You are on page 1of 18

LOGO PEMDA

PEDOMAN
PROGRAM GIZI
(mohon dikoreksi disempurnakan isinya ya)

Nomor :

Revisi Ke :

Berlaku Tgl:

PEMERINTAH KABUPATEN …..


DINAS KESEHATAN

PUSKESMAS …..

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi robbil alamin, Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat,
hidayah dan inayah-Nya sehingga pembuatan pedoman internal “Program Kesehatan Gizi”
ini dapat terselesaikan.

Penyusunan pedoman internal Puskesmas ............ tahun 2018 ini merupakan


tanggung jawab kami yang akan digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan
program di kecamatan …….

Kami menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
berperan dalam penyusunan pedoman ini, kami juga menyadari sepenuhnya bahwa dalam
penulisan pedoman ini, masih banyak kekurangan dan kelemahannya, oleh karena itu kritik
dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan untuk kesempurnaan penulisan
pedoman selanjutnya.
Akhir kata, semoga Pedoman ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

…………, Januari 2018

Mengetahui Penanggung Jawab UKM


Kepala Puskesmas,

--------------------- ----------------------------------

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan tujuan


perbaikan gizi adalah untuk meningkatkan mutu gizi perorangan dan masyarakat.Mutu
gizi akan tercapaiantara lain melalui penyediaan pelayanan kesehatan yang bermutu dan
profesional di semua institusi pelayanan kesehatan. Salah satu pelayanan kesehatan yang
penting adalah pelayanan gizi di Puskesmas baik puskesmas rawat inap maupun
puskesmas non rawat inap. Puskesmas dan jejaringnya harus membina Upaya Kesehatan
yang Berbasis Masyarakat (UKBM).
Puskesmas merupakan penanggung jawab penyelenggara upaya kesehatan tingkat
pertama. Pelayanan gizi di Puskesmas terdiri dari kegiatan pelayanan gizi didalam gedung
dan diluar gedung. Pelayanan gizi didalam gedung umumnya bersifat individual, dapat
berupa pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Sedangkan pelayanan gizi
diluar gedung umumnya pelayanan gizi pada kelompok dan masyarakat dalam bentuk
promotif dan preventif.
Dalam pelaksanaanya pelayanan gizi di Puskesmas ............ berperan strategis
mendukung peningkatan pencapaian target lintas program dan diharapkan berdampak
pada peningkatan kinerja puskesmas. Kegiatan pelayanan gizi dilakukan sesuai visi
puskesmas yaitu terwujudnya masyaraka wilayah Puskesmas ............
sehatmelaluipelayanankesehatan yang optimal. Pelayanan gizi yang bermutu dapat
diwujudkan apabila tersedia acuan untuk melaksanakan pelayanan gizi yang bermutu
sesuai dengan 4 pilar dalam pedoman Gizi seimbang (PGS).

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tersedianya acuan dalam melaksanakan pelayanan gizi di Puskesmas dan jejaringnya.

3
2. Tujuan Khusus :
a. Tersedianya acuan tentang jenis pelayanan gizi, peran dan fungsi ketenagaan,
sarana dan prasarana di Puskesmas dan jejaringnya;
b. Tersedianya acuan untuk melaksanakanpelayanan gizi yang bermutu di Puskesmas
dan jejaringnya
c. Tersedianya acuan bagi tenaga gizi puskesmas untuk bekerja secara profesional
memberikan pelayanan gizi yang bermutu kepada pasien/ klien di Puskesmas dan
jejaringnya;
d. Tersedianya acuan monitoring dan evaluasi pelayanan gizi di puskesmas dan
jejaringnya
C. Sasaran Pedoman
1. Tenaga gizi Puskesmas dan tenaga kesehatan lainnya di Puskesmas
2. Pengelola program kesehatan dan lintas sektor terkait
3. Pengambil kebijakan tingkat Kabupaten
D. Ruang Lingkup
1. Kebijakan Pelayanan gizi di Puskesmas
2. Pelayanan Gizi di dalam gedung
- Konseling (Pojok Gizi)
3. Pelayanan gizi di luar gedung
a) Pemantauan Status Gizi di posyandu dan PAUD/TK
b) Penyuluhan Asi eksklusif
c) PMT penyuluhan
d) Pemberian Kapsul Vitamin A dan Tablet Tambah Darah
e) Pelacakan gizi buruk
f) Pengelolaan PMT gizi buruk/ gizi kurang & Bumil KEK
g) Pemantauan Garam beryodium
h) Pemberian Tablet tambah darah pada remaja putri
i) Konseling Gizi diposyandu
4. Pencatatan dan pelaporan
5. Monitoring dan Evaluasi

