You are on page 1of 19

ENDAPAN PORFIRI

Endapan Porfiri adalah endapan mineral yang terjadi akibat suatu intrusi yang bersifat
intermediet-asam, yang kemudian terjadi kontak dengan batuan samping yang mengakibatkan
terjadinya mineralisasi. Porfiri bersifat epigenetik. Produk utama dari Porfiri adalah Cu-Au atau
Cu-Mo.
Porfiri terbentuk dari beberapa aktifitas intrusi, terdiri dari kumpulan dike dan breksi intrusi.
Mineralisasi terjadi akibat alterasi batuan samping, disseminated dan stockwork mineralization.
Alterasi yang terjadi pada host rock intensif dan ektensif akibat dari fluida hidrotermal yang
terbentuk. Pada dasarnya endapan porfiri mempunyai tonnase yang besar dan grade yang kecil.

Endapan Porfiri adalah endapan penghasil tembaga (Cu) terbesar, lebih dari 50 %. Endapan
porfiri umumnya terbentuk pada jalur orogenik, contohnya pada lingkar Pasifik. Contoh
endapan ini di Indonesia, terdapat di Grassberg, Selogiri-Wonosari.

Proses hidrotermal-magmatik, pertama kali terbentuk pada temperatur berkisar antara 750-450C,
pada kedalaman antara 5-1 km dibawah permukaan

1. Logam utama yang dihasilkan porphyry deposits adalah copper and molybdenum or
copper and
gold.
2. Endapan porfiri umumnya luas, relatif low grade, intrusion-related.
3. Secara geologi endapan ini umumnya sangat terkait dengan kompleks intrusi granitic-
dioritic yang banyak memperlihatkan tekstur porphyritic.
4. Umumnya terkait beberapa episode aktifitas intrusif, berasosiasi dengan stock, dyke,
breksi intrusif.
5. Batuan samping dapat bermacam-macam, berada dekat zona fracture dan ubahan di
sekitar tubuh intrusi
6. Pada endapan porfiri yang besar dan ekonomis, urat yang termineralisasi dan rekahan
biasanya memiliki densitas yang sangat tinggi.
7. Ketika struktur mineralisasi tumpang tindih satusama-lain dalam sebuah batuan
bervolume besar, kombinasi dari struktur mineralisasi individual menghasilkan zona
dengan kadar bijih yang lebih tinggi dan karakteristik dari endapan porfiri berukuran
besar.

TECTONIC SETTING
Tersebar umumnya pada lingkungantektonik busur kepulauan (island arcs) dan busur benua aktif
(active continental arcs),serta sebagian pada rifting zones.

Banyak diyakini bahwa rasio Cu/Mo akan turun apabila ketebalan kerak sialik makin meningkat,
dan atau jarak dari zone Beniof-nya bertambah.Kandungan Mo dan silika yang tinggi memberi
indikasi adanya kerak kontinen (sial)yang tebal, sebaliknya kandungan Au atau rasio Cu/Mo
yang tinggi sebagai indikasi adanya kerak yang tipis dan berkomposisi mafik (kerak samodra)

Lowell-Guibert membagi endapan porfiri menjadi beberapa zona bedasarkan asosiasi


mineralnya, yaitu
 Potassic Zone – selalu hadir dalam endapan porfiri. Dicirikan oleh: K-felspar sekunder,
biotit, dan atau klorit yang menggantikan K-felspar.
 Phyllic Zone – tidak selalu ada dalam endapan porfiri. Dicirikan oleh: vein quartz,
sericite and pyrite and minor chlorite, illite dan rutile menggantikan K-spar and biotite.
 Argillic Zone – tidak selalu ada dalam endapan porfiri. Dicirikan oleh: mineral lempung
kaolinite dan montmorillonite dengan sedikit disseminated pirit. Plagioclase teralterasi kuat,
K-spar tidak terpengaruh, dan biotit mengalami kloritisasi.
 Propylitic Zone – selalu ada dalam endapan porfiri. Dicirikan oleh: klorit, kalsit dan
minor epidote. Mineral mafik terubah sangat kuat sedangkan plagioklas sedikt terubah.
Sedangkan berdasarkan mineral bijihnya, endapan porfiri dibagi menjadi beberapa zona, yaitu:

