Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh:
SURAKARTA
2015
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Seluruh aktivitas kehidupan manusia yang berkenaan dengan otak di atur melalui tiga
cara, yaitu sinyal listrik pada neuron, zat kimiawi yang di sebut neurotransmitter dan hormon
yang dilepaskan ke dalam darah. Hampir seluruh aktivitas di otak memanfaatkan
neurotransmitter.
Maka dari itu kami akan membahas lebih lanjut mengenai neurotransmitter yang
berperanan sangat penting dalam gangguan perilaku dan gangguan psikiatrik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI NEUROTRANSMITTER
Tabel 1.
B. MACAM-MACAM NEUROTRANSMITER
Otak manusia mempunyai berat 2% dari berat badan orang dewasa (3 pon), menerima
20% curah jantung dan memerlukan 20% pemakaian oksigen tubuh dan sekitar 400 kilokalori
energi setiap harinya. Otak merupakan jaringan yang paling banyak memakai energi dalam
seluruh tubuh manusia dan terutama berasal dari proses metabolisme oksidasi glukosa. Jaringan
otak sangat rentan terhadap perubahan oksigen dan glukosa darah, aliran darah berhenti 10 detik
saja sudah dapat menghilangkan kesadaran manusia. Berhenti dalam beberapa menit, merusak
otak secara permanen. Hipoglikemia yang berlangsung berkepanjangan juga merusak jaringan
otak (Prince, Wilson, 2006)
Ketika lahir seorang bayi telah mempunyai 100 miliar sel otak yang aktif dan 900 miliar
sel otak pendukung, setiap neuron mempunyai cabang hinggá 10.000 cabang dendrit yang dapat
membangun sejumlah satu kuadrilion koneksi. Komunikasi.perkembangan otak pada minggu-
minggu pertama lahir diproduksi 250.000 neuroblast (sel saraf yang Belum matang), kecerdasan
mulai berkembang dengan terjadinya koneksi antar sel otak, tempat sel saraf bertemu disebut
sinaps, makin banyak percabangan yang muncul, makin berkembanglah kecerdasan anak
tersebut, dan kecerdasan ini harus dilatih dan di stimulasi, tampa stimulasi yang baik, potensi ini
akan tersia-siakan.
Otak manusia, adalah organ yang unik dan dasyat, tempat diaturnya proses berfikir,
berbahasa, kesadaran, emosi dan kepribadian, secara garis besar, otak terbagi dalam 3 bagian
besar, yaitu neokortek atau kortex serebri, sistem limbik dan batang otak, yang berkerja secara
simbiosis. Bila neokortex berfungsi untuk berfikir, berhitung, memori, bahasa, maka sistem
limbik berfugsi dalam mengatur emosi dan memori emosional, dan batang otak mengarur fungsi
vegetasi tubuh antara lain denyut jantung, aliran darah, kemampuan gerak atau motorik,
Ketiganya bekerja bersama saling mendukung dalam waktu yang bersamaan, tapi juga dapat
bekerja secara terpisah.
Otak manusia mengatur dan mengkordinir, gerakan, perilaku dan fungsi tubuh,
homeostasis seperti tekanan darah, detak jantung, suhu tubuh, keseimbangan cairan,
keseimbangan hormonal, mengatur emosi, ingatan, aktivitas motorik dan lain-lain. Otak
terbentuk dari dua jenis sel: yaitu glia dan neuron. Glia berfungsi untuk menunjang dan
melindungi neuron, sedangkan neuron membawa informasi dalam bentuk pulsa listrik yang di
kenal sebagai potensial aksi. Mereka berkomunikasi dengan neuron yang lain dan keseluruh
tubuh dengan mengirimkan berbagai macam bahan kimia yang disebut neurotransmitter.
Neurotransmitter ini dikirimkan pada celah yang di kenal sebagai sinaps.
