menyebabkan rendahnya daya beli keluarga dan

meningkatnya harga pangan yang berkaitan dengan menurunnya ketersediaan

pangan di tingkat keluarga.Daya beli keluarga dipengaruhi dua factor yaitu harga

dan pendapatan keluarga.Jika ketersediaan pangan di rumah tangga menurun,

otomatis konsumsi makan dan konsumsi zat gizi per anggota keluarga berkurang

sehingga menyebabkan masalah gizi.Secara umum, kurang gizi pada ibu

dikaitkan dengan kemiskinan, ketidakadilan gender, serta pekerjaan dan

pendidikan.Kurang gizi juga banyak dikaitkan dengan kurangnya akses terhadap

pelayanan kesehatan, tingginya fertilitas dan beban kerja yang tinggi.

Secara spesifik, penyebab Kurang Energi Kronik (KEK) adalah akibat dari

ketidakseimbangan antara asupan makanan/asupan gizi dan pengeluaran

energi.Biasanya yang sering terjadi adalah adanya ketidaktersediaan pangan

secara musiman atau secara kronis di tingkat rumah tangga, distribusi ibu di

dalam rumah tangga yang tidak proporsional dan beban kerja yang berat. Faktor

sosial ekonomi ini terdiri dari :


1) Pendapatan Keluarga

Masyarakat makin lama makin tumbuh dan kompleks, sehingga sedikit

sekali diantara kita yang dapat menghasilkan makanan sendiri.Banyak

makanan yang harus dibeli dari pasar, apakah mereka mampu membeli atau

tidak, tergantung kepada apakah kita memiliki uang atau tidak.

Daya untuk membeli makanan tergantung kepada penghasilan

kita.Perilaku konsumsi makanan merupakan refleksi dari interaksi antara

faktor ekonomi dengan faktor sosial budaya.Faktor ekonomi berhubungan

dengan tingkat pendapatan dan menghasilkan daya beli seseorang atau

sekelompok orang yang memiliki tingkat pendapatan tersebut seimbang

dengan jumlah anggota keluarga yang menjadi bebannya. Besarnya suatu

keluarga serta komposisi dari suatu keluarga dan tingkat pendapatan

keluarga berhubungan dengan kualitas dan kuantitas diet yang berlaku

didalam keluarga itu.

Tingkat pendapatan meupakan faktor yang paling menentukan kualitas

dan kuantitas makanan, semakin banyak mempunyai uang berarti semakin

baik makanan yang diperoleh, dengan kata lain semakin tinggi penghasilan,

semakin besar pula persentase dari penghasilan tersebut untuk membeli

buah, sayuran dan beberapa jenis makanan lainnya.

Kemampuan keluarga untuk membeli bahan makanan antara lain

tergantung pada besar kecilnya pendapatan keluarga, harga makanan itu

sendiri, serta tingkat pengelolaan sumber daya lahan dan pekarangan,

dimana pada Negara-negara berkembang orang yang berada di garis


kemiskinan hampir membelanjakan semua pendapatannya untuk makan,

sedangkan jika memiliki uang yang lebih kebutuhan gizi yang dianjurkan

akan tercukupi dan lebih baik. Tingkatan pendapatan menentukan makanan

apa yang dibeli, yang mana semakin tinggi pendapatan semakin bertambah

pula presentasi pembelanjaannya.

2) Pendidikan Ibu

Pendidikan merupakan suatu proses yang digunakan oleh seorang

individu untuk memperoleh pengetahuan atau wawasan dan

mengembangkan sikap-sikap ataupun keterampilan-keterampilan.

Pendidikan juga merupakan suatu proses sosial, dimana seseorang

dipengaruhi oleh suatu lingkungan yang terpimpin sehingga ia dapat

mencapai kecakapan sosial dan mengembangkan pribadinya, dimana

pendidikan merupakan salah satu ukuran yang digunakan dalam status sosial

ekonomi.

Latar belakang pendidikan seseorang merupakan salah satu unsur

penting yang dapat mempengaruhi keadaan gizinya karena dengan tingkat

pendidikan tinggi diharapkan pengetahuan/informasi tentang gizi yang

dimiliki menjadi lebih baik.Pemilihan makanan dan kebiasaan diet

diperngaruhi oleh pengetahuan, sikap terhadap makanan dan praktek-

praktek pengetahuan tentang nutrisi yang melandasi pemilihan mkanan.

