You are on page 1of 44

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan kemajuan zaman yang semakin modern, kita dalam
menghadapi era globalisasi yang sangat maju ini dibutuhkan sumber daya
manusia yang berpotensi tinggi dalam menyikapi berbagai masalah kesehatan,
salah satu masalah kesehatan itu adalah penyakit ISPA (Infeksi Saluran
Pernapasan Akut). Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah proses
inflamasi yang disebabkan oleh virus, bakteri, atipikal (mikoplasma), atau aspirasi
subkutan asing, yang melibatkan suatu atau semua bagian saluran. Menurut
Widoyono (2010), penyakit saluran pernapasan akut (ISPA), dengan perhatian
khusus pada radang paru (pneumonia). Seperti halnya yang dialami oleh An. Z
yang datang untuk berobat ke Puskesmas Bukit Hindu Palangka Raya, yang
menderita ISPA dengan tanda dan gejala batuk pilek.
Secara global, tingkat kematian balita mengalami penurunan sebesar 41%,
dari tingkat estimasi 87 kematian per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1990
menjadi 51 kematian per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2011(WHO, 2011).
World Health Organization (WHO) memperkirakan insidensi ISPA di negara
berkembang 0,29% (151 juta jiwa) dan negara industri 0,05% (5 juta jiwa). ISPA
menempati urutan pertama penyakit yang diderita pada kelompok bayi dan balita
di Indonesia. Prevalensi ISPA di Indonesia adalah 25,5% dengan morbiditas
pneumonia pada bayi 2,2% dan pada balita 3%, sedangkan mortalitas pada bayi
23,8% dan balita 15,5%.
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan
atas atau bawah, biasanya menular, yang dapat menimbulkan berbagai spektrum
penyakit yang berkisar dari penyakit tanpa gejala atau infeksi ringan sampai
penyakit yang parah dan mematikan, tergantung pada patogen penyebabnya,
faktor lingkungan, dan faktor pejamu. Namun demikian, di dalam pedoman ini,
ISPA didefinisikan sebagai penyakit saluran pernapasan akut yang disebabkan
oleh agen infeksius yang ditularkan dari manusia ke manusia. Timbulnya gejala

1
2

biasanya cepat, yaitu dalam waktu beberapa jam sampai beberapa hari.Gejalanya
meliputi demam, batuk, dan sering juga nyeri tenggorok, coryza (pilek), sesak
napas, mengi, atau kesulitan bernapas. Contoh patogen yang menyebabkan ISPA
yang dimasukkan dalam pedoman ini adalah rhinovirus, respiratory syncytial
virus, paraininfluenzaenza virus, severe acute respiratory syndromeassociated
coronavirus (SARS-CoV), dan virus Influenza.
Sebagai bagian dalam pelaksanaan asuhan keperawatan, perawat
mempunyai peran yang sangat penting seperti dalam memberantas ISPA sesuai
dengan sarana dan tenaga yang tersedia serta memberikan penyuluhan kepada ibu-
ibu tentang penyakit ISPA. Perawat juga mempunyai tugas melakukan
penatalaksanaan kasus-kasus ISPA sesuai dengan petunjuk yang ada, melakukan
konsultasi dengan dokter untuk kasus-kasus ISPA seperti ISPA berat (Depkes RI.
2003). Oleh karena itu penulis tertarik untuk membuat dan melakukan asuhan
keperawatan pada pasien dengan kasus ISPA.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam Laporan
Studi Kasus ini yaitu bagaimana penerapan asuhan keperawatan pasien dengan
kasus ISPA di Puskesmas Bukit Hindu Palangka Raya?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan laporan studi kasus ini terbagi
menjadi:
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menulis, mengkaji serta melaksanakan asuhan
keperawatan pada pasien dengan kasus ISPA di Puskesmas Bukit Hindu
Palangka Raya.
3

1.3.2 Tujuan Khusus


1.3.2.1 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan pasien dengan
penyakit ISPA.
1.3.2.2 Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan/masalah
kolaboratif pada pasien dengan penyakit ISPA.
1.3.2.3 Mahasiswa mampu membuat intervensi keperawatan pada pasien dengan
penyakit ISPA.
1.3.2.4 Mahasiswa mampu melakukan implementasi keperawatan pada pasien
dengan penyakit ISPA.
1.3.2.5 Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan
penyakit ISPA.
1.3.2.6 Mahasiswa mampu membuat dokumentasi keperawatan pada pasien
dengan penyakit ISPA.
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan laporan studi kasus ini adalah sebagai berikut:
1.4.1 Teoritis
Secara teoritis manfaat penulisan laporan studi kasus ini adalah agar kita
mengetahui bagaimana konsep dasar dan asuhan keperawatan pada pasien dengan
kasus ISPA.
1.4.2 Praktis
1.4.2.1 Bagi Mahasiswa
Mahasiswa mengetahui bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien
dengan kasus ISPA, memperoleh bahan bandingan antara teori dan kasus dan
sebagai salah satu pengalaman yang berharga dan nyata yang didapat dari
lapangan praktek yang dilakukan sesuai ilmu yang didapatkan serta sebagai acuan
bagi penulis dalam menghadapi kasus yang sama sehingga dapat memberikan
asuhan keperawatan yang baik bagi pasien dengan kasus ISPA.
1.4.2.2 Bagi Institusi Pendidikan
Memperoleh gambaran pelaksanaan studi kasus secara khusus pada kasus
ISPA serta dapat mengidentifikasi keterbatasan dan mengambil langkah perbaikan
jika diperlukan.
4

1.4.2.3 Bagi pihak rumah sakit


Memperoleh gambaran pelaksanaan Asuhan Keperawatan secara khusus
pada pasien dengan kasus ISPA, mengetahui kendala atau hambatan dalam
manajemen Asuhan Keperawatan di Puskesmas bukit hindu Palangka Raya
sehingga dapat membantu dalam mengambil kebijakan strategi di masa
mendatang.
5

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Keperawatan
1.1 Pengertian Anak
Dalam keperawatan anak , yang menjadi individu (klien) dalam hal ini
adalah anak, anak di artikan sebagai seseorang yang berusia kurang dari delapan
belas tahun dalam masa tumbuh kembang dengan kebutuhan khusus baik
kebutuhan fisik, psikologis, social dan spiritual Sularso ( 2010 ).
Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan
perkembangan yang di mulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan
masa pertumbuhan dan perkembangan yang di mulai dari bayi ( 0-1 tahun ) usia
bermain/oddler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5 tahun), usia sekolah (5-11 tahun)
hingga remaja (11-18 tahun).Rentang ini berbeda antara anak satu dengan yang
lain mengingat latar belakang anak berbeda. Pada anak terdapat rentang
perrubahan pertumbuhan dan perkembangan yaitu rentang cepat dan
lambat.Dalam proses perkenbangan anak memiliki ciri fisik, kognitif, konsep diri,
pola koping dan prilaku social.
1.2 Filosofi Keperawatan Anak
Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada anak harus
memahami bahwa semua asuhan Keperawatan anak harus berpusat pada keluarga
( family center care ) dan mencegah terjadinya trauma ( atraumatik care ).
Family center care ( perawatan berfokus pada keluarga ) merupakan
unsur penting dalam perawatan anak karena anak merupakan bagian dari anggota
keluarga, sehingga kehidupan anak dapat ditentukan oleh lingkungan keluarga.,
Untuk itu keperawatan anak harus mengenal keluarga sebagai tempat tinggal atau
sebagai konstanta tetap dalam kehidupan anak yang dapat mempengaruhi status
kesehatan anak.
Sedangkan maksud dari atraumatic care adalah semua tindakan
keperawatan yang ditujukan kepada anak tidak menimbulkan trauma pada anak
dan keluarga dengan memperhatikan dampak dari setiap tindakan yg diberikan.