Tiga jenis utama neurotransmitter di dalam otak adalah amin biogenik, asam amino, dan
peptida. Amin biogenik adalah neurotransmitter yang paling terkenal dan yang paling dimengerti
karena mereka pertama kali ditemukan. Tetapi, mereka merupakan zat neurotransmitter hanya
dalam sedikit neuron. Neurotransmitter asam amino yang ditemukan kemudian, terutama karena
sulit dalam membedakan asam amino yang ada di sebagian besar protein dari asam amino yang
sama bertindak secara terpisah sebagai neurotransmitter. Neurotransmitter asam amino
ditemukan pada lebih dari 70 persen neuron. Neurotransmitter peptida adalah intermediet,
maksudnya bahwa persentasi neuron yang mengandung neurotransmitter peptida jauh melebihi
dua kategori lainnya dalam sejumlah kecil (kira-kira 200 sampai 300) neurotransmitter peptida
yang telah diidentifikasikan secara dugaan. Kriteria neurotransmitter yang sepenuhnya hanya
dipenuhi oleh sedikit peptida tersebut pada saat ini. Namun demikian, bukti-bukti yang
menyatakan bahwa neurotransmitter peptida dugaan tersebut adalah neurotransmitter, pada
kenyataannya adalah kuat.
1. Neurotransmitter Amin Biogenik. Enam neurotransmitter amin biogenik adalah dopamine,
norepinefrin, epinefrin, serotonin, asetilkolin, dan histamine. Dopamin, epinefrin, dan
norepinefrin semuanya adalah sintesis dari prekursor amam amino yang sama yaitu tirosin,
dan diklasifikasikan dalam satu kelompok sebagai katekolamin. Serotonin disintesis dari
prekursor asam amino triptofan dan merupakan satu-satunya indolamin dalam kelompok.
Serotonin juga dikenal sebagai 5-hidroksitriptamin (5-HT), dengan demikian, singkatan
untuk serotonin sering ditulis sebagai 5-HT. ciri umum dari semua neurotransmitter amin
biogenik adalah bahwa mereka disintesis di dalam akson terminal. Enzim yang diperlukan
untuk sintesisnya adalah disintesis di dalam badan sel tetapi ditransport menuruni akson,
sehingga produksi sesungguhnya dari neurotransmitter terjadi di tempat pelepasannya.
Sebagai akibat dari desain tersebut, suplai amin biogenik cepat menurun saat dilepaskan,
berbeda dengan neurotransmitter peptida yang harus dibuat di badan sel dan ditranspor turun
ke akson terminal.
2. Neurotransmitter Asam Amino. Asam amino paling dikenal sebagai pembangun blok
protein. Tetapi, beberapa asam amino berfungsi sebagai neurotransmitter. Dua
neurotransmitter asam amino yang utama adalah gamma-aminobutyric acid (GABA) dan
glutamate. GABA adalah asam amino inhibitor, dan glutamate adalah asam amino eksitator.
Kadang-kadang diduga bahwa cara sederhana untuk melihat otak adalah sebagai
keseimbangan dari kedua neurotransmitter tersebut, dengan semua neurotransmitter amin dan
biogenik semata-mata terlibat dalam memodulasi keseimbangan tersebut. Penemuan terakhir
telah semakin meningkatkan kepentingan penelitian neurotransmitter asam amino. Penemuan
tersebut adalah observasi bahwa benzodiazepine bertindak terutama melalui mekanisme
GABAergik dan bahwa zat penting yang disalahgunakan phencyclidine (PCP), bekerja pada
reseptor glutamate. Observasi tersebut telah menyebabkan penelitian intensif tentang reseptor
tersebut dalam hubungan dengan gangguan psikiatrik utama, seperti gangguan kecemasan
dan skizofrenia.
3. Neurotransmiter Peptida. Peptida dibuat dari asam amino rantai pendek; jadi peptida
adalah protein yang pendek. Secara tidak tepat, rantai yang lebih kecil dari 100 asam amino
biasanya dianggap sebagai peptida, dan rantai yang lebih panjang dianggap sebagai protein.
Peptida berbeda dari 2 jenis sel neurotransmiter utama di mana peptida harus dibuat didalam
badan sel, di mana informasi genetik untuk membuat peptida terletak. Neurotransmiter
peptida biasanya pertama kali disintesis sebagai bentuk yang lebih panjang yang disebut
prepohormon dan di proses lebih lanjut selama transpornya ke akson terminal. Pertama,
prepohormon dipecah untuk membuat prohormon; selanjutnya prohormon di pecah untuk
membuat hormon akhir. Tidak seperti neurotransmiter amin biogenik, penambahan peptida
neuroaktif yang dilepaskan memerlukan waktu yang cukup lama. Neurotransmiter peptida
mungkin memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan neurotransmiter amin biogenik
atau neurotransmiter asam amino. Dalam hal tersebut, neurotransmiter peptida mungkin
bertindak sebagai peran neuromodulator pada beberapa sinapsis. Di samping pemecahan dari
bentuk panjang untuk membuat bentuk akhir dari peptida, modifikasi pascatranslasional
lainnya dapat memodifikasi struktur dan fungsi peptida. Modifikasi pascatranslasional
tersebut adalah termasuk reaksi biokimiawi tertentu seperti fosforilasi, glikosilasi, sulfasi,
pembentukan ikatan disulfida, dan amidasi terminal –COOH.
