You are on page 1of 15

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA PASIEN DI


RUANG/UNIT KALIWATES JEMBER

OLEH:

Ayunda Hardiyanti, S. Kep.

182311101004

PROGRAM PROFESI NERS

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

JEMBER 2017
LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN OKSIGENASI

A. Konsep Kebutuhan Oksigenasi


1. Definisi
Kebutuhan Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen. Kebutuhan
fisiologis oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk
kelangsungan metabolism sel tubuh, untuk mempertahankan hidupnya, dan untuk aktifitas
berbagai organ atau sel. Apabila lebih dari 4 menit seseorang tidak mendapatkan oksigen
maka akan berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki dan biasanya pasien
akan meninggal (Asmadi, 2008).
Kebutuhan oksigenasi adalah kebutuhan dasar manusia yang berguna untuk
kelangsungan metabolism sel tubuh dalam mempertahankan hidup dan aktifitas berbagai
organ atau sel. Dalam keadaan normal manusia membutuhkan sekitar 300cc oksigen setiap
hari (24 jam) atau sekitar 0,5 cc tiap menit. Respirasi juga berarti gabungan antara
aktifitass mekanisme yang berperan dalam proses suplai O2 ke seluruh tubuh dan
pertukaran dengan CO2. Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhaan oksigenasi yaitu
saluran pernapasan bagian atas, bagian bawah dan paru (Hidayat, 2006).
Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme
untukmempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Secara normal elemen
ini diperoleh dengan cara menghirup O2 ruangan setiap kali bernapas. (Wartonah
Tarwanto, 2006).