5
6

Prinsip dari atraumatic care adalah menurunkan dan mencegah dampak


perpisahan dari keluarga, meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol
perawatan pada anak, mencegah dan mengurangi cedera ( injury ) dan nyeri (
dampak psikologis ), tidak melakukan kekerasan pada anak dan modifikasi
lingkungan fisik.
1.3 Prinsip Keperawatan Anak
Dalam keperawatan anak, perawat harus mengetahui bahwa prinsip
keperawatan anak adalah :
a. Anak bukan miniatur orang dewasa
b. Anak sebagai individu unik & mempunyai kebutuhan sesuai tahap
perkembangan
c. Pelayanan keperawatan anak berorientasi pada pencegahan & peningkatan
derajat kesh, bukan mengobati anak sakit
d. Keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang berfokus pada
kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggung jawab secara komprehensif
dalam memberikan askep anak
e. Praktik keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak & keluarga untuk
mencegah, mengkaji, mengintervensi & meningkatkan kesejahteran dengan
menggunakan proses keperawatan yang sesuai dengan moral ( etik ) & aspek
hukum ( legal )
f. Tujuan keperawatan anak & remaja adalah untuk meningkatkan maturasi /
kematangan
g. Berfokus pada pertumbuhan & perkembangan
1.4 Paradigma Keperawatan Anak
1.4.1 Manusia ( Anak )
Anak baik sebagai individu maupun bagian dari keluarga merupakan salah
satu sasaran dalam pelayanan keperawatan. Untuk dapat memberikan pelayanan
keperawatan yang tepat sesuai dengan masa tumbuh kembangnya, anak di
kelompokkan berdasarkan masa tumbuh kembangnya yaitu
1. Bayi : 0 – 1 th
2. Toddler : 1 – 2,5 th
3. Pra Sekolah : 2,5 – 5 th
7

4. Sekolah : 5 – 11 th

5. Remaja : 11 – 18 th
Terdapat perbedaan dalam memberikan pelayanan keperawatan antara
orang dewasa dan anak sebagai sasarannya. Perbedaan itu dapat dilihat dari
struktur fisik, dimana secara fisik anak memiliki organ yang belum matur
sepenuhnya. Sebagai contoh bahwa komposisi tulang pada anak lebih banyak
berupa tulang rawan, sedangkan pada orang dewasa sudah berupa tulang keras.
Proses fisiologis juga mengalami perbedaan, kemampuan anak dalam
membentuk zat penangkal anti peradarangan belum sempurna sehingga daya
tahan tubuhnya masih rentan dan mudah terserang penyakit. Pada aspek kognitif,
kemampuan berfikir anak serta tanggapan terhadap pengalaman masa lalu sangat
berbeda dari orang dewasa, pengalaman yang tidak menyenangkan selama di
rawat akan di rekam sebagai suatu trauma, sehingga pelayanan keperawatan harus
meminimalisasi dampak traumatis anak.
1.5 Konsep Sehat Sakit
Menurut WHO, sehat adalah keadaan keseimbangan yang sempurna baik
fisik, mental, sosial, dan tidak semata-mata hanya bebas dari penyakit atau cacad.
Konsep sehat & sakit merupakan suatu spektrum yang lebar & setiap waktu
kesehatan seseorang bergeser dalam spektrum sesuai dengan hasil interaksi yang
terjadi dengan kekuatan yang mengganggunya
1.6 Lingkungan
Lingkungan berpengaruh terhadap terjadinya suatu kondisi sehat maupun
sakit serta status kesehatan. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi
kesehatan berupa lingkungan Internal dan lingkungan external . Lingkungan
Internal yang mempengaruhi kesehatan seperti tahap perkembangan, latar
belakang intelektual, persepsi terhadap fungsi fisik, faktor Emosional, dan
spiritual. Sedangkan lingkungan external yang mempengaruhi status kesehatan
antara lain keluarga, sosial ekonomi, budaya
1.7 Keperawatan
Merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang komprehensif
meliputi biologi, psikologis, social dan spiritual yang ditujukan pada individu,
keluarga, masyarakat dan kelompok khusus yang mengutamakan pelayanan
8

promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang diberikan dalam kondisi sehat
maupun sakit.
Anak sebagai individu maupun salah satu anggota keluarga merupakan
sasaran dalam pelayanan keperawatan Sehingga perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan harus memandang anak sebagai individu yang unik yang memiliki
kebutuhan tersendiri sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangannya.
1.8 Peran Perawat Dalam Keperawatan Anak
1.8.1 Pemberi perawatan
Merupakan peran utama perawat yaitu memberikan pelayanan
keperawatan kepada individu, keluarga,kelompok atau masyarakat sesuai dengan
masalah yang terjadi mulai dari masalah yang bersifat sederhana sampai yang
kompleks. Contoh peran perawat sebagai pemberi perawatan adalah peran ketika
perawat memenuhi kebutuhan dasar seperti memberi makan, membantu pasien
melakukan ambulasi dini.
1.8.2 Sebagai Advocat keluarga
Sebagai client advocate, perawat bertanggung jawab untuk memebantu
klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi
pelayanan daninfo rmasi yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (inform
concent) atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya. Peran perawat
sebagai advocate keluarga dapt ditunjukkan dengan memberikan penjelasan
tentang prosedur operasi yang akan di lakukan sebelum pasien melakukan
operasi.
1.8.3 Pendidik
Perawat bertanggung jawab dalam hal pendidikan dan pengajaran ilmu
keperawatan kepada klien, tenaga keperawatan maupun tenaga kesehatan lainya.
Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam keperawatan adalah aspek
pendidikan, karena perubahan tingkah laku merupakan salah satu sasaran dari
pelayanan keperawatan. Perawat harus bisa berperan sebagai pendidik bagi
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Memberi penyuluhan kesehatan
tentang penanganan diare merupakan salah satu contoh peran perawat sebagai
pendidik ( health educator )
9