4
E. Batasan Operasional
1. Di dalam Gedung
a. konseling gizi terkait penyakit dan faktor resikonya,
b. konseling ASI eksklusif
c. konseling Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA),
d. Konseling faktor resiko penyakit tidak menular (PTM).
2. Di luar Gedung
a. Edukasi Gizi/Penyuluhan
b. Konseling Gizi di Posyandu
c. Pengelolaan Pemantauan Status Gizi di Posyandu & Paud/TK
d. Pengelolaan Pemberian Kapsul Vitamin A pada balita 6 – 59 bulan dan ibu nifas
e. Pengelolaan Tablet tambah darah (TTD) untuk ibu hamil dan Nifas, dan remaja
Putri.
f. Pengelolaan PMT gizi buruk/ gizi kurang & Bumil KEK/Anemia
g. Pelacakan kasus gizi buruk
h. Pemantauan Garam beryodium
i. Kerja sama Lintas Sektor dan lintas Program

Beberapa ketentuan perundang- undangan yang digunakan sebagai dasar Penyelenggaraan


pelayanan gizi di Puskesmas adalah sebagai berikut:
1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2016 Tentang
Tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan
Keluarga
2. Peraturan pemerintah nomor 33 tahun 2012 tentang Asi Eklusif
3. Peraturan presiden nomer 42 tahun 2013 tentang Gerakan Nasional percepatan
Perbaikan Gizi
4. Peraturan menteri Kesehatan RI nomor 75 tahun 2013 tentang angka kecukupan Gizi
yang dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia
5. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 26 tahun 2013 tentang Praktik Tenaga Gizi

5
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia Tenaga Gizi


Berikut ini kualifikasi SDM dan realisasi Tenaga Gizi yang ada di PuskesmasLambandia:
Kegiatan Kualifikasi SDM Realisasi
Pelayanan kesehatan Gizi Pendidikan minimal 2 orang pelaksana program
- Dalam gedung DIII Gizi dengan latar pendidikan D-
- Luar Gedung III Gizi

B. Distribusi Ketenagaan
Penanggung jawab Pelayanan Kesehatan Gizi dibagi menjadi dalam gedung dan
pelayanan kesehatan Gizi Luar gedung. Adapun petugasnya adalah sebagai berikut :
Kegiatan Petugas Unit terkait
Pelayanan kesehatan Gizi  Herman, AMG Kepala Puskesmas
- Dalam gedung  Nursanti, AMG UKP
- Luar Gedung UKM

C. Jadwal Kegiatan
1. Pengaturan kegiatan program gizi dilakukan bersama oleh para pemegang program
dalam kegiatan loka karya mini bulanan maupun tiga bulanan/lintas sektor, dengan
persetujuan kepala puskesmas.
2. Jadwal kegiatan program gizi dibuat untuk jangka waktu satu tahun, dan di break
down dalam jadwal kegiatan bulanan dan dikoordinasikan pada awal bulan sebelum
pelaksanaan jadwal.
3. Secara keseluruhan jadwal dan perencanaan kegiatan program gizi di koordinasikan
oleh Kepala Puskesmas .............

