You are on page 1of 45

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya

dan masyarakat. Tujuan pendidikan yaitu menciptakan seseorang yang berkualitas

dan berkarakter sehingga memiliki pandangan yang luas ke depan untuk mencapai

suatu cita-cita yang diharapkan dan mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di

dalam berbagai lingkungan. Karena pendidikan itu sendiri memotivasi diri manusia

untuk lebih baik dalam segala aspek kehidupan.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu ilmu yang berkembang

dengan pesat, baik materi maupun kegunaannya. Dalam IPS mencakup beberapa

ilmu yang sangat perlu untuk dipelajari karena sangat berhubungan dengan

kehidupan sehari-hari manusia seperti Ilmu Geografi, Sejarah, Sosiologi, Ekonomi,

Politik, Hukum, Budaya dan Psikologi Sosial yang dirangkum menjadi satu buku.

IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang dimulai dari SD/MI sampai perguruan

tinggi. Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan karena

kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena

itu, IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan


analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki masyarakat yang

dinamis.

Sebagian sekolah menerapkan sistem “satu untuk semua” yang maksudnya di

sini bahwa satu orang guru mengajar pelajaran IPS dan harus menguasai semua ilmu-

ilmu yang tercakup dalam IPS. Namun tidak sedikit pula sekolah yang menerapkan

setiap guru mengajar pada bidang studinya masing-masing dan nilai ujian akhir akan

digabungkan menjadi satu, nilai itulah yang nantinya akan dituliskan ke raport

menjadi nilai hasil belajar siswa. Perbedaan tersebut jelas menimbulkan masalah

terlebih pada guru pelajaran IPS yang harus mampu menguasai semua ilmu yang

bukan jurusannya sendiri dan hal itu juga tidak mudah, karena guru dituntut untuk

mampu mentrasnfer ilmu tersebut ke para siswa hingga mereka paham akan materi

yang disampaikan.

Berdasarkan observasi awal yang telah dilakukan di SMPN 2 Meureudu Pidie

Jaya. Menurut guru mata pelajaran IPS di SMPN 2 Meureudu, masih banyak siswa

yang kurang berminat dalam pelajaran IPS bahkan ada yang acuh tak acuh akan

pelajaran ini. Hal ini terlihat pada nilai ujian akhir, masih banyak siswa yang belum

mencapai KKM. Walaupun metode diskusi telah diterapkan sejak lama, namun

kegiatan tersebut tidak terlalu efektif karena hanya beberapa orang saja yang aktif

dalam satu kelompok sehingga tidak semua anggota kelompok paham dan berperan

aktif dalam kelompoknya masing-masing. Hal tersebut mengakibatkan siswa tidak

terbiasa dengan pembelajaran aktif. Terkadang siswa berpendapat bahwa pelajaran

IPS itu sangat membosankan. Sampai saat ini permasalahan tersebut belum tuntas

terselesaikan, apalagi sekolah-sekolah di daerah masih sangat kurang dengan


tersedianya media-media belajar dan fasilitas lainnya serta penerapan model-model

pembelajaran oleh guru guna menunjang proses pembelajaran yang aktif.

Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang sangat rumit karena tidak

sekedar menyerap informasi yang diberikan oleh guru, tetapi juga melibatkan

berbagai kegiatan dan tindakan yang harus dilakukan untuk mencapai hasil belajar

yang baik. Guru merupakan kunci utama dalam meningkatkan mutu dan kualitas

pendidikan, mereka berada di titik utama dalam setiap usaha perubahan pendidikan

yang diarahkan pada perubahahan kualitatif. Guru mempunyai tanggung jawab untuk

mengatur, mengarahkan dan menciptakan suasana yang mendorong siswa untuk

melaksanakan berbagai kegiatan dalam proses pembelajaran di kelas. Untuk

menunjang tugas tersebut diperlukan pemilihan model dan metode pembelajaran

yang tepat dan sesuai dengan materi atau konsep yang akan diajarkan. Metode dan

model pembelajaran yang dipakai oleh guru akan banyak berpengaruh terhadap cara

belajar siswa yang mana setiap siswa mempunyai cara belajar yang berbeda-beda.

Terdapat metode yang telah lama digunakan oleh guru antara lain metode ceramah,

metode tanya jawab, metode tersebut bisa dikatakan metode konvensional.

Salah satu upaya untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan mencoba

menerapkan model Pembelajaran snowball drilling. Model pembelajaran snowball

drilling termasuk dalam model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada kerja

kelompok yang menuntut peserta didik untuk lebih berperan aktif dalam kegiatan

pembelajaran. Model pembelajaran snowball drilling menuntut peserta didik

memahami dan menguasai konsep, karena setiap peserta didik berpeluang menjawab

soal yang digulirkan. Selain itu mereka juga akan memiliki keterampilan dalam
menyelesaikan soal-soal yang disediakan oleh guru. Dengan adanya diskusi, model

pembelajaran ini melatih peserta didik dalam mengembangkan keterampilan

berkomunikasi, baik dengan guru maupun dengan sesama teman. Peserta didik lebih

bisa menggali seluruh potensi yang ada dalam diri mereka, lebih nyaman dalam

bertanya dan mengungkapkan pendapat tanpa rasa malu. Suasana kelaspun menjadi

cair sehingga aktifitas pembelajaran menjadi sangat menyenangkan dan bermakna,

jauh dari rasa takut, tegang ataupun bosan. Sehingga secara tidak langsung minat dan

motivasi belajar mereka menjadi meningkat yang secara otomatis akan meningkatkan

hasil belajar (Akmam: 2011:13).

Berdasarkan masalah yang ada, peneliti ingin mengkaji permasalahan tersebut

dengan melakukan penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul “Implementasi

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Drilling untuk Meningkatkan

Hasil Belajar IPS Siswa Kelas VIIA SMPN 2 Meureudu”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah peneliti uraikan diatas, maka

yang menjadi rumusan permasalahan dalam penelitian ini yaitu Apakah model

pembelajaran snowball drilling dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi

komposisi dan fungsi di kelas XI SMA Negeri 1 Banda Aceh.

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang diungkapkan di atas, maka tujuan dalam

penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada materi
komposisi dan fungsi melalui model pembelajaran snowball drilling pada siswa kelas

XI SMA Negeri 1 Banda Aceh.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Manfaat secara teoritis penelitian ini adalah untuk mendapat teori-teori baru

tentang kemampuan guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada

materi komposisi dan fungsi.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini bermanfaat:

a. Bagi siswa

Hasil penelitian ini dapat dirasakan langsung oleh siswa sebagai objek

penelitian, sehingga ada perubahan dalam diri siswa baik dalam aspek

kognitif, afektif, dan psikomotorik sehingga hasil belajar akan lebih baik.

b. Bagi guru

Dengan penelitian ini maka guru dapat meminimalkan permasalahan yang

dihadapi dalam proses belajar mengajar

c. Bagi peneliti

Kegiatan ini sebagai salah satu bagian pngembangan profesi yang akan

diajukan untuk perolehan angka kredit, melalui tim penilai untuk acuan

kenaikan pangkat satu tingkat lebih tinggi dari Iva ke IVb.

d. Bagi sekolah
Dapat memberi sumbangan yang baik untuk sekolah dalam rangka

memperbaiki proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar peserta

didik.

BAB II

LANDASAN TEORETIS

A. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Sudjana (2002:22) “Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan

yang dimiliki peserta didik setelah mereka menerima pengalaman belajarnya”.

Selanjutnya menurut Slameto (1990:2) “Hasil belajar merupakan hasil akhir dari

suatu kegiatan atau tingkat kemampuan yang dimiliki oleh siswa melalui tahapan

tertentu yang dapat membuktikan kemampuan seseorang dalam menerima, bersikap

serta bertindak cepat dan tepat secara optimal setelah proses pembelajaran melalui

tes”.

Klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom secara garis besar

membaginya menjadi tiga ranah yaitu:

1. Ranah kognitif Ranah kognitif berkenaan dengan sikap hasil belajar

intelektual yang terdiri dari enam aspek, yang meliputi knowledge

(pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan,

meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan,


menetukan hubungan), sinthesis (mengorganisasikan, merencanakan,

membentuk), dan evaluation (menilai).

2. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu

receiving (sikap menerima), responding (memberikan respon), valuing

(penilaian), organization (organisasi) dan characterization (karakterisasi).

3. Ranah psikomotorik, berkenaan dengan skills (keterampilan) dan

kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni gerakan

refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan

atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan

interpretatif. (Sudjana, 2002:22)

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat digolongkan menjadi tiga

macam yaitu:

1) Faktor Internal

Faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik sendiri meliputi dua aspek,

yakni: aspek fisiologis (bersifat jasmaniah) dan aspek psikologis (bersifat

rohaniah). Faktor yang masuk dalam aspek psikologis diantaranya adalah

tingkat kecerdasan intelegensi/kecerdasan, sikap, bakat, minat, dan motivasi

peserta didik.

2) Faktor Eksternal

Faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yakni kondisi lingkungan

disekitar peserta didik, yang meliputi dua aspek, yaitu: faktor lingkungan

sosial (lingkungan sosial sekolah, lingkungan social masyarakat, dan


lingkungan keluarga) dan faktor lingkungan nonsosial yang termasuk di

dalamnya adalah gedung sekolah, sarana dan prasarana, dan alat-alat belajar

dan waktu belajar yang digunakan peserta didik.

3) Faktor Pendekatan Belajar (Approach to Learning)

Faktor ini berkaitan dengan jenis upaya belajar peserta didik yang meliputi

strategi dan metode yang digunakan peserta didik untuk melakukan kegiatan

pembelajaran materi-materi pelajaran. Metode belajar yang dipakai guru

sangat mempengaruhi metode belajar yang dipakai oleh peserta didik.

Uraian di atas, menunjukkan bahwa pemilihan model pembelajaran yang

sesuai memiliki peran yang sangat penting untuk mencapai hasil belajar yang

maksimal. Salah satunya adalah dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe Snowball Drilling yang menuntut peserta didik berpartisipasi aktif

dan mampu bekerja sama dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran.

B. Model Pembelajaran

1. Pengertian Model Pembelajaran

Menurut Joyce dan Weil dalam Syafaruddin dan Irwan (2005:182) “Model

pembelajaran adalah deskripsi dari lingkungan pembelajaran yang bergerak dari

perencanaan kurikulum, mata pelajaran, bagian-bagian dari pelajaran untuk

merancang material pembelajaran, buku latihan kerja program. Multi media,

bantuam kompetensi untuk program pembelajaran”.

Berdasarkan kutipan di atas dapat dikatakan bahwa model pembelajaran

merupakan bantuan alat-alat yang mempermudah siswa dalamr belajar. Jadi,


keberadaan model pembelajaran dapat membantu siswa untuk memperoleh

informasi, gagasan, keterampilan, nilai-nilai, cara berfikir, dan pengertian yang harus

diekspersikan siswa.

2. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Menurut Robert E. Slavin dalam Isjoni (2009:15) “Pembelajaran kooperatif

(cooperative learning) adalah bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan

bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang anggotanya empat sampai enam orang

secara kolaboratif dengan struktur kelompok heterogen”.

Cooperative learning merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan

dengan cara berkelompok. Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan

belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk

mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan (Sanjaya, 2011:239).

Selanjutnya menutur Kemp,at.al dalam Syafaruddin dan Irwan (2005:200):

Pembelajaran kooperatif adalah suatu jenis khusus dari aktivitas kelompok


yang berusaha untuk memajukan pembelajaran dan keterampilan social
dengan kerjasama tiga konsep ke dalam pengajaran, yaitu: (a) penghargaan
kelompok, (b) pertanggungjawaban pribadi, dan (c) peluang yang sama untuk
berhasil. Berdasarkan tiga komponen tersebut disarankan bahwa
pembelajaran kooperatif membutuhkan perencanaan yang hati-hati dan
pelaksanaan yang sistematik. Pembelajaran kooperatif lebih banyak
diarahkan kepada perencanaan pelajar untuk mengelompokkan dan
menyampaikan kepada tutor dan anggota kelompok pelajar yang lain atau
penyempurnaan kegiatan.

Dalam pembelajaran kooperatif siswa tidak hanya sebagai objek belajar, tetapi

menjadi subjek belajar karena siswa dapat berkreasi secara maksimal dalam proses

pembelajaran. Hal ini terjadi karena pemelajaran kooperatif merupakan metode

alternatif dalam mendekati permasalahan, mampu mengerjakan tugas besar,

meningkatkan keterampilan komunikasi dan sosial, serta perolehan kepercayaan diri.


Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa peserta didik akan lebih

mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling diskusi

dengan temannya. Peserta didik secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling

membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi hakikat sosial dan

penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif

(Trianto, 2007:41).

Dalam model pembelajaran kooperatif ini, guru lebih berperan sebagai

fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung ke arah pemahaman yang

lebih tinggi, dengan catatan peserta didik sendiri. Guru tidak hanya memberikan

pengetahuan pada peserta didik, tetapi juga harus membangun pengetahuan dalam

pikirannya. peserta didik mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pengalaman

langsung dalam menerapkan ide-ide mereka (Rusman, 2001:201).

3. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kooperatif

Menurut Roger dan David Jonshon dalam Rusman (2001:212), ada lima unsur

dasar dalam pembelajaran kooperatif, yaitu:

1) Saling ketergantungan positif yakni, keberhasilan dalam menyelesaikan


tugas tergantung pada usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut.
2) Tanggung jawab perseorangan yakni, keberhasilan kelompok sangat
tergantung dari masing-masing anggota kelompoknya.
3) Interaksi tatap muka yaitu memberikan kesempatan yang luas kepada setiap
anggota kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi
untuk saling memberi dan menerima informasi dari anggota kelompok lain.
4) Partisipasi dan komunikasi yaitu melatih peserta didik untuk dapat
berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran.
5) Evaluasi proses kelompok yakni memberi waktu bagi kelompok untuk
mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka, agar
selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

Dari unsur di atas dapat dikatakan bahwa dalam pembelajaran kooperatif

sesama siswa saling membutuhkan satu sama lainnya dalam menyelesaikan tugas
yang diberikan oleh guru untuk didiskusikan secara interaksi langsung, setiap siswa

harus ikut berpartisiapsi aktif dan bebas mengemukakan pendapatnya masing-

masing. Sehingga perseorangan mempunyai tanggung jawab untuk menciptakan

kelompok yang kompak dan berhasil dengan kerja sama yang lebih efektif.

4. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif

Ciri-ciri dari pembelajaran kooperatif adalah:

a. Setiap anggota memiliki peran

b. Terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa

c. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga

teman-teman sekelompoknya

d. Guru membantu mengembangkan keterampilan interpersonal kelompok

e. Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.

5. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidaknya tiga

tujuan pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman,

dan pengembangan keterampilan sosial. Para ahli telah menunjukkan bahwa

pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kinerja peserta didik dalam tugas-tugas

akademik, unggul dalam membantu peserta didik memahami konsep-konsep yang

sulit, dan membantu peserta didik menumbuhkan kemampuan berpikir kritis.

Pembelajaran kooperatif mempunyai efek yang berarti terhadap penerimaan

yang luas terhadap keragaman ras, budaya, dan agama, strata sosial, kemampuan dan

ketidakmampuan. Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada peserta didik

yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja menyelesaikan tugas bersama,
dan belajar saling menghargai satu sama lain. Keterampilan sosial kooperatif

berkembang secara signifikan dalam pembelajaran kooperatif. pembelajaran

kooperatif sangat tepat digunakan untuk melatih keterampilan kerja sama dan

kolaborasi.