2. Faktor yang Mempengaruhi


Faktor yang mempengaruhi menurut Tarwanto (2006):
a. Patologi
1) Penyakit pernafasan menahun (TBC, Asma, Bronkhitis)
2) Infeksi, Fibrosis kritik, Influensa
3) Penyakit sistem syaraf (sindrom guillain barre, sklerosis, multipel miastania
gravis)
4) Depresi SSP / Trauma kepala
5) Cedera serebrovaskuler (stroke)
b. Maturasional
1) Bayi prematur yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan
2) Bayi dan taddler, adanya resiko infeksi saluran pernafasa dan merokok
3) Anak usia sekolah dan remaja, resiko infeksi saluran pernafasan dan merokok
dewasa muda dan pertengahan.
4) Diet yang tidak sehat, kurang aktifitas stress yang mengakibatkan penyakit
jantung dan paru-paru
5) Dewasa tua, adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan arterios
klerosis, elastisitasi menurun, ekspansi pann menurun.
c. Situasional (Personal, Lingkungan)
1) Berhubungan dengan mobilitas sekunder akibat : pembedahan atau trauma
2) nyeri, ketakutan, ancietas, keletihan.
3) Berhubungan dengan kelembaban yang sangat tinggi atau kelembaban rendah
4) Berhubungan dengan menghilangnya mekanisme pembersihan siliar, respons
inflamasi, dan peningkatan pembentukan lendir sekunder akibat rokok,
pernafasan mulut.
3. Masalah Kebutuhan Oksigenasi
Masalah yang sering muncul pada klien dengan kebutuhan oksigenasi menurut
Tarwanto (2006):
a. Hipoksia
Merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen dalam
tubuh akibat defisiensi oksigen.
b. Perubahan Pola Nafas
1) Takipnea, merupakan pernafasan dengan frekuensi lebih dari 24x/ menit karena
paru-paru terjadi emboli.
2) Bradipnea, merupakan pola nafas yang lambat abnormal, ± 10x/ menit.
3) Hiperventilasi, merupakan cara tubuh mengompensasi metabolisme yang terlalu
tinggi dengan pernafasan lebih cepat dan dalam sehingga terjadi jumlah
peningkatan O2 dalam paru-paru.
4) Kussmaul, merupakan pola pernafasan cepat dan dangkal.
5) Hipoventilasi merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan CO2 dengan cukup,
serta tidak cukupnya jumlah udara yang memasuki alveoli dalam penggunaan
O2.
6) Dispnea, merupakan sesak dan berat saat pernafasan.
7) Ortopnea, merupakan kesulitan bernafas kecuali dalam posisi duduk atau berdiri.
8) Stridor merupakan pernafasan bising yang terjadi karena penyempitan pada
saluran nafas
c. Obstruksi Jalan Nafas
Merupakan suatu kondisi pada individu dengan pernafasan yang mengalami
ancaman, terkait dengan ketidakmampuan batuk secara efektif. Hal ini dapat
disebabkan oleh sekret yang kental atau berlebihan akibat infeksi, imobilisasi, serta
batuk tidak efektif karena penyakit persarafan.
d. Pertukaran Gas
Merupakan kondisi pada individu yang mengalami penurunan gas baik O2
maupun CO2 antara alveoli paru-paru dan sistem vaskular.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian (Setiawati, 2017):
1) Pengkajian Pasien Gangguan Pulmonal
Riwayat Kesehatan
Sebelum melakukan pengkajian fisik, maka perawat perlu mengumpulkan data
