Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
Masalah banjir yang terjadi pada suatu kota pada umumnya dapat dibagi
menjadi tiga macam, antara lain :
a. Banjir Kiriman, yaitu banjir yang disebabkan oleh limpasan atau kiriman dari
daerah atas/dari luar catchment area (daerah tangkapan) suatu sistem drainase
kota. Pada umumnya limpasan tersebut berasal dari saluran pengendali banjir
(banjir kanal)
b. Banjir Lokal, yaitu banjir yang disebabkan oleh hujan yang turun pada
catchment area (daerah tangkapan) pada suatu sistem jaringan drainase
c. Banjir akibat genangan air laut pasang (ROB), yaitu banjir yang terjadi pada kota
pantai yang elevasi/ketinggian muka tanahnya lebih rendah dari muka air laut
pasang. Sedangkan banjir akibat back water (aliran balik) dari saluran
pengendalian banjir terjadi pada kota pantai maupun kota yang jauh pantai
1.2.1. Maksud
1.2.2.Tujuan
c. Melindungi alam lingkungan seperti tanah, kualitas udara dan kualitas air
BAB II
DRAINASE PERKOTAAN
Data curah hujan yang ada dapat diolah untuk dapat mencari debit rencana,
namun harus melalui uji distribusi terlebih dahulu yang terdiri dari :
1. Distribusi Normal
4. Distribusi Gumbel
1. Distribusi Normal
1. 2003 97.7
2. 2004 87
3. 2005 80.2
4. 2006 148.1
5. 2007 96.8
Rata-rata 101.96
Sd 26.79
Cs 1.83
Ck 3.67
Cv 0.26
3. Distribusi Gumbel
R max
No Tahun (Xi-X) (Xi-X)² (Xi-X)³ (Xi-X)⁴
Tahunan (Xi)
1 2003 97.7 -4.26 18.15 -77.31 329.34
2 2004 87 -14.96 223.80 -3348.07 50087.16
3 2005 80.2 -21.76 473.50 -10303.31 224199.98
4 2006 148.1 46.14 2128.90 98227.43 4532213.51
5 2007 96.8 -5.16 26.63 -137.39 708.92
Jumlah 509.8 0.00 2870.97 84361.35 4807538.90
Rata-rata (X) 101.96
Sd 26.791
Cs 1.828
Ck 9.721
Cv 0.263
Periode Log X Sd Cs k yt xt
2 1.998 0.103 1.579 -0.251 1.972 93.804
5 1.998 0.103 1.579 0.678 2.068 116.856
10 1.998 0.103 1.579 1.330 2.135 136.342
25 1.998 0.103 1.579 2.159 2.220 165.879
50 1.998 0.103 1.579 2.772 2.283 191.762
100 1.998 0.103 1.579 3.369 2.344 220.846
1
Sd = √𝑛−1 ∑𝑛𝑖=1(log 𝑋𝑖 − log 𝑋)²
𝑆𝑑
Cv = log 𝑋
𝑛
Cs = 𝑆𝑑³(𝑛−1)(𝑛−2) ∑𝑛𝑖=𝑛(log 𝑋𝑖 − log 𝑋)³
𝑛²
Ck = 𝑆𝑑⁴(𝑛−1)(𝑛−2)(𝑛−3) ∑𝑛𝑖=𝑛(log 𝑋𝑖 − log 𝑋)⁴
Keterangan :
Sd : Standar Deviasi
Cv : Koefisien Variasi
Cs : Koefisien Skewness
Ck : Koefisien Kurtosis
Berikut adalah rangkuman hasil uji distribusi melalui empat metode yang
ada.
