Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
2
biasanya cepat, yaitu dalam waktu beberapa jam sampai beberapa hari.Gejalanya
meliputi demam, batuk, dan sering juga nyeri tenggorok, coryza (pilek), sesak
napas, mengi, atau kesulitan bernapas. Contoh patogen yang menyebabkan ISPA
yang dimasukkan dalam pedoman ini adalah rhinovirus, respiratory syncytial
virus, paraininfluenzaenza virus, severe acute respiratory syndromeassociated
coronavirus (SARS-CoV), dan virus Influenza.
Sebagai bagian dalam pelaksanaan asuhan keperawatan, perawat
mempunyai peran yang sangat penting seperti dalam memberantas ISPA sesuai
dengan sarana dan tenaga yang tersedia serta memberikan penyuluhan kepada ibu-
ibu tentang penyakit ISPA. Perawat juga mempunyai tugas melakukan
penatalaksanaan kasus-kasus ISPA sesuai dengan petunjuk yang ada, melakukan
konsultasi dengan dokter untuk kasus-kasus ISPA seperti ISPA berat (Depkes RI.
2003). Oleh karena itu penulis tertarik untuk membuat dan melakukan asuhan
keperawatan pada pasien dengan kasus ISPA.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam Laporan
Studi Kasus ini yaitu bagaimana penerapan asuhan keperawatan pasien dengan
kasus ISPA di Puskesmas Bukit Hindu Palangka Raya?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan laporan studi kasus ini terbagi
menjadi:
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menulis, mengkaji serta melaksanakan asuhan
keperawatan pada pasien dengan kasus ISPA di Puskesmas Bukit Hindu
Palangka Raya.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Konsep Keperawatan
1.1 Pengertian Anak
Dalam keperawatan anak , yang menjadi individu (klien) dalam hal ini
adalah anak, anak di artikan sebagai seseorang yang berusia kurang dari delapan
belas tahun dalam masa tumbuh kembang dengan kebutuhan khusus baik
kebutuhan fisik, psikologis, social dan spiritual Sularso ( 2010 ).
Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan
perkembangan yang di mulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan
masa pertumbuhan dan perkembangan yang di mulai dari bayi ( 0-1 tahun ) usia
bermain/oddler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5 tahun), usia sekolah (5-11 tahun)
hingga remaja (11-18 tahun).Rentang ini berbeda antara anak satu dengan yang
lain mengingat latar belakang anak berbeda. Pada anak terdapat rentang
perrubahan pertumbuhan dan perkembangan yaitu rentang cepat dan
lambat.Dalam proses perkenbangan anak memiliki ciri fisik, kognitif, konsep diri,
pola koping dan prilaku social.
1.2 Filosofi Keperawatan Anak
Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada anak harus
memahami bahwa semua asuhan Keperawatan anak harus berpusat pada keluarga
( family center care ) dan mencegah terjadinya trauma ( atraumatik care ).
Family center care ( perawatan berfokus pada keluarga ) merupakan
unsur penting dalam perawatan anak karena anak merupakan bagian dari anggota
keluarga, sehingga kehidupan anak dapat ditentukan oleh lingkungan keluarga.,
Untuk itu keperawatan anak harus mengenal keluarga sebagai tempat tinggal atau
sebagai konstanta tetap dalam kehidupan anak yang dapat mempengaruhi status
kesehatan anak.
Sedangkan maksud dari atraumatic care adalah semua tindakan
keperawatan yang ditujukan kepada anak tidak menimbulkan trauma pada anak
dan keluarga dengan memperhatikan dampak dari setiap tindakan yg diberikan.
5
6
4. Sekolah : 5 – 11 th
5. Remaja : 11 – 18 th
Terdapat perbedaan dalam memberikan pelayanan keperawatan antara
orang dewasa dan anak sebagai sasarannya. Perbedaan itu dapat dilihat dari
struktur fisik, dimana secara fisik anak memiliki organ yang belum matur
sepenuhnya. Sebagai contoh bahwa komposisi tulang pada anak lebih banyak
berupa tulang rawan, sedangkan pada orang dewasa sudah berupa tulang keras.