riwayat kesehatan. Perawat perlu mengkaji tanda-tanda distress pernafasan akut
sebelum mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Tanda-tanda distress pernafasan
antara lain pasien payah, gelisah, tidak dapat mengikuti percakapan dan pernafasan
gaduh. Bila mendapat pasien seperti ini, segera beri bantuan bila mungkin lakukan
wawancara dengan keluarga untuk mengetahui masalah/riwayat kesehatan sekarang
dan sewaktu pasien sudah tenang, pengumpulan riwayat kesehatan lengkap dapat
dilakukan.
Pengumpulan data riwayat kesehatan dimulai dengan mengamati factor-faktor
umum yang mempengaruhi fungsi pernafasan, seperti usia, jenis kelamin, dan
keadaan lingkungan tempat tinggal pasien. Kemudian ajukan pertanyaan yang
berkaitan dengan masalah pernafasan. Data riwayat kesehatan yang dikumpulkan
meliputi : keadaan kesehatan sekarang, kesehatan dulu, kesehatan keluarga, system
fisiologis, perkembangan, pola pemeliharaan kesehatan, serta pola berhubungan
peran (morton, 1991).
Pertanyaan dasar yang berkaitan dengan keadaan kesehatan sekarang antara
lain meliputi pertanyaan tentang keadaan pernapasan (napas pendek), nyeri dada,
batuk, sputum. Pertanyaan untuk mengetahui keadaan kesehatan dulu meliputi jenis
gangguan kesehatan yang baru saja dialami, cidera dan pembedahan. Untuk
mengetahui keadaan kesehatan keluarga dapat diajukan pertanyaan misalnya
adakah anggota keluarga yang menderita empisema, asma, alergi dan tuberkulosa.
Karena system pernapasan berkaitan dengan system-sistem yang lain maka
untuk pasien yang mengalami gangguan pernafasan perlu diberi pertanyaan
mengenai keadaan system yang lain yang mungkin menunjukkan gejala yang
berkaitan dengan masalah utama, misalnya demam, menggigil, lemah, keringat
dingin malam hari merupakan gejala yang berkaitan dengan tuberkulosa.
Status perkembangan juga merupakan factor yang harus menjadi pertimbangan
dalam mengumpulkan data riwayat kesehatan. Misalnya ibu yang melahirkan bayi
premature perlu ditanya apakah sewaktu hamil mempunyai masalah-masalah resiko
dan apakah usia kehamilan cukup. Ini penting karena bayi premature dapat
memiliki gangguan perkembangan system pernafasan sewaktu lahir. Pada usia
lanjut perlu ditanya apakah ada perubahan pola nafas, cepat lelah sewaktu naik
tangga, sulit bernafas sewaktu berbaring, atau apakah bila flu sembuhnya lama. Ini
penting diajukan karena pasien usia lanjut mudah mengalami gangguan pernafasan
karena adanya keterbatasan dinding dada dan kelemahan otot pernafasan.
Perubahan system imunitas juga menyebabkan usia lanjut mudah mengalami flu
dan infeksi
Data pola pemeliharaan kesehatan diperoleh dengan memberi pertanyaan pada
pasien tentang pekerjaan, obat yang tersedia di rumah, pola tidur-istirahat dan
stress. Untuk mengetahui pola peranan-kekerabatan maka pasien ditanya adakah
pengaruh dari gangguan/penyakitnya terhadap dirinya dan keluarga, serta apakah
gangguan yang dialami mempunyai pengaruh terhadap peran sebagai istri/suami,
dan dalam melakukan hubungan seksual.