C. Model pembelajaran Snowball Drilling

Model pembelajaran snowball drilling termasuk dalam model pembelajaran

kooperatif yang menekankan pada kerja kelompok yang menuntut peserta didik

untuk lebih berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran

snowball drilling menuntut peserta didik memahami dan menguasai konsep, karena

setiap peserta didik berpeluang menjawab soal yang digulirkan. Selain itu mereka

juga akan memiliki keterampilan dalam menyelesaikan soal-soal yang disediakan

oleh guru.

Dengan adanya diskusi, model pembelajaran ini melatih peserta didik dalam

mengembangkan keterampilan berkomunikasi, baik dengan guru maupun dengan

sesama teman. Peserta didik lebih bisa menggali seluruh potensi yang ada dalam diri

mereka, lebih nyaman dalam bertanya dan mengungkapkan pendapat tanpa rasa

malu. Suasana kelaspun menjadi cair sehingga aktifitas pembelajaran menjadi sangat

menyenangkan dan bermakna, jauh dari rasa takut, tegang ataupun bosan. Sehingga

secara tidak langsung minat dan motivasi belajar mereka menjadi meningkat yang

secara otomatis akan meningkatkan hasil belajar.

1. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Snowball Drilling

Menurut Suprijono (2010:105-106) Langkah-langkah model pembelajaran

Snowball Drilling adalah:


1) Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap
belajar.
2) Mempresentasikan materi kepada peserta didik.
3) Membagi peserta didik ke dalam beberapa kelompok kecil sesuai dengan
jumlah mereka.
4) Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara
pembentukan tim.
5) Menyiapkan soal-soal dalam kertas dan membaginya kepada setiap
kelompok.
6) Memberikan waktu 10-15 menit kepada peserta didik untuk berdiskusi
memecahkan masalah yang diberikan.
7) Menginstruksikan kepada peserta didik untuk membentuk bola dari kertas
soal yang telah diberikan.
8) Memberi aba-aba mulai untuk segera menggulirkan bola kertas dari satu
peserta didik ke peserta didik lain dalam kelompok masing-masing.
9) Memberi aba-aba “stop” untuk berhenti. Pada saat berhenti, peserta didik
yang mendapat bola kertas memilih salah satu soal yang terdapat pada
bola kertas untuk dikerjakan di papan tulis.
10) Langkah pada nomor 8 dan 9 diulang sampai dirasa cukup atau semua
soal dalam bola kertas terjawab semua.
11) Mengklarifikasi jawaban peserta didik.
12) Memberi penghargaan terhadap usaha peserta didik.

2. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Snowball Drilling

Kelebihan-kelebihan dari model pembelajaran snowball drilling adalah:

1. Dengan menggunakan model pembelajaran snowball drilling siswa

terlatih untuk lebih aktif dalam pembelajaran dan bertanggung jawab

dalam kelompoknya masing-masing.

2. Model pembelajaran snowball drilling menuntut siswa untuk memahami

dan menguasai konsep, sehingga perindividu siswa dalam kelompok

mampu mempertanggungjawabkan hasil yang mereka diskusikan.

3. Model pembelajaran snowball drilling melatih siswa untuk

berkomunikasi atau bertukar pendapat dengan sesama teman

kelompoknya tanpa ada rasa malu-malu.


4. Dalam model pembelajaran snowball drilling setiap kelompok harus

bekerjasama dengan anggota kelompoknya masing-masing untuk

menyelesaikan tugas sesuai dengan waktu yang telah ditentukan oleh

guru.

Kelemahan-kelemahan dari model pembelajaran snowball drilling adalah:

1. Model pembelajaran snowball drilling mengajak siswa untuk belajar

sambil bermain, sehingga agak terjadi keributan di saat menggelindingkan

bola salju.

2. Tidak semua siswa yang berlaku jujur dalam penggelindingan bola,

terkadang siswa takut untuk mempertanggungjawabkan hasil diskusi ke

depan kelas sehingga melemparkan bola ke teman lainnya.

3. Guru agak sulit mengontrol keamanan kelas saat siswa mulai

menggelindingkan bola ke sesama teman kelompoknya.

D. Kerangka Berfikir

Pembelajaran yang melibatkan siswa secaran langsung memerlukan

suatu model pembelajaran sebagai sarana untuk meningkatkan hasil belajar

yaitu dengan menerapkan model pembelajaran snowball drilling.

Pada kondisi awal, kualitas pembelajaran (keterampilan guru,

aktivitas siswa, respon siswa, hasil belajar siswa) masih rendah karena

menggunakan pendekatan tradisional.untuk meningkatkannya maka guru

menerapkan pembelajaran kooperatif yang salah satunya adalah snowball

drilling karena dengan model ini dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam

proses pembelajaran. Adapun pelaksanaannya dilakukan dalam dua siklus.


Masing-masing siklus dua kali pertemuanyang disertai dengan kegiatan

observasi. Setiap siklus menunjukkan keberhasilan yang berbeda pada hasil

belajar siswa. Dengan meningkatnya keterampilan gur, aktivitas dan respon

siswa dalam pembelajaran maka hasil belajar siswa meningkat dan kualitas

pembelajaran akan meningkat.

E. Hipotesis Tindakan

Hipotesis merupakan tindakan dugaan sementara terhadap suatu

masalah yang hendak diteliti kebenarannya perlu dilakukan melalui hasil

penelitian. Hipotesis tindakan penelitian kelas ini adalah “melalui penerapan

model pembelajaran snowball drilling pada materi komposisi dan fungsi

Dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI SMA Negeri 1 Banda Aceh

Tahun Ajaran …..

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas XI SMA Negeri 1 Banda

Aceh. Pemilihan kelas ini dikarenakan penulis mengajar dikelas tersebut, diharapkan

dapat menjawab permasalahan untuk mencapai tujuan penelitian.

2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2013-2014,

yaitu dari tanggal 12 maret 2011 sampai dengan tanggal 28 2011. Penentuan waktu

penelitian mengacu pada kalender akademik sekolah, karena penelitian ini

memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses belajar mengajar yang

efektif di kelas.

B. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Banda Aceh pada kelas XI

Tahun Ajaran 2010/2011 dengan jumlah siswa siswa yang terdiri dari 25 siswa laki-

laki dan 11 siswi perempuan.

C. Sumber Data

Data dalam penelitian ini berupa informasi mengenai penerapan model

snowball drilling dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa. Data tersebut digali

dari siswa kelas XI SMA Negeri 1 Banda Aceh tahun ajaran 2010/2011. Pada

penelitian tindakan kelas ini, siswa dianggap telah mencapai standar kelulusan

pelajaran jika mereka telah mendapatkan hasil belajar sebesar 75 dan pembelajaran

dianggap berhasil jika ketuntasan klasikal suatu kelas mencapai 70%.

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Tes
Tes dilakukan pada akhir siklus dalam proses pembelajaran dengan

menentukan hasil belajar dan mengevaluasi kinerja siswa.

b. Observasi

Observasi yang dilakukan dengan menggunakan lembaran instrument untuk

melihat kegiatan siswa dalam proses pembelajaran dan implementasi

pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe snowball

drilling.

1. Alat Pengumpul Data

Peneliti memberikan beberapa soal sebagai alat pengumpulan data

dalam penelitian tindakan kelas ini:

a. Instrument soal untuk dilaksanakan tes tulis.

b. Lembar observasi terhadap kinerja siswa yang diteliti.

E. Validasi Data

Validasi data dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini dengan cara

memasukkan nilai-nilai tes siswa kedalam daftar nilai yang telah disiapkan

sebelumnya. Kemudian data tersebut diolah dengan rumus statistic sederhana

sehingga terlihat hasil yang diinginkan. Sedangkan validasi data untuk lembar

observasi dilakukan dengan cara mempersentasekan jumlah siswa yang aktif sesuai

dengan butiran instrument observasi yang ditentukan, sehingga terlihat hasil berupa

kegagalan maupun keberhasilan pada pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan

penerapan model snowball drilling.

