You are on page 1of 22

ILMU UKUR TANAH

11.0.0. PENGGAMBARAN GARIS KONTUR/ GARIS KETINGGIAN


11.1.0. Garis Kontur/ Garis Ketinggian
Garis kontur adalah garis yang menghubungkan titik-titik yang mempunyai
ketinggian yang sama dari suatu datum/bidang acuan tertentu. Konsep dari
garis kontur dapat dengan mudah dipahami dengan membayangkan suatu
kolam air. Jika air dalam keadaan tenang, maka tepi permukaan air
menunjukkan garis yang mempunyai ketinggian yang sama dan garis
tersebut juga akan terbentuk pada tepi kolam yang membentuk garis
kontur. Jika permukaan air turun, misalnya permukaan air turun 5m, maka
tepi dari permukaan air akan membentuk garis kontur yang kedua.

Gambar 11.1 Level Permukaan Air di Kolam

Demikian selanjutnya setiap permukaan air turun akan membentuk garis


kontur yang lainnya (gambar 11.1)

Garis-garis kontur merupakan garis-garis yang kontiniu dan tidak dapat


memotong garis kontur lainnya. Lebih lanjut, garis kontur juga tidak dapat
bercabang menjadi garis kontur yang lain kecuali pada daerah yang
ekstrim/kritis, seperti jurang atau tebing.

Gambar 11.2 memperlihatkan gambar garis kontur dan irisan/potongan dari


satu pulau kecil. Garis pasang disebelah kiri merupakan garis kontur yang
mempunyai ketinggian nol. Jika permukaan air naik, diamati untuk setiap
10 cm, maka tepi permukaan air pada permukaan tanah akan membentuk
garis kontur yang mempunyai ketinggian 10 cm, 20 cm, 30 cm, dan 40 cm.

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 221


ILMU UKUR TANAH

Gambar 11.2. Irisan Garis Kontur Sebuah Pulau

11.1.1. Kemiringan
Ketinggian antara garis-garis kontur yang berurutan disebut selang vertikal
atau selang kontur dan intervalnya pada setiap peta selalu tetap. Pada
gambar 11.2 di atas, irisan/potongan dari selang vertikal diperlihatkan pada
garis AB. Jarak mendatar/horizontal antara garis-garis kontur digambarkan
oleh panjang garis BC berdasarkan skala gambar yang diberikan. Dengan
demikian, untuk mencari kemiringan antara dua garis kontur dapat
diketahui, yaitu:

selang .vertikal
kemiringan 
jarak.horizontal

Karena selang vertikal merupakan besaran yang tetap pada masing-masing


peta, maka kemiringan akan berubah jika jarak horizontal berubah.

Contoh:
10 1
1. Kemiringan sepanjang BC =   1 : 30
300 30
10 1
2. Kemiringan sepanjang DE =  1:8
80 8

10.1.2. Karakteristik Garis Kontur

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 222


ILMU UKUR TANAH

Dari contoh di atas, dijelaskan bahwa kemiringan dari lembah/bukit


digambarkan dengan garis-garis kontur yang saling menutup dan garis-garis
kontur yang semakin ketengah semakin rapat satu dengan yang lainnya.
Untuk sebuah lembah, misalnya, ketinggian/elevasi garis-garis konturnya
semakin kedalam semakin kecil. Sebaliknya, untuk sebuah bukit,
ketinggian/elevasi garis-garis konturnya semakin kedalam semakin besar.
Sedang untuk daerah yang relatif datar, garis-garis konturnya akan terlihat
jarang.

Gambar 11.3. Karakteristik Garis Kontur

Pada gambar 11.3, diperlihatkan contoh dari tiga bentuk kemiringan. Dengan
selang/interval yang sama, gambar (a) menunjukkan daerah yang
mempunyai kemiringan yang teratur. Pada gambar (b), garis-garis kontur
bagian atas menunjukkan daerah yang curam dan landai dibagian bawah. Hal
ini biasa disebut kelandaian cembung. Sedangkan pada gambar (c), garis-
garis kontur bagian atas menunjukkan daerah yang landai dan curam
dibagian bawah. Hal ini biasa disebut kelandaian cekung.