Melalui data curah hujan yang ada, maka dapat dilakukan perhitungan curah
hujan. Perhitungan ini memerlukan analisa frekuensi, setelah ditinjau melalui syarat
maka analisis frekuensi yang digunakan adalah metode distribusi Log Pearson Type
III. Melalui metode ini pula akan didapat nilai k yang selanjutnya akan digunakan
dalam menghitung persamaan sebagai berikut (Soemarto, 1999) :
̅̅̅̅̅̅̅
Log X = Log 𝑋 + k x Sd
̅̅̅̅̅̅̅̅
𝐿𝑜𝑔 𝑋 : Rata-rata hitung nilai X
1. Menghitung data curah hujan sebanyak n buah X₁, X₂, X₃,…,Xn menjadi log
(X₁), log (X₂), log (X₃),…, log (Xn)
̅̅̅̅̅̅̅̅̅
Log X = ∑𝑛𝑛=1 log 𝑋𝑖
Dimana, ̅̅̅̅̅̅̅̅
𝐿𝑜𝑔 𝑋 : Harga rata-rata logaritmik dari X
n : Jumlah data
5. Mencari nilai k melalui tabel harga k untuk distribusi Log Pearson Type III
3.0 -0.667 -0.665 -0.666 -0.636 -0.396 0.420 1.180 2.278 3.152 4.054 4.976
-0.651
2.9 -0.690 -0.688 -0.681 -0.390 0.440 1.195 2.277 3.134 4.012 4.909
-0.666
2.8 -0.714 -0.711 -0.702 -0.384 0.460 1.210 2.275 3.114 3.973 4.847
-0.681
2.7 -0.769 -0.736 -0.725 -0.376 0.479 1.224 2.272 3.093 3.932 4.783
-0.696
2.6 -0.799 -0.762 -0.747 -0.368 0.499 1.236 2.267 3.072 3.889 4.718
-0.711
2.5 -0.812 -0.790 -0.771 -0.360 0.518 1.250 2.262 3.048 3.845 4.652
-0.725
2.4 -0.867 -0.819 -0.798 -0.351 0.537 1.262 2.256 3.029 3.800 4.584
-0.739
2.3 -0.905 -0.850 -0.819 -0.341 0.555 1.274 2.248 2.997 3.753 4.515
-0.752
2.2 -0.946 -0.882 -0.844 -0.330 0.574 1.284 2.240 2.970 3.705 4.454
-0.785
2.1 -0.990 -0.914 -0.869 -0.319 0.592 1.294 2.230 2.942 3.656 4.372
-0.777
2.0 -1.037 -0.949 -0.895 -0.307 0.609 1.302 2.219 2.912 3.605 4.298
-0.788
1.9 -1.037 -0.984 -0.920 -0.294 0.627 1.310 2.207 2.881 3.553 4.224
-0.799
1.8 -1.087 -1.020 -0.945 -0.282 0.643 1.318 2.193 2.848 3.499 4.147
-0.808
1.7 -1.140 -1.056 -0.970 -0.268 0.660 1.324 2.179 2.815 3.444 4.065
-0.817
1.6 -1.197 -1.093 -0.994 -0.254 0.675 1.329 2.163 2.780 3.386 3.990
-0.825
1.5 -1.256 -1.131 -1.018 -0.240 0.690 1.333 2.146 2.745 3.330 3.910
-0.832
1.4 -1.318 -1.163 -1.041 -0.225 0.705 1.337 2.128 2.706 3.271 3.721
-0.838
1.3 -1.383 -1.206 -1.064 -0.210 0.719 1.339 2.108 2.666 3.211 3.765
-0.844
1.2 -1.449 -1.243 -1.086 -0.195 0.732 1.340 2.087 2.626 3.149 3.661
-0.848
1.1 -1.518 -1.280 -1.107 -0.180 0.745 1.341 20.66 2.585 3.087 3.575
-0.852
1.0 -1.588 -1.317 -1.128 -0.164 0.758 1.340 2.043 2.542 3.022 3.489
-0.854
0.9 -1.660 -1.353 -1.147 -0.148 0.769 1.339 2.019 2.498 2.957 3.401
-0.856
0.8 -1.733 -1.388 -1.166 -0.132 0.780 1.336 1.993 2.453 2.891 3.312
-0.857
0.7 -1.806 -1.423 -1.183 -0.116 0.790 1.333 1.967 2.407 2.874 3.223
-0.857
0.6 -1.880 -1.455 -1.209 -0.099 0.800 1.328 1.939 2.359 2.755 3.132
-0.856
0.5 -1.955 -1.491 -1.216 -0.083 0.808 1.323 1.910 2.311 2.686 3.041
-0.855
0.4 -2.029 -1.524 -1.231 -0.066 0.816 1.317 1.880 2.261 2.615 2.949
-0.853
0.3 -2.104 -1.555 -1.245 -0.050 0.824 1.309 1.849 2.211 2.544 2.856
-0.850
0.2 -2.176 -1.586 -1.258 -0.033 0.830 1.301 1.818 2.159 2.472 2.763
-0.846
