Professional Documents
Culture Documents
TUMOR MANDIBULA
A. Anatomi Mandibula
Mandibula adalah tulang rahang bawah dan merupakan tulang
muka yang paling besar dan kuat. Mandibula merupakan satu – satunya
tulang pada tengkorak yang dapat bergerak. Mandibula dapat ditekan dan
diangkat pada waktu membuka dan menutup mulut. Dapat ditonjolkan,
ditarik ke belakang dan sedikit digoyangkan dari kiri ke kanan dan
sebaliknya sebagaimana terjadi pada waktu mengunyah. Pada
perkembangannya tulang ini terdiri dari dua belahan tulang yang
bersendi di sebelah anterior pada simpisis mental, persatuan kedua
belahan tulang ini terjadi pada umur dua tahun membentuk sebuah
korpus yang letaknya horizontal dan berbentuk seperti tapal kuda,
menonjol ke muka serta mempunyai dua buah cabang yang menonjol ke
atas dari ujung posterior korpus (gambar 1).
C. Etiologi
Etiologi tumor mandibula sampai saat ini belum diketahui dengan
jelas, tetapi beberapa ahli mengatakan bahwa tumor mandibula dapat
terjadi setelah pencabutan gigi, pengangkatan kista dan atau iritasi lokal
dalam rongga mulut. tumor mandibula dapat terjadi pada segala usia,
namun paling banyak dijumpai pada usia dekade 4 dan 5. Tidak ada
perbedaan jenis kelamin, tetapi prediksi pada golongan penderita kulit
berwarna.
Tumor ini tumbuh dari berbagai asal, walaupun rangsangan awal dari
proses pembentukan tumor ini belum diketahui. Tumor ini dapat berasal
dari sisa sel dari enamel organ atau sisa-sisa dental lamina. Struktur
mikroskopis dari beberapa spesimen dijumpai pada area epitelial sel yang
terlihat pada perifer berbentuk kolumnar dan berhubungan dengan
ameloblast yang pada bagian tengah mengalami degenerasi serta
menyerupai retikulum stelata. Juga dari sisa-sisa dari epitel Malassez.
Terlihat sisa-sisa epitel yang biasanya terdapat pada membran periodontal
dan kadang-kadang dapat terlihat pada tulang spongiosa yang mungkin
menyebabkan pergeseran gigi dan menstimulasi terbentuknya kista
odontogenik.
Etiologi tumor mandibula menurut beberapa ahli mengatakan bahwa
tumor mandibula juga dapat terjadi setelah trauma, ekstrinsik
karsinogenik, karsinogenik kimia dan virus. Trauma dapat terjadi
beberapa bulan atau beberapa tahun setelah terjadinya trauma. Walaupun
demikian trauma ini tidak dapat dianggap sebagai penyebab utama karena
tulang yang fraktur akibat trauma ringan maupun parah jarang
menyebabkan tumor.
D. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik dalam tahap awal jarang menunjukkan keluhan,
oleh karena itu tumor ini jarang terdiagnosa secara dini, umumnya
diketahui setelah 4 sampai dengan 6 tahun. Adapun gambaran klinis tumor
mandibula, yaitu sebagai berikut:
a. Pembengkakan dengan berbagai ukuran yang bervariasi sehingga
dapat meyebabkan deformitas wajah.
b. Konsestensi bervariasi ada yang keras dan kadang ada bagian yang
lunak
c. Terjadi ekspansi tulang ke arah bukal dan lingual
d. Tumor ini meluas ke segalah arah mendesak dan merusak tulak
sekitarnya
e. Terdapat tanda egg shell cracking atau pingpong ball phonemona bila
massa tumor telah mendesak korteks tulang dan tulangnya menipis
f. Tidak terdapat nyeri dan parasestesi, hanya pada beberapa penderita
dengan benjolan disertai rasa nyeri.
g. Berkurangnya sensilibitas daerah distribusi n.mentalis kadang-kadang
terdapat ulserasi oleh karena penekanan gigi apabila tumor sudah
mencapai ukuran besar.
h. Biasanya berisi cairan berwarna merah kecoklatan
i. Gigi geligi pada daerah tumor berubah letak dan goyang.