2) Pemeriksaan Fisik Tanda dan Gejala (head to too) Sistem Pernafasan


1) Inspeksi Dada Posterior dan Anterior
Inspeksi pasien meliputi pemeriksaan terhadap adanya atau tak adanya beberapa
faktor.
a) Sianosis adalah satu faktor dimana kita paling tertarik. Sianosis memang sulit
untuk mendeteksi bila pasien anemis, dan pasien yang mengalami polisitemik
dapat mengalami sianosis pada ekstremitas meskipun tekanan oksigen normal.
Secara umum kita membedakan antara sianosis perifer dengan sianosis
sentral. Sianosis perifer terjadi pada ekstremitas atau pada ujung hidung atau
telinga, meskipun dengan tekanan oksigen normal, atau bila ada penurunan
aliran darah pada area ini, khususnya bila area ini dingin atau sakit. Sianosis
sentral terlihat pada lidah dan bibir, mempunyai arti paling besar; ini berarti
pasien secara nyata mengalami penurunan tekanan oksigen. Pernapasan
“bekerja” adalah tanda penting untuk diperiksa; kita tertarik untuk mengetahui
apakah pasien menggunakan otot asesori pernapasan. Terdapat bicara terbata-
bata dapat diobservasi. Pola bicara yang terhenti ini disebabkan oleh udara
napas. Kadang-kadang jumlah kata yang dapat disebutkan oleh pasien
sebelum menarik napas untuk napas berikutnya adalah pengukuran yang baik
terhadap jumlah pernapasan bekerja.
b) Peningkatan diameter anteroposterior (AP) dada (mis., peningkatan dalam
ukuran dada dari depan ke belakang) juga diperiksa. Ini sering disebabkan
oleh ekspansi maksimal paru pada penyakit paru obstruksi, tetapi peningkatan
dalam diameter AP juga dapat terjadi pada pasien yang mengalami kifosis
(lengkung ke depan pada tulang belakang. Deformitas dan jaringan parut dada
penting dalam membantu menentukan penyebab distres paru. Sebagai contoh,
jaringan parut dapat merupakan indikasi pertama bahwa pasien pernah
mengalami pengangkatan paru. Deformitas paru seperti kifoskoliosis dapat
menunjukan mengapa pasien mengalami distres paru. Postur pasien juga harus
dikaji, karena pasien dengan penyakit paru obstruktif sering duduk dan
menyangga diri dengan tangan atau menyangga dengan siku di meja sebagai
upaya untuk tetap-mengangkat klavikula sehingga memperluas kernampuan
ekspansi dada.
c) Posisi trakea juga penting diobservasi. Apakah trakea pada garis tengah leher
atau deviasi ke satu sisi? Efusi pleural atau tekanan pnernotoraks selalu
membuat deviasi trakea ke sisi jauh dari yang sakit. Pada atelektasis, trakea
sering tertarik pada sisi yang sakit. Frekwensi pernapasan adalah parameter
penting untuk diperhatikan; ini harus dihitung sedikitnya 15 detik lebih sering
dari baisanya. Seringkali frekwensi pernapasan dicatat sebagai 20 kali per
menit, yang sering berarti bahwa frekwensi diperkirakan daripada
menghitungnya. Kedalaman pernapasan sering berarti sebagai frekwensi
pernapasan. Sebagai contoh, bila pasien bernapas 40 kali per menit, seseorang
dapat berpikir masalah pernapasan berat terjadi, tetapi bila pernapasan sangat
dalam pada frekwensi tersebut, ini dapat berarti pasien mengalami pernapasan
Kussmaul sehubungan dengan sidosis diabetik atau asidosis lain. Namun
demikian, bila pernapasan dangkal pada frekwensi 40 kali per menit, dapat
menunjukan distres pernapasan berat karena penyakit paru obstruktif,
penyakit paru restriktif, atau masalah paru lain. Durasi inspirasi versus durasi
ekspirasi penting dalam menentulcan apakah ada obstruksi jalan napas. Pada
pasien dengan penyakti paru obstruktif, ekspirasi memanjang lebih dari 1½
kali panjang inspirasi.
d) Observasi ekspansi dada umum adalah bagian integral dalam pengkajian
pasien. Secara normal kita mengharapkan kurang lebih 3 inci ekspansi pada
ekspirasi maksimal ke inspirasi maksimal. Gerakan abdomen dalarn upaya
pernapasan (normal terjadi pada pria daripada wanita) dapat diobservasi.
Spondilitis ankilosis atau artritis Marie- StAimpell adalah satu kondisi dimana
ekspansi dada umurn terbatas. Perbandingan ekspansi dada atas dengan dada
bawah dan observasi gerakan diafragma untuk menentukan apakah pasien
dengan penyakit obstruksi paru difokuskan pada ekspansi dada bawah dan
penggunaan diafragma dengan benar. Lihat pada ekspansi satu sisi dada
versus sisi yang lain, memperlihatkan bahwa atelektasis, khususnya yang
disebakan oleh plak mukus, dapat menyebabkan menurunnya ekspansi dada
unilateral. Emboli paru, pnemonia, efusi pleural, pnemotoraks, atau penyebab
nyeri dada lain seperti fraktur iga, dapat menimbulkan menurunnya ekspansi
paru. Pemasangan endotrakeal atau nasotrakeal yang terlalu dalarn sehingga
meluas ke antara trakea kedalam salah satu cabang utama bronkus (biasanya
kanan) adalah penyebab serius dan sering menurunkan ekspansi salah satu
dada. Bila selang masuk ke cabang utama bronkus kanan maka paru kanan
tidak ekspansi, dan pasien biasanya mengalami hipoksemia dan atelektasis
pada sisi kiri. Untungnya perawat selalu menyadari potensial masalah ini
sehingga mengenali masalah ini. Bila terjadi retraksi interkostal (mis.,
penyedotan pada otot dan kulit atau iga selama inspirasi) selalu berarti bahwa
pasien membuat upaya lebih besar pada inspirasi daripada normal. Biasanya
ini menandakan bahwa paru kurang komplain (lebih kaku) dari biasanya.
Penggunaan otot bantu napas, yang terlihat dengan mengangkat bahu,
menunjukan peningkatan kerja pernapasan.
e) Efektivitas dan frekwensi batuk pasien penting untuk dilaporkan, juga
karakteristik sputum seperti jumlah, warna, dan konsistensi.

