You are on page 1of 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Statistika adalah pengetahuan yang berhubungan dengan cara-cara
pengumpulan data, pengolahan atau penganalisaannya dan penarikan kesimpulan
berdasarkan kumpulan data dan penganalisaan yang dilakukan. Statistika
dikelompokkan dalam dua kelompok yaitu statistika deskriptif dan statistika
inferensia. Statistika deskriptif adalah metode yang berkaitan dengan
pengumpulan dan penyajian suatu gugus data sehingga memberikan informasi
yang berguna. Sedangkan pengertian statistika inferensia adalah metode yang
berhubungan dengan analisis sebagian data untuk kemudian sampai pada
peramalan atau penarikan kesimpulan tentang seluruh gugus data induknya.1
Dalam suatu penelitian masalah merupakan aspek yg dikaji. Masalah ini
didapatkan dari berbagai sumber. Masalah yang akan ditentukan dalam suatu
penelitian perlu diperhatikan dari sudut pandang subjek peneliti yang harus
disesuaikan dengan kemampuan peneliti sendiri berkaitan dengan waktu, tenaga,
biaya, minat, metodologi, alat-alat dan koleksi data. Masalah harus bersifat
spesifik dan jelas karena berkaitan dengan tujuan penelitian jika masalah yang
dirumuskan tidak jelas maka tujuan penelitian juga menjadi tidak jelas.1,2
Masalah penelitian adalah suatu pertanyaan atau pernyataan yang menyatakan
tentang situasi yang memerlukan pemecahan melalui penelitian, atau keputusan
yang perlu didiskusikan. Secara lebih spesifik masalah penelitian merupakan
pertanyaan yang menanyakan hubungan antar variabel penelitian. Pengertian lain
menunjukan bahwa maslah merupakan kesenjangan antara situasi yang
diharapkan dengan situasi yang ada atau kesenjangan antara tujuan yang ingin
dicapai dengan keterbatasan alat dan sumberdaya yang dimiliki untuk mencapai
tujuan tersebut.2

1
Menurut Suryaputra N. Awangga, masalah penelitian merupakan aspek yang
dikaji yang didapatkan dari berbagai sumber. Masalah yang akan ditentukan
dalam suatu penelitian perlu diperhatikan dari sudut pandang subjek peneliti
yang harus disesuaikan dengan kemampuan peneliti sendiri yang berkaitan
dengan waktu, tenaga, biaya, minat, metodologi, alat-alat dan koleksi data.2
Setelah masalah penelitian dirumuskan, maka langkah kedua dalam proses
penelitian adalah mencari teori – teori, konsep – konsep, generalisasi –
generalisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk
pelaksanaan penelitian.2,3
Teori merupakan seperangkat konsep, defenisi dan proposisi yang berfungsi
untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi hubungan antara
variabel, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena.3
Para peneliti mencari landasan teoritis dari permasalahan penelitiannya.
Sehingga penelitian bukan kegiatan bersifat “trial error“. Studi kepustakaan
merupakan separuh dari kegiatan penelitian yang gunannya untuk menunjukan
jalan memecahkan permasalahan penelitian.3

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu:
1. Apakah definisi dari statistika?
2. Bagaimana fungsi dan peranan statistika?
3. Bagaimana definisi dari masalah?
4. Bagaimana perumusan masalah yang baik?
5. Apakah yang dimaksud dengan pengertian teori dalam melakukan suatu
kegiatan penelitian?
6. Apakah fungsi dari konsep atau teori dalam suatu kegiatan penelitian?
7. Bagaimana cara merumuskan teori untuk menjadi kerangka berpikir dalam
suatu penelitian?

C. Tujuan Penulisan

2
1. Untuk mengedukasi pembaca mengenai pengertian dari statistika.
2. Untuk mengedukasi pembaca mengenai fungsi dan peranan statistika.
3. Untuk mengedukasi pembaca mengenai definisi dari masalah.
4. Untuk mengedukasi pembaca mengenai perumusan masalah yang baik dan
benar.
5. Untuk mengedukasi pembaca mengenai kegunaan dari perumusan masalah
6. Untuk mengedukasi pembaca mengenai bentuk-bentuk dari perumusan
masalah.
7. Untuk mengedukasi pembaca mengenai pengertian teori dalam suatu
penelitian.
8. Untuk mengedukasi pembaca mengenai fungsi dari teori atau konsep dalam
suatu penelitian.
9. Untuk mengedukasi pembaca agar dapat meringkas teori penelitian menjadi
suatu kerangka pikiran yang baik.