Proses fisiologis juga mengalami perbedaan, kemampuan anak dalam
membentuk zat penangkal anti peradarangan belum sempurna sehingga daya
tahan tubuhnya masih rentan dan mudah terserang penyakit. Pada aspek kognitif,
kemampuan berfikir anak serta tanggapan terhadap pengalaman masa lalu sangat
berbeda dari orang dewasa, pengalaman yang tidak menyenangkan selama di
rawat akan di rekam sebagai suatu trauma, sehingga pelayanan keperawatan harus
meminimalisasi dampak traumatis anak.
1.5 Konsep Sehat Sakit
Menurut WHO, sehat adalah keadaan keseimbangan yang sempurna baik
fisik, mental, sosial, dan tidak semata-mata hanya bebas dari penyakit atau cacad.
Konsep sehat & sakit merupakan suatu spektrum yang lebar & setiap waktu
kesehatan seseorang bergeser dalam spektrum sesuai dengan hasil interaksi yang
terjadi dengan kekuatan yang mengganggunya
1.6 Lingkungan
Lingkungan berpengaruh terhadap terjadinya suatu kondisi sehat maupun
sakit serta status kesehatan. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi
kesehatan berupa lingkungan Internal dan lingkungan external . Lingkungan
Internal yang mempengaruhi kesehatan seperti tahap perkembangan, latar
belakang intelektual, persepsi terhadap fungsi fisik, faktor Emosional, dan
spiritual. Sedangkan lingkungan external yang mempengaruhi status kesehatan
antara lain keluarga, sosial ekonomi, budaya
1.7 Keperawatan
Merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang komprehensif
meliputi biologi, psikologis, social dan spiritual yang ditujukan pada individu,
keluarga, masyarakat dan kelompok khusus yang mengutamakan pelayanan
8
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang diberikan dalam kondisi sehat
maupun sakit.
Anak sebagai individu maupun salah satu anggota keluarga merupakan
sasaran dalam pelayanan keperawatan Sehingga perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan harus memandang anak sebagai individu yang unik yang memiliki
kebutuhan tersendiri sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangannya.
1.8 Peran Perawat Dalam Keperawatan Anak
1.8.1 Pemberi perawatan
Merupakan peran utama perawat yaitu memberikan pelayanan
keperawatan kepada individu, keluarga,kelompok atau masyarakat sesuai dengan
masalah yang terjadi mulai dari masalah yang bersifat sederhana sampai yang
kompleks. Contoh peran perawat sebagai pemberi perawatan adalah peran ketika
perawat memenuhi kebutuhan dasar seperti memberi makan, membantu pasien
melakukan ambulasi dini.
1.8.2 Sebagai Advocat keluarga
Sebagai client advocate, perawat bertanggung jawab untuk memebantu
klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi
pelayanan daninfo rmasi yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (inform
concent) atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya. Peran perawat
sebagai advocate keluarga dapt ditunjukkan dengan memberikan penjelasan
tentang prosedur operasi yang akan di lakukan sebelum pasien melakukan
operasi.
1.8.3 Pendidik
Perawat bertanggung jawab dalam hal pendidikan dan pengajaran ilmu
keperawatan kepada klien, tenaga keperawatan maupun tenaga kesehatan lainya.
Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam keperawatan adalah aspek
pendidikan, karena perubahan tingkah laku merupakan salah satu sasaran dari
pelayanan keperawatan. Perawat harus bisa berperan sebagai pendidik bagi
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Memberi penyuluhan kesehatan
tentang penanganan diare merupakan salah satu contoh peran perawat sebagai
pendidik ( health educator )
9
1.8.4 Konseling
Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi
klien terhadap keadaan sehat sakitnya. Adanya perubahan pola interaksi ini
merupakan dasar dalam perencanaan tindakan keperawatan. Konseling diberikan
kepada individu, keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan
pengalaman masa lalu. Pemecahan masalah difokuskan pada; masalah
keperawatan, mengubah perilaku hidup sehat (perubahan pola interaksi).
1.8.5 Kolaborasi
Dalam hal ini perawat bersama klien, keluarga, team kesehatan lain
berupaya mengidentfikasi pelayanan kesehatan yang diperlukan termasuk tukar
pendapat terhadap pelayanan yang diperlukan klien, pemberian dukungan, paduan
keahlian dan ketrampilan dari berbagai professional pemberi palayanan kesehatan.
