You are on page 1of 7

Kapita Selekta

STUDI KASUS PENCEMARAN UDARA DI


DAERAH INDUSTRI GALANGAN KAPAL
KECAMATAN SAGULUNG KOTA BATAM

KARTIKA ARIASWARA

30000117420035

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS DIPONEGORO


MAGISTER ILMU LINGKUNGAN
SEMARANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan
meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara
telah mengalami perubahan. Perubahan lingkungan udara pada umumnya
disebabkan pencemaran udara yaitu masuknya zat pencemar berbentuk gas-gas
dan partikel kecil (aerosol) ke dalam udara, sehingga mutu udara turun sampai ke
tingkat tertentu yang menyebabkan atau mempengaruhi kesehatan manusia.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah 41 tahun 1999 menyebutkan bahwa
pencemaran udara adalah masuk atau dimasukkannya zat energi dari komponen
lain ke dalam udara oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun sampai
tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi
fungsinya.
Pembangunan fisik kota dan berdirinya pusat-pusat industri disertai
melonjaknya produksi kendaraan bermotor, mengakibatkan peningkatan
kepadatan lalu lintas dan hasil produksi sampingan, yang merupakan salah satu
sumber pencemaran udara. Peningkatan pencemaran udara terutama terjadi di
daerah perindustrian, perdagangan dan padat kendaraan. Konsentrasi pencemaran
udara di beberapa kota besar dan daerah industri Indonesia dapat menyebabkan
adanya gangguan pernafasan, iritasi pada mata dan telinga, serta timbulnya
penyakit tertentu (Soedomo, 2001).
Pada lingkungan Industri terdapat bahan noksa (bahan yang dapat merusak
struktur anatomis sel/organ dan fungsi paru) yang terdiri dari debu organik, debu
anorganik atau mineral (yang dijumpai dalam proses pertambangan, industri
keramik, industri logam), gas iritan (industri petrokimia, obat-obatan dan plastik)
(Dawud, Yudanarso, 2004).
Industri Shipyard (galangan kapal) yang menjadi andalan Kota Batam
memberikan kontribusi yang cukup besar bagi peningkatan taraf hidup
masyarakat. Meskipun perkembangan Industri Shipyard ini meningkatkan taraf
hidup masyarakat, tetapi berbagai dampak negatif juga terjadi pada masyarakat di
sekitar kawasan Industri Shipyard tersebut. Salah satu dampak negatif adalah
terhadap kesehatan masyarakat di sekitar kawasan Industri tersebut terutama
nelayan. Hal ini disebabkan oleh pencemaran udara yang ditimbulkan akibat dari
proses produksi.
. Paparan debu yang yag dihasilkan oleh kawasan Industri dapat menimbulkan
dampak pencemaran udara terhadap lingkungan dan kesehatan. Masyarakat di
Kecamatan Sagulung Kota Batam merupakan populasi yang merasakan akibat
adanya pencemaran dari industri yang ada di kawasan Industri Tanjung Uncang.
Hal ini yang membuat mereka menjadi populasi yang beresiko tinggi terkena
pajanan debu dari aktifitas industri shipyard.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa saja sumber pencemaran udara di Kecamatan Sagulung Kota Batam?
2. Bagaimana tingkat pencemaran udara di Kecamatan Sagulung Kota Batam?
3. Bagaimana upaya penanggulangan untuk mengatasi pencemaran udara oleh
Pihak Terkait?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Sumber Pencemar Udara di Kecamatan Sagulung


