You are on page 1of 6

Heasy Pratiwi

Alpha 2015

04011181520038

Skenario B blok 27

Malaria Tertiana

Diagnosis Kerja

Malaria tertiana tanpa komplikasi et causa Plasmodium vivax

Epidemiologi

Menurut Hakin (2011) Komponen epidemiologi malaria terdiri dari (1). agent malaria
adalah parasit Plasmodium spp, (2) host malaria, ada dua jenis yaitu manusia sebagai host
intermediate atau sementara karena tidak terjadi pembiakan seksual dan nyamuk sebagai
host definitive atau tetap karena terjadi pembiakan seksual dan (3) lingkungan yaitu yang
berpengaruh terhadap ke - hidupan manusia dan nyamuk vektor malaria.

1. Agent atau parasit

Di Indonesia, spesies Plasmodium yang hidup pada manusia yang dominan adalah
P . falciparum dan P. vivax . Sedangkan P. ovale dan P. malariae biasanya ditemukan di
wilayah Indonesia bagian Timur.

2. Vektor malaria
Adalah serangga atau nyamuk yang termasuk Anopheles spp yang menular-kan
malaria, ilmu yang mempelajarinya adalah entomologi malaria.
Di Indonesia dijumpai lebih dari 90 spesies A n o p h e l e s spp. dan yang telah
diketahui menjadi vektor adalah sebanyak 18 spesies. Yang paling dikenal adalah An .
sundaicus, An. barbirostris, An . maculatus dan An . aconitus
3. Ekologi Nyamuk Anopheles
Masing - masing spesies Anopheles mempunyai ekologi atau lingkungan yang
berbeda -beda, mulai dari daerah pantai, sawah dan hutan.

a. Pantai
Daerah pantai dengan karakteristik airnya payau, kelembaban tinggi serta sinar
matahari langsung, biasanya disenangi oleh spesies An. sundaicus dan An.
subpictus.
b. Sawah
Karakteristik daerah seperti ini adalah airnya tawar dan tersedia sepanjang tahun,
sinar matahari tidak langsung mengenai air, kelembaban tinggi dan suhu stabil. Di
daerah seperti ini spesies Anopheles yang dominan adalah An. aconitus di samping
itu juga biasa ditemukan An. bar-birostris, An. vagus, An. kochi dll . Di samping di
sawah, An. aco-nitus juga bisa berkembang bi - ak di aliran sungai irigasi yang
berasal dari mata air
c. Daerah pegunungan
Karakteristik daerah seperti ini adalah airnya jernih dan tawar, kelembaban tinggi.
Perairan yang dijadikan tempat perindukan adalah tepi danau yang terlindung,
mata air yang terlindung serta ko-bakan yang ada di dasar sungai pada musim
kemarau. Populasi Anopheles yang dominan di daerah ini adalah An.maculatus.
Di samping itu juga bisa ditemukan An. phili-pinensis, An. ramsayi, An. annu-
laris, An. barbirostris dll
d. Hutan
Karakteristik daerah ini adalah lembab dan suhu rendah. Air yang dijadikan tempat
perindukan biasanya berasal dari air hujan yang tergenang pada lubang di tanah
bekas kaki binatang. Karena itu kepadatan tertinggi dai daerah ini biasanya terjadi
pada musim hujan . Spesies Anopheles yang dominan di daerah hutan adalah An.
Balabacensis.

Suatu daerah dikatakan endemis malaria jika secara konstan angka kejadian malaria
dapat diketahui serta penularan secara alami berlangsung sepanjang tahun. Peningkatan
perjalanan udara internasional dan resistensi terhadap obat antimalaria dapat meningkatkan
kasus malaria impor pada turis, pelancong dan imigran.
Sebaran kasus malaria di Indonesia dapat dilihat dari jumlah dan persentase kab/kota
endemis. Didapatkan bahwa papua merupakan daerah endemis tertinggi yaitu sebesar
31,93%. Pada kasus Dina ada riwayat pergi ke bangka, yang merupakan 1,08% daerah
endemis malaria (Depkes, 2016)
Pada gambar tersebut didapatkan bahwa kasus malaria banyak terkonsentrasi di
wilayah timur.

Faktor risiko

a. Faktor Migrasi
Mobilitas dan perpindahan penduduk dari desa ke kota memungkinkan terjadinya
penularan penyakit malaria. Hal ini dimungkinkan terjadi karena :
1. Penduduk baru membawa penyakit yang ada di daerahnya atau sebaliknya. Daerah
yang penduduknya tidak mempunyai kekebalan terhadap penyakit akan tertular
penyakit yang dibawa para pendatang tersebut atau sebaliknya.
2. Pendatang dari daerah baru ke daerah asal dan membawa penyakit yang semula di
daerah asal tidak ada penyakit tersebut,misalnya transmigran. Bisa terjadi juga
masyarakat yang berpindah dari daerah endemisitas rendah ke daerah endemis tinggi
malaria, hal ini akan membahayakan kesehatannya apabila tidak dilindungi.
b. Daerah yang menjadi tujuan
Perpindahan penduduk menjadi faktor penting dalam peningkatan kasus malaria,
meningkatnya perjalanan ke daerah endemis mengakibatkan kasus impor