E. Patofisiologi
Tumor mandibula berasal dari sel ameloblast atau adamantoblast,
berupa sel yang tidak berdiferensiasi membentuk email. Walaupun secara
histopatologis tidak tergolong lesi yang ganas, namun tumor ini tumbuh
sangat agresif, yang menggambarkan suatu lesi ganas yang indolent atau
lowgrade semacam basalioma. Rekurensi bisa terjadi bila tumor ini hanya
dioperasi dengan cara melakukan kuratase. Pada operasi yang dilakukan
adekuat dengan cara melakukan reseksi 1 cm ditepi lesi, maka sangat
jarang didapatkan rekurensi.
Tumor ini bersifat infiltratif, tumbuh lambat, tidak berkapsul,
berdiferensiasi baik. Lebih dari 75% terjadi di rahang bawah, khususnya
regio molar dan sisanya terjadi akibat adanya kista folikular. Tumor ini
muncul setelah terjadi mutasi-mutasi pada sel normal yang disebabkan
oleh zat-zat karsinogen tadi. Karsinogenesisnya terbagi menjadi 3 tahap :
a. Tahap pertama merupakan inisiasi yatu kontak pertama sel normal
dengan zat karsinogen yang memancing sel normal tersebut menjadi
ganas.
b. Tahap kedua yaitu promosi, sel yang terpancing tersebut membentuk
klon melalui pembelahan (poliferasi).
c. Tahap terakhir yaitu progresi, sel yang telah mengalami poliferasi
mendapatkan satu atau lebih karakteristik neoplasma ganas.
F. Pemeriksaan Diagnostik
Adapun pemeriksaan penunjang untuk tumor mandibula yaitu sebagi
berikut:
a. X-ray kepala, yang menghasilkan satu-dimensi gambar dan leher untuk
membantu mencari daerah yang tidak normal pada rahang.
b. CT scan (computed tomography scan). CT scan, yang menghasilkan
gambar dua dimensi dari kepala dan leher yang dapat mengungkapkan
apakah ameloblastoma telah invaded tisu atau organ lain.
c. MRI (magnetic resonance imaging). MRI Scan, yang menggunakan
magnet dan gelombang radio untuk membuat gambar 3 dimensi yang
dapat mengungkapkan abnormalitas kecil di kepala dan leher. Dokter
juga menggunakan MRI Scan untuk menentukan apakah
ameloblastoma telah menyebar ke rongga mata atau sinuses. Tumor
marker (penanda tumor)
G. Penatalaksanaan
Terapi utama pada tumor mandibula adalah pembedahan. Tingkat
rekurensi berkisar antara 55-90% setelah perawatan secara konsevatif.
Mengingat besarnya tingkat rekurensi tersebut, pendekatan secara radikal
(reseksi) dapat dipertimbangkan sesuai indikasi, meskipun berakibat
hilangnya sebagaian tulang rahang, bridging plate titanium dapat
digunakan untukmengganti sebagian tulang yang hilang dan berfungsi
sebagai alat rekonstruksi. Dapat juga rekonstruksi dengan memasang
tandur ahli tulang kalau mungkin bisa dikerjakan.
Indikasi perawatan ditentukan berdasarkan luas dan besarnya
jaringan yang terlibat, struktur histologis dari tumor dan keuntungan yang
didapat. Menurut Ohishi indikasi perawatan konservatif adalah pada
penderita usia muda dan ameloblastoma unikistik. Sedangkan indikasi
perawatan radikal adalah ameloblastoma tipe solid dengan tepi yang tidak
jelas, lesi dengan gambaran soap bubble, lesi yang tidak efektif dengan
penatalaksanaan secara konservatif dan ameloblastoma ukuran besar.
