You are on page 1of 36

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KELUARGA Tn.

W DENGAN
HIPERTENSI DI NARUM KIDUL, TLOGOWATU, KEMALANG
KLATEN

DISUSUN OLEH
IKHSAN RAMADHANI
P.170.1025

PROGRAM PROFESI NERS


STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN
2018

LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori Hipertensi


1. Pengertian
Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan penyakit darah tinggi adalah keadaan
dimana tekanan darah berada diatas normal atau optimal yaitu 120 mmHg untuk
sistolik dan 80 mmHg untuk diastolic.Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent
disease karena penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum
memeriksakan tekanan darahnya. Hipertensi terjadi dalam jangka waktu yang lama
dan terus menerus bias memicu stroke, serangan jantung, gagal jantung, dan
merupakan penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).
Hipertensi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh
darah arteri secara terus menerus lebih dari suatu periode (Udjianti, 2010 h.107).
Hipertensi didiagnosis bila tekanan darah sistolik (TDS) ≥ 140 mmHg dan tekanan
darah diastolic (TDD) ≥ 90 mmHg. Hipertensi yang sering dialami lansia adalah
hipertensi sistolik terisolasi atau isolated systolic hypertension (ISH) adalah bila TDS
≥ 140 mmHg sedangkan TDD ≤ 90 mmHg (Darmojo, 2010).

2. Klasifikasi hipertensi
a. Klasifikasi berdasarkan etiologi
Klasifikasi hipertensi berdasarkan etiologi menurut Wijaya dan Putri (2013 h.52) :
1) Hipertensi essensial (primer)
Merupakan 90% dari kasus penderita hipertensi, dimana sampai saat ini belum
diketahui penyebabnya secara pasti. Beberapa factor yang berpengaruh dalam
terjadinya hipertensi essensial, seperti : factor genetic, stress dan psikologis,
serta factor lingkungan dan diet (peningkatan penggunaan garam dan
berkurangnya asupan kalium dan kalsium).
2) Hipertensi sekunder
Pada hipertensi sekunder, penyebab dan patofisiologi dapat diketahui dengan
jelas sehingga lebih mudah untuk dikendalikan dengan obat-obatan. Penyebab
hipertensi sekunder diantaranya berupa kelainan ginjal seperti tumor, diabetes,
kelainan adrenal, kelainann aorta, kelainan endokrin lainya seperti obesitas,
resistensi insulin, hipertiroidtisme, dan pemakaian obat-obatan seperti
kontrasepsi oral dan kortikosteroid.
b. Klasifikasi berdasarkan derajat hipertensi :
Hipertensi menurut Adib (2009) dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasi
tekanan darah orang dewasa berusia 18 tahun ke atas yaitu sebagai berikut :
Tabel 1.Klasifikasi Tekanan Darah Orang Dewasa Berusia ≥18 Tahun
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolic (mmHg)
Normal <130 <85
Normal tinggi 130-139 85-89
Hipertensi
Stadium 1 ( ringan) 140-159 90-99
Stadium 2 (sedang) 160-179 100-109
Stadium 3 (berat) 180-209 110-119
Stadium 4 (sangat
≥210 ≥120
berat)
Sumber : Adib (2009)
Derajat hipertensi berdasarkanThe SeventhReport of The Joint National
Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood
Pressure(JNC VII) :
Table 2. Klasifikasi hipertensi menurut JNC VII
Tekanan Sistolik Tekanan Diastolic
Derajat
(mmHg) (mmHg)
Normal <120 dan <80
Pre hipertensi 120-139 atau 80-89
Hipertensi derajat 1 140-159 atau 90-99
Hipertensi derajat 2 ≥160 atau ≥100
Sumber :Wijaya dan Putri (2013)
Batasan hipertensi pada orang dewasa berdasarkan tekanan darah sistolik dan
diastolic menurut perhimpunan hipertensi Indonesia (PHI), yaitu :
Table 3. Klasifikasi hipertensi menurut PHI
Tekanan Sistol Tekanan Diastol
Kategori
(mmHg) (mmHg)
Normal <120 dan <80
Pre hipertensi 120-139 atau 80-89
Hipertensi tahap 1 140-159 atau 90-99
Hipertensi tahap 2 ≥160-179 atau ≥100
Hipertensi Sistol
≥140 dan ≤90
Terisolasi
Sumber : Sani, 2008

3. Manifestasi Klinis Hipertensi


Gejala-gejala penyakit yang biasa terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada
seseorang dengan tekanan darah yang normal hipertensi yaitu sakit kepala, pusing,
gelisah, jantung berdebar, perdarahan hidung, sukar tidur, sesak nafas, cepat marah,
telinga berdenging, tekuk terasa berat, berdebar dan sering kencing di malam hari.
Gejala akibat komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai meliputi gangguan
penglihatan, saraf, jantung, fungsi ginjal dan gangguan serebral (otak)
yangmengakibatkan kejang dan perdarahan pembuluh darah otak yang mengakibatkan
kelumpuhan, ganguan kesadaran hingga koma (Wijaya dan Putri, 2013 h.55).

4. Faktor Risiko Hipertensi


Faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi antara lain(Potter, 2010
h.206) :
a. Keturunan
Faktor keturunan dari orang tua berperan penting dalam menentukan status anak
tersebut menderita hipertensi atau tidak. Semakin dekat hubungan darah atau
keturunan seseorang dengan orang yang menderita hipertensi, akan meningkatkan
risiko orang tersebut terkena hipertensi. Riwayat keluarga dengan hipertensi atau
keturunan terbukti sebagai faktor risiko terjadinya hipertensi. Orang dengan orang
tuanya (ayah, ibu, kakek, nenek) yang memiliki riwayat hipertensi berisiko terkena
hipertensi sebesar 4,04 kali dibandingkan dengan orang yang memiliki orang tua
tanpa menderita hipertensi.
b. Umur
Umur merupakan salah satu faktor risiko terjadinya hipertensi.Prevalensi hipertensi
meningkat seiring dengan bertambahnya umur dan biasanya pada umur ≥40
tahun.Tekanan darah cenderung meningkat mulai umur remaja awal hingga remaja
akhir dan menjelang dewasa awal.Kemudian meningkat lebih nyata selama
pertumbuhan dan pematangan fisik umur dewasa akhir sampai umur tua karena
sistem sirkulasi darah terganggu.Karena pembuluh darah sering mengalami
penyumbatan, dinding pembuluh darah menjadi keras dan tebal serta elastisitasnya
berkurang dan menyebabkan tekanan darah menjadi tinggi.Hipertensi pada umur
kurang dari 35 tahun dapat meningkatkan insiden penyakit arteri koroner dan
kematian prematur.