• Inner Zone – bersamaan dengan zona alterasi potasik. Mengandung sedikit sulfida, tapi paling
banyak mengandung Molybdenum. Pyrite 2-5% dan rasio py/cp sekitar 3:1. Mineralisasi lebih
banyak disseminated daripada stockwork.
• Ore Zone – berada pada perbatasan zona potasik dan filik. Pyrite 5-10% dan rasio py/cp sekitar
2.5:1. Mineral bijih utama: chalcopyrite yang hadir sebagai stockwork veinlet. Mineral bijih
lainnya: bornite, enargite and chalcocite.
• Pyrite Zone – lebih banyak terdapat pada zona filik dan argilik. Kandungan pirit tinggi (10-
15%) dan rasio py/cp sekitar 15:1. Mineralisasi hadir sebagai urat dan disseminasi.
• Outer Zone – hadir bersamaan dengan propylitic zone. Pyrite minor, dan mineralisasi copper
sangat jarang. Sphalerite dan galena sangat umum dijumpai, tapi biasanya sub-ore grade.
Mineralisasi hadir berupa vein sebenarnya (mirip vein epithermal).
Endapan porfiri adalah suatu endapan primer (hipogen) yang berukuran relatif besar dengan
kadar rendah sampai medium, Pada umumnya dikontrol oleh struktur geologi, Secara spasial dan
genetik berhubungan dengan intrusi porfiritik felsik sampai dengan intermediet.
1. Sub-tipe endapan porfiri
a) Endapan Porfiri Cu (± Au, Mo, Ag, Re, PGE)
b) Endapan Porfiri Cu-Mo (± Au, Ag)
c) Endapan Porfiri Cu-Mo-Au (± Ag)
d) Endapan Porfiri Cu-Au (± Ag, Mo)
e) Endapan Porfiri Mo (± W, Sn)
f) Endapan Porfiri Sn (± W, Mo, Ag, Bi, Cu, Zn, In)
2. Jenis mineral
a) Porfiri tembaga
Chalcopyrite, Pyrite, Chalcocite, Bornite, Molybdenite, Galena, Magnetite, Gold, Copper
b) Porfiri timahArsenopyrite, Frankeite, Pyrrhotite, Sphalerite, Chalcopyrite, Galena,
Stannite,FluoriteTetrahedrite-Tennantite, Sheelite

3. Tipe alterasi
a) Porfiri tembaga
- Propylitic
- Argillic
- Phyllic/Sericitization
- Potassic
b) Porfiri timah
- Propylitic
- Argillic
- Phyllic/Sericitization
- Tourmalinization

4. Tectonic setting
Metallogenic Province yang relatif memanjang dan dangkal yang berasosiasi dengan sabuk
(jalur) orogenik.
a. Endapan tembaga porfiri
Andesitic stratovolcanoes yang berhubungan dengan subduksi pada tatanantektonik busur
kepulauan dan busur benua.
b. Endapan molibdenum porfiri
An-orogenic batuan granit yang terbentuk pada kerak benua, khususnya pada zona regangan.
c. Beberapa endapan Porfiri Mo, Porfiri W-Mo dan Porfiri Sn terbentuk pada kerak benua yang
sangat tebal yang berhubungan dengan collosion.

5. Fluida Bijih
a. Fluid inclusion
Kisaran: 250-750°C dengan salinitas 15-70 wt.% pada sistem orthomagmatik, jenis airnya adalah
air magmatik dan air meteoric
b. Sumber metal
Produk sampingan dari kristalisasi magmatic (incompability element). Metal dan sulfur berasal
dari batuan samping.

6. Kontrol Mineralisasi
Endapan porfiri terbentuk dan berhubungan erat dengan intrusi-intrusi epizonal dan mesozonal.
Pada intrusi felsik dicirikan dengan keberadaan tekstur-tekstur tertentu, seperti comb-quartz.
Hubungan yang erat antara aktivitas magma dan mineralisasi hidrothermal dicirikan dengan
keberadaan mineral-mineral pada intrusi dan breksi hydrothermal.

7. Karakteristik Mineralisasi
Dalam skala endapan bijih (ore deposits), beberapa tipe mineralisasi berupa veins, vein sets,
stockworks, fractures, 'crackled zones' and breccia pipes pada umumnya berasosiasi dengan
struktur. Secara regional, suatu kompleks endapan porfiri yang memiliki nilai ekonomis biasanya
dicirikan oleh tingginya tingkat kerapatan mineralized veins and fractures. Jumlah/konsentrasi
veinlets tersebut akan semakin besar dengan bertambahnya permeabilitas batuan induk (host
rock) sepanjang berlangsungnya proses mineralisasi.
Komposisi mineralogi suatu endapan porfiri secara umum cukup bervariasi. Kehadiran pirit
(FeS2) sebagai mineral sulfida yang dominan dapat mencirikan endapan porfiri Cu, Cu-Mo dan
Cu-Au (Ag), yang menunjukkan tingginya porsi sulfur yang terdapat dalam endapan. Sebaliknya,
pada endapan porfiri Sn, W dan Mo akan memperlihatkan kandungan sulfur dan mineral-mineral
sulfida yang rendah, dimana kehadiran mineral-mineral oksida akan lebih dominan.