Tipe lain. Banyak kemajuan dalam pengetahuan dasar telah menyebabkan identifikasi
zat yang tampaknya terlihat bekerja sebagai neurotransmiter tetapi tidak memenuhi salah satu
kategori standar di atas. Tiga molekul yang dikenal dengan jumlah yang cukup adalah nitrit
oksida, adenosin, dan adenosin trifosfat (ATP).
Gambar 1. Tiga kelas neurotransmitter
C. MEKANISME NEUROTRANSMITTER
Titik temu antara terminal akson salah satu neuron dengan neuron lain dinamakan
sinapsis. Setiap terminal akson membengkak membentuk tonjolan sinapsis. Di dalam sitoplasma
tonjolan sinapsis terdapat struktur kumpulan membran berisi neurotransmitter; yang disebut
vesikula sinapsis. Neuron yang berakhir pada tonjolan sinapsis disebut neuron pra-sinapsis.
Membran ujung dendrit dari sel berikutnya yang membentuk sinapsis disebut post-sinapsis. Bila
impuls sampai pada ujung neuron, maka vesikula bergerak dan melebur dengan membran pra-
sinapsis. Kemudian vesikula akan melepaskan neurotransmitter. Neurotransmitter adalah suatu
zat kimia yang dapat menyeberangkan impuls dari neuron pra-sinapsis ke post-sinapsis.
Gambar 2. Lokasi, anatomi dan cara kerja sinapsis
Sinapsis ditemukan antara dua neuron, antara reseptor sensoris dan neuron sensoris, antara
neuron motoris dan sel otot yang dikontrolnya, dan antara neuron dengan sel kelenjar. Sel yang
menghantarkan sinyal disebut sel prasinapstik dan sel yang menerima sinyal disebut sel
paskasinapstik. Dalam melakukan transmisi atau penghantaran sinyal, sinapsis terdiri dari dua
jenis yaitu sinapsis elektrik dan kimia (Lita, 2006).
Sinapsis listrik memungkinkan potensial aksi merambat secara langsung dari satu sel
prasinaptik ke sel pascasinaptik. Sel-sel itu duhubungkan oleh persambungan longgar, yaitu
saluran antarsel yang mengalirkan ion potensial aksi local agar mengalir antarneuron. Impuls
merambat dari satu neuron ke neuron lain tanpa penundaan dan tanpa kehilangan kekuatan
sinyal. Pada sinaps listrik, membran prasinapsis dan pascasinapsis berada pada lokasi yang saling
berdekatan dan membentuk jalur gap junction dimana aliran listrik meloncat satu-persatu dari
satu sel ke sel lain.
Pada sinapsis kimiawi, sebuah celah sempit, atau celah sinaptik memisahkan sel
prasinaptik dan sel pascasinaptik. Ketika sinyal listrik potensial aksi tiba di terminal sinaptik
dirubah menjadi sinyal kimiawi yang mengalir melewati sinapsis, di mana sinyal kimiawi diubah
kembali menjadi sinyal listrik pada sel pascasinaptik. Sinyal listik potensial aksi diubah jadi
sinyal kimiawi dalam bentuk neurontransmiter yang terkandung dalam kantung yang terdapat
dalam sitoplasma ujung akson yang disebut vesikula sinaptik. Dalam satu vesikula sinaptik
terdapat ribuan molekul neurotransmiter. Neurotransmitter merupakan zat yang dibebaskan
sebagai messenger antar sel ke dalam celah sinaptik. Neurotransmiter merupakan senyawa kimia
pembawa pesan yang meneruskan informasi elektrik dari sebuah neuron ke neuron lain atau sel
efektor (Lita, 2006).