Gambar 11.4. Garis Kontur Berbentuk “V”

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 223


ILMU UKUR TANAH

Lembah sungai mempunyai kelengkungan yang berbentuk “V” seperti yang


ditunjukkan oleh garis-garis kontur pada gambar 11.4 (a). Bentuk “V” selalu
mengarah ke hulu sungai, yaitu kearah atas bukit. Berbeda dengan garis-garis
kontur pada gambar 11.4 (b). Walau bentuknya juga seperti “V” tetapi
arahnya ke bawah bukit. Garis-garis kontur seperti ini membetuk gambar
lereng sebuah bukit.

Gambar 11.5. Garis Kontur Sebuah Areal

Contoh:
Gambar 11.5 memperlihatkan garis-garis kontur dengan selang kontur 2m
yang digambarkan dengan skala 1:2500.
a. Berapa ukuran dari lokasi yang digambar tersebut.
b. Terangkan bentuk permukaan sepanjang garis potongan AB
c. Hitung kemiringan antara:
1. Titik D dan C
2. Titik E dan F
Jawab:
a. … x … m
b. Dari titik A tanah turun dan membentuk kemiringan yang cekung ke
tengah dimana daerah tersebut membentuk seperti pelana. Daerah
tersebut berada diantara 2 bukit yang membentang dari Timur ke Barat
dan kecuramannya membentuk cekungan. Ketinggian bukit tersebut kira-
kira 73m di atas datum dan turun ke arah B dan E.

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 224


ILMU UKUR TANAH

c. Dari titik B ke C, beda tinggi 4m dan jarak horizontal ...m. Kemiringan


antara ke dua titik tersebut 1:…. Dari titik E ke F, Beda tinggi 6m dan
jarak horizontal …m. Kemiringan antara ke dua titik tersebut 1:….

11.2.0. Cara Menggambarkan Garis Kontur


Setelah pengukuran planimetris selesai, maka posisi relatif dari setiap titik
diketahui. Tugas selanjutnya adalah melakukan pengukuran sipat datar
untuk keperluan penggambaran garis kontur pada daerah tersebut.

11.2.1. Penentuan Interval Garis Kontur


Penentuan interval garis kontur untuk perencanaan tergantung dari
beberapa faktor:
a.Kegunaan dan Penggambaran dari Pengukuran
Apabila perencanaan dibutuhkan untuk keperluan pekerjaan yang
detail, maka interval yang kecil sangat diperlukan, kurang lebih 0,25m
dan 0,50m untuk daerah yang relative datar/landai. Untuk daerah yang
luas dan berbukit, interval antara 1m dan 2m lebih sering dipakai.
b. Skala dari Peta
Biasanya untuk peta dengan skala kecil, interval kontur harus cukup
besar. Jika tidak, beberapa detail yang penting akan tidak tergambar di-
karenakan banyaknya garis-garis kontur yang digambar karena interval
yang kecil.
c.Bentuk dari Terrain (Permukaan Tanah)
Untuk daerah yang kecil, ada beberapa pertimbangan, antara lain:
- Interval yang kecil diperlukan untuk menggambarkan perbedaan
tinggi yang kecil
- Untuk daerah yang curam digunakan interval kontur yang besar.

11.2.2. Cara Penggambaran Garis Kontur


Penggambaran garis kontur ini dapat dibagi dalam dua cara, yaitu:
A. Cara Langsung
Dengan cara ini, garis-garis kontur diikat secara fisis pada permukaan
tanah. Pekerjaan ini adalah kebalikan dari cara sipat datar dimana

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 225


ILMU UKUR TANAH

akhirnya ketinggian titik-titik akan diketahui dan ini sangat diperlukan


pada penarikan garis kontur.