Penatalaksanaan secara radikal berupa reseksi segmental,
hemimandibulektomi dan reseksi marginal (reseksi enblok).
Reseksi marginal (reseksi enblok) merupakan teknik untuk
mengangkat jaringan tumor dengan mempertahankan kontinuitas korteks
tulang mandibula bagian bawah yang masih intak. Reseksi enblok ini
dilakukan secara garis lurus dengan bor dan atau pahat atau gergaji, 1-2
cm dari tepi batas tumor secara rontgenologis yang diperkirakan batas
minimal reseksi. Adapun tindakan dapat dilakukan secara intra oral
maupun ekstra oral, hal ini tergantung pada seberapa besar untuk
mendapat eksposure yang adekuat sampai ke ekstensi tumor.
Rekontruksi mandibula adalah ditinjau dari fungsi dan kosmetik,
organ ini mempengaruhi bentuk wajah, fungsi bicara, mengunyah dan
menelan. Beberapa cara yang dapat dipakai antara lain dengan
menggunakan bahan aloplastik, misalnya bridging plate titanium dan
autogenous bone grafting misalnya tandur tulang iga, krista iliaka dan tibia
serta dapat juga secara kombinasi aloplastik material dengan autogenous
bone grafting.
Perawatan pasca operasi reseksi enblok mandibula: medikasi
antibiotik dan analgetik, tidak perlu intermaksila fiksasi. Hindarkan
trauma fisik pada muka atau rahang karena dapat menyebabkan fraktur
mandibula. Jaga oral hygiene hingga luka operasi sembuh sempurna. Diet
lunak dipertahankan 4-6 minggu. Jika diperlukan dapat dibuatkan prostesi
gigi setelah dipertimbangkan bahwa telah terjadi internal bone remodeling
tulang mandibula, lebih kurang 6 bulan pasca operasi.
H. Komplikasi
Komplikasi yang biasa timbul setelah operasi diantaranya:
a. Perdarahan
Dapat menyebabkan syok hipovolemik pada pembedahan kepala leher.
Hemostasis dengan melakukan ligasi baik arteri maupun vena, jangan
hanya dengan koagulasi listrik saja. Perdarahan dapat terjadi pada
daerah yang direseksi maupun pada tempat yang direkonstruksi.
Pasang redon drain.
b. Infeksi
Diminimalkan dengan menghindari penumpukan cairan, dengan
pemasangan vakum drain. Perencanaan operasi dan teknik
pembedahan yang baik juga memegang peranan dalam mengontrol
infeksi di samping penggunaan antibiotika.
c. Hematoma
Akan meningkatkan resiko terjadinya infeksi dan dehisensi luka.
Kontrol perdarahan yang baik dan pemasangan drain akan
mengurangi resiko terjadinya hematoma.
d. Fistula
Lakukan penjahitan yang rapat pada mukosa terutama pada tempat
ujung-ujung reseksi mandibula.
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Anamnesis
1. Identitas klien meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama,
bahasa yang digunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan,
asuransi, golongan darah, nomor register, tanggal dan jam masuk
rumah sakit (MRS) dan diagnosa medis.
2. Riwayat penyakit sekarang : Kaji kronologi, faktor yang
menyebabkan terjadinya tumor mandibular, apakah sudah pernah
berobat atau belum.
3. Riwayat penyakit dahulu : Kaji, apakah sebelumnya klien pernah
memiliki riwayat penyakit maupun riwayat di rawat di rumah sakit.
4. Riwayat penyakit keluarga : Kaji apakah keluarga pernah menderita
penyakit seperti yang dialami pasien.
5. Riwayat psikososial spiritual : Kaji respon emosi klien terhadap
penyakit yang diderita, peran klien dalam keluarga dan masyarakat,
serta respons atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari- hari baik
dalam keluarga maupun masyarakat.
6. Pola hubungan dan peran : Klien akan kehilangan peran dalam
keluarga dan dalam masyarakat karena klien harus menjalani rawat
inap.
