Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
akan membuat individu secara sadar dan atas inisiatif pribadi menjaga kesehatan
primer yang spesifik, karena personal hygiene yang baik dapat meminimalkan
parasite dan reaksi alergi. Faktor yang berperan dalam penularan penyakit kulit
adalah sosial ekonomi yang rendah, personal hygiene yang jelek, lingkungan
yang tidak saniter, dan perilaku yang tidak mendukung kesehatan. Faktor yang
panu, dan lain-lain. Menurut Poter dan Perry (2010), masalah-masalah kulit
yang umum ditemukan diantaranya kulit kering, tekstur kasar, bersisik pada area
tangan, kaki, atau wajah, jerawat, ruam kulit, dermatitik kontak atau inflamasi
kulit dan abrasi atau hilangnya lapisan epidermis (Isro’in dan Andarmoyo,
2012).
Faktor risiko penyakit kulit diantaranya perilaku hidup bersih dan sehat,
kuku, kulit, pakaian dan kondisi tempat tidur. Penularan penyakit kulit dapat
berinteraksi dengan manusia adalah air, udara, pangan, binatang dan serangga
perpindahan penyakit dari satu orang ke orang lain. Penularan bias terjadi bila
kebersihan pribadi dan lingkungan tidak terjaga dengan baik (Achmadi, 2011;
Darmopoli, 2011).
Berdasarkan pengamatan pada survei pendahuluan yang telah dilakukan
tingkat pengetahuan mengenai personal hygiene yang kurang baik. Hal tersebut
terlihat dari adanya jemuran baju yang dijadikan satu antar santri ditempat yang
lembab yang tidak terjangkau sinar matahari, bahkan sebagian besar mereka
dijumpai pula beberapa santri yang tidak mengenakan alas kaki dalam
pakaian terutama santri dengan jenis kelamin laki-laki. Kondisi tersebut dapat
penyakit kulit dengan keluhan terdapat bitnik-bintik merah, kadang berisi cairan
yang disertai rasa gatal dan panas diarea kulit baik tanga, kaki maupun
badannya.
Penyakit-penyakit yang diderita oleh suatu komunitas biasanya tidak
spesifik, multiple agents dan multiple simptomps (gejala) sehingga sulit untuk
sering kali menunjukkan tingkat hubungan yang tinggi antara berbagai gejala
penyakit kulit pada santri dan santriwati Pondok Pesantren Al-Hikam, Madura
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dari penelitian ini
adalah “Apakah ada hubungan personal hygiene dengan kejadian penyakit kulit
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Mengetahui hubungan personal hygiene dengan kejadian penyakit kulit
pada pada santri Pondok Pesantren Al-Hikam, Madura dan hasil penelitian
2. Manfaat Praktis
yang kurang.
Al-Hikam, Madura.
c. Bagi Peneliti
1) Merupakan pengalaman berharga dalam rangka menambah
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Personal Hygiene
1. Pengertian Personal Hygiene
Menurut Isro’in (2012), personal hygiene adalah suatu tindakan untuk
tangan, kaki, dan kuku. Kebersihan kulit merupakan faktor utama yang dapat
1995).
2. Tujuan Personal Hygiene
Menurut Isro’in dan Andarmoyo (2012) tujuan personal hygiene
diantaranya :
a. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang
b. Memelihara kebersihan diri seseorang
c. Memperbaiki personal hygiene yang kurang
d. Pencegahan penyakit
e. Memperbaiki percaya diri seseorang
f. Menciptakan keindahan
3. Macam-macam Personal Hygiene
Macam-macam personal hygiene menurut Isro’in dan Andarmoyo (2012)
diantaranya yaitu:
a. Perawatan kulit
Kebersihan badan merupakan wujud dari kesucian. Dalam
belum cukup bersih, terlebih lagi air yang digunakan untuk mandi
adalah air yang kotor. Cara mandi yang baik dan benar yaitu
meliputi:
a) Seluruh badan disiram dengan air
b) Kemudian seluruh badan disabun dan digosok untuk
bersih
d) Sebaiknya memakai sabun pribadi saat mandi
e) Mengeringkan seluruh permukaan tubuh dengan handuk
matahari atau cuaca dingin dan kotoran yang berasal dari luar
hama penyakit
Dalam Al-Qur’an juga disebutkan bahwa Allah
berikut:
2) Perawatan kuku
a) Memotong ujung kuku sampai beberapa millimeter dari
tidak tajam
d) Setelah pemotongan selesai dilanjutkan dengan pencucian.
