Professional Documents
Culture Documents
Perusahaan angkutan umum merupakan salah satu media transportasi yang digunakan
masyarakat secara bersama-sama dengan membayar tarif tertentu. Angkutan jalan raya, meliputi
angkutan yang menggunakan alat angkut berupa manusia, hewan, pedati, sepeda motor, becak,
bus, truck, dan kendaraan bermotor lainnya. Tenaga yang digunakan adalah tenaga manusia,
tenaga hewan, tenaga uap, BBM (bahan bakar minyak), dan diesel. Angkutan adalah pemindahan
barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan. Transportasi adalah perpindahan dari
suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan alat pengangkutan, baik yang digerakkan oleh
agar lebih mudah mengetahui pihak mana yang bertanggung jawab apabila terjadi kecelakaan
dan resiko yang di tanggung perusahaan, Mr. E. Suherman mengemukakan tanggung jawab
pengangkutan adalah suatu perbuatan yang dibebankan kepada kedua belah pihak yang bersifat
karena perpindahan itu mutlak di perlukan untuk mencapai dan meninggikan manfaat secara
efisien. Sedangkan angkutan adalah pemindahan orang dan barang dari suatu tampat ke tempat
lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan (UU Nomor 22 Tahun 2009
tentang lalu lintas dan angkutan jalan). Penumpang adalah seseorang yang hanya menumpang,
baik itu pesawat, kereta api, bus, maupun jenis transfortasi lainnya, tetapi tidak
16
yang ikut dalam perjalanan dalam suatu wahana dengan membayar, wahana bisa berupa taxi,
bus, kereta api, kapal, ataupun pesawat. Kecelakaan adalah merujuk kepada peristiwa yang
terjadi secara tidak sengaja. Kata kecelakaan berasal dari kata dasar celaka. Penambahan
imbuhan “ke” dan “an” menunjukan nasib malang yang terjadi atau menimpa. Kecelakaan lalu
lintas adalah kejadian dimana sebuah kendaraan bermotor tabrakan dengan benda lain dan
menyebabkan kerusakan.
atas kerugian yang di derita oleh penumpang, pengirim barang atau pihak ketiga karena
kelalaiannya dalam melaksanakan pelayanan angkutan. Besarnya ganti kerugian tersebut adalah
sebesar kerugian yang secara nyata di derita oleh penumpang, pengirim barang, atau pihak
ketiga. Tanggung jawab pengusaha angkutan umum tersebut di mulai sejak di angkutnya
penumpang sampai di tempat tujuan pengangkutan yang telah disepakati. Sedangkan tanggung
jawab mengenai barang di mulai sejak diterimanya barang yang akan di angkut sampai
Pada pengangkutan darat dengan kendaraan bermotor, tempat pemuatan dan penurunan
penumpang dan barang disebut terminal. Menutut ketentuan pasal 9 (1) UU LLAJ, untuk
mendorong kelancaran mobilitas orang maupun arus barang dan untuk terlaksananya
keterpaduan intra dan antarmoda secara lancar dan tertib, di tempat-tempat tertentu dapat
terminal merupakan simpil dan system jaringan transportasi jalan yang berfungsi pokok sebagai
pelayanan umum antara lain berupa dan tempat untuk naik turun penumpang dan atau bongkar
17
Tujuan pengangkutan dengan kendaraan bermotor secara khusus diatur dalam pasal 3
bertujuan untuk :
1. Mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan dengan selamat, aman, cepat, lancer,
tertib dan teratur, nyaman dan efisien, dengan biaya yang terjangkau oleh daya
beli masyarakat.
2. Mampu memadukan moda transportasi lainnya
3. Mampu menjangkau seluruh pelosok wilayah daratan
4. Menunjang pemertaan, pertumbuhan dan stabilitas pembangunan nasional
5. Sebagai pendorong, penggerak, penunjang pembangunan nasional. 12
Mampu memadukan moda pengangkutan dalam pasal ini adalah kemampuan moda lalu
lintas dan angkutan jalan untuk memadukan moda pengangkutan kereta api, laut dan udara satu
dengan lainnya, antara lain dengan menghubungkan dan mendiminasikan antar terminal atau
simpul-simpul lainnya dengan ruang kegiatan. Mampu mengjangkau seluruh pelosok wilayah
daratan mengangdung pengertian bahwa lalu lintas dan angkutan jalan memiliki kemampuan
untuk memberikan pelayanan sampai keseluruh pelosok wilayah daratan baik melalui prasarana
lalu lintas dan angkutan jalan itu sendiri atau merupakan keterpaduan dengan lintas sungai atau
danau, maupun keterpaduan dengan moda pengangkutan kereta api, laut, dan udara.