c. Jenis Kelamin
Jenis kelamin diduga berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi. Laki-laki
cenderung memiliki risiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi karena memiliki
gaya hidup yang tidak sehat, misalnya minum minuman beralkohol dan kebiasaan
merokok. Sebelum menepouse, perempuan memiliki hormon esterogen yang
berfungsi meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). HDL yang tinggi
pada perempuan mampu mencegah terjadinya proses aterosklerosis yang dapat
menyebabkan terjadinya hipertensi. Akan tetapi setelah menopause tekanan darah
perempuan akan meningkat, bahkan jauh lebih tinggi daripada laki-laki. Setelah
umur 65 tahun kejadian hipertensi pada wanita akan lebih tinggi daripada laki-laki
yang disebabkan oleh faktor hormonal.
d. Stres
Tekanan mental akibat stres dapat memicu penurunan aliran darah ke jantung
sehingga meningkatkan risiko kematian terutama pada orang dengan penyumbatan
arteri sebelumnya. Stres meningkatkan kebutuhan akan oksigen karena tekanan
darah dan kecepatan detak jantung meningkat. Pada waktu yang sama, pengerasan
arteri menghambat aliran darah dengan lebih parah.
Keterkaitan antara stres dengan hipertensi bisa disebabkan karena adanya
rangsangan saraf simpatis yang dapat meningkatkan tekanan darah secara
intermiten.Apabila stres berlangsung lama dapat mengakibatkan peninggian
tekanan darah yang menetap.
e. Ras
Orang Afrika dan Amerika cenderung memiliki frekuensi hipertensi lebih tinggi
dibandingkan orang Eropa.Hipertensi pada orang berkulit hitam paling sedikit dua
kalinya pada orang berkulit putih sehingga hipertensi lebih berat pada ras kulit
hitam. Mortalitas pasien laki-laki berkulit hitam dengan tekanan darah diastolik
115 atau lebih, sehingga 3,3 kali lebih tinggi daripada laki-laki berkulit putih, dan
5,6 kali bagi wanita berkulit putih. Kecenderungan populasi ini terhadap hipertensi
dihubungkan dengan faktor genetik dan lingkungan.
f. Kebiasaan Merokok
Hipertensi banyak ditemukan pada orang dengan kebiasaan merokok, kandungan
kimia yang ada dalam rokok dapat memperparah kondisi hipertensi seseorang.Zat
yang terkandung dalam rokok dapat merusak lapisan dinding arteri berupa
plak.Plak yang terbentuk dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah
sehingga meningkatkan tekanan darah.Kandungan nikotin di dalam rokok dapat
meningkatkan hormon epinefrin yang dapat membuat pembuluh darah arteri
menyempit.Karbon monoksida dari pembakaran rokok mengakibatkan jantung
bekerja lebih keras untuk menggantikan pasokan oksigen ke jaringan tubuh.
Jantung yang bekerja lebih keras akan menyebabkan curah jantung juga meningkat
sehingga tekanan darah naik. Sekitar 50% kejadian hipertensi dapat dicegah
dengan menghilangkan faktor kebiasaan merokok.
g. Kurang Aktivitas Fisik
Kurang aktivitas fisik atau olahraga yang tidak ideal akan meningkatkan risiko
terjadinya obesitas yang merupakan salah satu faktor risiko hipertensi. Orang yang
aktivitas fisiknya atau olahraganya kurang memiliki risiko terkena hipertensi
sebesar 4,73 kali dibandingkan dengan orang yang memiliki kebiasaan olahraga
yang ideal atau aktivitas fisik yang cukup. Aktivitas fisik yang cukup dan olahraga
yang ideal dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan
darah, oleh karenanya sering dihubungkan dengan kejadian hipertensi. Selain itu,
aktivitas fisik atau olahraga juga berkaitan dengan peran obesitas pada hipertensi.
Faktor resiko tersebut sesuai dengan penelitian Arifin dkk (2016) yang
meneliti tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada
kelompok lanjut usia di wilayah kerja Puskesmas Petangi Kabupatan Badung,
penelitian tersebut mnyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara
genetik, jenis kelamin, olahraga, dan stress dengan kejadian hipertensi pada lansia.

5. Patofisiologi Hipertensi
Tekanan darah adalah tekanan yang diberikan oleh darah pada dinding pembuluh
darah. Pengaturan tekanan darah adalah proses yang komplek menyangkut
pengendalian ginjal terhadap natrium dan retensi air, serta pengendalian system saraf
terhadap tonus pembuluh darah. Ada dua factor utama yang mengatur tekanan darah,
yaitu darah yang mengalir dan tahanan pembuluh darah perifer.Darah yang mengalir
ditentukan oleh volume darah yang dipompakan oleh ventrikel kiri setiap kontraksi
dan kecepatan denyut jantung.Tekanan vaskuler perifer berkaitan dengan besarnya
lumen pembuluh darah perifer.Makin sempit pembuluh darah, makin tinggi tahan
terhadap aliran darah.Jadi, semkain menyempit pembuluh darah, semakin meningkat
tekanan darah.
Dilatasi dan kontraksi pembuluh-pembuluh darah dikendalikan oleh system saraf
simpatis dan sistem renin-angiostensin. Apabila system saraf simpatis dirangsang,
katekolamin seperti epineprin dan norepinephrine akan dikeluarkan. Kedua zat kimia
ini menyebabkan kontraksi pembuluh darah meningkatnya curah jantung dan
kekuatan kontraksi ventrikel.Sama halnya pada system renin-angiotensin, yang
apabila distimulasi juga menyebabkan vasokontriksi pada pembuluh-pembuluh darah
(Baradero, 2008 h.51).Pada lanjut usiapatofisiologi terjadinya hipertensi berbeda
dengan yang terjadi pada dewasa muda. Factor yang berperan terhadap terjadinya
hipertensi pada lanjut usia adalah (Darmojo, 2010) :
a. Renin : Tingginya kadar renin menyebabkan vasokontriksi dan peningkatan
volume darah (akibat meningkatnya retensi garam dan cairan pada ginjal),
mengakibatkan tingginya kadar tekanan darah.
b. Peningkatan sensitivitas terhadap asupan garam : Dengan bertambahnya usia
semakin sensitif terhadap peningkatan atau penurunan kadar natrium. Ini
menyebabkan penurunan fungsi ginjal dengan penurunan perfusi ginjal dan laju
filtrasi glomerulus.Penurunan elastisitas pembuluh darah perifer : Akibat proses
menua akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer yang mengakibatkan
hipertensi sistolik.
c. Penurunan elastisitas pembuluh darah perifer akibat proses menua akan
meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer yang pada akhirnya
mengakibatkan hipertensi sistolik saja (ISH).
d. Perubahan ateromatous : Akibat proses menua menyebabkan disfungsi endotel
yang berlanjut pada pembentukan berbagai sitokin dan substansi kimiawi lain yang
kemudian menyebabkan resorbi natrium di tubulus ginjal, meningkatkan proses
sklerosis pembuluh darah perifer dan keadaan lain berhubungan dengan kenaikan
tekanan darah.