BAB II

3
PEMBAHASAN

1. Pengertian Statistika
Statitiska adalah pengetahuan yang berhubungan dengan cara-cara
pengumpulan dan penyusunan data, pengolahan data dan penganalisisan data,
serta penyajian data berdasarkan kumpulan dan analisis data yang dilakukan.4
Berdasarkan kegiatannya, statitiska dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu :4
A. Statistika deskriptif atau statistika deduktif adalah statitiska yang meliputi
kegiatan-kegiatan pengumpulan, penyajian, penyederhanaan atau
penganalisisan, dan penentuan ukuran – ukuran khusus dari suatu data tanpa
penarikan kesimpulan.
B. Statitiska inferensi atau statitiska induktif adalah ilmu mengenai penarikan
kesimpulan dan pengambilan keputusan tentang makna statistic yang telah
dihitung

2. Fungsi Statistika
Fungsi dan peranan statistic dibagi menjadi dua macam, fungsi dan peranan
statistika dalam penelitian dan dalam bidang kesehatan.5
Adapun fungsi dan peranan statistik dalam penelitian yaitu:5
A. Sebagai alat ukur untuk menghitung besarnya anggota sampel yang diambil
dari suatu populasi. Dengan demikian jumlah sampel yang diperlukan dapat
dipertanggungjawabkan
B. Alat untuk menguji validitas dan reliabilitas instrument, sebelum instrument
tersebut digunakan
C. Teknik-teknik untuk menyajikan data, sehingga data lebih komunikatif.
Teknik-teknik ppenyajian data antara lain, tabel, grafik, dan diagram.
D. Alat untuk analisis data seperti menguji hipotesis penelitian yang diajukan.
Dalam hal ini statistik yang digunakan antara lain, korelasi, regresi, t-test,
anava, multivariat, dll

4
Sedangkan kegunaan statistik dalam bidang kesehatan yaitu:6
A. Memberi keterangan tentang masalah-masalah kesehatan masyarakat yang
dihadapi serta hal-hal perlu mendapat prioritas.
B. Memberikan keterangan penyebaran penyakit berdasarkan orang yang
diserang, waktu penyerangan, luasnya wilayah serang dan kecenderungannya.
C. Memperkirakan perkembangan suatu penyakit dengan berdasarkan
periodisasinya / trend.
D. Memperkirakan faktor-faktor penyebab masalah, fakta yang akan dan telah
terjadi.
E. Memperkirakan sumber daya dan potensi pemanfaatan serta
pengembangannya dalam upaya mengantisipasi permasalahan yang terjadi.
F. Merencanakan upaya yang efektif, efisien berdasarkan kenyataan, prioritas
dan sumber daya yang tersedia.
G. Memahami, menganalisis data dan informasi guna membantu mengambil
keputusan.
H. Menganalisis hambatan pelaksanaan program kesehatan masyarakat serta
alternatif pemecahannya.
I. Menilai hasil-hasil kegiatan yang telah dicapai.
J. Mendokumentasikan semua data kesehatan masyarakat, untuk dapat
dibandingkan dengan daerah lain atau keadaan yang akan datang.

3. Masalah
A. Definisi Masalah
Masalah atau permasalahan adalah adanya kesenjangan antara harapan dan
kenyataan. Adanya kesenjangan tersebut dapat memunculkan pertanyaan
mengapa kesenjangan terjadi. Namun, tidak semua kesenjangan dapat
diangkat dalam suatu penelitian. Kesenjangan dikembangkan ketika
pertanyaan tersebut dapat dijawab. Oleh sebab itu, masalah merupakan titik
tolak dalam melakukan suatu penelitian karena suatu penelitian pada dasarnya
bermaksud untuk menyelesaikan dan atau mencarikan jawaban terhadap suatu
masalah. Dengan demikian, jelaslah sebelum memulai suatu penelitian perlu
dikemukakan dahulu apa masalah yang akan diteliti.7,9,11

5
Identifikasi masalah penelitian merupakan hal pertama yang harus
dilakukan oleh tiap peneliti. Masalah kesehatan terjadi bila terdapat
kesenjangan antara apa yang seharusnya ada (das Sollen) dengan yang
sekarang ada (ilas Sein). Masalah dalam bidang kedokteran dan kesehatan
amat banyak namun, apakah semua masalah tersebut layak untuk diangkat
menjadi masalah penelitian? Jawabnya adalah 'Tidak', tidak setiap masalah
kesehatan layak dikembangkan menjadi masalah penelitian. Masalah
penelitian harus dapat dipecahkan sebagian atau seluruhnya dengan penelitian
dan kemungkinan jawabannya harus lebih dari satu. Misalnya, masalah
kesehatan yang cukup besar bahwa "Sebagian besar pasien anak dengan
penyakit jantung bawaan di Indonesia tidak ditangani dengan memadai"
bukanlah merupakan masalah penelitian oleh karena jawabannya sudah ada
dan hanya ada satu yakni kekurangan uang dan fasilitas yang diperlukan.8,10

B. Cara Mengemukakan Masalah7


Dalam mengemukakan masalah terdapat cara cara tertentu, diantaranya
melalui pertanyaan yang membutuhkan jawaban atau berupa pernyataan yang
membutuhkan pembuktian. Masalah yang berupa pernyataan yang
membutuhkan pembuktian tersebut dinamakan hipotesis.
Contoh :7
 Masalah berupa pertanyaan : Apakah penyaluran kontrasepsi melalui
saluran niaga akan dapat meningkatkan peserta KB daripada penyaluran
hanya melalui klinik?

