Professional Documents
Culture Documents
Endapan Porfiri adalah endapan mineral yang terjadi akibat suatu intrusi yang bersifat
intermediet-asam, yang kemudian terjadi kontak dengan batuan samping yang mengakibatkan
terjadinya mineralisasi. Porfiri bersifat epigenetik. Produk utama dari Porfiri adalah Cu-Au atau
Cu-Mo.
Porfiri terbentuk dari beberapa aktifitas intrusi, terdiri dari kumpulan dike dan breksi intrusi.
Mineralisasi terjadi akibat alterasi batuan samping, disseminated dan stockwork mineralization.
Alterasi yang terjadi pada host rock intensif dan ektensif akibat dari fluida hidrotermal yang
terbentuk. Pada dasarnya endapan porfiri mempunyai tonnase yang besar dan grade yang kecil.
Endapan Porfiri adalah endapan penghasil tembaga (Cu) terbesar, lebih dari 50 %. Endapan
porfiri umumnya terbentuk pada jalur orogenik, contohnya pada lingkar Pasifik. Contoh
endapan ini di Indonesia, terdapat di Grassberg, Selogiri-Wonosari.
Proses hidrotermal-magmatik, pertama kali terbentuk pada temperatur berkisar antara 750-450C,
pada kedalaman antara 5-1 km dibawah permukaan
1. Logam utama yang dihasilkan porphyry deposits adalah copper and molybdenum or
copper and
gold.
2. Endapan porfiri umumnya luas, relatif low grade, intrusion-related.
3. Secara geologi endapan ini umumnya sangat terkait dengan kompleks intrusi granitic-
dioritic yang banyak memperlihatkan tekstur porphyritic.
4. Umumnya terkait beberapa episode aktifitas intrusif, berasosiasi dengan stock, dyke,
breksi intrusif.
5. Batuan samping dapat bermacam-macam, berada dekat zona fracture dan ubahan di
sekitar tubuh intrusi
6. Pada endapan porfiri yang besar dan ekonomis, urat yang termineralisasi dan rekahan
biasanya memiliki densitas yang sangat tinggi.
7. Ketika struktur mineralisasi tumpang tindih satusama-lain dalam sebuah batuan
bervolume besar, kombinasi dari struktur mineralisasi individual menghasilkan zona
dengan kadar bijih yang lebih tinggi dan karakteristik dari endapan porfiri berukuran
besar.
TECTONIC SETTING
Tersebar umumnya pada lingkungantektonik busur kepulauan (island arcs) dan busur benua aktif
(active continental arcs),serta sebagian pada rifting zones.
Banyak diyakini bahwa rasio Cu/Mo akan turun apabila ketebalan kerak sialik makin meningkat,
dan atau jarak dari zone Beniof-nya bertambah.Kandungan Mo dan silika yang tinggi memberi
indikasi adanya kerak kontinen (sial)yang tebal, sebaliknya kandungan Au atau rasio Cu/Mo
yang tinggi sebagai indikasi adanya kerak yang tipis dan berkomposisi mafik (kerak samodra)
• Inner Zone – bersamaan dengan zona alterasi potasik. Mengandung sedikit sulfida, tapi paling
banyak mengandung Molybdenum. Pyrite 2-5% dan rasio py/cp sekitar 3:1. Mineralisasi lebih
banyak disseminated daripada stockwork.
• Ore Zone – berada pada perbatasan zona potasik dan filik. Pyrite 5-10% dan rasio py/cp sekitar
2.5:1. Mineral bijih utama: chalcopyrite yang hadir sebagai stockwork veinlet. Mineral bijih
lainnya: bornite, enargite and chalcocite.
• Pyrite Zone – lebih banyak terdapat pada zona filik dan argilik. Kandungan pirit tinggi (10-
15%) dan rasio py/cp sekitar 15:1. Mineralisasi hadir sebagai urat dan disseminasi.
• Outer Zone – hadir bersamaan dengan propylitic zone. Pyrite minor, dan mineralisasi copper
sangat jarang. Sphalerite dan galena sangat umum dijumpai, tapi biasanya sub-ore grade.
Mineralisasi hadir berupa vein sebenarnya (mirip vein epithermal).
