You are on page 1of 7

JURNAL SIMETRIK VOL 1, NO.

4, JUNI 2014, ISSN : 2302-9579

KAJIAN AGREGAT PANTAI DESA OLILIT LAMA - KABUPATEN MALUKU


TENGGARA BARAT SEBAGAI BAHAN PEMBUAT BETON
Pieter Lourens Frans

Teknik Sipil Politeknik Negeri Ambon

One of the results of the district of the West Southeast Maluku District (MTB) expansion, the
implementation of physical development in MTB, especially in Saumlaki frequently used local aggregate (sand and
coastline rock) which was the result on the lack of availability of stone and sand in concrete builder materials.
There fore, the compressive strength of concrete fabrication will be a problem that must be addressed. The
purpose of this study was to determine the extent of potential local aggregate in Saumlaki (West Southeast Maluku)
as an ingredient in concrete in order to determine how big the compressive strength (f'c) obtained from the maximum
compressive strength of concrete using the aggregate plan mentioned above.
Examination showed that the material density, water content, weight, aggregate coarse and fine, the amount
of dirt on sand and organic impurities for fine aggregate to qualify the materials. The strength results test on the
materials does not qualify as aspected according as planned. Caused by the variation onf strength of the mortar and
stone strength and how to work a separate concrete mixture. It is therefore expected that the activities are not used in
the construction of structures, especially using the mixture of concrete structures at the location where the aggregates
were taken.

Keywords: Concrete Materials Fabrication

1. Pendahuluan 2. Tinjauan Pustaka


Salah satu daerah tingkat II hasil pemekaran Beton pada dasarnya adalah campuran dari
wilayah adalah Kabupaten Maluku Tenggara Barat agregat dan mortar. Mortar terdiri dari semen portland
(MTB). Seiring dengan pemekaran tersebut, maka dan air yang mengikat agregat (pasir dan batu karang
pembangunan di daerah ini perlu dipacu sehingga pecah alam/batu pecah) menjadi suatu massa seperti
dapat sejajar dengan keberadaan daerah tingkat II batuan , ketika pasta tersebut mengeras akibat reaksi
lainnya di Indonesia. kimia dari semen dan air (Nugraha Paulus, 1989).
Mengingat hal tersebut di atas, maka dalam Dalam adukan beton, air dan semen membentuk pasta
pelaksanaan pembangunan khususnya pembangunan yang mana pasta ini berfungsi untuk mengisi pori-pori
fisik diperlukan kajian-kajian ilmiah menyangkut diantara butiran agregat selain itu bersifat sebagai
potensi bahan lokal antara lain agregat beton. Perlu perekat/pengikat dalam proses pengerasan, sehingga
diketahui bahwa, dalam pelaksanaan pekerjaan fisik menjadi kuat (Tjokrodimuljo Kardiyono, 1996).
dengan menggunakan beton sebagai bahan konstruksi, Di suatu negara dengan geografis, geologi dan iklim
sebagian besar masyarakat di Saumlaki masih yang panas dan lembab seperti Indonesia, maka batu-
menggunakan campuran beton berdasarkan batuannya akan mengalami pelapukan yang cukup
perbandingan volume seperti yang dilakukan dalam yang tergantung pada jenis batu-batuannya,
masyarakat awam pada umumnya, sehingga dalam iklimnya, derajat erosinya, exposure dan lainnya.
pelaksanaan pencampuran, jumlah air sering tidak Pengaruh yang paling besar adalah pada iklim
diukur, percobaan slump jarang dilakukan dan setempat yang pada umumnya panas dan lembab,
perawatan terabaikan. maka derajat pelapukannya semakin besar yang akan
Selain itu yang menjadi kendala pelaksanaan mengakibatkan dekomposisi dari batu-batuannya.
pembangunan fisik di MTB khususnya di Saumlaki (Gidieon Hadi Kusuma dan Steffie Tumilar., 1994).
adalah ketersediaan agregat pembentuk beton dalam Secara umum, agregat daerah Maluku mempunyai
hal ini batu kali ataupun pasir yang disyaratkan kualitas dan potensi yang cukup baik untuk pembuatan
sebagai bahan pembuat beton sangatlah sedikit. beton (Paul Nugraha, Handoko Sugiharto dan
Melihat akan kondisi ini, maka dalam pelaksanaan Sahureka H., 1994). Dengan pengetahuan teknologi
pembangunan fisik terutama dengan menggunakan beton yang baik, maka didapat manfaat dalam
beton sebagai bahan konstruksi digunakan pasir beberapa hal sebagai berikut :
pesisir pantai dan batu karang sebagai agregat, hal ini a. Mutu beton yang rendah maupun sedang dapat
dilakukan semata-mata mengingat faktor ekonomis dihasilkan dengan agregat yang tersedia dengan
tanpa melihat kemampuan kekuatan strukturnya. proporsi yang lebih ekonomis.
Dikatakan demikian karena kenyataan di lapangan b. Mutu beton tinggi dapat dihasilkan dengan
membuktikan bahwa setiap pencampuran beton tidak pemilihan agregat dan metode perencanaan
didasari atas kekuatan rencana yang direncanakan campuran secara selektif.
lewat perencanaan campuran (mix design), melainkan c. Agregat yang tersedia banyak secara alami di
berdasarkan campuran yang biasa dipakai secara Maluku tapi yang diragukan seperti pasir laut, batu
umum, padahal bahan yang digunakan sangatlah karang dan batu apung dapat digunakan sebagai
berbeda.
61
JURNAL SIMETRIK VOL 1, NO. 4, JUNI 2014, ISSN : 2302-9579