1.8.4 Konseling
Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi
klien terhadap keadaan sehat sakitnya. Adanya perubahan pola interaksi ini
merupakan dasar dalam perencanaan tindakan keperawatan. Konseling diberikan
kepada individu, keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan
pengalaman masa lalu. Pemecahan masalah difokuskan pada; masalah
keperawatan, mengubah perilaku hidup sehat (perubahan pola interaksi).
1.8.5 Kolaborasi
Dalam hal ini perawat bersama klien, keluarga, team kesehatan lain
berupaya mengidentfikasi pelayanan kesehatan yang diperlukan termasuk tukar
pendapat terhadap pelayanan yang diperlukan klien, pemberian dukungan, paduan
keahlian dan ketrampilan dari berbagai professional pemberi palayanan kesehatan.
Sebagai contoh, perawat berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan diet
yang tepat pada anak dengan nefrotik syndrome. Perawat berkolaborasi dengan
dokter untuk menentukan dosis yang tepat untuk memberikan Antibiotik pada
anak yang menderita infeksi
1.8.6 Peneliti
Seorang perawat diharapkan dapat menjadi pembaharu (innovator) dalam
ilmu keperawatan karena ia memiliki kreativitas, inisiatif, cepat tanggap terhadap
rangsangan dari lingkunganya. Kegiatan ini dapat diperoleh diperoleh melalui
penelitian. Penelitian, pada hakekatnya adalah melakukan evalusai, mengukur
kemampuan, menilai, dan mempertimbangkan sejauh mana efektifitas tindakan
yang telah diberikan. Dengan hasil penelitian, perawat dapat mengerakan orang
lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan kebutuhan, perkembangan dan
aspirasi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Oleh karena itu perawat
dituntut untuk selalu mengikuti perkembangan memanfaatkan media massa atau
media informasi lain dari berbagai sumber. Selain itu perawat perlu melakukan
penelitian dalam rangka mengembagkan ilmu keperawatan dan meningkatkan
praktek profesi keperawatan.
1.9 Lingkup Praktek Keperawatan Anak
Menurut, Gartinah, dkk (2011), Lingkup praktek keperawatan anak
merupakan batasan asuhan keperawatan yang diberikan pada klien anak usia 28
10

hari sampai usia 18 th atau BBL ( Bayi Baru Lahir ) sampai usia 12 th.
Sedangkan Sularso ( 2010 ) memberikan penjelaskan bahwa asuhan keperawatan
anak meliputi tumbang anak yang mencakup ASAH ( stimulasi mental ), ASIH
( Kasih sayang ), ASUH ( pemenuhan kebutuhan fisik )
2.Konsep Dasar Penyakit
2.1 pengertian ISPA
ISPA merupakan infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari.
Saluran pernapasan meliputi organ mulai dari hidung sampai gelembung paru,
beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput
paru. ISPA meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan
bagian bawah (Siregar dan Maulany, 2010).
Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan bersifat ringan, misalnya batuk
pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik. Namun demikian
jangan dianggap enteng, bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat
menyebabkan anak menderita pneumoni yang dapat berujung pada kematian.
Menurut Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA, penyakit ISPA dibagi
menjadi dua golongan yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia
dibedakan atas derajat beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia
tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit
jalan napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia.
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang
mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya.
Kelainan pada sistem pernapasan terutama infeksi saluran pernapasan bagian atas
dan bawah, asma dan ibro kistik, menempati bagian yang cukup besar pada area
pediatri. Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh
virus, sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim
dingin.
2.2 Klasifikasi
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai
berikut :
1. Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada
kedalam (chest indrawing).
11

2. Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.


3. Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai
demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat.
Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia.
Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk
golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun. Untuk golongan umur kurang 2 bulan
ada 2 klasifikasi penyakit yaitu :
1. Pneumonia berada: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding
pada bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur
kurang 2 bulan yaitu 60 kali per menit atau lebih.
2. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat
dinding dada bagian bawah atau napas cepat.
Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit
yaitu:
1. Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada
bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa
anak harus dalam keadaan tenang tldak menangis atau meronta).
2. Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -
12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun
adalah 40 kali per menit atau lebih.
3. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding
dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat.
2.3 Etiologi
Infeksi saluran pernafasan akut merupakan kelompok penyakit yang komplek
dan heterogen, yang disebabkan oleh berbagai etiologi.Kebanyakan infeksi
saluran pernafasan akut disebabkan oleh virus dan mikroplasma. Etiologi ISPA
terdiri dari 300 lebih jenis bakteri, virus,dan jamur. Bakteri penyebab ISPA
misalnya: Streptokokus Hemolitikus, Stafilokokus, Pneumokokus, Hemofilus
Influenza, Bordetella Pertusis, danKorinebakterium Diffteria (Achmadi dkk.,
2014).
Bakteri tersebut, di udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran
pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung. Biasanya bakteri ini
12

menyerang anak-anak yang kekebalan tubuhnya lemah misalnya saat perubahan


musim panas ke musim hujan (PD PERSI, 2010).
Untuk golongan virus penyebab ISPA antara lain
golongan miksovirus (termasuk di dalamnya virus para-influensa, virus influensa,
dan virus campak), dan adenovirus. Virus para-influensa merupakan penyebab
terbesar dari sindroma batuk rejan, bronkiolitis dan penyakit demam saluran nafas
bagian atas.Untuk virus influensa bukan penyebab terbesar terjadinya terjadinya
sindroma saluran pernafasan kecuali hanya epidemi-epidemi saja.Pada bayi dan
anak-anak, virus-virus influenza merupakan penyebab terjadinya lebih banyak
penyakit saluran nafas bagian atas daripada saluran nafas bagian bawah. (Siregar
dan Maulany, 2010).
2.4 Patofisiologi
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan
tubuh.Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan menyebabkan silia
yang terdapat pada permukaan saluran nafas bergerak ke atas mendorong virus ke
arah faring atau dengan suatu tangkapan refleks spasmus oleh laring.Jika refleks
tersebut gagal maka virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran
pernafasan (Kending dan Chernick, 2011).
Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk kering
(Jeliffe,2012).Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran pernafasan menyebabkan
kenaikan aktifitas kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran
nafas, sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa yang melebihi
noramal.Rangsangan cairan yang berlebihan tersebut menimbulkan gejala batuk
(Kending and Chernick, 2011).Sehingga pada tahap awal gejala ISPA yang paling
menonjol adalah batuk.
Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder
bakteri.Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan mekanisme mukosiliaris
yang merupakan mekanisme perlindungan pada saluran pernafasan terhadap
infeksi bakteri sehingga memudahkan bakteri-bakteri patogen yang terdapat pada
saluran pernafasan atas seperti streptococcus pneumonia, haemophylus
influenza dan staphylococcus menyerang mukosa yang rusak tersebut (Kending
dan Chernick, 2011).
13

Infeksi sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi mukus bertambah banyak


dan dapat menyumbat saluran nafas sehingga timbul sesak nafas dan juga
menyebabkan batuk yang produktif.Invasi bakteri ini dipermudah dengan adanya
fakor-faktor seperti kedinginan dan malnutrisi.Suatu laporan penelitian
menyebutkan bahwa dengan adanya suatu serangan infeksi virus pada saluran
nafas dapat menimbulkan gangguan gizi akut pada bayi dan anak (Tyrell, 2010).
Virus yang menyerang saluran nafas atas dapat menyebar ke tempat-tempat
yang lain dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan kejang, demam, dan juga
bisa menyebar ke saluran nafas bawah (Tyrell, 2010). Dampak infeksi sekunder
bakteripun bisa menyerang saluran nafas bawah, sehingga bakteri-bakteri yang
biasanya hanya ditemukan dalam saluran pernafasan atas, sesudah terjadinya
infeksi virus, dapat menginfeksi paru-paru sehingga menyebabkan pneumonia
bakteri (Shann, 2012).
Penanganan penyakit saluran pernafasan pada anak harus diperhatikan aspek
imunologis saluran nafas terutama dalam hal bahwa sistem imun di saluran nafas
yang sebagian besar terdiri dari mukosa, tidak sama dengan sistem imun sistemik
pada umumnya. Sistem imun saluran nafas yang terdiri dari folikel dan jaringan
limfoid yang tersebar, merupakan ciri khas system imun mukosa. Ciri khas
berikutnya adalah bahwa IgA memegang peranan pada saluran nafas atas
sedangkan IgG pada saluran nafas bawah.Diketahui pula bahwa sekretori IgA
(sIgA) sangat berperan dalam mempertahankan integritas mukosa saluran nafas
(Siregar, 2013).
Dari uraian di atas, perjalanan klinis penyakit ISPA ini dapat dibagi menjadi
empat tahap, yaitu:
1. Tahap prepatogenesis, penyebab telah ada tetapi penderita belum
menunjukkan reaksi apa-apa.
2. Tahap inkubasi, virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh
menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya
memang sudah rendah.
3. Tahap dini penyakit, dimulai dari munculnya gejala penyakit.Timbul gejala
demam dan batuk.
14

4. Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat, yaitu dapat sembuh sempurna,
sembuh dengan ateletaksis, menjadi kronis dan dapat meninggal akibat
pneumonia.
15

Sumber : https://www.scribd.com/dokument/11989087/pathway-ispa
16

2.5 Manifestasi Klinis


1. Tanda-tanda ISPA
Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan
tanda-tanda laboratoris.
a. Tanda-tanda klinis :
Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea),
retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau
hilang, grunting expiratoir dan wheezing.Pada sistem cardial adalah: tachycardia,
bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan cardiac arrest.Pada sistem cerebral
adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, papil bendung, kejang
dan coma.Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.
b. Tanda-tanda laboratoris :
1) Hypoxemia,
2) Hypercapnia dan
3) Acydosis (Metabolik dan atau Respiratorik).
Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun
adalah: tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk,
sedangkan tanda bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah:
kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun ampai kurang dari setengah
volume yang biasa diminumnya), kejang, kesadaran menurun, stridor, Wheezing,
demam dan dingin.
2. Gejala ISPA
 Gejala dari ISPA Ringan
Seseorang dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu atau lebih
gejala-gejala sebagai berikut :
a. Batuk
b. Serak
c. Pilek
d. Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37oC
 Gejala dari ISPA Sedang
Seseorang dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala dari ISPA
ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :
17

a. Pernafasan cepat (fast breating) sesuai umur yaitu : untuk kelompok umur
kurang dari 2 bulan frekuensi nafas 60 kali per menit atau lebih dan
kelompok umur 2 bulan - <5 tahun : frekuensi nafas 50 kali atau lebih untuk
umur 2 – <12 bulan dan 40 kali per menit atau lebih pada umur 12 bulan –
<5 tahun.
b. Suhu lebih dari 390C (diukur dengan termometer)
c. Tenggorokan berwarna merah
d. Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak campak
e. Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga
f. Pernafasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur)
 Gejala dari ISPA Berat
Seseorang dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai gejal-gejala
ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai
berikut :
a. Bibir atau kulit membiru
b. Anak tidak sadar atau kesadaran menurun
c. Pernafasan berbunyi seperti mengorok dan anak tampak gelisah
d. Sela iga tertarik kedalam pada waktu bernafas
e. Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba
f. Tenggorokan berwarna merah
1.6 Penatalaksanaan
1. Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan:
a. Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
b. Immunisasi.
c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
d. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.
2. Pengobatan dan perawatan
Prinsip perawatan ISPA antara lain:
a. Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari
b. Meningkatkan makanan bergizi
c. Bila demam beri kompres dan banyak minum
18

d. Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu
tangan yang bersih
e. Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu
ketat.
f. Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut
masih menetek
Pengobatan antara lain:
Mengatasi panas (demam) dengan memberikan parasetamol atau dengan
kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol
diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi
sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan
kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es).
Mengatasi batuk dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan
tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½
sendok teh , diberikan tiga kali sehari.
2.7 Komplikasi
Penyakit ini sebenarnya merupakan self limited disease, yang sembuh
sendiri 5-6 hari jika tidak terjadi invasi kuman lainnya.
1. Sinusitis paranasal
Komplikasi ini hanya terjadi pada anak besar karena pada bayi dan anak
kecil sinus paranasal belum tumbuh.Gejala umum tampak lebih besar, nyeri
kepala bertambah, rasa nyeri dan nyeri tekan biasanya didaerah sinus frontalis dan
maksilaris.Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan foto rontgen dan
transiluminasi pada anak besar. Proses sinusitis sering menjadi kronik dengan
gejala malaise, cepat lelah dan sukar berkonsentrasi (pada anak besar). Kadang-
kadang disertai sumbatan hidung, nyeri kepala hilang timbul, bersin yang terus
menerus disertai secret purulen dapat unilateral ataupun bilateral.Bila didapatkan
pernafasan mulut yang menetap dan rangsang faring yang menetap tanpa sebab
yang jelas perlu yang dipikirkan terjadinya komplikasi sinusitis.Sinusitis
paranasal ini dapat diobati dengan memberikan antibiotik.
19

2. Penutupan tuba eusthachii


Tuba eusthachii yang buntu memberi gejala tuli dan infeksi dapat
menembus langsung kedaerah telinga tengah dan menyebabkan otitis media akut
(OMA).Gejala OMA pada anak kecil dan bayi dapat disertai suhu badan yang
tinggi (hiperpireksia) kadang menyebabkan kejang demam. Anak sangat gelisah,
terlihat nyeri bila kepala digoyangkan atau memegang telinganya yang nyeri
(pada bayi juga dapat diketahui dengan menekan telinganya dan biasanya bayi
akan menangis keras). Karena bayi yang menderita batuk pilek sering menderita
infeksi pada telinga tengah sehingga menyebabkan terjadinya OMA dan sering
menyebabkan kejang demam, maka bayi perlu dikonsul kebagian THT.Biasanya
bayi dilakukan parsentesis jika setelah 48-72 jam diberikan antibiotika keadaan
tidak membaik.Parasentesis (penusukan selaput telinga) dimaksudkan mencegah
membran timpani pecah sendiri dan terjadi otitis media perforata (OMP).
Faktor-faktor OMP yang sering dijumpai pada bayi dan anak adalah :
a. Tuba eustachii pendek, lebar dan lurus hingga merintangi penyaluran sekret.
b. Posisi bayi anak yang selalu terlentang selalu memudahkan perembesan
infeksi juga merintangi penyaluran sekret.
c. Hipertrofi kelenjar limfoid nasofaring akibat infeksi telinga tengah walau
jarang dapat berlanjut menjadi mastoiditis atau ke syaraf pusat (meningitis).
3. Penyebaran infeksi
Penjalaran infeksi sekunder dari nasofaring kearah bawah
seperti laryngitis,trakeitis, bronkiis dan bronkopneumonia.Selain itu dapat
pula terjadi komplikasi jauh, misalnya terjadi meningitis purulenta.
3. Asuhan Keperawatan Pada Ispa
3.1 Pengkajian
1. Pengkajian
a. Keluhan Utama : Klien mengeluh demam, batuk , pilek, sakit tenggorokan.
b. Riwayat penyakit sekarang : Dua hari sebelumnya klien mengalami demam
mendadak, sakit kepala, badan lemah, nyeri otot dan sendi, nafsu makan
menurun, batuk,pilek dan sakit tenggorokan.
c. Riwayat penyakit dahulu : Kilen sebelumnya sudah pernah mengalami
penyakit sekarang
20

d. Riwayat penyakit keluarga : Menurut pengakuan klien,anggota keluarga ada


juga yang pernah mengalami sakit seperti penyakit klien tersebut
e. Riwayat sosial : Klien mengatakan bahwa klien tinggal di lingkungan yang
berdebu dan padat penduduknya
2. Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa I : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan
dengan penurunan ekspansi paru.
Tujuan kriteria hasil :
1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas
dengan mudah, tidak ada pursed lips)
2. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama
nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas
abnormal)
3. Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)
Intervensi :
1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
2. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
3. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
4. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
5. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
6. Lakukan suction pada mayo
7. Berikan bronkodilator bila perlu
8. Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
9. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
10. Monitor respirasi dan status O2
11. Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
12. Pertahankan jalan nafas yang paten
13. Atur peralatan oksigenasi
14. Monitor aliran oksigen
15. Pertahankan posisi pasien
16. Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
21

17. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi


Diagnosa II : Hipertermi berhubungan dengan invasi mikroorganisme
Tujuan Kriteria Hasil :
1. Suhu tubuh dalam rentang normal
2. Nadi dan RR dalam rentang normal
3. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
Intervensi :
1. Monitor suhu sesering mungkin
2. Monitor warna dan suhu kulit
3. Monitor tekanan darah, nadi dan RR
4. Monitor intake dan output
5. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
6. Berikan pasien kompres air hangat, hindari pemberian kompres dingin.
7. Tingkatkan sirkulasi udara.
8. Kolaborasi pemebrian cairan intravena.
9. Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan akibat panas.
10. Kolaborasi pemberian antipiretik.
11. Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
Diagnosa III : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan ketidak mampuan dalam memasukan dan mencerna makanan
Tujuan Kriteria Hasil :
1. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
2. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
3. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
4. Tidak ada tanda tanda malnutrisi
5. Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
6. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
Intervensi :
1. Kaji adanya alergi makanan
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien.
3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
22

4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C


5. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
6. Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
7. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
8. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
9. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
10. BB pasien dalam batas normal
11. Monitor turgor kulit
12. Monitor mual dan muntah
13. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
14. Monitor pertumbuhan dan perkembangan
Diagnosa IV : Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan ISPA berhubungan
dengan kurang informasi.
Tujuan Kriteria Hasil :
1. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi,
prognosis dan program pengobatan.
2. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara
benar.
3. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan
perawat/tim kesehatan lainnya.
Intervensi :
1. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses
penyakit yang spesifik.
2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini
berhubungandengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan carA
yang tepat
4. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat.
5. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat.
23

6. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk


mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit.
7. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan.
8. Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada
pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat
3.2 Evaluasi :
Evaluasi addalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf
keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk
memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker,
2001).Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan myocarditis (Doenges, 1999)
adalah :
1. Bersihan jalan nafas efektif, tidak ada bunyi atau nafas tambahan.
2. Suhu tubuh pasien dalam rentang normal antara 36 -37,5 C
3. Klien dapat mencapai BB yang direncanakan mengarah kepada BB normal.
4. Pengetahuan adekuat serta tidak terjadi komplikasi pada klien.
24

BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN
I. Anamnesa
PengkajianTanggal 25 Juli 2018, Pukul 08:30 WIB
1. Identitas pasien
Nama Klien An. Z, tempat tanggal lahir Palangka Raya, 16 oktober 2016, jenis
kelamin perempuan, agama islam, suku banjar pendidikan SD, alamat jalan
jambrut III
2. Identitas penanggung jawab
Nama klien Ny.M, tempat tanggal lahir Palangka Raya, 4 Desember Maret
1984, Jenis kelamin perempuan, Agama islam, Suku banjar, Pendidikan SMA,
Pekerjaan IRT, Alamat jalan jambrut III, Hubungan keluarga ibu kandung
3. Keluhan utama
Ibu An. Z mengatakan “ anaknya demam, batuk dan pilek dari tadi malam ”
4. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu An. Z mengatakan “pada malam tanggal 24 juli 2018, badan anaknya
terasa panas dan batuk-batukdan diberi obat sanmol. Karena demam anaknya
tidak sembuh maka ibu membawa An. Z ke puskesmas bukit hindu untuk
berobat.
b. Riwayatkesehatanlalu
1) Riwayat prenatal :
G2 Y dirumah sakit dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
2) Riwayat natal :
Normal, BB : 2,5 kg dan TB : 42 cm
3) Riwayat postnatal :
Normal/spontan
4) Penyakit sebelumnya :
Tida ada

24
25

5) Imunisasi
Jenis BCG DPT Polio Campak Hepatitis TT
Usia 1 bln 2,3,4 bln 1,4,6 bln 9 bln 0 bln -

c. Riwayatkesehatankeluarga
Ibu Klien mengatakan “Tidak memiliki penyakit keturunan atau penyakit
menular”.
d. Susunan genogram 3 (tiga) generasi

Keterangan :

: Laki- laki

:Perepuan

: Pasien

: Garis keturunan

: Tinggal serumah

II. Pemeriksaan fisik


1. Keadaan umum :
Pasien tampak lemas, kesadaran comphos menthis
2. Tanda vital
TD :-
Nadi : 100 x/mnt
26

Suhu : 38,9˚C
Respirasi : 36 x/mnt
3. Kepala dan wajah
a. Ubun-ubun Sudah menutup, keadaan normal, kelainan tidak ada
b. Rambut
Warna hitam keadaan tidak rontok, tidak mudah dicabut, tidak kusam
c. Kepala
Keadaan kulit kepala bersih, tidak ada peradangan dan benjolan
d. Mata
Bentuk simetris, conjungtiva merah muda Skelera Jernih, Reflek pupil mengecil
ketika cahaya di dekatkan dan membesar ketika cahaya dijauhkan menggunakan
penlight, oedem Palpebra tidak ada, Ketajaman penglihatan: mampu mengikuti
arah benda digerakan pada jarak dekat.
e. Telinga
Bentuk Simetris, serumen/secret tidak ada, peradangan tidak ada Ketajaman
pendengaran klien tidak ada respon ketika di panggil dan di berikan rangsangan
suara
f. Hidung
Bentuk Simetris, serumen/secret ada, pasase udara tidak menggunakan alat bantu
g. pernapasan
Fungsi penciuman penciuman an. Z terganggu kerena ada penumpukan secret di
hidung.

h. Mulut normal bibir simetris, tidak Sianosis, keadaan bibir kering, palatum
lunak.
i. Gigi bersih, carries tidak ada
4. Leher dan tengorokan
Bentuk simetris, reflek menelan melemah, pembesaran tonsil tidak ada
Pembesaran vena jugularis tidak ada, benjolan tidak ada, peradangan pada
tenggorokan, tampak kemerahan pada tenggorokan
5. Dada
Bentuk simetris, retraksi dada tidak ada, bunyi nafas vesikuler, tipe pernafasan
dada dan perut
27

Bunyi jantung lup dup, iktus cordis tidak ada, bunyi tambahan tidak ada, nyeri
dada tidak ada, keadaan payudara simetris
6. Punggung
Bentuk simetris, peradangan tidak ada benjolan tidak ada
7. Abdomen
Bentuk simetris, bisingusus 10 x/ menit, asites tidak ada, massa tidak ada,
hepatomegali tidak ada spenomegali tidak ada, nyeri tidak ada, pergerakan/ tonus
otot lemah , oedem tidak ada, Sianosis tidak ada, clubbing finger tidak ada,
Keadaan kulit/turgor normal/elastis
8. Genetalia
a. Perempuan
Kebersihan bersih, tidak ada kotoran, tidak ada feces, keadaan labia lengkap,
peradangan tidak ada
III. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
1. Gizi : gizi dan perkembangan anak baik
2. Kemandirian dalamb ergaul : Anak dapat bergaul dengan teman sebaya
nya
3. Motorik Halus :-
4. Motorik kasar :-
5. Kognitif dan bahasa :Anak mampu berbicara dan berbahasa
dengan baik
6. Psikososial : Anak dekat dengan ibunya.