Pendidikan formal dari ibu rumah tangga seringkali memiliki asosiasi yang

positif dengan pengembangan pola-pola konsumsi makanan dalam keluarga.


Beberapa studi menunjukkan bahwa jika tingkat pendidikan dari ibu

meningkat maka pengetahuan nutrisi dan praktik nutrisis bertambah baik.

Usaha-usaha untuk memilih makanan yang bernilai nutrisi makin

meningkat, sehingga ibu-ibu rumah tangga yang mempunyai pengetahuan

nutrisi akan memilih makanan yang lebih bergizi daripada yang kurang

bergizi.

Pendidikan yang tinggi biasanya diperoleh dari informasi yang ada

disekitar, seperti informasi yang berasal dari media cetak, elektronik, dan

lain-lain, sehingga semakin banyak informasi yang diperoleh maka semakin

terbuka kesadaran untuk mengetahui sesuatu hal tentang kesehatan.

Tingginya tingkat pendidikan ibu hamil atau suami akan menurunkan angka

kejadian KEK pada ibu hamil dengan pendapat bahwa semakin tinggi

tingkat pendidikan seorang suami biasanya diikuti dengan meningkatnya

pendapatan keluarga termasuk kesehatan atau gizi ibu hamil pada perhatian

terhadap istri yang hamil semakin meningkat.

Pada ibu dengan pendidikan yang tinggi juga biasanya tidak banyak

dipengaruhi oleh praktik tradisional yang merugikan terhadap ibu hamil dan

kualitas maupun kuantitas makanan untuk konsumsi setiap harinya. Tingkat

pendidikan yang rendah dapat mempengaruhi penerimaan informasi,

sehingga pengetahuan masyarakat dengan pendidikan rendah akan lebih

kuat mempertahankan tradisi-tradisi yang berhubungan dengan makanan,

sehingga sulit untuk menerima pembaharuan dibidang gizi.


3) Pekerjaan Ibu

Pada orang dewasa zat-zat gizi digunakan untuk aktivitas/kerja.

Kebutuhan energi untuk kegiatan ringan, sedang, berat dan sangat berat

berbeda, makin berat kegiatan/pekerjaan yang dilakukan makin banyak juga

energi yang dibutuhkan.Perhitungan rata-rata orang bekerja sehari adalah 8

jam. Untuk kegiatan ringan misalnya ibu rumah tangga yang melakukan

pekerjaannya dengan bantuan alat mekanik, untuk kegiatan sedang misalnya

kebanyakan pekerjaan pada industry ringan (memperbaiki jam,

menggambar, dan melukis), untuk kegiatan berat misalnya menyikat lantai,

memukul karpet, kerja dipertanian dan untuk kegiatan sangat berat misalnya

pekerja bangunan.

Namun pada seorang ibu hamil kebutuhan zat gizi berbeda karena zat-

zat gizi yang dikonsumsi selain untuk aktivitas/kerja zat-zat gizi juga

digunakan untuk perkembangan janin yang ada dikandungan ibu hamil

tersebut. Kebutuhan energi rata-rata pada saat hamil dapat ditentukan

sebesar 80.000 kalori selama masa kurang lebih 280 hari, yaitu sekitar

kurang lebih 300 kal/hari. Protein juga diperlukan sekali dalam kehamilan,

yaitu untuk pertumbuhan badan, alat kandungan, mammae dan untuk

janin.Rata-rata anjuran kecukupan sehari kebutuhan protein wanita hamil

yaitu 10-12 gr per hari dan tidak ada perubahan tingkat kegiatan.

Karakteristik pekerjaan seseorang dapat mencerminkan pendapatan,

status sosial, pendidikan serta masalah kesehatan dan kondisi tempat

seseorang bekerja, dimana pada perempuan yang berperan sebagai ibu


rumah tangga dalam hidupnya memiliki tingkat kesehatan yang lebih rendah

daripada perempuan yang memiliki pekerjaan serta rutinitas di luar rumah

tangga seperti wanita karir dan pekerja swasta aktif, kemudian diikuti oleh

wanita yang berperan sebagai orang tua tunggal dan yang terakhir adalah

mereka yang tidak memiliki anak atau tetap melayang.