Endapan porfiri adalah suatu endapan primer (hipogen) yang berukuran relatif besar dengan
kadar rendah sampai medium, Pada umumnya dikontrol oleh struktur geologi, Secara spasial dan
genetik berhubungan dengan intrusi porfiritik felsik sampai dengan intermediet.
1. Sub-tipe endapan porfiri
a) Endapan Porfiri Cu (± Au, Mo, Ag, Re, PGE)
b) Endapan Porfiri Cu-Mo (± Au, Ag)
c) Endapan Porfiri Cu-Mo-Au (± Ag)
d) Endapan Porfiri Cu-Au (± Ag, Mo)
e) Endapan Porfiri Mo (± W, Sn)
f) Endapan Porfiri Sn (± W, Mo, Ag, Bi, Cu, Zn, In)
2. Jenis mineral
a) Porfiri tembaga
Chalcopyrite, Pyrite, Chalcocite, Bornite, Molybdenite, Galena, Magnetite, Gold, Copper
b) Porfiri timahArsenopyrite, Frankeite, Pyrrhotite, Sphalerite, Chalcopyrite, Galena,
Stannite,FluoriteTetrahedrite-Tennantite, Sheelite
3. Tipe alterasi
a) Porfiri tembaga
- Propylitic
- Argillic
- Phyllic/Sericitization
- Potassic
b) Porfiri timah
- Propylitic
- Argillic
- Phyllic/Sericitization
- Tourmalinization
4. Tectonic setting
Metallogenic Province yang relatif memanjang dan dangkal yang berasosiasi dengan sabuk
(jalur) orogenik.
a. Endapan tembaga porfiri
Andesitic stratovolcanoes yang berhubungan dengan subduksi pada tatanantektonik busur
kepulauan dan busur benua.
b. Endapan molibdenum porfiri
An-orogenic batuan granit yang terbentuk pada kerak benua, khususnya pada zona regangan.
c. Beberapa endapan Porfiri Mo, Porfiri W-Mo dan Porfiri Sn terbentuk pada kerak benua yang
sangat tebal yang berhubungan dengan collosion.
5. Fluida Bijih
a. Fluid inclusion
Kisaran: 250-750°C dengan salinitas 15-70 wt.% pada sistem orthomagmatik, jenis airnya adalah
air magmatik dan air meteoric
b. Sumber metal
Produk sampingan dari kristalisasi magmatic (incompability element). Metal dan sulfur berasal
dari batuan samping.
6. Kontrol Mineralisasi
Endapan porfiri terbentuk dan berhubungan erat dengan intrusi-intrusi epizonal dan mesozonal.
Pada intrusi felsik dicirikan dengan keberadaan tekstur-tekstur tertentu, seperti comb-quartz.
Hubungan yang erat antara aktivitas magma dan mineralisasi hidrothermal dicirikan dengan
keberadaan mineral-mineral pada intrusi dan breksi hydrothermal.
7. Karakteristik Mineralisasi
Dalam skala endapan bijih (ore deposits), beberapa tipe mineralisasi berupa veins, vein sets,
stockworks, fractures, 'crackled zones' and breccia pipes pada umumnya berasosiasi dengan
struktur. Secara regional, suatu kompleks endapan porfiri yang memiliki nilai ekonomis biasanya
dicirikan oleh tingginya tingkat kerapatan mineralized veins and fractures. Jumlah/konsentrasi
veinlets tersebut akan semakin besar dengan bertambahnya permeabilitas batuan induk (host
rock) sepanjang berlangsungnya proses mineralisasi.
Komposisi mineralogi suatu endapan porfiri secara umum cukup bervariasi. Kehadiran pirit
(FeS2) sebagai mineral sulfida yang dominan dapat mencirikan endapan porfiri Cu, Cu-Mo dan
Cu-Au (Ag), yang menunjukkan tingginya porsi sulfur yang terdapat dalam endapan. Sebaliknya,
pada endapan porfiri Sn, W dan Mo akan memperlihatkan kandungan sulfur dan mineral-mineral
sulfida yang rendah, dimana kehadiran mineral-mineral oksida akan lebih dominan.
8. Zona Alterasi
Sisi terdalam (inner zone)
Umumnya zona potassic yang dicirikan oleh kehadiran biotite and/or K-feldspar (± amphibole
±magnetite ± anhydrite).