6. Pathway

7. Komplikasi Hipertensi
Menurut Aspiani (2015 h.220) hipertensi memiliki potensi menjadi komplikasi
berbagai penyakit.Komplikasi hipertensi tersebut diantaranya adalah stroke
hemoragik, penyakit jantung hipertensi, penyakit arteri koronaria, aneurisma, gagal
ginjal, dan ensefalopati hipertensi.
a. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik terjadi ketika pembuluh darah pecah sehingga aliran darah yang
normal menjadi terhambat sehingga darah merembes pada suatu daerah di otak dan
merusaknya. Sekitar 70% kasus stroke hemoragik terjadi pada pasien hipertensi.
Pembuluh darah menjadi lemah dan mudah pecah akibat tekanan pada pembuluh
darah yang lebih besar pada penderita hipertensi.Pecahnya pembuluh darah di otak
dapat menyebabkan sel-sel otak yang seharusnyamendapatkan asupan oksigen dan
nutrisi yang dibawa melalui pembuluh darah tersebut menjadi kekurangan dan
akhirnya mati.
b. Penyakit Jantung
Bertambahnya beban jantung akibat meningkatnya resistensi terhadap pemompaan
darah dari ventrikel kiri terjadi seiring dengan tekanan darah yang meningkat.Hal
tersebut juga mengakibatkan hipertrofi ventrikel kiri untuk meningkatkan
kontraksi.Hipertrofi ditandai dengan bertambahnya ketebalan dinding, fungsi ruang
yang memburuk, dan dilatasi ruang jantung.
c. Penyakit Arteri Koronari
Hipertensi merupakan faktor risiko utama terjadinya arteri koronaria, bersama
dengan diabetes melitus.Plak terbentuk pada percabangan arteri yang ke arah arteri
koronaria kiri, arteri koronaria kanan, dan jarang pada arteri siromfleks.Aliran
darah mengalami obstruksi permanen akibat akumulasi plak atau
penggumpalan.Pertukaran gas dan nutrisi ke miokardium terhambat akibat sirkulasi
kolateral berkembang di sekitar obstruksi arteromasus.Kegagalan sirkulasi
kolateral sebagai penyedia suplai oksigen yang adekuat ke sel yang berakibat
terjadinya arteri koronaria.
d. Aneurisma
Aneurisma dapat terjadi karena pelebaran pembuluh darah akibat dinding
pembuluh darah aorta terpisah atau disebut aorta disekans.Sakit kepala yang hebat
serta sakit di perut sampai pinggang bagian belakang dan di ginjal adalah gejala
dari penyakit aneurisma. Aneurisma pada perut dan dada penyebab utamanya
pengerasan dinding pembuluh darah karena proses penuaan (aterosklerosis) dan
tekanan darah tinggi memicu timbulnya aneurisma.
e. Gagal Ginjal
Gagal ginjal merupakan suatu keadaan klinis dimana terjadi kerusakan ginjal yang
progresif dan tidak dapat diperbaiki dari berbagai penyebab.Salah satunya pada
bagian yang menuju kardiovaskuler.Mekanisme terjadinya hipertensi pada gagal
ginjal kronis karena penimbunan garam dan air, atau sistem renin-angiotensin-
aldosteron (RAA).
f. Ensefalopati Hipertensi
Ensefalopati hipertensi merupakan suatu keadaan peningkatan parah tekanan arteri
disertai dengan mual, muntah, dan nyeri kepala yang belanjut ke koma dan disertai
tanda klinik difisit neurologi.Jika tidak segera ditangani ensefalopati hipertensi
dapat berlanjut menjadi stroke, ensefalopati menahun, atau hipertensi maligna
dengan sifat reversibilitas jauh lebih lambat dan jauh lebih meragukan.
8. Penatalaksanaan
a. Farmakologis
Terapi farmakologis merupakan terapi dengan menggunakan obat-obatan yang
dapat membantu menurunkan serta menstabilkan tekanan darah, serta menurunkan
risiko terjadinya komplikasi akibat hipertensi.
Berdasarkan Syamsudin (2011h.33) Obat anti hipertensi dapat dibagi :
1) Diuretik Tiazid
Diuretik tiazid seperti hidroklorotiazid sering diberikan sebagai terapi hipertensi
baris pertama.Diuretik tiazid adalah diuretik dengan potensi menengah yang
dapat menurunkan tekanan darah, dimulai dengan peningkatan ekskresi natrium
dan air sehingga volume ekstrasel menurun diikuti dengan penurunan isi
sekuncup jantung dan aliran darah ginjal.Obat-obat ini melawan retensi natrium
dan air yang dapat terjadi bersama obat lain yang digunakan dalam pengobatan
hipertensi.
2) Beta Blocker
Beta blocker memblok beta-adrenoseptor dan biasanya digunakan sebagai terapi
hipertensi baris pertama.Reseptor diklasifikasikan menjadi reseptor beta-1 dan
reseptor beta-2.Reseptor beta-1 dapat ditemukan di ginjal, dan utama pada
jantung.Reseptor beta-2 dapat ditemukan di jantung, dan banyak terdapat pada
paru-paru, pembuluh darah perifer, dan otot lurik.Reseptor beta juga dapat
ditemukan di otak. Stimulasi reseptor beta pada otak dan perifer akan
menyebabkan peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis akibat pelepasan
neurotransmitter. Efek akhirnya adalah peningkatan cardiac output, peningkatan
tahanan perifer dan peningkatan sodium yang diperantarai aldosteron dan
retensi air. Terapi beta blocker akan mengantagonis semua efek tersebut
sehingga terjadi penurunan tekanan darah.
3) ACE Inhibitor
Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACEi) adalah obat yang diberikan
sebagai terapi anti hipertensi yang dianjurkan ketika obat baris pertama
merupakan kontraindikasi atau tidak efektif.ACEi menurunkan tekanan darah
dengan mengurangi resistensi vaskular perifer tanpa meningkatkan curah
jantung, kecepatan dan kontraktilasi.

4) Alpha Blocker
Alpha blocker memblok adrenoseptor alfa-1 perifer.Alpha blocker terdiri dari
doksazosin, prazosin, dan terazosin.Obat-obat ini menurunkan resistensi
vaskular perifer dan menurunkan tekanan darah arterial dengan menyebabkan
relaksasi otot polos arteri dan vena.Obat-obatan ini dapat menyebabkan
perubahan curah jantung, aliran darah ginjal, dan kecepatan filtrasi glomerulus
sehingga takikardia jangka panjang dan pelepasan renin tidak terjadi.Efek
samping yang muncul dapat berupa hipotensi postural yang sering terjadi pada
pemberian dosis pertama kali.
b. Non Farmakologis
Penatalaksanaan hipertensi secara non farmakologis menurut Aspiani (2015 h.218 )
antara lain :
1) Diet Rendah Garam
Natrium adalah kation utama dalam cairan ekstraseluler tubuh yang memiliki
fungsi menjaga keseimbangan cairan dan asam basa tubuh serta berperan dalam
transmisi saraf dan kontraksi otot.Konsumsi natrium berlebih dapat
menyebabkan gangguan keseimbangan cairan tubuh sehingga dapat
menyebabkan edema dan/atau hipertensi.
2) Diet Rendah Lemak
Konsumsi lemak berlebih dapat meningkatkan risiko kejadian hipertensi,
terutama lemak jenuh. Konsumsi lemak jenuh berlebih dapat mengakibatkan
kadar lemak dalam tubuh meningkat, terutama kolesterol. Kolesterol yang
berlebih akan menumpuk pada dinding pembuluh darah sehingga
mengakibatkan aliran darah tersumbat dan tekanan darah menjadi meningkat.
3) Berhenti Merokok
Kandungan nikotin di dalam rokok sangat berbahaya. Nikotin akan masuk ke
dalam aliran darah dan masuk ke otak. Otak memberikan sinyal kepada kelenjar
adrenal untuk melepaskan hormon adrenalin. Hormon adrenalin akan
menyempitkan pembuluh darah sehingga tekanan darah meningkat. Gas karbon
monoksida dapat menyebabkan pembuluh darah tegang dan kondisi kejang otot
sehingga tekanan darah naik.Rokok sebanyak 2 batang mampu meningkatkan
10 mmHg tekanan darah sistolik dan diastolik. Peningkatan tekanan darah akan
menetap hingga 30 menit setelah berhenti menghisap rokok. Pada saat efek
nikotin hilang secara perlahan, maka tekanan darah juga menurun perlahan.
Namun, pada perokok berat, tekanan darah akan selalu berada pada level tinggi.
4) Manajemen Stres
Stres adalah respon alami dari tubuh dan jiwa seseorang pada saat seseorang
mengalami tekanan dari lingkungan. Stres berkepanjangan akan menyebabkan
ketegangan dan kekhawatiran terus-menerus. Hal tersebut dapat merangsang
tubuh mengeluarkan hormon adrenalin yang menyebabkan jantung menjadi
berdetak lebih cepat dan kuat sehingga tekanan darah meningkat.
5) Olahraga
Dalam ambardani (2009), secara psikologis, olahraga dapat meningkatkan
mood, mengurangi resiko pikun, dan mencegah depresi. Secara social, olahraga
dapat mengurangi ketergantungan pada orang lain, mendapat banyak teman, dan
meningkatkan produktivitas. Olahraga dan latihan pergerakan secara teratur
sangat penting bagi lansia karena dapat menanggulangi masalah akibat
perubahan fungsi tubuh, dan olahraga sangat berperan penting dalam
pengobatan tekanan darah tinggi. Salah satu olahraga untuk lansia adalah senam
bugar lansia, senam bugar lansia mampu meningkatkan kesegaran jasmani,
mendorong jantung bekerja secara optimal, melancarkan sirkulasi darah,
memperkuat otot, mencegah pengeroposan tulang, membakar kalori,
mengurangi stress dan menurunkan tekanan darah.