6
BAB III

STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruangan
Ruang pelayanan gizi dipuskesmas untuk pelayanan klinik gizi memiliki ruangan khusus
dengan ukuran 2x1,5 meter, sedangkan untuk ruangan programer gizi luar gedung
tergabung dalam ruang administrasi puskesmas. Adapun denah ruangan dapat terlihat di
denah ruangan umum puskesmas sebagai berikut :

7
B. Standar Fasilitas

Untuk menunjang tercapainya tujuan kegiatan pelayanan gizi Puskesmas ............


memiliki penunjang yang harus dipenuhi :

Kegiatan pelayanan kesehatan Gizi Sarana Prasana


- Meja, Kursi
- Alat tulis
- Buku Register, Buku Pencatatan Kegiatan
- Timbangan Dewasa, dan Bayi
Dalam Gedung - Leaflet
- alat peraga/ Foot Model
- buku panduan : penuntun diet, pedoman
pelayanan anak gizi buruk, tata laksana
balita gizi buruk. Pedoman Asuhan Gizi
Terstandar (PAGT)
- Leaflet, Lembar balik, Materi
Penyuluhan : Ininsiasi Menyusui Dini,
Strategi peningkatan Penimbangan Balita
Di posyandu, Angka Kecukupan Gizi
- Tabel Antropometri
Luar Gedung - Antropometri KIT
- Microtoice/ Pengukur Tinggi badan
- meja, Kursi, ATK, F2 Gizi, F3 Gizi, dan
Blanko-blanko laporan lain
- Vit. A, Tablet Fe
- Pita Lila
- Yodina tes

8
BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN GIZI

B. Lingkup Kegiatan
 Kegiatan pelayanan gizi dilakukan di dalam gedung, antara lain :
Konseling Gizi dan ASI Eklusif di ruang diklinik gizi
 Kegiatan pelayanan gizi luar gedung, antara lain :
 Posyandu,
 Pustu,
 PKD
1. Kegiatan di Dalam Gedung
a. Persiapan Ruangan
b. Pelayanan dengan alur
 Pasien datang sendiri atau dirujuk dari strukturral Puskesmas (Pustu,
Posbindu atau sarana kesehatan lain).
 Pasien mendaftar diloket pendaftaran Puskesmas
 Pasien mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan masalah kesehatannya
Di poli umum/BP, Poli KIA, poli Gigi oleh petugas medis atau para medis
 Pasien Rawat jalan yang beresiko/ tidak resiko mengalami masalah gizi akan
Akan mendapatkan konseling gizi atas permintaan pasien atau dari tenaga
Medis yang sudah disertai dengan pemeriksaan penunjang ( Laborat).
c. Melakukan tindakan yang diperlukan sesuai permasalahan yang dihadapi pasien :
 Klinik Gizi (Pojok gizi)
 Melaksanakan program kesehatan gizi masyarakat dengan sasaran ibu hamil,
Ibu nifas, bayi dan balita
 Promosi, motivasi ASI Eklusif
 Pemberian tablet tambah darah (TTD) untuk ibu hamil
 Pengukuran Lingkar Lengan atas (LILA) ibu hamil
 Pemberian kapsul VIT A untuk bayi, Balita dan Bufas
 Perawatan Gizi buruk yang ditemukan.