18
pengangkut, pemindahan ketempat tujuan yang telah ditentukan, dan pembongkaran/ penurunan
ditempat tujuan tersebut. Tetapi proses ini baru dapat diamati bila diterapkan secara nyata pada
setiap pengangkutan. Dengan kata lain teori hukum pengangkutan hanyalah mempunyai arti bila
diwujudkan melalui setiap jenis pengangkutan, yaitu pengangkutan darat, perairan, dan udara.
undang atau perjanjian bagaimana seharusnya para pihak berbuat, sehingga tujuan pengangkutan
itu tercapai. Tetapi praktik hukum pengangkutan menyatakan peristiwa perbuatan pihak -pihak
sehingga tujuan pengangkutan itu tercapai dan ada pula yang tidak tercapai. Tidak tercapainya
tujuan dapat terjadi karena wanprestasi salah satu pihak atau karena keadaan memaksa (force
majeur).
Secara umum dinyatakan bahwa setiap pengangkutan bertujuan untuk tiba di tempat
tujuan dengan selamat dan meningkatkan nilai guna baik bagi penumpang maupun barang yang
diangkut. Tiba ditempat tujuan artinya proses pemindahan dari satu tempat ke tempat tujuan
berlangsung tanpa hambatan dan kemacetan, sesuai dengan waktu yang direncanakan. Dengan
selamat artinya penumpang dalam keadaan sehat, tidak mengalami bahaya yang mengakibatkan
luka, sakit, atau meninggal dunia. Jika yang di angkut barang, selamat arrtinya barang yang
nilai guna artinya nilai sumber daya manusia dan barang di tempat tujuan menjadi lebih tinggi
19
karena perpindahan itu mutlak diperlukan untuk mencapai dan meninggikan manfaat serta
efisien.13
Di dalam angkutan terdapat unsur-unsur yang terkait erat dalam berjalannya konsep
Angkutan memiliki fungsi dan manfaat yang terklasifikasi menjadi beberapa bagian
penting. Angkutan memiliki fungsi yang terbagi menjadi dua yaitu melancarkan arus barang dan
menciptakan manfaat. Angkutan adalah salah satu jenis kegiatan yang menyangkut
peningkatan kebutuhan manusia dengan mengubah letak geografis barang dan orang
13
Sinta Uli, Pengangkutan:Suatu Tinjauan Hukum Multimoda Transport, Angkutan Laut, Angkutan Darat,
Udara, Penerbit Usu Press, Medan, 2006, hlm 20
20
d) Memendekkan jarak
e) Memencarkan penduduk.
1. Angkutan darat: kendaraan bermotor, kereta api, gerobak yang ditarik oleh hewan (kuda,
sapi,kerbau), atau manusia. Moda angkutan darat dipilih berdasarkan faktor-faktor seperti
jenis dan spesifikasi kendaraan, jarak perjalanan, tujuan perjalanan, ketersediaan moda,
3. Angkutan udara: pesawat terbang, Angkutan udara dapat menjangkau tempat – tempat
yang tidak dapat ditempuh dengan moda darat atau laut, di samping mampu bergerak
lebih cepat dan mempunyai lintasan yang lurus, serta praktis bebas hambatan.
Pengangkutan mempunyai peranan yang sangat luas dan penting untuk pembangunan
ekonomi bangsa. Dapat dilakukan melalui udara, laut, dan darat untuk mengangkut orang dan
barang.
Suatu perjanjian pengangkutan pada dasarnya merupakan suatu perjanjian biasa, yang
dengan sendirinya tunduk pada ketentuan-ketentuan yang berlaku untuk suatu perjanjian pada
umumnya, yaitu tunduk pada ketentuan yang terdapat dalam Buku ke III KUHPerdata tentang
21
balik antara pengangkut dengan pengirim, dimana pengangkut mengikatkan diri untuk
menyelenggarakan pengangkutan barang dan orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu
dengan selamat, sedangkan kewajiban pengirim ialah membayar ongkos pengangkut. 14 Defenisi
tersebut mempunyai kekurangan yaitu perjanjian timbal balik antara pengangkut dengan
pengirim, seharusnya tidak dengan pengirim saja akan tetapi juga dengan orang atau penumpang,
begitu juga dengan kewajiban pengirim, seharusnya kewajiban pengirim atau orang, karena pada
kalimat untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan orang sudah disebutkan. Sedangkan
yang dimaksudkan dengan angkutan adalah “suatu keadaan pemindahan orang dan barang dari
suatu tempat ke tempat lain dengan suatu tujuan tertentu, baik untuk memperoleh nilai tambah
yaitu bahwa :
1. Sifat perjanjiannya adalah timbal balik, baik antara pengangkut dengan penumpang atau
tempat tujaun tertentu dengan selamat, dan berhak atas biaya angkutan, sedangkan
kewajiban penumpang adalah membayar uang angkutan dan berhak untuk di angkut ke
suatu tempat tujuan tertentu dengan selamat. Antara pengangkut dan penumpang
14
HMN. Purwosucipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Hukum Pengangkutan, Penerbit
Djambatan, Jakarta : 2001, hlm 2
22
antara pengangkut pengguna jasa adalah bersifat campuran, yaitu bersifat pelayanan
berkala dan perjanjian pemberian kuasa dengan upah. Hal ini berarti antara pengangkut
dengan pengguna jasa mempunyai kedudukan yang sama tinggi dan sederajat
mereka membutuhkan pengangkutan, jadi tidak terus-menerus dan upah yang diberikan
pengangkut dengan penumpang harus memenuhi syarat sahnya perjanjian yang di atur
dalam pasal 1320 KUHPerdata yang menyebutkan : “Untuk sahnya suatu perjanjian
diperlukan empat syarat, kata sepakat mereka yang mengikatkan dirinya, kecakapan
untuk membuat suatu perikatan, suatu hal yang tertentu dan sebab yang halal”.