0.1 -2.252 -1.616 -1.270 -0.017 0.836 1.292 1.785 2.107 2.400 2.670
-0.852
0 -2.326 -1.645 -1.282 0 0.842 1.282 1.751 2.054 2.326 2.576
𝑅₅ 24 2/3
I=
24
( 𝑡𝑐 )
Tabel 2.5 Persamaan Intensitas Curah Hujan berdasarkan Waktu Konsentrasi (Tc)
Durasi Intensitas
No Hujan
menit jam (mm/jam)
1. 5 0.08 212.34
2. 10 0.17 133.77
3. 15 0.25 102.08
4. 20 0.33 84.27
5. 25 0.42 72.62
6. 30 0.50 64.31
7. 40 0.67 53.09
8. 50 0.83 45.75
9. 60 1.00 40.51
10. 90 1.50 30.92
11. 120 2.00 25.52
12. 240 4.00 16.08
13. 300 5.00 13.85
14. 360 6.00 12.27
300.00
Intensitas Hujan (mm/jam)
250.00
212.34 y = 308.48x-1.048
R² = 0.8883
200.00
150.00 133.77
102.08
100.00 84.27
72.62 64.31
53.09 45.75
40.51
50.00 30.92 25.52
16.08 13.85 12.27
0.00
0.08 0.17 0.25 0.33 0.42 0.50 0.67 0.83 1.00 1.50 2.00 4.00 5.00 6.00
tc (jam)
Dari kurva persamaan intensitas hujan diatas, didapat nilai persamaan intensitasnya
adalah y = 308,48x-1,048
Drainse sistem gravitasi adalah sistem drainase yang paling sederhana, yaitu
pengaliran air dari tempat yang lebih tinggi ke lebih rendah. Pada daerah perbukitan
biasanya kemiringan tanahnya cukup curam dan menyebabkan kecepatan aliran di
saluran melampui batas maksimum, sehingga diperlukan bangunan terjun agar
tidak merusak permukaan saluran. Dalam perencanaan drainase sistem gravitasi
yang menjadi pokok adalah perhitungan debit banjir rencana dan dimensi saluran,
perhitungan dilakukan dengan cara trial error (coba-coba). Prosedur perhitungan
debit rencana dan dimensi salauran adalah sebagai berikut :
Penampang Persegi
B=H
A=BxH
P = 2H + B
1
Q= x R ⅔ x s½ x A
𝑛
Contoh Perhitungan :
Saluran O-6
L : 482,57 m
to : 10 menit
A : 10,58 Ha
𝐿 482,57
td = (60 𝑥 𝑉𝑠) = (60 𝑥 2,5) = 7,312 menit
Q = 0,00278 x C x Cs x I x A
= 0,283 m3/detik
Asumsi : B = 0,7 m
H = 0,7 m
A=BxH
P = B + 2H
𝐴
R= 𝑃
𝐴 0,49
R =𝑃= = 0,233 m
2,1
𝑄 0,283
V = = = 0,578 m/detik
𝐴 0,49
1
Q = x R ⅔ x s½ x A
𝑛
1
= x 0,233⅔ x 0,001½ x 0,49
0,02
= 0,294 m3/detik
Komponen drainase sistem polder terdiri dari pintu air, kolam retensi, dan
stasion pompa. Pintu air berfungsi untuk mengisolasi atau memproteksi daerah
tangkapan ( catchment area ) sistem polder terhadap masuknya air banjir dari
luar. Station pompa berfungsi mengendalikan muka air didalam daerah
tangkapan sistem polder pada saat terjadi banjir atau hujan lokal. Station
pompa digunakan untuk menyalurkan debit banjir akibat hujan lokal keluar
daerah tangkapan sistem polder. Berhubung debit banjir yang masuk lebih
besar dari pada debit atau kapasitas pompa banjir, maka diperlukan kolam
retensi untuk menampung kelebihan debit banjir tersebut. Besarnya volume
tampungan kolam retensi tergantung pada luas kolam dan beda tinggi muka air
maksimum dan minimum dikolam, sehingga kedudukan muka air dikolam
retensi harus dijaga selalu minimum. Pada perhitungan drainase sistem
gravitasi yang dilakukan, maka didapat saluran dengan debit tertinggi 4,003
m3/detik yakni pada saluran I1 – 1. Oleh sebab itu, akan dibuat polder pada
daerah saluran tersebut.