F. Analisis Data
Analisis data aktivitas siswa dengan menggunakan statistic deskriptif

persentase yaitu:

𝑓
𝑃 = 𝑥 100 % (Sudijono, 2010:43)
𝑁

Keterangan:

P = Angka persentase

f = Frekuensi/aktivitas siswa

N = Jumlah aktivitas siswa

G. Indikator Kinerja

Indicator keberhasilan diharapkan pada penelitian tindakan ini yaitu:

1. Terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari siklus 1 ke siklus berikutnya

hingga pada akhir mencapai KKM yang telah ditentukan.

2. Terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa pada setiap pertemuan.

3. Terjadi peningkatan pelaksanaan proses belajar mengajar yang

diselenggaran oleh guru dalam setiap pertemuan.

4. Terjadi peningkatan kemampuan siswa dalam menguasai materi

komposisi dan fungsi.

5. Terjadi peningkatan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran

disetiap pertemuan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

H. Prosedur Penelitian

Berkenaan dengan pokok permasalahn yang dirumuskan dalam judul

penelitian ini serta uraian masalah yang telah dirumuskan, maka jenis data yang akan
dkumpulkan adalah hasil belajar. Kompetensi belajar yang dimaksud adalah data

hasil belajar siswa dengan materi komposisi dan fungsi, oleh karena itu tekhnik

pengumpulan data yang digunakan adalah tes dan evaluasi kinerja siswa. Penulis

menggunakan instrument sebagai pengumpul data berupa lembar pertanyaan yang

harus diisi oleh siswa guna mengetahui peningkatan hasil belajar matematika, serta

beberapa butiran observasi yang juga akan diamati dari tingkah laku dan kinerja

siswa melalui penerapan model snowball drilling dalam materi komposisi dan fungsi.

Dalm penelitian tindakan kelas ini, peneliti menjalankan pembelajaran

menggunakan pendekatan dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa

khususnya dalam penguasaan materi komposisi dan fungsi, adapun secara singkat

tindakan yang peneliti laksanakan dalam penelitian ini yaitu dengan melaksanakan

tes awal pada tahap pra penelitian dan setelahnya menjalankan siklus pembelajaran.

Setiap siklus berisi empat langkah yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan

tindakan, tahap observasi dan tahap refleksi. Adapun yang akan peneliti laksanakan

dalam penelitian ini yaitu:

1. Pra Penelitian

a. Meminta izin kepada kepala sekolah untuk melakukan penelitian tindakan

kelas

b. Melakukan tes awal untuk kelas yang diadakan penelitian

2. Menjalankan Siklus

a. Tahap Perencanaan Siklus

1. Menyusun silabus yang wajib dilaksanakan oleh setiap guru.


2. Membuat rencana pembelajaran RPP untuk digunakan pada

pembelajaran yang akan dilakukan sesuai dengan model yang

diterapkan dalam penelitian ini yaitu snowball drilling.

3. Menyiapkan beberapa media yang akan digunakan dalam proses

pembelajaran

b. Tahap Perencanaan Siklus

Pelaksanaan siklus 1 pertemuan pertama pada tanggal 10 maret 2011 dan

pertemuan kedua pada tanggal 24 maret 2011 pada pembelajaran akhir siklus peneliti

mengambil nilaim dengan memberikan tes.

1. Kegiatan awal (14 menit)

a. Memberi salam

b. Membaca doa

c. Mengabsen siswa

d. Mengelola kelas

e. Apersepsi

f. Memberikan motivasi belajar

g. Menyampaikan tujuan pembelajaran.

h. Memberi pretest.

2. Kegiatan Inti (48 menit)

a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai

b. Guru menjelaskan materi pembelajaran dengan menggunakan gambar.

Penggunaan media gambar dalam hal ini dilakukan untuk menarik minat

siswa untuk lebih fokus pada penjelasan guru.


c. Guru membentuk 4 kelompok.

d. Guru membagikan lembar soal berupa pilihan ganda yang berkaitan

dengan materi.

e. Siswa berdiskusi untuk menyelesaikan soal secara berkelompok.

f. Setelah selesai peserta didik ditugaskan untuk membentuk lembar soal

seperti bola salju kemudian digelindingkan kepada teman

sekelompoknya.

g. Siswa yang mendapat gelindingan bola berkesempatan menjawab satu

soal di papan tulis

h. Langkah 8 dan 9 diulang hingga semua soal terjawab

3. Kegiatan Penutup (18 menit)

a. Guru mengklarifikasi jawaban siswa yang keliru dan memberikan

penghargaan kepada kelompok yang aktif

b. Guru bersama dengan siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

c. Memberikan posttest.

d. Memberikan pesan moral dan memberitahu siswa tentang materi yang

akan dipelajari pada pertemuan yang akan datang serta menutup

pelajaran dengan doa dalam salam.

c. Tahap Observasi Siklus

Pada tahap ini guru memperhatikan aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran. Pengamatan dilakukan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.

Adapun unsur-unsur yang dinilai pada penelitian ini adalah aktivitas siswa berdiskusi
dengan anggota kelompoknya, kemampuan siswa dalam menemukan sendiri dan

mentranspormasikan suatu materi sehingga mereka mudah memahaminya.

d. Refleksi Siklus

Pada tahap refleksi penulis memberikan umpan balik secara objektif yang

dideskripsikan dari hasil pembelajaran berupa keberhasilan maupun kegagalan dalam

pembelajaran yang telah berlangsung. Sehingga pengguasaan mata pelajaran

matematika khususnya pada materi komposisi dan fungsi. Jika tingkatan yang terjadi

belum mencapai kriteria ketuntasan minimum, maka perlu dilanjutkan proses

pembelajaran kesiklus selanjutnya yang meliputi tahapan yuang sama. Rancangan

tahapan penelitian ini ditampilkan pada bagan berikut:

Perencanaan

Refleksi SIKLUS 1 Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Pengamatan

Gambar 2.1 Siklus Rancangan Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto, 2011:16).


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kondisi Awal

Sebagaimana dikemukakan pada bab pendahuluan, hasil pembelajaran yang

selama ini pada pelajaran Matematika khususnya pada materi Komposisi dan fungsi

masih rendah, hal ini disebabkan karena pembelajaran yang dilaksanakan masih

secara konvensional atau pelaksanaan proses pembelajaran dengan gaya lama. Guru

hanya menjelaskan dan mencatat apa yang hendak diajarkan pada siswa disetiap jam

tatap muka, tanpa mengetahui siswa telah memahami materi tersebut atau tidak.

Akibatnya siswa menjadi tidak bergairah dalam mengikuti proses pembelajaran,

sehingga pembelajaran tidak berjalan optimal. Hal ini dapat kita lihat dari tes awal

yang dilakukan pada materi komposisi dan fungsi sebelum pembelajaran dijalankan

dengan model snowball drilling. Tes awal dilakukan oleh peneliti sebagai tolak ukur

kemampuan dasar siswa kelas XI SMA Negeri 1 Banda Aceh tahun 2011 dalam

menguasai materi komposisi dan fungsi.

Tabel 4.1 Hasil tes awal siswa kelas XI SMA Negeri 1 Banda Aceh tahun 2011
pada materi komposisi dan fungsi.
No Nama L/P KKM Nilai Ketuntasan
1 Adela Aufa P 65 60 TT
2 Dicky Dermawan L 65 66 T
3 Eykha Syuhada Wardani P 65 70 T
4 Farhan L 65 63 TT
5 Fathia Arami B Tou P 65 66 T
6 Fiqi Ruli Setiawan L 65 60 TT
7 Fitriani P 65 60 TT
8 Karina Hifnalisa P 65 62 TT
9 Koji Al Adam L 65 64 TT
10 M. Fadliansyah Natali L 65 60 TT
11 M. Sidiq AP L 65 64 TT
12 Mitria Syafitra P 65 63 TT
13 Mughni Syauqan L 65 61 TT
14 Muhammad Aziz L 65 60 TT
15 Nadia Rezkyna P 65 64 TT
16 Nanda Ramadhani P 65 66 T
17 Nanda Ulfa P 65 63 TT
18 Nisrina Hanum P 65 60 TT
19 Noprida Sari P 65 69 T
20 Oktavia Dwi Rahayu P 65 70 T
21 Putri Savira Dianaty P 65 62 T
22 Putroe Tisara Mentari P 65 60 TT
23 Ristyana Tri Hastuti P 65 65 T
24 Ruhul Aflah P 65 63 TT
25 Safila Islami P 65 61 TT
26 Siti balqis Riski M P 65 63 TT
27 Siti Utami P 65 62 TT
28 Syafiana Asra P 65 65 T
29 T. Agus Saputra L 65 60 TT
30 Titan Putra Arian L 65 62 TT
31 Ummi Kalsum P 65 65 T
32 Yulia Safitri P 65 65 T
Jumlah 2024
Nilai Rata-Rata 63,25
Persentase (%) 34,37
Tabel 4.1 di atas menunjukkan tes awal siswa yang dilakukan sebelum

penerapan model snowball drilling dalam pembelajaran, ketuntasan klasikal belajar

siswa hanya mencapai 34,37%. Nilai siswa terendah pada tes awal adalah 60 dan

nilai tertinggi 70 dengan nilai rata-rata pada tes awal 63,25%.