Secara umum dikatakan bahwa transmisi kimiawi lebih fleksibel dari transmisi elektrik,
transmisi kimiawi juga secara bebas membolehkan inhibitor sebagai. Sebagai tambahan,
transmiter kimia membolehkan serat presinaps kecil untuk merangsang sel postsinaps besar
secara kimiawi yang dapat mengaktifkan kanal postsinaps yang membawa arus postsinaps.
Dengan terbukanya kanal maka vesikel pembawa neurotransmitter dapat berdifusi pada
membran prasinapsis keluar menuju celah sinapsis.Neurotransmiter berdifusi melalui celah
sinapsis dan terikat pada reseptor ion channel pada membran post sinaps dan mengaktivasi
reseptor pada membran post sinaps.
Peristiwa synaptic yang meningkatkan kemungkinan permulaan potensial kerja pada sel
postsynaptic disebut eksitatori; sebaliknya, peristiwa yang mengurangi kemungkinan disebut
inhibisi. Aliran postsynaptic dengan potensial balik lebih positif daripada level awal
didefinisikan sebagai eksitator dan aliran postsynaptic dengan potensial balik pada sisi negatif
level awal disebut inhibitor. Aliran eksitator tersebut dibawa melalui channel yang permebel
terhadap Na+ atau Ca2+ dan K+ pula. Aliran inhibitor synaptic dibawa oleh channel yang
permeable pada K+ dan Cl-, sejak kedua dari ion ini memiliki potensial keseimbangan dalam
potensial sisa. Jika potensial balik untuk aktivitas transmitter menjadi sama dengan potensial
sisa, tidak ada aliran synaptic dan tidak ada perubahan potensial yang dihasilkan dari
bertambahnya konduktansi postsynaptic disebabkan oleh kerja substansi transmitter inhibitor,
jika potensial balik untuk kerja transmitter lebih positif daripada potensial sisa tapi lebih negatif
daripada permulaan, transmitter akan menghasilkan depolarisasi.
D. TARGET DAN EFEK NEUROTRANSMITTER
Neurotransmiter paling mempengaruhi sikap, emosi, dan perilaku seseorangyang ada
antara lain Asetil kolin, dopamin, serotonin, epinefrin, norepinefrin. Lokasi dan fungsi masing
masing neurotransmiter dapat dilihat dibawah ini :
Tabel 2. Neurotransmitter Pada Sistem Saraf Pusat (Sumber: Mary C Towsend, 1998)
Halusina
si
auditori
k
Skema 1. Mekanisme Alzheimer
2. Norepinefrin
Stresor akut dapat meningkatkan aktivitas LC. Selama terjadi aktivasi fungsi LC,
fungsi vegetatif seperti makan dan tidur menurun. Persepsi terhadap stressor ditangkap
oleh korteks yang sesuai dan melalui talamus diteruskan ke LC, selanjutnya ke komponen
simpatoadrenalsebagai respon terhadap stressor akut tersebut. Proses kognitif dapat
memperbesar atau memperkecil respon simpatoadrenal terhadap stressor akut tersebut.
Rangsangan terhadap bundel forebrain (jaras norepinefrin penting di otak) meningkat
pada perilaku yang mencari rasa senang dan perilaku yang bertujuan. Stressor yang
menetap dapat menurunkan kadar norepinefrin di forebrain medial. Penurunan ini dapat
menyebabkan anergia, anhedonia, dan penurunan libido pada depresi.
Hasil metabolisme norepinefrin adalah 3-methoxy-4-hydroxyphenilglycol (MHPG).
Penurunan aktivitas norepinefrin sentral dapat dilihat berdasarkan penurunan ekskresi
MHPG. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa MHPG mengalami defisiensi pada
penderita depresi. Kadar MHPG yang keluar di urin meningkat kadarnya pada penderita
depresi yang di ECT (terapi kejang listrik). (Jaap, 2012)
Pada metode pencitraan telah menunjukkan bahwa pasien dengan depresi memiliki
volume hipokampus yang lebih kecil dibandingkan dengan orang normal, dan
kemungkinan ada hubungan antara depresi dan neurogenesis hippocampus. Bukti juga
menunjukkan bahwa depresi berat mungkin melibatkan axis hipotalamus-hipofisis-
adrenal yang terlalu aktif yang menghasilkan sebuah efek mirip dengan respon
neuroendokrin untuk stress. Hormon, estrogen, juga telah terlibat dalam gangguan
depresi dan beserta pengobatannya. Keterlibatan sitokin pro-inflamasi dalam depresi
menunjukkan adanya konsentrasi yang lebih tinggi antara interleukin (IL) -6 di darah
dan tumor necrosis factor (TNF) -α pada pasien depresi dibandingkan orang normal.