kesat
d) Kemudian rambut dikeringkan dengan handuk bersih dan disisir.
d. Perawatan rongga mulut
Mulut dan organ tambahan didalamnya memiliki peranan
hygiene diantaranya:
a. Citra tubuh
Citra tubuh adalah cara pandang seseorang terhadap bentuk tubuhnya,
kelompok teman sebaya. Pada masa dewasa, teman dan kelompok kerja
kurang yaitu:
a. Dampak fisik, adalah gangguan fisik yang terjadi karena adanya
Integumen, organ tubuh yang paling besar dan paling berat, terdiri atas
Kulit merupakan pembungkus yang elastis yang terletak paling luar yang
sekitar 1.5 meter2 dengan berat kira-kira 15% berat badan. Kulit merupakan
organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan
kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif, bervariasi pada
iklim, umur, seks, ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh
(Wasitaatmadja, 2011).
2. Anatomi Kulit
pada telapak tangan dan kaki) dan 75-100 µm untuk kulit tipis (kulit
melanogenesis
2) Sel Langerhans, yaitu sel yang merupakan makrofag turunan sumsum
nampak pada kulit tipis, lapisan ini hanya nampak lebih jelas di
c) Stratum granulosum
Sel-sel yang agak gepeng dan berisi granula keratohialin. Lapisan
d) Stratum spinosum
Terdiri atas banyak lapisan sel-sel berduri polyhedral yang
14345 ].
c. Lapisan Subkutan
Lapisan Subkutis adalah kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat
longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya. Pada lapisan kulit ini terdapat
mikroorganisme.
b. Fungsi absorpsi
Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi,
menyerap air, tetapi dapat menyerap material larut lipid seperti vitamin
keluar dari dalam tubuh berupa keringat dengan perantara dua kelenjar
panas akan terbawa keluar tubuh. Pada suhu rendah, tubuh akan
lipatan kulit yang semakin jelas, serta gejala utama adalah gatal.
Penyakit kulit adalah setiap penyakit kulit yang disebabkan oleh
mandi, dan lain sebagainya), usia, pengalaman kerja dan adanya penyakit
diperoleh dari Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS), penyakit kulit dan
infeksi saluran napas bagian atas akut lainnya (ISPA) dengan presentase
3,69% (Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2012: 8).
Sedangkan pada tahun 2010 yang diperoleh dari Ditjen Bina Upaya
perubahan pada kulit yang dapat diamati secara klinis yaitu efloresensi.
depigmentasi.
b) Urtika, penonjolan di atas kulit akibat edema setempat dan dapat
hilang perlahan-lahan.
c) Papula, bentuknya sebesar kepala jarum pentul sampai sebesar
besar.
e) Vesikel, memiliki ukuran sebesar kepala jarum pentul sampai
beruang satu.
g) Pustule, merupakan vesikel yang berisi nanah, biasanya terdapat
stratum corneum.
b) Krusta, terbentuk akibat mengeringnya eksudar, nanah, darah.
c) Erosi, kerusakan kulit permukaan yang ada dalam epidermis.
d) Ulkus, disebabkan oleh hilangnya komponen kulit pada bagian
jelas.