agregat, dengan pengetahuan yang cukup tentang 2.3 Agregat Halus.


cara penggunaan yang tepat dan limitasinya. Agregat halus dapat dikelompokkan menjadi
beberapa jenis yaitu :
2.1 Semen Portland 1. Pasir alam, yang merupakan agregat halus hasil
Semen adalah bahan yang mempunyai sifat disintegrasi alamiah dari batu karena beberapa
adhesif dan kohesif, yaitu bahan pengikat. Defenisi sebab yang dapat diperoleh dari dalam tanah, dasar
Semen portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan sungai atau dari tepi laut.
dengan cara menghaluskan klinker yang terutama dari 2. Pasir pecah, yang diperoleh dengan
silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolis dengan menghancurkan batu atau batu karang pecah alam.
gips sebagai bahan tambahan (Tjokrodimuljo
Kardiyono, 1996). Gradasi tidak hanya ditentukan oleh sejumlah
pasir terhadap agregat yang digunakan tetapi
2.2 Agregat merupakan perbandingan sejumlah agregat yang
Agregat ialah butiran mineral alami yang melewati beberapa saringan. Pasir sendiri terbagi
berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran kedalam pasir daerah-1, daerah-2, daerah-3, dan
mortar atau beton. Dalam bidang teknologi beton nilai daerah-4 yang menunjukkan tingkat kekasarannya.
batas agregat umumnya ialah 4,75 mm. Agregat yang Kebutuhan pasir pada suatu jenis kekasaran dapat
ukuran butirannya lebih besar dari 4,75 mm disebut bervariasi antara 30 % sampai 50 % dari keseluruhan
agregat kasar. Agregat yang ukuran butirannya 1,20 – agregat yang digunakan bergantung pada tingkat
4,75 mm disebut agregat halus, agregat yang ukuran pengerjaan, bentuk permukaan agregat dan sebagainya
butirannya 0,075 – 1,20 mm disebut pasir halus, (Priyosulistyo, 1996).
sedangkan agregat yang ukuran butirannya 0,002 –
0,075 mm disebut silt, dan yang lebih kecil dari 0,002 Tabel 3. Batasan gradasi untuk agregat halus dari
disebut clay (Tjokrodimuljo Kardiyono, 1996). ASTM C 33-74 a.
Agregat kadang-kadang mengandung bahan-bahan
yang tidak dikehendaki. Ada 2 kelompok, yaitu Persentase berat
Ukuran saringan
kelompok fisik dan kelompok kimiawi. Kelompok yang lolos pada tiap
ASTM E 11 - 70
fisik mengganggu secara mekanis, seperti debu dan ukuran saringan
kotoran. Kelompok kimiawi mengganggu reaksi ⅜ in 100
hidrsai maupun ketahanan beton. (Nugraha Paulus, No. 4 95 – 100
1989).Kelompok kimiawi terdiri dari kotoran organis, No. 8 80 – 100
garam dan alkali. Kadar zat organis dapat diuji dengan No. 16 50 – 85
larutan natrium sulfat. Bila warnaya lebih tua dari No. 30 25 – 60
standard harus ditolak menurut ASTM, kecuali bila No. 50 10 – 30
warna gelap disebabkan adanya arang atau lignit. No. 100 2 – 10