a. Kegiatan Industri Galangan Kapal
Salah satu kegiatan industri galangan kapal yang menjadi sumber pencemar
udara adalah penghalusan dan pengecatan. Penghalusan dan pengecatan dilakukan
untuk menghaluskan bekas las yang tidak rata, kasar, dan berkarat. Pekerjaan ini
dilakukan dengan menggunakan gerinda dan amplas dan jika diperlukan
dilakukan juga sandblasting. Berdasarkan lampiran 2 Peraturan Pemerintah No.
85 Tahun 1999, limbah yang berasal dari kegiatan sandblasting ditetapkan sebagai
limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) dari sumber spesifik. Limbah
sandblasting dikategorikan sebagai limbah B3 karena mengandung sejumlah
logam berat yang dapat mengganggu kesehatan dan lingkungan. Paparan debu
limbah sandblasting secara terus-menerus berpotensi menyebabkan iritasi pada
kulit, gangguan pernapasan bahkan silikosis.
Selain itu, pencemaran udara juga disebabkan oleh debu dari kegiatan hilir
mudiknya kendaraan besar yang keluar masuk perusahaan galangan kapal.
Keadaan Jalan dan jalur lalu lintas disekitar kawasan industri berdebu diakibatkan
oleh jalur yang sebagian besar belum diaspal atau dengan kata lain masih jalur
tanah. Keadaan ini ditambah dengan keringnya lokasi industri tanpa penghijauan
dan mobilitas truk industri galangan kapal yang melewati permukiman penduduk.
2.2. Tingkat Pencemaran Udara di Kecamatan Sagulung
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1999
tentang pengendalian pencemaran udara menjelaskan mengenai baku mutu udara
ambien, baku mutu kadar debu dalam udara ambien yaitu PM10 adalah 150 μg/m3.
Untuk batas tertinggi pajanan debu di lingkungan pabrik/industri, batasan yang
dipakai adalah Nilai Ambang Batas, yaitu sebesar 10 mg/ m3. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan Ismail pada tahun 2013, rata-rata konsentrasi debu di
pemukiman industri Galangan Kapal dari 14 titik pengukuran sebesar 244,786
μg/m3 berarti telah melewati ambang batas baku mutu udara ambien yang telah
ditetapkan pemerintah.
Berdasarkan hasil penelitian Palma R.G.M pada tahun 2014, yang dilakukan
dengan cara pengukuran di 5 titik yang berbeda, pengukuran di titik 1, 2, 3 dan 4
yang menunjukkan kadar PM10 yang rendah dilaksanakan pada saat tidak
terjadinya mobilitas yang padat dari truk industri maupun kendaraan umum
beserta debu hasil mobilitas masyarakat, sedangkan pengukuran kadar PM10 pada
titik 5 yang memberikan hasil kadar PM1o yang tinggi dilaksanakan pada pukul
16.00 – 17.00 WIB dimana waktu tersebut adalah jadwal pulang untuk para
pekerja industri galangan kapal yang di dominasi oleh pengendara sepeda motor.
Dengan demikian pencemaran yang dihasilkan dari industri shipyard di kawasan
industri Galangan Kapal adalah mencemari, berbahaya dan mengganggu
masyarakat, serta aktivitas jalur kendaraan disekitar pemukiman penduduk secara
langsung juga dapat mempengaruhi kadar debu di lokasi baik secara kuantitatif
maupun kualitatif sehingga perlu dilakukan upaya penanganan khusus oleh pihak
terkait untuk mengatasi permasalahan yang ditimbulkan.
2.3. Upaya Penanggulangan Pencemaran Udara
Upaya penanggulangan yang dapat dilakukan yaitu pemantauan yang lebih
komprehensip mengingat daerah lokasi shipyard berhadapan langsung dengan
kawasan pemukiman penduduk, mengingat hasil pemantauan debu di lokasi
pemukiman, peran aktif masyarakat dalam pengelolaan dan kontrol terhadap
pengelolaan lingkungan serta penanganannya lebih ditingkatkan, Pemerintah
Daerah melalui Badan Lingkungan Hidup dan Dinas Kesehatan agar lebih intensif
mengadakan penyuluhan dan bimbingan praktis tentang kegiatan pengelolaan
lingkungan yang berkelanjutan, bagaimana menjaga kualitas lingkungan,
kesehatan lingkungan dan kesehatan masyarakat, Pemerintah Daerah melalui
Badan Lingkungan Hidup agar lebih intensip di dalam melakukan pemantauan
terhadap pelaksanaan pengelolaan lingkungan oleh perusahaan, sebagai usaha
dalam menciptakan perusahaan hijau guna memberi gambaran nyata keberhasilan
kegiatan pengelolaan yang tetap ramah lingkungan.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Sumber pencemaran udara di Kecamatan Sagulung Kota Batam yaitu berasal dari
kegiatan industry Shipyard yang berada di kawasan industry Tanjung Uncang. Salah satu
proses kegiatan industry Shipyard yang paling banyak menyebabkan pencemaran udara
adalah proses penghalusan dengan cara sandblasting yang menggunakan bahan baku
utama pasir.
2. Pencemaran udara di Kecamatan Sagulung Kota Batam sudah melebihi ambang batas
baku mutu ambien yang telah di tetapkan pemerintah yaitu 150 μg/m3, sedangkan
konsentrasi debu di daerah kawasan industry shipyard sebesar 244,786 μg/m3. Hal
tersebut berarti pencemaran udara di kawasan industry shipyard sudah mengganggu dan
membahayakan lingkungan dan masyarakat di sekitar industry.
3. Terdapat banyak upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi pencemaran udara di
Kecamatan Sagulung Kota Batam salah satunya yaitu kerjasama antara masyarakat
sekitar dan perusahan dengan Pemerintah Daerah khususnya Dinas Kesehatan dan Dinas
Lingkungan Hidup agar dapat melakukan kegiatan pengelolaan lingkungan yang
berkelanjutan, guna menjaga kualitas lingkungan, kesehatan lingkungan dan kesehatan
masyarakat, serta menciptakan perusahaan yang ramah lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Dasminto. 2007. Pengelolaan Lingkungan Pesisir Di Kawasan Pengembangan Industri Kota


Batam, Provinsi Riau. Tesis diterbitan. Bogor: Ilmu Lingkungan – Institut Pertanian Bogor

Dawud, Yudanarso, 2004. ‘ Occupational & environmental Lung Disorders’.Kelompok Kerja


Paru Kerja dan Lingkungan PDPI Pusat, Jurnal Respirologi Indonesia vol. 24, No. 3,
Jakarta
Ismail. 20103. Kejian Pencemaran Udara Akibat Kegiatan Industri dan Pengaruhnya Terhadap
Kesehatan Lingkugan (Study Kasus Kawasan Industri Tanjung Uncangan Kota Batam
Propinsi Kepulauan Riau). Universitas Gajah Mada: Yogyakarta
Marpaung, Palma R. G. 2014. Analisis Kadar Particulate Matter 10 (PM 10) dan Keluhan Ispa
pada Daerah Industri Galangan Kapal di Kelurahan Sei Pelunggut Kecamatan Sagulung
Kota Batam Tahun 2014. Universitas Sumatra Utara Medan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999. Pengendalian Pencemaran
Udara. 26 Mei 1999. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 86.
Jakarta
Soedomo, Moestikahadi, 2001. Kumpulan karya Ilmiah mengenai Pencemaran Udara, ITB.
Bandung

You might also like