 Masalah berupa pernyataan : Jika keterlibatan masyarakat dalam program


KB dapat ditingkatkan, kesertaan masyarakat dalam program KB akan
meningkat pula.

C. Kriteria Untuk Menetukan Suatu Masalah Yang Layak Untuk


Diprioritaskan

6
Agar suatu masalah kesehatan layak untuk diangkat menjadi masalah
penelitian diperlukan beberapa syarat. Di antara syarat yang diajukan oleh
para ahli, rumusan Hulley dan Cummings cukup komprehensif, informatif dan
mudah untuk diingat yakni: mampu laksana, menarik, memberikan sesuatu
yang baru, selaras dengan etika, serta relevan. Ini dirumuskan dengan baik
sebagai FINER (Feasible, Interesting, Novel, Ethical, Relevant).8,10
1. Kemampulaksanaan (Feasible)
Kemampulaksanaan merupakan hal yang tidak dapat ditawar. Banyak
kesenjangan dalam bidang kedokteran yang dapat dikembangkan menjadi
masalah penelitian yang baik, menjanjikan hal yang baru, dan relevan
dengan pelayanan masyarakat dan pengembangan ilmu, namun tidak cukup
subyek penelitian, dana, sarana, keahlian, atau waktu. Sebagian kendala
tersebut mungkin diatasi dengan modifikasi desain, penyesuaian besar
sampel, mengurangi jenis pemeriksaan, dan berbagai kiat lainnya. Namun
bila segala manuver yang dilakukan tersebut sangat mengurangi atau
meniadakan nilai penelitian, hendaklah peneliti mempertimbangkan
kembali apakah penelitian dapat dilanjutkan. Jadi pertimbangan praktislah
yang akhirnya menentukan/ apakah masalah kesehatan dapat dijawab
dengan penelitian.8,9
2. Menarik
Penelitian yang baik sangat menyita pikiran, tenaga, waktuu, dan biaya.
berbagai kendala, baik yang telah diantisipasi maupun yang muncul
kemudian, dapat mengancam dari waktu ke waktu. lain sisi, peneliti juga
dituntut untuk selalu jujur dan taat asas dalam seluruh tahapan penelitian
sampai dengan pelaporan hasilnya. Oleh karena itulah peneliti harus
tertarik pada substansi yang ditelitinya. Bila tidak, maka terdapat dua
kemungkinan negatif yang dapat terjadi : mungkin ia akan cepat menyerah
apabila dihadapkan pada berbagai kendala, atau ia tidak akan taat asas pada
penelitian yang dirancangnya sendiri.8,9

7
3. Memberikan nilai baru
Nilai baru dalam penelitian sering dihubungkan dengan orisinalitas suatu
penelitian, hal yang seringkali membuat gamang peneliti. Penelitian yang
sama sekali baru disebut sebagai penelitian orisinal, sedangkan yang
mengulang penelitian terdahulu disebut replikatif. Di antara berbagai
kelompok peneliti, para peserta program doctor paling khawatir kalau-
kalau rencana penelitiannya 'tidak orisinal'. Penelitian yang semata-mata
mengulang penelitian terdahulu yang hasilnya telah jelas (established),
memang berarti membuang banyak sumber daya secara sia-sia.8,9
Namun bukan berarti semua penelitian harus sama sekali baru. Pada
umumnya penelitian ulangan dapat dibenarkan apabila.8,10
 Peneliti ingin menguji konsistensi hasil penelitian terdahulu, apakah hal
yang sama terjadi bila diterapkan pada kondisi atau populasi yang
berbeda (beda ras, usia kondisi klinis, dan sebagainya)
 Peneliti melihat kekurangan pada metodologi pelaksanaan analisis, atau
simpulan penelitian sejenis yang dipublikasi sebelumnya. Ini juga
berarti bahwa penelitian ulang yang validitasnya lebih rendah daripada
penelitian terdahulu tidak layak dilakukan. Alasan pengulangan
penelitian harus dijelaskan secara spesifik dan eksplisit dalam latar
belakang usulan penelitian.
Dari literatur dapat disimpulkan bahwa butir-butir berikut ini merupakan
penelitian yang dapat dianggap orisinal :8
1. Melakukan penelitian belum pernah dilakukan sebelumnya
2. Meneruskan hasil penelitian orisinal yang sudah ada
3. Mengembangkan ide orisinal milik orang lain dan kemudian
melaksanakannya
4. Menggunakan teknik baru untuk memperoleh data empiris
5. Merancang penelitian orisinal untuk dilaksanakan orang lain