Tabel 1. Kadar organik menurut Standard ASTM C-66 2.4 Agregat Kasar
Warna Larutan Penurunan Kekuatan Agregat untuk bahan bangunan sebaiknya dipilih
yang memenuhi persyaratan sebagai berikut :
Tak Berwarna 0 %
Kuning Muda 10 - 20 % Tabel 4. Persyaratan kekerasan agregat kasar untuk
Kunig Tua 15 - 30 % beton.
Kuning Merah 25 - 50 %
Bejana Rudeloff Mesin Los Angeles
Coklat Merah sedikit 35 - 70 % Maksimum bagian Maksimum bagian yang
Coklat Merah Tua 50 - 100 % yang hancur, hancur, menembus
Kekuatan Beton menembus ayakan 2 ayakan 1,7 mm
mm (persen). (persen)
Meningkatnya penggunaan agregat yang dikeruk dari Ukuran butiran
dasar laut untuk beton, menimbulkan perhatian 19 – 30 mm 9,5 – 19 mm
terhadap pengaruh kulit kerang dan kadar garam. Oleh Kelas I
30 32 50
karena itu pada tahun 1968 Greater London Council (sampai 10 Mpa)
memperkenalkan spesifikasi yang ditujukan terhadap Kelas II
22 24 40
(10 Mpa–20 Mpa)
kulit kerang dan kadar garam, seperti terlihat pada Kelas III
tabel berikut (Murdock L. J., dkk, 1986). 14 16 27
( di atas 20 Mpa)

Tabel 2. Spesifikasi dari batasan agregat yang dikeruk a. Tidak mengandung tanah atau kotoran lain yang
dari dasar laut menurut GLC lewat ayakan 0,075 mm, dan kandungan
Persentase berat yang diijinkan kotoran ini dibatasi sampai maksimum 1 persen.
Ukuran nominal
kalsium karbonat dalam bentuk kulit
agregat Jika agregat mengandung kotoran lebih dari batas-
kerang pada agregat kering
40 2 batas maksimum tersebut maka harus dicuci
20 5 dengan air bersih.
10 15
63
JURNAL SIMETRIK VOL 1, NO. 4, JUNI 2014, ISSN : 2302-9579

