Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
dr. Kelik Wagiyanto
12/343321/PKU/13567
1
ANATOMI SCROTUM, TESTIS, DAN FUNICULUS SPERMATICUS
2
A. ANATOMI SCROTUM
Vena scrotales mengiringi arteri-arteri tersebut. Pembuluh limfe ditampung oleh nodi
lymphoidei inguinales superficiales.7
3
2. Cabang nervus ilioinguinalis (L1), juga untuk permukaan skrotum ventral.
3. Ramus perinealis dari nervus pudendalis (S2-S4) untuk permukaan scrotum dorsal.
4. Ramus perinealis dari nervus cutaneus femoris posterior (S2,S3) untuk permukaan
scrotum kaudal.7
B. ANATOMI TESTIS
Epididimis adalah gulungan pipa yang berbelit-belit dan terletak pada permukaan
kranial dan permukaan dorsolateral testis. Bagian-bagian epididimis yaitu :
1. Bagian cranial yang melebar, yakni caput epididimis terdiri dari lobul-lobul yang
dibentuk oleh gulungan sejumlah ductuli efferentes.
2. Ductuli efferentes membawa spermatozoon dari testis ke epididimis untuk
ditimbun.
3. Corpus epididimis terdiri dari ductus epididimis yang berbelit-belit.
4
4. Cauda epididimis bersinambung dengan ductus deferens yang mengangkut
spermatozoon dari epididimis ke ductus ejaculatorius untuk dicurahkan ke dalam
pars prostatica urethrae.7
5
Pembungkus funiculus spermaticus dibentuk oleh
tiga lapis fascia dari dinding abdomen ventral sewaktu masa vetal :
Pada fascia cremasterica terdapat ikal-ikal (loops) musculus cremaster yang secara
refleks mengangkat testis ke atas ke dalam scrotum, terutama sewaktu dingin.
Musculus cremaster, yang berasal dari musculus obliquus internus abdominis,
memperoleh persarafan dari ramus genitalis nervi genitofemoralis (L1,L2).7
6
6. Serabut saraf simpatis pada arteri, dan serabut simpatis dan parasimpatis pada
ductus deferens.
7. Ramus genitalis nervi genitofemoralis mempersarafi musculus cremaster.
8. Pembuluh limfe untuk menyalurkan limfe dari testis dan struktur berdekatan ke
nodi lymphoidei lumbales dan nodi lymphoidei pre-aortici.7
TORSIO TESTIS
A. DEFINISI
Torsio testis adalah suatu keadaan dimana funikulus spermatikus terpeluntir yang
mengakibatkan oklusi dan strangulasi dari vaskularisasi vena atau arteri ke testis dan
epididimis.12
Testis dapat terputar dalam kantong skrotum (torsio) akibat perkembangan abnormal
dari tunika vaginalis dan funikulus spermatikus dalam masa perkembangan janin.
7
Insersi abnormal yang tinggi dari tunika vaginalis pada struktur funikulus akan
mengakibatkan testis dapat bergerak seperti anak genta di dalam genta, sehingga testis
kurang melekat pada tunika vaginalis viseralis. Testis yang demikian mudah memuntir
dan memutar funikulu spermatikus. Jenis torsio ini disebut sebagai torsio funikulus
spermatikus intravaginalis.9
Pada masa janin dan neonatus lapisan parietal yang menempel pada muskulus dartos
masih belum banyak jaringan penyanggahnya sehingga testis, epididimis, dan tunika
vaginalis mudah sekali bergerak dan memungkinkan untuk terpluntir pada sumbu
funikulus spermatikus. Terpluntirnya testis pada keadaan ini disebut torsio testis
ekstravaginal.12
B. EPIDEMIOLOGI
Torsio testis merupakan kelainan yang cukup sering. Di mana torsio testis, epididimitis
dan torsi dari appendix testis merupakan 3 penyebab tersering nyeri skrotum akut.