dapat dibatalkanya perjanjian, sedangkan suatu hal yang tertentu dan sebab yang halal
merupakan syarat obyektif, jika di langgar menyebabkan batalnya perjanjian. Hal ini
ditulis, cukup dengan lisan saja, asalkan ada persetujuan kehendak (konsensus) dari para
pihak. Dengan demikian surat, baik berupa karcis atau tiket penumpang bukan sebagai
syarat sahnya perjanjian tetapi hanya merupakan salah satu alat bukti saja, karena dapat
dibuktikan dengan alat bukti lainnya. Syarat sahnya perjanjian adalah kata sepakat, bukan
karcis atau tiket atau dokumen angkutan, tidak adanya karcis atau tiket serta dokumen
angkutan tidak membatalkan perjanjian pengangkutan yang telah ada. Perjanjian tersebut
23
menyebutkan, “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang
sendiri oleh pengangkut atau dilakukan oleh orang lain atas perintahnya. Pengangkutan
dilakukan oleh orang lain, berarti pengangkutan tersebut dilakukan melalui perantara.
jasa membutuhkan perantara baik makelar maupun komisioner, maka di antara mereka
akan terikat perjanjian keperantaraan atau komisi. Disini berlaku juga syarat-syarat
perjanjian pada umumnya. Hak pengangkut adalah mendapatkan pengguna jasa yang
akan diangkut dengan alat angkutnya begitu juga hak pengguna jasa adalah mendapatkan
pengangkut yang baik, dan baik pengangkut maupun pengguna jasa berkewajiban
membayar komisi. Sedangkan hak perantara adalah mendapatkan komisi dri pengangkut
atau dari pengguna jasa dan berkewajiban mencari pebgguna jasa yang akan di angkut.
Sifat hubungan hukum yang terjadi antara pengangkut atau pengguna jasa, dengan
perantara adalah bersifat pelayanan berkala tersebut berarti bahwa perjanjian dapat di
lakukan sewaktu-waktu atau kadang-kadang saja jika di inginkan oleh mereka, tidak
sama tinggi atau setingkat (koordinasi). Upah yang diberikan berupa komisi tersebut
kemudian terjadi wanprestasi, baik yang dilakukan oleh pengangkut maupun oleh
pengguna jasa, maka seorang makelar dapat menuntut pengangkut maupun pengguna jasa
24
antara makelar dengan pengguna jasa tidak terikat perjanjian pengangkutan. Dalam
menjalankan tugasnya makelar selalu membawa nama pemberi kuasanya, jadi makelar
bukanlah pihak dalam perjanjian pengngkutan. Yang merupakan pihak dalam perjanjian
pengangkutan tersebut, menggunakan jasa komisioner, maka yang menjadi pihak dalam
sendiri dalam melakukan perjanjian pengangkutan, jadi jika terjadi wanprestasi, maka
sebaliknya, pengguna jasa ingin menuntut pengangkut, hanya dapat menggunakan pasal
4. Ke tempat tujuan, dalam pengangkutan barang, berarti barang dapat di terima oleh si
penerima yang mungkin si pengirim sendiri atau orang lain. Sedangkan dalam
5. Istilah dengan selamat, mengandung arti apabila pengangkutan itu tidak berjalan dengan
selamat, maka pengangkut harus bertanggung jawab untuk membayar ganti kerugian
a) Untuk barang, dapat musnah, hilang atau rusak baik sebagian maupun seluruhnya;
b) Untuk penumpang, dapat luka-luka, cacat tetap atau meninggal. 15
15
Ibid, hlm 3
25
gugat’’. Menurut Siti Nurbaiti, istilah pertanggungjawaban atau pertanggungan jawab tersebut,
gugat’’, menurut Siti Nurbaiti kurang tepat, karena justru berbagai sistem tanggung jawab di
bidang angkutan bertujuan untuk memperkecil seminimal mungkin, menghilangkan sama sekali.