c. Lama Tinggal di Daerah Endemis


Masyarakat yang berada di daerah endemis malaria biasanya mempunyai
imunitas/kekebalan secara alami, sehingga mempunyai pertahanan alami dan lebih tahan
untuk terinfeksi malaria.
d. Riwayat Penyakit Malaria Sebelumnya
Orang yang pernah terinfeksi malaria sebelumnya biasanya akan terbentuk
imunitas sehingga akan lebih rentan terhadap infeksi malaria berikutnya.
e. Penggunaan kemoprofilaksis
Kemoprofilaksis bertujuan untuk mengurangi risiko terinfeksi malaria sehingga
apabila terinfeksi maka gejala klinisnya tidak berat. Obat yang dipakai terutama bekerja
pada siklus eritrositer. Kemoprofilaksis ini ditujukan kepada orang yang bepergian ke
daerah endemis dalam waktu yang tidak terlalu lama seperti turis, peneliti, pegawai
kehutanan dan lain-lain
f. Faktor perilaku
Faktor perilaku diantaranya adalah penggunaan kelambu dan pemasangan
ventilasi menggunakan kawat kasa.
Penggunan kelambu
Pemakain kelambu pada saat tidur dapat membantu mengurangi kontak atau gigitan
nyamuk, sehingga secara tidak langsung dapat menurunkan kejadian malaria. Untuk
yang melakukan pejalanan ke daerah endemis dalam waktu lama perlu menggunakan
personal protection seperti pemakaian kelambu, repellent,kawat kasa dan lain-lain
Penggunaan Kawat Kasa
Pemasangan kawat kasa pada ventilasi akan mengurangi kontak nyamuk yang berada
diluar dengan penghuni rumah, karena nyamuk tidak dapat masuk ke dalam rumah
(Santi, 2011)

Analisis Masalah

Bagaimana mekanisme sakit kepala? 6 10


Penyebab sakit kepala pada kasus yaitu sitokin pro-inflamasi seperti tumor necrosis factor
atau TNF dan interleukin-1.
Mekanisme :
Merozoit menginvasi Eritrosit  tumbuh di dalam eritrosit menjadi bentuk matur  jumlah
>> respon imun  permeabilitas sistemik meningkat  TIK meningkat  sakit kepala

Apa makna klinis Buang air besar dan buang air kecil tidak ada? 3 6
Untuk menyingkirkan diagnosis banding ISK, penyakit pada saluran cerna.
Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik? 6 10
Hasil Pemeriksaan Nilai Normal Interpretasi
Compos mentis Compos mentis Normal
Konjungtiva pucat Konjungtiva tidak pucat Tidak normal
Tekanan darah 100/70 mmHg 97-115/ 57-76 Normal
nadi 108 kali/menit (isi dan tegangan 60-100 Takikardi
cukup)
Laju pernapasan 28 kali/menit 18-25 Takipneu
temperatur 39C 36,5-37,5 Demam
Tidak ditemukan tanda dehidrasi Tidak dehidrasi ataupun Normal
ataupun gangguan sirkulasi gangguan sirkulasi
Tidak terdapat ruam kulit Tidak ditemukan ruam Normal
(eksantem) urtikari
Pemeriksaan dinding dada dalam Pemeriksaan dinding dada Normal
batas normal dalam batas normal
Pemeriksaan jantung paru dalam Pemeriksaan jantung paru Normal
batas normal dalam batas normal
Pada pemeriksaan abdomen Hepar dan limfe tidak teraba Tidak Normal
ditemukan hepatosplenomegali
KGB tidak teraba membesar KGB tidak teraba membesar Normal
Pemeriksaan neurologis dalam batas Pemeriksaan neurologis Normal
normal dalam batas normal

Apa stadium dari gambaran apusan darah tipis? 3 6


Plasmodium vivax, ditemukan berbagai fasenya, yaitu ringform, tropozoit, dan skizon.

Fase ringform Fase Tropozoit (terdapat schuffner dots) Fase Gametosit


Fase ookinet Fase skizon

Daftar Pustaka

Hakim, L. (2011). Malaria: epidemiologi dan diagnosis. ASPIRATOR-Jurnal Penelitian


Penyakit Tular Vektor (Journal of Vector-borne Diseases Studies), 3(2).

Depkes RI (2016). InfoDatin Malaria. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

Santi, M., & Hakim, L. (2011). Hubungan Faktor Penularan dengan Kejadian Malaria pada
Pekerj a Migrasi yang Berasal dari Kecamatan Lengkong Kabupaten
Sukabumi. ASPIRATOR-Jurnal Penelitian Penyakit Tular Vektor (Journal of Vector-
borne Diseases Studies), 3(2).

You might also like