Kemungkinan mekanisme terjadinya depresi diakibatkan adanya perubahan dalam
neurotransmisi glutamate, berkurangnya neurotransmisi asam gamma-butirat, kekurangan
sintesis neurosteroid, gangguan fungsi opioid endogen, ketidakseimbangan asetilkolin,
kelainan tiroksin, dan disfungsi struktur otak tertentu. Salah satu hipotesis yang tertua,
monoamin yang mendalilkan adalah adanya kekurangan serotonin (5-HT) dan / atau
norepinefrin (NE) di otak. Hampir semua efek antidepresan yang ada adalah
penghambatan reuptake 5-HT atau NE; antagonisme dari presinaptik, penghambatan 5-
HT atau reseptorNE atau penghambatan monoamine oxidase. Semua mekanisme ini
mengakibatkan peningkatan neurotransmisi dari 5-HT dan / atau NE.
4. Dopamin
Rumusan yang paling sederhana dari hipotesis dopamin untuk skizofrenia
menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan dari terlalu banyaknya aktivitas
dopaminergik. Teori tersebut timbul dari dua pengamatan. Pertama, kecuali untuk
clozapine, khasiat dan potensi antipsikotik berhubungan dengan kemampuannya untuk
bertindak sebagai antagonis reseptor dopaminergik tipe 2 (D2). Kedua, obat-obatan yang
meningkatkan aktivitas dopaminergik, yang paling jelas adalah amfetamin, yang
merupakan salah satu psikotomimetik. Teori dasar tidak memperinci apakah
hiperaktivitas dopaminergik adalah karena terlalu banyaknya pelepasan dopamin, terlalu
banyaknya reseptor dopamin, atau kombinasi mekanisme tersebut. Teori dasar juga tidak
menyebutkan apakah jalur dopamin di otak mungkin terlibat, walaupun jalur
mesokortikal dan mesolimbik paling sering terlibat. Neuron dopaminergik di dalam jalur
tersebut berjalan dari badan selnya di otak tengah ke neuron dopaminoseptif di sistem
limbik dan korteks serebral.
Hipotesis dopaminergik tentang skizofrenia terus diperbaiki dan diperluas. Satu
bidang spekulasi adalah bahwa reseptor dopamin tipe 1 (D1) mungkin memainkan
peranan dalam gejala negatif, dan beberapa peneliti tertarik dalam menggunakan agonis
D1 sebagai pendekatan pengobatan untuk gejala tersebut. Reseptor dopamin tipe 5 (D5)
yang baru ditemukan adalah berhubungan dengan reseptor D1 dan dapat meningkatkan
penelitian. Dalam cara yang sama reseptor dopamin tipe 3 (D3) dan dopamin tipe 4 (D4)
adalah berhubungan dengan reseptor D2 dan akan merupakan sasaran penelitian karena
agonis dan antagonis spesifik adalah dikembangkan untuk reseptor tersebut. Sekurang-
kurangnya satu penelitian telah melaporkan suatu peningkatan reseptor D4 dalam sampel
otak postmortem dari pasien skizofrenik.
Walaupun hipotesis dopamin tentang skizofrenia telah merangsang penelitian
skizofrenia selama lebih dari dua dekade dan masih merupakan hipotesis neurokimiawi
yang utama, hipotesis tersebut memiliki dua masalah. Pertama, antagonis dopamin adalah
efektif dalam mengobati hampir semua pasien psikotik dan pasien yang teragitasi berat,
tidak tergantung pada diagnosis. Dengan demikian, adalah tidak mungkin untuk
menyimpulkan bahwa hiperaktivitas dopaminergik adalah unik untuk skizofrenia.
Sebagai contoh, antagonis dopamin juga digunakan untuk mengobati mania akut. Kedua,
beberapa data elektrofisiologis menyatakan bahwa neuron dopaminergik mungkin
meningkatkan kecepatan pembakarannya sebagai respons dari pemaparan jangka panjang
dengan obat antipsikotik. Data tersebut menyatakan bahwa abnormalitas awal pada
pasien skizofrenia mungkin melibatkan keadaan hipodopaminergik.