b. Sanitasi Lingkungan dan Sarana Kesehatan

Sanitasi lingkungan dan pelayanan kesehatan adalah tersedianya air bersih

dan sarana kesehatan yang terjangkau oleh setiap keluarga yang membutuhkan,

makin dekat jangkauan keluarga terhadap pelayanan dan sarana kesehatan,

ditambah dengan pemahaman ibu tentang kesehatan, maka makin kecil risiko

anak terkena penyakit dan kekurangan gizi. Semakin tinggi pengetahuan

masyarakat tentang pentingnya sanitasi lingkungan, akan meningkatkan usaha

masyarakat untuk menjaga kesehatan individu, keluarga dan lingkungan. Apabila

sanitasi lingkungan terjaga dengan baik, maka lemungkinan timbulnya penyakit

infeksi dapat dikurangi.

E. DAMPAK KEJADIAN KEK

Kurang Energi Kronik (KEK) pada ibu hamil perlu diwaspadai dikarenakan ibu

dapat melahirkan berat bayi lahir rendah, pertumbuhan dan perkembangan otak janin

terhambat sehingga mempengaruhi kecerdasan anak di kemudian hari dan kemungkinan

prematur.Ibu hamil yang berisiko KEK adalah ibu hamil yang memiliki ukuran Lingkar

Lengan Atas (LiLA) kurang dari 23,5cm. Apabila kebutuhan gizi itu tidak terpenuhi

maka akan terjadi berbagai gangguan baik pada ibunya sendiri maupun pada janinnya.6
1. Pada Ibu

Pada setiap masa kehamilan, seorang ibu hamil membutuhkan makanan dengan

kandungan zat-zat gizi yang berbeda dan disesuaikan dengan kondisi tubuh dan

perkembangan janin. Tambahan makanan untuk ibu hamil dapat diberikan dengan cara

meningkatkan baik kuakitas maupun kuantitas makanan ibu hamil sehari-hari, bisa juga

dengan memberikan tambahan formula khusus untuk ibu hamil. Apabila makanan

selama hamil tidak tercukupi maka dapat mengakibatkan kekurangan gizi sehingga ibu

hamil mengalami gangguan. Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan risiko dan

komplikasi pada ibu hamil antara lain anemia, berat badan tidak bertambah secara

normal dan terkena infeksi. Pada saat persalinan gizi kurang dapat mengakibatkan

persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya (prematur), perdarahan setelah

persalinan, serta operasi persalinan.6

2. Pada Anak

Untuk pertumbuhan janin yang baik diperlukan zat-zat makanan yang adekuat,

dimana peranan plasenta dalam transfer zat-zat makanan tersebut.Suplai zat-zat

makanan ke janin yang sedang tumbuh tergantung pada jumlah darah ibu yang

mengalir melalui plasenta dan zat-zat makanan yang diangkutnya. Gangguan suplai

makanan dari ibu mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan

keguguran (abortus), bayi lahir mati (kematian neonatal), cacat bawaan, lahir dengan

berat badan lahir rendah (BBLR).15

Tingginya insidensi BBLR tersebut erat hubungannya dengan status gizi yang

kurang baik sebelum dan selama kehamilan, sehingga Ibu hamil yang mengalami
kurang gizi, dalam hal ini KEK (Kurang Energi Kronik) dapat meningkatkan risiko

melahirkan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah), sehingga risiko terhambatnya

pertumbuhan semakin tinggi.16

F. PENILAIAN STATUS GIZI IBU HAMIL

Penilaian status gizi adalah interpretasi dari suatu data yang ditemukan dengan

menggunakan beberapa metode yang mengidentifikasi populasi atau individu yang

berisiko atau dengan status gizi buruk. Penilaian status gizi bertujuan untuk mengetahui

status gizi, yaitu status gizi buruk, kurang baik dan lebih.17 Metode dalam penilaian status