Sisi terluar (outer zone)
Umumnya merupakan propylitic alteration yang mengandung quartz, chlorite, epidote, calcite
and, locally, albite berasosiasi dengan pyrite. Zona-zona phyllic alteration (quartz +sericite +
pyrite) dan argillic alteration (quartz + illite + pyrite ± kaolinite ±smectite ± montmorillonite ±
calcite) dapat terbentuk sebagai zona-zona yang erletak diantara zona potassic and propyli.
Walaupun pada setiap sistem hampir mempunyaikesamaan pada tubuh intrusi yang berasosiasi
denganbatuan granitoid,tetapi selalu ada perbedaan yang unik yang mencerminkan pengaruh
geologi regional maupun lokal.McMillan dan Panteleyev (1980) membagi sistem porfirI menjadi
tiga,yaitu plutonik,volkanik dan klasik.
Sistem ini dicirikan oleh minimnya zona mineralisasi konsentris.Dibentukoleh pluton batholit
yang sangat besar,dengan fase yang komplek dan kebanyakan secara kimia mempunyai afinitas
kalk-alkalin.Breksiasi sangat umum yang sering berasosiasi dengan dike stadia akhir. Proses
alterasi banyak dikontrol oleh rekahan,yang sebagian besar membentuk zona alterasi tipe Filik
dan argilik,sedangkan alterasi tipe potasik hanya didapatkan secara lokal.Tipe struktur
mineralisasi berasosiasi dengan stockwork,dengan zonasi sulfida memperlihatkan kenaikan Fe ke
arah luar,yaitu dari kalkopirit ke bornit.
Sistem ini dicirikan oleh batuan subvolkanik yang menerobos lapisan batuan volkanik eksrusif
cogenetik-nya.Sistem ini dibagi menjadi tipe kalk-alkalik dan tipe alkalik.Tipe kalk-alkalik
umumnya berupa plug yang kecil (0.2-10km2)maupun sill dan dike yang terbentuk dilingkungan
sub-volkanik.Pada tubuh batuan ini mempunyai inti alterasi potassic yang berukuran
kecil,setempat mempelihatkan zona alterasi pillic dan atau argilik,sedangkan zona alterasi
propilitik tersebar secara luas
MODEL ALTERASI
1. Pola alterasi umumnya konsentris pada tubuh intrusi dan juga pada batuan dinding
disekitarnya.
2. Tipe alterasi yang terbentuk umumnya potasik, filik, profilitik, dan argilik
3. Proses mineralisasi dan alterasi pada sistem ini sangat dipengaruhi oleh larutan
magmatik maupun oleh air meteorit.
4. Pola alterasi-mineralisasi pada sistem porfir sangat tergantung pada komposisi larutan,
komposisi batuan intrusi dan batuan dinding,dan permeabilitas.Berdasarkan pola alterasi,
mineralisasi dan tipe batuan intrusinya,endapan bijih pada porphyry sistem ini dibagi
menjadi dua model,yaitu model monzonit-kuarsa (Lowell-Guilbert model) dan model
diorit.
MODEL MONZONIT-KUARSA
Pada umumnya batuan beku intrusinya berupa monzonit-kuarsa porfir dan diorit-kuarsa
porfir,dengan pola alterasi pada bagian paling dalam adalah tipe potasik,kemudian kearah luar
berturut-turut adalah tipe filik, argilik dan propilitik . Mineral bijih yang umum pada model ini
adalah pirit,kalkopirit, bornit, molibdenit,dan sedikit Au.
MODEL DIORIT
Model ini berasosiasi dengan batuan-batuan diorite porfir dan sienit porfir. Pola alterasi pada
model ini tidak selengkap pada model monzonit-kuarsa, tetapi pada umumnya hanya didapatkan
tipe alterasi potassic pada bagian dalam dan pada tipe propilitik pada bagian luarnya. Mineral-
mineral yang bijih yang hadir antara lain pirit,magnetit, kalkopirit, bornit, sedikit molibdenit, dan
Au merupakan bijih yang penting.