B. Siklus I

1. Pertemuan 1

a. Perencanaan

1. Menyusun silabus untuk pembelajaran materi komposisi dan fungsi yang

merupakan salah satu perangkat pembelajaran yang wajib dilaksanakan oleh

setiap guru.
2. Membuat rencana pembelajaran RPP untuk digunakan pada pembelajaran

yang akan dilakukan sesuai dengan model yang diterapkan dalam penelitian

ini yaitu snowball drilling.

3. Menyiapkan beberapa media yang akan digunakan dalam proses

pembelajaran.

b. Pelaksanaan Tindakan

Tahap pelaksanaan pembelajaran yang merupakan scenario RPP yang

telah didesain sedemikian rupa sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran

yang penulis laksanakan.

1) Kegiatan awal (14 menit)

a. Memberi salam

b. Membaca doa

c. Mengabsen siswa

d. Mengelola kelas

e. Apersepsi

f. Memberikan motivasi belajar

g. Menyampaikan tujuan pembelajaran.

h. Memberi pretest.

2) Kegiatan Inti (48 menit)

a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai

b. Guru menjelaskan materi pembelajaran dengan menggunakan gambar.

Penggunaan media gambar dalam hal ini dilakukan untuk menarik minat

siswa untuk lebih fokus pada penjelasan guru.


c. Guru membentuk 4 kelompok.

d. Guru membagikan lembar soal berupa pilihan ganda yang berkaitan

dengan materi.

e. Siswa berdiskusi untuk menyelesaikan soal secara berkelompok.

f. Setelah selesai peserta didik ditugaskan untuk membentuk lembar soal

seperti bola salju kemudian digelindingkan kepada teman

sekelompoknya.

g. Siswa yang mendapat gelindingan bola berkesempatan menjawab satu

soal di papan tulis

h. Langkah 8 dan 9 diulang hingga semua soal terjawab

3) Kegiatan Penutup (18 menit)

a. Guru mengklarifikasi jawaban siswa yang keliru dan memberikan

penghargaan kepada kelompok yang aktif.

b. Guru bersama dengan siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

c. Memberikan posttest.

d. Memberikan pesan moral dan memberitahu siswa tentang materi yang

akan dipelajari pada pertemuan yang akan datang serta menutup

pelajaran dengan doa dalam salam.

c. Pertemuan 2

a. Perencanaan

1) Mengidentifikasi dan merumuskan masalah dan kekurangan yang dialami

pada siklus I pertemuan 1.


2) Mencari jalan keluar dari setiap masalah yangb terjadi pada siklus 1

pertemuan 1.

3) Membuat rencana pembelajaran RPP untuk digunakan pada pembelajaran

yang akan dilakukan sesuai dengan model yang diterapkan dalam penelitian

ini yaitu snowball drilling.

4) Menyiapkan materi pembelajaran yang mudah dimengerti.

5) Menyusun instrument tes untuk penelitian pada akhir pembelajaran.

6) Menyiapkan lembar observasi dan memilih bahan ajar yang sesuai dengan

materi untuk mencapai ketuntasan belajar.

b. Pelaksanaan Tindakan

Tahap pelaksanaan pembelajaran yang merupakan scenario RPP yang

telah didesain sedemikian rupa sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran

yang penulis laksanakan.

1. Kegiatan awal (14 menit)

a. Memberi salam

b. Membaca doa

c. Mengabsen siswa

d. Mengelola kelas

e. Apersepsi

f. Memberikan motivasi belajar

g. Menyampaikan tujuan pembelajaran.

h. Memberi pretest.

2. Kegiatan Inti (48 menit)


a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai

b. Guru menjelaskan materi pembelajaran dengan menggunakan gambar.

Penggunaan media gambar dalam hal ini dilakukan untuk menarik

minat siswa untuk lebih fokus pada penjelasan guru.

c. Guru membentuk 4 kelompok.

d. Guru membagikan lembar soal berupa pilihan ganda yang berkaitan

dengan materi.

e. Siswa berdiskusi untuk menyelesaikan soal secara berkelompok.

f. Setelah selesai peserta didik ditugaskan untuk membentuk lembar soal

seperti bola salju kemudian digelindingkan kepada teman

sekelompoknya.

g. Siswa yang mendapat gelindingan bola berkesempatan menjawab satu

soal di papan tulis

h. Langkah 8 dan 9 diulang hingga semua soal terjawab

3. Kegiatan Penutup (18 menit)

a. Guru mengklarifikasi jawaban siswa yang keliru dan memberikan

penghargaan kepada kelompok yang aktif.

b. Guru bersama dengan siswa menyimpulkan materi yang telah

dipelajari.

c. Memberikan posttest.

d. Memberikan pesan moral dan memberitahu siswa tentang materi yang

akan dipelajari pada pertemuan yang akan datang serta menutup

pelajaran dengan doa dalam salam.


Hasil belajar siswa yang diperoleh dari hasil tes pada akhir siklus I dapat

dilihat pada tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.2 Hasil tes siswa kelas XI SMA Negeri 1 Banda Aceh tahun 2011 pada
materi komposisi dan fungsi akhir siklus I.
No Nama L/P KKM Nilai Ketuntasan
1 Adela Aufa P 65 60 TT
2 Dicky Dermawan L 65 68 T
3 Eykha Syuhada Wardani P 65 72 T
4 Farhan L 65 68 T
5 Fathia Arami B Tou P 65 75 T
6 Fiqi Ruli Setiawan L 65 63 TT
7 Fitriani P 65 64 TT
8 Karina Hifnalisa P 65 69 T
9 Koji Al Adam L 65 73 T
10 M. Fadliansyah Natali L 65 60 TT
11 M. Sidiq AP L 65 75 T
12 Mitria Syafitra P 65 63 TT
13 Mughni Syauqan L 65 61 TT
14 Muhammad Aziz L 65 60 TT
15 Nadia Rezkyna P 65 80 T
16 Nanda Ramadhani P 65 78 T
17 Nanda Ulfa P 65 63 TT
18 Nisrina Hanum P 65 60 TT
19 Noprida Sari P 65 69 T
20 Oktavia Dwi Rahayu P 65 70 T
21 Putri Savira Dianaty P 65 62 T
22 Putroe Tisara Mentari P 65 60 TT
23 Ristyana Tri Hastuti P 65 77 T
24 Ruhul Aflah P 65 67 T
25 Safila Islami P 65 61 TT
26 Siti balqis Riski M P 65 79 T
27 Siti Utami P 65 62 TT
28 Syafiana Asra P 65 65 T
29 T. Agus Saputra L 65 60 TT
30 Titan Putra Arian L 65 62 TT
31 Ummi Kalsum P 65 78 T
32 Yulia Safitri P 65 77 T
Jumlah 2161
Nilai Rata-Rata 67,53
Persentase (%) 53,12
Keterangan:

T = Tuntas
TT = Tidak Tuntas

Berdasarkan Tabel 4.2 di atas nilai rata-rata untuk 32 siswa adalah 67,53 dan

yang tuntas hanya 18 siswa dan yang tidak tuntas 14 siswa, nilai tertinggi 80 dan

yang terendah 60. Secara klasikal kelas hanya 53,12, yang tuntas hanya melihat nilai

seperti ini, peneliti mencoba melakukan remedial pembelajaran pada materi yang

sama dengan pembelajaran menggunakan model yang sama.

c. Observasi

Hasil observasi aktivitas siswa pada akhir proses belajar mengajar siklus I

dapat dilihat pada tabel 4.3 sebagai berikut:

Tabel 4.3 Hasil pengamatan aktivitas siswa kelas XI SMA Negeri 1 Banda
Aceh tahun 2011 pada materi komposisi dan fungsi akhir siklus I.
Jumlah
No Aspek yang diamati Persentase
siswa aktif
1 Siswa memperhatikan penjelasan guru 19 59,37
2 Siswa aktif bekerja sama dengan teman
16 50
kelompoknya
3 Siswa mampu menjalankan pembelajaran dengan
15 46,87
penerapan model snowball drilling dengan tertib
4 Siswa yang mampu menyelesaikan soal yang
diberikan oleh guru mengenai materi komposisi 17 53,12
dan fungsi
5 Siswa berdiskusi dalam mengambil kesimpulan
17 53,12
dari hasil pembelajaran.
6 Siswa mengikuti pembelajaran dengan aktif dan
18 56,25
tertib.
Jumlah 318,73
Rata-rata aktivitas siswa (%) 53,12

Berdasarkan tabel 4.3 Siswa memperhatikan penjelasan guru sebanyak 19

orang siswa dan yang tidak memperhatikan penjelasan guru sebanyak 13 siswa.

Siswa aktif bekerja sama dengan anggota kelompoknya adalah sebanyak 16 siswa

dan yang tidak aktif sebanyak 16 siswa. Siswa mampu menjalankan pembelajaran

dengan penerapan model snowball drilling dengan tertib dan baik sebanyak 15 siswa,
sedangkan yang tidak mampu sebanyak 17 siswa. Siswa yang mampu menyelesaikan

soal yang diberikan oleh guru mengenai materi komposisi dan fungsi adalah 17

sebanyak siswa dan yang tidak mampu 15 sebanyak siswa. Siswa berdiskusi dalam

mengambil kesimpulan dari hasil pembelajaran sebanyak 17 siswa dan yang tidak

sebanyak 15 siswa. Siswa yang mengikuti pembelajaran dengan aktif dan tertib

adalah sebanyak 18 siswa dan yang tidak 14 siswa orang. Dari data keseluruhan hasil

observasi akhir siklus I pada pembelajaran dengan penerapan model snowball

drilling pada materi komposisi dan fungsi dapat kita lihat rata-rata keaktifan siswa

siswa dalam proses pembelajaran sebesar 53,12%.

d. Refleksi

Berdasarkan pengamatan berbagai aktivitas belajar siswa selama proses

pembelajaran berlangsung, ditemukan berbagai kelemahan yang akan direfleksikan

dan diperbaiki pada siklus II.

Proses pembelajaran telah berjalan lebih baik dibandingkan dengan hasil

belajar pada tes awal. Namun pada siklus I terdapat beberapa hal yang masih perlu

diperbaiki dan ditingkatkan pada siklus II antara lain, guru harus mampu

meningkatkan penguasaan kelas sehingga seluruh siswa yang lebih memperhatikan

penjelasan guru. Guru harus menyajikan materi dalam bentuk lebih menarik agar

siswa senang dalam mengikuti pembelajaran. Guru harus mampu memberi

pemahaman yang lebih tentang model yang dijalankan sehingga suasana kelas

terlihat lebih hidup dengan dijalankan model tersebut. Guru harus meningkatkan

kerjasama yang terjalin dalam kelompok. Guru harus meningkatkan kerjasama yang

terjalin dalam kelompok. Guru harus meningkatkan wawasan siswa agar mereka
dapat mengaitkan soal-soal yang berbentuk masalah dalam kehidupan sehari-hari

dengan kehidupan nyata yang siswa alami.

C. Siklus II

1. Pertemuan 1

a. Perencanaan

1. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah pada siklus I.

2. Membuat rencana pembelajaran RPP untuk digunakan pada

pembelajaran siklus II.

3. Menyiapkan materi pembelajaran yang mudah dimengerti.

b. Pelaksanaan Tindakan

Tahap pelaksanaan pembelajaran yang merupakan scenario RPP yang

telah didesain sedemikian rupa sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran

yang penulis laksanakan.

1. Kegiatan awal

a. Memberi salam

b. Membaca doa

c. Mengabsen siswa

d. Mengelola kelas

e. Apersepsi

f. Memberikan motivasi belajar

g. Menyampaikan tujuan pembelajaran.

h. Memberi pretest.

2. Kegiatan Inti
a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai

b. Guru menjelaskan materi pembelajaran dengan menggunakan

gambar. Penggunaan media gambar dalam hal ini dilakukan untuk

menarik minat siswa untuk lebih fokus pada penjelasan guru.

c. Guru membentuk 4 kelompok.

d. Guru membagikan lembar soal berupa pilihan ganda yang berkaitan

dengan materi.

e. Siswa berdiskusi untuk menyelesaikan soal secara berkelompok.

f. Setelah selesai peserta didik ditugaskan untuk membentuk lembar

soal seperti bola salju kemudian digelindingkan kepada teman

sekelompoknya.

g. Siswa yang mendapat gelindingan bola berkesempatan menjawab

satu soal di papan tulis

h. Langkah 8 dan 9 diulang hingga semua soal terjawab

3. Kegiatan Penutup

a. Guru mengklarifikasi jawaban siswa yang keliru dan memberikan

penghargaan kepada kelompok yang aktif.

b. Guru bersama dengan siswa menyimpulkan materi yang telah

dipelajari.

c. Memberikan pekerjaan rumah.

d. Memberikan pesan moral dan memberitahu siswa tentang materi

yang akan dipelajari pada pertemuan yang akan datang serta

menutup pelajaran dengan doa dalam salam.


2. Pertemuan 2

a. Perencanaan

a. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah dan kekurangan yang dialami

pada siklus II pertemuan I.

b. Mencari jalan keluar dari setiap masalah yang terjadi pada siklus II

pertemuan I.

c. Membuat rencana pembelajaran RPP untuk digunakan pada siklus II

pertemuan II.

d. Menyiapkan materi pembelajaran yang mudah dimengerti.

e. Menyusun instrument tes untuk penelitian pada akhir pembelajaran.

f. Menyiapkan lembar observasi dan memilih bahan ajar yang sesuai

dengan materi untuk mencapai ketuntasan belajar.

b. Pelaksanaan Tindakan

Tahap pelaksanaan pembelajaran yang merupakan scenario RPP yang

telah didesain sedemikian rupa sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran

yang penulis laksanakan.

1. Kegiatan awal

a. Memberi salam

b. Membaca doa

c. Mengabsen siswa

d. Mengelola kelas

e. Apersepsi

f. Memberikan motivasi belajar


g. Menyampaikan tujuan pembelajaran.

2. Kegiatan Inti

a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai

b. Guru menjelaskan materi pembelajaran dengan menggunakan gambar.

Penggunaan media gambar dalam hal ini dilakukan untuk menarik

minat siswa untuk lebih fokus pada penjelasan guru.

c. Guru membentuk 4 kelompok.

d. Guru membagikan lembar soal berupa pilihan ganda yang berkaitan

dengan materi.

e. Siswa berdiskusi untuk menyelesaikan soal secara berkelompok.

f. Setelah selesai peserta didik ditugaskan untuk membentuk lembar soal

seperti bola salju kemudian digelindingkan kepada teman

sekelompoknya.

g. Siswa yang mendapat gelindingan bola berkesempatan menjawab satu

soal di papan tulis

h. Langkah 8 dan 9 diulang hingga semua soal terjawab

3. Kegiatan Penutup

a. Guru mengklarifikasi jawaban siswa yang keliru dan memberikan

penghargaan kepada kelompok yang aktif.

b. Guru bersama dengan siswa menyimpulkan materi yang telah

dipelajari.

c. Memberikan pretest
d. Memberikan pesan moral dan memberitahu siswa tentang materi yang

akan dipelajari pada pertemuan yang akan datang serta menutup

pelajaran dengan doa dalam salam.