4,003 m3/detik
1,439 m3/detik
𝑄 𝑥 𝐻𝑝 𝑥 𝛶
P=
𝜇
Keterangan :
P = Daya Pompa
Hp = Head Pompa (m)
𝛾 = berat jenis air (1000 kg/m3)
Q = debit aliran (m3/s)
𝜇 = efisiensi pompa
Hp = Hstatis + ƩHf
Hstatis = Elevasi mulut pipa di atas sungai - Elevasi muka air minimum
kolam
= 0,454 – (0,015)
= 0,439 m
Mencari kecepatan pada pipa dengan D = 0,267 m
𝑄𝑝
V =
𝐴
0,126
= 1
4
×3,14×0,2672
= 2,25 m/s
Mencari f untuk mengetahui Hf dengan cara trial error dengan mencari data
Re pada pipa PVC dengan D = 0,267 m
vxD k 0,000024
Re = =
ϑ 𝐷 0,267
2,25 𝑥 0,267
= = 8,99 x 10-5
0,8598x10−6
= 0,69 x107
L v2
Hf1 = f x x
D 2g
5,21 2,252
= 0,01 x x
0,267 2x9,81
= 0,05 m
v2
Hf2 = k x
2g
2,252
=1x
2x9,81
= 0,26 m
L v2
Hf3 = f x x
D 2g
3,75 2,252
= 0,0125 x x
0,267 2x9,81
= 0,045 m
v2
Hf4 = k x
2g
2,252
=1x
2x9,81
= 0,26 m
L v2
Hf5 = f x x
D 2g
0,5 2,252
= 0,01 x x
0,267 2x9,81
= 2,15 m
v2
Hf6 = k x
2g
2,252
=1x
2x9,81
= 0,26 m
= 3,025 m
Hp = Hstatis + ƩHf
Hp = 2,15 + 3,025
= 5,175 m
𝜇 = 0,78
𝑄 𝑥 𝐻𝑝 𝑥 𝛶
P=
𝜇
Perhitungan kolam
misal: luas kolam = 1,3% x luas tangkapan
= 1,3% x 6,07 Ha
= 0,08 Ha
= 800 m2
Maka dimensi = 40m x 20m
Volume kolam = luas kolam x (elevasi hulu – elevasi hilir)
= 800 x 0,15
= 1200 m3
Digunakan pompa Q = 0,126 m3/detik = 453,6 m3/jam
dengan waktu operasional 3,5 jam / hari
maka Q = 453,6 m3/jam x 3,5 jam
= 1587,6 m3
Dengan volume 120 m3 , maka jumlah pompa
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 1200
n= = 453,6 = 2,6 = 3 pompa
𝑄 𝑝𝑜𝑚𝑝𝑎
= 138,84 mm/jam
Qmaks = 0,00278 . C . Cs . I . A
= 1,274 m3/detik
Vk = AK . ( MAX - MIN )
= 800 ( 2– 1 ) = 800 m3
Vg = 17% . A . t
= 19,04 m3
Vt = Vk + Vg
= 800 + 19,04
= 819,04 m3
2 .𝑄 𝑚𝑎𝑘𝑠 .𝑉𝑡
Qp = Q maks – √ 𝑛 .𝑡𝑐
2 𝑥 1,274 𝑥 819,04
= 1,274 - √ 3 . 16,06
= 5,307 m3/detik
BAB III
PENGENDALIAN BANJIR
1. Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu kesatuan wilayah tata air yang
terbentuk secara alamiah dimana air meresap dan / atau mengalir melalui
sungai dan anak-anak sungai yang bersangkutan
2. Wilayah sungai adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya air dalam
satu atau lebih daerah aliran sungai
3. Dataran banjir (flood plain) adalah lahan / dataran yang berada dikanan kiri
sungai yang sewaktu-waktu dapat tergenang banjir. Berdasarkan Peraturan
Menteri PU No. 63/1993 tentang Garis Sempadan Sungai dan Bekas Sungai,
batas dataran banjir ditetapkan berdasarkan debit rencana sekurang-
kurangnya untuk periode ulang 50 tahunan. Contoh : kurang lebih 40%-50%
wilayah DKI Jakarta berada didataran banjir 13 sungai yang melewatinya.
Real state, hotel mewah, pertokoan, perkantoran, dan perumahan mewah di
DKI Jakarta yang terendam banjir pada bulan Januari – Februari 2002
semuanya berada didataran banjir.
