You are on page 1of 4

1.

KOMPLIKASI
Komplikasi pada Pasien Fraktur Menurut Muttaqin (2008), meliputi:
a) Malunion
Malunion adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah
sembuh dalam posisi yang tidak seharusnya. Kelainan penyatuan tulang
karena penyerasian yang buruk menimbulkan deformitas, angulasi atau
pergeseran.
a) Delayed Union
Fraktur sembuh dalam jangka waktu yang lebih lama dari
normal.Keadaan ini umum terjadi dan disebabkan oleh banyak faktor, pada
umumnya banyak diantaranya mempunyai gambaran hiperemia dan
dekalsifikasi yang terus menerus. Faktor yang menyebabkan penyatuan
tulang tertunda antara lain karena infeksi, terdapat benda asing, fragmen
tulang mati, imobilisasi yang tidak adekuat, distraksi, avaskularitas, fraktur
patologik, gangguan gizi dan metabolik.
b) Non union (tak menyatu)
Penyatuan tulang tidak terjadi, cacat diisi oleh jaringan fibrosa.
Kadang – kadang dapat terbentuk sendi palsu pada tempat ini. Faktor –
faktor yang dapat menyebabkan non union adalah tidak adanya imobilisasi,
interposisi jaringan lunak, pemisahan lebar dari fragmen contohnya patella
dan fraktur yang bersifat patologis.
c) Syok
Syok hipovolemik atau traumatik, akibat perdarahan dan kehilangan
cairan ekstrasel ke jaringan yang rusak, karena tulang merupakan organ
yang sangat vaskuler, maka dapat terjadi kehilangan darah dalam jumlah
yang besar sebagai akibat, trauma, khususnya pada fraktur femur dan pelvis.
Penanganan hipovolemik : infus cepat,kontrol nyeri dan minimalkan
pergerakan fraktur
d) Sindrom Emboli Lemak / fat embolism syndrom
Merupakan keadaan pulmonari akut dan dapat menyebabkan
kondisi fatal. Hal ini terjadi ketika gelembung – gelembung lemak terlepas
dari sumsum tulang dan mengelilingi jaringan yang rusak. Gelombang
lemak ini akan melewati sirkulasi dan dapat menyebabkan oklusi pada
pembuluh – pembuluh darah pulmonary yang menyebabkan sukar bernafas.
Gejala dari sindrom emboli lemak mencakup dyspnea, perubahan dalam
status mental (gaduh, gelisah, marah, bingung, stupor), tachycardia, demam,
ruam kulit ptechie. Terjadi pada femur, tibia, pelvis, multiple fraktur,
berkembang 24- 48 jam pertama. Terdapat 2 teori FES :
a. Lemak dari tulan masuk ke pembuluh darah dan menjadi emboli paru
b. Trauma – katekolamin - gangguan stabilitas lemak - fat globul -
pembuluh darah
e) Compartment Syndrom
Komplikasi ini terjadi saat peningkatan tekanan jaringan dalam
ruang tertutup di otot, yang sering berhubungan dengan akumulasi cairan
sehingga menyebabkan hambatan aliran darah yang berat dan berikutnya
menyebabkan kerusakan pada otot. Gejala – gejalanya mencakup rasa sakit
karena ketidakseimbangan pada luka, rasa sakit yang berhubungan dengan
tekanan yang berlebihan pada kompartemen, rasa sakit dengan
perenggangan pasif pada otot yang terlibat, dan paresthesia. Komplikasi ini
terjadi lebih sering pada fraktur tulang kering (tibia) dan tulang hasta (radius
atau ulna). Syndroma kompartmen merupakan suatu kondisi dimana terjadi
peningkatan tekanan intertisial di dalam ruangan yang terbatas, yaitu di
dalam kompartemen osteofasial yang tertutup. Ruangan tersebut berisi otot
saraf, dam pembuluh darah. Saat tekanan intrakompartemen meningkat,
perfusi darah ke jaringan akan berkurang dan otot di dalam kompartemen
akan menjadi iskemik. Iskemia terjadi karena adanya peningkatan isi
kompartemen akibat edema yang timbul sebagai akibat dari revaskularisasi
sekunder dari ekstremitas yang iskemi atau karena penyusutan isi
kompartemen yang disebabkan oleh tekanan dari luar misalkan balutan yang
menekan.
Tanda klinis umumnya adalah adanya nyeri, parestesia, paralisis,
dan hilangnya denyut nadi. Gejala dan tanda-tanda adanya sindroma
kompartemen diantaranya:
 Nyeri bertambah, khususnya meningkat dengan gerakan pasif yang
meregangkan otot yang bersangkutan.
 Parestesia, daerah distribusi saraf perifer yang terkena akan mengakibatkan
menurunnya sensasi atau kehilangan fungsi dari saraf yang melewati
kompartemen tersebut.
 Daerah kompartemen terlihat tidak simetris.
Adanya kelumpuhan atau paralisis otot dan hilangnya pulsasi
disebabkan oleh tekanan kompartemen melebihi tekanan sistolik yang
merupakan kelanjutan atau keparahan dari sindrom ini. Tekanan
intrakompartemen lebih dari 35-45 mmHg akan menurunkan aliran darah
kapiler dan menimbulkan kerusakan otot dan saraf karena anoksia. Penanganan
yang dapat dilakukan adalah buka semua balutan yang menekan seperti : gips,
bidai. Perawat harus melakukan pengawasan kepada pasien dengan sindroma
kompartemen setiap 30-60 menit sekali. Jika tidak ada perbaikan kondisi maka
perlu dilakukan fasciotomi.
f) Nekrosis Avaskular (Nekrosis Aseptik)
Nekrosis avaskular dapat terjadi saat suplai darah ke tulang kurang
baik. Hal ini paling sering mengenai fraktur intrascapular femur (yaitu
kepala dan leher), saat kepala femur berputar atau keluar dari sendi dan
menghalangi suplai darah. Karena nekrosis avaskular mencakup proses
yang terjadi dalam periode waktu yang lama, pasien mungkin tidak akan
merasakan gejalanya sampai dia keluar dari rumah sakit. Oleh karena itu,
edukasi pada pasien merupakan hal yang penting. Perawat harus menyuruh
pasien supaya melaporkan nyeri yang bersifat intermiten atau nyeri yang
menetap pada saat menahan beban.
g) Osteomyelitis
Adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum dan
korteks tulang dapat berupa exogenous (infeksi masuk dari luar tubuh) atau
hematogenous (infeksi yang berasal dari dalam tubuh). Patogen dapat
masuk melalui luka fraktur terbuka, luka tembus, atau selama operasi. Luka
tembak, fraktur tulang panjang, fraktur terbuka yang terlihat tulangnya, luka
amputasi karena trauma dan fraktur – fraktur dengan sindrom kompartemen
atau luka vaskular memiliki risiko osteomyelitis yang lebih besar.
h) Gangren Gas
Gas gangren berasal dari infeksi yang disebabkan oleh bakterium
saprophystik gram-positif anaerob yaitu antara lain Clostridium welchii atau
clostridium perfringens. Clostridium biasanya akan tumbuh pada luka
dalam yang mengalami penurunan suplai oksigen karena trauma otot. Jika
kondisi ini terus terjadi, maka akan terdapat edema, gelembung –
gelembung gas pada tempat luka. Tanpa perawatan, infeksi toksin tersebut
dapat berakibat fatal.
i) Luka akibat tekanan (dekubitus)
Luka ini dapat timbul pada fase imobilisasi yang menyebabkan
pasien tidur dengan posisi menetap dalam jangka waktu yang lama. Luka
ini ddapat terjadi karena penekanan jaringan lunak tulang oleh gips.
j) Kekakuan sendi
Dapat terjadi apabila sendi-sendi disekitar fraktur tidak atau kurang
di gerakkan sehingga terjadi perubahan sinvoial sendi, penyusutan kapsul,
mextensibility otot, pengendapan kalus di permukaan sendi dan timbulnya
jaringan fibrous pada ligamen.
k) Cedera vaskuler
Cedera vaskuler dapat terjadi baik secara langsung oleh trauma
bersamaan dengan fraktur, ataupun secara tidak langsung karena tertusuk
fragmen tulang atau tertekan edema sekitar fraktur. Pada robekan arteri
inkomplit akan terjadi perdarahan terus menerus, sedangkan pada robekan
yang komplit ujung pembuluh darah mengalami retraksi dan perdarahan
berhenti spontan(Muttaqin, 2008).