Gambar 11.6. Garis Kontur Areal Kecil

Gambar 11.6. menggambarkan daerah yang kecil yang akan dipetakan


dengan interval kontur 2m. Sebuah Bench Mark (BM) dengan
ketinggian 94,070m telah diketahui dari pengukuran sebelumnya.
Untuk menentukan posisi kontur dilakukan dengan 2 tahap pekerjaan,
yaitu,
1. Sipat Datar
Alat didirikan pada titik-titik yang dapat membidik BM dengan
leluasa. Pada gambar, alat didirikan pada titik A dan membidik BM
dengan bacaan rambu belakang, BS = 1,630m. Jadi tinggi garis
bidik alat di titik A adalah 94, 070m + 1,630m = 95,700m. Dari
posisi ini kontur pada ketinggian 92m dan 94m dapat ditentukan.
Pemegang rambu kemudian bergerak menuruni bukit dengan rambu
menghadap ke alat. Ketika bak ukur terbaca 1.700m dari atas
permukaan tanah, rambu ukur menunjukkan permukaan tanah
dengan elevasi 94.000 karena tinggi garis bidik 95,700m dikurangi
bacaan rambu 1,700m sama dengan 94,000m. Kemudian,
pemegang rambu memberi tanda/patok pada titik tersebut.

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 226


ILMU UKUR TANAH

Setelah itu, pemegang rambu bergerak pada daerah-daerah yang


tinggi/elevasinya kira-kira sama dan berhenti pada jarak terten-tu
dan dia mengeser-geserkan rambu turun/naik sampai terbaca
bacaan pada bak ukur sebesar 1,700m. Kemudian titik tersebut
juga ditandai dengan patok kayu. Pada gambar 11.6, patok 1 s/d 9
terletak pada ketinggian 94,000m.
Ketinggian 92,00 ditentukan sama seperti langkah di atas tetapi
dengan bacaan rambu pada 3,700m dan ditandai dengan patok 10
s/d 21.
Untuk mengukur ketinggian 90,000m dibutuhkan bacaan rambu
pada 5,700m. Dalam hal ini alat harus dipindahkan ke titik lain.

Tabel 11.1 merupakan buku ukur dimana bacaan pada rambu di


Control Point 1 (CP1) adalah rambu muka, FS = 4,830m sehingga
elevasi pada titik CP1 tersebut adalah 95,700m -. 4,830m = 90,87m.
Kemudian alat di pindahkan ke titik B. Dari titik tersebut, dibaca
bak ukur pada titik CP1, BS = 1,310m sehingga tinggi garis bidik
alat tersebut 90,870 + 1,310 = 92,180m. Untuk menentukan
ketinggian 90,000m dan 88,000m maka harus diusahakan bacaan
pada rambu setinggi 2,180m dan 4,180m. Patok ini ditandai dengan
nomor 22 s/d 28 untuk ketinggian 90,000m dan nomor 29 s/d 31
untuk ketinggian 88,000m.

Akhirnya pengukuran diarahkan lagi ke BM awal untuk melakukan


kontrol pengukuran. Untuk itu, didapat bacaan pada rambu di
Control Point 2 (CP2), FS = 0,310m sehingga elevasi pada titik
tersebut adalah 92,180m – 0,310m = 91,870m. Kemudian alat di
pindahkan ke titik C. Dari titik tersebut, dibaca bak ukur pada titik
CP2, BS = 3,820m sehingga tinggi garis bidik alat tersebut 91,870
+ 3,820 = 95,690m. Dari titik tersebut, tinggi bak ukur terbaca pada
titik BM, FS = 1,620m. Dengan demikian, elevasi titik BM adalah
95,69m – 1,620m = 94,070m. Dapat disimpulkan, pengukuran ini
sudah dilakukan dengan benar.

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 227


ILMU UKUR TANAH

Tabel 11.1 Tabel Tinggi Kontur 94, 92, 90, dan 88,000m
GARIS TINGGI
BS IS FS JARAK CATATAN
BIDIK TITIK
PILAR BETON
94.070
1.630 95.700 (BM)
1.700 94.000 Kontur 94
3.700 92.000 Kontur 92
1.310 4.830 92.180 90.870 CP1
2.180 90.000 Kontur 90
4.180 88.000 Kontur 88
3.820 0.310 95.690 91.870 CP2
PILAR BETON
94.070
1.620 (BM)
6.760 BS 6.760 94.070 BM AWAL
BM
94.070
6.760 FS AKHIR
0.000 0.000

Pematokan
Untuk dapat melakukan penggambaran (Ploting), maka posisi rencana
dari patok-patok harus dipastikan dulu. Pada daerah yang kecil, seperti
pada gambar di atas, patok-patok dipasang dengan system rangkaian
dan Off-Set, seperti pada gambar 11.6. Untuk daerah yang luas,
sebaiknya pengukuran dilakukan dengan cara Polygon Compass atau
Tachymetry. Posisi dari pada kontur digambar langsung pada peta
rencana dengan lengkungan kontur yang baik.