Selain itu, perlu dikemukakan bahwa istilah tanggung jawab sendiri, dalam bahasa inggris dapat
mempunyai dua arti, yaitu “responsibility’’ dan “liability’’. Istilah “responsibility’’ mempunyai
arti tanggung jawab untuk pelaksanaan suatu tugas atau untuk suatu benda atau seseorang,
sedangkan istilah “liability’’ adalah istilah yang tepat untuk dipergunakan dalam hukum
pengangkutan, karena mempunyai arti yang menunjukkan tanggung jawab untuk mengganti
suatu kerugian yang di derita oleh suatu pihak lain, karena tindakan dari pihak lain, karena cidera
janji, karena suatu perbuatan melawan hukum atau karena sesuatu yang menjadi milki atau
jasa, terkandung syarat-yarat umum angkutan yang meliputi hak dan kewajiban diantara mereka
adalah :
a) Hak pengguna jasa angkutan untuk memperoleh pelayanan sesuai dengan tingkat
memperoleh tingkat pelayanan yang sesuai dengat tiket yang dimilikinya, begitu
juga dengan pengirim barang, jiak ingin barang cepat tiba di tempat tujuan, maka
26
atau pengirim barang yang telah memiliki dokumen angkutan, sesuai dengan
tingkat pelayanan yang disepakati sampai di tempat tujuan dengan selamat dan
telah disepakati kepada pengguna jasa serta memberikan pelayanan dalam batas-
mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan orang dari suatu tempat ke tempat
tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan pihak penumpang mengikatkan diri untuk membayar
uang angkutan.
Agar terlaksananya pengangkutan tersebut dengan baik sesuai dengan tujuannya, maka
sebelum dilaksanakan pengangkutan itu harus diadakan perjanjian antara pihak pengangkut
dengan penumpang. Dalam melaksanakan perjanjian pengangkutan harus ada objek dari
pengangkutan itu sendiri dimana objek pengangkutan tersebut adalah pengangkutan orang.
Dalam hal perjanjian pengangkutan orang, penyerahan kepada pengangkut tidak ada. Tugas
pengangkut hanya membawa atau mengangkut orang sampai di tempat tujuan dengan selamat,
dan tentang barang yang dibawa oleh pihak penumpang tidak termasuk dalam barang angkutan
27
jalan raya (UULAJR) yang disebutkan bahwa pengangkutan orang dengan kendaraan bermotor
wajib menggunakan kendaraan bermotor untuk penumpang, dengan memakai bagasi maupun
tanpa bagasi. Ketentuan ini dimaksudkan untuk menjaga keselamatan penumpang dan
kenyamanan penumpang.
Pasal 36 UU Nomor 14 Tahun 2009 di atur mengenai pelayanan angkutan orang dengan
a) Angkutan antar kota yang merupakan perpindahan orang dari suatu kota ke kota lain
c) Angkutan pedesaan yang merupakan perpindahan orang dalam atau antar wilayah
pedesaan
d) Angkutan lalu lintas batas negara yang merupakan angkutan orang yang melalui
pada pokoknya meliputi barang muatan, alat pangangkut, dan biaya angkutan. 16
keteraturan dalam pemberian pelayanan, ditentukan pelayanan wilayah kota yang didasarkan
pada sifat dan ketentuan perjalanan, jarak dan waktu tempuh berkembang suatu daerah atau
16
Abdukadir Muhammad, op.cit,. hlm 29
28
Wiwoho Soedjono dalam hal perjanjian pengangkutan penumpang, maka pihak yang
terkait adalah :
1. Pihak pengangkut (penyedia jasa angkutan) yaitu pihak yang berkewajiban memberikan
pelayanan jasa angkutan penumpang dan berhak atas penerimaan pembayaran tarif
(ongkos) angkutan sesuai yang telah ditetapkan
2. Pihak penumpang (pengguna jasa angkutan), yaitu pihak yang berhak mendapatkan
pelayanan jasa angkutan penumpang dan berkewajiban untuk membayar tarif (ongkos)
angkutan sesuai yang telah ditetapkan. 17
Untuk kelancaran dan keselamatan angkutan darat, setiap pengemudi kendaraan bermotor
wajib memiliki surat izin mengemudi (pasal 18 UU LLAJ). Surat izin mengemudi merupakan
tanda bukti kecakapan dan keabsahan pengemudi untuk mengemudikan kendaraan bermotor
dijalan dan dapat pula digunakan sebagai identitas pengemudi. Untuk menjamin keselamatan lalu
lintas dan angkutan dijalan, pasal 20 ayat (1) UU LLAJ menentukan, persahaan angkutan umum
wajib memathi ketentuan mengenai waktu kerja dan waktu istrhat bagi pengemudi.
Pengaturan ini perlu, mengingat faktor kelelahan dan kejenuhan sangat berpengaruh
terhadap kemampuan pengemudi dalam mengemudikan kendaraan bermotor secara wajar. Oleh
karena itu, pergantian pengemudi setelah menempuh jarak dan waktu tertentu mutlak diperlukan
untuk melindungi keselamatan pengemudi, penumpang, pemilik barang, dan pengguna jalan
lainnya.
17
Harahap, M. Yahya, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung, 2001, hlm 88
29
3. Menunjukkan surat bukti pendaftarran kendaraan bermotor, surat izin mengemudi, dan
tanda bukti lulus uji, atau tanda bukti lain yang sah dalam hal dilakukan pemeriksaan
5. Memakai sabuk keselamatan bagi pengmudi kendaraan bermotor roda empat atau
lebih.