Sebagai contoh, perawat berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan diet
yang tepat pada anak dengan nefrotik syndrome. Perawat berkolaborasi dengan
dokter untuk menentukan dosis yang tepat untuk memberikan Antibiotik pada
anak yang menderita infeksi
1.8.6 Peneliti
Seorang perawat diharapkan dapat menjadi pembaharu (innovator) dalam
ilmu keperawatan karena ia memiliki kreativitas, inisiatif, cepat tanggap terhadap
rangsangan dari lingkunganya. Kegiatan ini dapat diperoleh diperoleh melalui
penelitian. Penelitian, pada hakekatnya adalah melakukan evalusai, mengukur
kemampuan, menilai, dan mempertimbangkan sejauh mana efektifitas tindakan
yang telah diberikan. Dengan hasil penelitian, perawat dapat mengerakan orang
lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan kebutuhan, perkembangan dan
aspirasi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Oleh karena itu perawat
dituntut untuk selalu mengikuti perkembangan memanfaatkan media massa atau
media informasi lain dari berbagai sumber. Selain itu perawat perlu melakukan
penelitian dalam rangka mengembagkan ilmu keperawatan dan meningkatkan
praktek profesi keperawatan.
1.9 Lingkup Praktek Keperawatan Anak
Menurut, Gartinah, dkk (2011), Lingkup praktek keperawatan anak
merupakan batasan asuhan keperawatan yang diberikan pada klien anak usia 28
10
hari sampai usia 18 th atau BBL ( Bayi Baru Lahir ) sampai usia 12 th.
Sedangkan Sularso ( 2010 ) memberikan penjelaskan bahwa asuhan keperawatan
anak meliputi tumbang anak yang mencakup ASAH ( stimulasi mental ), ASIH
( Kasih sayang ), ASUH ( pemenuhan kebutuhan fisik )
2.Konsep Dasar Penyakit
2.1 pengertian ISPA
ISPA merupakan infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari.
Saluran pernapasan meliputi organ mulai dari hidung sampai gelembung paru,
beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput
paru. ISPA meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan
bagian bawah (Siregar dan Maulany, 2010).
Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan bersifat ringan, misalnya batuk
pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik. Namun demikian
jangan dianggap enteng, bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat
menyebabkan anak menderita pneumoni yang dapat berujung pada kematian.
Menurut Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA, penyakit ISPA dibagi
menjadi dua golongan yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia
dibedakan atas derajat beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia
tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit
jalan napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia.
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang
mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya.
Kelainan pada sistem pernapasan terutama infeksi saluran pernapasan bagian atas
dan bawah, asma dan ibro kistik, menempati bagian yang cukup besar pada area
pediatri. Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh
virus, sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim
dingin.
2.2 Klasifikasi
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai
berikut :
1. Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada
kedalam (chest indrawing).
11
4. Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat, yaitu dapat sembuh sempurna,
sembuh dengan ateletaksis, menjadi kronis dan dapat meninggal akibat
pneumonia.
15
Sumber : https://www.scribd.com/dokument/11989087/pathway-ispa
16
a. Pernafasan cepat (fast breating) sesuai umur yaitu : untuk kelompok umur
kurang dari 2 bulan frekuensi nafas 60 kali per menit atau lebih dan
kelompok umur 2 bulan - <5 tahun : frekuensi nafas 50 kali atau lebih untuk
umur 2 – <12 bulan dan 40 kali per menit atau lebih pada umur 12 bulan –
<5 tahun.
b. Suhu lebih dari 390C (diukur dengan termometer)
c. Tenggorokan berwarna merah
d. Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak campak
e. Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga
f. Pernafasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur)
Gejala dari ISPA Berat
Seseorang dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai gejal-gejala
ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai
berikut :
a. Bibir atau kulit membiru
b. Anak tidak sadar atau kesadaran menurun
c. Pernafasan berbunyi seperti mengorok dan anak tampak gelisah
d. Sela iga tertarik kedalam pada waktu bernafas
e. Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba
f. Tenggorokan berwarna merah
1.6 Penatalaksanaan
1. Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan:
a. Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
b. Immunisasi.
c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
d. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.