8
6. Menguji ide orang lain dengan metode yang belum pernah digunakan
7. Menemukan data empiris yang belum pernah dilaporkan
8. Melakukan penelitian serupa denganyang dilakukan di luar negeri
9. Menggunakan teknik lama untuk area baru
10. Memberi eaidence baru untuk masalah lama
11. Melakukan studi lintas disiplin yang baru untuk masalah lama
12. Menerapkan hasil studi orang lain pada populasi yang berbeda.
Biasanya usulan penelitian yang baik dapat mengandung lebih dari
satu aspek orisinalitas tersebut.
D. Etis
Penelitian apa pun, khususnya yang menggunakan manusia sebagai subyek,
tidak boleh bertentangan dengan etika. Kesulitan mungkin timbul karena etika
bukan hal yang mudah untuk didefinisikan. Seseorang mungkin mengatakan
sesuatu hal secara etis masih berterima, namun bagi orang lain mungkin hal
tersebut sudah melanggar etika. Oleh karena itulah tiap penelitian yang
menggunakan manusia sebagai subyek harus lebih dahulu memperoleh
persetujuan dari komisi etika independen setempat. Penggunaan plasebo pada
uji klinis senantiasa menjadi bahan diskusi dalam sidang komisi etika.
Modifikasi usulan penelitian mungkin perlu dilakukan atas saran dari komisi
etika tersebut.8,9

E. Relevant
Relevansi merupakan hal utama yang harus dipikirkan pada awal setiap,
penelitian. Tiap peneliti harus dapat memprediksi hasil penelitian yang akan
diperoletr, apakah relevan dengan kemajuan ilmu, tata laksana pasien,
kebijakan kesehatan, atau sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya. Dapat
ditambahkan bahwa setelah menentukan topik penelitian. Peneliti harus
membatasi diri pada pertanyaan penelitian yang paling penting. Menjawab

9
satu atau dua pertanyaan penelitian yang penting secara adekuat lebih baik
daripada menjawab banyak pertanyaan yang remeh-temeh. Hal ini perlu
ditekankan karena terlalu banyak pertanyaan dalam safu penelitian akan
menambah kesulitan dalam pemilihan desain, penghitungan besar sampel,
interpretasi uji statistika serta masalah metodologis lainnya, di samping
memerlukan tambahan logistik berupa biaya, waktu, tenaga, fasilitas lain. Para
peneliti muda cenderung untuk memasukkan sebanyak mungkin pertanyaan
dalam satu penelitian; hal ini seyogianya dihindarkan. Praktik untuk
menambahkan satu atau lebih pertanyaan penelitian setelah data terkumpul
(misalnya karena ada data yang menarik yang sebelumnya tidak terpikirkan),
juga tidak selayaknya dilakukan.8,9
Untuk menentukan apakah suatu masalah layak diprioritaskan, ada
beberapa kriteria yang harus dipenuhi, yakni :7,11
 Tergantung dari waktu terjadinya masalah Jika masalah yang akan diteliti
pada waktu lampau, tentu kepentingan untuk melaksanakan peneilitian
tidak begitu besar.
 Tergantung dari akibat yang ditimbulkan oleh masalah Suatu masalah yang
mendatangkan akibat lebih serius lebih layak untuk dilakukan
peneilitiannya daripada masalah dengan akibat yang kecil saja –
 Tergantung dari jumlah masyarakat yang terkena masalah Jika jumlah
masyarakat yang terkena masalah lebih banyak, penelitian untuk masalah
tersebut perlu diprioritaskan.
 Tergantung dari hubungannya dengan program yang sedang berjalan Jika
masalah tersebut ada hubungannya dengan kepentingan program yang
sedang dilaksanakan sepantasnyalah dilakukan penelitian untuk masalah
tersebut.
 Tergantung dari hubungannya dengan berbagai masalah lain yang ada di
masyarakat Jika masalah tersebut juga ada hubungannya dengan berbagai

10
masalah lain yang ada di masyarakat, prioritas penelitian sebaiknya
diberikan pada masalah tersebut.
 Tergantung dari perhatian masyarakat terhadap masalah Jika perhatian
masyarakat terhadap masalah tersebut besar, prioritas melaksanakan
penelitian untuk masalah tersebut perlu diberikan.
 Tergantung dari pernah tidaknya masalah tersebut diteliti Jika penelitian
untuk masalah tersebut pernah dilakukan, urgensi untuk melakukan
penelitian lagi untuk masalah tersebut tidak begitu besar