Untuk keselamatan, keamanan, dan ketertiban lalu lintas dan angkutan jalan, pasal 16
penyelenggaraan angkutan darat berlangsung dengan tertib, aman, dan selamat tiba di temapat
tujuan.
melakukan penjagaan, pengawasan dan pemeliharaan terhadap penumpang dan/atau barang yang
30
kemungkinan terjadi gangguan, pengacauan, keributan, penodongan yang datang dari luar atau
dari dalam kendaraan. Bentuk penjagaan, pengawasan dan pemeliharaan itu antara lain :
rawan kejahatan
2) Menutup pintu kendaraan setelah penumpang naik kea tau turun dari kendaraan
4) Menutup dengan terpal barang dalam truk, sehingga tidak mudah basah karena
UUAJ untuk menurunkan penumpang dan/atau barang yang diangkut di tempat pemberhentian
tredekat, apabila ternyata penumpang dan/atau barang yang di angkut iru dapat membahaykan
keamanan dan keselamatan angkutan. Kewenangan ini digunakan dengan pertimbangan yang
patut
2. Barang yang diangkut ternyata barang yang berbahaya bagi keselamatan angkutan,
selama proses angkutan berlangsung, maka sesuai dengan ketentuan pasal 45 UU LLAJ
31
pengirim barang atau npihak ketiga. Tanggung jawab terhadap pemilik barang dimulai sejak
barang diterima dari pengirim samapi barang diserahkan kepada penerima ditempat tujuan yang
telah disepakati. Namun, pengusaha angkutan umum tidak bertanggung jawab atas kerugian
yang timbul apabila dia dapat membuktikan bahwa kerugian itu desebabkan oleh :
1. Peristiwa yang tidak dapat diduga lebih dahulu (force majeur, pasal
1244KUHPerdata)
Setelah kendaraan bermotor tiba di terminal tujuan atau ditempat yang disepakati seperti
tertera pada dokumen angkutan, penumpang turun dari kendaraan bermotor. Apabila terjadi
kecelakaan yang mengakibatkan penumpang menderita luka atau meninggal dunia, maka PT
Asuransi Kerugian Jasa Raharja akan membayar santunan berdasarkan bukti kecelakaan dan
Angkutan penumpang dengan bus, kadang-kadang jadwal angkutan yang ditetapkan tidak
ditepati. Bus menunggu penumpang sampai penuh barulah di berangkatkan. Hal ini dapat
menbosankan penumpang yang menunggu sejak awal karena mematuhi jadwal keberangkatan.
kebiasaan yang sulit dicegah, yang menimbulkan ketidaknyamanan bagi penumpang, dan ini
32
merupakan alasan utama yang menimbulkan kecelakaan lalu lintas. Ketidakpatuhan pengemudi
merupakan bukti bahwa sumber daya manusia masih berdisiplin rendah. Sudah jelas pengemudi
peduli, ditambah lagi penegakan hukum yang tidak tegas dan tidak konsisten. Ini merupakan
bukti lagi bahwa penegakan hukum lalu lintas angkutan jalan sangat lemah.
Pada angkutan darat telah ditetapkan tarif biaya angkutan yang berlaku. Tetapi ketentuan
tersebut sering tidak dipatuhi, dalam praktiknya terjadi penarikan biaya angkutan yang melebihi
tarif resmi, baik dilakukan pihak pengangkut ataupun oleh calo yang mewakili pengangkut
(pengemudi). Hal ini sering terjadi ketika jumlah penumpang banyak. Angkutan sudah melebihi
batas kapasitas maksimum ditambah lagi biaya angkutan melebihi tarif resmi dan ancaman
bahaya kecelakaan. Jika disiplin dan hukum itu ditegakkan, kecil sekali kemungkinan terjadi
Pertanggung jawaban adalah suatu sikap atau tindakan untuk menanggung segala akibat
dengan perbuatan atau segala resiko ataupun kosekuensinya. Ada dua istilah yang menunjuk
pada pertanggungjawaban dalam kamus hukum, yaitu liability dan responsibility. Liability
merupakan istilah hukum yang luas yang menunjuk hampir semua karakter risiko atau tanggung
jawab, yang pasti, yang bergantung atau yang mungkin meliputi semua karakter hak dan
kewajiban secara aktual atau potensial seperti kerugian, ancaman, kejahatan, biaya atau kondisi
yang menciptakan tugas untuk melaksanakan undang-undang. Responsibility berarti hal yang
yang dilaksanakan. Dalam pengertian dan penggunaan praktis, istilah liability menunjuk pada
pertanggungjawaban hukum, yaitu tanggung gugat akibat kesalahan yang dilakukan oleh subyek
a) Teori fautes personalles, yaitu teori yang menyatakan bahwa kerugian terhadap pihak
ketiga dibebankan kepada pejabat yang karena tindakannya itu telah menimbulkan
kerugian. Dalam teori ini beban tanggung jawab ditujukan pada manusia selaku
pribadi.