Torsio testis juga merupakan kegawat daruratan urologi yang paling sering terjadi pada
laki-laki dewasa muda, dengan angka kejadian 1 diantara 4000 orang dibawah usia 25
tahun dan paling banyak diderita oleh anak pada masa pubertas (12-20 tahun).2
8
Trauma dapat menjadi faktor penyebab pada sekitar 50% pasien, torsio timbul ketika
seseorang sedang tidur karena spasme otot kremaster. Kontraksi otot ini karena testis
kiri berputar berlawanan dengan arah jarum jam dan testis kanan berputar searah
dengan jarum jam. Aliran darah terhenti, dan terbentuk edema, kedua keadaan tersebut
menyebabkan iskemia testis.9
C. ETIOLOGI
Adanya kelainan sistem penyanggah testis menyebabkan testis dapat mengalami torsio
jika bergerak secara berlebihan. Beberapa keadaan yang menyebabkan pergerakan
yang berlebihan itu, antara lain adalah perubahan suhu yang mendadak (seperti pada
saat berenang), ketakutan, latihan yang berlebihan, batuk, celana yang terlalu ketat,
defekasi, atau trauma yang mengenai skrotum.10
Faktor predisposisi lain terjadinya torsio meliputi peningkatan volume testis (sering
dihubungkan dengan pubertas), tumor testis, testis yang terletak horizontal, riwayat
kriptorkismus, dan pada keadaan dimana spermatic cord intrascrotal yang panjang.11
Trauma dapat menjadi faktor penyebab pada sekitar 50% pasien, torsio timbul ketika
seseorang sedang tidur karena spasme otot kremaster. Kontraksi otot ini karena testis
kiri berputar berlawanan dengan arah jarum jam dan testis kanan berputar searah
dengan jarum jam. Aliran darah terhenti, dan terbentuk edema. Kedua keadaan tersebut
menyebabkan iskemia testis.9
D. PATOFISIOLOGI
Terdapat dua jenis torsio testis berdasarkan patofisiologinya yaitu intravagina dan
ekstravagina torsio. Torsio intravagina terjadi di dalam tunika vaginalis dan disebabkan
oleh karena abnormalitas dari tunika pada spermatic cord di dalam scrotum. Secara
normal, fiksasi posterior dari epididimis dan investment yang tidak komplet dari
epididimis dan testis posterior oleh tunika vaginalis memfiksasi testis pada sisi
posterior dari scrotum. Kegagalan fiksasi yang tepat dari tunika ini menimbulkan
gambaran bentuk ‘bell-clapper’ deformitas, dan keadaan ini menyebabkan testis
9
mengalami rotasi pada cord sehingga potensial terjadi torsio. Torsio ini lebih sering
terjadi pada usia remaja dan dewasa muda.6
Ekstravagina torsio terjadi bila seluruh testis dan tunika terpuntir pada axis vertical
sebagai akibat dari fiksasi yang tidak komplet atau non fiksasi dari gubernakulum
terhadap dinding scrotum, sehingga menyebabkan rotasi yang bebas di dalam scrotum.
Kelainan ini sering terjadi pada neonatus dan pada kondisi undesensus testis.6
10
ETIOLOGI
Testis berotasi
Funiculus spermaticus
terpeluntir
Iskemia testis
Nekrosis
E. MANIFESTASI KLINIK
Nyeri akut pada daerah testis disebabkan oleh torsio testis, epididimitis atau orchitis
akut atau trauma pada testis. Nyeri ini seringkali dirasakan hingga ke daerah abdomen
sehingga dikacaukan dengan nyeri karena kelainan organ intraabdominal. Sedangkan
nyeri tumpul disekitar testis dapat disebabkan karena varikokel.10
11
Pada torsio testis, pasien mengeluh nyeri hebat di daerah skrotum, yang sifatnya
mendadak dan diikuti pembengkakan pada testis. Keadaan itu disebut akut skrotum.
Nyeri dapat menjalar ke daerah inguinal atau perut sebelah bawah sehingga jika tidak
diwaspadai sering dikacaukan dengan apendisitis akut.10
Gejala lain yang juga dapat muncul adalah mual dan muntah, kadang-kadang disertai
demam ringan. Gejala yang jarang ditemukan pada torsio testis ialah rasa panas dan
terbakar saat berkermih, dan hal ini yang membedakan dengan orchio-epididimitis.9
F. DIAGNOSA
1. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dapat membantu membedakan torsio testis dengan penyebab
akut scrotum lainnya. Testis yang mengalami torsio pada scrotum akan tampak
bengkak dan hiperemis. Eritema dan edema dapat meluas hingga scrotum sisi
kontralateral. Testis yang mengalami torsio juga akan terasa nyeri pada palpasi.
