You are on page 1of 3

CRITICAL APPRAISAL

Faktor Risiko dan Karakteristik Upaya Bunuh Diri

di antara 381 Remaja yang Melakukan Percobaan Bunuh Diri

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat dalam menempuh


Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa

Anastasia Mudita
112016348

Pembimbing:
dr. Nova Riyanti Yusuf, Sp. KJ

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
RUMAH SAKIT JIWA DR. SOEHARTO HEERDJAN
PERIODE 6 AGSUTUS- 8 SEPTEMBER 2018
JAKARTA
Faktor Risiko dan Karakteristik Upaya Bunuh Diri di antara

381 Remaja yang Melakukan Percobaan Bunuh Diri

Summary

Percobaan bunuh diri selama masa remaja merupakan tantangan penting bagi
pasien, orang tua, guru, dokter anak, psikiater anak dan psikolog. Diperkirakan bahwa
lebih dari 750 remaja Denmark antara 11 dan 18 tahun dirawat di rumah sakit setiap
tahun karena upaya bunuh diri. Frekuensi pemikiran dan perencanaan bunuh diri sering
diremehkan, dan prevalensi perilaku bunuh diri mungkin lebih tinggi daripada yang
dilaporkan. Prevalensi ide bunuh diri dan upaya bunuh diri di antara 13 hingga 18 tahun
telah dilaporkan menjadi 12,1% dan 4,1%. Sebuah upaya bunuh diri sebelumnya jelas
merupakan faktor risiko paling penting untuk menyelesaikan bunuh diri remaja. Resiko
terjadinya tindakan bunuh diri setelah percobaan bunuh diri cukup besar, meskipun
risikonya mungkin lebih rendah daripada pada orang dewasa. Secara perkembangan,
remaja berbeda dari orang dewasa dalam beberapa cara yang meningkatkan risiko
perilaku bunuh diri. Mereka sering lebih impulsif dan memiliki perspektif waktu yang
berbeda dari orang dewasa, yang berarti bahwa ketika mereka membuat keputusan,
mereka mungkin lebih fokus pada konsekuensi langsung dari perilaku mereka daripada
konsekuensi jangka panjang Penelitian ini mengeksplorasi hubungan antara remaja
yang bunuh diri dengan orang tua mereka, saudara kandung dan teman-teman.
Penelitian ini menguji seberapa banyak remaja berbicara dengan orang tua mereka
sebelum mencoba bunuh diri, frekuensi mutilasi diri, tingkat ide bunuh diri, usaha
bunuh diri sebelumnya, dan usaha bunuh diri di lingkungan remaja. Penelitian ini
menggunakan studi kasus-kontrol cross-sectional yang berfokus pada 381 remaja
berusia 10–17 tahun yang dirawat di rumah sakit di seluruh Denmark setelah upaya
bunuh diri dengan acetaminophen dan 296 kontrol yang disesuaikan dengan usia dan
jenis kelamin yang direkrut dari sekolah. Penelitian ini menggunakan kuesioner serta
catatan psikiatri medis dan anak. Hasil dari penelitian ini adalah pada kelompok studi
didapatkan sepuluh kali lebih mungkin untuk melaporkan hubungan orangtua yang
terpisahkan daripada kelompok kontrol (41,5% versus 4%), dan ada hubungan yang
signifikan antara laporan-laporan ini dan perasaan tidak didengar (p <0,0001),
hubungan terpisahkan dengan teman (p <0,0001) dan saudara kandung (p <0,0001) dan
selfmutilation (p = 0,009). Hampir dua pertiga (62,5%) dari remaja bunuh diri yang
mencoba berbicara dengan orang tua mereka tentang masalah mereka merasa tidak
didengar, dan ada hubungan yang signifikan antara perasaan ini dan durasi ide bunuh
diri (p = 0,01) dan selfmutilation (p = 0,003). Kesimpulan dari penelitian ini adalah
faktor-faktor risiko awal untuk bunuh diri adalah hubungan yang renggang dengan
orang tua, saudara kandung dan teman-teman, perasaan tidak didengar, mutilasi diri dan
ide bunuh diri yang diperluas.

You might also like