8. Zona Alterasi
Sisi terdalam (inner zone)
Umumnya zona potassic yang dicirikan oleh kehadiran biotite and/or K-feldspar (± amphibole
±magnetite ± anhydrite).
Sisi terluar (outer zone)
Umumnya merupakan propylitic alteration yang mengandung quartz, chlorite, epidote, calcite
and, locally, albite berasosiasi dengan pyrite. Zona-zona phyllic alteration (quartz +sericite +
pyrite) dan argillic alteration (quartz + illite + pyrite ± kaolinite ±smectite ± montmorillonite ±
calcite) dapat terbentuk sebagai zona-zona yang erletak diantara zona potassic and propyli.

MACAM ENDAPAN PORFIRI

Walaupun pada setiap sistem hampir mempunyaikesamaan pada tubuh intrusi yang berasosiasi
denganbatuan granitoid,tetapi selalu ada perbedaan yang unik yang mencerminkan pengaruh
geologi regional maupun lokal.McMillan dan Panteleyev (1980) membagi sistem porfirI menjadi
tiga,yaitu plutonik,volkanik dan klasik.

 Sistem porfir plutonik

Sistem ini dicirikan oleh minimnya zona mineralisasi konsentris.Dibentukoleh pluton batholit
yang sangat besar,dengan fase yang komplek dan kebanyakan secara kimia mempunyai afinitas
kalk-alkalin.Breksiasi sangat umum yang sering berasosiasi dengan dike stadia akhir. Proses
alterasi banyak dikontrol oleh rekahan,yang sebagian besar membentuk zona alterasi tipe Filik
dan argilik,sedangkan alterasi tipe potasik hanya didapatkan secara lokal.Tipe struktur
mineralisasi berasosiasi dengan stockwork,dengan zonasi sulfida memperlihatkan kenaikan Fe ke
arah luar,yaitu dari kalkopirit ke bornit.

 Sistem porfir klasik (hipabisal)


Terdiri dari stock post-orogenic,sebagai komplek batuan beku yang tersusun oleh
plug,diatrema,breksi dan dike.Umumnya mempunyai area yang relatif kecil (0.5-2 km),tetapi
mempunyai dimensi vertikal yang besar,dengan zona alterasi tipe potasik,filik dan propilitik
hadir dibagian tepi tubuh intrusi.Pada bagian inti (core) intrusi mineralisasi terbentuk lebih
sedikit dibanding pada bagian tepi (shells),biasanya pada bagian tengah didominasi oleh
pirit,yang dikelilingi oleh rangkaian zonasi yang didominasi oleh mineral molibdenit,kalkopirit
dan terakhir adalah pirit

 Sistem porfir vulkanik

Sistem ini dicirikan oleh batuan subvolkanik yang menerobos lapisan batuan volkanik eksrusif
cogenetik-nya.Sistem ini dibagi menjadi tipe kalk-alkalik dan tipe alkalik.Tipe kalk-alkalik
umumnya berupa plug yang kecil (0.2-10km2)maupun sill dan dike yang terbentuk dilingkungan
sub-volkanik.Pada tubuh batuan ini mempunyai inti alterasi potassic yang berukuran
kecil,setempat mempelihatkan zona alterasi pillic dan atau argilik,sedangkan zona alterasi
propilitik tersebar secara luas

MODEL ALTERASI

1. Pola alterasi umumnya konsentris pada tubuh intrusi dan juga pada batuan dinding
disekitarnya.
2. Tipe alterasi yang terbentuk umumnya potasik, filik, profilitik, dan argilik
3. Proses mineralisasi dan alterasi pada sistem ini sangat dipengaruhi oleh larutan
magmatik maupun oleh air meteorit.
4. Pola alterasi-mineralisasi pada sistem porfir sangat tergantung pada komposisi larutan,
komposisi batuan intrusi dan batuan dinding,dan permeabilitas.Berdasarkan pola alterasi,
mineralisasi dan tipe batuan intrusinya,endapan bijih pada porphyry sistem ini dibagi
menjadi dua model,yaitu model monzonit-kuarsa (Lowell-Guilbert model) dan model
diorit.