gizi dibagi kedalam dua kelompok yaitu :3

1. Penilaian status gizi secara langsung:

a. Antropometri. Berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh

dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi

 Kelebihan pengukuran antropometri

 Relatif murah

 Cepat, sehingga dapat dilakukan pada populasi yang besar

 Objektif

 Gradeable

 Tidak ada rasa sakit

 Kekurangan pengukuran antropometri

 Kebutuhan data referensi yang relevan

 Kesalahan yang mungkin muncul dari alat ukur

 Kesalahan dari observer


 Hanya mendapatkan data pertumbuhan obesitas, malnutrisi dan tidak

dapat memperoleh informasi tentang zat gizi mikro terkait

Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan

mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh,

antara lain: umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala

lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak awah kulit.3

Metode penilaian yang digunakan untuk memantau status gizi ibu hamil

adalah dengan cara metode pengukuran langsung (antropometri) yaitu pengukuran

Lingkar Lengan Atas (LiLA), metode ini diguanakan untuk mendeteksi adanya

KEK pada wanita usia subur dan ibu hamil. LiLA ini mencerminkan tumbuh

kembang jaringan lemak dan otot yang tidak dipengaruhi oleh cairan tubuh secara

berarti.Pengukuran ini biasanya digunakan untuk skrining malnutrisi protein atau

KEK oleh departemen kesehatan yang diperuntukkan untuk ibu hamil. Ambang

batas LiLA pada WUS dengan resiko KEK apabila LiLA kurang dari 23,5

cm.Berikut ini adalah cara pengukuran LiLA:17

a) Alat

Pita LiLA sepanjang 33 cm dengan ketelitian 0,1 cm. Pita LiLA adalah

alat yang sederhana dan praktis yang telah digunakan dilapangan untuk

mengukur risiko KEK.15


b) Persiapan

 Pastikan pita LiLA tidak kusut, tidak terlipat-lipat atau tidak sobek

 Responden diminta berdiri dengan tegak tetapi rileks, tidak memegang

apapun serta otot lengan tidak tegang

 Baju pada lengan kiri disingsingkan keatas sampai pangkal bahu terlihat

atau lengan bagian atas tidak tertutup

c) Pengukuran

 Tentukan posisi pangkal bahu

 Tentukan posisi ujung siku dengan cara siku dilipat dengan telapak tangan

ke arah perut

 Tentukan titik tengah antara pangkal bahu dan ujung siku dengan

menggunakan pita LiLA, kemudian perhatikan titik nolnya

 Lingkarkan pita LiLA sesuai tanda pulpen disekeliling lengan responden

sesuai tanda (dipertengahan antara pangkal bahu dan siku)

 Masukkan ujung pita dilubang yang ada pada pita LiLA

 Pita ditarik dengan perlahan, jangan terlalu ketat atau longgar

 Baca angka yang ditunjukkan oleh tanda panah pada pita LiLA (kearah

angka yang lebih besar)


 Tuliskan angka pembacaan

Menentukan titik tengah Lingkarkan dan masukkan


antara pangkal bahu dan ujung pita di lubang yang
ujung siku dengan pita LiLA ada pada pita LiLA.Baca
(tangan harus ditekuk 90ᵒ) menurut tanda panah.

b. Klinis. Pemeriksaan klinis adalah metode yang didasarkan atas perubahan-

perubahan yang terjadi dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Dapat

dilihat dari kulit, mata, rambut dan mukosa oral.

c. Biokimia. Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen

yang uji secara laboratorium dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh.

d. Biofisik. Adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi

(khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dan jaringan.

2. Penilaian status gizi secara tidak langsung:

a. Survei konsumsi makanan. Merupakan metode penentuan status gizi secara tidak

langsung dengan cara melihat jumlah dan jenis gizi yang dikonsumsi.
b. Statistik vital. Pengukuran dengan menganalisis beberapa data statistik seperti

angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian dengan

penyebab yang berhubungan dengan gizi.

c. Faktor ekologik. Jumlah dan jenis makanan yang tersedia sangat tergantung dari

keadaan ekologi seperti iklim dam lain-lain.

G. PENCEGAHAN DAN PENANGANAN

Pada Ibu hamil ada 10 T pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi faktor

risiko pada ibu hamil, yakni :18

1. Timbang Berat Badan dan Ukur Tinggi Badan

Timbang berat badan selalu dilakukan di setiap waktu ANC (Antenatal

Care).Berat badan kurang dari 45 kg pada trimester ketiga menyatakan ibu kurus

memiliki kemungkinan melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah. Kenaikan

berat badan normal pada waktu hamil 0,5 kg per minggu mulai trimester kedua.

Pengukuran tinggi badan dilakukan pada awal ANC saja. Tinggi badan kurang dari

kurang dari 1,5 meter dapat menjadi alas an untuk direncanakannya proses persalinan

dengan cara operasi, sehingga ibu hamil bersama suaminya dapat menyiapkan biaya

operasi sejak dini, serta menumbuhkan psikis untuk operasi.