Jika pasien datang pada keadaan dini, dapat dilihat adanya testis yang terletak
transversal atau horisontal. Seluruh testis akan bengkak dan nyeri serta tampak
lebih besar bila dibandingkan dengan testis kontralateral, oleh karena adanya
kongesti vena. Testis juga tampak lebih tinggi di dalam scotum disebabkan karena
pemendekan dari spermatic cord. Hal tersebut merupakan pemeriksaan yang
spesifik dalam menegakkan dianosis. Biasanya nyeri juga tidak berkurang bila
dilakukan elevasi testis (Prehn sign).11
Pemeriksaan fisik yang paling sensitif pada torsio testis ialah hilangnya refleks
cremaster. Dalam satu literatur disebutkan bahwa pemeriksaan inimemiliki
sensitivitas 99% pada torsio testis.11
12
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan urin dilakukan untuk menyingkirkan diagnosa infeksi traktus
urinarius pada pasien dengan nyeri akut pada skrotum. Piuria dengan atau tanpa
bakteri mengindikasikan adanya suatu proses infeksi dan mungkin mengarah
kepada epididimitis. Selain itu perlu juga dilakukan pemeriksaan darah dan
sediment urin.10
b. Pemeriksaan Radiologis
Color Doppler Ultrasonography :10
1) Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat aliran darah pada arteri
testikularis.
2) Merupakan Gold Standar untuk pemeriksaan torsio testis dengan
sensitivitas 82-90% dan spesifitas 100%.
3) Pemeriksaan ini menyediakan informasi mengenai jaringan di sekitar testis
yang echotexture. Ultrasonografi dapat menemukan abnormalitas yang
terjadi pada skrotum seperti hematom, torsio appendiks dan hidrokel.
4) Pada torsio testis, akan timbul keadaan echotexture selama 24-48 jam dan
adanya perubahan yang semakin heterogen menandakan proses nekrosis
sudah mulai terjadi.
13
Nuclear Scintigraphy :10
1) Pemeriksaan ini menggunakan technetium-99 tracer dan dilakukan untuk
melihat aliran darah testis.
2) Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengkonfirmasi hasil pemeriksaan aliran
darah yang meragukan dengan memakai ultrasonografi.
3) Memiliki sensitivitas dan spesifitas 90-100% dalam menentukan daerah
iskemia akibat infeksi.
4) Pada keadaan skrotum yang hiperemis akan timbul diagnosis negatif palsu
5) Adanya daerah yang mengandung sedikit proton pada salah satu skrotum
merupakan tanda patognomonik terjadinya torsio.
G. DIAGNOSA BANDING
Torsio testis harus selalu dibedakan dengan kondisi-kondisi lain sebagai penyebab dari
akut scrotum, antara lain :10,12
1. Epididimitis akut.
Penyakit ini secara umum sulit dibedakan dengan torsio testis. Nyeri scrotum akut
biasanya disertai dengan kenaikan suhu, keluarnya nanah dari uretra, adanya
riwayat coitus suspectus (dugaan melakukan senggama dengan selain isterinya),
atau pernah menjalani kateterisasi uretra sebelumnya. Pada pemeriksaan,
epididimitis dan torsio testis, dapat dibedakan dengan Prehn’s sign, yaitu jika testis
14
yang terkena dinaikkan, pada epididmis akut terkadang nyeri akan berkurang
(Prehn’s sign positif), sedangkan pada torsio testis nyeri tetap ada (Prehn’s sign
negative). Pasien epididimitis akut biasanya berumur lebih dari 20 tahun dan pada
pemeriksaan sedimen urin didapatkan adanya leukosituria dan bakteriuria.