9. Diit hipertensi
a. Diet Hipertensi diberikan kepada pasien dengan tekanan darah di atas normal
1) Tujuan diet
a) Membantu menurunkan tekanan darah
b) Membantu menghilangkan penimbunan cairan dalam tubuh atau edema
atau bengkak
2) Syarat diet:
a) Makanan beraneka ragam mengikuti pola gizi seimbang
b) Jenis dan komposisi makanan disesuaikan dengan kondisi penderita
c) Jumlah garam disesuaikan dengan berat ringannya penyakit dan obat yang
diberikan

B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian secara Umum
a. Identitas Pasien
Hal-hal yang perlu dikaji pada bagian ini yaitu antara lain: Nama, Umur, Jenis
Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Agama, Status Mental, Suku, Keluarga/orang
terdekat, alamat, nomor registrasi.
b. Riwayat atau adanya factor resiko
1) Riwayat garis keluarga tentang hipertensi
2) Penggunaan obat yang memicu hipertensi
c. Aktivitas / istirahat
1) Kelemahan,letih,napas pendek,gaya hidup monoton.
2) Frekuensi jantung meningkat
3) Perubahan irama jantung
4) Takipnea
d. Integritas ego
1) Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria atau marah
kronik.
2) Faktor faktor stress multiple (hubungan, keuangan yang berkaitan dengan
pekerjaan).
e. Makanan dan cairan
1) Makanan yang disukai, dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi
lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng,keju,telur)gula-
gula yang berwarna hitam, kandungan tinggi kalori.
2) Mual, muntah.
3) Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat atau menurun).
f. Nyeri atau ketidak nyamanan
1) Angina (penyakit arteri koroner /keterlibatan jantung)
2) Nyeri hilang timbul pada tungkai.
3) Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya.
4) Nyeri abdomen.

Pengkajian Persistem
a. Sirkulasi
1) Riwayat hipertensi, ateroskleorosis, penyakit jantung koroner atau katup
dan penyakit cerebro vaskuler.
2) Episode palpitasi,perspirasi.
b. Eleminasi
1) Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu seperti infeksi atau obtruksi atau
riwayat penyakit ginjal masa lalu.
c. Neurosensori
1) Keluhan pusing.
2) Berdenyut, sakit kepala subokspital (terjadi saat bangun dan menghilang
secara spontan setelah beberapa jam).
d. Pernapasan
1) Dispnea yang berkaitan dengan aktifitas/kerja
2) Takipnea, ortopnea, dispnea noroktunal paroksimal.
3) Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum.
4) Riwayat merokok

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular Cerebral
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
c. Curah Jantung, resiko tinggi terhadap hipertensi berhubungan dengan
peningkatan afterload, vasokontriksi

3. Intervensi
 Dx 1 : Nyeri berhubungan dengan peningkatan TIK
1. Intervensi : Mempertahankan tirah baring selama fase akut
Rasional : Meminimalkan stimulasi/meningkatkan relaksasi
2. Intervensi : Berikan tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit
kmepala, misalnya kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher,
tenang, redupkan lampu kamar, tekhnik relaksasi.
Rasional : tindakan yang menurunkan tekanan vascular serebral dan yang
memperlambat atau memblok respons simpatis efektif dalam menghilangkan
sakit kepala dan komplikasinya
3. Intervensi : Hilangkan atau minimalkan aktivitas fase kontriksi yang dapat
meningkatkan sakit kepala, misalnya mengejam saat bab, batuk panjang,
membungkuk
Rasional : aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit
kepala pada adanya peningkatan tekanan vascular cerebral
 Dx 2 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
1. Intervensi : kaji respon pasien terhadap aktivitas,perhatikan frequency nadi
lebih dari 20 kali per menit diatas frequency istirahat : peningkatan tekan
darah yang nyata selama atau sesudah aktivitas ( tekanan sistolik meningkat
40 mmhg atau tekanan diastolic meningkat 20 mmhg) dispnea atau nyeri
dada : kelemahan dan keletihan yang belebihan :pusing atau pingsan.
Rasional : menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respon
fisiologi terhadap stress, aktivitas bila ada merupakan indikator dari
kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat aktivitas.
2. Intervensi : instruksikan pasien tentang teknik penghematan energy,
misalnya menggunakan kursi saat mandi,duduk saat menyisir rambut atau
menyikat gigi,melakukan aktivitas dengan perlahan.
Rasional : teknik memghemat energy mengurangi penggunaan energy, juga
membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
 DX 3 : Curah Jantung, resiko tinggi terhadap hipertensi berhubungan
dengan peningkatan afterload, vasokontriksi
1. Intervensi: pantau TD.ukur pad kedua tangan atau paha untuk evaluasi
awal.gunakan ukuran manset yang tepat dan teknik yang akurat.
Rasional : perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih
lengkap tentang keterlibatan/bidang masalah vascular. Hipertensi berat
diklasifikasikan pada orang dewasa sebagai peningkatan tekanan
diastolic sampai 130, hasil pengukuran diastolic diatas 130
dipertimbangkan sebagai penigkatan pertama, kemudian
maligna.Hipertensi sistolik juga merupakan faktor resiko yang di tentukan
untuk penyakit cerebrovaskular dan penyakit iskemi jantung bila tekanan
diastolic 90-115.

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. DATA KELUARGA
1. Nama Kepala Keluarga (KK) : Tn. W
2. Umur : 85 tahun
3. Alamat dan telepon : Narum Kidul, Tlogowatu, Kemalang
4. Pekerjaan KK : Petani/Berkebun
5. Komposisi keluarga dan genogram :

No Nama L Hub dgn Umur Pend Pekerj Imunisasi Ket


/P KK

1 Tn.W L Kepala 85 th SD Petani/Berkebun Hepatitis B, Lengkap


keluarga BCG, DPT,
Polio, Campak,
MMR

2 Ny.G P Istri 70 th SD Petani/Berkebun Hepatitis B, Lengkap


BCG, DPT,
Polio, Campak,
MMR
Genogram :

Keterangan :

: laki-laki meninggal : garis keturunan


: perempuan meninggal : garis perkawinan
: laki-laki hidup : tinggal dlm 1 rumah
: perempuan hidup
: pasien perempuan
: pasien laki-laki

Tipe bentuk keluarga


Tipe keluarga ini adalah keluarga usila yaitu keluarga yang terdiri dari suami dan
istri yang sudah tua dengan anak yang sudah memisahkan diri.
6. Latar belakang budaya
Keluarga tinggal di dukuh Narum Kidul, Tlogowatu, Kemalang. Tinggal di daerah
kampung sejak lahir, sampai saat ini masih menempati rumahnya tersebut bersama
istrinya yaitu Ny.G. Setiap harinya keluarga sering berkomunikasi dengan orang
lain, dan setiap anggota keluarga sering berkomunikasi menggunakan bahasa
jawa. Di dalam keluarga, apabila anggota keluarga ada yang sakit langsung
dibawa berobat di bidan desa / rumah sakit.
7. Identitas religius
Agama yang dianut keluarga adalah islam. Tidak ada perbedaan dalam keyakinan
maupun praktik keagamaan di dalam keluarga. Keluarga aktif mengikuti kegiatan
dikampung, seperti gotong royong dan acara keagamaan seperti pengajian rutinan
di kampungnya, Tn.W dan Ny.G melaksanakan sholat 5 waktu dengan rutin
dirumah.
8. Status sosial
Keluarga didalam lingkungan masyarakatnya termasuk keluarga dengan tingkat
ekonomi yang cukup. Tn.W dan Ny.G bekerja dikebun, Tn.W mempunyai 3 ekor
Lembu yang saat ini dipelihara oleh Tn.W dan Ny.G, penghasilan selama sebulan
±Rp. 1.000.000,- /bulan. Pendapatan keluarga dikelola oleh Ny.G untuk kehidupan
sehari-hari. Pengeluaran yang sangat terlihat adalah setiap bulan membeli air
seharga Rp. 150.000,- untuk 1 tangki air dan membeli Brend (pakan ternak lembu)
Rp. 200.000,-. Keluarga tidak memiliki asuransi kesehatan. Keluarga belum biasa
melakukan perubahan terhadap keperubahan kelas sosial keluarga mereka, karena
pendapatan mereka hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari.
9. Aktivitas rekreasi keluarga
Keluarga tidak pernah melakukan rekreasi kemanapun karena Tn.W dan Ny.G
tidak ada waktu untuk pergi dan mengingat usia sudah tua dan keluarga hanya
dirumah menikmati waktu senggangnya dengan mendengarkan radio atau
menonton TV.

B. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Masuk dalam tahap keluarga usia lanjut, Tn.W dan Ny.G tinggal berdua dengan
usia lanjut dengan umur 85 tahun dan 70 tahun.
2. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
mempertahankan komunikasi yang terbuka antara anak dan orang tua dimana
Tn.W dan Ny.G tinggal hanya berdua, rumah anaknya berada disamping rumah
Tn.W sehingga waktu untuk berkomunikasi jarang dilakukan.
3. Riwayat keluarga inti
Tn.W saat ini mempunyai penyakit Hipertensi dan Ny.G mempunyai penyakit
penyakit jantung. Tn.W mengatakan berobat ketika merasa pusing dan sesak nafas
di RS Cakra Kembang terakhir kontrol TD 150/90 mmHg. Saat ini Ny.G berobat
rutin di RS Batesda setiap 4 bulan sekali.

C. DATA LINGKUNGAN
1. Karakteristik rumah
Keluarga menempati rumahnya dengan ukuran rumah 20 meter x 8 meter, jumlah
kamar dalam rumah tersebut ada 2 kamar dan 1 ruang tamu ada ventilasi disetiap
ruangan. Penataan rumah tidak berantakan. Penerangan dengan lampu putih.
Kondisi bangunan cukup baik. Lantai sudah di plester, tidak terdapat ternit di atas.
Dinding sudah terbuat dari tembok. Air minum dari air hujan dan membeli air
tangki, alat masak memiliki sendiri dan tidak ada pengaman kebakaran. Kamar
mandi berada di luar rumah untuk seluruh anggota keluarga, ada toilet di dalam
kamar mandi tersebut, ada sabun tetapi tidak ada handuk, tempat pembuangan air
(comberan) ada di samping rumah sebelah kiri dan ditutupi dengan jarak 4 meter
dari kamar mandi. Di lingkungan sekitar rumah Tn.W karena dekat dengan kebun
akan tetapi tidak ada serbuan serangga-serangga kecil seperti nyamuk, semut dan
lalat. Keluarga Tn.W merasa sudah nyaman dengan rumahnya karena rumahnya
besar dan fasilitas dalam rumah sudah ada semua. Keluarga belum mengetahui
adanya bahaya – bahaya yang mengancam keluarga mereka karena kondisi
rumahnya tersebut karena menurut keluarga Tn.W sejak jaman gempa 2006
rumahnya tidak ada yang roboh/rusak sehingga rumahnya masih utuh dan kokoh.
Anggota keluarga membuang sampah di halaman samping rumah dan
membakarnya setelah sampah tersebut banyak, kalau belum banyak belum
dibakar. Ny.G mengatakan sudah nyaman dan puas dengan pengaturan dan
penataan rumah seperti ini.
Denah Rumah :

U S

44 11
T

22
3

5
66

Keterangan :
1. Kamar tidur 1
2. Kamar tidur 2
3. Kamar tidur 3
4. Ruang tamu
5. Dapur
6. Kamar mandi

2. Karakteristik lingkungan dan komunitas tempat tinggal yang lebih luas


Tipe lingkungan komunitas tempat tinggal Tn.W dan Ny.G adalah pedesaan.
Tempat tinggal Tn.W dan Ny.G merupakan tipe rumah sederhana, menurut Ny.G
sampah biasanya dikumpulkan terlebih dahulu kemudian baru dibakar.
Dilingkungan Tn.W tidak terdapat posyandu lansia hanya ada posbindu yang
berjarak 300 meter dari rumah, adanya bidan desa dengan jarak tempuh 3 km.
Apabila keluarga periksa ke puskesmas kemalang jarak yang ditempuh ± 11 km.
Periksa ke RS Cakra Kembang jarang yang ditempuh ± 11 km. Alat transportasi
yang digunakan oleh keluarga yaitu sepeda motor dan mobil yang dimiliki oleh
anaknya. Pelayanan dan fasilitas tersebut dapat diakses atau dijangkau dengan
oleh keluarga, akan tetapi jarak begitu jauh dari tempat tinggal. Tidak ada insiden
kejahatan di lingkungannya maupun masalah keselamatan yang serius.
3. Mobilitas geografis keluarga
Anggota keluarga tidak pernah berpindah tempat. Tn.W sejak lahir tinggal di desa
Tlogowatu sedangkan Ny.G berasal dari kota boyolali.
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Tn.W dan Ny.G berkumpul pada sore hari sehabis pulang dari kebun, dalam
perkumpulan tersebut keluarga hanya mendengarkan radio atau menonton TV.
Keluarga berinteraksi dengan baik dan dapat menyampaikan keinginan satu sama
lain. Hubungan interaksi antara keluarga dan masyarakat baik. Anggota
masyarakat dapat menerima dan anggota masyarakat mau bersosialisasi dengan
keluarga Tn.W dan Ny.G.
5. Sistem pendukung keluarga
Keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan di RS Cakra Kembang dan RS
Batesda untuk memelihara kesehatannya. Sumber pendukung keluarga saat
keluarga membutuhkan bantuan adalah seluruh anggota keluarga seperti anak
Tn.W.

D. STRUKTUR KELUARGA
1. Pola komunikasi keluarga
Keseharian komunikasi antar anggota keluarga mengunakan bahasa jawa,
hubungan komunikasi dalam keluarga Tn.W sangat baik.

2. Struktur kekuatan keluarga


Dalam Keluarga Tn.W memiliki kekuatan dalam pengambilan keputusan dalam
keluarganya sendiri, namun tetap didiskusikan pada Tn.W dan anak Tn.W ketika
setiap ada permasalahan yang ada dan dicari jalan keluarnya secara bersama. Saat
ini Tn.W dan Ny.G sedang dalam proses pengobatan penyakit yang derita
sehingga bantuan material dan psikologis sangat dibutuhkan oleh Tn.W dan Ny.G
3. Struktur peran
Tn.W berperan sebagai suami dan sebagai kepala rumah tangga mencari nafkah
dan memenuhi kebutuhan keluarga. Ny.G berperan sebagai istri yang bertugas
sebagai ibu rumah tangga dan mencari nafkah dalam keluarganya yaitu dengan
berkebun dan berjualan sayuran di pasar surowono.
4. Struktur nilai keluarga
Nilai yang dianut keluarga Tn.W adalah nilai agama dan nilai budaya yang
digunakan sebagai landasan utama dalam keluarga untuk mengatur keluarganya.
Nilai yang dianut keluarga juga memiliki kesesuaian dengan masyarakat sekitar
dimana nilai budaya juga berpengaruh penting dalam menunjang bersosialisasi di
masyarakat. Setiap anggota keluarga sangat menjunjung tinggi nilai yang dianut
dan keluarga sangat sadar jika nilai yang dianut sangat berpengaruh dalam
keluarga dan dalam mengatur setiap anggota kelurga. Jika ada keluarga Tn.W
yang sakit, dalam nilai agama keluarga mempercayai itu sebagai cobaan dari
Tuhan dan penebus dosa. Dalam nilai budaya keluarga mengobatinya dengan
langsung membawa ke Rumah sakit.

E. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi afektif
Bila Tn.W dan Ny.G merasakan sakit atau kontrol rutin kesehatan maka segera
memeriksakan kerumah sakit yang diantar oleh anaknya.
Anggota keluarga Tn.W tidak mempedulikan tentang isu-isu perpisahan keluarga.
Dan memupuk keharmonisan dalam rumah tangga. Sehingga hubungan dari
keluarga tersebut terjaga keharmonisannya.
2. Fungsi reproduksi
Tn.W menikah dengan Ny.G tidak dikaruniai anak, akan tetapi sebelumnya Tn.W
mempunyai 4 orang anak dari istri pertama, dan Ny.G mempunyai 6 orang anak
dari suami pertamanya. Karena Tn.W dan Ny.G ditinggal oleh istri dan suaminya
meninggal sehingga mereka menikah, sudah 22 tahun Tn.W dan Ny.G tinggal
serumah.
3. Fungsi ekonomi
Keluarga mampu memenuhi kebutuhan sandang, papan, pangan.
Penghasilan keluarga Tn.W dan Ny.G berasal dari berkebun dan berjualan dipasar
dengan penghasilan ±Rp. 1.000.000,- /bulan untuk mencukupi kebutuhan sehari
hari. Terkadang kebutuhan tersebut dibantu oleh anak Tn.W.
4. Fungsi sosial
Hubungan keluarga Tn.W dengan lingkungannya cukup baik. Saat mempunyai
waktu luang maka ia sering ngobrol-ngobrol atau berinteraksi dengan tetangga di
sekitar rumah, Tn.W tidak melarang Ny.G untuk bersosialisasi dengan siapa saja,
asalkan pergaulan tersebut tidak mengakibatkan hal-hal negatif. Tn.W dan Ny.G
masih aktif mengikuti kegiatan-kegiatan sosial yang ada dikampung dengan
kondisi kesehatan yang sedang dialaminya saat ini.
5. Fungsi perawatan kesehatan
Tn.W dan Ny.G branggapan bahwa penyakit yang dideritanya adalah ujian dari
Allah Yang Maha Kuasa yang begitu sayang pada umatnya. Tn.W dan Ny.G
kontrol kesehatannya ke Rumah Sakit yang berbeda, Tn.W periksa di RS Cakra
Kembang setiap merasa sakit atau kurang enak badan, sedangkan Ny.G rutin
kontrol di RS Batesda setiap 4 bulan sekali. Tn.W mengatakan makan 3x sehari
dengan porsi kecil, komponen nasi, sayur, dan kadang ditambah buah. Ny.G
mengatakan makan 3x sehari dengan porsi kecil, komponen nasi, sayur, lauk dan
ditambah buah. Tn.W dan Ny.G kadang tidak menghiraukan makanan apa yang
dimakan karena tidak mempunyai alergi makanan serta tidak mengetahui
kandungan dalam makanan tersebut dan Tn.W beranggapan tidak akan mengalami
peningkatan tekanan darah ketika mengurangi daging kambing. Tn.W saat ini
mendapatkan obat dari dokter terhadap penyakit hipertensi dan sesak nafas yang
dialaminya yaitu obat Salbutamol 2 mg 2x1, Ambroxol HCL 30 mg 2x1, Ranitidin
150 mg 2x1, Furosemide 40 mg 1/2x1, Hydrochlcrotmiazide 25 mg 2x1. Ny.G
saat ini mengkonsumsi obat rutin yaitu obat Spironolactone 25 mg 3x1, Fargoxin
0,25 mg 3x1, Vit.B Complex 3x1, Clopidogrel bisulfat 75 mg (bila merasa capek).
Tn.W dan Ny.G tidak mengalami kesulitan saat BAK dab BAB.
Kebiasaan Tn.W dan Ny.G istirahat setelah pulang kerja yaitu jam 15.00 wib –
20.00 wib, untuk istirahat tidur Tn.W dan Ny.G sekitar jam 21.00 wib – 05.00
wib. Keluarga Tn.W mengatakan mandi sehari 2x pagi dan sore secara mandiri.

F. STRESS, KOPING, ADAPTASI KELUARGA


1. Stressor jangka panjang dan pendek
Stressor jangka panjang, dalam hal kesehatan yang dialami Tn.W dan Ny.G karena
usia yang semakin menua disertai dengan mempunyai penyakit yang berbeda-
beda, dimana Tn.W mempunyai penyakit sesak nafas, hipertensi, vertigo, dan
riwayat HNP sedangkan Ny.G yang mempunyai penyakit yang cukup serius yaitu
penyakit jantung koroner. Ny.G rutin untuk memeriksakan keadaanya di RS
Batesda setiap 4 bulan sekali. Tn.W mengatakan telah menderita hipertensi selama
10 tahun lebih.
2. Kemampuan keluarga berperan terhadap stressor
Keluarga berusaha menghadapi kesulitan dan masalah dengan sabar dan berusaha
sesuai kemampuan untuk mengobati penyakit yang diderita agar dapat sembuh
dan sehat kembali.
3. Strategi koping yang digunakan
Bersikap sabar dan menjalani kehidupan seperti biasa sambil tetap berusaha dan
Tn.W dan Ny.G selalu memusyawarahkan sesuatu jika ada masalah, dan
keputusan diambil bersama
4. Strategi adaptasi disfungsional
Strategi adaptasi disfungsional tidak ada dalam keluarga Tn.W

G. HARAPAN KELUARGA TERHADAP PETUGAS KESEHATAN


Keluarga berharap Tn.W dan Ny.G sembuh dari penyakit yang dialaminya, dapat
beraktivitas seperti biasanya. Persepsi keluarga terhadap masalah, Sakit adalah cobaan
dari Yang Maha Kuasa, harus dihadapi dengan kesabaran dan keikhlasan

H. PENGKAJIAN FISIK ANGGOTA KELUARGA

1.
NAMA : Tn.W
UMUR : 85 tahun

N0 PEMERIKSAAN FISIK HASIL PEMERIKSAAN


1 TTV TD : 150/90 mmhg
N : 80 x/mnt,
RR : 22 x/mnt
o
S : 36,4 C

2 Kepala Mesochepal, rambut bersih beruban, tidak ada benjolan,


konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik, tidak ada
gangguan pendengaran, ada gangguan penglihatan
terhadap jarak pandang, mata simetris tidak juling

3 Leher Tidak ada nyeri telan, tidak ada pembesaran kelenjar


tyroid, tidak ada peningkatan JVP, tidak ada benjolan
dileher seperti daging tumbuh.

4 Thorak I : Simetris, bersih, tidak ada luka


P : Tidak ada nyeri tekan
5 Abdomen I : Tidak terlihat adanya luka, simetris
A :Peristaltic usus 12x/mnt
P : Tympani
P : Tidak ada nyeri tekan
6 Ekstermitas Tidak ada edema ekstremetas kedua tangan simetris,
semua jari-jari tangan da kaki lengkap, tidak ada
kelemahan otot, tidak ada ulkus.
5 5
5 5
7 Pemeriksan lainnya GDS : 68 mg/dl
UA : 5,2

2. NAMA : Ny.G
UMUR : 70 tahun

N0 PEMERIKSAAN FISIK HASIL PEMERIKSAAN


1 TTV TD : 120/80 mmhg
N : 82 x/mnt,
RR : 20 x/mnt
o
S : 36,5 C

2 Kepala Mesochepal, rambut bersih beruban berdistribusi tidak


merata, konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik,
tidak ada gangguan pendengaran, tidak ada gangguan
penglihatan, mata simetris tidak juling,

3 Leher Tidak ada nyeri telan, tidak ada pembesaran kelenjar


tyroid, tidak ada peningkatan JVP, tidak adanya benjolan
dileher seperti daging tumbuh.

4 Thorak I : Simetris, bersih, tidak ada luka


P : Tidak ada nyeri tekan
P : bunyi paru sonor, bunyi jantung pekak
A : suara paru vesikuler tidak ada suara tambahan,
bunyi jantung terdengar S1 dan S2
5 Abdomen I : Tidak terlihat adanya luka, bersih, simetris
A :Peristaltic usus 12x/mnt
P : Tympani
P : Tidak ada nyeri tekan
6 Ekstermitas Tidak ada edema ekstremetas kedua tangan simetris,
semua jari-jari lengkap, kekuatan otot lemah , tidak ada
ulkus.
5 5
5 5
7 Pemeriksan lainnya GDS : 129 mg/dl
UA : 6,3

I. ANALISA DATA

No Data Diagnose Keperawatan


1. DO : Resiko ketidakefektifan perfusi
TD : 150/90 mmhg Jaringan perifer pada Tn.W
N : 80 x/mnt,
RR : 22 x/mnt
S : 36,4oC
CR : <3 detik
Akral teraba hangat
Kulit telapak tangan dan kaki sedikit pucat
Tn.W saat ini mendapatkan obat dari
dokter terhadap penyakit hipertensi dan
sesak nafas yang dialaminya yaitu obat
Salbutamol 2 mg 2x1, Ambroxol HCL 30
mg 2x1, Ranitidin 150 mg 2x1,
Furosemide 40 mg 1/2x1,
Hydrochlcrotmiazide 25 mg 2x1. Ny.G saat
ini mengkonsumsi obat rutin yaitu obat
Spironolactone 25 mg 3x1, Fargoxin 0,25
mg 3x1, Vit.B Complex 3x1, Clopidogrel
bisulfat 75 mg (bila merasa capek).
DS :
Tn.W mengatakan telah menderita
hipertensi selama 10 tahun lebih.
Tn.W dan Ny.G mengatakan apabila
merasakan sakit atau kontrol rutin
kesehatan maka segera memeriksakan
kerumah sakit yang diantar oleh anaknya.
Tn.W mengatakan Tn.W mempunyai
penyakit sesak nafas, hipertensi, vertigo,
dan riwayat HNP sedangkan Ny.G yang
mempunyai penyakit yang cukup serius
yaitu penyakit jantung koroner.