9
2. Kegiatan di luar gedung
a. Persiapan
 Penjadwalan Kegiatan
Penjadwalan kegiatan penyuluhan, pemantauan dan pemeriksaan
b. Pelaksanaan :
 Pelayanan Gizi Balita, Bumil, Bufas, PUS (Sasaran Posyandu) berupa :
 Penimbangan/Pemantauan tumbuh kembang Bayi anak balitadan
penyuluhansesuai masalah yang dihadapi
 Promosi dan motivasi ASI Eklusif
 Pemantauan pemberian Kapsul Vitamin A
 Pengukuran Tinggi badan / panjang badan bayi, balita terutama yang dicurigai
bermasalah
 Penyuluhan, Pemantauan Status Gizi dan konsultasi gizi
 Pemeriksaan Garam beryodium
 Penyuluhan kelompok di posyandu
 Penyuluhan makanan Pendamping ASI pada usia 6-24 bln dan
penyuluhanpola makan yan benar pada anak balita terutama yang bermasalah (
Gizi kurangatau gizi lebih )
 Pemberian PMT Pemulihan Bagi prioritas Gizi buruk/kurang dari keluarga
Miskin (Gakin)
 Pemantaun pemberian Tablet tambah darah (TTD) pada Bumil dan Bufas
 Pemberian PMT pemulihan Bumil KEK dari Keluarga Miskin (Gakin)
 Pelacakan kasus gizi buruk
 Pemantauan Konsumsi Gizi

B. Strategi / Metode
Merupakan cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan kegiatan upaya kesehatan
lingkungan. Ada tiga strategi yaitu :
1. Strategi advokasi .
Merupakan kegiatan untuk meyakinkan orang lain agar membantu atau mendukung
pelaksanaan program. Advokasi adalah pendekatan kepada pengambil keputusan dari

10
berbagai tingkat dan sektor terkait dengan kesehatan. Tujuan kegiatan ini adalah untuk
meyakinkan para pejabat pembuat keputusan atau penentu kebijakan bahwa program
kesehatan yang akan dilaksanakan tersebut sangat penting oleh sebab itu perlu
dukungan kebijakan atau keputusan dari pejabat tersebut. Dukungan dari pejabat
pembuat keputusan dapat berupa kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dalam bentuk
undang-undang, peraturan pemerintah, surat keputusan, surat instruksi, dana atau
fasilitas lain.
2. Strategi kemitraan.
Tujuan dari kegiatan yang akan dilaksanakan dapat tercapai apabila ada dukungan dari
berbagai elemen yang ada di masyarakat. Dukungan dari masyarakat dapat berasal dari
unsur informal (tokoh agama dan tokoh adat) yang mempunyai pengaruh
dimasyarakat. Tujuannnya adalah agar para tokoh masyarakat menjadi jembatan antara
sektor kesehatan sebagai pelaksana program dengan masyarakat sebagai penerima
program kesehatan. Strategi ini dapat dikatakan sebagai upaya membina suasana yang
kondusif terhadap kesehatan. Bentuk kegiatan dapat berupa pelatihan tokoh
masyarakat, seminar, lokakarya, bimbingan kepada tokoh masyarakat dan sebagainya.
3. Strategi pemberdayaan masyarakat.
Adalah strategi yang ditujukan kepada masyarakat secara langsung. Tujuan utama
pemberdayaan adalah mewujudkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Bentuk kegiatan pemberdayaan ini dapat
diwujudkan dengan berbagai kegiatan antara lain penyuluhan kesehatan,
pengorganisasian dan pengembangan masyarakat dalam bentuk usaha untuk
meningkatkan pendapatan keluarga. Dengan meningkatkan kemampuan ekonomi
keluarga akan berdampak terhadap kemampuan dalam pemeliharaan kesehatan.
Misalnya terbentuk dana sehat, terbentuk pos obat desa, dan sebagainya.
C. Langkah Kegiatan
a. Perencanaan ( P1)
1) Petugas merencanakan kegiatan gizi pada RKA, JKN (yang bersumber dari dana
JKN) dan atau melalui RKA, BOK yang bersumber dari dana bantuan operasional
kesehatan

11
b. Penggerakan dan Pelaksanaan (P2)
Pada kegiatan P2 petugas melakukan:
- Membuat jadwal kegiatan
- Mengkoordinasikan dengan bendahara JKN/Bendahara BOK
- Mengkoordinasikan dengan lintas program tentang kegiatan yang akan
dilaksanakan.
- Melaksanakan kegiatan
c. Pengawasan, Pengendalian Penilaian (P3)
- Petugas mencatat hasil kegiatan dan melaporkan hasil kegiatan
- Petugas menganalisa hasil kegiatan
- Petugas membuat kajian pencapaian dan menindaklanjuti