2. Mengukur Tekanan Darah

Pengukuran tekanan darah dilakukan secara rutin setiap ANC (Antenatal Care),

diharapkan tekanan darah selama kehamilan tetap dalam keadaan normal (120/80

mmHg).Hal yang harus diwaspadai adalah apabila selama kehamilan terjadi

peningkatan tekanan darah (hipertensi) yang tidak terkontrol, karena dikhawatirkan

dapat terjadinya preeklampsia dan eklampsia (keracunan dalam masa kehamilan) dan
dapat menyebabkan ancaman kematian bagi ibu dan janin/bayinya.Hal yang juga

harus menjadi perhatian adalah tekanan darah rendah (hipotensi), seringkali disertai

dengan keluhan pusing dan kurang istirahat.

3. Tentukan Status Gizi

Untuk mengetahui status gizi ibu hamil, haruslah dilakukan beberapa

pengukuran. Bidan/dokter saat pemeriksaan masa kehamilan akan melakukan

pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA). Pengukuran LiLA dilakukan pada wanita

usia subur (15-45 tahun) dan ibu hamil untuk memprediksi adanya kekurangan

energy dan protein yang bersifat kronis atau sudah terjadi dalam waktu lama.

4. Ukur Tinggi Fundus Uteri

Secara sederhana, bidan atau dokter saat melaksanakan ANC pada seorang ibu

hamil untuk menentukan usia kehamilan dilakukan pemeriksaan abdominal/perut

secara seksama. Pemeriksaan ini dilakukan pula untuk menentukan posisi, bagian

terendah janin dan masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk mencari

kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu. Pemantauan ini bertujuan untuk

melihat indicator kesejahteraan ibu dan janin selama masa kehamilan.

5. Tentukan Posisi Janin dan Denyut Jantung Janin

Dalam melakukan pemeriksaan fisik saat kehamilan, bidan/dokter akan

melakukan suatu pemeriksaan untuk menentukan posisi janin, terutama saat trimester

III atau menjelang waktu prediksi persalinan. Selain itu, akan dilakukan pula

pemeriksaan denyut jantung janin (DJJ) sebagai acuan untuk mengetahui kesehatan

ibu dn perkembangan janin, khususnya denyut jantung janin dalam rahim. Denyut

jantung janin normal permenit adalah 120-160 kali. Pemeriksaan denyut jantung janin
harus dilakukan pada ibu hamil, dan denyut jantung janin baru dapat didengar pada

usia kehamilan 16 minggu/4 bulan.

Alat yang sering digunakan dalam menentukan posisi janin dan denyut jantung

janin saat ini adalah USG (Ultra Sono Grafi). USG adalah suatu alat dalam dunia

kedokteran yang memanfaatkan gelombang ultrasonik (gelombang yang memiliki

frekuensi yang tinggi yaitu 250 kHz – 2.000 kHz) yang kemudian hasilnya

ditampilkan dalam layar monitor. USG ini aman untuk janin dan sang ibu.

6. Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid) TT Lengkap

Salah satu kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk menurunkan angka

kematian bayi dan neonatus yang disebabkan oleh penyakit tetanus, maka dilakukan

kegiatan pemberian imunisasi TT. Melindungi dari imunisasi TT ibu hamil

diantaranya :

 Melindungi bayi yang baru lahir dari penyakit tetanus neonatorum. Tetanus

neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonates (bayi berusia

kurang 1 bulan) yang disebabkan oleh clostridium tetani, yaitu kuman yang

mengeluarkan toksin (racun) dan menyerang sistem saraf pusat.

 Melindungi ibu terhadap kemungkinan tetanus apabila terluka. Kedua manfaat

tersebut adalah cara untuk mencapai salah satu tujuan dari program imunisasi

secara nasional yaitu eliminasi tetanus maternal (pada ibu hamil) dan tetanus

neonatorum (bayi berusia kurang dari 1 bulan).

7. Lakukan Tes Laboratorium

Tes Laboratorium sederhana yang dilakukan saat pemeriksaan kehamilan adalah

pemeriksaan Hb untuk menilai status anemia atau tidak pada ibu hamil. Sebaiknya
pemeriksaan Hb ini dilakukan sejak trimester I, sehingga apabila ditemukan kondisi

anemia akan dapat segera diterapi dengan tepat.