Suatu peranan penting bagi dopamin dalam patofisilogi skizofrenia adalah
konsisten dengan penelitian yang telah mengukur konsentrasi plasma metabolit dopamin
utama, yaitu homovanillic acid. Beberapa penelitian sebelumnya telah menyatakan
bahwa, dalam kondisi eksperimental yang terkontrol cermat, konsentrasi homovanillic
acid plasma dapat mencerminkan konsentrasi homovanillic acid di sistem saraf pusat.
Penelitan tersebut telah melaporkan suatu hubungan positif antara konsentrasi
homovanillic acid praterapi yang tinggi dan dua faktor: keparahan gejala psikotik dan
respons terapi terhadap obat antipsikotik. Penelitian homovanillic acid plasma juga telah
melaporkan bahwa, setelah peningkatan sementara konsentrasi homovanillic acid plasma,
konsentrasi menurun secara mantap. Penurunan tersebut dihubungkan dengan perbaikan
gejala pada sekurangnya beberapa pasien.
Neurotransmitter lainnya. Walaupun dopamin adalah neurotransmitter yang telah
mendapatkan sebagian besar perhatian dalam penelitian skizofrenia, meningkatnya
perhatian juga telah ditujukan pada neurotransmitter lainnya. Mempertimbangkan
neurotransmitter lain adalah diharuskan untuk sekurangnys dua alasan. Pertama, karena
skizofrenia kemungkinan merupakan suatu gangguan yang heterogen, maka mungkin
bahwa kelainan pada neurotransmitter yang berbeda menyebabkan sindrom perilaku yang
sama. Sebagai contoh, zat halusinogenik yang mempengaruhi serotonin – sebagai contoh,
lysergic acid diethylamide (LSD) – dan dosis tinggi zat yang mempengaruhi dopamin –
sebagai contoh, amfetamin – dapat menyebabkan gejala psikotik yang sulit dibedakan
dari intoksikasi. Kedua, penelitian neurologi dasar telah jelas menunjukkan bahwa neuron
tunggal dapat mengandung lebih dari satu neurotransmitter dan mungkin memiliki
reseptor neurotransmitter untuk lebih dari setengah lusin neurotransmitter. Jadi, berbagai
neurotransmitter di otak adalah terlibat dalam hubungan interaksional kompleks, dan
fungsi yang abnormal dapat menyebabkan perubahan pada setiap zat neurotransmitter
tunggal.
5. GABA
GABA merupakan neurotransmitter asam amino yang disintesis dari glutamat
oleh enzim glutamic acid decarboxylase (GAD) yang dibatasi oleh kecepatan (rate-
limiting) dan memerlukan piridoksin (vitamin B6) sebagai kofaktor. Jika dilepaskan
kedalam celah sinaptik, GABA diambil kedalam neuron prasinaptik dan glia yang
berdekatan, dimana GABA dimetabolisme oleh transaminase GABA yang berhubungan
dengan mitokondria (GABA-T). GABA adalah neurotransmitter utama pada neuron
intrinsik yang berfungsi sebagai mediator lokal untuk loop umpan balik inhibisi. GABA
(gamma-aminobutyric acid) memiliki efek inhibisi terhadap monoamin, terutama pada
sistem mesokorteks dan mesolimbic.
Terdapat dua jenis reseptor GABA, GABAA dan GABAB. Reseptor GABAB
adalah reseptor yang berhubungan dengan protein GABA, GABAA adalah saluran ion
klorida bergerbang ligan yang bekerja secara langsung. Reseptor GABAA mempunyai
tempat ikatan untuk GABA dan benzodiazepin. Benzodiazepin meningkatkan afinitas
reseptor GABA. Reseptor benzodiazepin kadang-kadang disebut reseptor omega.
carboline adalah suatu kelas obat yang merupakan agonis terbalik (inverse) dari reseptor
benzodiazepin, jadi aktifitasnya menyebabkan kecemasan dan konvulsi. Eratnya
hubungan antara GABA dengan benzodiazepin, penelitian klinis pada sistem GABAergik
telah dipusatkan pada peranan potensialnya dalam patopsikologis gangguan kecemasan.
Pada penderita depresi terdapat penurunan GABA. Stressor khronik dapat
mengurangi kadar GABA dan antidepresor dapat meningkatkan regulasi reseptor GABA.