2. DO: Kesiapan Meningkatkan Manajemen


Tn.W saat ini mendapatkan obat dari Kesehatan Diri
dokter terhadap penyakit hipertensi dan
sesak nafas yang dialaminya yaitu obat
Salbutamol 2 mg 2x1, Ambroxol HCL 30
mg 2x1, Ranitidin 150 mg 2x1,
Furosemide 40 mg 1/2x1,
Hydrochlcrotmiazide 25 mg 2x1. Ny.G saat
ini mengkonsumsi obat rutin yaitu obat
Spironolactone 25 mg 3x1, Fargoxin 0,25
mg 3x1, Vit.B Complex 3x1, Clopidogrel
bisulfat 75 mg (bila merasa capek). Tn.W
dan Ny.G tidak mengalami kesulitan saat
BAK dab BAB.

DS :
Tn.W mengatakan Keluarga tidak
memiliki asuransi kesehatan. Keluarga
belum biasa melakukan perubahan
terhadap keperubahan kelas sosial
keluarga mereka, karena pendapatan
mereka hanya cukup untuk kebutuhan
sehari-hari.
Bila Tn.W dan Ny.G merasakan sakit atau
kontrol rutin kesehatan maka segera
memeriksakan kerumah sakit yang
diantar oleh anaknya.
Tn.W mengatakan mempunyai penyakit
sesak nafas, hipertensi, vertigo, dan
riwayat HNP sedangkan Ny.G yang
mempunyai penyakit yang cukup serius
yaitu penyakit jantung koroner.
Tn.W dan Ny.G kontrol kesehatannya ke
Rumah Sakit yang berbeda, Tn.W periksa
di RS Cakra Kembang setiap merasa sakit
atau kurang enak badan, sedangkan Ny.G
rutin kontrol di RS Batesda setiap 4 bulan
sekali.
Tn.W mengatakan makan 3x sehari
dengan porsi kecil, komponen nasi, sayur,
dan kadang ditambah buah. Ny.G
mengatakan makan 3x sehari dengan
porsi kecil, komponen nasi, sayur, lauk
dan ditambah buah. Tn.W dan Ny.G
kadang tidak menghiraukan makanan apa
yang dimakan karena tidak mempunyai
alergi makanan serta tidak mengetahui
kandungan dalam makanan tersebut dan
Tn.G beranggapan tidak akan mengalami
peningkatan tekanan darah ketika
mengurangi daging kambing

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko ketidakefektifan perfusi Jaringan perifer
2. Kesiapan Meningkatkan Manajemen Kesehatan Diri
K. SKORING

1. Resiko ketidakefektifan perfusi Jaringan perifer


No Kriteria Bobot Nilai Pembenaran
1. Sifat masalah : 2/3x1 2/3 Tn.W mengatakan telah menderita hipertensi
selama 10 tahun lebih. Tn.W dan Ny.G
Tidak/kurang sehat (3) kadang tidak menghiraukan makanan apa
Ancaman kesehatan (2) yang dimakan karena tidak mempunyai
Keadaan sejahtera (1) alergi makanan serta tidak mengetahui
kandungan dalam makanan tersebut dan
Tn.W beranggapan tidak akan mengalami
peningkatan tekanan darah ketika
mengurangi daging kambing.
2. Kemungkinan masalah 1/2x2 1 Peran keluarga dalam merawat Tn.W sangat
untuk diubah : besar, serta melakukan perawatan secara
komperhensif dengan memeriksakan secara
Mudah (2) rutin oleh anaknya.
Sebagian (1)
Sulit (0)
3. Potensi Masalah untuk 2/3x1 2/3 Tn.W tidak mempunyai BPJS, jarak
dicegah : kepusat pelayanan kesehatan mudah di
jangkau
Tinggi (3)
Cukup (2)
Rendah (1)
4. Menonjolnya Masalah : 1/2x1 1/2 Tn.W dapat beraktivitas sehingga semua
aktivitas didilakukan sendiri akan tetapi usia
Berat dan segera (2) Tn.W sudah 85 tahun
Tidak segera (1)
Tidak dirasakan (0)
Total 1 5/8

2. Kesiapan Meningkatkan Manajemen Kesehatan Diri

No Kriteria Bobot Nilai Pembenaran


1. Sifat masalah : 1/3x1 1/3 Hubungan keluarga Tn.W yang harmonis
dengan istri, anak, dan cucu yang merawat
Tidak/kurang sehat (3) dari awal pertama sakit sampai sekarang
Ancaman kesehatan (2) merupakan sumber kekuatan keluarga
Keadaan sejahtera (1) dalam mengningkatkan kesehtan diri Tn.W.
2. Kemungkinan masalah 1/2x2 1 Tingkat pendidikan keluarga cukup.
untuk diubah : Support system anak pertama Tn.W yang
setiap hari merawat serta pola komunikasi
Mudah (2) keluarga harmonis.
Sebagian (1)
Sulit (0)
3. Potensi Masalah untuk 2/3x1 2/3 Tn.W berharap penyakitnya segera sembuh
dicegah : dengan mnegontrolkan ke RS dan
mengonsumsi obat yang diberikan oleh
Tinggi (3) dokter.
Cukup (2)
Rendah (1)
4. Menonjolnya Masalah : 2/2x1 1 Semua anggota keluarga ingin Tn.W segera
sembuh dan beraktivitas seperti biasanya.
Berat dan segera (2)
Tidak segera (1)
Tidak dirasakan (0)
Total 3

PRIORITAS MASALAH
1. Kesiapan Meningkatkan Manajemen Kesehatan Diri
2. Resiko ketidakefektifan perfusi Jaringan perifer
L. PERENCANAAN

Diagnosa Tujuan NOC NIC


Manajemen Setelah dilakukan tindakan Keluarga mampu mengenal masalah  Edukasi : pengetahuan gaya
Kesehatan keperawatan selama 3 x 30 menit, Hasil: hidup
Kesiapan managemen kesehatan keluarga Tn.  Monitor gaya hidup dan pola  Anjurkan keluarga untuk
Meningkatkan W efektif, dengan kriteria: makan penyediaan makanan rendah
Manajemen Status kesehatan keluarga (2606):  Pengetahuan tentang penyakit garam
Kesehatan 1. Kesehatan fisik anggota  Memahami masalah
(00162) keluaraga Keluarga mampu memutuskan  Dukungan pengambilan
2. Aktivitas fisik anggota keluarga masalah keputusan
3. Akses ke perawatan kesehatan Hasil:  Dukungan keluarga
4. Penyediaan makanan bergizi  Mengontrol resiko penyakit  Anjurkan untuk
5. Sumber daya perawatan  Berpartisipasi dalam memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang tepat memutuskan perawatan kesehatan
kesehatan
Keluarga mampu merawat anggota  dukungan pemberi perawatan
keluarga proses pemeliharaan keluarga
Hasil:  bantu memberikan diit
 Berpartisipasi dalam hipertensi
pemenuhan asupan dan nutrisi
 kemampuan keluarga
memberikan perawatan
langsung
Keluarga mampu memodifikasi  Manajemen lingkungan:
lingkungan kenyamanan
Hasil:
 Status kenyamanan lingkungan
Keluarga mampu memanfaatkan  Mampu memanfaatkan
fasilitas kesehatan fasilitas kesehatan
Hasil:  Intervensi:
 Partisipasi keluarga dalam  Bimbingan pelayanan
perawatan keluarga kesehatan
 Konseling hipertensi

Resiko Setelah dilakukan tindakan Keluarga mampu mengenal masalah Mampu mengenal masalah.
Ketidakefektifa keperawatan selama 3x30 menit Hasil: Intervensi:
n perfusi diharapkan Tn.W mampu mengontrol  Pengetahuan proses penyakit  Pengajaran: Proses penyakit
jaringan perifer resiko hipertensi  Pendidikan kesehatan
Pada Tn.W  Pengetahuan tentang regimen  Pengajaran: diet hipertensi
yang ditentukan