IV. PolaAktifitassehari-hari
No Polakebiasaan Sebelumsakit Saatsakit
1 Nutrisi
a. Frekuensi 3 x/hari 3 x/hari
b. Nafsumakan/selera Baik Baik
c. Jenismakanan Nasi, lauk, sayur Nasi, lauk, sayur

2 Eliminasi
a. BAB
Frekuensi 1 x/hari 1 x/hari
Konsistensi Lembek Lembek
b. BAK
Frekuensi ±2 hari ±2 hari
28

Konsistensi Kuning Jernih Kuning Jernih


3 Istirahat/tidur
a. Siang/ jam 2-3 jam 2-3 jam
b. Malam/ jam 7-8 jam 7-8 jam
4 Personal hygiene
a. Mandi 2 kali 2 kali
b. Oral hygiene 2 kali 2 kali

V. Data penunjang
Terapi obat yang diberikan :
Nama Obat Dosis Indikasi
Amoxcillin 3x1 Untuk mengobati infeksi saluran pernapasan
Paracetamol 3x1 Untuk menurunkan panas/demam
Ambrox 3x1 Untuk mengencerkan dahak
Chlorpheniramine 3x1 Untuk mengobati gejala alergi
maleate ( CTM) (PO)
Vitamin C 3x1 Untuk menjaga kekebalan tubuh
29

ANALISIS DATA

DATA SUBYEKTIF
KEMUNGKINAN
DAN DATA MASALAH
PENYEBAB
OBYEKTIF
DS : Ibu An. Z Bakteri/Virus Bersihan jalan nafas
mengatakan “anak nya ↓ tidak efektif
batuk dan pilek” Infeksi saluran pernapasan
atas
DO : ↓
 Pasien tampak lemas Kuman berlebihan di
 Pasien tampak batuk bronkus
 Tampak ada sekret ↓
berwarna kuning di Proses peradangan
hidung ↓
 TTV : Akumulasi sekret di
S : 38,9 ºC bronkus
N : 100 x/mnt
RR : 36 x/mnt

DS : Ibu An. Z Bakteri/Virus Hipertermi


mengatakan “anak nya ↓
demam sejak tadi malam Infeksi
” ↓
Respon Hipotalamus
DO : ↓
 Pasien tampak lemas Proses penyakit
 Badan pasien terasa
panas bila di raba
 Pasien tampak gelisah
 Mukosa bibir kering
 TTV :
S : 38,9 ºC
N : 100 x/mnt
RR : 36 x/mnt
30

DS : Ibu An. Z ISPA Kurang Pengetahuan


mengatakan “saya ↓
kurang mengetahui Kurang informasi
tentang penyakit anak mengenai penyakit
saya ”

DO :
 Ibu An. Z tampak
bingung saat
dijelaskan tentang
penyakit anak nya
 Ibu An. Z tampak
bingung saat ditanya
tentang faringitis
31

PRIORITAS MASALAH

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan denga akumulasi sekret


berlebihan di bronkus
2. hipertermi berhubungan dengan Proses penyakit
3. kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang tepaparnya informasi
32

RENCANA KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan (Kriteriahasil) Intervensi Rasional


Keperawatan
1. bersihan jalan Setalah dilakukan kunjungan 1. kaji tanda-tanda vital klien 1. Mengindikasi tingkat keparahan
nafas tidak efek rumah diharapkan masalah 2. Ajarkan batuk efektif 2. Mempermudah pengeluaran sekret
tif berhubungan bersihan jalan nafas kembali 3. Anjurkan klien air minum 3. Membanntu mengencerkan dahak
dengan efektif dengan kriteria hasil : hangat 4. Menambah pengetahuan klien dan
akumulasi 4. Berikan penkes tentang ISPA keluarga
1. Baktu pilek hilang
sekret 5. Kolaborasi dengan dokter 5. Untuk mempercepat dalam proses
2. Sekret berkurang/hilang
di bronkus dalam pemberian obat penyembuhan
3. TTV dalam batas normal :
Amoxcillin 3x1/2 tab dosis
S : 36 ºC
500mg
N : 90x/mnt
Ctm 3x1/2 tab dosis 4mg
RR : 20 x/mnt

2. Hipertermi Setelah dilakukan kunjungan 1. kaji TTV klien 1. Untuk mengetahui adanya infeksi
berhubungan rumah diharapkan suhu tubuh 2. Anjurkan ibu untuk 2. Untuk menurunkan panas dengan
denga proses stabil dengan kriteria hasil : memberikan kompres hangat cara konduksi
penyakit di jidat dan ketiak jika anak 3. Untuk mengurangi demam
1. Badan klien terasa hangat
demam 4. Memberikan pengetahuan kepada
bila di raba
3. Anjurkan ibu untuk ibu tentang penyebab demam anak
33

2. Mukosa bibir lembab memberikan pakaian yang 5. Membantu dalam proses


3. Klien tampak rileks tipis yang dapat menyerap penyembuhan
4. TTV dalam batas normal : keringat
S : 36 ºC 4. Berikan penjelasan kepada
N : 90x/mnt ibu penyebab demam
RR : 20 x/mnt 5. Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian obat
Paracetamol 3x1/2 tab dosis
500mg
Vitamin C 3x/2 tab dosis
300mg
4. Kurang Setalah dilakukan kunjungan 1. Kaji pengetahuan ibu tentang 1. Untuk mengetahui tingkat
pengetahuan rumah diharapkan pengetahuan faringitis pengetahuan ibu
b.d kurang ibu klien meningkat dengan 2. Jelaskan tentang penyakit 2. Untuk memberikan
tepaparnya kriteria hasil : faringitis informasi/pengetahuan ibu kalien
informasi 3. Berikan kesempatan untuk tentang faringitis
1. Ibu mengerti tentang
bertanya 3. Agar ibu dapat menegathui hal yang
faringitis yang terjadi pada
4. Tanyakan kembali kepada ibu belum dimengerti
anaknya
tentang faringitis 4. Untuk mengetahui sejauh mana
2. Ibu dapat menjawab
5. Berikan pujian saat ibu klien pengetahuan ibu setelah diberikan
dengan benar saat ditanya
dapat menjawab penjelasan
34