B. Cara Tidak Langsung


Dengan cara ini garis kontur tidak dapat dibuat dengan langsung
kecuali beberapa tinggi titik ditentukan dan posisi-posisi garis kontur
ditentukan dengan cara interpolasi.
Cara ini dilakukan dalam 3 tahap:
1. Penentuan Grid
Pada gambar 11.7, jarak yang terpanjang dipakai sebagai garis basis
dan Jalon atau patok dipasanag pada setiap jarak 20,0m (interval
jarak tergantung pada pemilihan interval kontur)
Untuk menggambarkan interval kontur yang rapat (0,5 s/d 1,0m),
interval jarak yang sering digunakan antara 5m s/d 10m dan

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 228


ILMU UKUR TANAH

maksimum sampai 20,0m. Pada setiap patok di garis basis dibuat


garis tegak lurus dengan prisma atau pita ukur (meteran) dan pada
setiap garis tersebut dipasang patok-patok dengan interval jarak
yang sama seperti pada garis basis untuk mendapatkan bentuk segi
empat sama sisi.

Pada gambar 11.7, patok-patok terakhir terletak pada jarak 60m dari
garis basis.

Ada beberapa system referensi yang biasa dipakai dan masig-


masing mempunyai keuntungan dan kerugiannya. Walaupun sedikit
rumit, cara yang terbaik adalah dengan menentukan jarak-jarak
sepanjang dan sejajar garis basis yang dianggap sebagai sumbu x
dan garis jarak yang tegak lurus garis basis dianggap sebagai
sumbu y.

Gambar 11.7. System Pengukuran Cara Grid (kurang tegak)

Dalam gambar 11.7, sebagai contoh, patok A berada pada koordinat


(100,20) dan patok B berada pada koordinat (20,60). Besaran
koordinat dari setiap titik pada garis-garis batas dapat ditentukan
dengan mengukur dari segi empat basis sepanjang garis batas.

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 229


ILMU UKUR TANAH

Titik X mempunyai koordinat (116,40) dan Y (60,75). Ini adalah


keuntungan dari system grid ini.

Gambar 11.8. Penggambaran Garis Kontur Dengan Cara Grid

2. Sipat Datar
Untuk mencari ketinggian dari setiap titik-titik grid dilakukan
pengukuran sipat datar. Gambar 11.8, memperlihatkan sebagian dari
pada Grid dengan ketinggian titik-titiknya.

3. Interpolasi Garis Kontur


a. Secara Matematis
Posisi dari pada kontur dapat diinterpolasi secara matematis
melalui titik-titik yang sudah diketahui ketinggiannya. Sebagai
contoh, garis kontur 92,00m diperkirakan melalui diantara stasion
(20,40) dan (20,60)
Berdasakan gambar 11.9, posisi mendatar dari pada kontur dapat
dihitung sebagai berikut:
Untuk stasion (20,40) dan stasion (20,60)
- Jarak mendatar antara kedua titik = 20,00m
- Beda tinggi antara kedua titik = 92,5 – 90,7 = 1,80m
- Beda tinggi sta (20,60) dan kontur 92m = 92,0 – 90,7 = 1,30m
Jadi, jarak mendatar antara sta (20,60) dan kontur 92m
 1,3 
   x 20m  14,5m
 1,8 