MODEL MONZONIT-KUARSA
Pada umumnya batuan beku intrusinya berupa monzonit-kuarsa porfir dan diorit-kuarsa
porfir,dengan pola alterasi pada bagian paling dalam adalah tipe potasik,kemudian kearah luar
berturut-turut adalah tipe filik, argilik dan propilitik . Mineral bijih yang umum pada model ini
adalah pirit,kalkopirit, bornit, molibdenit,dan sedikit Au.

MODEL DIORIT

Model ini berasosiasi dengan batuan-batuan diorite porfir dan sienit porfir. Pola alterasi pada
model ini tidak selengkap pada model monzonit-kuarsa, tetapi pada umumnya hanya didapatkan
tipe alterasi potassic pada bagian dalam dan pada tipe propilitik pada bagian luarnya. Mineral-
mineral yang bijih yang hadir antara lain pirit,magnetit, kalkopirit, bornit, sedikit molibdenit, dan
Au merupakan bijih yang penting.

ENDAPAN MINERAL EPITERMAL


Endapan mineral epitermal telah menerima banyak perhatian di dunia oleh karena dapat di
eksploitasi secara ekonomis dan tersedia banyak dibantingkan dengan sumber daya logam mulia
lainnya. Secara geologi, endapan ini relatif mudah di temukan, karena secara ganesa endapan
epitermal ini kadanya rendah dan secara umum telah diketahui keberadaanya. Oleh karena secara
ganesa dan ekonomis endapan epitermal ini signifikan tetapi cadangannya masih bersatu dengan
cadangan kadar tinggi yang telah ada. Secara ekonomi harga emas-perak naik relatif terhadap
ongkos operasi penambangan emas. Hal ini disebabkan karena cadangan emas yang kadanya
rendah telah dapat diekploitasi secara komersil dan pengaruhnya adalah terjadinya revitalisasi
cadangan emas yang terlah ada.
Gambar 1. Skema penampang ilustrasi setting geologi dan hidrogeologi umum daerah
endapan epitermal (Taylor, 1996)
Endapan epitermal logam dasar dan mulia banyak macamnya mencerminkan perbedaan
tektonik, batuan beku dan kedudukan strukturnya dimana mereka terbentuk dan melibatkan
banyak proses didalam pembentukkannya. Kebanyakan dari endapan epitermal terbentuk dalam
suatu lebel kerak bumi yang dangkal, dimana perubahan tiba-tiba dalam kondisi fisik dan
kimianya menghasilkan ubahan hidrotermal (White dan Hedenquist, 1990).

Lindgren (1933) mendefinisikan istilah “epitermal” dari pengamatan mineralogi dan