2) Palpasi Dada Posterior dan Anterior


Palpasi dada dilakukan dengan meletakan turnit tangan mendatar di atas dada
pasien. Seringkali kita menentukan apakah fremitus taktil ada. Kita melakukan ini
dengan meminta pasien mengatakan “sembilan-sembilan.” Secara normal, bila
pasien mengikuti instruksi itu, vibrasi terasa pada luar dada di tangan pemeriksa.
Ini mirip dengan vibrasi yang terasa pada peletakan tangan di dada kucing bila ia
sedang mendengkur. Pada pasien normal fremitus taktil ada. Ini dapat menurun atau
takada bila terdapat sesuatu dintara tangan pemeriksa dan paru pasien serta dinding
dada. Sebagai contoh, bila ada efusi pleural, penebalan pleural atau pnemotorak
akan tidak mungkin merasakan vibrasi ini atau vibrasi menurun. Bila pasien
mengalami atelektasis karena sumbatan jalan napas, vibrasi juga takdapat
dirasakan. Fremitus taktil agak meningkat pada kondisi konsolidasi, tetapi deteksi
terhadap ini sulit. Hanya dengan palpasi pada dada pasien dengan napas perlahan,
seseorang dapat merasakan ronki yang dapat diraba yang berhubungan dengan
gerakan mukus padajalan napas besar.
3) Perkusi Dada Posterior dan Anterior
Pada perkusi dada pasien, kita harus mengunakan jari yang ditekan mendatar di
atas dada; ujung jari ini diketokan di atas tulang tengah jari dengan jari dominan.
Normalnya dada mempunyai bunyi resonan atau gaung perkusi. Pada penyakit
dimana ada peningkatan udara pada dada atau, paru-paru seperti pada
pneumotoraks dan emfisema dapat terjadi hiperesonan (bahkan lebih seperti bunyi
drum). Perkusi hiperesonan kadang-kadang sulit dideteksi. yang lebih penting
adalah perkusi pekak atau kempis seperti terdengar bila perkusi di atas bagian
tubuh yang berisi udara. Perkusi pekak dan kempis terdengar bila paru di bawah
tangan pemeriksa mengalami atelektasis, pnemonia, efusi pleural, penebalan pleural
atau lesi massa. Perkusi pekak atau kempis juga terdengar pada perkusi di atas
jantung.
4) Auskultasi Dada Posterior dan Anterior
Pada auskultasi, secara umum menggunakan diafragma stetoskop dan
menekannya di atas dinding dada. Penting untuk mendengarkan intensitas atau
kenyaringan bunyi napas dan menyadari bahwa secara normal ada peningkatan
kenyaringan bunyi napas bila pasien menarik napas dalam maksimum sebagai
lawan napas sunyi. Intensitas bunyi napas dapat menurun karena penurunan aliran
udara melalui jalan napas atau peningkatan penyekat antara stetoskop dengan paru.
Pada obstruksi jalan napas seperti penyakit paru obstruksi menahun (PPOM) atau
atelektasis, intensitas bunyi napas menurun. Dengan napas dangkal ada penurunan
gerakan udara melalui jalan napas dan bunyi napas juga tidak keras. Pada gerakan
ter batas dari diafragma toraks, dapat menurunkan bunyi napas pada area yang
terbatas gerakannya. Pada penebalan pleural, efusi pleural, pnemotoraks, dan
kegemukan ada substansi abnormal Oaringan fibrosa, cairan, udara, atau lemak)
antara stetoskop dan paru di bawahnya; substansi ini menyekat bunyi napas dari
stetoskop, membuat bunyi napas menjadi tak nyaring.
Secara umum, ada tiga tipe bunyi yang terdengar pada dada normal:
a) bunyi napas vesikuler, yang terdengar pada perifer paru normal;
b) bunyi napas bronkial, yang terdengar di atas trakea;
c) bunyi napas bronkovesikuler yang terdengar pada kebanyakan area paru dekat
jalan napas utama
Bunyi napas bronkial adalah bunyi nada tinggi yang tampat terdengar dekat
telinga, keras, dan termasuk penghentian antara inspirasi dan ekspirasi. Bunyi napas
vesikuler lebih rendah, mempunyai kualitas desir, dan termasuk takada penghentian
antara inspirasi dan ekspirasi. Bunyi napas bronkovesikuler menunjukan bunyi
setengah jalan antara kedua tipe bunyi napas. Bunyi napas bronkial, selain
terdengar pada trakea orang normal, juga terdengar pada beberapa situasi dimana
ada konsolidasi-contohnya pnemonia. Bunyi napas bronkial juga terdengar di atas
efusi pleural dimana paru normal tertekan. Dimanapun terdengar napas bronkial, di
sini bisajuga terjadi dua hal lain yang berhubungan dengan perubahan: (1)
perubahan E ke A, dan (2) desiran otot pektoralis. Perubahan E ke A hanya berarti
bahwa bila seseorang mendengar dengan stetoskop dan pasien mengatakan “E” apa
yang didengar orang tersebut secara nyata adalah bunyi A daripada bunyi E. Ini
terjadi bila ada konsolidasi.
Bunyi lain yang terdengar dengan stetoskop meliputi crackles, mengi, dan
gesekan.
a) Crackles adalah bunyi yang jelas, bunyi terus menerus terbentuk oleh jalan
napas kecil yang terbuka kembali atau tertutup kembali selama akhir inspirasi.
Crackles terjadi padapnernonia, gagal jantung kongestif, dan fibrosis