F. Perumusan Masalah
Jika telah berhasil menetapkan masalah yang akan diteliti serta telah yakin
bahwa masalah tersebut cukup penting untk diteliti, langkah selanjutnya ialah
merumuskan masalah tersebut. Suatu rumusan masalah haruslah mempunyai
beberapa keterangan yakni :7
1. Keterangan tentang waktu terjadinya masalah.
2. Keterangan tentang lokasi tempat ditemukannya masalah.
3. Keterangan tentang siapa yang terkena masalah tersebut.
4. Hendaknya diungkapnya dalam kalimat tanya sehingga masalah lebih
terfokus.
5. Rumusan masalah hendaknya konsisten terhadap judul dan latar belakang.
Dibuat dalam bahasa yang jelas. Contoh : - Apakah ada hubungan antara
pola makan dan kejadian diabetes melitus di Kecamatan X tahun 2013? -
Bagaimana gambaran keaktifan kader posyandu berdasarkan tingkat
pendidikan di Kecamatan X tahun 2013?

G. Uraian Masalah
Apabila rumusan masalah telah selesai dilakukan, lanjutkanlah dengan
menyusun uraian masalah tersebut. Uraian ini dipandang penting untuk
memberikan gambaran selengkapnya tyentang masalah yang diteliti. Untuk

11
dapat menyusun uraian masalah, perlu dilakukan tinjauan kepustakan.
Keterangan yang perlu dikutip dari bahan kepustakaan hendaknya lebih
diarahkan pada :7,11
 Apa yang telah diketahui masalah tersebut.
 Apa yang belum diketahui tentang masalah tersebut.

H. Sumber Masalah Penelitian


Masalah penelitian dapat dikembangkan dari berbagai sumber, termasuk :8
1. Kepustakaan (buku ajar, karangan asli dalam jurnal, telaah sistematik /
metaanalisis, abstrak). Pertanyaan dalam artikel ilmiah bahwa terdapat
suatu hal belum disepakati oleh para ahli merupakan petunjuk bahwa hal
tersebut perlu diteliti. Tinjauan pustaka yang baik sering diakhiri dengan
saran tentang hal atau aspek yang perlu diteliti lebih lanjut. Review
sistematik atau metaanalisis merupakan sumber informasi yang amat
berharga untuk memperoleh sumber masalah penelitian. Setiap calon
peneliti harus berupaya untuk mencari publikasi ilmiah terbaru, teristimewa
dengan menggunakan internet.
2. Bahan diskusi dan materi konferensi, seminar, simposium, lokakarya, dan
sebagainya. Banyak hal yang muncul dalam diskusi resmi, ataupun dalam
pembicaraan informal dengan pakar saat rehat kopi, dapat memunculkan
masalah yang mungkin bagus untuk dikembangkan menjadi masalah
penelitian.
3. Masalah dalam pengalaman sehari-hari seringkali dapat dikembangkan
menjadi masalah penelitian. Kontroversi antara yang tertulis dalam buku
dengan fakta dalam praktik merupakan sumber masalah yang tidak akan
pernah habis. Dikatakan bahwa cara terbaik untuk menjadi peneliti yang
mandiri ialah mencari masalah penelitian yang bersumber dari praktik
seharihari.

12
4. Pendapat pakar yang masih bersifat spekulatif seringkali dapat dicari
landasan teorinya untuk dikembangkan menjadi masalah penelitian.
5. Sumber nonilmiah dapat pula merupakan sumber masalah penelitian.
Berita surat kabar, misalnya penyakit aneh di suatu daerah yang merenggut
banyak korban dapat dijadikan dasar dan dikembangkan menjadi masalah
penelitian.

3. Teori atau Konsep


A. Pengertian Teori atau Konsep
Salah satu unsur terpenting dalam penelitian yang memiliki peran sangat
besar dalam pelaksanaan penelitian adalah teori. Karena teori dengan unsur
ilmiah inilah yang akan mencoba menerangkan fenomena-fenomena sosial
yang menjadi pusat perhatian peneliti. Menurut Kerlinger, teori adalah
serangkaian asumsi, konsep, konstrak, definisi dan proposisi untuk
menerangkan fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan
hubungan antar variabel. Berdasar pengertian tersebut, definisi teori
mengandung tiga hal. Pertama, teori adalah serangkaian proposisi antar
konsep-konsep yang saling berhubungan. Kedua, teori merangkan secara
sistematis atau fenomena sosial dengan sosial dengan cara menentukan
hubungan antar konsep. Ketiga, teori menerangkan fenomena-fenomena
tertentu dengan cara menentukan konsep mana yang berhubungan dengan
konsep lainnya dan bagaimana bentuk hubungannya.12
Dalam menyusun kerangka teori menurut Prof. Noeng Muhadjir, dalam
makalahnya yang berjudul ” Proses Mengkonstruksi Teori dan Hipotesis”,
bagian teori harus menampilkan bagian yang bulat yang disajikan secara
holistik, tetapi juga bukan sekedar penyajian konsep yang terpilah dan
terpecah-pecah, sehingga konsep tersebut akan lebih menarik untuk dikaji.12
Tata fikir yang ditawarkan dalam penyusunan kerangka teori menggunakan
logika reflektif, yaitu logika yang mondar-mandir antara proses berfikir