Banyak pathway di otak menggunakan GABA dan merupakan Neurotransmitter utama
untuk sel Purkinje. GABA dipindahkan dari synaps melalui katabolism oleh GABA
transaminase.
Fungsi utama adalah menurunkan arousal dan mengurangi agresi, kecemasan dan
aktif dalam fungsi eksitasi. Gejala defisit : irritabilitas, hostilitas, tension and worry,
anxietas, seizure. Gejala berlebihan : Mengurangi rangsang selular, sedasi dan gangguan
memori
6. Serotonin
Tempat utama untuk badan sel seretonergik adalah di pons bagian atas dan otak
tengah, secara spesifik nuklei raphe median dan dorsal, locus ceruleous caudal, area
posrema dan area interpendicular. Neuron tersebut berhubungan ke ganglia basalis,
sistem limbik dan korteks cerebral. ). Serotonin bersama-sama dengan norepinefrin dan
dopamin memfasilitasi gerak motorik yang terarah dan bertujuan.Fungsi Utama dari
Serotonin (5HT) adalah dalam pengaturan tidur, persepsi nyeri, mengatur status mood
dan temperatur tubuh serta berperan dalam perilaku aggresi atau marah dan libido.Gejala
Defisit : Irritabilitas & Agresif, Depresi & Ansietas, Psikosis, Migren, Gangguan fungsi
seksual, Gangguan tidur & Gangguan kognitif, Gangguan makan. Obsessive compulsive
disorder (OCD). Gejala Berlebihan : Sedasi, Penurunan sifat dan fungsi aggresi Pada
kasus yang jarang: halusinasi
Pada depresi telah di identifikasi 2 sub tipe reseptor utama serotonin yaitu
reseptor 5HTIA dan 5HT2A. Kedua reseptor inilah yang terlibat dalam mekanisme
biokimiawi depresi dan memberikan respon pada semua golongan anti depresan.
Ada beberapa neurotransmitter yang berperan dalam bidang psikiatri antara lain :
asetilkolin, norepinefrin, glutamate, dopamine, GABA, serotonin.
Asetilkolin memiliki target di sistem saraf otonom simpatis dan parasimpatis yaitu
terminal saraf presinapsis parasimpatik, terminalpostsinapsis dan di sistem saraf pusat yaitu di
korteks serebralhipokampus, struktur limbik, basal ganglia. Fungsinya tidur, bangun persepsi
nyeri, pergerakan memori. Kaitan nya dalam psikiatri yaitu dapat meningkatkanderajat depresi,
menurunkanderajat penyakit alzeimer, korea hutington, penyakitparkinson.
Guyton, A. C. & J. E. Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed ke-9. Terjemahan: Irawati
Setiawan. EGC. Jakarta.
Kaplan H, Sadock B, & Grebb J. 2010. Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Jilid I, p225-
227.
Lancto KL et al, 2001, Role of Serotonin in the BPSD, The Journal of Neuropsychiatry and Clinical
Neurosciences, 13, p.5-21.
Lita, Feriyawati .(2006). Anatomi Sistem Saraf . Diakses pada tanggal 6 Mei 2015
dari library.usu.ac.id/download/fk/06001194.pdf
Nicoladie T (2014). Neurotransmitter. A tutorial Study Guide. Ebook Series. ISBN
9781301268610. https://odcom-c13e1fd956dc1c6c4f4624e2a90088e2.read.overdrive.com/
Ridwan.(2011). Saraf. Diakses pada tanggal 5 Mei 2011
dariwww.sith.itb.ac.id/profile/pakAR/SARAF.pdf
Robert PH et al, 2005, Grouping for BPSD: clinical and biological aspects, European Psychiatry, 20:
p.490–496
Sadock BJ, Sadock VA, Pedro R. 2009. Kaplan & Sadock's Comprehensive Textbook of Psychiatry,
9th Edition, Lippincott Williams & Wilkins
Townsend C. Mary, 1998, Diagnosa Keperawatan Psikiatri, Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran,
EGC ; Jakarta.
Zullies, Ikawati. (2011). Dasar-dasar Farmakoterapi Sistem Saraf. Diakses pada tanggal 6 Mei
2011 dari zulliesikawati.staff.ugm.ac.id/wp.../basic-of-cns-pharmacotherapy.pdf