teksturnya, dan ia menyimpulkan kondisi temperatur dan tekannya (kedalammnya) untuk style
(bentuk) mineralisasi ini. Walaupun penafsiran dari pengamatanya tidak mengubah secara
substansial, pemahaman kita mengenai lingkungan epitermal yang sekarang telah berkembang
sebagai hasil dari suatu pengamatan dasar yang semakin maju.
Definisi
Gambar 2. Skema pembentukan Endapan Emas Epitermal (Corbet, 2007)
Endapan epitermal adalah hasil dari sistem hidrotermal yang berskala besar dari lingkungan
vulkanik. Dalam suatu sumber panas magmatik suatu sumber air tanah dalam, atau air meteorik,
metal dan penurunan sulfur dan zona - zona rekahan yang regas di kerak bumi bagian atas adalah
unsur - unsur yang paling penting. Karena unsur - unsur ini tersedia sepanjang sejarah kerak
bumi. Pencampuran material-material ini menyebabkan terbentuknya endapan-endapan emas
epitermal. Endapan emas epitermal dilingkungan batuan vulkanik adalah hampir selalu
berasosiasi dengan batuan vulkanik cal-alkaline dan batuan intrusi, beberapa memperlihatkan
suatu hubungan yang erat dengan batuan vulkanik alkali.
Kata epitermal mengacu kepada endapan yang terbentuk pada temperatur rendah dan
kedalaman yang dangkal. Istilah epitermal diperoleh dari pengamatan yang dilakukan oleh
Lindgren (1933) terhadap mineralogi dari bijih dan tipe-tipe alterasi di batuan, dan tekstur dari
mineral-mineral bijih yang terbentuk serta alterasi bawaannya. Dari pengamatan tersebut
diperoleh interpretasi mengenai suhu pembentukan endapan dan kedalaman pembentukannya.
Menurut White (2009) endapan epitermal dapat diketahui berdasarkan:
- Karakteristik mineral dan teksturnya
- Mineralogi alterasi hidrotermal dan zona pembentukannya
Proses Epithermal
Secara lebih detailnya endapan epitermal terbentuk pada kedalaman dangkal hingga 1000
meter dibawah permukaan dengan temperatur relatif rendah (50-200)0C dengan tekanan tidak
lebih dari 100 atm dari cairan meteorik dominan yang agak asin (Pirajno, 1992).
Tekstur penggantian (replacement) pada mineral tidak menjadi ciri khas karena jarang terjadi.
Tekstur yang banyak dijumpai adalah berlapis (banded) atau berupa fissure vein. Sedangkan
struktur khasnya adalah berupa struktur pembungkusan (cockade structure). Asosiasi pada
endapan ini berupa mineral emas (Au) dan perak (Ag) dengan mineral penyertanya berupa
mineral kalsit, mineral zeolit dan mineral kwarsa. Dua tipe utama dari endapan ini adalah low
sulphidation dan high sulphidation yang dibedakan terutama berdasarkan pada sifat kimia
fluidanya dan berdasarkan pada alterasi dan mineraloginya.
Endapan epithermal umumnya ditemukan sebagai sebuah pipe seperti zona dimana batuan
mengalami breksiasi dan teralterasi atau terubah tingkat tinggi. Veins juga ditemukan, khususnya
sepanjang zona patahan., namun mineralisasi vein mempunyai tipe tidak menerus
(discontinuous)
Pada daerah volcanic, sistem epithermal sangat umum ditemui dan seringkali mencapai
permukaan, terutama ketika fluida hidrothermal muncul (erupt) sebagai geyser dan fumaroles.
Banyak endapan mineral epitermal tua menampilkan fossil ‘roots’ dari sistem fumaroles kuno.
Karena mineral - mineral tersebut berada dekat permukaan, proses erosi sering mencabutnya
secara cepat, hal inilah mengapa endapan mineral epitermal tua relatif tidak umum secara
global. Kebanyakan dari endapan mineral epithemal berumur Mesozoic atau lebih muda.
Mineralisasi epitermal memiliki sejumlah fitur umum seperti hadirnya kalsedonik quartz,
kalsit, dan breksi hidrotermal. Selain itu, asosiasi elemen juga merupakan salah satu ciri dari
endapan epitermal, yaitu dengan elemen bijih seperti Au, Ag, As, Sb, Hg, Tl, Te, Pb, Zn, dan Cu.
Tekstur bijih yang dihasilkan oleh endapan epitermal termasuk tipe pengisian ruang terbuka
(karakteristik dari lingkungan yang bertekanan rendah), krustifikasi, colloform banding dan
struktur sisir. Endapan yang terbentuk dekat permukaan sekitar 1,5 km dibawah permukaan ini
juga memiliki tipe berupa tipe vein, stockwork dan diseminasi. Dua tipe utama dari endapan ini
adalah low sulphidation dan high sulphidation yang dibedakan terutama berdasarkan pada sifat
kimia fluidanya dan berdasarkan pada alterasi dan mineraloginya (Hedenquist et al., 1996:2000
dalam Chandra,2009).
Ransome (1907) (dalam Hedenquist et al, 2000) menemukan dari pengamatan yang
dijumpai pada endapan-endapan di sekitar kolam air panas dan fumarol pada gunung api, dimana
dia menyimpulkan bahwa endapan yang terbentuk pada kondisi reduksi dengan pH air
netral disebut sebagai pembawa endapan-endapan sulfidasi rendah sedangkan kondisi asam dan
teroksidasi disebut sebagai pembawa endapan-endapan sulfidasi tinggi. Terdapat asosiasi
mineral-mineral tertentu yang dapat digunakan sebagai penciri tipe-tipe endapan sulfidasinya.
Endapan sulfidasi rendah dicirikan oleh adanya asosiasi mineral-mineral sulfida seperti pirit-
pirortit-arsenopirit-sfalerit(kaya akan Fe) sedangkan sulfidasi tinggi dicirikan oleh asosiasi
mineral-mineral enargite-luzonit-kovelit-kelimpahan mineral pirit. White dan Hedenquist (1995)
di dalam White (2009), mengklasifikasikan kedua jenis endapan tersebut sebagai berikut :
Tabel 1. Klasifikasi Endapan Epitermal White dan Hedenquist (1995)