7. Pola persepsi dan konsep diri : Dampak yang timbul pada klien
postoperasi tumor mandibula adalah timbul ketakutan akan
terjadinya infeksi pada luka post operasi.
8. Pola sensori dan kognitif : Pola sensori dan kognitif pasien tidak
mengalami gangguan
9. Pola nilai dan keyakinan : Kaji, apakah klien menjalankan kegiatan
beribadah sesuai agamanya dengan disiplin atau tidak. Kaji,
keaktifan klien dalam mengikuti kegiatan keagamaan di masyarakat.
b. Pemeriksaan fisik
1. Keadaaan umum
Periksa keadaan baik dan buruknya klien, tanda- tanda yang perlu
dicatat adalah kesadaran pasien.
2. Breathing (B1)
Pada pemeriksaan sistem pernafasan, didapatkan bahwa klien post
operasi tumor mandibula tidak mengalami kelainan pernafasan.
3. Blood (B2)
Inspeksi tidak ada iktus jantung, palpasi nadi meningkat, iktus
teraba, aukultasi suara S1 dan S2 tunggal, tidak ada mur- mur.
4. Brain( B3)
a) Kepala :Tidak ada gangguan yaitu normal sefalik, simetris, tidak
ada penonjolan dan tidak ada sakit kepala.
b) Leher :Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan
dan refleks menelan ada.
c) Wajah :Wajah terihat menahan sakit karena nyeri yang dirasakan
dan bagian wajah yang lain ada perubahan bentuk simetris
karena adanya luka post operasi tumor mandibular.
d) Mata : Penglihatan pasien masih normal, tidak menggunakan
bantuan penglihatan seperti kacamata.
e) Telinga : Pendengaran pasien masih normal. Tidak ada lesi atau
nyeri tekan.
f) Hidung : tidak ada deformitas, tidak ada pemasangan cuping
hidung.
g) Mulut dan faring : Tidak ada perbesaran tonsil, terjadi
pembesaran gusi akibat tumor mandibula, mukosa mulut tidak
pucat.
5. Bladder (B5)
Kaji urine yang meliputi warna, jumlah dan karakteristik urine
termasuk berat jenis urine, berapa cc keluaran urine perhari.
6. Bowel (B5)
Inspeksi abdomen bentuk datar. Palpasi turgor kulit baik, tidak ada
defans muscular dan hepar teraba. Perkusi suara timpani ada
pantulan gelombang cairan. Auskultasi peristaltik usus normal
kurang lebih 20x/menit.
7. Bone (B6)
Kaji apakah klien mengalami gangguan pada tulangnya seperti
penyakit fraktur.
a) Look :Perhatikan area post operasitumor mandibula apakah
berisiko terjadinya infeksi.
b) Feel :Kaji adanya nyeri tekan di area mandibula
c) Move :Pola aktivitas, Pasien masih dapat beraktivitas.
B. Diagnosa Keperawatan
Pre Operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan penekanan massa tumor pada daerah
mandibula.
b. Resiko infeksi
Post operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (prosedur bedah).
b. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan hambatan fisik
adanya luka operasi tumor mandibula.
c. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan makan.
d. Risiko infeksi
C. Intervensi Keperawatan
Pre operasi
No. Diagnosa NOC NIC
Brunner & Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta :
Penerbit Buku Kedoketran EGC
Nurarif, Amin Huda. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan NANDA NIC NOC (Indonesian Version) Jilid 3. Yogyakarta :
Mediaction
Nanda. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi
10 editor T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC.
Bulechek, G.(2013). Nursing Intervention Classification (NIC).6th Edition.
Missouri:Elseiver Mosby
Moorhead, S. (2013).Nursing Outcomes Classification (NOC): Measurement of
Health Outcomes.5th Edition. Missouri: Elsevier Saunder
William, Lippicont . 2008 . Nursing: Memahami Berbagai Macam Penyakit . Jakarta:
Indeks.