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 230


ILMU UKUR TANAH

Gambar 11.9. Cara interpolasi

Cara ini mudah dihitung dan lebih sering digunakan dari beberapa
cara yang ada. Apabila garis kontur yang digambarkan banyak sekali
dan hitungannya dengan 2 desimal dibelakang koma, biasanya
digunakan kalkulator tangan dan dibuatkan tabel 11.2 seperti dibawah
ini.
Tabel 11.2. Penghitungan Harga Garis Kontur
Harga Jarak Perbedaan Perbedaan
Posisi Posisi Jarak Antara
Kontur Antara Tinggi Antara Tinggi Antara
Grid Grid Kolom 1 dan 2
(m) Kolom 1 dan 2 Kolom 1 dan 2 Kolom 1 dan 2

X20 Y60 X20 Y40 92 20 1,8 1,3 (1,3/1,8)x20 = 14,5


X40 Y60 X40 Y40 92 20 2,4 0,8 (0,8/2,4)x20 = 6,7
X60 Y60 X60 Y40 92 20 1,6 0,4 (0,4/1,6)x20 = 5,0
X60 Y20 X80 Y20 92 20 2,8 1,4 (1,4/2,8)x20 = 10,0
X80 Y00 X80 Y20 92 20 1,6 0,2 (0,2/1,6)x20 = 2,5

b. Cara Grafis
Gambar 11.9 adalah bagian grid antara sta(20,20) dan sta(20,40)
yang diperbesar dimana kontur 94,000m berada. Ketinggian titik
pada sta(20,20) adalah 94,4 dan ketinggian titik pada sta(20,40)
adalah 92,5. Dengan menggunakan skala penggaris, skala 2,5,
diletakkan pada ketinggian 92,5 sperti terlihat pada gambar 11.9,
sehingga skala penggaris 4,0 menyatakan garis kontur 94,0 dan
skala penggaris 4,4 menyatakan elevasi sta(20,20) sebesar 94,4m.
Kedua titik tersebut ditandai pada peta rencana. Dari titik ini

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 231


ILMU UKUR TANAH

ditarik garis ketitik (20,20). Kemudian ditarik garis sejajar dengan


garis tersebut melalui skala penggaris 4,0m dan memotong garis
grid di M. Dari segi tiga yang dibentuk oleh penggaris dan garis
grid, garis yang baru digambar. Titik M adalah titik dengan tinggi
94,0m pada garis grid

Cara grafis yang lain adalah dengan interpolasi radial. Grafik


yang digambarkan pada kertas transparan dan tergambar seperti
pada gambar 11.10 (dua garis tegak lurus AB dan CD). Kemudian
garis CD dibagi menjadi 20 bagian yang sama panjang dan
kemudian ditarik garis dari A ke titik-titik pada CD sebanyak 20
garis.

Pemakaian grafik ini dapat dilihat pada gambar 11.11. Garis


kontur yang dibutuhkan (92,000m) terletak antara sta(60,40) dan
sta( 60,60) yang tingginya adalah 93,200 dan 91,6 Beda tinggi
antara kedua sta tersebut adalah (93,2 – 91,6) = 1,6m.

Kemudian grafik diletakkan pada peta dengan AB ⁄ ⁄ garis grid.


Grafik tersebut diatur sedemikian rupa sehingga 16 buah skala
dari grafis CD terletak pada kedua stasiun tersebut. Dalam hal ini
satu skala menyatakan beda tinggi – 0,1 m sehingga ketinggian
92,00m terletak pada jarak 4 skala dari sta (60,60). Dan titik ini
kemudian ditandai dengan lingkaran kecil pada peta rencana.

Perlu dicatat bahwa pengaturan grafik dapat diubah-ubah


sehingga memudahkan dalam perhitungan seperti terlihat pada
gambar 11.12.

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 232


ILMU UKUR TANAH

Gambar 11.9. Cara Penggunaan Grafik Interpolasi Radial

Gambar 11.10. Grafik Interpolasi Radial

Gambar 11.11. Cara Lain Penggunaan Grafik Interpolasi Radial

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 233


ILMU UKUR TANAH

Gambar 11.13. Kerangka Jaringan Ketinggian Titik

Sebagai contoh, apabila beda tinggi antara dua titik adalah 8


skala, maka 1 skala menyatakan beda tinggi 0,25m. Walaupun
grafik ini tidak dibuat dengan pembagian skala tertentu, tetapi
dapat digunakan untuk setiap interpolasi kontur. Cara ini mung-
kin cara yang tercepat dalam interpolasi dan hanya membutuhkan
waktu yang lama dalam hal pembuatan grafik yang bagus dan
baik.