2. Pengobatan dan perawatan
Prinsip perawatan ISPA antara lain:
a. Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari
b. Meningkatkan makanan bergizi
c. Bila demam beri kompres dan banyak minum
18
d. Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu
tangan yang bersih
e. Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu
ketat.
f. Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut
masih menetek
Pengobatan antara lain:
Mengatasi panas (demam) dengan memberikan parasetamol atau dengan
kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol
diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi
sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan
kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es).
Mengatasi batuk dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan
tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½
sendok teh , diberikan tiga kali sehari.
2.7 Komplikasi
Penyakit ini sebenarnya merupakan self limited disease, yang sembuh
sendiri 5-6 hari jika tidak terjadi invasi kuman lainnya.
1. Sinusitis paranasal
Komplikasi ini hanya terjadi pada anak besar karena pada bayi dan anak
kecil sinus paranasal belum tumbuh.Gejala umum tampak lebih besar, nyeri
kepala bertambah, rasa nyeri dan nyeri tekan biasanya didaerah sinus frontalis dan
maksilaris.Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan foto rontgen dan
transiluminasi pada anak besar. Proses sinusitis sering menjadi kronik dengan
gejala malaise, cepat lelah dan sukar berkonsentrasi (pada anak besar). Kadang-
kadang disertai sumbatan hidung, nyeri kepala hilang timbul, bersin yang terus
menerus disertai secret purulen dapat unilateral ataupun bilateral.Bila didapatkan
pernafasan mulut yang menetap dan rangsang faring yang menetap tanpa sebab
yang jelas perlu yang dipikirkan terjadinya komplikasi sinusitis.Sinusitis
paranasal ini dapat diobati dengan memberikan antibiotik.
19
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
I. Anamnesa
PengkajianTanggal 25 Juli 2018, Pukul 08:30 WIB
1. Identitas pasien
Nama Klien An. Z, tempat tanggal lahir Palangka Raya, 16 oktober 2016, jenis
kelamin perempuan, agama islam, suku banjar pendidikan SD, alamat jalan
jambrut III
2. Identitas penanggung jawab
Nama klien Ny.M, tempat tanggal lahir Palangka Raya, 4 Desember Maret
1984, Jenis kelamin perempuan, Agama islam, Suku banjar, Pendidikan SMA,
Pekerjaan IRT, Alamat jalan jambrut III, Hubungan keluarga ibu kandung
3. Keluhan utama
Ibu An. Z mengatakan “ anaknya demam, batuk dan pilek dari tadi malam ”
4. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu An. Z mengatakan “pada malam tanggal 24 juli 2018, badan anaknya
terasa panas dan batuk-batukdan diberi obat sanmol. Karena demam anaknya
tidak sembuh maka ibu membawa An. Z ke puskesmas bukit hindu untuk
berobat.
b. Riwayatkesehatanlalu
1) Riwayat prenatal :
G2 Y dirumah sakit dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
2) Riwayat natal :
Normal, BB : 2,5 kg dan TB : 42 cm
3) Riwayat postnatal :
Normal/spontan
4) Penyakit sebelumnya :
Tida ada
24
25
5) Imunisasi
Jenis BCG DPT Polio Campak Hepatitis TT
Usia 1 bln 2,3,4 bln 1,4,6 bln 9 bln 0 bln -
c. Riwayatkesehatankeluarga
Ibu Klien mengatakan “Tidak memiliki penyakit keturunan atau penyakit
menular”.
d. Susunan genogram 3 (tiga) generasi
Keterangan :
: Laki- laki
:Perepuan
: Pasien
: Garis keturunan
: Tinggal serumah
Suhu : 38,9˚C
Respirasi : 36 x/mnt
3. Kepala dan wajah
a. Ubun-ubun Sudah menutup, keadaan normal, kelainan tidak ada
b. Rambut
Warna hitam keadaan tidak rontok, tidak mudah dicabut, tidak kusam
c. Kepala
Keadaan kulit kepala bersih, tidak ada peradangan dan benjolan
d. Mata
Bentuk simetris, conjungtiva merah muda Skelera Jernih, Reflek pupil mengecil
ketika cahaya di dekatkan dan membesar ketika cahaya dijauhkan menggunakan
penlight, oedem Palpebra tidak ada, Ketajaman penglihatan: mampu mengikuti
arah benda digerakan pada jarak dekat.