Apabila didapatkan risiko penyakit lainnya saat kehamilan seperti darah

tinggi/hipertensi dan kencing manis/diabetes mellitus, maka dapat dilakukan tes

laboratorium lainnya seperti tes fungsi ginjal, kadar protein (albumin dan globulin),

kadar gula darah dan urin lengkap.

Tes laboratorium dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi ibu hamil saat

melakukan pemeriksaan kehamilan dan bertujuan untuk mengatasi risiko penyakit

lain selama kehamilan. Sehingga ketika waktu persalinan dapat berlangsung dengan

aman dan sehat.

8. Pemberian Tablet Fe

Wanita hamil cenderung terkena anemia (kadar Hb darah rendah) pada 3 bulan

terakhir masa kehamilannya, karena pada masa itu janin menimbun cadangan zat besi

untuk dirinya sendiri sebagai persediaan bulan pertama sesudah lahir. Anemia pada

kehamilan dapat disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan zat besi untuk

pertumbuhan janin, kurangnya asupan zat besi pada makanan yang dikonsumsi ibu

hamil, pola makan ibu terganggu akibat mual selama kehamilan, dan adanya

kecenderungan rendahnya cadangan zat besi (Fe) pada wanita akibat persalinan

sebelumnya dan menstruasi.

Pertimbangan itu membuat suplementasi tablet besi folat selama ini dianggap

sebagai salah satu cara yang sangat bermanfaat dalam mengatasi masalah anemia.

Anemia dapat diatasi dengan meminum tablet besi atau Tablet Tambah Darah (TTD).
9. Tes terhadap Penyakit Menular Seksual (PMS)

Ibu hamil risiko tinggi terhadap PMS, sehingga dapat mengganggu saluran

perkemihan dan reproduksi.Upaya diagnosis kehamilan dengan PMS di komunitas

adalah melakukan diagnosis pendekatan gejala, memberikan terapi, dan konseling

untuk rujukan.Hal ini bertujuan untuk melakukan pemantauan terhadap adanya PMS

agar perkembangan janin berlangsung normal.

10. Temu wicara dalam Rangka Persiapan Rujukan

Memberikan konsultasi atau melakukan kerjasama penanganan tindakan yang

harus dilakukan oleh bidan atau dokter dalam temu wicara, antara lain :

a. Merujuk ke dokter untuk konsultasi, menolong ibu menentukan pilihan yang

tepat.

b. Melampirkan kartu kesehatan ibu beserta surat rujukan

c. Meminta ibu untuk kembali setelah konsultasi dan membawa surat hasil

rujukan

d. Meneruskan pemantauan kondisi ibu dan bayi selama kehamilan

e. Memberikan asuhan Antenatal (selama masa kehamilan)

f. Perencanaan dini jika tidak aman melahirkan dirumah

g. Menyepakati diantara pengambil keputusan dalam keluarga tentang rencana

proses kelahiran

h. Proses dan biaya persalinan

Pencegahan dan penanganan KEK melalui berbagai langkah, yaitu:18

1. Peningkatan variasi dan jumlah makanan. Oleh karena kandungan zat gizi pada setiap

jenis makanan berbeda-beda dan tidak ada satupun jenis makanan yang mengandung
zat gizi secara lengkap, maka untuk memenuhi kebutuhan sebagian besar zat gizi

diperlukan konsumsi makanan yang beragam. Selain itu, karena kebutuhan energy

dan zat gizi lainnya pada ibu hamil dan ibu menyusui meningkat maka jumlah

konsumsi makanan ditambah.

2. Mengurangi beban kerja pada wanita, terutama pada ibu yang sedang hamil. Pada

beberapa penelitian menunjukkan bahwa beban kerja yang berat pada wanita hamil

akan memberikan dampak yang kurang baik terhadap outcome kehamilannya


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pengumpulan Data

Pengumpulan data diambil dari kunjungan Puskesmas/ family folder, kunjungan

posyandu, dan program pendataan.

B. Metode Penilitian

Pegumpulan data ibu hamil yang menderita KEK di wilayah kerja Puskesmas

Simpong tahun 2016 dan 2017.

C. Populasi dan Sampel

Keseluruhan ibu hamil yang menderita KEK di wilayah kerja Puskesmas

Simpong.