Tabel 2. Asosiasi mineral bijih pada endapan epithermal (White dan Hedenquist, 1995) di dalam
White(2009)
Tabel 3. Asosiasi mineral-mineral sekunder pengisi gangue (White dan Hedenquist, 1995) di
dalam White (2009)
Dengan memahami asosiasi mineral bijih, mineral sekunder dan zona-zona tekstur pada urat
di batuan maka dapat digunakan sebagai alat interpretasi lingkungan terbentuknya urat
(Buchanan, 1981). Seperti yang terlihat pada gambar berikut :
Suhu relatif rendah (50-250°C) dengan salinitas bervariasi antara 0-5 wt.%
Zona bijih berupa urat-urat yang simpel, beberapa tidak beraturan dengan
pembentukan kantong-kantong bijih, seringkali terdapat pada pipa dan
stockwork. Jarang terbentuk sepanjang permukaan lapisan, dan sedikit
kenampakan replacement (penggantian).
Logam mulia terdiri dari Pb, Zn, Au, Ag, Hg, Sb, Cu, Se, Bi, U
Mineral bijih berupa Native Au, Ag, elektrum, Cu, Bi, Pirit, markasit, sfalerit,
galena, kalkopirit, Cinnabar, jamesonite, stibnite, realgar, orpiment, ruby
silvers, argentite, selenides, tellurides.
Mineral penyerta adalah kuarsa, chert, kalsedon, ametis, serisit, klorit rendah-
Fe, epidot, karbonat, fluorit, barite, adularia, alunit, dickite, rhodochrosite,
zeolit
Karakteristik umum dari endapan epitermal (Simmons et al, 2005 dalam Sibarani, 2008) adalah:
Sebagian besar tubuh bijih terdapat berupa sistem urat dengan dip yang terjal
yang terbentuk sepanjang zona regangan. Beberapa diantaranya terdapat
bidang sesar utama, tetapi biasanya pada sesar-sesar minor.
Pada suatu jaringan sesar dan kekar akan terbentuk bijih pada urat.
Mineral gangue yang utama adalah kuarsa sehingga menyebabkan bijih keras
dan realtif tahan terhadap pelapukan.
Emas
Emas adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol Au (bahasa Latin:
'aurum') dan nomor atom 79. Sebuah logam transisi (trivalen dan univalen) yang lembek,
mengkilap, kuning, berat, "malleable", dan "ductile". Emas tidak bereaksi dengan zat kimia
lainnya tapi terserang oleh klorin, fluorin dan aqua regia. Logam ini banyak terdapat dinugget
emas atau serbuk di bebatuan dan di deposit alluvial dan salah satu logam coinage.Kode
ISOnya adalah XAU. Emas melebur dalam bentuk cair pada suhu sekitar 1000 derajat celcius.
Emas merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa, kekerasannya berkisar
antara 2,5 – 3 (skala Mohs), serta berat jenisnya tergantung pada jenis dan kandungan logam lain
yang berpadu dengannya. Mineral pembawa emas biasanya berasosiasi dengan mineral ikutan
(gangue minerals). Mineral ikutan tersebut umumnyakuarsa, karbonat, turmalin, flourpar, dan
sejumlah kecil mineral non logam. Mineral pembawa emas juga berasosiasi dengan endapan
sulfida yang telah teroksidasi. Mineral pembawa emas terdiri dari emas nativ, elektrum, emas
telurida, sejumlah paduan dan senyawa emas dengan unsur-unsur belerang, antimon, dan
selenium. Elektrum sebenarnya jenis lain dari emas nativ, hanya kandungan perak di dalamnya
>20% (Sutarto, 2004).
Sebagian besar endapan emas di Indonesia dihasilkan jenis endapan epitermal. Endapan emas
tipe ini umumnya didapatkan dalam bentuk urat, baik dalam urat kuarsa maupun dlam urat
bentuk karbonat yang terbentuk dalam suhu 150-3000C dengan pH sedikit asam atau mendekati
netral Urat-urat tersebut terbentuk oleh hasil aktifitas hidrotermal yang berada di sekitar endapan
porfiri. Dimana emas, perak, tembaga, wolfram, dan timah terdapat dalam endapan ini
(Sukandarrumidi, 2007).
Kebanyakan emas epitermal terdapat dalam vein-vein yang berasosiasi dengan Alterasi
Quartz-Illite yang menunjukkan pengendapan dari fluida-fluida dengan pH mendekati netral
(Fluida-fluida Khlorida Netral) Dalam alterasi dan mineralisasi dengan jenis fluida ini, emas
dijumpai dalam vein, veinlet, breksi ekplosi atau breksi hidrotermal, dan stockwork atau stringer
Pyrite+Quartz yang berbentuk seperti rambut (hairline)
Emas epitermal juga terdapat dalam Alterasi Advanced-Argillic dan alterasi-alterasi
sehubungan yang terbentuk dari Fluida-fluida Asam Sulfat. Dalam alterasi dan mineralisasi
dengan jenis fluida ini, emas dijumpai dalam veinlet, batuan-batuan silika masif, atau dalam
rekahan-rekahan atau breksi-breksi dalam batuan.