Tabel 2. Asosiasi mineral bijih pada endapan epithermal (White dan Hedenquist, 1995) di dalam
White(2009)
Tabel 3. Asosiasi mineral-mineral sekunder pengisi gangue (White dan Hedenquist, 1995) di
dalam White (2009)
Dengan memahami asosiasi mineral bijih, mineral sekunder dan zona-zona tekstur pada urat
di batuan maka dapat digunakan sebagai alat interpretasi lingkungan terbentuknya urat
(Buchanan, 1981). Seperti yang terlihat pada gambar berikut :

Gambar 3. Model Endapan Epithermal low sulfida (Buchanan, 1981)


Dibawah ini digambarkan ciri-ciri umum endapan epitermal (Lingren, 1933 dalam
Sibarani,2008)):

 Suhu relatif rendah (50-250°C) dengan salinitas bervariasi antara 0-5 wt.%

 Terbentuk pada kedalaman dangkal (~1 km)


 Pembentukan endapan epitermal terjadi pada batuan sedimen atau batuan
beku, terutama yang berasosiasi dengan batuan intrusiv dekat permukaan atau
ekstrusif, biasanya disertai oleh sesar turun dan kekar.

 Zona bijih berupa urat-urat yang simpel, beberapa tidak beraturan dengan
pembentukan kantong-kantong bijih, seringkali terdapat pada pipa dan
stockwork. Jarang terbentuk sepanjang permukaan lapisan, dan sedikit
kenampakan replacement (penggantian).

 Logam mulia terdiri dari Pb, Zn, Au, Ag, Hg, Sb, Cu, Se, Bi, U

 Mineral bijih berupa Native Au, Ag, elektrum, Cu, Bi, Pirit, markasit, sfalerit,
galena, kalkopirit, Cinnabar, jamesonite, stibnite, realgar, orpiment, ruby
silvers, argentite, selenides, tellurides.

 Mineral penyerta adalah kuarsa, chert, kalsedon, ametis, serisit, klorit rendah-
Fe, epidot, karbonat, fluorit, barite, adularia, alunit, dickite, rhodochrosite,
zeolit

 Ubahan batuan samping terdiri dari chertification (silisifikasi), kaolinisasi,


piritisasi, dolomitisasi, kloritisasi

 Tekstur dan struktur yang terbentuk adalah Crustification (banding) yang


sangat umum, sering sebagai fine banding, vugs, urat terbreksikan.

Karakteristik umum dari endapan epitermal (Simmons et al, 2005 dalam Sibarani, 2008) adalah:

 Jenis air berupa air meteorik dengan sedikit air magmatik

 Endapan epitermal mengandung mineral bijih epigenetic yang pada umumnya


memiliki batuan induk berupa batuan vulkanik.
 Tubuh bijih memiliki bentuk yang bervariasi yang disebabkan oleh kontrol dan
litologi dimana biasanya merefleksikan kondisi paleo-permeability pada
kedalaman yang dangkal dari sistem hidrotermal.

 Sebagian besar tubuh bijih terdapat berupa sistem urat dengan dip yang terjal
yang terbentuk sepanjang zona regangan. Beberapa diantaranya terdapat
bidang sesar utama, tetapi biasanya pada sesar-sesar minor.

 Pada suatu jaringan sesar dan kekar akan terbentuk bijih pada urat.

 Mineral gangue yang utama adalah kuarsa sehingga menyebabkan bijih keras
dan realtif tahan terhadap pelapukan.

 Kandungan sulfida pada urat relatif sedikit (<1 s/d 20%).