D. Metode Pengukuran

Metode penilaian yang digunakan untuk memantau status gizi ibu hamil adalah

dengan cara metode pengukuran langsung (antropometri) yaitu pengukuran Lingkar

Lengan Atas (LiLA). Ambang batas LiLA pada WUS dengan resiko KEK apabila LiLA

kurang dari 23,5 cm.


BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Data Geografis

Puskesmas Simpong merupakan salah satu pusat pelayanan kesehatan masyarakat

yang berada di wilayah Kecamatan Luwuk Selatan Kabupaten Banggai tepatnya di

Kelurahan Simpong.Keberadaan Puskesmas ini sejak tahun 1984. Terletak di ibukota

Kecamatan Luwuk Selatan pada posisi astronomi 0030’-2°20’ Lintang Selatan dan

122023’124°20’ Bujur Timur dengan luas wilayah 65,80 km2 yang terdiri dari 9

Kelurahan dan 1 Desa sejak pemekaran kecamatan 1 November Tahun 2011. Topografi

wilayah 85,97% dengan ketinggian < 500 mdpl, 7,80% dengan ketinggian 500-700

mdpl dan 6,23% dengan ketinggian > 700 mdpl di atas permukaan laut (mdpl). Adapun

batas-batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Karaton

Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Peling

Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Koyoan

Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Pagimana

B. Sumber Daya Kesehatan

Dalam pembangunan kesehatan diperlukan berbagai jenis tenaga kesehatan yang

memiliki kemampuan melaksanakan upaya kesehatan dengan paradigma sehat yang

mengutamakan upaya peningkatan, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit.

Pengadaan tenaga kesehatan dilaksanakan melalui pendidikan dan pengembangan tenaga

kesehatan melalui pelatihan tenaga oleh pemerintah maupun masyarakat.

Penyelenggaraan upaya kesehatan tidak hanya dilakukan pemerintah tetapi juga

diselenggarakan oleh swasta. Oleh karena itu gambaran situasi ketersediaan tenaga
kesehatan baik yang bekerja di sektor pemerintah maupun yang bekerja di sektor swasta

perlu diketahui. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam

bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan

formal di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam

melakukan upaya kesehatan. Pada tahun 2015 di Kecamatan Luwuk Selatan, jumlah

tenaga kesehatan (medis, perawat dan bidan, farmasi, gizi, teknisi medis, sanitasi serta

kesehatan masyarakat) ada tersebar di unit-unit pelayanan kesehatan yakni Puskesmas

termasuk pustu dan polindes. Jumlah tenaga kesehatan di Kecamatan Luwuk Selatan

tahun 2015 dapat dilihat pada tabelberikut:

JUMLAH DAN PERSENTASE TENAGA KESEHATAN


DI KECAMATAN LUWUK SELATAN TANUN 2015
NO. JENIS TENAGA JUMLAH PERSENTASE

1 Dokter Umum 2 4,08

2 Dokter Gigi 1 2,04

3 Perawat 14 28,58

4 Perawat Gigi 2 4,08

5 Bidan 10 20,41

6 Apoteker 1 2,04

7 Assisten Apoteker 3 6,12

8 Kesmas 8 16,33

9 Sanitarian 5 1,20

10 Nutrisionis 2 4,08

11 Teknis Medis 1 2,04

Jumlah 49 100

Sumber :PKM Luwuk Tahun 2015


C. Sarana Pelayanan Kesehatan

1. Puskesmas

Distribusi Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan dasar

telah lebih merata. Tahun 2016 Kecamatan Luwuk Selatan memiliki 1 Puskesmas

Rawat Jalan Konsep wilayah kerja Puskesmas dimana sasaran penduduk yang

dilayani oleh sebuah Puskesmas rata-rata 30.000 penduduk maka di Kecamatan

Luwuk Selatan memiliki1 Puskesmas sudah dapat menjangkau penduduk sasaran

di wilayah kerjanya dengan jumlah penduduk 22.552 jiwa. Selain Puskesmas juga

di tunjang dengan Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling. Adapun rasio

Puskesmas Pembantu terhadap Puskesmas secara Nasional10,5 per 100.000

penduduk.Sedangkan rasio Puskesmas Keliling terhadap Puskesmas secara

Nasional 0,8.Namun di Kecamatan Luwuk Selatan tidak memiliki Puskesmas

Pembantu dan Puskesmas keliling karena wilayah kerjanyaberada di daerah

perkotaan akses ke sarana kesehatan lancar.