13
induktif dan proses berfikir deduktif, dan tidak dipermasalahkan dari mana
harus dimulai. Alat berfikir bukan hanya sekedar mendasarkan pada
generalisasi dari rerata keberagaman individul dan rerata frekuensi kejadian,
tetapi juga konteks, esensi, indikasi pragmatik, fungsional, atau yang
lainnya.12
Oleh karena itu suatu teori tampil sebagai abstraksi, simplifikasi atau
idealitas dari fenomena, mungkin merupakan eksplanasi dan mungkin pula
merupakan penafsiran atas empiri. Pada dasarnya teori mengandung beberapa
hal antara lain: asumsi, postulat, tesis, hipotesis, proposisi dan sejumlah
konsep. Dalam teori juga terdapat idealisasi tentang tata hidup
kemasyarakatan atau tata hidup alam semesta. Validasi suatu teori diuji atas
kemampuannya memberikan evidensi empirik.12

B. Fungsi Teori atau Konsep


Sesuai dengan definisi Kerlinger, bahwa teori adalah seperangkat konstruk
(konsep), definisi, dan proporsi yang menyajikan gejala-gejala sistematis,
merinci hubungan antar variable-variabel, dengan tujuan meramalkan dan
menerangkan gejala tersebut, maka teori memiliki fungsi antara lain:12
1. Menyediakan kerangka konsepsi penelitian, dan memberikan
pertimbangan perlunya penyelidikan
2. Melalui teori kita dapat membuat pertanyaan yang terinci untuk
penyidikan.
3. Menunjukkan hubungan antar variable yang diteliti.
4. Kajian pustaka meliputi pengidentifikasian secara sistematis, penemuan,
dan analisis dokumen-dokumen yang memuat informasi yang berkaitan
dengan masalah penelitian.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh peneliti dalam menyusun
kerangka/ landasan teori, antara lain:12

14
1. Kerangka teori sebaiknya menggunakan acuan yang berhubungan dengan
permasalahan yang diteliti dan acuan-acuan yang berupa hasil penelitian
terdahulu (bisa disajikan di Bab II atau dibuat sub-bab tersendiri).
2. Cara penulisan dari subbab ke subbab yang lain harus tetap mempunyai
keterkaitan yang jelas dengan memperhatikan aturan penulisan pustaka.
3. Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik, studi pustaka harus
memenuhi prinsip kemutakhiran dan keterkaitannya dengan permasalahan
yang ada. Apabila menggunakan literatur dengan beberapa edisi, maka
yang digunakan adalah buku dengan edisi terbaru, jika referensi tidak
terbit lagi, referensi tersebut adalah terbitan terakhir. Dan bagi yang
menggunakan Jurnal sebagai referensi pembatasan tahun terbitan tidak
berlaku
4. Semakin banyak sumber bacaan, maka kualitas penelitian yang akan
dilakukan semakin baik, terutama sumber bacaan yang terdiri dari teks
book atau sumber lain misalnya jurnal, artikel dari majalah, Koran,
internet dan lain-lain
5. Pedoman kerangka teori di atas berlaku untuk semua jenis penelitian
6. Teori bukan merupakan pendapat pribadi (kecuali pendapat tersebut sudah
ditulis di Buku)
7. Pada akhir kerangka teori bagi penelitian korelasional disajikan model
teori, model konsep (apabila diperlukan) dan model hipotesis pada subbab
tersendiri, sedangkan penelitian studi kasus cukup menyusun Model teori
dan beri keterangan. Model teori dimaksud merupakan kerangka
pemikiran penulis dalam penelitian yang sedang dilakukan. Kerangka itu
dapat berupa kerangka dari ahli yang sudah ada, maupun kerangka yang
berdasarkan teori-teori pendukung yang ada. Dari kerangka teori yang
sudah disajikan dalam sebuah skema, harus dijabarkan jika dianggap perlu
memberikan batasan-batasan, maka asumsi-asumsi harus dicantumkan.12
Contoh:12