kembali 5. Memberikan penghargaan


35

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/Tanggal Tanda tangan dan


Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama Perawat
Rabu , 25 Juli 1. Mengkaji TTV klien S : ibu An. R mengatakan
2018 2. Mengajarkan batuk efektif “ batuk pilek anaknya berkurang
3. Menganjurkan klien minum air hangat O:
Pukul : 08.30 4. Berkolaborasi dalam pemberin obat - Anak tampak lemas
WIB Nova Araini
Amoxcillin 3x1/2 tab dosis 500mg - Anak tampak batuk
Ctm 3x1/2 tab dosis 4mg - Tampak ada Sekret Tara Sinta
- TTV
S : 38,9 ºC
N : 100 x/mnt
RR : 36 x/mnt
A : Masalah belum Teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Rabu , 25 Juli 1. Mengkaji TTV klien S : Ibu An. R mengatakan
2018 2. Menganjurkan ibu untuk memberikan
kompres hangat di jidat dan ketiak jika “ anak saya masih demam “
Pukul : 08.30 anak demam
WIB O:
3. Menganjurkan ibu untuk memberikan
pakaian yant tips yang dapat menyerap - Badan klien terasa panas
keringat - Mukosa bibir kering
4. Memberikan penjelasan kepada ibu - Klien tampak lemas Nova Araini
penyebab demam - TTV
5. Berkolaborasi dengan dokter dalam Tara Sinta
S : 38,9 ºC
pemberian obat N : 100 x/mnt
Paracetamol 3x1/2 tab dosis 500mg RR : 36 x/mnt
Vitamin C 3x1/2 dosis 300 mg
36

A : Masalah belum teratasi


P : lanjutkan Intervensi
rabu , 25 Juli 6. Kaji pengetahuan ibu tentang ISPA S : Ibu An. R mengatrakan “ saya sudah
2018 7. Jelaskan tentang penyakit ISPA mengerti tentang ISPA setelah
8. Berikan kesempatan untuk bertanya dijelaskan “
Pukul : 08.30 9. Tanyakan kembali kepada ibu tentang
WIB ISPA O:
10. Berikan pujian saat ibu klien dapat Nova Araini
- Ibu klien tampa mengerti tentang
menjawab
ISPA
Tara Sinta
- Ibu dapat menjawab apa yang di
tanyakan
- Ibu dapat menjelaskan apa yang di
maksud dengan ISPA
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi
37

CATATAN PERKEMBANGAN (SOAP)

Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi (SOAP) Tanda tangan dan Nama


Jam Perawat
Kamis, 26 Juli 2018 Diagnosa 1 S : Ibu klien mengatakan
Pukul 09.30 WIB 1. Mengkaji TTV klien “batuk dan pilek anak
2. Mengajarkan saya berkurang”
batuk efektif O:
3. Menganjurkan 1. Batuk anak berkurang
klien minum air hangat 2. Pilek berkurang
4. Berkolaborasi dalam 3. Tampak tidak ada Nova Araini Tara Sinta
pemberin obat secret di hidung
Amoxcillin 3x1/2 tab 4. TTV:
500mg S : 36 ºC
Ctm 3x1/2 tab 4mg N : 90 x/m
RR : 24 x/m
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
38

Kamis, 26 Juli 2018 Diagnosa 2 S : Ibu klien mengatakan


Pukul 09.30 WIB 1. Mengkaji TTV klien “anak saya sudah tidak
2. Menganjurkan ibu untuk demam lagi”
memberikan kompres O:
hangat di jidat dan ketiak 1. Badan klien terasa
jika anak demam hangat
3. Menganjurkan ibu untuk 2. Mukosa bibir lembab Nova Araini Tara sinta
memberikan pakaian yant 3. Klien tampak rileks
tips yang dapat menyerap 4. TTV:
keringat S : 36 ºC
4. Memberikan penjelasan N : 90 x/m
kepada ibu penyebab RR : 24 x/m
demam A : Masalah teratasi
5. Berkolaborasi dengan P : Intervensi dihentikan
dokter dalam pemberian
obat
Paracetamol 3x1/2 tab
500mg
Vitamin C 3x1/2 300mg
39

BAB IV
PEMBAHASAN

Proses perawatan ini merupakan rangkaian pengelolaan masalah dengan


cermat untuk diidentifikasi bagaimana pemecahan dari masalah – masalah yang
ditemukan dalam rangka memenuhi kebutuhan kesehatan serta keperawatan pasien,
dalam pembahasan ini di uraikan kesenjangan antara konsep atau teori mengenai
asuhan keperawatan pada An. Z di Puskesmas bukit hindu Palangka Raya yang akan
dibahas berdasarkan tahap proses kesehatan yaitu:
1.1 Pengkajian
Menurut (Siregar dan Maulany, 2010).ISPA merupakan infeksi saluran
pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Saluran pernapasan meliputi organ
mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti :
sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru. ISPA meliputi saluran pernapasan
bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah. Data temuan pada pasien
mengarah pada kondisi tersebut dimana hasil pengkajian terhadap kondisi An. Z
adalah pasien mengalami infeksi saluran pernapasan.
Berdasarkan analisa penulis terhadap teoritis dan membandingkannya dengan
temuan masalah yang di alami An. Z maka penulis mengambil kesimpulan bahwa
tidak ada kesenjangan antara data temuan pada pasien dengan teoritis yang diuraikan
para ahli.

1.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa merupakan penilaian klinik tentang respon – respon individu
terhadap masalah kesehatan yang aktual, resiko, potensial dari individu selama
perawatan. Perawatan secara legal untuk mengidentifikasi merencanakan tindakan
tertentu untuk mempertahankan dan mencegah gangguan ( Carpenito, 2000)
Menurut Wong D.L., beberapa diagnosa yaitu: Bersihan jalan nafas tidak
efektif berhubungan denga akumulasi sekret berlebihan di bronkus, hipertermi
berhubungan dengan Proses penyakit, kurang pengetahuan berhubungan dengan
kurang terpaparnya informasi.
Penulis membuat diagnosa keperawatan berdasarkan data temuan yang
dikumpulkan dari pasien dan keluarganya: Bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan denga akumulasi sekret berlebihan di bronkus, hipertermi berhubungan
dengan Proses penyakit, kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang
tepaparnya informasi.

39
40

Membandingkan kasus pada An. Z dengan teori yang dipaparkan secara


teoritis terdapat beberapa diagnosa yang tidak diangkat mengingat tidak ada data
pendukung yang mengarah kepada hal tersebut.
Faktor penunjang dalam penegakkan diagnosa ini adalah petunjuk – petunjuk
yang diberikan selama pendidikan yang mengingatkan bahwa dalam menegakkan
suatu masalah tidak perlu terpaku pada teoritis. Yang terpenting adalah bagaimana
kita mampu mengembangkan teori yang ada berdasarkan masalah yang ditemukan
terlebih adanya dukungan yang sangat kooperatif dari pasien dan keluarganya.
1.3 Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang dirancang dalam pelaksanaan asuhan keperawatan
ini disesuaikan dengan masalah dan etiologi yang telah penulis analisa. Adapun
perencanaan tersebut meliputi:
Pada diagnosa yang diangkat sesuai dengan data temuan yaitu: Bersihan jalan
nafas tidak efektif berhubungan denga akumulasi sekret berlebihan di bronkus,
dilakukan rencana keperawatan meliputi: kaji tanda-tanda klien, ajarkan batuk
efektif, anjurkan klien minum air hangat, kolaborasi dalam pemberin obat
Amoxcillin 3x1 Ambroxcillin 3x1 Ctm 3x1
Diagnosa kedua. hipertermi berhubungan dengan Proses penyakit, dilakukan
rencana keperawatan meliputi: mengkaji tanda-tanda vital klien, Menganjurkan ibu
untuk memberikan kompres hangat di jidat dan ketiak jika anak demam, anjurkan ibu
untuk memberikan pakaian yant tips yang dapat menyerap keringat, berikan
penjelasan kepada ibu penyebab demam, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
obat Paracetamol 3x1 Vitamin C 3x1.
Diagnosa ketiga, kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang tepaparnya
informasi. Dilakukan rencana keperawatan meliputi : Kaji pengetahuan ibu tentang
ISPA, Jelaskan tentang penyakit ISPA, Berikan kesempatan untuk bertanya,
Tanyakan kembali kepada ibu tentang ISPA, Berikan pujian saat ibu klien dapat
menjawab

1.4 Implementasi Keperawatan


Pelaksanaan asuhan keperawatan dilakukan berdasarkan intervensi yang telah
dibuat, dalam melakukan intervensi penulis di bantu oleh keluarga pasien serta
bekerja sama dengan perawat lainnya.