Potensi Dan Keberadaan Endapan Epithermal


Jenis endapan epitermal yang terletak 500 m bagian atas dari suatu sistem hidrotermal ini
merupakan zone yang menarik dan terpenting. Disini terjadi perubahan-perubahan suhu dan
tekanan yang maksimum serta mengalami fluktuasi-fluktuasi yang paling cepat. Fluktuasi-
fluktuasi tekanan ini menyebabkan perekahan hidraulik (hydraulic fracturing), pendidihan
(boiling), dan perubahan-perubahan hidrologi sistem yang mendadak. Proses-proses fisika ini
secara langsung berhubungan dengan proses-proses kimiawi yang menyebabkan mineralisasi
Terdapat suatu kelompok unsur-unsur yang umumnya berasosiasi dengan mineralisasi
epitermal, meskipun tidak selalu ada atau bersifat eksklusif dalam sistem epitermal. Asosiasi
klasik unsur-unsur ini adalah: emas (Au), perak (Ag), arsen (As), antimon (Sb), mercury (Hg),
thallium (Tl), dan belerang (S).
Dalam endapan yang batuan penerimanya karbonat (carbonat-hosted deposits), arsen dan
belerang merupakan unsur utama yang berasosiasi dengan emas dan perak (Berger, 1983),
beserta dengan sejumlah kecil tungsten/wolfram (W), molybdenum (Mo), mercury (Hg),
thallium (Tl), antimon (Sb), dan tellurium (Te); serta juga fluor (F) dan barium (Ba) yang secara
setempat terkayakan.
Dalam endapan yang batuan penerimanya volkanik (volcanic-hosted deposits) akan terdapat
pengayaan unsur-unsur arsen (As), antimon (Sb), mercury (Hg), dan thallium (Tl); serta logam-
logam mulia (precious metals) dalam daerah-daerah saluran fluida utama, sebagaimana
asosiasinya dengan zone-zone alterasi lempung. Menurut Buchanan (1981), logam-logam dasar
(base metals) karakteristiknya rendah dalam asosiasinya dengan emas-perak, meskipun demikian
dapat tinggi pada level di bawah logam-logam berharga (precious metals) atau dalam asosiasi-
nya dengan endapan-endapan yang kaya perak dimana unsur mangan juga terjadi. Cadmium
(Cd), selenium (Se) dapat berasosiasi dengan logam-logam dasar; sedangkan fluor (F), bismuth
(Bi), tellurium (Te), dan tungsten (W) dapat bervariasi tinggi kandungannya dari satu endapan ke
endapan yang lainnya; serta boron (B) dan barium (Ba) terkadang terkayakan.Mineral-mineral
ekonomis yang dihasilkan dari epitermal antara lain Au, Ag, Pb, Zn, Sb, Hg, arsenopirit, pirit,
garnet, kalkopirit, wolframit, siderit, tembaga, spalerite, timbal, stibnit, katmiun, galena,
markasit, bornit, augit, dan topaz.
Berikut ini adalah beberapa contoh logam hasil dari endapan epitermal yang memiliki nilai
ekonomi yang tinggi, antara lain: Emas (Au) dan Perak (Ag).

 Emas

Emas adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol Au (bahasa Latin:
'aurum') dan nomor atom 79. Sebuah logam transisi (trivalen dan univalen) yang lembek,
mengkilap, kuning, berat, "malleable", dan "ductile". Emas tidak bereaksi dengan zat kimia
lainnya tapi terserang oleh klorin, fluorin dan aqua regia. Logam ini banyak terdapat dinugget
emas atau serbuk di bebatuan dan di deposit alluvial dan salah satu logam coinage.Kode
ISOnya adalah XAU. Emas melebur dalam bentuk cair pada suhu sekitar 1000 derajat celcius.
Emas merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa, kekerasannya berkisar
antara 2,5 – 3 (skala Mohs), serta berat jenisnya tergantung pada jenis dan kandungan logam lain
yang berpadu dengannya. Mineral pembawa emas biasanya berasosiasi dengan mineral ikutan
(gangue minerals). Mineral ikutan tersebut umumnyakuarsa, karbonat, turmalin, flourpar, dan
sejumlah kecil mineral non logam. Mineral pembawa emas juga berasosiasi dengan endapan
sulfida yang telah teroksidasi. Mineral pembawa emas terdiri dari emas nativ, elektrum, emas
telurida, sejumlah paduan dan senyawa emas dengan unsur-unsur belerang, antimon, dan
selenium. Elektrum sebenarnya jenis lain dari emas nativ, hanya kandungan perak di dalamnya
>20% (Sutarto, 2004).
Sebagian besar endapan emas di Indonesia dihasilkan jenis endapan epitermal. Endapan emas
tipe ini umumnya didapatkan dalam bentuk urat, baik dalam urat kuarsa maupun dlam urat
bentuk karbonat yang terbentuk dalam suhu 150-3000C dengan pH sedikit asam atau mendekati
netral Urat-urat tersebut terbentuk oleh hasil aktifitas hidrotermal yang berada di sekitar endapan
porfiri. Dimana emas, perak, tembaga, wolfram, dan timah terdapat dalam endapan ini
(Sukandarrumidi, 2007).
Kebanyakan emas epitermal terdapat dalam vein-vein yang berasosiasi dengan Alterasi
Quartz-Illite yang menunjukkan pengendapan dari fluida-fluida dengan pH mendekati netral
(Fluida-fluida Khlorida Netral) Dalam alterasi dan mineralisasi dengan jenis fluida ini, emas
dijumpai dalam vein, veinlet, breksi ekplosi atau breksi hidrotermal, dan stockwork atau stringer
Pyrite+Quartz yang berbentuk seperti rambut (hairline)
Emas epitermal juga terdapat dalam Alterasi Advanced-Argillic dan alterasi-alterasi
sehubungan yang terbentuk dari Fluida-fluida Asam Sulfat. Dalam alterasi dan mineralisasi
dengan jenis fluida ini, emas dijumpai dalam veinlet, batuan-batuan silika masif, atau dalam
rekahan-rekahan atau breksi-breksi dalam batuan.
Proses terbentuknya emas endapan epitermal dapat diuraikan sebagai berikut: emas diangkut
oleh larutan hidrotermal yang kaya akan ligand HS- dan OH-. Ligan ini mengangkut emas
hingga ke tempat pengendapannya. Kehadiran breksi hidrotermal merupakan salah satu cirri
adanya proses pendidihan pada larutan hidrotermal. Pendidihan terjadi karena ada pertemuan
antara larutan yang bersuhu tinggi (hidrotermal) dengan larutan yang bersuhu rendah (larutan
meteoric). Selama proses pendidihan ini tekanan menjadi semakin besar sehingga mengancurkan
dinding batuan yang dilalui larutan hidrotermal. Akibat proses pendidihan tersebut, yaitu
hilangnya gas H2S, terjadi peningkatan pH dan penurunan suhu. Ketiga proses tersebut dapat
mengantarkan emas pada batuan sehingga kadar emas primer tinggi biasanya dijumpai di breksi
hidrotermal (Sukandarrumidi, 2007).