pulmonalis. Baik crackles inspirasi maupun ekspirasi dapat terauskultasi pada
bronkiektaksis. Crackles keras dapat terdengar pada edema pulmonalis dan
pada pasien sekarat. Seringkali crackles keras dapat terdengar tanpa stetoskop
karena ini terjadi padajalan napas besar.
b) Dispnea
Dispnea (kesulitan bernapas atau pernapasan labored, napas pendek) adalah
gejala umum pada banyak kelainan pulmonal dan jantung terutama jika terdapat
peningkatan kekakuan paru dan tahanan jalan napas. Dispnea mendadak pada
individu normal dapat menunjukkan pneumotoraks (udara dalam rongga
pleura). Pada pasien yang sakit atau setelah menjalani pembedahan disonea
mendadak menunjukkan adanya embolisme pulmonal.
c) Orthopnea (tidak dapat bernapas dengan mudah kecuali dalam posisi tegak,
mungkin ditemukan pada orang yang mengidap penyakit jantung dan penyakit
obstruktif paru menahun (PPOM). Pernapasan bising dapat dijumpai akibat
penyempitan jalan napas atau obstruksi setempat bronkus besar oleh tumor atau
benda asing.
d) Bunyi ekstra seperti mengi berarti adanya penyempitan jalan napas. Ini dapat
disebabkan oleh asma, benda asing, mukus di jalan napas, stenosis, dan lain-
lain. Bila mengi terdengar hanya pada ekspirasi, disebut mengi; bila bunyi
mengi terjadi pada inspirasi dan ekspirasi, biasanya berhubungan dengan
tertahannya sekresi.
Friction rub terdengar bila ada penyakit pleural seperti emboli pulmonal,
pnemonia perifer, atau pleurisi, dan ini sering sulit untuk membedakannya dari
ronki. Bila bunyi abnormal makin jelas setelah batuk, biasanya berarti bunyi
tersebut lebih sebagai ronki daripada friction rub.
3) Pengkajian Kemampuan Bernafas
1) Frekuensi Pernafasan
Orang dewasa normal yang cukup istirahat bernapas 12 s.d 18 kali permenit
(Brunner, 2000). Bradipnea, atau pernapasan lambat berkaitan dengan penurunan
tekanan intra kranial, cedera otak, dan takar lajak obat, sedangakan takipnea adalah
pernapasan cepat, umumnya tanpak pada pasien pneumonia, edema pulmonal,
asidosis metabolik, septikemia, nyeri hebat, dan fraktur iga.
Frekuensi napas normal tergantung umur :
a) Usia baru lahir sekitar 35 – 50 x/menit
b) Usia < 2 tahun 25 – 35 x/menit
c) Usia 2-12 tahun 18 – 26 x/menit
d) Dewasa 16 – 20 x/menit.
e) Takhipnea :Bila pada dewasa pernapasan lebih dari 24 x/menit
f) Bradipnea : Bila kurang dari 10 x/menit disebut
g) Apnea : Bila tidak bernapas .
2) Volume Paru
Pengukuran volume menunjukan jumlah udara. dalam paru-paru selama
beberapa berbagai siklus pernapasan. Tiap volume tidak dapat dibagi kedalam
bagian ang lebih kecil, karena ini menunjukan unit dasar.
a) Volume tidal (VT) adalah volume udara yang digerakkan masuk dan keluar
pada tiap pernapasan normal. Ini terukur kurang lebih 500 ml pada pria
muda normal.
b) Volume cadangan inspirasi (VCI) menunjukkan jumlah udara dimana
seseorang dapat dengan sekuat-kuatnya menghirup udara setelah inspirasi
tidal normal. VC1 biasanya kira-kira 3.000 MI.
c) Volume cadangan ekspirasi (VCE) adalah volume udara dimana seseorang
dapat dengan sekuat-kuatnya mengeluarkan udara setelah ekshalasi tidal
normal. VCE biasanya kira-kira 1. 100 MI.
d) Volume residu (VR) adalah volume udara sisa setelah ekspirasi kuat.
Volume ini dapat diukur hanya dengan spirometer tak langsung, sedangkan
yang lain dapat diukur secara langsung.
3) Kapasitas Paru
Pengukuran kapasitas menghitung sebagian siklus paru-paru. Ini diukur
sebagai kombinasi volume sebelumnya.
a) Kapasitas inspirasi (KI) adalah jumlah udara yang dapat diinhalasi
(dihirup) sengan kuat bila mulai dari tingkat ekspirasi normal. Ini sama
dengan VT ditambah VCI dan kurang lebih 3.500 ml.
b) Kapasitas residu fungsional (KRF) adalah j umlah sisa udara pada akhir
ekspirasi normal. Ini adalah jumlah dari VCE dan VR dan kurang lebih
2.300 ml.
c) Kapasitas vital (KV) adalah jumlah maksimal udara yang dapat dengan
kuat diekspirasi setelah inspirasi kuat maksimal. Ini jumiah dari VD VT,
dan VCE. Volume ini kurang lebih 4.600 ml pada pria normal.
d) Kapasitas paru total (KPT) sama dengan volume dimana paru-paru dapat
diekspansi dengan upaya inspirasi paling kuat. Volume kapasitas kurang
lebih 5.800 ml.
4) Pengkajian Diagnostik Fungsi Pernafasan
Pemeriksaan fungsi paru menentukan kemampuan paru-paru untuk melakukan
pertukaran oksigen dan karbon dioksida secara efisien. Pemeriksaan ventilasi dasar
dilakukan dengan mengguna¬kan spirometer dan alat pencatat sementara khen
bernapas melalui masker mulut (mouthpiece) yang dihubungkan dengan selang
penghubung. Pengukuran yanc, dilakukan mencakup volume tidal (Vt), volume
reserve inspirasi (IRV), volume residual (VR), dan volume ekspirasi yang dipaksa
selama 1 detik (FEV1).