f) Ekskoriasi, kerusakan kulit sampai ujung stratum papilaris
dan dermis yang sudah hilang. Jaringan ikat ini dapat cekung dari
kusta. Penyakit kulit yang paling sering dijumpai adalah pioderma dan
pada seluruh tubuh (termasuk wajah), berwarna kemerahan, dan isi dari
pilek, bersin, badan terasa lesu, sakit kepala, nafsu makan menurun
drastis dan radang mata. Setelah beberapa hari dari gejala tersebut timbul
secara langsung yaitu kontak kulit dengan kulit, maupun kontak tidak
langsung atau melalui benda seperti pakaian, handuk, sprei, bantal, dan
tinea pedis, tinea kruris, tinea kapitis, pitiriasis versikolor (panu), tinea
lipat paha, daerah perineum, dan sekitar anus. Penyebab tersering tinea
(Gadithya, 2014).
Kelainan ini dapat bersifat akut atau menahun, bahkan dapat merupakan
dapat berupa bercak hitam dan sedikit bersisik. Erosi dan keluarnya
jaringan yang bersifat iritan, pada beberapa anak alergi makanan dapat
santri”, sedangkan pondok berarti ”rumah atau tempat tinggal sederhana yang
terbuat dari bambu”. Di samping itu, ”pondok” juga berasal dari bahasa Arab
”funduk” yang berarti ”hotel atau asrama”. Ada beberapa istilah yang ditemukan
dan sering digunakan untuk menunjuk jenis pendidikan Islam tradisional khas
Indonesia atau yang lebih terkenal dengan sebutan pesantren. Di Jawa termasuk
Aceh dikenal dengan istilah dayah atau rangkung atau meusanah, sedangkan di
definisi ini bukan berarti kolot dan ketinggalan zaman, tetapi menunjuk pada
pengertian bahwa lembaga ini telah hidup sejak ratusan tahun yang lalu.
Pesantren telah menjadi bagian dari sistem kehidupan sebagian besar umat Islam
Indonesia. Bahkan, telah pula mengalami perubahan dari waku ke waktu sesuai
dengan perjalanan hidup umat Islam. Jadi term “tradisional” disini bukan dalam
lebih banyak ilmu-ilmu pendidikan agama islam daripada ilmu umum. Para
pelajar pesantren disebut sebagai santri belajar pada sekolah ini, sekaligus
bahasa Arab dan kaidah-kaidah tata bahasa bahasa Arab. Sebagai institusi sosial,
dan pengendalian diri. Para santri dipisahkan dari orang tua dan keluarga
mereka, agar dapat meningkatkan hubungan dengan kyai dan juga Tuhan.
Selama tinggal berpisah dengan orang tua maka santri akan tinggal bersama-
akan dijalani dengan berbagai macan karakteristik para santri dan dalam
(Darmopoli, 2011).
BAB 3
Agent:
(faktor fisik, faktor
kimia, dan faktor
biologis) Host:
Environment: personal hygiene
pondok pesantren (peluang untuk
paparan, kerentanan,
(faktor fisik, faktor atau respons individu
biologis, dan faktor terhadap agen
sosial ekonomi) penyebab)
Penyakit
Kulit
Keterangan:
= Diteliti
= Tidak diteliti
dengan kejadian penyakit kulit pada santri pondok pesantren Al-Hikam, Madura.
B. Penjelasan Kerangka Konseptual Penelitian
Kerangka konsep pada penelitian ini mengacu pada kerangka dari
segitiga epidemiologi, dimana ada 3 simpul yaitu host, agent, dan environment
yaitu penyakit kulit dan variable independennya yaitu personal hygiene yang
terdiri dari kebersihan kulit, kebersihan kaki, tangan dan kuku, rambut, mulut,
mata, telinga dan gigi. Untuk variabel pondok pesantren digunakan sebagai
masuk dalam kerangka teori, hal ini disebabkan bahwa faktor-faktor yang masuk
gejala penyakit kulit pada santri pondok pesantren Al-Hikam, Madura. Adapun
variabel-variabel lain yang tidak diteliti yaitu jenis agent penyabab penyakit
kulit, yang dapat berasal dari faktor biologi, fisik dan kimia.