b) Teori fautes de services, yaitu teori yang menyatakan bahwa kerugian terhadap pihak
ketiga dibebankan pada instansi dari pejabat yang bersangkutan. Menurut teori ini
timbul itu disesuaikan pula apakah kesalahan yang dilakukan itu merupakan kesalahan
berat atau kesalahan ringan, dimana berat dan ringannya suatu kesalahan berimplikasi
hukum perdata. Menurut pasal 1365 KUHPerdata, maka yang dimaksud dengan perbuatan
melanggar hukum adalah perbuatan yang melawan hukum yang dilakukan oleh seseorang yang
karena salahnya telah menimbulkan kerugian bagi orang lain. Dalam ilmu hukum dikenal 3 (tiga)
34
kelalaian)
3. Tanggung jawab mutlak (tanpa kesalahan) sebagaimana terdapat dalam pasal 1367
KUHPerdata.
Istilah perbuatan melawan hukum (onrechtmatig daad) sebelum tahun 1919 oleh Hoge
Raad diartikan secara sempit, yakni tiap perbuatan yang bertentangan dengan hak orang lain
yang timbul karena undang-undang atau tiap perbuatan yang bertentangan dengan kewajiban
hukumnya sendiri yang timbul karena undang-undang. Menurut arti secara sempit sama sekali
tidak dapat dijadikan alasan untuk menuntut ganti kerugian karena suatu perbuatan melawan
hukum, suatu perbuatan yang tidak bertentangan dengan undang-undang sekalipun perbuatan
tersebut adalah bertentangan dengan hal-hal yang diwajibkan oleh moral atau hal-hal yang
Pengertian perbuatan melawan hukum menjadi lebih luas dengan adanya keputusan
Hoge Raad tanggal 31 Januari 1919 dalam perkara Lindebaum lawan Cohen. Hoge Raad telah
“Bahwa dengan perbuatan melawan hukum (onrechmatige daad) diartikan suatu perbuatan atau
kealpaan, yang atau bertentangan dengan hak orang lain, atau bertentangan dengan kewajiban
35
lain atau benda, sedang barang siapa karena salahnya sebagai akibat dari perbuatannya itu telah
Dengan meninjau perumusan luas dari onrechmatige daad, maka yang termasuk
Tanggung jawab atas perbuatan melawan hukum dapat disengaja dan tidak disengaja
atau karena lalai. Hal tersebut diatur dalam pasal 1366 KUHPerdata, sebagai berikut :
“Setiap orang bertanggung jawab tidak saja untuk kerugian yang disebabkan karena
perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan karena kelalaian atau kurang hati-
hatinya”.
Dengan demikian dalam kebanyakan hal badan hukum sendiri telah melakukan
tanggung jawab di bidang angkutan. Prinsip-prinsip tanggung jawab ini berkaitan dengan
tanggung jawab pengangkut untuk membayar ganti kerugian kepada pengguna jasa.
18
http//:perbuatan melawan hukum. com
36
on fault) adalah prinsip yang cukup umum berlaku dalam hukum pidana dan perdata. Dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, khususnya pasal 1365, 1366, dan 1367, prinsip ini
dipegang secara teguh. Prinsip ini menyatakan, seseorang baru dapat dimintakan
Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang lazim dikenal sebagai pasal
tentang perbuatan melawan hukum, mengharuskan terpenuhinya empat unsur pokok, yaitu:
Tafsiran ini sangat luas, sehingga dalam bidang angkutan pelanggaran peraturan lalu
lintas oleh pengangkut atau oleh pegawainya juga termasuk dalam perbuatan melawan hukum,
namun selama perbuatan itu tidak langsung mengenai kewajibannya terhadap pengguna jasa
angkutan, merupakan tanggung jawab sendiri dari pengangkut, tetapi perbuatan tersebut harus
diperhitungkan apabila karena perbuatan tersebut pihak pengguna jasa angkutan mengalami
kerugian dan akan mempunyai akibat terhadap masalah tanggung jawab pengangkut terhadap
Akibat terpenting yang diatur dalam pasal 1365 KUHPerdata adalah tanggung jawab
piak yang melakukan perbuatan melawan hukum, berupa kewajibannya membayar ganti
kerugian. Dapat dikemukakan bahwa tanggung jawab menurut pasal tersebut adalah tanggung
37
kerugian. Selain itu menurut pasal 1366 KUHPerdata, tanggung jawab seseorang bisa juga
Pada prinsip ini jelas bahwa beban pembuktian ada pada pihak yang dirugikan, artinya
pihak yang dirugikan yang harus membuktikan bahwa kerugiaannya diakibatkan oleh perbuatan
melawan hukum, sebagaimana ditentukan dalam pasal 1865 KUHPerdata : “Setiap orang yang
mendalilkan bahwa ia mempunyai sesuatu hak atu guna meneguhkan haknya sendiri atau
membantah sesuatu hak orang lain, menunjuk pada suatu peristiwa, diwajibkan membuktikan
Dalam praktek, prinsip tanggung jawab dalam KUHPerdata ini tidak berperan dalam
bidang angkutan, karena telah diatur dalam berbagai lex specialis. Sebuah catatan yang perlu
dikemukakan adalah bahwa dilihat dari pihak yang terlibat, agaknya berat bagi seorang
pengguna jasa angkutan, untuk membuktikan adanya perbuatan melawan hukum yang
mengakibatkan kerugian bagi pengguna jasa, apalagi pada moda angkutan dengan teknologi
Prinsip ini menyatakan bahwa tergugat (Pengangkut) selalu dianggap bertanggung jawab
(presumption of liability principle), sampai ia dapat membuktikan bahwa ia tidak bersalah. Kata
“dianggap” pada prinsip “presumption of liability” adalah penting, karena ada kemungkinan
tergugat membebaskan diri dari tanggung jawab, yaitu dalam hal ia dapat membuktikan bahwa ia
telah “mengambil” semua tindakan yang diperlukan untuk menghindarkan terjadinya kerugian.