e. Telinga
Bentuk Simetris, serumen/secret tidak ada, peradangan tidak ada Ketajaman
pendengaran klien tidak ada respon ketika di panggil dan di berikan rangsangan
suara
f. Hidung
Bentuk Simetris, serumen/secret ada, pasase udara tidak menggunakan alat bantu
g. pernapasan
Fungsi penciuman penciuman an. Z terganggu kerena ada penumpukan secret di
hidung.
h. Mulut normal bibir simetris, tidak Sianosis, keadaan bibir kering, palatum
lunak.
i. Gigi bersih, carries tidak ada
4. Leher dan tengorokan
Bentuk simetris, reflek menelan melemah, pembesaran tonsil tidak ada
Pembesaran vena jugularis tidak ada, benjolan tidak ada, peradangan pada
tenggorokan, tampak kemerahan pada tenggorokan
5. Dada
Bentuk simetris, retraksi dada tidak ada, bunyi nafas vesikuler, tipe pernafasan
dada dan perut
27
Bunyi jantung lup dup, iktus cordis tidak ada, bunyi tambahan tidak ada, nyeri
dada tidak ada, keadaan payudara simetris
6. Punggung
Bentuk simetris, peradangan tidak ada benjolan tidak ada
7. Abdomen
Bentuk simetris, bisingusus 10 x/ menit, asites tidak ada, massa tidak ada,
hepatomegali tidak ada spenomegali tidak ada, nyeri tidak ada, pergerakan/ tonus
otot lemah , oedem tidak ada, Sianosis tidak ada, clubbing finger tidak ada,
Keadaan kulit/turgor normal/elastis
8. Genetalia
a. Perempuan
Kebersihan bersih, tidak ada kotoran, tidak ada feces, keadaan labia lengkap,
peradangan tidak ada
III. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
1. Gizi : gizi dan perkembangan anak baik
2. Kemandirian dalamb ergaul : Anak dapat bergaul dengan teman sebaya
nya
3. Motorik Halus :-
4. Motorik kasar :-
5. Kognitif dan bahasa :Anak mampu berbicara dan berbahasa
dengan baik
6. Psikososial : Anak dekat dengan ibunya.
IV. PolaAktifitassehari-hari
No Polakebiasaan Sebelumsakit Saatsakit
1 Nutrisi
a. Frekuensi 3 x/hari 3 x/hari
b. Nafsumakan/selera Baik Baik
c. Jenismakanan Nasi, lauk, sayur Nasi, lauk, sayur
2 Eliminasi
a. BAB
Frekuensi 1 x/hari 1 x/hari
Konsistensi Lembek Lembek
b. BAK
Frekuensi ±2 hari ±2 hari
28
V. Data penunjang
Terapi obat yang diberikan :
Nama Obat Dosis Indikasi
Amoxcillin 3x1 Untuk mengobati infeksi saluran pernapasan
Paracetamol 3x1 Untuk menurunkan panas/demam
Ambrox 3x1 Untuk mengencerkan dahak
Chlorpheniramine 3x1 Untuk mengobati gejala alergi
maleate ( CTM) (PO)
Vitamin C 3x1 Untuk menjaga kekebalan tubuh
29
ANALISIS DATA
DATA SUBYEKTIF
KEMUNGKINAN
DAN DATA MASALAH
PENYEBAB
OBYEKTIF
DS : Ibu An. Z Bakteri/Virus Bersihan jalan nafas
mengatakan “anak nya ↓ tidak efektif
batuk dan pilek” Infeksi saluran pernapasan
atas
DO : ↓
Pasien tampak lemas Kuman berlebihan di
Pasien tampak batuk bronkus
Tampak ada sekret ↓
berwarna kuning di Proses peradangan
hidung ↓
TTV : Akumulasi sekret di
S : 38,9 ºC bronkus
N : 100 x/mnt
RR : 36 x/mnt
DO :
Ibu An. Z tampak
bingung saat
dijelaskan tentang
penyakit anak nya
Ibu An. Z tampak
bingung saat ditanya
tentang faringitis
31
PRIORITAS MASALAH
RENCANA KEPERAWATAN
2. Hipertermi Setelah dilakukan kunjungan 1. kaji TTV klien 1. Untuk mengetahui adanya infeksi
berhubungan rumah diharapkan suhu tubuh 2. Anjurkan ibu untuk 2. Untuk menurunkan panas dengan
denga proses stabil dengan kriteria hasil : memberikan kompres hangat cara konduksi
penyakit di jidat dan ketiak jika anak 3. Untuk mengurangi demam
1. Badan klien terasa hangat
demam 4. Memberikan pengetahuan kepada
bila di raba
3. Anjurkan ibu untuk ibu tentang penyebab demam anak
33
BAB IV
PEMBAHASAN
39
40
1.5 Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan terhadap pasien mengacu pada skala penilaian berupa tujuan dan
kriteria hasil yang ditetapkan dalam perencanaan keperawatan sebelumnya.