Proses terbentuknya emas endapan epitermal dapat diuraikan sebagai berikut: emas diangkut
oleh larutan hidrotermal yang kaya akan ligand HS- dan OH-. Ligan ini mengangkut emas
hingga ke tempat pengendapannya. Kehadiran breksi hidrotermal merupakan salah satu cirri
adanya proses pendidihan pada larutan hidrotermal. Pendidihan terjadi karena ada pertemuan
antara larutan yang bersuhu tinggi (hidrotermal) dengan larutan yang bersuhu rendah (larutan
meteoric). Selama proses pendidihan ini tekanan menjadi semakin besar sehingga mengancurkan
dinding batuan yang dilalui larutan hidrotermal. Akibat proses pendidihan tersebut, yaitu
hilangnya gas H2S, terjadi peningkatan pH dan penurunan suhu. Ketiga proses tersebut dapat
mengantarkan emas pada batuan sehingga kadar emas primer tinggi biasanya dijumpai di breksi
hidrotermal (Sukandarrumidi, 2007).
Perak
Dijumpai sebagai unsur (perak murni) atau sebagai senyawa. Sebagai perak murni (Ag)
mempunyai sifat; Kristal-kristal berkelompok tersusun sejajar, menjarum, atau menjaring,
kadang berupa sisik, kilap logam. Dalam bentuk mineral didapatkan sebagai argentite,
cerrargirit, miagirit, dan proustit (Sukandarrumidi, 2007). Perak biasanya berasosiasi dengan
pirit, tembaga, emas, kalsit, dan nikel. Perak terbentuk dari reduksi sulfide pada bagian bawah
endapan Ag, Zn, dan Pb. Terkadang juga terbentuk sebagai endapan primer urat epitermal
berasosiasi dengan kalsit (temperature rendah) (Sutarto, 2004). Kandungan perak pada beberapa
mineral dapat mencapai perak murni (100%), argentite (87%), prousite (65%), miagrite (36%),
dan dalam kandungan emas (28%).
Endapan perak yang dihasilkan dari endapan emas kurang lebih 75% didapatkan sebagai
hasil samping dari pengolahan bijih emas, nikel dan tembaga. Endapan perak dapat berupa
endapan pengisian dan endapan penggantian, serta pengayaan sulfide. Kebanyakan endapan
perak didunia dihasilkan dari dari hidrotermal tipe fissure filling (Sukandarrumidi, 2007).
Tabel 4. Contoh daerah dengan endapan epitermal high sulfidasi (kiri), dan low sulfidasi
(kanan)
DAFTAR PUSTAKA
http://jojogeos.blogspot.co.id/2015/06/endapan-mineral-epitermal-tugas-kuliah.html
Corbett, G,J., T.M. Leach. 1996. Southwest Pacific Rim gold/copper systems : structure, alteration, and
mineralization . A workshop presented for the Society of Exploration Geochemists at Townville,
145pp.
Hedenquist, J. W., Arribas, A. R., dan Urien E. G., 2000, Exploration for Epithermal Gold
deposits, Economic Geology, vol. 13, p. 245-277.
Taylor, H.P., Jr., 1973, O18/O16 evidence for meteoric-hydrothermal alteration and ore deposition in
the Tonopah, Comstock Lode, and GoldfieldMining Districts, Nevada: Economic Geology, v. 68,
p. 747-764.
Sibarani, August P., 2008, Studi MikroskopiUntuk Verifikasi Hasil Analisis XRDDan
Analisis Tekstur Pada Sampel Urat Ciurug Endapan Epitermal PongkorIndonesia,Program
Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Pertambangan Dan Perminyakan, ITB
http://toba-geoscience.blogspot.co.id/2011/08/endapan-mineral-tipe-porfiri.html diakses 7
oktober 2015
http://jojogeos.blogspot.co.id/2015/06/endapan-mineral-epitermal-tugas-kuliah.html diakses 7
oktober 2015