Keluarga mampu memutuskan Mampu memutuskan masalah


masalah Intervensi:
Hasil:  Dukungan mengambil
 Keyakinan kesehatan keputusan

Keluarga mampu merawat anggota Mampu merawat anggota keluarga :


keluarga
Hasil :  Mengajarkan : managemen
 Perilaku managemen hipertensi hipertensi
 Perilaku kepatuhan diit  Mengajarkan : diit untuk
hipertensi
Keluarga mampu memodifikasi Memodifikasi lingkungan
lingkungan Imtervensi:
 Keselamatan manajemen
Hasil: lingkungan
 Kualitas hidup  Kenyaman pengelolaan
 Kebugaran fisik lingkungan
Keluarga mampu memanfaatkan Memanfaatkan fasilitas
fasilitas kesehatan kesehatan
Hasil: Intervensi:
 Perilaku mencari pelayanan  Konsultasi
kesehatan  Rujukan

M. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tanggal/ Jam DX Impelentasi Respon TTD

24 Juli 2018 1  Memonitor gaya hidup dan pola makan S: Ikhsan


(16.00)  Mengedukasi Tn.W tentang pentingnya Tn.W mengatakan beraktifitas ke
mengkonsumsi makanan rendah garam kebun, pola makan Tn.W masih tinggi
 Memberikan pendidikan kesehatan : diit hipertensi garam, Tn.W mengatakan mengerti
dan cek kesehatan rutin manfaat mengkonsumsi rendah garam.
Tn.W mengatakan memahami diit
hipertensi.
O:
Tn.W kooperatif
2  Mengajarkan kepada keluarga dari proses penyakit S: Ikhsan
hipertensi dan bahaya nya bagi kesehatan Tn.W mengatakan memahami dengan
 Mengajarkan diit yang baik bagi penderita apa yang dijelaskan oleh perawat
hipertensi tentang hipertensi, penyebab,
pengobatan dan diit yang tepat.
O:
TD : 150/90 mmhg
N : 80 x/mnt,
RR : 22 x/mnt
o
S : 36,4 C
Obat Salbutamol 2 mg 2x1, Ambroxol
HCL 30 mg 2x1, Ranitidin 150 mg
2x1, Furosemide 40 mg 1/2x1,
Hydrochlcrotmiazide 25 mg 2x1.

25 Juli 2018 1  Mendukungan pengambilan keputusan S: Ikhsan


(16.10)  Mendukungan Keluarga Tn.W menagatakan akan terus
berusaha untuk mengkonsumsi diit
rendah garam, dan seluruh keluarga
mendukung keputusan Tn.W
Tn.W mengatakan akan membuat
asuransi kesehatan untuk lebih
meringankan biaya berobat
Tn.W mengatakan tinggal serumah
dengan Ny.G yang selalu
mengingatkan dalam meminum obat
O:
Tn.W mengkonsumsi obat secara rutin
Tn.W Kooperatif
2  Membantu keluarga untuk mampu memutuskan S: Ikhsan
masalah Keluarga mengatakan sudah mampu
 Menjelaskan sumber dukungan yang dapat di menilai masalah kesehatan apa saja
peroleh keluarga untuk mendapatkan peningkatan yang berada dikeluarga mereka. Tn.W
kesehatan mengatakan sering berkomunikasi
dengan anak dan Ny.G mengenai
masalah penyakit hipertensi.
Tn.W mengatakan badan sudah
merasa enak, tidak pusing
O:
TD : 140/90 mmhg
N : 78 x/mnt,
RR : 20 x/mnt
o
S : 36,0 C
Obat Salbutamol 2 mg 2x1, Ambroxol
HCL 30 mg 2x1, Ranitidin 150 mg
2x1, Furosemide 40 mg 1/2x1,
Hydrochlcrotmiazide 25 mg 2x1.

27 Juli 2018 1  Mendukungan pemberi perawatan proses S: Ikhsan


(16.00) pemeliharaan keluarga Tn.W mengatakan akan mulai
 Memotivasi keluarga Tn. W untuk memanfaatkan mengkonsumsi lebih banyak buah dan
fasilitas seperti ke puskesmas/ posyandu lansia sayur dan diit rendah garam.
untuk mendapat pengobatan Keluargga Tn. W akan memanfaatkan
 Mengevaluasi pengetahuan keluarga dan efektifitas fasilitas pelayanan kesehatan di
keluarga dalam memanfaatkan fasilitas pelayanan daerahnya.
kesehatan O : Tn.W dan Ny.G dapat melakukan
senam hipertensi dengan baik dan
benar
2  Memberikan penjelasan manajemen kesehatan S: Ikhsan
keluarga dengan HT Keluarga Tn. W mampu memahami
 Memberikan bimbingan mengenai pentingnya manajamen kesehatan terutama
pengobatan secara rutin dan diit yang tepat hipertensi pada Ny.G dan akan
 Memonitor TTV keluarga tertuama pada Tn. W melakukan pengobatan serta diit yang
tepat
Tn.J mengatakan akan meminum obat
secara rutin dan menjaga pola makan
untuk kesembuhan.
O:
TD : 140/80 mmhg
N : 78 x/mnt,
RR : 22 x/mnt
o
S : 36,1 C
Obat Salbutamol 2 mg 2x1, Ambroxol
HCL 30 mg 2x1, Ranitidin 150 mg
2x1, Furosemide 40 mg 1/2x1,
Hydrochlcrotmiazide 25 mg 2x1.

N. EVALUASI
Tanggal/ DX Evaluasi TTD
Jam
27 Juli 1 S: Ikhsan
Tn.W mengatakan akan mulai mengkonsumsi lebih banyak buah dan sayur dan diit rendah
2018
garam.
(18.30)
Tn.W mengatakan akan mulai mengkonsumsi lebih banyak buah dan sayur dan diit rendah
garam. Keluargga Tn. W akan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di daerahnya.

O: Keluarga Tn. Y dan Ny. M tampak kooperatif dan Tn.W dan Ny.G dapat melakukan
senam hipertensi dengan baik dan benar.
A: Ketidakegektifan manajemen kesehatan keluarga teratasi sebagian
P: Motivasi Ny. M untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan di sekitar
2 S: Ikhsan
Keluarga Tn. W mampu memahami manajamen kesehatan terutama hipertensi pada Ny.G
dan akan melakukan pengobatan serta diit yang tepat
Tn.J mengatakan akan meminum obat secara rutin dan menjaga pola makan untuk
kesembuhan.
O:
TD : 140/80 mmhg
N : 78 x/mnt,
RR : 22 x/mnt
o
S : 36,1 C
Obat Salbutamol 2 mg 2x1, Ambroxol HCL 30 mg 2x1, Ranitidin 150 mg 2x1,
Furosemide 40 mg 1/2x1, Hydrochlcrotmiazide 25 mg 2x1.
A: Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan perifer teratasi sebagian
P: Motivasi keluraga untuk mampu mengenal masalah kesehatan pada Tn. Y
Jelaskan tanda-tanda Hipertensi
DAFTAR PUSTAKA

Budi, setiya. (2008). Buku Saku Gerontologi Edisi 2. Aliha Bahasa James Veldman. EGC.
Jakarta
Carpenito Lynda Juall (2008), Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Praktek Klinik,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Decker DL.(2008). Social Gerontology an Introduction to Dinamyc of Aging.Little Brown
and Company. Boston
Doenges marilynn (2008), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Evelyn C.pearce (2011), Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, Penerbit PT Gramedia,
Jakarta.
Nugroho.W. (2012). Keperawatan Gerontik. Gramedia. Jakarta
Rahardjo, Agus. (2010), Kedaruratan Medik: Pedoman Penatalaksanaan Praktis, Binarupa
Aksara, Jakarta.
Rokhaeni (2012), Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
Sunyoto. (2015), Seri Skema Diagnosis dan Penatalaksanaan gawat Darurat Medis,
Binarupa Aksara, Jakarta.

You might also like