15
Judul : Hubungan antara Tingkat Kecemasan dengan Perubahan
Siklus Menstruasi pada Siswa SMA Masehi Kudus
RM : Apakah ada hubungan antara tingkat kecemasan dengan
perubahan siklus menstruasi pada siswa SMA Masehi kudus ?
Ha : Ada Hubungan antara tingkat kecemasan perubahan siklus
menstruasi pada siswa SMA Masehi Kudus
Bagaimana cara membangun atau membuat konstruksi landasan teori?
1. Kita harus memahami variabel-variabel dalam penelitian.
2. Kita harus mampu menjabarkan variabel-variabel tersebut dalam bentuk
konsep yang mendukung terhadap rumusan masalah yang disusun
3. Kita harus mampu menjabarkan variabel-variabel tersebut dalam konsep
yang sesuai dengan Hipotesa penelitian.
Misal : Variabel penelitian terdiri dari variabel Tingkat kecemasan (X) dan
perubahan siklus menstruasi (Y)
Jadi kontruksi Landasan teori dalam penelitian tersebut, sebagai berikut:
Tingkat Kecemasan :12
1. Pengertian kecemasan
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan
3. Kualifikasi kecemasan
4. Dan lain-lain yang berkaitan dengan kecemasan
Perubahan Siklus Menstruasi :12
1. Pengertian siklus menstruasi
2. Macam-macam perubahan siklus menstruasi
3. Faktor penyabab terjadinya perubahan siklus menstruasi
4. Dan lain-lain yang berkaitan dengan perubahan siklus menstruasi

4. Kerangka Pikiran
Kerangka berfikir merupakan dasar pemiiran pada penelitian yang
dirumuskan dari fakta – fakta, observasi dan tinjauan pustaka. Kerangka

16
konsep memuat teori, dalil, atau konsep – konsep yang akan dijadikan dasar
dan pijakan untuk melakukan penelitian. Uraian dalam kerangka konsep
menjelaskan hubungan dan keterkaitan antara variakbel penelitian maupun
variabel pengganggu dijelaskan secara mendalam dan relevan dengan
permasalahan yang diteliti, sehingga dapat dijadikan dasar untuk menyusun
hipotesis dan menjawab permasalahan penelitian. Kerangka konsep penelitian
ditulis dalam bentangan variabel bebas dan terikat dengan didukung semua
variabel pengganggu yang diperjelas dengan garis yang berbeda. Area yang
akan diteliti dan yang tidak diteliti diberi keterangan pada bagian garis
bawahnya.13,14,15,16
Kerangka konsep umumnya disajikan dalam bentuk bagan, sehingga jelas
hubungan antar variabelnya. Keraangka konsep yang baik, apabila dapat
mengidentifikasi variabel – variabel pentingyang sesuai dengan
perrmasalahan penelitian dan secara rasional mampu menjelaskan keterkaitan
antar variabel, kaidah susunan kerangka konsep adalah.13,14,15,16

1. Variabel – variabel penelitian harus di identifikasi secara jelas dan diberi


nama
2. Uraian dalam bagan harus mencerminkan interaksi / hubungan variabel
satu sama lain.
3. Kerangka konsep sebaiknya digambarkan dalam diagram skematik,
sehingga pembaca dapat secara jelas melihat hubungan variabelnya..

17
Bagan 1. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka berfikir dalam suatu penelitian perlu dikemukakan apabila dalam


penelitian tersebut berkenaan dua variabel atau lebih. Apabila penelitian
hanya membahas sebuah variabel atau lebih secara mandiri, maka yang
dilakukan peneliti disamping mengemukakan deskripsi teoritis untuk masing-
masing variabel, juga argumentasi terhadap variasi besaran variabel yang
diteliti. Penelitian yang berkenaan dengan dua variabel atau lebih, biasanya
dirumuskan hipotesis yang berbentuk komparasi maupun hubungan. Oleh
karena itu dalam rangka menyusun hipotesis penelitian yang berbentuk
hubungan maupun komparasi, maka perlu dikemukakan kerangka berfikir.
13,14,15,16

Seorang peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar bagi


argumentasi dalam menyusun kerangka pemikiran yang membuahkan
hipotesis. Krangka pemikiran ini merupakan penjelasan sementara terhadap
gejala-gejala yang menjadi obyek permasalahan.13,14,15,16
Kriteria utama agar suatu kerangka pemikiran bisa meyakinkan sesama
ilmuwan, adalah alur-alur pikiran yang logis dalam membangun suatu

18
kerangka berfikir yang membuahkan kesimpulan yang berupa hipotesis. Jadi
kerangka berfikir merupakan sintesa tentang hubungan antar variabel yang
disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan. Berdasarkan teori-teori
yang telah dideskripsikan tersebut, selanjutnya dianalisis secara kritis dan
sistematis, sehingga menghasilkan sintesa tentang hubungan antar variabel
yang diteliti. Sintesa tentang hubungan variabel tersebut, selanjutnya
digunakan untuk merumuskan hipotesis.13,14,15,16