Hasil belajar siswa yang diperoleh dari hasil tes pada akhir siklus I dapat

dilihat pada tabel 4.4 berikut:

Tabel 4.4 Hasil tes siswa kelas XI SMA Negeri 1 Banda Aceh tahun 2011 pada
materi komposisi dan fungsi akhir siklus II
No Nama L/P KKM Nilai Ketuntasan
1 Adela Aufa P 65 85 T
2 Dicky Dermawan L 65 83 T
3 Eykha Syuhada Wardani P 65 86 T
4 Farhan L 65 88 T
5 Fathia Arami B Tou P 65 84 T
6 Fiqi Ruli Setiawan L 65 64 TT
7 Fitriani P 65 87 T
8 Karina Hifnalisa P 65 82 T
9 Koji Al Adam L 65 83 T
10 M. Fadliansyah Natali L 65 86 T
11 M. Sidiq AP L 65 83 T
12 Mitria Syafitra P 65 85 T
13 Mughni Syauqan L 65 87 T
14 Muhammad Aziz L 65 82 T
15 Nadia Rezkyna P 65 74 T
16 Nanda Ramadhani P 65 77 T
17 Nanda Ulfa P 65 83 T
18 Nisrina Hanum P 65 70 T
19 Noprida Sari P 65 75 T
20 Oktavia Dwi Rahayu P 65 77 T
21 Putri Savira Dianaty P 65 75 T
22 Putroe Tisara Mentari P 65 87 T
23 Ristyana Tri Hastuti P 65 84 T
24 Ruhul Aflah P 65 63 TT
25 Safila Islami P 65 83 T
26 Siti balqis Riski M P 65 88 T
27 Siti Utami P 65 84 T
28 Syafiana Asra P 65 85 T
29 T. Agus Saputra L 65 64 TT
30 Titan Putra Arian L 65 82 T
31 Ummi Kalsum P 65 87 T
32 Yulia Safitri P 65 63 TT
Jumlah 2566
Nilai Rata-Rata 80,18
Persentase (%) 87,5
Keterangan:

T = Tuntas

TT = Tidak Tuntas

Berdasarkan Tabel 4.4 di atas nilai rata-rata untuk 32 siswa adalah 87,5.

Ketuntasan belajar siswa mencapai 28 siswa dan yang tidak tuntas 4 siswa. Nilai

tertinggi 88 dan yang terendah 63. Secara klasikal kelas yang tuntas mencapai

87,5%.

Pada siklus II siswa menunjukkan respon yang sangat baik dalam mngikuti

pembelajaran. Siswa sudah mulai terbiasa dengan pembelajaran menggunakan model

snowball drilling. Adapun hasil observasi aktivitas siswa pada akhir proses belajar

mengajar siklus I dapat dilihat pada tabel 4.5 sebagai berikut:

Tabel 4.5 Hasil pengamatan aktivitas siswa kelas XI SMA Negeri 1 Banda
Aceh tahun 2011 pada materi komposisi dan fungsi akhir siklus II.
Jumlah
No Aspek yang diamati persentase
siswa aktif
1 Siswa memperhatikan penjelasan guru 27 84.37%
2 Siswa bekerja sama dengan teman kelompoknya 25 78,12%
3 Siswa mampu menjalankan pembelajaran dengan
24 75%
penerapan model snowball drilling dengan tertib
4 Siswa yang mampu menyelesaikan soal yang
diberikan oleh guru mengenai materi komposisi 26 81,25%
dan fungsi
5 Siswa berdiskusi dalam mengambil kesimpulan
25 78,12%
dari hasil pembelajaran.
6 Siswa mengikuti pembelajaran dengan aktif dan
27 84,37%
tertib.
Jumlah 481,23%
Rata-rata aktivitas siswa (%) 80,20%

Berdasarkan tabel 4.5 Siswa memperhatikan penjelasan guru sebanyak 27

siswa dan yang tidak memperhatikan penjelasan guru sebanyak 5 siswa. Siswa
bekerja sama dengan anggota kelompoknya adalah sebanyak 25 siswa dan yang tidak

aktif sebanyak 7 siswa. Siswa mampu menjalankan pembelajaran dengan penerapan

model snowball drilling dengan tertib dan baik sebanyak 24 siswa, sedangkan yang

tidak mampu sebanyak 8 siswa. Siswa yang mampu menyelesaikan soal yang

diberikan oleh guru mengenai materi komposisi dan fungsi adalah sebanyak 26

siswa, dan yang tidak mampu sebanyak 6 siswa. Siswa berdiskusi dalam mengambil

kesimpulan dari hasil pembelajaran sebanyak 25 siswa dan yang tidak sebanyak 7

siswa. Siswa yang mengikuti pembelajaran dengan aktif dan tertib adalah sebanyak

27 siswa dan yang tidak 5 orang. Dari data keseluruhan hasil observasi akhir siklus I

pada pembelajaran dengan penerapan model snowball drilling pada materi komposisi

dan fungsi dapat kita lihat rata-rata keaktifan siswa siswa dalam proses pembelajaran

sebesar 80,20%.

c. Refleksi

Secara keseluruhan hasil belajar siswa mengalami peningkatan, hal ini

disebabkan karena setiap siswa terlihat aktif dalam setiap tahapan yang ada dalam

pembelajaran dengan penerapan model snowball drilling, setiap siswa telah terbiasa

belajar dengan model tersebut. Wawasan seluruh siswa lebih terbuka sehingga

mereka dapat mnagitkan semua materi yang diajarkan dengan kejadian nyata dalam

kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, diharapkan seluruh siswa lebih mudah

mengingat materi yang diajarkan dengan kehidupan nyata sehari-hari. Selain itu

seluruh siswa juga menikmati suasana belajar yang lebih hidup karena guru telah

memodifikasi pembelajaran menjadi lebih menantang dan menyenangkan.


Pada akhir siklus II terlihat hasil pembelajaran telah mencapai target yang

diharapkan dimana ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah mencapai atau

lebih dari 70% anggota kelas. Dengan demikian maka pembelajaran materi

komposisi dan fungsi dianggap telah tuntas pada akhir siklus II.

D. Pembahasan Tiap Siklus dan Antar Siklus

Sesuai teori belajar, siswa mengalmi perubahan kinerja sebelum dan sesudah

berada dalam pembelajaran. Siswa mampu memahami dan menerapkan pengetahuan

yang telah dipelajari untuk memecahkan berbagai soal dalam kehidupan sehari-hari.

Demikian pula dengan adanya pembelajaran dengan penerapan model

snowball drilling akan meningkatkan minat belajar siswa dalam mengikuti

pembelajaran sehingga mereka dapat digolongkn aktif. Aktivitas belajar yag

digunakan dalam pendekatan ini adalah memecahkan masalah secara berdiskusi

dengan anggota kelompoknya masing-masing dan bermain peran langsung sesuai

materi yang diajarkan.

Aktivitas guru sangat mempengaruhi proses dan hasil belajar, karena

didalamnya guru menggunakan model pembelajaran yang sesuai dalam mengajar.

Kegatan yang guru lakukan pada siklus I menunjukkan kinerja guru yang cukup baik.

Namun, beberapa hal perlu dilakukan beberapa perbaikan, diantaranya guru harus

mampu meningkatkan penguasaan kelas sehingga siswa lebih memperhatikan

penjelasan guru. Guru harus menyajikan materi dalam bentuk yang lebih menarik

agar siswa senang mengikuti pembelajaran. Guru harus mampu memberi

pemahaman yang lebih tentang model yang dijalankan sehingga suasana kelas

terlihat lebih hidup dengan dijalankan model tersebut. Guru harus menjalin
kerjasama yang terjalin dalam kelompok. Hal yang dianggap kekurangan pada siklus

I telah peneliti tekan seminimal mungkin pada siklus II. Usaha yang peneliti lakukan

telah mendapat hasil pada siklus II dimana hasil belajar hasil belajar siswa telah

mencapai target yang telah peneliti harapkan yaitu ketuntasan klasikal kelas lebih

dari 70% anggota kelas.

Pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran snowball

drilling dalam proses pembelajaran menunjukkan hasil yang positif. Model ini

mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar dapat dilihat

pada diagram berikut:

Berdasarkan diagram diatas terlihat jelas peninkatan hasil belajar siswa pada

materi komposisi dan fungsi dengan penerapan model snowball drilling. pada tes

awal persentase ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal adalah 34,37%, setelah

diterapkan model snowball drilling dalam proses pembelajaran pada akhir siklus I

hasil belajar siswa secara klasikal mengalami peningkatan menjadi 53,12%.

Ketuntasan yang diharapkan oleh peneliti belum tercapai, oleh karena itu peneliti

melanjutkan pembelajaran kesiklus II. Paa akhir siklus II peningkatan hasil belajar

kembali terlihat meningkat dengan pesat yaitu ketuntasan belajar secara klasikal

mencapai 87,5%. Dengan hasil demikian maka pembelajaran dianggap berhasil.

Secara rinci perbandingan peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat pada

tabel 4.6.

Tabel 4.6 Data Hasil Belajar Siswa


Perolehan Nilai Hasil
Ketuntasan (%)
Kegiatan Belajar (KKM 65)
Nilai 65 Nilai 65 Tuntas Tidak Tuntas
keatas kebawah
Tes Awal 11 21 11 21
Siklus I 18 14 18 14
Siklus II 28 4 28 4

Berdasarkan Tabel 4.6 terlihat peningkatan hasil belajar siswa pada setiap

siklus. Peningkatan ini menandakan bahwa penerapan model snowball drilling

memberikan pengaruh yang positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Secara

keseluruhan, penerapan model snowball drilling telah memberikan peningkatan hasil

belajar pada siswa dan telah mencapai indikator ketuntasan hasil belajar secara

klasikal yang ditetapkan oleh guru.

Penerapan model snowball drilling juga telah memperlihatkan peningkatan

persentase siswa yang aktif dalam dalam proses pembelajaran pada setiap siklus.

Perbandingan siswa yang aktif dalam proses pembelajaran antar siklus dapat dilihat

pada diagram dibawwah ini.

Berdasarkan diagram diatas, telah terjadi peningkatan persentase keaktifan

siswa dalam proses pembelajaran.

Jumlah siswa
persentase
aktif
No Aspek yang diamati
Siklus Siklus Siklus
Siklus I
I II II
1 Siswa memperhatikan penjelasan guru 19 27 59,37% 84.37%
Siswa bekerja sama dengan teman
2 16 25 50% 78,12%
kelompoknya
Siswa mampu menjalankan
3 pembelajaran dengan penerapan model 15 24 46,87% 75%
snowball drilling dengan tertib
Siswa yang mampu menyelesaikan
4 soal yang diberikan oleh guru 17 26 53,12% 81,25%
mengenai materi komposisi dan fungsi
Siswa berdiskusi dalam mengambil
5 17 25 53,12% 78,12%
kesimpulan dari hasil pembelajaran.
Siswa mengikuti pembelajaran dengan
6 18 27 56,25% 84,37%
aktif dan tertib.
Jumlah 318,73 481,23
% %
Rata-rata aktivitas siswa (%) 53,12 80,20%

BAB V

PENUTUP

1.1 Simpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data penelitian, maka dapat disimpulkan:

1. Ada peningkatan hasil belajar siswa kelas VIIA SMP Negeri 2 Meureudu pada

materi gejala-gejala atmosfer serta pengaruhnya terhadap kehidupan melalui

implementasi model pembelajaran kooperatif tipe snowball drilling. Hal ini

dapat dilihat dari ketuntasan klasikal sebesar 56,25 persen pada siklus

pertama menjadi 93,75 persen pada siklus kedua. Ketuntasan individual juga

terjadi peningkatan mulai dari siklus pertama sebesar 60 persen, menjadi 90

persen pada siklus kedua.

2. Aktivitas guru dan siswa dari siklus pertama sampai siklus kedua terjadi

peningkatan yaitu pada siklus pertama aktivitas guru dan siswa sebagian

besar dikategorikan kurang baik, sedangkan pada siklus kedua aktivitas guru

dan siswa keseluruhannya dikategorikan baik. Aktivitas guru yang dominan

muncul adalah kegiatan guru menggunakan waktu membagikan lembar soal

kepada setiap kelompok dan meminta siswa untuk mendiskusikan

jawabannya dengan kelompok masing-masing, sedangkan aktivitas siswa


yang paling dominan adalah siswa memahami soal yang diberikan guru dan

mendiskusikan jawaban bersama teman kelompoknya masing-masing.

3. Ada peningkatan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran melalui

implementasi model pembelajaran kooperatif tipe snowball drilling yaitu dari

kategori sedang dengan perolehan skor 2,53 pada siklus pertama, menjadi

kategori sangat baik dengan perolehan skor 3,53 pada siklus kedua.

4. Ada peningkatan pemahaman siswa pada materi gejala atmosfer serta

pengarunya terhadap kehidupan melalui implemetasi model pembelajaran

snowball drilling. Hal ini dilihat dari respon siswa yang mengatakan bahwa

dengan belajar melalui implemetasi model pembelajaran kooperatif tipe

snowball drilling dapat meningkatkan pemahaman mereka terhadap materi

yang telah dipelajari yaitu gejala-gejala atmosfer serta pengaruhnya teradap

kehidupan.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis menyarankan:

1. Mengingat implementasi model pembelajaran kooperatif tipe snowball

drilling dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa dan efektif digunakan

pada materi gejala-gejala atmosfer serta pengaruhnya terhadap kehidupan di

SMP Negeri 2 Meureudu, maka disarankan kepada guru IPS untuk

mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif tipe snowball drilling,

agar siswa lebih antusias, aktif, bekerja sama, dan bertanggung jawab dalam

kegiatan pembelajaran.
2. Diharapkan kepada pihak instansi terkait agar lebih banyak memberikan

pelatihan dan penataran kepada guru dalam hal pemilihan metode-metode

atau model-model pembelajaran dalam upaya meningkatkan prestasi belajar

siswa dan mutu pendidikan yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

Akmam, Datul. 2011. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball


Drilling Dengan Bantuan Alat Peraga Terhadap Peningkatan Hasil
Belajar Peserta Didik Pada Sub Pokok Bahasan Tabung Kelas IX MTs
Miftahul Falah Bonang Demak Tahun Pelajaran 2011/2012”. Skripsi
S1 (Online), Jurusan Matematika, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang.
Arikunto, Suharsimi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

________________. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Http://internetsebagaisumberbelajar.blogspot.com/2010/07/pengertian-implemen
tasi. html diakses pada tanggal 10 Maret 2013, jam 13.30 WIB).

Imanuddin. 1998. Proses Pembelajaran. Bandung: Tarsito.

Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif: Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi


Antar Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kunandar. 2011. Langkah-langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai


Pengembangan Profesi Guru. Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali Pers.

Muhibbin Syah. 2010. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung:


Remaja Rodaskarya.

Rusman. 2001. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme


Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sanjaya, Wina. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Slameto. 1990. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT
Rineka Cipta. Cet. Ke-4.

_______. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT


Rineka Cipta. Cet. Ke-4.

Sudijono, Anas. 2005. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Quantum Teaching.

_____________. 2010. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Grafindo


Persada.

Sudjana, Nana. 2002. Penilaian Hasil Proses Pembelajaran, Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Sugandi. 2009. Model- Model Pembelajaran Inovatif. Bandung: Alfabeta.

Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Syafaruddin dan Irwan Nasution. 2005. Manajemen Pembelajaran. Jakarta: Quantum


Teaching.

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inofativ berorientasi Kontruktifistik.


Jakarta: Prestasi Pustaka.

Usman, Unzer. 2006. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

You might also like