Contoh:
Jaringan kerangka tinggi (elevasi) titik seperti pada gambar 11.13
telah diamati selama pengukuran pemetaan untuk keperluan
pembangunan. Gambarlah garis kontur dengan interval 0,5m
dengan menggunakan metode interpolasi. Jawaban dari soal ini
diberikan pada gambar 11.14.

11.3.0 Kegunaan Dari Peta Kontur


Dari beberapa penggunaan peta kontur, berikut ini adalah yang paling utama,
yaitu untuk membuat bangunan.

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 234


ILMU UKUR TANAH

11.3.1. Penampang Tegak


Gambar 11.14 memperlihatkan daerah yang sudah digambar garis konturnya,
dimana diperlukan penampang tegak sepanjag garis XX dan YY. Penampang
tegak dari kontur dihasilkan dengan cara yang sama seperti pada bab
penggambaran sipat datar profil. Secara ringkas garis XX digambarkan
sebagai berikut:
a. Tentukanlah skala vertikal. Jika bentuk permukaan cukup besar skala un-
tuk perbedaan tinggi (vertikal) bisa juga dipakai sama dengan skala
horizontal. Jika daerahnya relatif datar, skala vertikal diambil 5 s/d 10
kali lebih besar dari skala horizontal. Untuk skala 1:100 diambil skala
vertikal 10X lebih besar seperti pada gambar 11.14.
b. Bidang persamaan digambarkan sejajar terhadap garis XX, baik seperti
yang diperlihatkan pada gambar rencana. Untuk suatu keperluan tertentu
penampang tegak dapat digambarkan pada garis XX itu sendiri.
c. Posisi garis kontur sepanjang garis XX diproyeksikan secara tegak lurus
pada bidang persamaan.
d. Harga ketinggian diukur sepanjang garis yang tegak lurus bidang
persamaan. Kemudian titik-titiknya dihubungkan sehinggga membentuk
gambar penampang tegak. Untuk penggambaran penampang tegak se-
panjang garis YY tergantung pada pembaca.

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 235


ILMU UKUR TANAH

Gambar 11.14 Garis Kontur Interval 50cm

Gambar 11.15. Rencana Galian dan Timbunan

11.3.2. Perencanaan Galian dan Timbunan


Bila kita membuat suatu gundukan/timbunan sejumlah tanah, maka tanah itu
akan membentuk sudut dengan bidang datar. Sudut itu tergantung dari bahan

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 236


ILMU UKUR TANAH

tanah tersebut, apakah batuan, pasir, atau lumpur, dan besar sudut ini
biasanya antar 26,5º s/d 45º sehingga akan membentuk suatu lereng dengan
kemiringan 1/1 sampai 1/2. Pada gambar 11.15, galian mempunyai
kemiringan 1/2 dan timbunan dengan kemiringan lereng 1/1.

Rencana pekerjaan konstruksi biasanya digambarkan pada peta yang


dilengkapi dengan garis kontur. Sebagian dari timbunan (tanggul) seperti
pada gambar 11.16 akan digunakan untuk pembuatan jalan dan mempunyai
ukuran dengan lebar 10m, tinggi 10m dan panjang 100m. Sisi miring dari
pada rencana timbunan digambarkan dengan kontur-kontur yang sejajar
dengan rencana jalan dan mempunyai selang vertikal 1m. Sedangkan jarak
mendatar tiap kontur diambil setiap 1,5m. Dan tanggul ini akan dibangun
dengan permukaan yang datar.

Apabila timbunan dibentuk pada daerah datar maka garis batas luar dari pada
tanggul akan sejajar dengan permukaan timbunan atau rencana jalan. Garis
ini akan berjarak 15m ke arah kiri dan kanan dari sisi jalan. Untuk diketahui,
jarang sekali permukaan bumi merupakan bidang yang datar.