2. Diagnosa Keperawatan yang Sering Muncul (PES)


Diagnosa Keperawatan sesuai NANDA (2015)
a) Ketidakefetifan bersihan jalan napas
Definisi:
Ketidakmampuan membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk
mempertahankan bersihan jalan napas. berhubungan dengan:
Lingkungan
1) Perokok
2) Perokok pasif
3) Terpajan asap
Obstruksi jalan napas
1) Adanya jalan napas buatan
2) Benda asing dalam jalan napas
3) Eksudat dalam alveoli
4) Hiperplasia pada dinding bronkus.
5) Mucus berlebihan.
6) Penyakit paru obstruksi kronis.
7) Sekresi yang tertahan.
8) Spasme jalan napas.
Fisiologis
1) Asma
2) Disfungsi neuromuskular.
3) Infeksi.
4) Jalan napas alergik.
Batasan karakteristik:

1) Batuk yang tidak efektif 8) Perubahan frekuensi napas


2) Dispnea 9) Perubahan pola napas
3) Gelisah 10) Sianosis
4) Kesulitas verbalisasi 11) Sputum dalam jumlah yang berlebih
5) Mata terbuka lebar 12) Suara napas tambahan
6) Ortopnea 13) Tidak ada batuk
7) Penurunan bunyi napas

b) Ketidakefektifan pola napas


Definisi:
Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi yang adekuat.
berhubungan dengan :
1) Ansietas.
2) Cidera medula spinalis.
3) Deformitas dinding dada.
4) Deformitas tulang.
5) Disfungsi neuromuskular.
6) Gangguan muskuloskeletal.
7) Gangguan neurologis (misal EEG positif, trauma kepala, gangguan kejang).
8) Hiperventilasi.
9) Imaturitas neurologis.
10) Keletihan.
11) Keletihan otot pernapasan.
12) Nyeri.
13) Obesitas.
14) Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru.
15) Sindrom hipoventilasi.
Batas Karakteristik:

1) Bradipnea 8) Penurunan tekanan ekspirasi


2) Dispnea 9) Penurunan tekanan inspirasi
3) Fase ekspirasi memanjang 10) Penurunan ventilasi semenit
4) Ortopnea 11) Pernapasan bibir
5) Penggunaan otot bantu pernapasan 12) Pernapasan cuping hidung
6) Penggunaan posisi tiga titik 13) Perubahan ekskursi dada
7) Peningkatan diameter anterior- 14) Pola napas abnormal
posterior 15) Takipnea

c) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan


Definisi:
Kelebihan atau deficit oksigenasi dan/atau eliminasi karbon dioksida pada
membrane alveolar-kapiler.
Berhubungan dengan:
1) Ketidakseimbangan ventilasi perfusi.
2) Perubahan membrane alveolar-kapiler.
Batasan karakteristik:

1) Diaforesis 11) Napas cuping hidung


2) Dispnea 12) Penurunan karbon dioksida
3) Gangguan penglihatan 13) pH ateri abnormal
4) Gas darah arteri abnormal 14) Pola pernapasan abnormal
5) Gelisah 15) Sakit kepala saat bangun
6) Hiperkapnia 16) Sianosis
7) Hipoksemia 17) Somnolen
8) Hipoksia 18) Takikardi
9) Iritabilitas 19) Warna kulit abnormal
10) Konfusi

3. Perencanaan/Nursing Care Plan

NO
NO NOC NIC
DX
1. I Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 a. Manajemen Jalan
jam, klien dapat mencapai bersihan jalan napas yang Napas
efektif, dengan kriteria hasil: 1) Buka jalan napas
pasien
Respiratory Status: Airway patency 2) Posisikan pasien
untuk
N Tujuan
Indikator Awal memaksimalkan
o 1 2 3 4 5
ventilasi.
1. Pengeluaran sputum
3) Identifikasi Pasien
pada jalan napas
untuk perlunya
2. Irama napas sesuai pemasangan alat
yang diharapkan jalan napas buatan
3. Frekuensi 4) Keluarkan secret
pernapasan sesuai dengan suction
yang diharapkan 5) Auskultasi suara
napas, catat bila
Keterangan: ada suara napas
1. Keluhan ekstrim tambahan
2. Keluhan berat 6) Monitor rata-rata
3. Keluhan sedang respirasi setiap
4. Keluhan ringan pergantian shift
5. Tidak ada keluhan dan setelah
dilakuakan
tidakan suction
b. Suksion Jalan Napas
1) Auskultasi jalan
napas sebelum
dan sesudah
suction
2) Informasikan
keluarga tentang
prosedur suction
3) Berikan O2
dengan
menggunakan
nasal untuk
memfasilitasi
suksion
nasotrakheal
4) Hentikan suksion
dan berikan
oksigen bila
Pasien
menunjukkan
bradikardi
peningkatan
saturasi oksigen
5) Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
6) Jelaskan pada
pasien dan
keluarga tentang
penggunaan
peralatan : O2,
Suction, Inhalasi.