4. Bantaran sungai adalah lahan pada kedua sisi sepanjang palung sungai
dihitung dari tepi sungai sampai dengan tepi tanggul sebelah dalam. Fungsi
bantaran sungai adalah tempat mengalirnya sebagian debit sungai pada saat
banjir (high water channel). Sehubungan dengan itu, maka pada bantaran
sungai dilarang membuang sampah dan mendirikan bangunan untuk hunian.
tergenang banjir. Mereka harus selalu siap dan waspada serta ikut berupaya
menekan besarnya kerugian / bencana, antara lain dengan membangun
rumah panggung dan berbagai upaya “penyesuaian” lainnya. Antisipasi
lainnya misalnya konstruksi bangunan pengendali banjir seperti misalnya
tanggul untuk daerah pemukiman / perkotaan padat harus cukup aman dan
stabil serta tidak jebol pada saat terjadi limpasan banjir diatas tanggul.
Kegiatan nonstruktur / nonfisik bertujuan untuk menghindarkan dan
juga menekan besarnya masalah yang ditimbulkan oleh banjir, antara lain
dengan cara mengatur pembudidayaan lahan di dataran banjir dan di DAS
sedemikian rupa sehingga selaras dengan kondisi dan fenomena lingkungan/
alam termasuk kemungkinan terjadinya banjir. Untuk itu, maka sebagai
pelaku utama dari kegiatan ini adalah masyarakat baik secara langsung
maupun tidak langsung. Upaya-upaya nonstruktur tersebut dapat berupa :
a. Konservasi tanah dan air di DAS hulu untuk menekan besarnya aliran
permukaan dan mengendalikan besarnya debit puncak banjir serta
pengendalian erosi untuk mengurangi pendangkalan / sedimentasi di dasar
sungai. Kegiatan ini merupakan gabungan antara rekayasa teknik sipil
dengan teknik agro, yang bertujuan untuk mengendalikan aliran permukaan
antara lain dengan terasering, bangunan terjunan, check dam / dam penahan
sedimen, dan pengendali sedimen, kolam retensi, penghijauan, dan reboisasi
serta sumur resapan.
b. Pengelolaan dataran banjir (flood plain management) berupa penataan ruang
dan rekayasa di dataran banjir yang diatur dan menyesuaikan sedemikian
rupa sehingga risiko / kerugian / bencana yang timbul apabila tergenang
banjir sekecil mungkin (flood risk / flood damage management). Rekayasa
yang berupa bangunan antara lain berupa : rumah tipe panggung, rumah
susun, jalan laying, jalan dengan perkerasan beton, pengaturan penggunaan
rumah / gedung bertingkat, dan sebagainya. Sedangkan rekayasa di bidang
pertanian dapat berupa pemilihan varietas tanaman yang tahan genangan.
Perangkat lunak yang diperlukan antara lain berupa flood plain zoning, flood
risk map, dan rambu-rambu atau papan peringatan yang dipasang di dataran
banjir.
T
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
(jam)
Q
8 126 280 377 310 260 198 146 90 60 36 20 10
(m3/det)
Inflow Waduk
400
350
300
Q (m3/det)
250
200
150
100
50
0
0 2 4 6 8 10 12 14
T (jam)
Tampungan Waduk
95
94.5
𝐿𝑠 𝑥(𝐼𝑜−𝐼𝑠)
=
𝐻𝑚𝑎𝑥
14070 𝑥 (0,000885−0,000846)
=
2
= 0,274 ≈ 1 Buah
Tampungan Kolam
24
23.5
Elevasi Muka Air Kolam (m)
23
22.5
22
21.5
21
20.5
20
19.5
0 10 20 30 40 50
Volume (x 10^4 m3)
Volume efektif kolam adalah elevasi muka air kolam rendah +20 m sampai
dengan elevasi muka air tinggi kolam +23,5 m. normalisasi alur 2-3 dengan
kapasitas pengaliran rencana Q₂ = 10,08 m³/s. Besarnya volume efektif kolam yaitu:
Vefektif = 44,7 x 10⁴ - 0,5 x 10⁴
= 44,20 x 10⁴ m3
3.4.1 Dimensi Kolam
Penentuan dimensi kolam retensi berdasarkan pada perhitungan
debit rencana yang masuk kolam dari saluran inflow.
Dari perhitungan V inflow dan V outflow dapat diketahui kapasitas
kolam penampungan yang diperlukan yaitu sebesar 42,546 x 104 m3.