38
beban pembuktian terbalik (omkering van bewijslast). Hal ini tentu bertentangan dengan asas
hukum praduga tidak bersalah (presumption of innocence). Namun jika diterapkan dalam kasus
konsumen akan tampak asas demikian cukup relevan. Jika digunakan teori ini, maka yang
berkewajiban untuk membuktikan kesalahan itu ada pada pihak pelaku usaha yang digugat.
Tergugat harus menghadirkan bukti-bukti bahwa dirinya tidak bersalah. Tentu saja konsumen
tidak dapat sekehendak hati mengajukan gugatan. Posisi konsumen sebagai penggugat selalu
terbuka untuk digugat balik oleh pelaku usaha, jika ia gagal menunjukkan kesalahan tergugat.
Prinsip ini didasarkan pada perjanjian pengangkutan, akan tetapi pengangkut dapat
membebaskan diri dari tanggung jawabnya, apabila pengangkut dapat membuktikan bahwa :
Dasar-dasar dari prinsip praduga bahwa pengangkut selalu bertanggung jawab, mula-
mula harus dikemukakan bahwa praduga pengangkut selalu bertanggung jawab tidak sama
dengan praduga bahwa pengangkut bersalah, karena unsur kesalahan inilah yang tidak
menentukan dalam hal ada atau tidaknya tanggung jawab pengangkut. Menurut prinsip “Praduga
bahwa pengangkut selalu bertanggung jawab’’, pengangkut bertanggung jawab dengan tidak
mempersoalkan, apakah pengangkut bersalah atau tidak,dengan kata lain,unsur kesalahan tidak
menentukan ada atau tidaknya tanggung jawab pengangkut. Maka dasar dari prinsip ini sudah
19
http//:prinsip-prinsip hukum pengangkutan.com
39
kemungkinan yang lain hanyalah bahwa tanggung jawab pengangkut berdasarkan suatu kontrak
atau perjanjian (contractual liability), yaitu tanggung jawab pengangkut yang mengadakan
perjanjian dengan pengguna jaasa, bila perjanjian tersebut tidak dipenuhi, kurang dipenuhi atau
terlambat dipenuhi.
dianggap bertanggung jawab dan beban pembuktian diletakkan pada pengangkut didasarkan
pada teori-teori :
Dengan demikian dalam prinsip ini,adanya tanggung jawab, tidak tergantung pada adanya
kesalahan dari pengangkut, karena apabila ada kesalahan dari pengangkut, maka prinsip
“Praduga bahwa pengangkut selalu bertanggung jawab’’ tidak berlaku lagi dan unsur kesalahan
ini harus dibuktikan oleh pihak yang dirugikan, dengan kata lain tanggung jawab pengangkut
tidak merupakan praduga (presumed) lagi. Hal ini tentunya dapat merubah tanggung jawab
pengangkut berdasarkan kontrak atau perjanjian menjadi tanggung jawab berdasarkan atas
kesalahan atau perbuatan melawan hukum. Antara prinsip based on fault dengan prinsip
“praduga bahwa pengangkut selalu bertanggung jawab” tersebut mempunyai perbedaan yang
sangat mendasar,yaitu prinsip based on fault tidak didasarkan pada adanya suatu kontrak atau
perjanjian dan beban pembuktiannya ada pada pihak yang dirugikan dalam hal ini adalah pihak
20
Siti Nurbaiti, Hukum Pengangkutan Darat, Penerbit Universitas Trisakti, Jakarta, 2009, hlm 45
40
jawab” selalu didasarkan pada adanya suatu kontrak atau perjanjian dan beban pembuktiannya
Prinsip ini adalah kebalikan dari prinsip yang kedua, prinsip praduga untuk tidak selalu
bertanggung jawab hanya dikenal dalam lingkup transaksi konsumen yang sangat terbatas.