Pada diagnosa 1, pada tanggal 25 Juli 2018 dilakukan tindakan Mengkaji


tanda-tanda vital klien, mengajarkan batuk efektif, menganjurkan klien air minum
41

hangat, memberikan penkes tentang ISPA, berkolaborasi dengan dokter dalam


pemberian obat Amoxcillin 3x1, Ambroxcillin 3x1, Ctm 3x1.

Pada diagnosa 2, pada tanggal 25 November 2017, di lakukan tindakan


Mengobservasi TTV klien, Menganjurkan ibu untuk memberikan kompres hangat di
jidat dan ketiak jika anak demam, Menganjurkan ibu untuk memberikan pakaian
yang tips yang dapat menyerap keringat, Memberikan penjelasan kepada ibu
penyebab demam, Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat: Paracetamol
3x1, Vitamin C 3x1.

Pada diagnosa 3, pada tanggal 25 November 2017, di lakukan tindakan mengkaji


pengetahuan ibu tentang ISPA, menjelaskan tentang penyakit ISPA, memberikan
kesempatan untuk bertanya, menanyakan kembali kepada ibu tentang ISPA,
memberikan pujian saat ibu klien dapat menjawab

Dari penatalaksanaan yang telah dilakukan penulis menyimpulkan


bahwa, pelaksanaan sesuai dengan intervensi keperawatan yang telah direncanakan,
adapun rencana keperawatan yang tidak dilakukan mengingat waktu pada saat dinas
hanya 7 jam.

1.5 Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan terhadap pasien mengacu pada skala penilaian berupa tujuan dan
kriteria hasil yang ditetapkan dalam perencanaan keperawatan sebelumnya.
Evaluasi keperawatan pada diagnosa pertama didapat pasien Anak tampak
rileks, Batuk berkurang,Sekret berkurang, S : 36 ºC , N : 90x/mnt, RR : 24 x/mnt.
Masalah ini teratasi karena batuk klien berkurang.
Evaluasi keperawatan pada diagnosa kedua didapat Badan klien terasa hangat
bila di raba, Mukosa bibir lembab, Klien tampak rileks,S : 36 ºC, N :90x/mnt, RR :
24 x/mnt. Masalah ini teratasi karena demam klien sudah hilang.
Evaluasi keperawatan pada diagnosa ketiga didapat Ibu klien tampa mengerti
tentang ISPA, ibu dapat menjawab apa yang di tanyakan, ibu dapat menjelaskan apa
yang di maksud dengan ISPA. Masalah teratasi karena ibu klien mengerti tentang
penyakit ISPA.
42

BAB V
PENUTUP

1.1 Simpulan
Dari pembahasan yag diuraikan dalam bab 4 maka di tarik beberapa
kesimpulan yaitu:
1.1.1 Proses Keperawatan
1) Pada pengkajian data yang dilakukan pada kasus An. R terdapat tanda
dan gejala yang mengarah kepada ISPA berupa Batuk pilek seak 2 hari.
2) Diagnosa keperawatan yang timbul pada kasus An. R semuanya
berjumlah 2 ( dua ) diagnosa yaitu: Bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan denga akumulasi sekret berlebihan di bronkus, hipertermi
berhubungan dengan proses penyakit.
3) Perencanaan Keperawatan dirancang berdasarkan kebutuhan aktual
dengan rasional tindakan yang mendasarinya, semua disusun
bedasarkan perbandingan teori dengan kondisi yang di alami klien
dengan masalah ISPA. Fokus utama dalam kasus ini adalah penanganan
Bersihan alan nafas tidak efektif, dan diagnosa yang lainnya di urutkan
berdasarkan prioritas.
4) Tindakan keperawatan pada An. R mengikuti perencanaan yang telah
disusun sebelumnya. Di laksanakan dengan dukungan peralatan dari
pendidikan.
5) Evaluasi menunjukkan efektifitas sebagian tindakan yang dilakukan
pada An. R terlihat adanya perbaikan yang positif selama perawatan
yang dilaksanakan.
1.1.2 Faktor Pendukung dan Penghambat
Dalam pelaksanaan asuhan keperawtan pada By. A terdapat faktor
pendukung berupa: alat – alat keperawatan dari pihak puskesmas yang
sangat membantu dalam pelaksanaan studi kasus dan adanya kerjasama
serta respon yang baik yang ditunjukkan oleh keluarga terhadap tindakan
yang teah dilakukan, literatur yang cukup memadai di Perpustakaan Stikes
Eka Harap Palangka Raya, kerjasama yang baik dalam penatalaksanaan
keperawatan pada klien, baik keluarga sendiri maupun dengan petugas
kesehatan lainnya dan bimbingan akademik.
Faktor penghambat yang ada ialah : pasien yang kurang dapat
bekerja sama, rentang proses pembuatan laporan studi kasus yang dalam

42
43

rentang waktu yang sangat singkat, kurangnya pengetahuan tentang cara


penulisan studi kasus yang baik dan benar.
1.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan adalah :
1) Bagi tenaga keperawatan :
Menumbuhkan kesadaran diri akan pentingnya mengembangkan
pengetahuan secara individu oleh perawat.
2) Bagi Puskesmas
Pengembangan sarana dan pra sarana kesehatan dan standart acuan
dalam pelaksanaan asuhan keperawatan ISPA.
3) Bagi institusi Pendidikan
Lebih memaksimalkan metode pembelajarn yang membina respon
kritis mahasiswa dalam menetapkan masalah keperawatan yang sering
ditemui dilahan praktek, sehingga kemampuan analisa mahasiswa
lebih baik.
4) Bagi perkembangan IPTEK
Studi kasus ini dapat mendorong adanya pengembangan –
pengembangan lebih lanjut terutama penelitian yang berhubungan
dengan asuhan keperawatan dengan masalah sistem pencernaan.
44

DAFTAR PUSTAKA

Sularso, 2010.Keperawatan anak. Jakarta : EGC.

Dah Brooker, Christine. 2010. Kamus Saku Keperawatan Ed.31.EGC : Jakarta.

DEPKES. 2010.ProsesKeperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem

Kardiovaskuler. EGC : Jakarta.

Kending dan Chernick, 2011. Ispa pada anak. Semarang : Badan Penerbit

Universitas Diponegoro

You might also like