b. Tidak mengandung garam yang menghisap air dari Struktur beton harus mampu menghadapi kondisi
udara. dimana dia direncanakan, tanpa kehancuran
c. Tidak mengandung zat organis. Kandungan zat (deteroriate), selama jangka waktu beberapa tahun.
organis dapat mengurangi mutu beton. Beton demikian disebut mempunyai ketahanan
d. Mempunyai variasi besar butir (gradasi) yang baik yang tinggi (durable) (Nugraha Paulus, 1989).
sehingga rongganya sedikit. 3. Susut, rangkak dan retak.
e. Bersifat kekal, tidak hancur atau berubah karena Susut didefinisikan sebagai perubahan volume
cuaca. yang terjadi ketika air masuk atau keluar dari
f. Untuk beton dengan tingkat keawetan yang tinggi, bubur (gel) semen, atau ketika air mengubah
agregat harus mempunyai tingkat reaktif yang keadaan fisik atau kimianya didalam pasta.
negatif terhadap alkali. Rangkak adalah perubahan bentuk dibawah beban
g. Tidak boleh mengandung butiran-butiran yang tetap. Pemberian beban pada beton pertama-tama
pipih dan panjang lebih dari 20 persen dari berat akan menyebabkan deformasi elastis. Pemberian
keseluruhan. beban yang diperpanjang akan menyebabkan
deformasi yang lambat yang disebut rangkak
2.5 Air creep.Bila beton yang baru mengering dengan
Air yang memenuhi persyaratan sebagai air cepat, maka permukaannya akan mengalami
minum, memenuhi syarat pula untuk bahan campuran tegangan tarik yang lebih tinggi dari kekuatan
beton. Secara umum, air yang dapat dipakai untuk tariknya. Ini menyebabkan retak. Retak juga
bahan pencampur beton ialah air yang bila dipakai mungkin terjadi bila terdapat perbedaan temperatur
akan dapat menghasilkan beton dengan ketentuan yang tinggi (sampai 20°C) antara bagian dalam
lebih dari 90% kekuatan beton yang memakai air dan bagian luar dari beton, akibat dari perbedaan
suling. Untuk bereaksi dengan semen, air yang muai (Nugraha Paulus, 1989).
diperlukan hanya sekitar 25% berat semen, namun
dalam kenyataannya nilai faktor air semen yang 3. Metodologi Penelitian
dipakai sulit kurang dari 0,35. Kelebihan air ini yang 3.1 Rancangan Dan Pelaksanaan Penelitian
dipakai sebagai pelumas (Tjokrodimuljo Kardiyono, Sample agregat kasar dan agregat halus untuk
1996). penelitian ini diambil dari daerah Olilit Lama –
Saumlaki (Kab. Maluku Tenggara Barat), dengan
2.6 Beton Segar (Fresh Concrete) pertimbangan bahwa quarry tempat pengambilan batu
Tiga sifat penting yang perlu diketahui dari sifat- karang pecah alam ini cukup luas sehingga kapasitas
sifat beton segar, yaitu : penyediaan yang umumnya diadakan oleh penduduk
1. Kemudahan dikerjakan (workability). di daerah sekitar quarry cukup banyak. Selain itu, batu
Untuk mengetahui tingkat kelecakan adukan beton karang pecah alam dari daerah ini sering digunakan
maka dilakukan percobaan slam (slump test). untuk produksi beton di Saumlaki (Kab. Maluku
Percobaan slam (slump test) ialah suatu cara untuk Tenggara Barat). Sample diambil tanpa diseleksi dan
mengukur kelecakan adukan beton, yaitu dimasukkan kedalam karung-karung plastik, diangkut
kecairan/kepadatan adukan yang berguna dalam dengan truck ke kapal dan dikirim ke Laboraturium
pengerjaan beton Beton dan Tanah Dinas Pekerjaan Umum di Passo,
2. Pemisahan kerikil. Ambon.
Kecenderungan butir-butir kerikil untuk Pada penelitian ini, metode yang digunakan
memisahkan dari dari campuran beton disebut adalah metode SNI T-15-1991-03 untuk menentukan
segregation.Pemisahan kerikil dari adukan beton proporsi campuran dalam melakukan pencampuran
berakibat kurang baik terhadap betonnya setelah beton (mix desain). Dengan demikian dapat diketahui
mengeras. kebutuhan akan bahan yang digunakan sebagai
3. Pemisahan air. pembuat beton.
Kecenderungan air campuran untuk naik ke atas Benda uji yang digunakan dalam pengujian kuat
(memisahkan diri) pada beton segar yang baru saja tekan beton berbentuk silinder dengan dimensi
dipadatkan disebutbleeding. Air naik ke atas diameter 150 mm dan tinggi 300 mm sebanyak 12
sambil membawa semen dan butir-butir halus buah. Namun dalam pengujian, jumlah benda uji yang
pasir, yang pada akhirnya setelah beton mengeras digunakan tidak mencukupi, dengan demikian dibuat
akan tampak sebagai lapisan selaput, yang dikenal benda uji yang terbuat dari pipa paralon dengan
sebagai laitance. dimensi silinder diamater 157 mm dan tinggi 314 mm
dan alasnya dipakai dop yang terbuat dari sink licin,
2.7 Beton Keras (Hardened Concrete) sebanyak 8 buah. Dengan demikian jumlah benda uji
Sifat beton keras yang perlu diperhatikan, yaitu : yang digunakan sebanyak 20 buah. Tetapi pada saat
1. Kekuatan beton. pencampuran, kapasitas molen yang dipakai kecil
Faktor utama yang mempengaruhi kekuatan dari sehingga pencampuran dilakukan terpisah, namun
material getas adalah porositas. nilai slump yang dipakai tetap sama yaitu 150 mm.
2. Ketahanan (durability). Dengan demikian untuk satu kali pencampuran, benda
uji yang dihasilkan sebanyak 4 buah. Untuk

64
JURNAL SIMETRIK VOL 1, NO. 4, JUNI 2014, ISSN : 2302-9579

perawatannya benda uji direndam dengan air sehari Mengacu pada BS 812 : Part 2 : 1975 menunjukkan
setelah pencetakan sampai dengan waktu pengujian. bahwa, hasil pemeriksaan berat jenis dan penyerapan
Pengujian kuat tekan dilakukan pada umur beton 3, 7, memenuhi syarat untuk pencampuran beton yaitu 2,4
14, 21 dan 28 hari, yang mana masing-masing umur – 2,9 dengan penyerapan < 5 %.
beton diwakili oleh 4 benda uji. Setelah didapat hasil
untuk masing-masing umur beton, kemudian hasil  Pemeriksaan kadar air.
tersebut dikonversi ke umur beton 28 hari dengan nilai Pemeriksaan kadar air dilakukan terhadap agregat
konversi sebagai berikut : dalam keadaan asli dan dalam keadaan SSD. Hasil
pemeriksaan untuk agregat dalam keadaan asli yaitu
Tabel 5. Nilai konversi ke umur beton 28 hari 0,04 %, sedangkan untuk agregat dalam keadaan SSD
Umur beton Nilai konversi untuk 2,12 %. Menurut SII 0052-82 kadar air harus kurang
( hari ) umur beton 28 hari dari 5 %. Dengan demikian hasil pemeriksaan tersebut
3 0,46 memenuhi syarat untuk dilakukannya pencampuran
7 0,70 beton.
14 0,88
21 0,96  Pemeriksaan berat isi
28 1,00 Pemeriksaan ini dilakukan pada dua keadaan
yaitu keadaan lepas atau gembur dan keadaan padat.
Sedangkan untuk menghitung kuat tekan karakteristik, Berdasarkan pemeriksaan, berat isi pada keadaan lepas
dipakai rumus : sebesar 1285 gr/m3, sedangkan pada keadaan padat
f’c = f’cr – 1,64 sd sebesar 1378 gr/m3.