Maka dimensi kolam dapat dihitung sebagai berikut :
V=AxH
Dimana : V = volume kolam (m3)
A = luas kolam (m2)
H = kedalaman kolam (m)
Direncanakan :
V = 42,546 x 104 m3
A = 42 x 104 m2
𝑉 42,546 x 104
H=𝐴= = 1,013 m
42 x 104
Kedalaman diambil 3 m
Kolom 6 : Rata rata Debit masuk kolam pada dua jam tertentu
Kolom 9 : Volume debit keluar (Debit keluar rata rata antara dua jam
x waktu dalam detik)
A= (𝑏 + 𝑚ℎ)ℎ
𝑃 = 𝑏 + 2ℎ√1 + 𝑚2
𝐴
𝑅= 𝑃
h =5m
A = 68 m2
P = 22,742 m
R = 2,990 m
𝐴 = (𝑏 + 𝑚ℎ)ℎ
𝑃 = 𝑏 + 2ℎ√1 + 𝑚2
𝐴
𝑅= 𝑃
b = 2,6 m
h=2m
Fr (Tinggi Jagaan) = 1 m
A = 9,2 m2
P = 8,257 m
R = 1,114 m
𝐴 = (𝑏 + 𝑚ℎ)ℎ
𝑃 = 𝑏 + 2ℎ√1 + 𝑚2
𝐴
𝑅= 𝑃
b = 1,4 m
h = 1,5 m
A = 4,35 m2
P = 4,4 m
R = 0,989 m
𝐴 = (𝑏 + 𝑚ℎ)ℎ
𝑃 = 𝑏 + 2ℎ√1 + 𝑚2
𝐹
𝑅= 𝑃
b = 2,5 m
h = 1,5 m
A = 6,0 m2
P = 5,5 m
R = 1,091 m
3.7 Bangunan Pengatur Debit (Ambang tetap pada alur flood way)
Bangunan ambang merupakan bangunan pengatur debit.
Perpotongan alur sungai pada titik 3 menghasilkan dua alur sungai yaitu 3-
4 dan 3-5. Untuk keperluan penggelontoran kota, perlu dilakukan
pengaturan debit pada titik 3. Salah satu cara pengaturan debit adalah
dengan membuat bangunan yang dapat berupa ambang pada salah satu alur
sungai. Pada kasus ini, bangunan ambang diletakkan pada alur sungai 3-5.
Air akan melimpas melalui ambang jika debit minimum pada alur3-
4 yaitu 59,84 m3/detik terpenuhi. Sehingga apabila terjadi debit yang lebih
besar dari 59,84 m3/dt maka debit akan mengalir melalui ambang.
1. Perhitungan ketinggian ambang di alur 3 – 5 (Qmin)
Debit minimum = 10,08 m3/dt.
Lebar dasar alur sungai = 12 m
Kemiringan dasar = 0,000842
Koef. Manning (n) = 0,03
𝐴=𝑏𝑥ℎ
𝑃 = 𝑏 + 2ℎ
𝐴
𝑅= 𝑃
h=1m
= +10,06 + 1
= +11,06 m.
2. Perhitungan lebar ambang (Q3-5 ≥ Qbanjir)
Rumus debit untuk aliran tenggelam berdasarkan KP-02 hal 154 adalah
sebagai berikut:
𝑄 = 2/3 × 𝐶𝑑 × 𝐻1,5 × 𝐵 × √2/3 𝑔
Keterangan: Q = Debit rencana (Q3-5) = 83,4 m3/s
Cd = Koefisien Vlugter
H = Tinggi energi air di atas ambang
B = Lebar ambang
g = gravitasi (9,81 m2/s)
𝑣2
H = ℎ1 + 2𝑔
𝑣2
1 = ℎ1 + 2𝑔
𝑄 83,4
2 v= = = 6,95 m2/s
𝐴 12
𝑣2
= 0,318
2𝑔
𝑣2
1 = h1 + 2𝑔
1 = h1 + 0,318
h1 = 0,682 m
H =1m
P = 14 m
r = 0,5 H = 0,5 m
𝐻 1
C₀ = = 0,5 = 2 → C₀ = 1,33
𝑟
0,6 0,6
C₁ = = = 0,6 → C₁ = 0,92
𝐻 1
0,6 0,6
C₂ = = = 0,6 → C₂ = 1,008
𝐻 1
Cd = C₀ x C₁ x C₂ = 1,233
2
83,4 = 2/3 × 1,233 × 11,5 × 𝐵 × √ 9,81
3
B = 39,67 m ≈ 40 m
Sehingga bangunan ambang sebagai pengatur debit minimum dan
debit banjir memiliki dimensi sebagai berikut:
Lebar ambang (B) = 40 m
Tinggi ambang (P) =1m