12
BAB V

LOGISTIK

Perencanaan logistik adalah merencanakan kebutuhan logistik yang pelaksanannya


dilakukan oleh semua petugas penanggungjawab program kemudian diajukan sesuai dengan
alur yang berlaku di masing-masing organisasi.
Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan kegiatanprogram gizi direncanakan
dalam pertemuan lokakarya mini lintas program dan lintas sektor sesuai dengan tahapan
kegiatan dan metoda pemberdayaan yang akan dilaksanakan.
1. Kegiatan di dalam gedung Puskesmas membutuhkan sarana dan prasarana antara lain :
a. Meja, Kursi
b. Alat tulis
c. Buku catatan Kegiatan
d. Alat Ukur Antropometri (Timbangan Badan, Mikrotoa/ Alat ukur Tinggi Badan/
Panjang Badan, Pita Lila)
e. Leaflet
f. buku panduan
g. komputer
2. Kegiatan di luar gedung Puskesmas membutuhkan sarana dan prasarana yang meliputi :
a. Leaflet
b. Buku catatan kegiatan
c. Obat gizi : Vitamin A, Tablet Tambah Darah
d. Iodinates
e. Alat Ukur Antropometri (Timbangan Badan, Mikrotoa/ Alat ukur Tinggi Badan/
Panjang Badan, Pita Lila)
Prosedur pengadaan barang dilakukan oleh koordinator program gizi berkoordinasi
dengan petugas pengelola barang dan dibahas dalam pertemuan mini lokakarya Puskesmas
untuk mendapatkan persetujuan Kepala Puskesmas. Sedangkan dana yang dibutuhkan untuk
pelaksanaan kegiatan direncanakan oleh koordinator program gizi berkoordinasi dengan
bendahara puskesmas dan dibahas dalam kegiatan mini lokakarya puskesmas untuk
selanjutnya dibuat perencanaan kegiatan ( POA – Plan Of Action ).
13
BAB VI

KESELAMATAN SASARAN

Setiap kegiatan yang dilakukan pasti akan menimbulkan resiko atau dampak, baik
resiko yang terjadi pada masyarakat sebagai sasaran kegiatan maupun resiko yang terjadi pada
petugas sebagai pelaksana kegiatan. Keselamatan pada sasaran harus diperhatikan karena
masyarakat tidak hanya menjadi sasaran satu kegiatan saja melainkan menjadi sasaran banyak
program kesehatan lainnya. Tahapan - tahapan dalam mengelola keselamatan sasaran antara
lain :
1. Identifikasi Resiko.
Penanggungjawab program sebelum melaksanakan kegiatan harus mengidentifikasi
resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan.
Identifikasi resiko atau dampak dari pelaksanaan kegiatan dimulai sejak membuat
perencanaan. Hal ini dilakukan untuk meminimalisasi dampak yang ditimbulkan dari
pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan risiko terhadap sasaran harus dilakukan untuk
tiap-tia pkegiatan yang akan dilaksanakan.
2. Analisis Resiko.
Tahap selanjutnya adalah petugas melakukan analisis terhadap resiko atau dampak dari
pelaksanaan kegiatan yang sudah diidentifikasi. Hal ini perlu dilakukan untuk
menentukan langkah-langkah yang akan diambil dalam menangani resiko yang terjadi.
3. Rencana Pencegahan Resiko dan Meminimalisasi Resiko.
Setelah dilakukan identifikasi dan analisis resiko, tahap selanjutnya adalah menentukan
rencana yang akan dilakukan untuk mencegah terjadinya resiko atau dampak yang
mungkin terjadi. Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah atau meminimalkan resiko yang
mungkin terjadi.
4. Rencana Upaya Pencegahan.
Tahap selanjutnya adalah membuat rencana tindakan yang akan dilakukan untuk
mengatasi resiko atau dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan yang dilakukan. Hal ini
perlu dilakukan untuk menentukan langkah yang tepat dalam mengatasi resiko atau
dampak yang terjadi.
5. Monitoring dan Evaluasi.
Monitoring adalah penilaian yang dilakukan selama pelaksanaan kegiatan sedang
berjalan. Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui apakah kegiatan sudah berjalan sesuai