4. Hasil Dan Pembahasan  Pemeriksaan keausan


4.1 Pemeriksaan Agregat Kasar (batu karang Berdasarkan hasil pemeriksaan, besarnya
pecah alam). keausan adalah sebesar 12,06 %, lebih kecil dari yang
 Analisa Saringan. disyaratkan yaitu untuk kekuatan beton di atas 20
Pada gambar 1. memperlihatkan bahwa agregat MPa, bagian yang hancur menembus ayakan 1,7 mm
kasar yang digunakan 55 % berada dalam daerah yang sebesar 27 %. Dengan demikian memenuhi syarat
disyaratkan oleh BS 882 : Part 2 : 1973, dimana untuk pencampuran beton.
ukuran butiran dominan adalah antara 9.5 mm sampai Hasil pemeriksaan analisa saringan, menunjukkan
dengan 25,4 mm. Modulus kehalusan yang dihasilkan bahwa agregat kasar yang digunakan tidak sesuai
sebesar 8,204, yang berarti lebih besar dari yang dengan yang disyaratkan oleh BS 882 : Part 2 : 1973.
diisyaratkan oleh SII-0052-80 yaitu sebesar 6,0 – 7,1 Hal ini disebabkan karena agregat kasar tersebut
sehingga dapat dikatakan bahwa agregat kasar yang mempunyai ukuran dominan yaitu, antara 9,5 mm
dipakai dalam penelitian ini tidak memenuhi syarat sampai dengan 25,4 mm. Dengan demikian agregat
gradasi maupun modulus kehalusan. tersebut mempunyai ukuran tunggal atau dapat
dikatakan mempunyai ukuran butiran yang seragam.
BATAS GRADASI KERIKIL Hal ini menyebabkan volume pori menjadi besar, dan
Ukuran Maksimun 40 mm kebutuhan air menjadi banyak (Tjokrodimuljo
Kardiyono, 1996).
100
Persentasi yang Lolos Ayakan ( % )

Berdasarkan pengujian keausan, agregat kasar


90
dapat dikatakan kuat. Namun partikel-partikelnya
80
tidak terikat dengan kuat, sehingga agregat kasar
70
tersebut mudah pecah dan sangat berpengaruh
60 terhadap kekuatan beton itu sendiri.
50 Agregat mempunyai bentuk butiran yang bersudut
40 sehingga daya lekat dengan pasta menjadi kuat,
30 namun kebutuhan pasta lebih banyak karena
20 mempunyai rongga udara yang besar (Nugraha
10 Paulus, 1989).
0 Ukuran Mata Ayakan ( mm )
0.075 0.15 0.3 0.6 1.18 2.36 4.75 9.57 19 38 4.2 Pemeriksaan Agregat Halus (pasir)
Gambar 1. Batas Gradasi Kasar  Analisa Saringan
Pada gambar 2 memperlihatkan bahwa agregat
 Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan. halus yang digunakan berada dalam zona III yang
Pemeriksaan berat jenis dilakukan dengan disyaratkan oleh BS 882 : Part 2 : 1973. Modulus
menggunakan agregat dalam keadaan Saturated kehalusan sebesar 2,155 sesuai dengan yang
Surface Dry (SSD), dari hasil yang diperoleh yaitu disyaratkan pada ASTM C33-74 yaitu sebesar 2,3 -
berat jenis (Gs SSD) sebesar 2,553 dan penyerapan 3,1.
sebesar 1,36 %.
65
JURNAL SIMETRIK VOL 1, NO. 4, JUNI 2014, ISSN : 2302-9579