2. Hernia scrotalis incarserata
3. Hidrokel
4. Tumor testis
H. KOMPLIKASI
Torsio testis dan spermatic cord akan berlanjut sebagai salah satu kegawat daruratan
dalam bidang urologi. Nekrosis tubular pada testis yang terlibat jelas terlihat setelah 2
jam dari torsi. Keterlambatan lebih dari 6-8 jam antara onset gejala yang timbul dan
waktu pembedahan atau detorsi manual akan menurunkan angka pertolongan terhadap
testis hingga 55-85%. Putusnya suplai darah ke testis dalam jangka waktu yang lama
akan menyebabkan atrofi testis. Atrofi testikular dapat terjadi dalam waktu 8 jam
setelah onset iskemia. Insiden terjadinya atrofi testis meningkat bila torsio telah terjadi
8 jam atau lebih. Komplikasi klinis dari TT adalah kesuburan yang menurun dan
hilangnya testikular apabila torsi tersebut tidak diperbaiki dengan cukup cepat. Tingkat
yang lebih ekstrim dari torsi testis mempengaruhi tingkat iskemia testikular dan
kemungkinan penyelamatan.5
Komplikasi torsi testis yang paling signifikan adalah infark gonad. Kejadian ini
bergantung pada durasi dan tingkat torsi. Analisis air mani abnormal dan apoptosis
testikular kontralateral juga merupakan sekuele yang diketahui mengikuti ketegangan
testis. Oleh karena itu, resiko subfertilitas harus dibicarakan dengan pasien. Testis yang
telah mengalami nekrosis jika tetap dibiarkan berada di dalam skrotum akan
merangsang terbentuknya antibodi antisperma sehingga mengurangi kemampuan
fertilitas dikemudian hari. Komplikasi lain yang sering timbul dari torsio testis meliputi
yaitu hilangnya testis, infeksi, infertilitas sekunder, deformitas kosmetik.4
I. PENATALAKSANAAN
15
Penatalaksanaan torsio testis dibagi menjadi dua yaitu :
1. Non-operatif
Dalam pelaksanaannya, detorsi manual sulit dan jarang dilakukan. Di unit gawat
darurat, pada anak dengan scrotum yang bengkak dan nyeri, tindakan ini sulit
dilakukan tanpa anestesi. Selain itu, testis mungkin tidak sepenuhnya terdetorsi
atau dapat kembali menjadi torsio tak lama setelah pasien pulang dari RS. Sebagai
tambahan, mengetahui ke arah mana testis mengalami torsio adalah hampir tidak
mungkin, yang menyebabkan tindakan detorsi manual akan memperburuk derajat
torsio.3
2. Operatif
Dilakukan untuk reposisi dan setelah itu dilakukan penilaian apakah testis yang
mengalami torsio masih viable (hidup) atau sudah mengalami nekrosis. Jika testis
masih hidup, dilakukan orchidopeksi (fiksasi testis) pada tunika dartos kemudian
disusul orchidopeksi pada testis kontralateral.10
16
Torsio testis merupakan kasus emergensi, harus dilakukan segala upaya untuk
mempercepat proses eksplorasi dan pembedahan. Hasil pembedahan tergantung
dari lamanya iskemia, oleh karena itu, waktu sangat penting. Biasanya waktu
terbuang untuk pemeriksaan pencitraan, laboratorium, atau prosedur diagnostik
lain yang mengakibatkan testis tak dapat dipertahankan.3
17
eksplorasi dengan alasan medikolegal, yaitu eksplorasi dibutuhkan untuk
membuktikan diagnosis, untuk menyelamatkan testis (jika masih mungkin), dan
untuk melakukan orkidopeksi pada testis kontralateral. Saat pembedahan,
dilakukan juga tindakan preventif pada testis kontralateral. Hal ini dilakukan karena
testis kontralaeral memiliki kemungkinan torsio di lain waktu.3
J. PROGNOSIS
Penatalaksanaan torsio testis menjadi tindakan darurat yang harus segera dilakukan
karena angka keberhasilan serta kemungkinan testis tertolong akan menurun seiring
dengan bertambahnya lama waktu terjadinya torsio. Bila dilakukan penanganan
sebelum 6 jam hasilnya baik, 8 jam memungkinkan pulih kembali, 12 jam meragukan,
24 jam dilakukan orkidektomi. Viabilitas testis sangat berkurang bila dioperasi setelah
6 jam.
18
DAFTAR PUSTAKA
12. Sjamsuhidajat,R., DeJong,W., 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC
19