14
dengan perencanaan, apakah ada kesenjangan atau ketidaksesuaian pelaksanaan dengan
perencanaan. sehingga dengan segera dapat direncanakan tindak lanjutnya. Tahap yang
terakhir adalah melakukan Evaluasi kegiatan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah
tujuan sudah tercapai.

15
BAB VII

KESELAMATAN KERJA

Keselamatan kerja atau Occupational Safety, dalam istilah sehari-hari sering disebut
Safety saja, secara filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah petugas dan hasil kegiatannya.
Dari segi keilmuan diartikan sebagai suatu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha
mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat pekerjaan atau kegiatan
yang dilakukan.
Keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja
yang aman, kondisi keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan serta
penurunan kesehatan akibat dampak dari pekerjaan yang dilakukan, bagi petugas pelaksana
dan petugas terkait. Keselamatan kerja disini lebih terkait pada perlindungan fisik petugas
terhadap resiko pekerjaan.
Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan telah
mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan kerja,
agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan
sekitarnya.
Seiring dengan kemajuan Ilmu dan teknologi, khususnya sarana dan prasarana
kesehatan, maka resiko yang dihadapi petugas kesehatan semakin meningkat. Petugas
kesehatan merupakan orang pertama yang terpajan terhadap masalah kesehatan, untuk
itu`semua petugas kesehatan harus mendapat pelatihan tentang kebersihan, epidemiologi dan
desinfeksi. Sebelum bekerja dilakukan pemeriksaan kesehatan untuk memastikan kondisi
tubuh yang sehat. Menggunakan desinfektan yang sesuai dan dengan cara yang benar,
mengelola limbah infeksius dengan benar dan harus menggunakan alat pelindung diri yang
benar.

16
BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu adalah kegiatan yang bersifat rutin yang dirancang untuk
mengukur dan menilai mutu pelayanan. Pengendalian mutu sangat berhubungan dengan
aktifitas pengawasan mutu, sedangkan pengawasan mutu merupakan upaya untuk menjaga
agar kegiatan yang dilakukan dapat berjalan sesuai rencana dan menghasilkan keluaran yang
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Kinerja pelaksanaan dimonitor dan dievaluasi dengan menggunakan indikator
sebagai berikut:
1. Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadual
2. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan
3. Ketepatan metoda yang digunakan
4. Tercapainya indikator
Hasil pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi serta permasalahan yang ditemukan
dibahas pada tiap pertemuan lokakarya mini tiap bulan.

17
BAB IX

PENUTUP

Pedoman pelaksanaan program gizi ini dibuat untuk memberikan petunjuk dalam
pelaksanaan kegiatan program gizi di Puskesmas ............, penyusunan pedoman disesuaikan
dengan kondisi riil yang ada di puskesmas, tentu saja masih memerlukan inovasi-inovasi yang
sesuai dengan pedoman yang berlaku secara nasional. Perubahan perbaikan, kesempurnaan
masih diperlukan sesuai dengan kebijakan, kesepakatan yang menuju pada hasil yang optimal.
Pedoman ini digunakan sebagai acuan bagi petugas dalam melaksanakan pelayanan
program gizi di puskesmas agar tidak terjadi penyimpangan atau pengurangan dari kebijakan
yang telah ditentukan.

18

You might also like