2. Rumah Sakit

Indikator yang digunakan untuk menilai perkembangan sarana rumah sakit

antara lain dengan melihat perkembangan fasilitas perawatan yang diukur dengan

jumlah rumah sakit dan tempat tidurnya serta rasio terhadap jumlah penduduk. Di

Wilayah Kecamatan Luwuk Selatan tidak tetdapat rumah sakit.

3. Sarana Kefarmasian Kesehatan

Apotek adalah suatu tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian,

penyaluran sediaan farmasi, dan perbekalan kesehatan lainnya kepada

masyarakat. Pengertian ini didasarkan pada Keputusan Menteri Kesehatan


Republik IndonesiaNo. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan atas

Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan

dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Apotek sebagai salah satu sarana

pelayanan kesehatan perlu mengutamakan kepentingan masyarakat dan

berkewajiban menyediakan, menyimpan dan menyerahkan perbekalan farmasi

yang bermutu baik dan keabsahannya terjamin.

4. Sarana Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat

Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat diantaranya adalah

Posyandu(Pos Pelayanan Terpadu), Polindes (Pondok Bersalin Desa), Toga

(Tanaman Obat Keluarga), POD (Pos Obat Desa) dan sebagainya. Posyandu

merupakan salah satu bentuk UKMB yang paling dikenal masyarakat. Posyandu

menyelenggarakan minimal 5 (lima) program prioritas, yaitu kesehatan ibu dan

anak, keluarga berencana, perbaikan gizi, imunisasi dan penanggulangan diare.

Untuk memantau perkembangannya Posyandu dikelompokkan kedalam 4 strata

yaitu Posyandu Pratama, Posyandu Madya, Posyandu Purnama dan Posyandu

Mandiri. Kecamatan Luwuk Selatan Tahun 2016 jumlah Posyandu sebanyak 11

buah. Tahun 2016 rasio Posyandu terhadap desa/kelurahan adalah 1,1 atau rata-

rata pada tiap desa/kelurahan terdapat 1 Posyandu.

Polindes merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam

rangka mendekatkan pelayanan kebidanan, melalui penyediaan tempat

pertolongan persalinan dan pelayanan kesehatan ibu dan anak, termasuk Keluarga

Berencana. Tahun 2016 jumlah Poskesdes di Kecamatan Luwuk Selatan sebanyak


3 dan Polindes 1 buah yang tersebar di 4 Kelurahan/Desa yaitu Desa Bubung,

Kelurahan Tanjung Tuwis, Kelurahan Maahas dan Kelurahan Hanga-hanga

D. Data Kesehatan Masyarakat

TABEL PERBANDINGAN IBU HAMIL DENGAN KEK TAHUN 2016 DAN 2017

Bumil KEK
No. Kelurahan
2016 2017
1 Hanga-Hanga 14 13
2 Jole 4 7
3 Simpong 20 19
4 Maahas 1 9
5 Kompo 5 4
6 Tombang Permai 3 2
7 Tanjung Tuwis 1 2
8 Bukit Mambual 6 3
9 Bubung 1 -
Total: 56 59

25

20

15

10
2016
5 2017
0
BAB V
DISKUSI

Berdasarkan hasil pengambilan data ibu hamil yang menderita KEK di wilayah

kerja Puskesmas Simpong tahun 2017 dan 2016 dengan metode pemantauan status gizi

ibu hamil dengan cara pengukuran langsung (antropometri) yaitu pengukuran Lingkar

Lengan Atas (LiLA) yang diambil dari kunjungan Puskesmas/ family folder, kunjungan

posyandu, dan program pendataan (PIS-PK) didapatkan hasil sebagai berikut:

 Pada tahun 2016, dari sembilan kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Simpong

didapatkan 56 ibu hamil yang menderita KEK,

 Sedangkan pada tahun 2017, dari sembilan kelurahan di wilayah kerja Puskesmas

Simpong didapatkan 59 ibu hamil yang menderita KEK.

Sehingga, dari data-data yang didapatkan di atas dapat disimpulkan bahwa dari

tahun 2016, ibu hamil yang mederita KEK tidak mengalami angka penurunan kejadiandi

tahun 2017.Maka dari itu, dirasakan perlu untuk dilakukan tindakan penanganan dan

intervensi terhadap kejadian KEK di wilayah kerja Puskesmas Simpong.

You might also like