Evaluasi keperawatan pada diagnosa pertama didapat pasien Anak tampak
rileks, Batuk berkurang,Sekret berkurang, S : 36 ºC , N : 90x/mnt, RR : 24 x/mnt.
Masalah ini teratasi karena batuk klien berkurang.
Evaluasi keperawatan pada diagnosa kedua didapat Badan klien terasa hangat
bila di raba, Mukosa bibir lembab, Klien tampak rileks,S : 36 ºC, N :90x/mnt, RR :
24 x/mnt. Masalah ini teratasi karena demam klien sudah hilang.
Evaluasi keperawatan pada diagnosa ketiga didapat Ibu klien tampa mengerti
tentang ISPA, ibu dapat menjawab apa yang di tanyakan, ibu dapat menjelaskan apa
yang di maksud dengan ISPA. Masalah teratasi karena ibu klien mengerti tentang
penyakit ISPA.
42
BAB V
PENUTUP
1.1 Simpulan
Dari pembahasan yag diuraikan dalam bab 4 maka di tarik beberapa
kesimpulan yaitu:
1.1.1 Proses Keperawatan
1) Pada pengkajian data yang dilakukan pada kasus An. R terdapat tanda
dan gejala yang mengarah kepada ISPA berupa Batuk pilek seak 2 hari.
2) Diagnosa keperawatan yang timbul pada kasus An. R semuanya
berjumlah 2 ( dua ) diagnosa yaitu: Bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan denga akumulasi sekret berlebihan di bronkus, hipertermi
berhubungan dengan proses penyakit.
3) Perencanaan Keperawatan dirancang berdasarkan kebutuhan aktual
dengan rasional tindakan yang mendasarinya, semua disusun
bedasarkan perbandingan teori dengan kondisi yang di alami klien
dengan masalah ISPA. Fokus utama dalam kasus ini adalah penanganan
Bersihan alan nafas tidak efektif, dan diagnosa yang lainnya di urutkan
berdasarkan prioritas.
4) Tindakan keperawatan pada An. R mengikuti perencanaan yang telah
disusun sebelumnya. Di laksanakan dengan dukungan peralatan dari
pendidikan.
5) Evaluasi menunjukkan efektifitas sebagian tindakan yang dilakukan
pada An. R terlihat adanya perbaikan yang positif selama perawatan
yang dilaksanakan.
1.1.2 Faktor Pendukung dan Penghambat
Dalam pelaksanaan asuhan keperawtan pada By. A terdapat faktor
pendukung berupa: alat – alat keperawatan dari pihak puskesmas yang
sangat membantu dalam pelaksanaan studi kasus dan adanya kerjasama
serta respon yang baik yang ditunjukkan oleh keluarga terhadap tindakan
yang teah dilakukan, literatur yang cukup memadai di Perpustakaan Stikes
Eka Harap Palangka Raya, kerjasama yang baik dalam penatalaksanaan
keperawatan pada klien, baik keluarga sendiri maupun dengan petugas
kesehatan lainnya dan bimbingan akademik.
Faktor penghambat yang ada ialah : pasien yang kurang dapat
bekerja sama, rentang proses pembuatan laporan studi kasus yang dalam
42
43
DAFTAR PUSTAKA
Kending dan Chernick, 2011. Ispa pada anak. Semarang : Badan Penerbit
Universitas Diponegoro