BATAS GRADASI PASIR DALAM DAERAH GRADASI


kulit kerang yang sangat berpengaruh pada beton.
NOMOR 02 Dengan demikian dalam proses pencampuran beton,
digunakan agregat halus yang lolos ukuran saringan
Grafik - 3 Nomor 16.
100
Berdasarkan hasil analisa saringan, agregat halus
Ukuran Mata Ayakan ( mm )

90
dapat dipakai sebagai bahan pembuat beton, karena
80
gradasi menunjukkan bahwa agregat tersebut berada
70 dalam zona 3 sesuai dengan yang disyaratkan oleh
60 BS 882 : Part 2 : 1973. Namun modulus kehalusan
50 sebesar 2,15 lebih kecil dari yang disyaratkan dalam
40 ASTM C 33-74 yaitu 2,3 – 3,1. Dengan demikian
30
agregat halus yang digunakan terlalu halus, sehingga
untuk mendapatkan campuran yang workable,
20
kebutuhan air akan lebih banyak. Kandungan organis
10 dalam agregat halus, berdasarkan ASTM C 66
0
Ukuran Mata Ayakan ( mm )
menunjukkan bahwa terjadi penurunan kekuatan
0.0750.15 0.3 0.6 1.18 2.36 4.75 9.57 19 38 sebesar 10 - 20 %. Yang mana pengaruhnya terjadi
pada saat beton mengeras.
Gambar 2. Batas Gradasi Halus Selain itu, kandungan kulit kerang dalam agregat
halus dalam jumlah yang besar dari pasir yang
 Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan digunakan. Hal ini dapat dilihat pada analisa saringan,
Pemeriksaan berat jenis agregat halus dilakukan yang mana berat tertahan saringan ukuran 4,75 mm
pada agregat dalam keadaan Saturated Surface Dry dan 2,36 mm terdiri dari kulit kerang. Karena sifat
(SSD). Berdasarkan hasil pemeriksaan, diperoleh berat kulit kerang yang getas, maka akan berpengaruh
jenis agregat halus sebesar 2,37 dan penyerapan 2,62 terhadap kekuatan mortar, dengan demikian
%. Menurut persyaratan PB 0203-1976, berat jenis > berpengaruh signifikan terhadap kuat tekan beton.
2,3 dan penyerapan < 5 %.
4.3 Hasil Perencanaan Campuran dan Pengujian
 Pemeriksaan kadar air Kuat Tekan
Pemeriksaan kadar air agregat halus dilakukan
untuk agregat dalam keadaan asli dan dalam keadaan Perencanaan menggunakan metode SNI T-15-
SSD. Berdasarkan hasil pemeriksaan diperoleh kadar 1991-03, untuk mutu beton f’c = 20 MPa proporsi
air agregat halus dalam keadaan asli sebesar 2,808 %, campuran untuk 1 m3 beton sebagai berikut :
sedangkan dalam keadaan SSD kadar airnya sebesar Air = 185 kg/m3
2,21 %. Menurut SII 0052-82 kadar air < 5 %. Dengan Semen = 297,7 kg/m3
demikian hasil pemeriksaan tersebut memenuhi syarat Pasir = 576,3 kg/m3
untuk dilakukannya pencampuran beton. Kerikil = 1236 kg/m3
Dengan perbandingan berat, yaitu :
 Pemeriksaan berat isi 0,6 air : 1 pc : 1,936 psr : 4,152 krk
Pemeriksaan berat isi dilakukan pada dua Persentase gabungan agregat kasar dan agregat halus
keadaan yaitu keadaan lepas atau gembur dan keadaan berdasarkan perhitungan mix design adalah 68,2 % :
padat. Berdasarkan pemeriksaan, diperoleh berat isi 31,8 %, ditunjukkan pada gambar 3. berikut ini :
pada keadaan lepas sebesar 1207 gr/m3, sedangkan 100

3
pada keadaan padat berat isinya sebesar 1314 gr/m . 90
Agregat halus

80

 Pemeriksaan kadar organis 70

Pemeriksaan kadar organis dengan menggunakan 60


% Lolos

larutan NaOH 3 %, berdasarkan prosedur pemeriksaan 50

yang mengacu pada ASTM C-66, menunjukkan 40 Agregat gabungan

bahwa larutan berwarna kuning muda, berarti terjadi 30

penurunan kekuatan sebesar 10 – 20 %. 20


Agregat kasar
10

 Pemeriksaan kadar lumpur/kotoran pasir 0


0,15 0,30 0,60 1,20 2,40 4,80 9,50 19,10 38,10

Agregat dikatakan bersih apabila sesuai dengan Ukuran ayakan ( mm )