 Perak

Dijumpai sebagai unsur (perak murni) atau sebagai senyawa. Sebagai perak murni (Ag)
mempunyai sifat; Kristal-kristal berkelompok tersusun sejajar, menjarum, atau menjaring,
kadang berupa sisik, kilap logam. Dalam bentuk mineral didapatkan sebagai argentite,
cerrargirit, miagirit, dan proustit (Sukandarrumidi, 2007). Perak biasanya berasosiasi dengan
pirit, tembaga, emas, kalsit, dan nikel. Perak terbentuk dari reduksi sulfide pada bagian bawah
endapan Ag, Zn, dan Pb. Terkadang juga terbentuk sebagai endapan primer urat epitermal
berasosiasi dengan kalsit (temperature rendah) (Sutarto, 2004). Kandungan perak pada beberapa
mineral dapat mencapai perak murni (100%), argentite (87%), prousite (65%), miagrite (36%),
dan dalam kandungan emas (28%).
Endapan perak yang dihasilkan dari endapan emas kurang lebih 75% didapatkan sebagai
hasil samping dari pengolahan bijih emas, nikel dan tembaga. Endapan perak dapat berupa
endapan pengisian dan endapan penggantian, serta pengayaan sulfide. Kebanyakan endapan
perak didunia dihasilkan dari dari hidrotermal tipe fissure filling (Sukandarrumidi, 2007).

Tabel 4. Contoh daerah dengan endapan epitermal high sulfidasi (kiri), dan low sulfidasi
(kanan)
DAFTAR PUSTAKA
http://jojogeos.blogspot.co.id/2015/06/endapan-mineral-epitermal-tugas-kuliah.html
Corbett, G,J., T.M. Leach. 1996. Southwest Pacific Rim gold/copper systems : structure, alteration, and
mineralization . A workshop presented for the Society of Exploration Geochemists at Townville,
145pp.
Hedenquist, J. W., Arribas, A. R., dan Urien E. G., 2000, Exploration for Epithermal Gold
deposits, Economic Geology, vol. 13, p. 245-277.
Taylor, H.P., Jr., 1973, O18/O16 evidence for meteoric-hydrothermal alteration and ore deposition in
the Tonopah, Comstock Lode, and GoldfieldMining Districts, Nevada: Economic Geology, v. 68,
p. 747-764.
Sibarani, August P., 2008, Studi MikroskopiUntuk Verifikasi Hasil Analisis XRDDan
Analisis Tekstur Pada Sampel Urat Ciurug Endapan Epitermal PongkorIndonesia,Program
Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Pertambangan Dan Perminyakan, ITB

http://toba-geoscience.blogspot.co.id/2011/08/endapan-mineral-tipe-porfiri.html diakses 7
oktober 2015

http://jojogeos.blogspot.co.id/2015/06/endapan-mineral-epitermal-tugas-kuliah.html diakses 7
oktober 2015

You might also like