ASKEP
Ditujukan untuk
Meningkatkan kenyamanan  mengatasi nyeri baik dengan analgesik
(narkotik atau nonnarkotik ), nyeri yg tdk hilang  gangguan neurovaskular
Mencegah komplikasi edema dpt menekan pembuluh darah dan saraf 
kerusakan yg irreversible. Usahakan ekstremitas yang terkena lebih tinggi
dibanding jantung Pengkajian Neurovaskular: hangat pada ekstremitas, warna,
nadi, nyeri, CRT, sensasi, Pergerakan. Pd fraktur terbuka luka harus dikaji plg
sedikit 1 sift: kemerahan, bengkak, hangat, nyeri dan drainase.
Rehabilitasi
Jika pasien membutuhkan immobilisasi yg lama dibutuhkan pencegahan
konstipasi (intake cairan min 2500 cc/hari, diet tinggi serat, mobilitas sesuai
kemampuan, laksatif )
Batu ginjal dan infeksi saluran kecing  pasien immobil demineralisasi ,
meningkat pH ( anjurkan intake 2500 cc/hari)
Immobil deep vein thrombosis (DVT) dan emboli Pulmoner (antiemboli
stoking pd yg tdk fraktur atau ROM)
Pasien diminta untuk nafas dalam dan batuk efektif, merubah posisi setiap 2
jam untuk mencegah pneumonia
Pasien yg fraktur risiko terjadi penekanan pada daerah yang menonjol spt
sacrum, trochanters, heels, and the occiput of the back of the head ( merubah
posisi setiap 2 jam )

You might also like