disyaratkan dalam SII 0052-80 yaitu tinggi endapan < Gambar 3. Gradasi gabungan agregat kasar dan
1/14 tinggi agregat (pasir). Berdasarkan pemeriksaan agregat halus.
tinggi pasir yang dimasukkan dalam gelas ukur yaitu
100 mm sedangkan tinggi endapan dalam gelas ukur Berdasarkan gambar 3. terlihat bahwa susunan ukuran
didapat 0,5 mm. Berarti tinggi endapan 0,5 mm < 7,14 butiran agregat tidak sesuai dengan persyaratan
mm. Namun agregat halus (pasir) banyak mengandung sebagaimana disyaratkan oleh BS 882 : Part 2 : 1973.

66
JURNAL SIMETRIK VOL 1, NO. 4, JUNI 2014, ISSN : 2302-9579

Berdasarkan proporsi campuran yang didapat, maka = 2295 – 297,7 – 185


dibuat benda uji dan dilanjutkan dengan pengujian = 1812,3kg/m3, maka
kuat tekan dengan menggunakan benda uji silinder Berat pasir SSD (Wp SSD)
yang telah ditentukan berdasarkan SNI T-15-1990-03. = 31,80 % x 1812,3
= 576.3kg/m3
 Menentukan kokoh tekan rata-rata (f'cr) Berat kerikil SSD (Wk SSD)
Target kokoh tekan rata-rata menurut SNI T-15- = 68, 20 % x 1812,3
1990-03 Bab I pasal 1.3.6 yaitu kuat tekan rata-rata = 1236kg/m3
yang diharapkan dapat dicapai yang besarnya lebih  Proporsi campuran keadaan SSD :
dari kuat tekan beton yang disyaratkan (f’c), dengan
persamaan sebagai berikut : Pc : Air : Pasir : Kerikil
297,7 : 185 : 576.3 : 1236
f'cr = f'c + 1.64 . S 1 : 0,6 : 1,94 :4.152
= 20 + 1,64 x 7
= 31,48 MPa Untuk pengujian kuat tekan beton, dipakai dua
macam silinder yang ukurannya berbeda. Hal ini
 Menentukan faktor air semen (w/c) dilakukan karena terbatasnya jumlah silinder baja
Dari tabel perkiraan kuat tekan beton pada yang dipakai sebagai fasilitas pendukung dalam
campuran dengan faktor air semen 0,5 (tabel 2 SNI T- pengujian ini. Hasil pengujian kuat tekan terhadap 20
15-1990-03) diperoleh perkiraan kuat tekan beton benda uji memperlihatkan bahwa :
pada umur 28 hari sebesar 45 MPa. Nilai ini f’cr = 9,17 MPa
selanjutnya diplotkan ke grafik 1 SNI T-15-1990-03 sd = 2,67 MPa
diperoleh faktor air semen untuk kuat tekan rata-rata f’c = f’cr – 1,64 sd
f'cr = 31,5 MPa yaitu : w/c = 0,6215 = 4,80 < 20 MPa (tidak memenuhi)