Contoh dari penerapan prinsip ini adalah pada hukum pengangkutan. Kehilangan atau kerusakan
pada bagasi kabin atau bagasi tangan, yang biasanya dibawa dan diawasi oleh penumpang
(konsumen) adalah tanggung jawab dari penumpang. Dalam hal ini pengangkut (pelaku usaha)
Prinsip presumption of non liability mempunyai persamaan dengan prinsip based on fault,
yaitu pihak yang harus membuktikannya adalah pihak penumpang atau pihak ketiga,sebagai
pihak yang dirugikan, tetapi juga mempunyai perbedaan, yaitu pada prinsip based on fault tidak
perjanjian.
Prinsip bahwa pengangkut tidak bertanggung jawab pada dasarnya dapat digambarkan
sebagai berikut :
a. Dapat diterapkan dalam keadaan netral atau normal atau tidak terdapat hal-hal yang
istimewa, sehingga dalam hal yang demikian tidak ada persoalan beban pembuktian
41
kerugian
timbulnya kerugian
penumpang telah mengambil semua tindakan yang perlu, tetapi ada kelalaian dari
pengangkut.
Prinsip tanggung jawab mutlak (strict liability) sering diidentikkan dengan prinsip
tanggung jawab absolut (absolute liability). Kendati demikian ada pula para ahli yang
Ada pendapat yang menyatakan, strict liability adalah prinsip tanggung jawab yang
menetapkan kesalahan tidak sebagai faktor yang menentukan. Namun ada pengecualian-
pengecualian yang memungkinkan untuk dibebaskan dari tanggung jawab, misalnya pada
keadaan force majeure. Sebaliknya absolute liability adalah prinsip tanggung jawab tanpa
42
ini tidak ada kemungkinan untuk membebaskan diri dari tanggung jawab, kecuali apabila
kerugian yang timbul karena kesalahan pihak yang dirugikan sendiri. Tanggung jawab adalah
mutlak.
Prinsip tanggung jawab dengan pembatasan (limitation of liability principle) ini sangat
disenangi oleh pelaku usaha untuk dicantumkan sebagai klausula eksonerasi dalam perjanjian
standar yang dibuatnya. Dalam perjanjian cuci cetak film, misalnya ditentukan, bila film yang
ingin dicuci atau dicetak itu hilang atau rusak (termasuk akibat kesalahan petugas), maka si
konsumen hanya dibatasi ganti kerugian sebesar sepuluh kali harga satu rol film baru. 21
Perlindungan Konsumen ditentukan bahwa pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti
kerugian atas kerusakan, pencemaran dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang
dan/atau jasa yang dihasilkan. Dalam kaitan dengan pelaksanaan jabatan notaris maka diperlukan
tanggung jawab profesional berhubungan dengan jasa yang diberikan. Menurut Komar
Kantaatmaja sebagaimana dikutip oleh Shidarta menyatakan tanggung jawab profesional adalah
tanggung jawab hukum (legal liability) dalam hubungan dengan jasa profesional yang diberikan
kepada klien. Tanggung jawab profesional ini dapat timbul karena mereka (para penyedia jasa
profesional) tidak memenuhi perjanjian yang mereka sepakati dengan klien mereka atau akibat
dari kelalaian penyedia jasa tersebut mengakibatkan terjadinya perbuatan melawan hukum.
21
Siti Nurbaiti, Hukum Pengankutan Darat, Penerbit Universitas Trisakti, Jakarta, 2009, hlm 25-37
43
Penampilan tingkah laku manusia terkait dengan kontrol jiwanya, merupakan bagian dari bentuk
pertimbangan intelektualnya atau mentalnya. Bilamana suatu keputusan telah diambil atau
ditolak, sudah merupakan bagian dari tanggung jawab dan akibat pilihannya. Tidak ada alasan
lain mengapa hal itu dilakukan atau ditinggalkan. Keputusan tersebut dianggap telah dipimpin
oleh kesadaran intelektualnya. Tanggung jawab dalam arti hukum adalah tanggung jawab yang
benar-benar terkait dengan hak dan kewajibannya, bukan dalam arti tanggung jawab yang
dikaitkan dengan gejolak jiwa sesaat atau yang tidak disadari akibatnya.
Untuk memberikan pelayanannya, profesional itu bertanggung jawab kepada diri sendiri
dan kepada masyarakat. Bertanggung jawab kepada diri sendiri, artinya dia bekerja karena
integritas moral, intelektual dan profesional sebagai bagian dari kehidupannya. Dalam
seorang profesional selalu mempertahankan cita-cita luhur profesi sesuai dengan tuntutan
kewajiban hati nuraninya, bukan karena sekedar hobi belaka. Bertanggung jawab kepada
masyarakat, artinya kesediaan memberikan pelayanan sebaik mungkin tanpa membedakan antara
pelayanan bayaran dan pelayanan cuma-cuma serta menghasilkan layanan yang bermutu, yang
berdampak positif bagi masyarakat. Pelayanan yang diberikan tidak semata-mata bermotif
mencari keuntungan, melainkan juga pengabdian kepada sesama manusia. Bertanggung jawab
juga berani menanggung segala resiko yang timbul akibat dari pelayanannya itu. Kelalaian dalam
melaksanakan profesi menimbulkan dampak yang membahayakan atau mungkin merugikan diri
44