19
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Masalah dapat diartikan sebagai kesenjangan antara harapan dan kenyataan.
Adanya kesenjangan tersebut dapat memunculkan pertanyaan mengapa
kesenjangan terjadi. Namun, tidak semua kesenjangan dapat diangkat dalam
suatu penelitian. Perumusan masalah berupa pertanyaan- pertanyaan yang telah
dibatasi atau dipilih. dan perumusan masalah mempunyai beberapa keterangan
diantaranya, keterangan waktu, lokasi, siapa yang terkena masalah, hendakanya
konsisten terhadap judul dan latar belakang, dan dibuat dalam bahasa yang jelas.
Kriteria untuk menentukan suatu masalah yang layak untuk diprioritaskan :
Mempunyai feasible, masalah itu harus menarik,memberikan nilai baru, etis n
relevant sehingga masalah tersebut bisa dinyatakan dalam bentuk pertanyaan dan
harus menyatakan suatu hubungan.
Rumusan masalah selanjutnya digunakan untuk merumuskan suatu hipotesa.
Dan perlu dihindarkan masalah serta rumusan masalah yang terlalu umum, dan
sempit. Sumber masalah dapat diperoleh dari kepustakaan, bahan diskusi, materi
konferensi, seminar, simposium, pengalaman yang didapatkan dalam kehidupan
sehari-hari, pendapat pakar yang masih bersifat spekulatis, dan sumber nonilmiah
seperti surat kabar dan lain-lain.
Salah satu unsur terpenting dalam penelitian yang memiliki peran sangat besar
dalam penelitian adalah teori. Teori adalah alur logika atau penalaran, yang
merupakan seperangkat konsep, definisi, dan proposisi yang disusun secara
sistematis. Teori mempunyai tiga fungsi, yaitu untuk menjelaskan, meramalkan,
dan pengendalian suatu gejala.
Dalam kaitannya dengan kegiatan penelitian, maka fungsi teori yang pertama
digunakan untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup, atau konstruk

20
variabel yang akan diteliti. Fungsi teori yang kedua adalah untuk merumuskan
hipotesis dan menyusun instrumen penelitian, karena pada dasarnya hipotesis itu
merupakan pernyataan yang bersifat prediktif. Selanjutnya fungsi teori yang
ketiga digunakan mencandra dan membahas hasil penelitian, sehingga
selanjutnya digunakan untuk memberikan saran dan upaya pemecahan masalah.
Dalam landasan teori perlu dikemukakan deskripsi teori, dan kerangka berfikir,
sehingga selanjutnya dapat dirumuskan hipotesis dan instrumen penelitian.

2. Saran
Karena perumusan masalah merupakan pangkal atau tolak ukur dalam
penelitian maka kita harus menyusunya dengan baik agar penelitian yang
dilakukan dapat maksimal dan bermanfaat. Rumusan masalah sebaiknya dibuat
dalam bentuk pertanyaan yang jelas dan padat. serta saran dari penulis kepada
pembaca untuk dapat mengkritisi kembali makalah ini guna melengkapi
kekurangan dari makalah ini.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Agus I. Statistika: Konsep, dasar, aplikasi, dan pengembangannya. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group, 2010.


2. Sangaji EM, Sopiah. Metodologi penelitian: Pendekatan praktis dalam

penelitian. Yogyakarta: Andi Offset, 2010.


3. Suryabrata S. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2012.
4. Tampomas H. Sukses ulangan dan ujian statistika: Sistem persamaan linear.

Jakarta: Grasindo, 2005.


5. Leiwakabessy, F. buku ajar metodologi penelitian pendidikan. Jogjakarta :

KDT; 2015
6. Saputra, R. STATISTIK TERAPAN Dalam Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Padang; 2013
7. Munawaroh. Panduan Memahami Metodologi Penilitian. Malang: Intimedia,

2013.

8. Sastroasmoro Sudigdo, Ismael Sofyan. Dasar - Dasar Metodologi Penilitian


Klinis. Ed 4th. Jakarta : Cv Sagung Seto, 2011.
9. Stevens Paul, Schade Annette at all. Pengantar Riset Pendekatan Ilmiah
Untuk Profesi Kesehatan. Jakarta : EGC, 2006.
10. Arikunto S. Prosedur Penelitian Suatu Pengantar Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta, 2006
11. Nazir. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2005.
12. Nazir, Moh.1985. Metodologi Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

13. Munawarah. Panduan Memahami Metodologi Penelitian cetakan II. Jombang

Jawa Timur: STKIP PGRI Publishing, 2013

14. Asrukin M. Sikap Mahasiswa Terhadap Fasilitas dan Layanan Perpustakaan

IKIP Malang. Jawa Tengah, 1994

22
15. Badcock, P.B Evolutionary Sytem Theory; a Unifying Meta Theory of

Psycology Science, in Review of General Psychology vol 16. No 1, 2012

16. Zandonade T. Social Epistemology from jesssie shera to steve fuller, in gbrang

frends, 2004

23

You might also like