C. Hipotesis Penelitian
Ada hubungan yang bermakna antara personal hygiene, yaitu kebersihan kulit,
kebersihan kaki, tangan dan kuku, rambut, mulut, mata, telinga dan gigi dengan
BAB 4
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancang Bangun Penelitian
Jenis penelitian ini adalah survei analitik dengan pendekatan cross
dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data secara
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh santri yang tinggal di dalam
Pondok Pesantren Al-Hikam, Madura dengan jumlah 155 santriwan dan 160
santriwati.
a. Kriteria Inklusi
b. Kriteria Eksklusi
sebagai berikut:
N
n=
1+ [ N x ( e )2 ]
315
n=
1+[315 x ( 0,05 )2 ]
315
n=
1+[315 x 0,0025]
315
n=
1,787
n=176 ,2
Dimana:
N
n' =n x
N +n−1
315
n' =177 x
315+177−1
315
n' =177 x
491
'
n =113,5
Dimana:
n= besar sampel
N= jumlah total populasi sebanyak 177
random sampling, yaitu sampel yang dipilih secara acak oleh peneliti
2. Waktu penelitian
Mengelola data
Analisis data
Gambar 4.1 Kerangka Operasional Penelitian
F. Variable Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel penelitian
a. Variabel dependen
Penyakit kulit.
b. Variabel independen
Personal hygiene (kebersihan kulit, kebersihan kaki, tangan dan kuku,
2. Definisi operasional
Table 4.1 variabel, cara pengukuran dan definisi operasional.
permukaan tubuh
Personal Suatu tindakan Kuesioner 1. Kebersihan Ordinal
dijumlah. 15)
c. Kurang (0-9)
variabel.
c. Kamera
Kamera digunakan sebagai alat untuk mendokumentasikan kegiatan
selama penelitian.
2. Pengumpulan data
Jenis data yang digunakan adalah data primer yaitu informasi yang
pengisian kuesioner yang diisi langsung oleh responden serta observasi dan
dengan cara memberi penjelasan tentang tujuan dan manfaat serta peran
dipilih sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi sebagai sampel untuk
diberikan penjelasan mengenai cara mengisi kuesioner, kemudian
e. Jika pengisian kuesioner tidak lengkap atau ada ketidak jelasan maka
yang didapat dan memebuhi syarat untuk diuji hipotesis. Jika tidak
dalam kategori yang sama. Kode adalah isyarat yang dibuat peneliti
dalam bentuk angka atau huruf yang memberikan petunjuk atau identitas
pada suatu informasi atau data yang akan dianalisis. Hal tersebut
tahap ini dianggap bahwa data telah selesai diproses sehingga segera
tersebut tidak ada yang salah, sehingga dengan demikian data tersebut
2. Analisis data
Analisis penelitian ini menggunakan analisis univariate dan bivariate dengan
penelitian. Hal yang harus dipegang teguh dalam penelitian ini terdapat empat
prinsip yaitu:
1. Menghormati harkat dan martabat manusia
Peneliti mempertimbangkan hak-hak subjek penelitian untuk
responden atau tidak, tanpa adanya sanksi apapun. Subjek berhak untuk
mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan. Seorang peneliti harus
memberikan penjelasan secara rinci serta bertanggung jawab jika ada sesuatu
untuk tidak memberikan apa yang diketahuinya kepada orang lain. Oleh
responden.
3. Keadilan dan inklusivitas atau keterbukaan
Lingkungan penelitian perlu dikondisikan sehingga memenuhi prinsip
baik sebelum, saat dan sesudah penelitian, tanpa adanya diskriminasi apabila
2013).
4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan
a. Bebas dari penderitaan
Penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan kepada
segi pendidikan.
2. Peneliti bukan dokter spesialis kulit, oleh sebab itu untuk mendiagnosa
penyakit kulit pada santri pondok pesantren Al-Hikam, Madura paneliti perlu
responden.
DAFTAR PUSTAKA