Gambar 11.17 memperlihatkan garis-garis kontur yang menyatakan daerah


perbukitan. Bagian Selatan dari daerah perbukitan tersebut naik dengan
tajam dari nol sampai dengan 9m. Sedangkan lereng yang di Utara menurun
ke arah Utara dari 9m s/d 6m.

Gambar 11.16 Rencana Penimbunan Tanggul

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 237


ILMU UKUR TANAH

Gambar 11.17. Tanggul Dengan Permukaan Yang Datar.

Gambar 11.18. Rencana Tanggul Dalam Bidang 3-Dimensi

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 238


ILMU UKUR TANAH

Timbunan seperti yang telah di rencanakan terletak pada garis AB.


Gambaran keadaan lapangan digambarkan seperti pada gambar 11.18. Kira-
kira dibagian tengah panjang timbunan, tinggi permukaan tanah adalah 9m,
dan ini adalah 1m di bawah permukaan timbunan. Karena itu lebar dari pada
timbunan akan menyempit ditengah-tengah. Garis lurus dari timbunan tidak
lagi merupakan garis lurus seperti pada rencana.

Gambaran sebenarnya dapat ditentukan dengan menghimpitkan/memadukan


gambar kontur timbunan (gambar 11.16) dengan peta kontur permukaan
tanah (gambar 11.17)

Perpotongan antara kontur-kontur dari kedua peta tersebut yang mempunyai


ketinggian yang sama membentuk titik-titik yang merupakan garis batas luar
dari timbunan (gambar 11.19). Jika titik-titik tersebut dihubungkan akan
terlihat rencana posisi dari garis batas luar timbunan.

Gambar 11.19 Garis Batas Luar Timbunan

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 239


ILMU UKUR TANAH

Untuk membuat galian, prosedur penggambarannya sama seperti cara di atas


tetapi kontur sepanjang lereng galian yang digambarkan nilainya membesar
ke arah luar dari rencana jalan.

11.4. Pekerjaan Untuk Membuat Proyek Yang Mempunyai Kemiringan


Apabila suatu pekerjaan harus dilaksanakan untuk membuat suatu proyek
yang mempunyai kemiringan tertentu, penggambaran rencananya tidaklah
semudah seperti pada proyek yang datar/tidak mempunyai kemiringan.
Gambar 11.20 menggambarkan sebuah timbunan/tanggul yang akan dibuat
pada daerah yang datar yang mempunyai ketinggian 68m dan tanggul itu
akan dibuat dengan kemiringan sebesar 5% (1:20) ke arah panjang tanggul,
yang naik dari titik A ke arah titik B.

Panjang tanggul 60m dan lereng tanggul akan mempunyai kontur dengan
selang vertikal 1m pada jarak datar setiap 20m.

Bila tinggi titik A 70m, maka tinggi titik B adalah 70m + (60/20)m = 73m.
Jadi titik-titik dengan ketinggian 70m berada 3m di bawah titik B dan berada
pada jarak mendatar 6m dari titik B. Gambarkan titik C dan D pada jarak 6m
disebelah kiri dan kanan dari sisi-sisi rencana tanggul dan hubungkan dengan
titik E dan F untuk membentuk garis kontur 70m. Demikian juga untuk
kontur-kontur yang lainnya digambarkan dengan selang 1m sejajar dengan
garis EC dan FD pada jarak 2m (1/2).

Gambar 11.20. Rencana Penimbunan Tanggul

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 240


ILMU UKUR TANAH

Contoh:
Gambar 11.21 adalah sebuah peta dengan kontur tanah asli yang mempunyai
selang vertical 2m dan diketahui data gambar rencana posisi pembuatan
tanggul AB:
- lebar tanggul = 6m
- tinggi titik A = 60m
- kemiringan tanggul = 4% (1:25)
- selang vertikal dan horizontal = 1/2
Gambarkan peta perencanaan pekerjaan tanggul tersebut.
Jawaban: Gambar 11.22

Gambar 11.21. Garis Kontur Tanah Asli

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 241


ILMU UKUR TANAH

Gambar 11.22. Perencanaan Penimbunan Tanggul Miring Sesuai Garis Kontur

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 242

You might also like