 Menentukan berat air (w) Berdasarkan grafik gabungan agregat halus dan
Berdasarkan tabel 6 SNI T-15-1990-03 dan agregat kasar, terlihat bahwa agregat mengalami gap
dengan persamaan berikut : grading, yang menyebabkan mudahnya agregat untuk
w = 2/3 wh + 1/3 wk cenderung memisah atau segregasi. Kecenderungan
= 2/3 x 175 + 1/3 x 205 memisah atau segregasi ini akan menyebabkan
= 185 kg/m3 terjadinya pemisahan air, yang mana air campuran
cenderung untuk naik ke atas pada beton segar yang
 Menentukan kadar semen ( c ) baru saja dipadatkan. Karena agregat halus yang
digunakan terlalu halus, maka pada saat air
c = kadar air / faktor air memisahkan diri, air tersebut membawa semen dan
= 185/0,6215 butir-butir halus pasir. Dengan demikian di bagian
= 297.7kg/m3 tengah dan bawah akan kekurangan semen dan pasir
sehingga dapat mengurangi daya lekat dengan agregat
 Menentukan berat pasir dan kerikil kasar.
Berdasarkan grafik 11 SNI T-15-1990-03,
didapat : 4.4 Beton segar
% pasir = (34,6 + 29)/2 Dilihat dari sifat beton segar yang workable,
= 31,80 % maka pasta semen yang digunakan sebagai pengikat
% kerikil = 100 – 31,80 harus sebanding dengan bahan-bahan lain yang
= 68, 20 % digunakan untuk pembuatan beton.
Kepadatan relatif gabungan SSD (Ga SSD) Jika agregat halus yang mengandung butir yang sangat
= % psr x Gs psr + % krk x Gs krk halus, maka makin sedikit dibutuhkan untuk membuat
= 0.318 x 2.370 + 0.682 x 2.553 campuran workable. Kebutuhan air yang banyak akan
= 2.4948 mempermudah pengerjaan beton dan penambahan
semen kedalam campuran memudahkan cara
 Menentukan berat beton basah (D) pengerjaan adukan beton (Nugraha Paulus, 1989).
Berdasarkan grafik 12 SNI T-15-1990-03 dapat Nilai slam yang dipakai sebesar 150 mm, sesuai
diperkirakan berat beton basah, dimana agregat dalam dengan yang disyaratkan untuk mutu beton 20 MPa
keadaan SSD, dalam hal ini untuk : slamnya berkisar antara 80 sampai 160 mm. Namun
Berat air = 185 kg/m3 dengan slam yang tinggi mudah terjadi pemisahan
Ga SSD = 2.4948, maka agregat.
D = 2295kg/m3
4.5 Beton keras
 Menentukan berat total agregat. Kekuatan beton dipengaruhi oleh bentuk agregat.
Agregat kasar yang dipakai pada pengujian ini
Berat total agregat =D-c–w berbentuk angular. Untuk memperoleh beton yang

67
JURNAL SIMETRIK VOL 1, NO. 4, JUNI 2014, ISSN : 2302-9579

kuat, maka bentuk agregat yang angular sangat baik Paulus Nugraha., 1989, Teknologi Beton (Dengan
untuk digunakan dalam pencampuran beton. Antisipasi terhadap Pedoman Beton 1989),
Sedangkan bentuk agregat yang angular juga Universitas Kristen Petra Surabaya.
mempengaruhi kelecakan, karena luas permukaannya
besar sehingga membutuhkan banyak air untuk Direktorat Jenderal Bina Marga, 1976, Manual
memudahkan pengerjaan beton. Pemeriksaan Bahan Jalan No.
Berdasarkan retakan yang terjadi pada benda uji saat 01/MN/BM1976, Departemen Pekerjaan
pengujian kuat tekan, terlihat bahwa lekatan antara Umum dan Tenaga Listrik.
pasta dan agregat cukup kuat. Hal ini dibuktikan
dengan hancurnya mortar dan agregat kasar pada saat
benda uji mengalami retakan akibat beban maksimum
yang mampu ditolaknya.
Kekuatan beton juga dipengaruhi oleh faktor
air/semen. Air yang dipakai terlalu banyak bila
dibandingkan dengan ukuran agregat yang
diperlihatkan oleh kurva gradasi, sehingga air tersebut
akan menempati ruang dan pada saat penguapan akan
menjadi pori.

5. Penutup
5.1 Kesmpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang
dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1 Pemeriksaan bahan menunjukan bahwa berat
jenis, kadar air, keausan dan berat isi agregat
kasar maupun agregat halus serta kotoran pasir
dan kotoran organis untuk agregat halus
memenuhi syarat acuan.
2 Agregat halus yang digunakan banyak
mengandung kulit kerang berukuran kecil
sehingga menyebabkan mudahnya terjadi
retakan.
3 Berdasarkan retakan pada benda uji yang terjadi,
terlihat bahwa batu pecah yang dipakai
mempunyai butiran yang tidak kohesif sehingga
mudah retak.
4. Hasil kokoh tekan pada masing – masing benda
uji tidak sesuai dengan kokoh tekan yang
direncanakan. Disebabkan oleh kekuatan mortar
dan kekuatan batu yang bervariasi serta cara
pengerjaan campuran beton yang terpisah. Yang
mana dapat dilihat dari pola retak yang tidak
normal pada tiap benda uji.

6. Daftar Puataka

Departemen Pekerjaan Umum, SK-SNI T-15 1991-03,


Diterbitkan oleh Yayasan LPMB, Bandung.

Kardiyono Tjokrodimuljo., 1996, Teknologi Beton,


Nafiri Yogyakarta.

Hamid Shabab., 1996, Menata Pengertian Keamanan


dan Pengamanan Struktur, Djambatan.
L.J. Murdock dan K.M. Brook., 1986, Bahan dan
Praktek Beton, Erlangga.

68

You might also like