2. II Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 a. Manajemen Jalan


jam, klien dapat mencapai napas efektif, dengan Napas
kriteria hasil: 1) Buka jalan napas
Pasien
Respiratory Status: Ventilation 2) Posisikan Pasien
untuk
N Tujuan
Indikator Awal memaksimalkan
o 1 2 3 4 5
ventilasi.
1. Auskultasi suara
3) Identifikasi Pasien
napas sesuai
untuk perlunya
2. Bernapas mudah pemasangan alat
3. Tidak didapatkan jalan napas buatan
penggunaan otot 4) Keluarkan secret
tambahan dengan suction
5) Auskultasi suara
Vital sign Status napas, catat bila
N Tujuan ada suara napas
Indikator Awal
o 1 2 3 4 5 tambahan
1. Tanda Tanda vital 6) Monitor
dalam rentang penggunaan otot
bantu pernapasan
normal (tekanan 7) Monitor rata-rata
darah, nadi, respirasi setiap
pernafasan) pergantian shift
Keterangan: dan setelah
1. Keluhan ekstrim dilakuakan
2. Keluhan berat tidakan suction
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan

Vital sign monitoring


1) Observasi adanya
tanda tanda
hipoventilasi
2) Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadap
oksigenasi
3) Monitor vital sign
4) Monitor pola
nafas
3. III Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 1) Posisikan pasien
24 jam kerusakan pertukaran pasien teratasi dengan untuk
kriteria hasil: memaksimalkan
Respiratory Status : Gas exchange ventilasi
Keseimbangan asam Basa, Elektrolit
2) Pasang mayo bila
Respiratory Status : ventilation
Vital Sign Status perlu
3) Lakukan
N Tujuan
Indikator Awal fisioterapi dada
o 1 2 3 4 5
1. Mendemonstrasikan jika perlu
peningkatan 4) Keluarkan sekret
ventilasi dan dengan batuk atau
oksigenasi yang suction
adekuat 5) Auskultasi suara
2. Memelihara nafas, catat
kebersihan paru paru adanya suara
dan bebas dari tanda
tambahan
tanda distress
6) Atur intake untuk
pernafasan
cairan
3. Mendemonstrasikan a
batuk efektif dan purse mengoptimalkan
suara nafas yang d keseimbangan.
bersih, tidak ada lips) 7) Monitor respirasi
sianosis dan dan status O2
dyspneu (mampu 8) Catat pergerakan
mengeluarkan dada,amati
sputum, mampu kesimetrisan,
bernafas dengan penggunaan otot
mudah, tidak a tambahan, retraksi
4. AGD dalam batas otot
normal supraclavicular
5. Status neurologis dan intercostal
dalam batas normal 9) Monitor suara
Keterangan: nafas, seperti
1. Keluhan ekstrim
2. Keluhan berat dengkur
3. Keluhan sedang 10) Monitor TTV,
4. Keluhan ringan AGD, elektrolit
5. Tidak ada keluhan dan ststus mental
11) Observasi sianosis
khususnya
membran mukosa
C. Daftar Pustaka

Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.

Bulechek, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M., dan Wagner, C.M. 2017. Nursing
Intervention Classification (NIC), 6th edition.United Kingdom: Mosby.

Harahap. (2005). Oksigenasi dalam suatu asuhan keperawatan. Jurnal Keperwatan


Rufaidah Sumatera Utara Volume 1 hal 1-7. Medan: USU.

Hidayat, A. A. A. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan


Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Maranata, Daniel,. (2010). Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru 2010. Surabaya: Departemen
Ilmu Penyakit Paru FK Unair-RSUD Dr. Soetomo.

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M.L., dan Swanson, E. 2017. Nursing Outcomes
Classification (NOC), 5th edition.United Kingdom: Mosby.

Nanda International 2015. Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi. Jakarta: EGC.

Setiawati, Santun. 2007. Panduan Praktis Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta : Trans
Info Medika.

Tarwoto & Wartonah. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan. Edisi
Ke-3. Jakarta: Salemba Medika.

You might also like